• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN ANALISIS USAHA TANI INTEGRASI P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " KAJIAN ANALISIS USAHA TANI INTEGRASI P"

Copied!
733
0
0

Teks penuh

(1)

SiNEMA

.

Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen, Akuntansi

2

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

Padang

27-28 Agustus 2015

ISBN :

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaratuh,

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui, atas

rahmat dan karunia-Nya, Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi 2 (SiNEMA2)

Kesiapan Indonesia Dalam Pasar Bebas Asean Melalui Penguatan Implementasi Corporate Governance Yang Sehat”, dapat berlangsung dengan baik. Seminar Nasional ini diselenggarakan

atas kerjasama Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Padang dengan Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Yogyakarta. Pada seminar ini mempresentasikan hasil-hasil penelitian

dibidang ekonomi, manajemen dan akuntansi. Artikel terbaik akan dipublish pada Jurnal

Akuntansi dan Auditing Indonesia (JAAI), Jurnal Siasat Bisnis dan Economic Journal of

Emerging Markets, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia - Yogyakarta.

Tujuan dari penyelenggaraan Seminar Nasional ini merupakan perwujudan dari peranan

perguruan tinggi sebagai penghasil berbagai gagasan/pikiran yang tertuang dalam berbagai hasil

penelitian guna meningkatkan kesadaran seluruh pemangku kepentingan dalam menyambut

berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015 ini, dan memberi kontribusi

konkrit berupa hasil riset yang dilakukan oleh para expert di bidangnya masing-masing sebagai

pedoman bagi pengambil kebijakan, serta sebagai forum bertukar pikiran bagi para akademisi,

praktisi, birokrat guna bersama-sama berkontribusi dalam Pasar Bebas Asean.

Seminar Nasional ini, menampilkan pembicara kunci (keynote speech) yaitu: Dr.

Wimboh Santoso (Mantan Excecutive Director IMF),Nur Harjanto (Pengusaha

Nasional/Kandidat Doktor) Dr.Abdul Kharis Almasyhari, SE,MSi.,Ak (Komisi XI DPR RI),

disamping itu dalam Seminar Nasional ini juga dipresentasikan 46 makalah yang berasal dari

Peneliti Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta dan beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia.

Akhirnya pada kesempatan yang ini panitia mengucapkan terima kasih pada berbagai pihak yang

telah mendukung terselenggaranya Seminar Nasional ini dengan baik.

Insya Allah prosiding ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Padang, Agustus 2015 Ketua Panitia SiNEMA2

(3)

SEMINAR NASIONAL

Kesiapan Indonesi Implementasi

Bidang Manajemen:

Drs. Asmai Ishak, M.Bus. P Drs. Anas Hidayat, MBA. P Dr. D. Agus Hardjito, M.S Dr. Zaenal Arifin, M.Si Dr.Sutrisno,MM

Bidang Akuntansi:

Dekar Urumsah, Drs, S.Si, M.C Johan Arifin, SE, M.Si, Ph.D Yuni Nustini, Dra, MAFIS Arief Rahman, SE, SIP, M.C

Bidang Ekonomi:

Drs. Akhsym Afandi, MA, P Drs, Agus Widarjono, MA Abdul Hakim, SE, MEc, P Drs. Akhmad Tohirin, MA

Penerbit

:

SEMINAR NASIONAL

nesia dalam Pasar Bebas ASEAN Mel ImplementasiCorporate Governance yang Seh

PROSI DI NG

EDITOR

us. Ph.D A. Ph.D o, M.Si

.Si, M.Com, Ph.D , Ph.D

IS, CA, Ph.D , M.Com, Ph.D

A, Ph.D ono, MA, Ph.D

, Ph.D A, Ph.D

BUNG HATTA UNIVERSITY PRESS

SEMINAR NASIONAL

elalui Penguatan ang Sehat

(4)

Judul Prosiding

: “Kesiapan Indonesia dalam Pasar Bebas ASEAN Melalui

Penguatan Implementasi Corporate Governanceyang Sehat

Penulis

: Tim

Diterbitkan oleh Bung Hatta University Press,

Alamat Penerbit:

Badan Penerbit Universitas Bung Hatta Gedung Rektorat Lt.III Jl. Sumatera Ulak Karang Padang, Sumbar Indonesia

Telp.(0751) 7051678, Fax.(0751) 7055475 e-mail:lppm_bunghatta@yahoo.com

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruhnya isi buku ini tanpa izin tertulis penerbit

Isi diluar tanggung jawab percetakan Cetakan Pertama : Agustus 2015

(5)

DAFTAR ISI

IDENTIFIKASI DAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEPEMIMPINAN UNTUK LEVEL LOWER MANAGEMENT PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA

Afridian Wirahadi Ahmad, Herri, Laura Syahrul ... 1-22

PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, TOTAL ASSETS TURN OVER TERHADAP RETURN ON INVESTMENT(Studi Kasus: Perusahaan Logam dan

Produk Sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Agus Dwiwitoko, Listiana Sri Mulatsih, Yuhelmi ... 23-32

IMPLEMENTASI RULES AND DISCRETION POLICY DALAM PENGELOLAAN SEKTOR MONETER DI INDONESIA

Alvis Rozani... 33-55

PERAN PATUH HUKUM DAN TAAT BERAGAMA TERHADAP NIAT BELI DAN PERASAAN PASKA BELI PRODUK BAJAKAN

Anas Hidayat,Sri Rejeki Ekasasi... 56-63

ANALISIS PENGARUH KUALITAS ASET PRODUKTIF TERHADAP TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK UMUM DI INDONESIA.

Angrita Denziana, Haninun... 64-77

PERSPEKTIF FRAUD DIAMOND THEORY DALAM MENJELASKAN EARNINGS

MANAGEMENT NON-GAAP PADA PERUSAHAAN TERPUBLIKASI DI INDONESIA

Bese Nur Amaliah, Yeni Januarsi,Ewing Yufisa Ibrani ... 78-111

ANALISIS POTENSI DAN TANTANGAN PRODUK UKM BORDIRAN / SULAMAN SUMATERA BARAT DALAM MENGHADAPI MEA 2015

Dahliana Kamener... 112-125

PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KINERJA LUMBUNG PITIH NAGARI UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN

DI SUMATERA BARAT

Dahnil Johar... 126-136

KESIAPAN PEMERINTAH SUMATERA BARAT DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Deswita Rosra... 137-150

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA

TERHADAP KOMITMEN KERJA KARYAWAN AMIK JAYANUSA PADANG

Dorris Yadewani... 150-159

BOARD GOVERNANCE, CORPORATE SOCIAL DISCLOSURE DAN FIRM VALUE:

STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BEI

(6)

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RENDANG SEBAGAI MAKANAN TRADISIONAL UNGGULAN MINANGABAU BERDAYA SAING GLOBAL DALAM MENUNJANG VISI INDONESIA KREATIF 2025.

Eka Rosalina, Afridian Wirahadi Ahmad ... 188-202

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETERBUKAAN EKONOMI STUDI KASUS : NEGARA INDONESIA

Evi Susanti Tasri, Kasman Karimi... 203-218

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN KEMITRAAN TERHADAP KINERJA PARAMEDIS RSU MAYJEN H.A. THALIB KABUPATEN KERINCI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

Herdinal, Dahnil Djohar, Erni Febrina Harahap ... 219-237

PERANAN CUSTOMER VALUE SEBAGAI PEMODERASI PADA PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN CITRA INSTANSI TERHADAP KEPUASAN PUBLIK

Iswandi, Sefnedi, Niki Lukviarman ... 238-253

KAJIAN ANALISIS USAHA TANI INTEGRASI PADI SAWAH DAN

PAKAN TERNAK RUMINANSIA MENUNJANG KEDAULATAN PANGAN DAN DAGING DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

Jamilah, Helmawati... 254-266

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN LIKUIDITAS TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN SEKTORPERDAGANGAN, JASA DAN INVESTASI

Jefri, Yuhelmi, Nailal Husna ... 267-280

KAJIAN PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP PERBANKAN SYARI’AH UNTUK

PENINGKATAN PANGSA PASAR (Studi Kasus : Masyarakat Hinterland di Kota Bukittinggi)

Jon Kenedi, Helmi Ali,Era Sonita... 281-302

STRUKTUR MODAL, INVESTMENT OPPORTUNITY SET DAN LIKUIDITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI tahun 2009-2013)

Lia Uzliawati, Nana Novianti,Dwi Putri Ratnasari... 303-312

PENGARUH BAURAN PEMASARAN JASA TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG PADA OBJEK WISATA PANTAI PADANG

Linda Wati ... 313-331

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT

Lisni Indrika, Erni Febrina Harahap, Nurul Huda ...332-343

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEKERJA INFORMAL DI KOTA PADANG

(7)

PENGARUH INDPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT

DAN DAMPAKNYA TERHADAP KONTINUITAS KANTOR AKUNTAN PUBLIK (SURVEY PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK

ANGGOTA FORUM AKUNTAN PASAR MODAL)

