• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR - Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Pasien Berdasarkan Hukum Positif Indonesia(Studi Padaunit Pelayanan Teknis Balai Kesehatan Indera Masyarakat Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KATA PENGANTAR - Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Pasien Berdasarkan Hukum Positif Indonesia(Studi Padaunit Pelayanan Teknis Balai Kesehatan Indera Masyarakat Medan)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat, rahmat dan kasih karuniaNya tidak terhingga yang telah memberikan penulis kekuatan dan inspirasi yang terbaik sehingga mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK PASIEN BERDASARKAN HUKUM POSITIF INDONESIA(Studi padaUnit Pelayanan Teknis BalaiKesehatan Indera Masyarakat Medan)”. Penulisan skripsi ini membahas tentang bentuk perlindungan hukum terhadap hak-hak pasien sebagai konsumen pelayan jasa medis yang ditinjau dari beberapa hukum positif Indonesia. Untuk memperoleh informasi dan data-data dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada Unit Pelayanan Teknis Kesehatan Indera Masyarakat sebagai objek dalam penelitian ini.

(2)

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan, semangat, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung,S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Prof. Dr. Budiman Ginting,S.H.,M.Hum.,selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Syafruddin Hasibuan,S.H.,M.H.,DFM.,selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Dr. O.K. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan;

6. Bapak

Perdata BW

7. Ibu Rabiatul Syahriah, S.H., M.Hum., sebagai Sekretaris Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utarasekaligus merupakan Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu kepada penulis untuk membimbing, memberi nasehat dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini;

8. Bapa

telah memberikan waktu beliau kepada penulis untuk membimbing, memberi nasehat dan motivasi dalam proses pengerjaan skripsi ini;

(3)

10.Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara seluruhnya yang telah mendidik danmembimbingpenulis selama tujuh semester dalam menempuh pendidikan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

11.Teristimewakan kepada orang tuaku tercinta yaitu Papa (P.Manurung,S.H.) ,Mama (M.Simbolon,S.H.),abangku (Rinward Ondolan Pengayoman,S.H.) ,adik-adikku (Chandra David Hasudungan Manurung,Tirta Sari Tiarasi Manurung, Patricia Mora Manurung),dan keluarga besarkuterima kasih atas dorongan motivasi serta cinta dan kasih sayang yang telah diberikandalam keseharian hidup penulis;

12.Kepada pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan yang telah memberikan kesempatan pada penulis melaksanakan riset dengan wawancara untuk penyelesaian skripsi penulis ini;

(4)

14.Terima kasih kepada para mooters Komunitas Peradilan Semu FH USU, delegasi FH USU NMCC UNNES dan delegasi FH USU NMCC UNDIP yang telah memberikan banyak pembelajaran. Salam mooters!

15.Kepada Kak Mentari H.,S.H, Kak Deni Yanti,S.H., Bang Togi Sirait,S.H. terimakasih atas doa dan dukungan semangat dalam perkuliahan selama ini. 16.Kepada seseorang disana yang selalu mendukung dengan kasih dan

memberikan motivasi kepada penulis selama proses perkuliahan hingga proses penulisan skripsi ini selesai.

17.Dan segenap pihak yang membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas doa dan dukungan semangat yang dibagikan bersama.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Bila ada kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhir kata penulis memanjatkan doa dan puji kehadiratNya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Medan,Maret 2015

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan... 10

C. Tujuan Penulisan ... 10

D. Manfaat Penulisan ... 11

E. Metode Penelitian... 12

F. Keaslian Penulisan ... 15

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN ... 18

A. Pengertian perjanjian ... 18

B. Asas umum dan unsur-unsur dalam suatu perjanjian ... 21

C. Macam-macam perjanjian dan syarat sahnya suatu perjanjian ... 26

D. Pembatalan dan pelaksanaan perjanjian ... 38

E. Wanprestasi dan perbuatan melawan hukum ... 41

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN TERAPEUTIK (TRANSAKSI MEDIS) ... 52

A. Pengertian perjanjian terapeutik ... 52

B. Unsur-unsur perjanjian terapeutik ... 55

C. Syarat sah dan dasar hukum perjanjian terapeutik ... 56

D. Para pihak dalam perjanjian terapeutik ... 63

(6)

