• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perumusan Masalah

Dalam dokumen KAJIAN ANALISIS USAHA TANI INTEGRASI P (Halaman 140-148)

DALAM MENGHADAPI MEA

DI SUMATERA BARAT

1.2. Perumusan Masalah

Dalam kondisi dualisme lembaga keuangan yang melayani kebutuhan Usaha Tani Kecil (UTK) di pasar uang pedesaan (Ross Mc.Leod dalam Kuncoro, 1987) terdapat beberapa Model lembaga keuangan di pedesaan. Model LKF sangat sulit diakses karena karakteristiknya yang bersifat procedural dan menerapkan persyaratan yang sulit dipenuhi oleh pengusaha tani (Mubiarto, 1990; Kartasasmita, 1990; Braverman, 1993). Sedangkan model LKSF hasil bentukan dan binaan pemerintah, kenyataannya cenderung belum efektif memenuhi kebutuhan kredit usaha kecil menengah (Nowirman, 1998); Zakri., 2001).

Model LKI yang ada di pedesaan dapat dibedakan kedalam perantara keuangan individu ( Individual Financial Broker) dan kelompok swadaya keuangan (Financial Self-help Groups) (Korpp, 1998). LKI dalam bentuk perantara keuangan individu sangat dominan di pedesaan

(Wharton Jr, 1973; Gemmel, 1994; Hayami dan Ruttan, 1997) dan umumnya bersifat eksploitatif (Sugianto, 1994; Mubiarto, 1990; Ahmad, 1991). Sementara LKI dalam bentuk kelompok swadaya (KSM) walaupun relative kurang dominan (dalam kelompok terbatas), namun mampu eksis dalam melayani kebutuhan kredit usaha menengah kecil dan tidak berifat eksploitatif, seperti julo-julo (Zakri, 2001) dan kelompok kongsi (Nuwirman, 1998). Lembaga ini mampu memenuhi kebutuhan kredit masyarakat yang tidak mampu mengakses sumber kredit LKF. Kemampuan KSM/SHG berperan di pedesaan karena lemabaga ini tumbuh dari masyarakat dan memiliki modal bersama (Acharya dkk, 1992; Quinones Jr, 1992) yang dilandasi oleh nilai-nilai sosial yang berkembang di masyarakat. Bahkan pada kelompok Kongsi di Sumatera Barat terdapat nilai-nilai sosial, adat dan agama dalam pengelolaan keuangan (Nuwirman, 1998). Hal ini sesuai dengan pola hidup

masyarakat Minagkabau “Adat Basandi Syarak (ABS), Syarak Basandi Kitabullah (SBK)”

Belum efektifnya LKF dan LKSF bentukan dan binaan pemerintah bagi usaha kecil menenengah di pedesaan memberikan indikasi bahwa pemerintah (LKF) hanya terfokus pada bagaimana memasukkan modal eksternal ke pedesaan tanpa mempertimbangkan kondisi objektif masyarakat dan potensi sosial budaya di pedesaan (Kartasasmita, 1992; Abdurrahman dan Soekartawi, 1977; Siamwala, 1980), misalnya lembaga keuangan yang ada, karakteristik usaha tani, potensi modal sosial, serta kebijakan pemerintah yang terkait dengan perkembangan lembaga keuangan dan permodalan usaha tani kecil. Terkecuali LKSF proyek Grameen Bank (GB) yang dibangun oleh individu mampu eksis dan berperan melayani kebutuhan modal masyarakat berpendapatan rendah di pedesaan walaupun dalam perkembangannya lembaga ini mendapat bantuan pemerintah Bangladesh. Sementara eksistensi LKI /KSM di pedesaan mampu berperan melayani kebutuhan usaha kecil menengah, walaupun masih dalam lingkup terbatas kelompok tertentu. Hal ini menunjukkan adanya mobilisasi modal internal dalam masyarakat pedesaan, sehingga persoalan modal usaha kecil menenangah tidak selamamnya hanya dapat diatasi dengan mengandalkan mobolisasi modal eksternal (pemerintah) LKF dan LKSF seperti selama ini.