Meihendri... 359-368

PENGARUH PRODUK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMILIHAN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN : PERAN KELUARGA SEBAGAI PEMODERASI

Melifia Liantifa, Sefnedi, Lindawati... 369-383

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS DAN KARAKTER EKSEKUTIF TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN

YANG TERDAFTAR DI BEI

Muhammad Fajri Saputra, Dandes Rifa, Novia Rahmawati ... 384-396

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN AKUNTANSI MANAJEMEN

LINGKUNGAN DAN STRATEGI PROSPEKTOR TERHADAP INOVASI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

Nando Mokodompit, Yeasy Darmayanti, Novia Rahmawati... 397-414

KAJIAN POTENSI DAN ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN PULAU KORONIKI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Nurhuda. N, Harfiandri D... 415-432

PENINGKATAN KEBIJAKAN TATA KELOLA PEMERINTAH DALAM MENGEMBANGKAN SEKTOR EKONOMI KRATIF DI KOTA PARIAMAN

Nurul Huda ... 433-450

PENGARUH PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN AKAN PERATURAN PERPAJAKAN DAN PELAYANAN FISKUS YANG BERKUALITAS TERHADAP KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK DENGAN KESADARAN MEMBAYAR PAJAK SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

Okky Syafputra, Popi Fauziati, Daniati Putri ... 451-467

PENGARUH DIFERENSIASI PRODUK, PELAYANAN, PERSONALIA, SALURAN DAN CITRA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN MASKAPAI PENERBANGAN PT. GARUDA INDONESIA DI PADANG

One Sugita,Zeshasina Rosha ... 468-479

ANALISIS TIPE STRATEGI PELAKU USAHA EKONOMI KREATIF DI KOTA PARIAMAN DALAM RANGKA MENGHADAPI PASAR BEBAS DI KAWASAN ASIA TENGGARA

Reni Yuliviona ... 480-490

PENGARUH PERSEPSI, HARGA, DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN PADA UNIT RAWAT INAP SEMEN PADANG HOSPITAL (SPH) DI KOTA PADANG

(8)

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), RETRIBUSI DAERAH DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA PADANG DAN BUKITTINGGI TAHUN 2008-2013

Rizky Amelia, Yunilma, Dandes Rifa ... 505-515

PERGANTIAN CHIEF EXECUTIVE OFFICER (CEO), MANAJEMEN LABA, DAN KEPEMILIKAN KELUARGA

Rudi Zulfikar, Lili Sugeng Wiyantoro,Dyah Atut Puturatri... 516-538

PENGARUH KUALITAS INFORMASI TERHADAP PENERIMAAN PAJAK SISTEM E-FILLNG

Sentot Rianda,Arie Frinola Minovia ... 539-553

PENGARUH LINGKUNGAN PENGENDALIAN DALAM SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP)TERHADAP KINERJA PEGAWAI

Siska Yulia Defitri ... 554-568

THE IMPACT OF PADANG BEACH TOURIST DESTINATION DEVELOPMENT FOR SMALL BUSINESS LIFE

Syafrizal Chan ... 569-579

ANALISISIS PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS),RETURN ON EQUITY (ROE),

DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP HARGA SAHAM PADA

PERUSAHAAN TRANSPORTATION SERVICES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2010-2013

Syamsudin dan Dwi Wulandari ... 580-594

THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE ON TAX AVOIDANCE: THE EMPIRICAL LINK IN MANUFACTURING FIRMS

Syeldila Sandy,Niki Lukviarman ... 595-610

PENGARUH PEOPLE, PROCESS DAN PHYSICAL EVIDENCE TERHADAP KEPUTUSAN MELAKUKAN JASA KREDIT DI PERUSAHAAN LEASING FIF GROUP ASTRA CABANG PADANG

Tri Muhadi Putra, Rika Desiyanti, Mery Trianita ... 611-625

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI INDONESIA

Tria Desi Anggraini, Erni Febrina Harahap,Helmawati ... 626-639

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI

VARIABEL MEDIASI (STUDI PADA: KANTOR CAMAT KOTA SUNGAI PENUH)

Ulul Azmi, Sefnedi, Erni Febrina Harahap ... 640-653

MANAJEMEN KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS BMT) YANG ADA DI KOTA PADANG

Variyetmi Wira, Gustati... 654-668

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007

TENTANG PENGELOLAAN PASAR ( STUDI KASUS DI PASAR RAYA SOLOK )

(9)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNA DALAM MEMANFAATKAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

DAERAH KOTA BUKITTINGGI

Yulia Fitri, Resti Yulistia, Daniati Puttri... 682-699

PENGARUH BAURAN PEMASARAN PERGURUAN TINGGI TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS MAHASISWA UNIVERSITAS BUNG HATTA

(10)

IDENTIFIKASI DAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEPEMIMPINAN

UNTUK LEVEL LOWER MANAGEMENT PENDIDIKAN TINGGI

DI INDONESIA

Oleh:

Afridian Wirahadi Ahmad, SE, M.Sc, Ak

Prof. Dr. Herri, SE, MBA

Dra. Laura Syahrul, MBA

Universitas Andalas

Pendidikan tinggi di Indonesia bukan sekadar penghasil sumber daya manusia yang berkualitas namun juga sebagai industri yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi negara. Untuk itu dibutuhkan pemimpin atau pengelola pendidikan tinggi yang memiliki kompetensi kepemimpinan dan manajerial yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikan kebutuhan kompetensi kepemimpinan perguruan tinggi terkhusus untuk level manajemen terendah yakni ketua Jurusan. Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat terumuskan standar kompetensi kepemimpinan perguruan tinggi yang dapat dijadikan dasar dalam memilih, mengembangkan, dan mengevaluasi pemimpin perguruan tinggi. Pendekatan penelitian bersifat eksploratif dengan metode campuran, yaitu kualitatif dan kuantitatif yang digunakan secara sequential. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik yaitu indepth interview dan Focus Group Discussion (FGD) dan menggunakan instrument kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan terdapat delapan kompetensi utama yang harus dimiliki dan dikuasai untuk level manajemen tingkat jurusan dan sembilan jenis pelatihan/pendidikan untuk menguasai kompetensi tersebut.

Keywords: Kompetensi kepemimpinan, Pengelola Jurusan, Kepemimpinan, Pendidikan Tinggi

PENDAHULUAN

(11)

kecenderungan budaya yang mengarah seperti budaya organisasi pemerintahan, budaya kekuasaan yang terpusat, dan tingkat motivasi yang rendah.

Pemimpin perguruan tinggi menghadapi berbagai persoalan yang berbeda dengan organisasi profit dan non-profit lainnya. Pada organisasi profit, output utama adalah keuntungan, pertumbuhan aset, rasio keuangan, deviden dan lain sebagainya (Madura, 2001). Sedangkan ukuran keberhasilan pendidikan tinggi sebagai organisasi noo-profit sulit diukur secara pasti. Keputusan yang diambil oleh pemimpin pendidikan tinggi pada saat ini memiliki implikasi dengan rentang waktu yang lebih panjang daripada implikasi keputusan bisnis pada organisasi for profit. Selain itu, tingkat risiko keputusan lebih sulit diukur karena tidak memiliki indikator yang jelas.

Karakteristik industri pendidikan tinggi juga berbeda dengan organisasi non-profit lainnya. Perbedaan tersebut adalah terdapatnya kondisi yang mengharuskan setiap institusi pendidikan tinggi untuk bersaing dengan institusi pendidikan tinggi lainnya (Marginson, 2004). Persaingan tersebut perlu dilakukan untuk menentukan eksistensi setiap perguruan tinggi terutama dalam hal posisi relatif mereka di dalam persepsi konsumen dan calon konsumen (mahasiswa dan calon mahasiswa). Selain itu, Marginson (2004) juga mengatakan bahwa institusi pendidikan tinggi juga bersaing dalam memberikan kontribusi kepada masyarakat. Baik berupa lulusan yang berkualitas, hasil penelitian, dan berbagai kontribusi lainnya.

Kepemimpinan merupakan aspek penting dalam organisasi. Banyak peneliti telah membuktikan bahwa kepemimpinan memegang peranan besar dalam menentukan kinerja dan pencapaian cita-cita organisasi (Johan & Herri, 2013). Dalam sudut pandang proses manajemen strategi, kepemimpinan merupakan salah satu penentu dalam implementasi (Thompson et al., 2013). Thompson et al. (2013) mengatakan bahwa proses implementasi membutuhkan serangkaian taktik dan kebijakan yang harus diarahkan oleh individu yaitu pemimpin.

(12)

mengarahkan anggota secara jelas kepada arah perubahan dengan berbagai batas perilaku tertentu yang menunjang pencapaian perubahan.