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK PASIEN

BERDASARKAN HUKUM POSITIF INDONESIA PADA

UNIT PELAYANAN TEKNIS BALAI KESEHATAN INDERA

MASYARAKAT MEDAN ... 70

A. Bentuk hubungan hukum antara pasien dan dokter pada Unit Pelayanan Teknis Balai Kesehatan Indera Masyarakat Medan .... 70

B. Pertanggungjawaban apabila terjadi wanprestasi dan perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian pada pasien ... 80

C. Penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh oleh para pihak ... 83

D. Perlindungan hukum terhadap hak-hak pasien sebagai konsumen pelayanan medis berdasarkan hukum positif Indonesia pada Unit Pelayanan Teknis Balai Kesehatan Indera Masyarakat Medan .... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

LAMPIRAN

A. Hasil Wawancara

B. Bentuk Catatan Rekam Medis UPT Kesehatan Indera MasyarakatMedan.

(7)

BAB.I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara hukum.Hukum merupakan keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama; keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.Wirjono Projodikoro menyebutkan bahwa hukum adalah rangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah laku orang-orang sebagai anggota masyarakat,sedangkan satu-satunya tujuan hukum ialah mewujudkan keelamatan,bahagia dan tata tertib dalam masyarakat itu.1Dapat dikatakan bahwa pada dasarnya hukum memegang peranan penting dalam berbagai segi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.Hukum tidak dapat lepas dari kehidupan manusia.Hal itu juga didasari adanya kepentingan masyarakat yang mempengaruhinya.Kita sebagai manusia selalu dikelilingi oleh bahaya yang mengancam kepentingan kita tersebut. Kepentingan dari perorangan dan kepentingan golongan-golongan manusia selalu akan bertentangan satu sama lain. Hal ini akan diakhiri dengan timbulnya suatu pertikaian.2

1

Wirjono Projodikoro,Perbuatan Melanggar Hukum Perdata dari Sudut Hukum Perdata,

Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm.3.

2

L.J.Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, PT.Pradnya Paramita, Jakarta,2009, hlm.11.

(8)

2

Masyarakat awam cenderung memandang bahwa bila berbicara mengenai hukum hanya mengarah pada peraturan perundang-undangan yang berujung pada pencapaian suatu keadilan dalam hubungan masyarakat.Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum yang paling banyak dibicarakan sepanjang perjalanan sejarah filsafat hukum.

Tujuan hukum bukan hanya keadilan, tetapi juga kepastian hukum dan kemanfaatan hukum.Idealnya, hukum memang harus mengakomodasikan ketiganya.Ketiga tujuan hukum ini sangat berkesinambungan satu dengan yang lainnya. Adil atau keadilan adalah menyangkut hubungan manusia dengan manusia lain yaitu bersentuhan dengan hak dan kewajiban.Bagaimana pihak-pihak yang saling berhubungan mempertimbangkan haknya yang kemudian dihadapkan dengan kewajibannya. Dalam hal inilah keadilan itu berfungsi.Kemanfaatan hukum perlu diperhatikan karena semua orang mengharapkan adanya manfaat dalam pelaksanaan penegakan hukum.Jangan sampai penegakan hukum justru menimbulkan keresahan.Adanya kepastian hukum merupakan harapan bagi pencari keadilan terhadap tindakan sewenang-wenang dari aparat penegak hukum yang terkadang selalu arogansi dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum. Karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan tahu kejelasan akan hak dan kewajiban menurut hukum.Jadi pada intinya ketiga unsur tujuan hukum tersebut diatas haruslah mendapat perhatian secara proporsional yang seimbang.

(9)

3

Friedman, sistem hukum adalah suatu sistem yang meliputi substansi, hukum, dan budaya hukum. Dalam hal ini ada 2 sistem hukum yang lebih menonjol di mata hukum diseluruh dunia, yaitu sistem hukum Eropa Kontinental dan sistem hukum Anglo Saxon.Sistem hukum Eropa Kontinental, sistem hukum ini berkembang di Eropa daratan seperti Belanda, Prancis dan termasuk Indonesia.Sistem hukum ini disebut juga dengan Civil Law.Sistem hukum ini mengutamakan hukum yang memperoleh kekuatan hukum yang meningkat karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematis didalam kodifikasi (pembukuan).Sedangkan sistem hukum Anglo Saxon merupakan sistem hukum yang berkembang di Inggris, kemudian meluas ke Amerika Serikat, Kanada, dan Australia.Sistem hukum ini disebut juga dengan Common Law.Sumber sistem hukum terdiri dari yurisprudensi, kebiasaan-kebiasaan, peraturan administrasi negara.Fungsi hukum pada sistem hukum ini, tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan hukum saja, melainkan perannya sangat besar, yaitu membentuk seluruh tata kehidupan masyarakat.