Berdasarkan fenomena di atas yang menjadi masalah adalah, Pertama, mangapa Lembaga Keuangan Informal (LPN) dapat bertahan dalam jangka panjang dan berperan efektif dalam melayani kebutuhan modal UTK di daerah pedesaan dan Kedua bagaimana Lembaga Keuangan Mikro (LPN) menerapkan modal sosial dalam meningkatkan peran lembaga keuangan mikro dalam melayani kebutuhan modal UTK ?

Sampel yag diambil daerah penelitian adalah Lumbung Pitih Nagari (LPN) Pulau Mainan yang berlokasi di Kabupaten Dhamasraya, Provinsi Sumatera Barat. Dalam penelitian ini pada dasarnya digunakan metode analisa deskriptif kualitatif, Metode ini merupakan proses mengorgansasikan dan mengurutkan data kedalam pola-pola, kategori-kategori dan satuan uraian dasar, sehingga akan diperoleh tema dan kesimpulan (Moleong, 1993). Cukup banyak studi mengenai eksistensi dan peranan kelembagaan keuangan di pedesaan yang dianalisis dengan mengandalkan analisa kualitatif (Nuwirma, 1998; Zakri, 2001; Djoni, 1996; Imelia, 1997; Minir, 1991).

Hasil Analisis dan Pembahasan

a) Analisis Efektifitas Peran LPN Pulau Mainan

Dalam Tbel 1.1. terlihat efektifitas Lumbung Pitih Nagari (LPN) Pulau Mainan, dianalisis secara kulitatif yaitu terhadap falsafah pendirian lembaga, aksesibilitas, keadilan distribusi, dan

kemanfaatan kredit. Fokus falsafah pendirian lembaga meliputi latar belakang dan orientasi pendirian. Fokus aksesibilitas, meliputi berbagai indikator yaitu prosedur dan persyaratan, agunan, lokasi lembaga, waktu pengajuan/pencairan kredit, dan pengembalian. Fokus keadilan distribusi meliputi nasabah penerima kredit dan jumlah/alokasi kredit. Fokus kemanfaatan kredit meliputi peningkatan pendapatan, dan pemenuhan kebutuhan modal. Sedangkan fokus peran pengurus dalam mobilsasi modal yaitu sejauh mana peran pengurus dalam mobilisasi modal internal/eksternal dan keberlanjutan lembaga. Pada tahap ini proses klarifikasi, abstraksi, dan komparasi data dari lapangan (lembaga keuangan kasus) tetap dilakukan untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat mendasar dan universal.

Tabel1.1.

Efektivitas Kesesuaian Karakteristik Model LPN Pulau Mainan dengan UTK

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga faktor penting yang menyebabkan LKI/KSM dapat bertahan dan berperan efektif melayani UTK di pedesaan yaitu:

a) Unsur Kepercayaan.

Adanya sifat saling percaya antara anggota dan pengelola menyebabkan LKI/KSM mudah diakses oleh UTK karena kerjasama dan saling percaya didasari oleh kesesuaian karakteristik lembaga dengan karakteristik usaha tani. Karakteristik lembaga dicirikan oleh UTK sebagai target utama pelayanan kredit, prosedur dan persyaratan administrasi relatif mudah, tidak menerapkan agunan, sistem pengembalian relatif ringan dan fleksibel, dan lokasi mudah dijangkau. Sedangkan sifat dan dinamika UTK dicirikan oleh luas lahan terbatas, masih terdapat petani penggarap, dan usaha bersifat musiman. Sedangkan dinamika UTK meliputi ketergantungan pada pinjaman kredit, tidak memiliki agunan, dan hanya mampu mengakses kredit yang dengan tingkat bunga rendah dan mudah dan cepat dapat diperoleh.

b) Efektivitas Jaringan Kerja.

Jaringan kerjasama diantara anggota berakibat pada efektifnya pelayanan kredit pada LKI/KSM

Sifat & Dinamika UTK

Karakteristik Lumbung Pitih Nagari (LPN)

Pulau Mainan Lahan terbatas, usaha bersifat

musiman, dan modal terbatas

Target utama usaha tani skala kecil dan modal terbatas

Tidak memiliki agunan Tidak menerapkan syarat agunan

Hanya mampu mengakses pinjaman yang tidak berbunga

Tingkat bunga rendah

Hanya mampu mengakses kredit yang mudah diperoleh

Prosedur dan persya-ratan

administrasi mudah diakses, lokasi mudah dijangkau, kredit cepat diperoleh, pengembalian pinjaman mudah dan fleksibel

peningkatan pendapatan (LPN Pulau Mainan). Hal ini di samping ditentukan oleh prosedur dan persyaratan administrasi yang mudah, sistem pengembalian yang ringan dan fleksibel, dan tidak adanya syarat agunan. juga oleh. peran pengurus dalam mengelola dan mengawasi penggunaan kredit serta dapat memotivasi anggota agar berpartisipasi dalam memajukan lembaga milik masyarakat untuk menunjang proses pembangunan pertanian.