Bass (1997) membuktikan bahwa kepemimpinan memberikan efek terhadap kinerja organisasi, terutama kepemimpinan dengan gaya transformasional, pada berbagai kontek organisasi. Baik organisasi laba maupun nirlaba, organisasi dengan struktur sentralistik maupun desentralistik, organisasi dengan kecil maupun besar. Berbagai penelitian lanjutan juga telah dilakukan oleh para peneliti lain untuk membuktikan pendapat ini. Hasilnya, kepemimpinan merupakan aspek yang memberi pengaruh signifikan terhadap organisasi.

Berdasarkan teori kontijensi kepemimpinan yang mengatakan bahwa setiap organisasi memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga membutuhkan perlakuan dan pengelolaan yang berbeda serta dipimpin dengan gaya yang juga berbeda (Fielder, 1964), mengharuskan peneliti untuk mengkaji ulang permasalahan kepemimpinan pada berbagai organisasi dengan karakteristik yang berbeda. Walaupun secara umum kepemimpinan telah memperlihatkan perannya pada setiap jenis organisasi, tapi perbedaan kompetensi yang dibutuhkan dan tantangan yang dihadapi oleh masing-masing organisasi juga mengharuskan peneliti untuk melakukan penelaahan lebih dalam, terutama pada kontek tertentu.

Demikian juga dengan kondisi pendidikan tinggi di Indonesia. Selain masalah yang dihadapi di atas, pendidikan Indonesia menghadapi permasalahan disparitas. Beberapa institusi memiliki kualitas yang baik, menawarkan kualitas pendidikan yang bagus, memiliki fasilitas yang memadai dan bisa bersaing dengan institusi internasional. Tapi banyak institusi menawarkan kualitas pendidikan yang rendah, masih sulit untuk bertahan dalam membiayai kebutuhan operasionalnya. Selain itu, status perguruan tinggi negeri dan swasta juga menjadi karakteristik tersendiri (Herri et al., 2010). Perguruan tinggi negeri menikmati subsidi anggaran yang besar dari pemerintah. Atas kondisi itu, mereka harus mengikuti serangkaian prosedur dan aturan yang ditetapkan secara sentralistik oleh pemerintah yang pada akhirnya mereka cenderung memiliki budaya kerja yang mirip dengan budaya kerja institusi pemerintahan (Bikmoradi et al., 2010).

(13)

administrasi yang tidak efisien. Dari sudut pandang motivasi kerja juga demikian. Karyawan cenderung bekerja dengan motivasi rendah sebagai akibat budaya tersebut dan ketidakjelasan penilaian kerja.

Universitas swasta bisa bergerak lebih cepat (Herri et al., 2010). Mereka dapat mengorganisasikan kerja secara lebih independen karena tidak terikat secara ketat kepada serangkaian aturan seperti perguruan tinggi negeri. Sistem dan budaya kerja mereka cenderung tidak terjebak pada budaya birokrasi karena memegang prinsip keefektifan dan efisiensi secara lebih substansial.

Berbagai kondisi yang dijelaskan di atas membuktikan bahwa intstitusi pendidikan tinggi, secara keseluruhan, memiliki permasalahan yang berbeda dengan institusi lainnya. Dengan demikian, perlu perlakuan yang berbeda termasuk kompetensi kepemimpinan yang harus dimiliki. Perguruan tinggi di Indonesia biasanya dipimpin oleh akademisi yang pada dasarnya adalah tenaga kerja fungsional di perguruan tinggi. Tugas utama mereka adalah mengajar, melakukan penelitian, dan memberikan kontribusi kongkrit kepada masyarakat berupa pengabdian sesuai bidang keilmuan

Pimpinan perguruan tinggi memiliki kondisi kerja yang berbeda dan lebih komplek. Pimpinan berada pada jalur struktural dan bekerja pada struktur yang ketat. Banyak terlibat pada berbagai pekerjaan administrasi, memiliki bawahan dan atasan, dan bertanggung jawab dalam mendukung dan mengembangkan tugas utama perguruan tinggi. Tugas pimpinan lebih komplek karena selain sebagai pejabat struktural, pimpinan harus tetap menjalankan tugas utama sebagai akademisi yaitu mengajar, melakukan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu, kajian khusus perlu dilakukan untuk menginvestigasi kebutuhan kompetensi kepemimpinan perguruan tinggi.

(14)

masing-masing pendidikan tinggi yang tercermin dari visi, misi dan program kerja pendidikan tinggi tersebut. Pengelola pendidikan tinggi diantaranya rektor dan wakil rektor, direktur dan wakil direktur, dekan dan wakil dekan, ketua jurusan dan sekretaris, kepala program studi.

Pengelola atau pemimpin pendidikan tinggi sangat diharapkan memiliki kemampuan manajerial yang baik dan kepemimpinan yang kuat. Kecenderungan saat ini, pemilihan dan penunjukan seseorang menjadi pemimpin atau pengelola pendidikan tinggi hanya didasarkan pada faktor keberhasilan/kompetensi keilmuan atau prestasi akademiknya, sedangkan mengelola pendidikan tinggi sangat dibutuhkan kemampuan manajerial baik manajemen SDM, keuangan, asset dan lainnya. Hal lain saat ini, pengelola pendidikan tinggi cenderung mengandalkan kemampuan personal (pengalaman hidup) dalam mengelola industri pendidikan (inman, 2007). Atas dasar hal tersebut pelu adanya model pengembangan kompetensi kepemimpinan melalui kurikulum pengembangan kepemimpinan manajerial bagi pengelola pendidikan tinggi.

Saat ini belum terdapat panduan pengembangan kemampuan kepemimpinan dan manajerial serta kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh masing-masing level manajemen di pendidikan tinggi. Kecenderungan hanya mengandalkan intuisi dan pengalaman yang dimiliki masing-masing pimpinan berdampak pada ketidakstabilan perkembangan pendidikan tinggi disaat pengelola harus berganti ke yang lain. Tingkat kompetensi kepemimpinan antar level manajemen di pendidikan tinggi juga berbeda-beda (marshall, 2009)

Pengelola perguruan tinggi diantaranya rektor dan wakil rektor, direktur dan

wakil direktur, dekan dan wakil dekan, ketua program studi dan sekretarisnya.

Tingkatan yang paling dekat dengan konsumen perguruan tinggi, yaitu mahasiswa

adalah tingkat jurusan. Untuk itu penelitian ini akan mengidentifikasi kompetensi yang

sesuai dengan pemimpin pada tingkat jurusan di perguruan tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Kepemimpinan

(15)

mengelola organisasi mereka dengan baik. Berbagai upaya pengelolaan melalui perbaikan tata kelola menuju good university governance telah secara terus menerus dilakuakan (Wibowo, 2010). Beberapa regulasi telah diterapkan, diperbarui, bahkan dihilangkan dengan tujuan untuk mewujudkan tata kelola perguruan tinggi yang efektif dan efisien.

Mengelola organisasi, seperti perguruan tinggi atau organisasi lain, setidaknya membutuhkan dua dimensi sudut pandang. Sudut pandang pertama adalah mewujudkan tata kelola atau pengorganisasian yang baik, yang terlihat dari sistem pengelolaan formal organisasi. Dimensi ini menghendaki terwujudnya keteraturan dengan standar pengelolaan yang jelas pada setiap organisasi. Selain itu, tata kelola juga diharapkan mengakomodasi sistem perencanaan yang berkelanjutan dan sistem kontrol strategis organisasi.

Dimensi sudut pandang kedua yang dibutuhkan oleh organisasi adalah kepemimpinan. Sudut pandang ini merupakan bagian dari aspek sumberdaya manusia (human aspect) yang telah terbukti secara konsisten dapat memengaruhi output dan kinerja organisasi. Dijelaskan oleh Finkeilstein et al., (2009) bahwa sistem tata kelola yang telah didisain dengan baik tidak akan berjalan efektif jika faktor manusia, individu yang akan menjalankan den mengeksekusi, tidak dikelola dengan benar. Terutama aspek kepemimpinan yang memainkan peran vital baik dalam mengeksekusi dan mengimplementasi tata kelola maupun dalam mengelola sumberdaya manusia itu sendiri.

Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan (Robbins, 2001). Kemampuan ini membutuhkan keuasaan (power) yang salah salah satunya diperoleh melalui otoritas yang diberikan oleh organisasi kepada individu berupa posisi tertentu. Posisi tersebut memberikan kuasa kepada individu untuk mengarahkan kelompok secara bersama-sama mencapai tujuan organisasi.

(16)

terdapat enam karakteristik yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin. Keenam karakteristik tersebut adalah seorang pemimpin memiliki ciri berambisi dan berenergi, berhasrat untuk memimpin, kejujuran dan integritas, percaya diri, memiliki kecerdasan, dan memiliki pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan.