(10)

4

Dalam kondisi sehat, orang dapat berpikir dan melakukan segala aktivitasnya secara optimal dan menghasilkan produk-produk yang bermanfaat bagi kehidupannya. Bila kesehatan seseorang terganggu, maka mereka akan melakukan berbagai cara untuk dapat mengembalikan kesehatannya seperti semula. Salah satunya adalah dengan cara berobat pada sarana-sarana pelayanan kesehatan yang tersedia. Upaya penyembuhan tersebut perlu didukung dengan sarana pelayanan kesehatan yang baik dan harus didasari dengan suatu sistem pelayanan medis yang baik pula dari sarana pelayanan kesehatan tersebut.

Mengingat bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang, maka sangat diperlukan suatu hukum yang mengatur segala tindakan medis yang terjalin dalam hubungan antara pihak tenaga medis dengan para pasien.Hubungan antara pihak tenaga medis dan para pasien adalah mencakup adanya hak dan kewajiban antara pasien dan tenaga medis dalam melakukan suatu tindakan medis.Hak dan kewajiban tersebut seyogyanya dilaksanakan seadil-adilnya sesuai dengan undang-undang berlaku yang mengaturnya.

(11)

5

profesional yang tepat oleh profesional kesehatan seperti dokter, ahli terapi fisik, atau rumah sakit.Malpraktik mengharuskan pasien membuktikan adanya cedera dan bahwa hal itu adalah hasil dari kelalaian oleh profesional kesehatan.3Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angeles, California, 1956 memberikan defenisi malpraktek dengan suatu kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama.4

Adapun salah satu langkah hukum yang dapat diambil oleh para pasien korban malpraktek adalah dengan melayangkan gugatan kepada lembaga peradilan yang berwenang akan hal tersebut. Gugatan ini pada intinya menuntut

Banyaknya kasus-kasus tentang malpraktek yang pada akhirnya berujung pada kerugian yang dirasakan oleh salah satu pihak, dalam hal ini pasienlah merupakan pihak yang rentan mengalami kerugian dalam dunia pelayanan kesehatan.Seiring dengan keadaan tersebut, setiap masyarakat seharusnya dituntut untuk lebih peka terhadap aturan yang mengatur tentang hubungan antara tindakan tenaga pelayanan medis dan pasien. Hal itu dihimbau agar terkhususnya para pasien mengerti akan peran dan tindakan yang akan dilakukan apabila terjadi malpraktek yang mengakibatkan kerugian pada dirinya. Semakin sadar masyarakat akan aturan hukum, semakin mengetahui mereka akan hak dan kewajibannya dan semakin luas pula suara-suara yang menuntut agar hukum memainkan peranannya di bidang kesehatan.

3

http://kamuskesehatan.com/arti/malpraktik, diakses tanggal 20 September 2014,pukul 20.00WIB

4

(12)

6

pertanggungjawaban dari pihak tenaga pelayan medis.Sudah seharusnya pula pihak tenaga pelayan medis memberikan pertanggungjawaban yang sepantasnya sesuai dengan aturan dan undang-undang yang mengaturnya.Gugatan dari pihak pasien untuk meminta pertanggungjawaban dari dokter maupun pihak rumah sakit didasarkan pada Pasal 1239 KUHPerdata yaitu “...apabila si berutang tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga....”5 dan pada Pasal 1365 KUHPerdata yaitu “ Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”6

Dalam praktiknya istilah kontrak dan perjanjian terkadang membuat pandangan yang begitu rancu mengenai pemaknaan kedua istilah

Hubungan antara pasien dengan pihak tenaga pelayanan medis pada dasarnya mengacu pada adanya hubungan perjanjian antara kedua belah pihak yang bersepakat sebelum dilakukan atau diambilnya suatu tindakan medis. Menurut Pasal 45 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, perikatan yang terjadi di antara tenaga kesehatan dengan pasien merupakan suatu bentuk persetujuan dari pasien sebelum tenaga kesehatan melakukan tindakan medis kepada pasien. Tindakan medis tersebut yang mengandung risiko yang tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan. Adanya suatu perikatan, diharapkan pasien atau keluarga pasien pun dapat lebih mengerti pada risiko yang akan terjadi.