c) Unsur Norma

Keberhasilan dalam mobilisasi modal internal menyebabkan LKI/KSM khususnya LPN Pulau Mainan memiliki sumber modal utama dari setoran modal awal dan tabungan (73,9 %) pada tahun 2012 dengan jumlah kekayaan telah mencapai 14 milyar lebih, sehingga mampu memberdayakan UTK baik dalam pemenuhan kebutuhan modal maupun peningkatan pendapatan tanpa bergantung pada mobilisasi modal eksternal terutama dari pemerintah.

Dari ketiga faktor tersebut (kepercayaan, jaringan kerja dan norma), memiliki peran yang mendasar, sehingga menjadi kunci berperannya LPN secara efektif melayani UTK. kontribusi finansial anggota dalam mobilisasi modal internal seperti terlihat pada Tabel 4.28 berikut:

Tabel 4.28. Kontribusi Finansial Anggota dalam Mobilisasi Modal Internal pada LPN

em baga Keuanga

n

Bentuk Kontribusi Jumlah Kontribusi/persentase

2012 Persentase LPN Modal Disetor Tabungan Simpanan Berjangka Cadangan Modal Pasiva lainnya Jumlah NPL 1.804.650.000 10.144.773.465 691.500.000 770.577.847 2.756.824.847 16.168.326.159 - 11,1 62,8 4,2 4,8 17,1 100 2 %

Tingginya jumlah tabungan merupakan indikasi dari rasa saling percaya antara pengurus lembaga dengan anggota, kondisi ini mencerminkan rasa memiliki yang tinggi terhadap lembaga, sehingga membangun rasa partisipasi dari semua anggota terhadap keinginan anggota untuk mengembangkan dan meningkatkan kemandirian lembaga. Indikator rendahnya tingkat kredit macet (2 %) juga menggambarkan kepatuhan dan ketaatan terhadap norma yang berlaku dalam lembaga yang didirikan, dilaksanakan dan dimonitoring oleh anggota sendiri.

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, terdapat tiga faktor penting yakni unsur

kepercayaan, jarigan kerja dan norma dan yang menyebabkan LPN Pulau Mainan dapat bertahan dan berperan efektif melayani UTK di pedesaan dan berdampak terhadap pembangunan pertanian di daerah penelitian

a Unsur Kepercayaan

Sifat saling percaya baik antara anggota dengan anggota maupun antara anggota dengan pengurus mengakibatkan terbentuknya jaringan yang memungkinkan terbentuknya kerjasama yang saling menguntungkan antara anggota dalam mencapai tujuan bersama. Kondisi demikian berdampak pada kesesuaian karakteristik lembaga dengan karakteristik sifat dan dinamika UTK menyebabkan LKI/KSM mudah diakses oleh UTK.

Karakteristik lembaga dicirikan oleh UTK sebagai target utama pelayanan kredit, prosedur dan persyaratan administrasi relatif mudah, tidak menerapkan agunan, sistem pengembalian relatif ringan dan fleksibel, dan lokasi mudah dijangkau. Sedangkan sifat dan dinamika UTK dicirikan oleh luas lahan terbatas, masih terdapat petani penggarap, dan usaha bersifat musiman. Sedangkan dinamika UTK meliputi ketergantungan pada pinjaman kredit, tidak memiliki agunan, dan hanya mampu mengakses kredit yang tingkat bunga rendah dan mudah diperoleh.

Kemudahan akses petani terhadap lembaga keuangan menyebabkan petani berhasil dalam proses pelaksanaan aktivitas pertanian. Kondisi demikian menandakan bahwa karakter lembaga keuangan yang sesuai dengan karakteristik petani, menyebabkan terjadinya proses pembangunan pertanian yang lebih baik.