Namun demikian, terdapat ciri lain yang menunjukan perbedaan antara seorang pemimpin dan bukan. Misalnya hasil penelitian Zaccaro et al., (1991) yang menyimpulkan bahwa seseorang yang memiliki sifat pemantauan diri yang yang tinggi, yaitu dapat menyesuaikan perilaku mereka dengan berbagai situasi, memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk menjadi pemimpin di dalam kelompok dari pada individu dengan pemantauan diri yang rendah. Dapat disimpulkan bahwa beberapa karakter yang dimiliki individu memainkan peran besar dalam menciptakan peluang mereka untuk menjadi pemimpin, tapi berbagai karakter tersebut tidak memiliki konsensus antara satu dengan lainnya ( Robbins, 2001).

Sudut pandang lain yang sering digunakan untuk menjelaskan konsep kepemimpinan muncul dari simpulan para peneliti bidang keprilakuan (behaviorist). Sudut pandang ini telah diteliti bahwa pemimpin dan bukan dapat dibedakan berdasarkan perilaku spesifik dan orientasi mereka dalam berperilaku. Beberapa perilaku spesifik yang disimpulkan diantaranya yaitu menginisiasi struktur dan mempertimbangkan (Schriesheim et al.1995). Perilaku lainnya adalah berorientasi karyawan dan atau produksi (Kahn dan Katz, 1960 dalam Robbins, 2001). Selain itu, pemimpin dapat dibedakan dari orientasi mereka terhadap pengembangan (Lindell dan Rosenqvist, 1992).

(17)

Selain meneliti konsep kepemimpinan, para akademisi telah gencar pula mengidentifikasi bentuk kepemimpinan efektif. Mereka berusaha melihat keefentifan pemimpin melalui gaya (style) yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya. Bass (1997) mengekplorasi gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional. Penelitian mereka menunjukkan konsistensi bahwa gaya kepemimpinan transformasional lebih efektif dari pada sekedar transaksional. Gaya kepemimpinan transformasional dianggap lebih efektif karena mampu merangsang, menantang dan mengembangkan kemampuan individu serta memberi pendekatan secara personal kepada bawahan.

Namun demikian, gaya kepemimpinan haruslah melekat pada konteks organisasi yang dipimpin. Kelekatan tersebut membutuhkan penyesuaian gaya kepemimpinan dan pengetahuan mengenai organisasi yang dipimpin secara mendalam. Dengan melakukan penyesuaian antara gaya kepemimpinan dan konkek pekerjaan, pemimpin dapat merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan yang tepat dengan cara yang lebih baik. Penyesuaian dan penyelarasan ini dapat menjamin kemungkinan sukses pencapaian tujuan yang lebih besar.

Kebijakan kepemimpinan (leader discretion)

Finkeilsten et al., (2009) mengatakan terdapat tiga dimensi yang mempengaruhi kebijakan pemimpin dalam merumuskan keputusan dan mengimplementasikan aksi mereka. Dimensi pertama adalah lingkungan tugas (Task environmental) pemimpin. Dimensi ini berkaitan dengan kondisi, pengetahuan dan pemahaman pemimpin mengenai lingkungan bisnis, terutama lingkungan eksternal dan industri yang mempengaruhi organisasi mereka. Pengetahuan dan pemahaman tersebut dapat mereduksi bias yang cenderung terjadi ketika pemimpin menganalisis dan merespon lingkungan eksternal melalui kebijakan yang dirumuskan (Miller, 2008).

Dimensi kedua berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman pemimpin mengenai kondisi internal organisasi (organizational sources) mereka (Finkeilstein et

al. 2009). Kesadaran pemimpin mengenai batasan organisasi mereka, baik dalam hal

(18)

ekternal dan tujuan, mengalokasikan sumberdaya internal, serta menentukan prioritas pengembangan dan perbaikan.

Dimensi terakhir yang dapat mempengaruhi kebijakan pemimpin bersumber dari individu pemimpin itu sendiri (individual sources). Karakteristik dan pengalaman yang dimiliki pemimpin secara langsung membentuk batasan rasionalitas (Bounded

rationality) mereka dan memengaruhi pandangan mereka dalam menginterpretasikan

fenomena (Hambrick dan Mason, 1984). Sumber individu seperti kompleksitas kognitif, tingkat aspirasi, toleransi terhadap ambiguitas, dan sumber lainnya membedakan cara pandang pemimpin satu dengan yang lain. Pengalaman pemimpin dalam berbagai bidang fungsional juga mempengaruhi cara pandang mereka. Pemimpin yang memiliki pengalaman tinggi di bidang keuangan akan lebih cenderung menggunakan informasi-informasi keuangan sebagai sumber informasi-informasi utama.

Ketiga dimensi ini berkaitan antara satu dengan yang lainnya (Finkeilstein et al. 2009). Sumber individu yang muncul dari karakteristik dan pengalaman pemimpin akan mempengaruhi cara pandang mereka terhadap lingkungan eksternal dan internal organisasi. Kondisi eksternal dan lingkungan industri menentukan pula keseuaian dan arah anailisa pemimpin terhadap masalah dan upaya alokasi sumberdaya internal. Sedangkan sumberdaya internal menentukan sudut pandang dan perspektif analisa yang dilakukan pemimpin dalam merespon lingkungan eksternal.

Oleh karena itu, ketiga dimensi tersebut, yang pada akhirnya memiliki konsekuensi terhadap kemampuan pemimpin, harus secara terus menerus dikembangkan. Apalagi ketiga dimensi berkaitan erat dalam penyesuaian gaya kepemimpinan (yang muncul dari sumber individu), dengan konteks organisasi yang bersumber dari internal dan lingkungan organisasi.

Kompetensi kepemimpinan institusi perguruan tinggi

(19)

Isu pengelolaan institusi pendidikan tinggi telah diekplorasi di beberapa negara. Hasil penelitian Bolden et al., (2008) memperlihatkan terdapat ketegangan internal antar pemimpin perguruan tinggi dalam mengelola institusinya sebagai akibat pendistribusian wewenang di berbagai level. Ketegangan ini tidak dianggap buruk karena dapat meningkatkan keterlibatan berbagai pihak (terutama pemimpin dari berbagai level) untuk merumuskan kebijakan strategis institusi (Bolden et al. 2008). Menurut mereka pemimpin perguruan tinggi yang terdiri dari berbagai level harus melakukan penyesuaian antara aspek personal, sosial dan struktural dengan mempertimbangkan dimensi kontekstual dan pengembangan (pertumbuhan).

Hasil penelitian Bolden (2008) didukung oleh Herbst dan Conradie (2011) yang menemukan terdapatnya bias penilaian (overestimation) yang dilakukan pemimpin terhadap kapabilitas pribadi mereka ketika dibandingkan dengan penilaian rekan kerja. Penelitian yang dilakukan pada konteks institusi pendidikan tinggi di Afrika Selatan ini menyarankan kepada pemimpin perguruan tinggi untuk lebih sensitif dan introspektif terhadap lingkungan mereka terutama lingkungan sosial dan struktural pekerjaan.

Kedua penelitian tersebut mengimplikasikan dibutuhkannya penyelarasan antar berbagai level kepemimpinan di perguruan tinggi. Level kepemimpinan di perguruan tinggi biasanya terdiri dari tiga tingkatan yaitu level Universitas yang dipimpin oleh Rektor, level Fakultas yang dipimpin oleh Dekan, dan level Departemen/Jurusan yang dipimpin oleh Ketua Jurusan. Penyelarasan terutama dibutuhkan dalam penyusunan tujuan dan desain tata kelola strategis organisasi. Selain itu, dibutuhkan pula penyesuaian gaya kepemimpinan dengan lingkungan sosial dan struktural organisasi.

(20)

Kajian tersebut juga perlu dilakukan pada konteks institusi pendidikan tinggi di Indonesia. Dibutuhkan investigasi eksploratif yang bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan, kebutuhan dan tantangan pendidikan tinggi di Indonesia. Investigasi tersebut dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan dan keintegrasian antara karakteristik kepemimpinan yang dibutuhkan dengan lingkungan sosial dan struktural, serta kondisi kontekstual dan pengembangan (Bolden et al., 2008). Kajian ini diperlukan untuk menyelaraskan tiga dimensi kebijakan kepemimpinan yang bersumber dari lingkungan tugas, lingkungan internal organisasi dan sumber karakteristik individu (Finkeilstein dan Hambrick, 2009).

Billing (2007) mengemukakan pentingnya pembelajaran khusus bagi pemimpin perguruan tinggi terutama untuk pengetahuan inti pengelolaan yang sulit dibagi. Menurutnya aspek penting pengelolaan seperti nilai inti, kunci sukses, dan pendekatan umum merupakan pengetahuan dan keahlian yang seharusnya dimiliki oleh pemimpin perguruan tinggi.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi kapabilitas kepemimpinan pada perguruan tinggi tingkat jurusan, penelitian ini menggunakan pendekatan eksploratori induktif dengan menggabungkan metode kualitatif dan kuantitaif. Pendekatan eksploratori induktif digunakan untuk mengidentifikasi konsep dan dimensi yang muncul dari pemahaman fenomena secara mendalam (Cooper & Schlinders, 2006). Tahap pertama pendekatan ini yaitu mengidentifikasi sebanyak mungkin kapabilitas yang dibutuhkan sebagai pemimpin perguruan tinggi. Metode kualitatif akan digunakan pada tahap ini dengan metode pengumpulan data berupa interview dan Focus

Group Discussion (FGD).