5

(13)

7

tersebut.Sehingga di kalangan para ahli memberikan pendapat yang berbeda-beda mengenai kedua istilah tersebut.Subekti mempunyai pendapat yang berbeda mengenai pengertian kedua istilah ini.Menurut Subekti istilah kontrak mempunyai pengertian yang lebih sempit karena ditujukan kepada perjanjian atau persetujuan yang tertulis.7 Sedangkan sarjana lain seperti Pothier tidak memberikan pembedaan antara kontrak dengan perjanjian, namum membedakan pengertian contract dan convention (pacte). Disebut convention (pacte) yaitu perjanjian dimana dua orang atau lebih menciptakan,menghapuskan (opheffen), atau mengubah (weijzegen) perikatan. Sedangkan contract adalah perjanjian yang mengharapkan terlaksanakannya perikatan.8

1. Tidak jelas karena perbuatan ada dua macam yaitu perbuatan biasa dn perbuatan hukum.

Dalam Kitab UU Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) pada Pasal 1313 merumuskan mengenai pengertian dari kontrak atau perjanjian adalah “ Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.“Dari defenisi Pasal 1313 KUH Perdata ini apabila diperhatikan banyak mempunyai kelemahan dan kurang jelas. Kelemahan defenisi perjanjian pada Pasal 1313 KUH Perdata ini adalah:

2. Subjek hukum tidak hanya orang, melainkan juga badan hukum. 3. Perjanjian tidak hanya sepihak melainkan juga ada perjanjian timbal

balik.9

7

R.Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, Intermasa, 1996, hlm.1.

8

Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, Hukum Perikatan, Surabaya, Bina Ilmu, 1978, hlm.84.

9

(14)

8

Dilandaskan pada pemahaman perjanjian atau kontrak yang telah dirumuskan dalam Pasal 1313 BW, maka pada dasarnya penulis akan menggunakan kedua istilah tersebut dalam penulisan skripsi ini. Hal ini bukan mengartikan bahwa penulis tidak konsisten dengan penggunaan kedua istilah tersebut, tetapi semata-mata untuk memudahkan dalam pemahaman terhadap rangkaian kalimat yang disusun.

(15)

9

kesehatan, padahal undang-undang memerintahkan kepada dokter atau dokter gigi memberikan pertolongan.10

Secara umum perlindungan hukum diberikan kepada subjek hukum ketika subjek hukum yang bersangkutan bersinggungan dengan peristiwa hukum. Perlunya perlindungan hukum terhadap hak-hak pasien apabila terjadi suatu kelalaian dalam tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga medis serta banyaknya kasus-kasus tentang malpraktek medis, menjadi suatu alasan utama untuk membuat tulisan yang membahas tentang perlindungan hukum terhadap hak-hak pasien yang lebih terfokus tidak hanya kepada pandangan hukum perdata saja namun juga bagaimana UU Perlindungan Konsumen, UU tentang Kesehatan dan UU tentang Kedokteran dan hukum pidana menelusuri tentang perlindungan hak-hak pasien yang dimaksud tersebut.

Hubungan hukum mengenai pelayanan kesehatan tidak juga hanya berporos pada hubungan antara tenaga medis dan pasien saja. Namun pada dasarnya, rumah sakit,puskesmas,unit pelayanan teknis kesehatan lainnya juga sangat berpengaruh terhadap hubungannya dengan tindakan medis yang dilakukan tenaga medis terhadap pasien. Pihak lembaga pelayanan kesehatan tersebut harus juga memperhatikan seiring tindakan tenaga medis yang sebagaimana diatur dalam etika profesi seorang tenaga medis baik itu dokter umum maupun dokter spesialis.Pihak rumah sakit, puskesmas, unit pelayanan teknis kesahatan lainnya diharapkan juga mampu memahami konsumennya secara keseluruhan serta mampu menerapkan perlindungan terhadap hak-hak pasien sebagai konsumen jasa medis.