Menimbulkan rasa saling percaya antara pengelola dan anggota dengan jalan membuat sistem kerja yang saling menguntungkan antara pengelola dan anggota. Rasa saling menguntungkan akan muncul apabila hasil dari kegiatan yang dilakukan dirasakan manfaatnya oleh kedua belah pihak. Keadaan ini akan menimbulkan rasa saling percaya, simpati, saling berpartisipasi dan rasa memiliki terhadap lembaga.

Hal in terbukti pada KPRI-GPU dari kelompok lembaga keuangan formal dan LPN Pulau Mainan dari kelompok lembaga keuangan informal / kelompok swadaya masyarakat, efektif melayani kebutuhan permodalan dan khusus pada LPN Pulau Mainan disamping dapat memenuhi kebutuhan permodalan juga berhasil meningkatkan pendapatan anggota (72 %) serta mengebangkan lembaga yang kuat dan mandiri dengan kekayaan masing-masing LPN Pulau Mainan 14 milyar lebih dan dengan persentase kredit macet hanya maksimum 2 persen, sementara pada KPRI-GPU jumlah kekayaan 42 milyar lebih dengan kredit macet 1,5 persen.

b Unsur Jaringan Kerja.

Jaringan kerja antara pengelola dan anggota yang diciptakan atasa adasar saling mempercayai menyebabkan efektifnya pengumpulan modal kolektif dan penyaluran kredit pada LKI/KSM. Hal ini sejalan dengan pendapat Fukuyama (1995), bahwa penerapan modal sosial yang tinggi (kepercayaan, jaringan dan norma) menyebabkan komunitas tersebut dengan mudah menyelesaikan masalahnya dan sekaligus dapat mengurangi biaya operasional.

Fakta empiris menyatakan bahwa kredit yang diterima dirasakan manfaatnya oleh UTK baik kebutuhan kredit maupun peningkatan pendapatan. Kenaikan pendapatan sekitar 72,5 persen dari petani pengguna kredit khususnya di daerah Dharmasyraya merupakan salah satu indikasi keberhasilan pembangunan pertanian di daerah penelitian sebagai akibat berperannya lembaga keuangan melayani kebutuhan modal bagi UTK yang menjadi nasabahnya.

Hal ini di samping ditentukan oleh prosedur dan persyaratan administrasi yang mudah, sistem pengembalian yang ringan dan fleksibel, dan tidak adanya syarat agunan. juga oleh peran pengurus dalam mengawasi penggunaan kredit dan memotivasi anggota. Disamping manfaat yang diterima oleh para anggota, manfaat juga diperoleh lembaga keuangan dalam mengembangkan keberlanjutan

lembaga dengan jalan memobilisasi modal internal, hal ini terlihat semakin meningkatnya jumlah tabungan di LPN Pulau Mainan (63 %).

Keberhasilan dalam mobilisasi modal internal menyebabkan LPN Pulau Mainan memiliki sumber modal utama (setoran modal awal dan tabungan), sehingga mampu memberdayakan UTK baik dalam pemenuhan kebutuhan modal maupun peningkatan pendapatan tanpa bergantung pada mobilisasi modal eksternal terutama dari pemerintah.

c Unsur Norma

Pengelolaan lembaga tidak hanya dibebankan kepada pengurus saja, tetapi juga melibatkan partisipasi setiap anggota. Walaupun secara resmi pengelolaan kelompok menjadi tanggung jawab pengurus, namun dalam praktek sehari-hari anggota dilibatkan oleh pengurus untuk memperhatikan dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup lembaga.

Pengurus dan anggota bersama-sama dalam merumuskan kebijakan dan mengambil keputusan mengenai hak dan kewajiban anggota. Dengan demikian keputusan yang diambil merupakan kesepakatan bersama antara pengurus dan anggota. Demikian pula dalam menghadapi berbagai permasalahan terutama menyangkut kemajuan usaha, anggota bermusyawarah dengan pengurus untuk menentukan jalan keluar yang paling tepat terutama dalam masalah permodalan.

Setiap permasalahan yang berkaitan dengan lembaga dibicarakan dan diputuskan dalam pertemuan kelompok yang dilaksanakan secara rutin. Setiap anggota dilibatkan dalam menentukan dan mengambil keputusan, sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan dan kesepakatan bersama dan harus ditaati bersama karena telah menjadi norma/aturan lembaga. Biasanya keputusan/norma/aturan bersama ini diambil dalam RAT.