Output pada tahap interview akan dikelompokkan dan diidentifikasi sebagai bentuk kapabilitas yang dibutuhkan sebagai pemimpin perguruan tinggi. Hasil ini akan divalidasi secara kuantitatif dan kualitatif. Validasi kualitatif menggunakan Focused

Group Discussion (FGD) dengan beberapa partisipan untuk merumuskan kapabilitas

(21)

cara menyebarkan kuesioner yang disusun dari hasil penelitian tahap pertama untuk melihat kecenderungan pengelompokan indikator terhadap dimensi tertentu.

Unit analisis, sampel, dan teknik pengumpulan data

Penelitian ini dilakukan kepada individu yang memiliki pengalaman mengelola perguruan tinggi. Pada tahapan kualitatif, peneliti akan melakukan interview dan FGD dengan beberapa mantan pimpinan perguruan tinggi yang dianggap sukses baik di tingkat jurusan dari berbagai perguruan tinggi di Kota Padang. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel teoritikal, yaitu memilih sampel yang akan memberikan kontribusi besar terhadap data penelitian.

Jumlah informan pada tahap interview sebanyak 25 (dua puluh lima) orang dari berbagai perguruan tinggi. Sedangkan jumlah partisipan pada tahap FGD sebanyak 5 orang yakni informan yang dianggap mengetahui dengan baik kompetensi manajerial untuk level jurusan tersebut.

Pada metode kuantitatif, peneliti akan menyebarkan kuesioner kepada pemimpin perguruan tinggi yang berisi berbagai indikator yang telah dikembangkan dari proses interview tahap pertama. Untuk tujuan generalisasi, kuesioner akan dibagikan kepada pimpinan perguruan tinggi dengan cara self administratif, mail survey, maupun online

survey. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu dengan

menetapkan standar pengalaman minimal telah menjadi pemimpin perguruan tinggi selama satu tahun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kompetensi yang dibutuhkan

(22)

Tabel 1

Kompetensi yang Dibutuhkan oleh Ketua Jurusan

No. Kompetensi Deskripsi

1 Kemampuan komunikasi Melakukan proses komunikasi baik secara lisan maupun tulisan dengan mempertimbangkan konteks, situasi dan kondisi, serta

mempertimbangkan perbedaan budaya

2 Melakukan perencanaan Melakukan proses perencanaan akademik dan manajerial, mengorganisasi pembagian dan struktur tugas, melakukan control terhadap pelaksanaan tugas

3 Mendelegasikan/membagi tugas

Kemampuan untuk merancang pengorganisasian tugas dan mendelegasikan wewenang sekaligus menjelaskan sistim koordinasi pada pelaksanaan tugas

4 Melakukan supervisi Kemampuan untuk melakukan pengawasan berkaitan dengan pekerjaan untuk memastikan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan target kinerja yang diharapkan

5 Membangun dan mengembangkan jaringan

Mengupayakan terbentuknya aliansi baik formal maupun informal dengan berbagai pihak untuk memenuhi upaya pencapaian tujuan.

6 Kemampuan akademik Memiliki kualifikasi akademik yang dihargai oleh kolega dan kalangan akademik baik di dalam maupun di luar institusi.

7 Gaya kepemimpinan

empowerment dan

fleksibel

Memiliki kecenderungan dan prinsip gaya tertentu dalam menjalankan pekerjaan, yang mana gaya tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi interaksi pekerjaan

8 Manajemen konflik Kemampuan dalam mengidentifikasi sumber konflik dan melakukan mediasi untuk

menyelesaikan konflik dan mengupayakan

pengambilan keputusan yang dapat mengantisipasi munculny konflik.

Kemampuan komunikasi

(23)

memperhatikan konteks terutama dalam berkomunikasi dengan kolega dosen. Struktur dan karakteristik pengelolaan dosen yang bersifat kolegial mengharuskan pimpinan dapat berkomunikasi dengan cara yang lebih sesuai.

Salah satu informan menyampaikan argumentasi berkaitan dengan aspek ini bahwa perlu melakukan penyesuaian ketika berkomunikasi dengan dosen senior, dengan dosen setara, dan dengan dosen junior. Perbedaan tersebut cenderung muncul sebagai bentuk kebiasaan baik berupa penghormatan kepada senior, memperkecil atmosfir birokratis kepada kolega setara dan junior, seta komunikasi yang bertujuan untuk memberikan semangat dan pembelajaran kepada junior.

Kemampuan komunikasi juga dibutuhkan ketika memberikan pamahaman kepada mahasiswa maupun kolega dosen berkaitan dengan ragulasi baru yang perlu diperharikan. Banyak regulasi berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan yang berubah dalam beberapa waktu tertentu. Pada tahap ini, Ketua Jurusan biasanya berusaha untuk memahami terlebih dahulu aspek perubahan regulasi atau materi sosialisasi yang akan disampaikan. Kemudian menganalisa perubahan pelaksanaan yang muncul, dilanjutkan dengan komunikasi secara formal dan informal.

Komunikasi formal dalam bentuk tulisan juga dianggap penting untuk posisi Ketua Jurusan. Informan menyampaikan bahwa sebagai upaya pemenuhan prosedur kerja, setiap komunikasi penting perlu menyertakan legalitas atau bukti administrative. Oleh karena itu, selain mampu berkomunikasi secara lisan dengan mempertimbangkan konteks budaya, Ketua Jurusan juga harus mampu berkomunikasi secara formal dalam bentuk tulisan.

(24)

Melakukan Perencanaan

Ketua program studi harus mampu menjalankan fungsi manajer dalam bentuk perencanaan. Beberapa aspek perencanaan yang perlu dipahami ditingkat Jurusan diantaranya yaitu rencana kerja akademik berupa rencana perkuliahan semester, rencana ujian komprehensif, dan rencana kegiatan akademik lainnya. Selain perencanaan akademik, manajemen Jurusan juga perlu memahami teknis perencanaan dan penganggaran kegiatan, termasuk regulasi berkaitan dengan teknis penyusunan anggaran.

Beberapa aspek perencana strategis yang perlu dipahami oleh Ketua Jurusan adalah perencanaan pengembangan tenaga dosen untuk jangka panjang dan jangka pendek. Ketua Jurusan perlu memahami berbagai konstelasi bidang ilmu pada Jurusan dan melakukan mapping terhadap jumlah dan karakteristik sumberdaya dosen yang tersedia. Informan yang diwawancarai menyanpaikan bahwa kemampuan perencanaan yang paling penting berkaitan dengan aspek ini adalah menetapkan prioritas yang penting dan mendesak dalam mengajukan permintaan formasi dosen.

Proses perencanaan yang biasa dilakukan oleh Ketua Jurusan bersifat partisipatif dan terbuka. Kegiatan yang akan dilaksanakan biasanya dikomunikasikan terlebih dahulu dengan kolega dosen untuk memperoleh saran dan kritikan. Prinsip perencanaan biasanya berbasif efektif dan efisien secara sistematis. Maksudnya, aspek keefentifan dijadikan sebagai landasan awal, kemudian efisiensi dijadikan sebagai panduan operasional.

Pelaksanaan kompetensi ini dibutuhkan untuk menjalankan institusi secara sistimatis dan terstruktur, terutama ketika institusi berhadapan dengan berbagai perubahan aturan berkaitan dengan pelaksanaan akademik. Salah satu informan menyampaikan bahwa perencanaan merupaka tahapan manajerial prioritas karena dapat menjadi panduan dalam menlaksanakan pekerjaan.

Mendelegasikan dan Membagi Tugas

(25)

prestasi tidak bisa dilakukan sendiri oleh Ketua Prodi melainkan dengan cara bersama dengan membagi tugas bersama kolega yang lain. Membagi tugas meliputi kegiatan analisis tugas, menganalisa kecocokan tugas dan individu yang akan mengerjakan, kemudian mendelegasikan tugas.

Beberapa kegiatan inti yang membutuhkan kompetensi ini adalah kegiatan pembagian tugas mengajar dan pembagian tugas akademik lainnya dan pembagian tugas kegiatan non-akademik seperti panitia seminar dan tim penyusun borang akreditasi. Beberapa informan mengatakan terdapat kondisi yang dilematis dalam membagi tugas, terutama karena jumlah sumberdaya dosen yang tidak mencukupi sehingga beberapa dosen harus mengajar dengan beban kerja yang tinggi.

Untuk membagi tugas, pimpinan perlu menganalisa beban kerja tugas tersebut, terutama berkaitan dengan tugas khusus. Kompetensi individu yang akan melaksanakan tugas juga perlu dianalisa berkaitan dengan kecocokan keahlian, pengalaman, dan komitmen individu tersebut dalam menyelesaikan tugas. Dalam membagi tugas, Ketua Jurusan juga perlu menganalisa metode koordinasi yang tepat antar stakeholder terkait baik dalam bentuk koordinasi maupun supervisi.