10

(16)

10

B. Permasalahan

Permasalahan perlindungan hukum terhadap hak-hak pasien berdasarkan hukum positif indonesia meliputi hal-hal berikut :

1. Bagaimana bentuk hubungan hukum antara pasien dan dokter pada Unit Pelayanan Teknis Balai Kesehatan Indera Masyarakat Medan? 2. Bagaimana bentuk pertanggungjawaban pihak UPT Kesehatan Indera

Masyarakat Medan jika terjadi suatu wanprestasi dan perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian terhadap pihak pasien?

3. Bagaimana proses penyelesaian sengketa antara pasien dan dokter? 4. Bagaimana perlindungan hukum terhadap hak-hak pasien sebagai

konsumen pelayanan medis pada Unit Pelayanan Teknis Balai Kesehatan Indera Masyarakat Medan?

C. Tujuan Penulisan

Prof. Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Penelitian Hukum” menyebutkan bahwa langkah-langkah selanjutnya setelah merumuskan masalah adalah merumuskan tujuan penelitian.Tujuan penelitian dirumuskan secara deklaratif dan merupakan pernyataan-pernyataan tentang apa yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut.11

1. Untuk mengetahui bentuk hubungan antara pihak dokter dan pasien dalam bidang pelayanan medis.

Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

(17)

11

2. Memberikan pengetahuan hukum mengenai bentuk pertanggungjawaban tenaga kesehatan terhadap kerugian yang diderita oleh pasien akibat wanprestasi dan perbuatan melawan hukum.

3. Memperkaya pengetahuan mengenai proses penyelesaian sengketa antara pasien dan dokter

4. Untuk mengetahui substansi materi dan konsep aturan yuridis tentang bentuk perlindungan hukum terhadap hak-hak pasien dalam bidang pelayanan medis.

D. Manfaat Penulisan

Salah satu faktor pemilihan masalah dalam penelitian ini bahwa penelitian ini dapat bermanfaat karena nilai dari sebuah penelitian ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari adanya penelitian tersebut. Berikut manfaat yang diharapkan dari rencana penulisan ini antara lain :

1. Manfaat Teoretis

Adapun yang menjadi manfaat teoretis dari rencana penulisan ini sebagai berikut :

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya.

(18)

12

c. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penelitian- penilitian sejenis untuk tahap berikutnya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yaitu manfaat dari penulisan hukum ini yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Manfaat praktis dari rencana penulisan ini sebagai berikut :

1. Menjadi wahana bagi peneliti untuk mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir sekaligus untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberi masukan kepada semua pihak yang membutuhkan pengetahuan terkait dengan permasalahan yang diteliti dan dapat dipakai sebagai sarana yang efektif dan memadai dalam upaya mempelajari dan memahami ilmu hukum, khususnya Hukum Perdata dalam hal perlindungan pasien.

E. Metode Penelitian

(19)

13

untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas masalah-masalah yang ditimbulkan faktor tersebut.12

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian yuridis normatif dan penelitian yuridis empiris. Pada penelitian yuridis normatif yang diteliti hanya bahan pustaka atau data sekunder, yang mungkin mencakup bahan hukum primer, sekunder dan tertier. Pada penelitian yuridis empiris, maka yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat.13

2. Lokasi Penelitian

Penelitian yuridis normatif yaitu dengan melakukan analisis terhadap permasalahan dengan pendekatan asas-asas hukum serta mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.Penelitian yuridis empiris yaitu dengan melakukan penelitian secaralangsung pada Unit Pelayanan Teknis Balai Kesehatan Indera Masyarakat Medan.

Penelitian dilakukan di Unit Pelayanan Teknis Balai Kesehatan Indera Masyarakat Medan sebagai sebagai salah satu instansi dibawah naungan dinas kesehatan yaitu sebuah unit pelayanan kesehatan khusus untuk bagian indera.Oleh karena itu, peneliti memilih lokasi Unit Pelayanan Teknis Balai Kesehatan Indera Masyarakat Medan untuk dijadikan lokasi penelitian.

3. Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka.

12

Khudzaifah Dimyati & Kelik Wriono, Metode Penelitian Hukum ,Surakarta: Universitas Muhammadiyah, 2004, hlm.1.

13

(20)

14

a. Data primer

Metode pengumpulan data primer yaitu data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Sumber data yang berupa keterangan-keterangan yang berasal dari pihak-pihak atau instansi-instansi yang terkait dengan objek yang diteliti secara langsung yaitu melalui wawancara dengan responden pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti melalui penelusuran bahan-bahan kepustakaan secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder mencakup:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, mulai dari KUHPerdata, KUHP, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,dan UU Praktik Kedokteran.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dengan menganalisa serta memahami bahan hukum primer.

(21)

15

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Library Research (Studi Kepustakaan), yaitu mempelajari dan menganalisis secara sistematika peraturan perundang-undangan, buku-buku, maupun sumber lainnya yang memiliki hubungan dengan isi skripsi ini.

b. Field Research (Studi Lapangan), yaitu penelitian yang dilaksanakan langsung ke lapangan melalui wawancarakepada pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan.

4. Analisa data

Analisis data dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan data kualitatif, yaitu suatu analisis data yang secara jelas serta diuraikan ke dalam bentuk kalimat sehingga dapat diperoleh gambaran dan maksud yang jelas yang berhubungan dengan skripsi ini.Data dalam skripsi ini merupakan hasil wawancara dari pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan.

F. Keaslian Penulisan

(22)

16

Nama : Wanelfi Simangunsong Nim : 080200225

Judul : Perlindungan hukum terhadap pasien sebagai konsumen jasa di bidang pelayanan medis

Nama : Rizky Wirdatul Husna Nim : 080200222

Judul : Perlundungan hukum pasien pengguna Jamkesmas dalam pelaksanaan kesehatan di RSUP H.Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari dan mengkaji buku-buku, peraturan perundang-undangan dan literatur-literatur yang sesuai dengan kajian permasalahan dalam penulisan skripsi ini, sehingga hasil kajian dalam skripsi ini dapat dikatakan aktual dan asli serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi,penulisan hukum ini akan dibagi menjadi lima bab, yaitu :

I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, permasalahan,tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan.

II. TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

(23)

17

II.TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN TERAPEUTIK

(TRANSAKSI MEDIS)

Bab ketiga ini menguraikan secara detail mengenai pengertian unsur-unsur, syarat sah,dasar hukum,para pihak dalam perjanjian terapeutik serta menguraikan tentang persetujuan tindakan medis yang sering disebut dengan istilah Informed consent.

IV.PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK PASIEN BERDASARKAN HUKUM POSITIF INDONESIA PADA UNIT PELAYANAN TEKNIS BALAI KESEHATAN INDERA MEDAN

Referensi

Dokumen terkait

Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit,

Pada bagian hasil penelitian dan pembahasan merupakan bab ketiga akan membahas dan menguraikan mengenai jawaban dari rumusan masalah yaitu Bagaimana bentuk

Perjanjian yang dikenal dalam bidang pelayanan kesehatan yaitu perjanjian (transaksi) teraupetik. Transaksi teraupetik adalah perjanjian antara dokter dengan pasien,

Berdasarkan hasil penelitian bahwa urgensi informed consent tindakan pelayanan kesehatan dalam upaya perlindungan hukum bagi pasien dan tenaga kesehatan selain

Adam Malik Medan dalam pelayanan kesehatan bagi pasien pengguna Jamkesmas serta upaya hukum apakah yang dapat dilakukan oleh pasien Jamkesmas di R.S.U.P. Adam

dokter/tenaga kesehatan kepada pasien dengan cara menjelaskan informasi yang ada sehingga pasien mampu mencerna informasi tersebut dengan baik, dengan adanya komunikasi

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM KREDITUR PEMEGANG JAMINAN BERUPA HAK TANGGUNGAN YANG MENGALAMI FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN KREDIT (STUDI PADA PT. MANDIRI, TBK MEDAN). Dalam

Bentuk perlindungan hukum bagi pasien sebagai konsumen pelayanan kesehatan non-medis tukang gigi adalah apabila seorang tukang gigi melakukan penyimpangan atau kelalaian