Melakukan supervisi

Ketua Jurusan secara administratif dan substantif berperan dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja dosen dan karyawan non-akademik yang ditempatkan di Jurusan. Oleh karena sistim kerja dosen yang bersifat kolegial, bukan structural, maka proses pengawasan dan supervise tidak bisa dilakukan dengan pendekatan birokratif. Salah satu informan menyampaikan bahwa perlu menggunakan beberapa pendekatan khusus dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja dosen.

(26)

Informan lain juga menyampaikan untuk melakukan koreksi dan pembinaan terhadap dosen, tidak langsung dilakukan secara administratif. Jika sudah terdapat lebih dari dua kali keluhan oleh mahasiswa berkaitan dengan dosen yang bersangkutan – biasanya pada proses pembimbingan tugas akhir -, dosen tersebut dipanggil dan dikonfirmasi kebenaran laporan mahasiswa. Berbagai usul perbaikan kinerja dilakukan antara dosen dan Ketua Jurusan. Pendekatan lain yang dilakukan adalah dengan memberikan surat peringatan secara formal kepada dosen yang bersangkutan jika kinerja tidak mengalami perubahan setelah beberapa kali dipanggil dan diarahkan.

Membangun dan mengembangkan jaringan

Terdapat beberapa konteks pekerjaan yang membutuhkan kompetensi untuk membangun Jaringan. Bagian paling mendasar adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga pengajar jika institusi kekurangan sumber daya. Jaringan yang dimiliki akan memudahakan pengelola untuk memperoleh tenaga pengajar yang memenuhi kompetensi sebagai dosen tambahan/luar biasa bagi Jurusan.

Selain tujuan pemenuhan kebutuhan tenaga pengajar, jaringan yang dimiliki juga memberikan kontribusi dalam melaksanakan program kerja sama antar institusi. Beberapa program pertukaran tenaga pengajar dan mahasiswa ke luar negeri dapat dilaksanakan karena kepemilikan jaringan dari pengelola Jurusan. Selain itu, jaringan yang dimiliki berupa komunitas industri dapat menjadi sumber pendapatan bagi institusi melalui serangkaian kerja sama penelitian, konsultasi, maupun pelatihan.

Dalam membangun jaringan, pengelola perlu mempertimbangkan beberapa hal berkaitan dengan membangun komunikasi untuk tujuan jangka panjang. Salah satu informan mengatakan bahwa untuk membangun jaringan, terutama pihak industri maupun pemerintah, dapat dilakukan dengan cara mengundang mereka menjadi dosen tamu untuk beberapa mata kuliah tertentu atau menjadi pembicara untuk kuliah umum dan seminar.

(27)

Sebagai pimpinan jurusan, Ketua Program Studi/Jurusan perlu memiliki kapasitas intelektualitas yang tinggi berkaitan dengan bidang/jurusan yang dipimpin. Kepemilikan kompetensi ini memastikan pengelolaan akademik yang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada bidang tersebut. Kemampuan tersebut sangat berpengaruh terhadap arah perkembangan penelitian tingkat Jurusan serta kemungkinan untuk melakukan inisiasi pengembangan kurikulum.

Kemampuan akademi juga dapat menjadi image kredibilitas Jurusan terhadap pihak eksternal. Kemampuan pimpinan sering diasosiasikan dengan kemampuan institusi secara menyeluruh. Informan menyampaikan bahwa untuk berinteraksi dengan pihak eksternal, harus dilakukan secara hati-hati dan professional karena membawa nama dan image institusi/Jurusan. Kredibilitas ketua Jurusan ketika berinteraksi sering memberikan manfaat kepada Jurusan berupa persepsi positif, jaringan, bahwak kerjasama.

Gaya kepemimpinan empowerment dan fleksibel

Gaya kepemimpinan yang dimaksud adalah adanya suatu pegangan yang dijadikan prinsip bagi ketua program studi dalam menjalankan tugas dan fleksibilitas dalam menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan faktor situasional. Kondisi ini memungkinkan pengelola untuk diidentifikasi berdasarkan gaya utama, tapi tetap memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Kedua aspek tersebut dianggap penting dalam melaksanakan tugas operasional dan upaya pencapaian tujuan strategis.

Gaya utama yang perlu dipertimbangkan oleh Ketua Jurusan/Prodi adalah gaya

empowerment yang memungkinkan pengelolaan struktur kolegial dapat dilaksanakan dengan baik. Sebagaimana dipahami bahwa hubungan kerja antara dosen tidak bersifat hirarki yang kaku, melainkan dalam bentuk kolegial berdasarkan keahlian. Gaya ini perlu diterapkan kepada bawahan yang memiliki kompetensi dan komitmen tinggi sperti kepada dosen.

(28)

membutuhkan kemampuan untuk menyesuaikan gaya yang digunakan dengan situasi pengelolaan.

Pemimpin perlu menggunakan gaya pengelolaan yang berbeda ketika berhadapa dengan mahasiswa, karyawan, dosen senior, dosen junior, termasuk dengan pejabat structural di dalam institusi. Selain itu, fleksibilitas gaya kepemimpinan juga dibutuhkan ketika Ketua Jurusan/Prodi melakukan kegiatan kerja sama dengan pihak luar institusi.

Manajemen konflik

Seorang Ketua Jurusan/Program Studi dihadapkan secara langsung dengan berbagai permasalahan, termasuk serangkaian konflik yang terjadi di dalam institusi. Berbagai konflik terjadi baik antar mahasiswa, antara mahasiswa dan dosen, konflik melibatkan karyawan, bahkan konflik antar dosen. Kondisi tersebut secara langsung membutuhkan penyelesaian secara institusi yang kemudian dibebankan secara langsung kepada Ketua Jurusa/Prodi.

Untuk melaksanakan upaya penyelesaian konflik, pemimpin biasanya berpegang kepada regulasi yang mengatur pelaksanaan. Dengan upaya ini, dapat dikesankan bahwa Ketua Jurusan tidak memiliki tendensi tertentu terhadap satu pihak. Jika terdapat konflik yang ambigu dengan regulasi, biasanya dilakukan serangkaian upaya diskusi dan mediasi untuk mencapai kesepakatan.

Informan menjelaskan bahwa pimpinan perlu mengetahui proses dan prosedur dalam memimpin institusi, terutam karena perguruan tinggi dituntut untuk selalu menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan lingkunga, baik lingkungan akademik mapun regulasi. Beberapa aspek teknis juga perlu dipelajari sebelumnya oleh pimpinan seperti teknik penyusunan anggaran dan pertanggungjawaban/ pelaporan keuangan.

(29)

menjadi bekal pengalaman yang dapat membantu mereka dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Pelatihan Untuk Mencapai Kompetensi

Berdasarkan kompetensi tersebut diatas maka pelatihan-pelatihan yang berhasil diidentifikasi dibutuhkan untuk mencapai kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pelatihan tata kelola perguruan tinggi

2. Pelatihan manajemen mutu

3. Pelatihan perencanaan dan pengembangan kurikulum perguruan tinggi

4. Pelatihan perencanaan dan pengelolaan anggaran Perguruan tinggi

5. Pelatihan pengelolaan jurnal dan publikasi ilmiah

6. Pelatihan teknik monitoring dan evaluasi

7. Pelatihn perencanaan dan pengembangan lulusan

8. Pelatihan Public speaking

9. Pelatihan kepribadian dan etika

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

a) Kompetensi yang dibutuhkan untuk level manajemen jurusan pendidikan tinggi adalah kemampuan komunikasi, perencanaan, mendelegasikan tugas, melakukan supervisi, mengembangkan dan membangun jaringan, kemampuan akademik, gaya kepemimpinan dan fleksibilitas serta manajemen konflik.

(30)

tinggi, Pelatihan perencanaan dan pengelolaan anggaran Perguruan tinggi, Pelatihan pengelolaan jurnal dan publikasi ilmiah, Pelatihan teknik monitoring dan evaluasi, Pelatihn perencanaan dan pengembangan lulusan, Pelatihan Public speaking dan Pelatihan kepribadian dan etika

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Prentice Hall.

Bass, B. M. (1997). Doe the Transactional - Transformational Leadership Paradigm Transcend Organization and National Boundaries. American Psychologist , 52 (2), 130-139.

Bikmoradi, A., Brommels, M., Shogli, A., Khorasami-Zavarech, D., & Masiello, I. (2010). Identifying challenges for academic leadershi in medical universities in Iran. Medical Education , 44, 459-467.

BKN-RI. 2013. Perka BKN-RI Tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Manajerial Pegawain Negeri Sipil. In B. K. N. R. Indonesia (Ed.), Nomor 7

Tahun 2013.

Billing, D. (2007). Teaching for transfer of core/key skills in higher education: Cognitive skills. Higher Education , 53, 483-516.

Bolden, R., Petrov, G., & Gosling, J. (2008). Tension in Higher Education Leadership: Towards a Multi-Level Model of Leadership Practice. Higher Education

Quarterly , 62 (4), 358-376.

Canada, G. o. 2006. Key Leadership Competencies. In C. PSC (Ed.). Canada: Canada Public Service Agency and the Public Service Commision

Cooper, D. R., & Schindler, P. S. (2008). Business Research Method (8 ed.). New York: McGraw-Hill.

Drucker, P, F,. (1990). Managing Non-profit Organization: Practice and Principles. Butterworth-Heinemann

Fielder, F. E. (1964). A theory of leadership effectiveness. In L. Berkowitz (Ed.),

Advances in experimental social psychology. New York: Academic Press.

Finkeilstein, S., Hambrick, D. C., & Cannella, A. A. (2009). Strategic Leadership:

Theory and Research on Executive, Top Management Team, and Boards. Oxford

University Press.

Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E. (2010). Multivariate Data

Analysis (7 ed.). Pearson.

Hambrick, D. C., & Mason, P. A. (1984). The organization as a reflection of its top managers. Academy of Management Riview , 9 (2), 193-206.

Herbst, T. H., & Conradie, P. D. (2011). Leadership Effectiveness in Higher Education: Managerial Self-Perception Versus Perception of Others. SA Journal of

industrial psychology .

(31)

Akbar Forum Manajemen Indonesia. Surabaya: Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Airlangga.

Johan, A. P., Herri. (2013). Effect of Knowledge Integration as Mediation of TMTs Characteristic and Innovativeness in Higher Education Institution. International

Journal of Management and Technology.

Kirkpatrick, S., & Locke, E. (1991). Leadership: Do Traits Matter? Academy of

Management Executive .

Lindell, M., & Rosenqvist, G. (1992). Management Behavior Dimension and Development Orientation. Leadership Quarterly , 355-377.

Madura, J. (2001). Introduction to Business 2ndEdition. Dave Shaut

Marginson, S. (2004). Competition and Markets in Higher Education: a 'glonacal analysis'. Policy Futures in Education.

Miller, C. (2008). Decisional Comprehensiveness and Firm Performance: Toward a More Complete Understanding. Journal of Behavioral Decision Making , 21, 598-620.

Robbins, S. P. (2001). Organizational Behaviour. Prentice Hall.

Rothwell, W,J., Jacqueline M,S., Roland, L,S., Arielle, S,. (2010). Practicing Organization Development A Guide for Leadeing Change. Pfeiffer.

Schriesheim, C., Cogliser, C., & Neider, L. (1995). "Is Trustworthy"? A Multiple Level of Analysis Reexamination of an Ohio State Leadership Study, With Implication for Future Research. Leadership Quarterly .

Thompson, A., Margeret, P., John, G., A. J. Stickland. (2013). Crafting & Executing Strategy: The Quest for Competitive Advantage: Concepts and Cases. McGraw-Hill Education.

Wibowo, E,. (2010). Implementasi Good Corporate Governance di Indonesia. Jurnal

Ekonomi dan Kewirausahaan.

(32)

PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO,

TOTAL ASSETS TURN OVER TERHADAP RETURN ON INVESTMENT

(Studi Kasus: Perusahaan Logam dan Produk Sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Agus Dwiwitoko , Listiana Sri Mulatsih ,Yuhelmi .

1

Mahasiswa Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta Padang

2

Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta Padang

E-mail :dwiwitokoagus@gmail.com economiciana@yahoo.com yuhelmis@yahoo.co.id

Abstract

Purpose of this research is to find out the influence of current ratio, debt to equity ratio, total assets turn over against return on investment of metal company and other metal products that are registered in indonesia stock exchange in period of 2010-2013. The methods of analysis that are used in this research are multiple linear regression and classical assumption that consists of normality test, multicollinearity test, heteroskedasticity test, autocorrelation test and also hypothesis test, F test and T test that are processed by Eviews program. Based on hypothesis test, it was found that current ratio has significant possitive effect against the return on investment on metal company and other metal products, debt to equity ratio has significant effect against the return on investment on metal company and other metal products, total assets turn over has no effect against the return on investment on metal company and other metal products.

Keywords: current ratio, debt to equity ratio, total assets turn over, and return on investment.

PENDAHULUAN

Pada umumnya tiap-tiap perusahaan mempunyai tujuan pokok yaitu dapat memaksimumkan nilai perusahaan demi kelangsungan usahanya. Tujuan memaksimumkan nilai perusahaan berkaitan dengan keuntungan jangka panjang dari perusahaan. Untuk itu perusahaan membutuhkan modal yang cukup besar untuk mempunyai kegiatan operasionalnya. Usaha peningkatan modal dapat dilakukan salah satunya dengan cara menarik dana dari luar yaitu melalui pasar modal. Melalui pasar modal, pembentukan modal dan akumulasi dana diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Keberadaan institusi ini bukan cuma sebagai wadah sumber pembiayaan, tetapi juga sebagai sumber investasi. Jadi sarana investasi ini bukan hanya permodalan lokal tetapi juga permodalan asing, baik swasta maupun pemerintah. Menurut Wasis (2000) Return

On Investment merupakan alat ukur finansial yang

(33)

perusahaan. Pengukuran Return On Investment perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio

aktivitas. Melakukan dengan pengukuran dengan metode ini memudahkan dalam perhitungannya selama data tersedia. Sedangkan kelemahan metode ini tidak dapat mengukur Return On Investment perusahaan secara akurat karena data yang digunakan tidak terlepas dari penafsiran yang berdampak pada timbulnya distorsi sehingga Return

On Investment perusahaan tidak terukur secara tepat

dan akurat.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti memfokuskan untuk meneliti jenis subsektor logam dan produk sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena dari ketujuh subsektor industri dasar dan kimia hanya jenis subsektor logam dan produk sejenisnya yang mengalami fluktuasi paling besar selama empat tahun dibandingkan dengan jenis subsektor lainnya, seperti yang dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1

Jumlah dan Proporsi perusahaan yang mengalami penurunan ROI Sektor Industri Dasar dan Kimia

tahun 2010-2013

Sumber: Idx.co.id

Berdasarkan data yang di peroleh pada tabel 1.1 menunjukkan perusahaan yang terdapat di industri logam dan produk sejenisnya mengalami fluktuasi paling besar Return On Investment selama empat tahun yaitu 2010 sampai 2013 dibandingkan dengan sub sektor lainya, dengan jumlah perusahaan sebanyak 14 perusahaan yang terdaftar pada subsektor logam dan produk sejenisnya. Hal itu terihat dari proporsi nilai penurunan ROI pada tahun 2010 yaitu sebesar 36%, pada tahun 2011 sebesar 29%, pada tahun 2012 sebesar 64%, dan pada tahun 2013 sebesar 50%.

Berdasarkan fenomena diatas untuk memutuskan suatu perusahaan tersebut memiliki kualitas dalam menjalankan efektivitas operasi yang baik maka ada beberapa penilaian yang paling dominan yang dapat dijadikan sebagai acuan.

Return On Investment (ROI) adalah ukuran profitabilitas perusahaan yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya (Kasmir, 2013). Rasio ini sering dipergunakan oleh pemegang saham untuk mengukur besarnya tingkat pengembalian investasi.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disajikan diatas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh Current Ratio (CR)

terhadap Return On Investment pada perusahaan logam dan produk sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

2. Bagaimana pengaruh Debt to Equity Ratio

(DER) terhadap Return On Investment pada

perusahaan logam dan produk sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

N

(34)

3. Bagaimana pengaruh Total Assets Turn Over

(TATO) terhadap Return On Investment pada

perusahaan logam dan produk sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

Berdasarkan kepada perumusan masalah, tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis dan membuktikan pengaruh

Current Ratio (CR) terhadap Return On Investment pada perusahaan logam dan produk

sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Menganalisis dan membuktikan pengaruh Debt

to Equity Ratio (DER) terhadap Return On

Investment pada perusahaan logam dan produk

sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Menganalisis dan membuktikan pengaruh Total

Assets Turn Over (TATO) terhadap pertumbuhan

laba pada perusahaan logam dan produk sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN

HIPOTESIS

Return On Investment

Analisa Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh komprehensif (Munawir, 2007). Analisa ROI ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Menurut Sawir (2005) Return

On Investment (ROI) ukuran profitabilitas perusahaan yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.

efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Semakin tinggi rasio ini, maka semakinbaik keadaan perusahaan.

Current Ratio

Menurut (Fahmi, 2012) current ratio (rasio lancar) adalah ukuran yang umum digunakan atas kemampuan membayar utang jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan ketika jatuh tempo.Rasio lancar yang rendah menunjukan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang dengan pihak luar sehingga hal itu dapat mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan.

Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang

digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang (Kasmir, 2013). Semakin tinggi Debt to Equity Ratio menunjukkan semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar, hal ini sangat memungkinkan menurunkan kinerja perusahaan serta menurunkan tingkat return

on investment.

Total Assets Turn Over

Total Assets Turn Over merupakan rasio

(35)

Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Return

On Investment.

Current ratio merupakan salah satu rasio

likuiditas. Fred Weston dalam Kasmir 2013, menyebutkan bahwa rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih maka akan mampu untuk memenuhi utang (jatuh tempo) tersebut. Current ratio menunjukan sejauh mana aktiva lancar untuk menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar nilai perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar maka akan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini didukung oleh Herwidy (2014), Asiah (2011), Hernawati (2007) dan Sari (2007) menyatakan current ratio

berpengaruh positif signifikan positif terhadap

return on investment.

H1 : Rasio current ratio berpengaruh positif terhadap return on investment.

Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap

Return On Investment

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah

satu rasio solvabilitas. DER menunjukkan perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. Menurut Sawir (2005) Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Teori trade-off menjelaskan perusahaan perlu menggunakan hutang untuk mendanai aktivitas investasi, dimana penggunaan hutang dalam batas tertentu akan menambah modal bagi perusahaan yang dimanfaatkan untuk investasi agar tingkat keuntungan bertambah apabila investasi yang dilakukan berhasil, tetapi hutang yang telah optimal apabila perusahaan menambah

lagi hutang tersebut untuk investasi akan menyebabkan resiko kebangkrutan juga akan lebih besar karena perusahaan harus membayar beban bunga meskipun investasi yang dilakukan memperoleh keuntungan yang besar sehingga menyebabkan kinerja jadi jelek karena perusahaan harus membayar beban bunga yang besar juga sehingga laba yang didapat perusahaan kecil akibat tidak mampu menutupi beban bunga yang besar. Dengan kata lain ada dua kemungkinan yang terjadi, penggunaan hutang akan menyebabkan kinerja perusahaan baik karena laba yang didapat lebih besar dan penggunaan hutang juga akan membuat kinerja perusahaan jelek akibat laba yang dihasilkan kecil sehingga adanya pengaruh positif maupun negatif DER terhadap ROI. Hal ini didukung oleh penelitian Karyawati, dkk (2011) dan Priharyanto (2009) menunjukan bahwa debt to

equity ratio berpengaruh signifikan positif terhadap

Return On Investment. Kemudian penelitian beda hasil yang dilakukan oleh Utama (2014), Sari (2007), dan Tjandera (2006) menunjukan bahwa

Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan negatif

terhadap Return On Investment.

H2 : Rasio debt to equity ratio berpengaruh

terhadapreturn on investment.

Pengaruh Total Assets Turn Over (TATO)

terhadap Return On Investment

Total Assets Turn Over merupakan salah satu

rasio aktivitas. Rasio Total Assets Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan dari setiap aktiva yang tersedia (Fahmi, 2012). Semakin besar

Total Assets Turn Over menunjukkan perusahaan

(36)

perusahaan untuk menghasilkan penjualan bersihnya. Semakin cepat perputaran aktiva suatu perusahaan untuk menunjang kegiatan penjualan bersihnya, maka akan berpengaruh terhadap perolehan laba perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian Herwidy (2014), Tjandera (2006) menunjukan Total Assets Turn Over terhadap

Return On Investment adalah bersifat positif dan

signifikan.

H3 : Rasio total assets turn over berpengaruh positif terhadap return on investment.

Kerangka Pemikiran

METODOLOGI PENELITIAN

Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan logam dan produk sejenisnya yang

listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode

2010-2013 yang berjumlah 14 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini digunakan sampling jenuh, istilah lain

sampling jenuh adalah sensus.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, untuk memenuhi syarat penelitian digunakanlah pooling data, pooling data adalah gabungan dari time series dan cross section (Shochrul, 2011). Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu memperoleh data dari dokumen berupa laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit pada periode 2010–2013 dan ringkasan

Definisi Operasional Variabel

a. Variabel Dependen (Y)

Return on Investment

Return On Investment dalam penelitian ini

adalah variabel dependen. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Fahmi (2012), variabel return on

investment diprosikan dengan membagi pendapatan

setelah pajak dengan total assets.

Return On Investment dapat dirumuskan sebagai

berikut (Fahmi, 2012):

Return On Investment = Earning After Tax

/ Total Assets

b. Variabel Independen (X)

Current Ratio (X1)

Current ratio adalah salah satu rasio likuiditas yang merupakan ukuran yang umum digunakan atas kemampuan perusahaan membayar utang jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan ketika jatuh tempo. Pada penelitian ini, Current ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan hutang lancar.

Current ratio / CR) dapat dirumuskan sebagai

berikut (Fahmi, 2012): CR = Aktiva Lancar

Hutang Lancar

Debt to Equity Ratio (X2)

Debt to equity ratio merupakan rasio yang

digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dapat dihitung dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas.

Debt to equity ratio (DER) dapat dirumuskan

sebagai berikut (Kasmir, 2008): DER = Total Hutang

Modal Sendiri

Current ratio (X1)

Debt to Equity Ratio (X2)

Total Assets Turn Over (X3)

(37)

Total Assets Turn Over (X3)

Total assets turn over merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. Rasio ini menunjukan proporsi antara penjualan bersih dengan seluruh kekayaan yang dimiliki. Pada penelitian ini, total

assets turn over dihitung dengan membagi total

hutang dengan modal sendiri.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linier berganda dengan persamaan berikut: Yit= α + b1X1it+ b2X2it+ b3X3it+b4X4it+ ε

Keterangan:

Y = Return On Investment

α = konstanta

b1= Koefisien regresi untuk X1

X1t= Current Ratio

b2= Koefisien regresi untuk X2

X2t= Debt to Equity Ratio

B3= Koefisien regresi untuk X3

X3t= Total Assets Turn Over

ε =error (variabel bebas lain diluar model

regresi).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Model Regresi dan Pengujian Hipotesis

Setelah seluruh variabel berdistribusi normal dan terbebas dari masing masing gejala asumsi klasik maka pembentukan model regresi linier

square dapat dilakukan. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan bantuan program Eviews maka dapat diperoleh hasil terlihat pada Tabel 4.7 dibawah ini:

Tabel 4.7

CR 0.040112 0.0001 0,05 Signifikan DER 0.012190 0.0369 0,05 Signifikan TATO -0.006948 0.6573 0,05 Tidak

Signifikan F-Prob 0.000926

R-Square 0.268769 Sumber: Data diolah

Pada tabel 4.7 terlihat bahwa masing-masing variabel telah memiliki nilai koefisien korelasi sehingga dapat dibentuk kedalam model regresi berganda, yang terlihat sebagai berikut :

Y =–0,024 + 0,040X1 + 0,012X2 - 0.007X3

Berdasarkan uji F menunjukkan nilai

probability sebesar 0.000926. sehingga hasil yang

diperoleh menunjukkan nilai probability yang dihasilkan lebih kecil dari pada nilai alpha yang digunakan 0,05. Maka keputusannya H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dibentuk dalam penelitian ini diterima. Pengujian nilai dari koefisien diterminasi sebesar 0,269. Hal ini menunjukkan semua variabel bebas yaitu CR, DER, TATO memberikan kontribusi dalam mempengaruhi ROI sebesar 26,9% sedangkan sisanya 73,1% lagi dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Pengujian hipotesis pertama yang menggunakan variabel CR diperoleh nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,040 dengan nilai

probability hasil pengujian t-statistik sebesar 0,000.

Gambar

Tabel 1
Tabel 4.7Hasil Pengujian Hipotesis
Tabel 2. Hasil Estimasi Uji Hipotesis untuk Software Komputer Bajakan
Gambar 1.1Kasus Managemen Laba Non-GAAP berupa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan meneliti keberadaan air tanah dangkal yang memanjaatkan data muka air tanah dibawah permukaan tanah pada sumur penduduk di Pulau Bawean, maka dapat diketahui

pertama, hadits dari Aisyah yang menyatakan bahwa perkawinan tanpa wali termasuk. perkawinan yang

Untuk manda pa tk<m standar p1utumbuhan itik JJ.abio... Tungk3i

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pranata et all, (2012) menyebutkan bahwa, Komite Audit memiliki pengaruh yang positif terhadap penghindaran pajak, sedangkan menurut

Miskonsepi terakhir pada tabel ini sesuai dengan data menunjukan bahwa pada mahasiswa tingkat awal mengalami miskonsepsi dengan konsep bahwa Teori kinetik tidak

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak buah delima dapat menurunkan jumlah sel yang mengekspresi TGF-β1 dan kolagen tipe I pada ventrikel

S Penyajian statistik peningkatan pembelian dan penjualan dalam melakukan analisis pembelian dan penjualan serta dalam melakukan pengambilan keputusan, belum

seluruh dokumen, data, informasi, dan/atau keterangan yang saya sampaikan, berikan, kirimkan, dan/atau isikan untuk memenuhi persyaratan sebagai mahasiswa