Berdasarkan hasil penelitian ini npenulis merekomendasikan bahawa untuk lembaga keuangan yang efektif untuk pembanguan pertanian di daerah pedesaan adalah dengan memasukkan unsur sosial kapital dalam salah satu pesyaratan pencairan kredit untuk nasabah yang berada didaerah pedesaan yang mata pencahariannya adalah disektor pertanian. Pada tabel berikiut disajikan regulasi baru untuk para petani adalah sebagai berikut:

Tabel. 4.35 Regulasi Lembaga Keuangan Mikro yang Efektif bagi Usaha Tani Kecil

Regulasi Lama Regulasi Baru

1. Caharacter 1.Caharacter

1. Capital 2.Capital

2. Capacity 5C 3.Capacity C4S

3. Condition 4.Condition

4. Collateral 5.Social Collateral

DAFTAR PUSTAKA

Acharya. M, Shrestha.B, and Seibel.H.D. 1992 Self Help Groups in Nepal, in Self- Help as informal Intermediaries. B.R. Quinones Jr.Ed. 1992. APRACA Publication Bangkok, Thailand.

Ahmad Muchtar dkk, 1991 Kelembagaan Pertanian dan Kemiskinan di Riau, Pergepi Komisariat Riau.

Cerne, Michael M. 1993,The Sociologik’s Approach to Sustainable Development.Finacial & Development, Desember 11-13

Chaves, Rodrigo A & Claudio Gonzales-Vega, 1996, The Disaign of successful Rural Financial Intermediaries: Evidence from Indonesia, World Development 24(1): 65-78

Djoni, Asril, 1996 Pengembangan Lumbung Pitih Nagari: Suatu Perspektif Pengembangan Lembaga, Thesis yang tidak dipublikasikan, Pascasarjana Universitas Andalas, Padang. Fukuyama, Francis. 1995. Trust: The Social Virtues and the Creation of Prosperity. New York:

Free Press.

Hasbullah J, 2006 Social Capital Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia, Jakarta: MR- United Press Jakarta.

Hayami, Yujiro dan Masaro Kikuchi. 1987 Dilema Ekonomi Desa. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Imelda, 1997 Peranan Lembaga Keuangan Formal dan Informal Dalam Aspek Permodalan Usaha Kecil di Kecamatan Lintau Buo I Sumatera Barat. Thesis Yang Tidak di Publikasikan, Program Pascasarjana Unand Padang.,

Indiastuti, R., 2005 Arti Tahun Keuangan Mikro Bagi Indonesia , http://www.pikiran-rakyat .com /cetak/2005/0305/08/0608.htm(12/07/06)

Korpp, Erhard. Et al, 1989 Linking Self-Help Groups and Banks in Developing Countries, APRACA GTZ, Eschborn.

Krisna Wijaya, 2011, Kredit Umum Pedesaan BRI Dalam Dinamika Perekonomian Pedesaan, Pascasarjana UGM, Yogyakarta.

Lincolin Arsyat, 2008, Lembaga Keuangan Mikro, Institusi Kinerja dan Sustanabiltas, ANDI Yogyakarta.

Lincolin Arsyat,2011, Strategi Pembangunan Pedesaan Berbasis Lokal, STIM YKPM, Yogyakarta. Martowijoyo, Sumantoro. 2005. Masa Depan Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia: Tinjauan

dari Aspek Pengaturan dan Pengawasan.

Nuwirman, 1998, Peranan Organisasi Lokal Dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidup

Ekonomi Masyarakat Miskin Pedesaan. Thesis Pada Pascasarjana Universitas Andalas, Padang. Quinones, B.R. 1992, Pakistan ; Identifaying Self-Help Societies in Self-Help Groups as Informal

Financial Intermediaries B.R. Qinones Jr. ED. 1992), APRACA Publication, Bangkok, Thailand.

Robinson, Marguerite S., 2001 The Microfinance for the Poor, Revolution: Sustainable Finance for the Poor, Washington, D.C.: The World Bank.

Siamwlla, Ammar, 1980, Rural Credit and Rural Proverty, Rural Proverty in Asia: Priority Issues in and Policy Option.

Snow Douglas, 1999, Microcredit: An Institutional Development Opportunity, International Journal conomic Development, 1(1):65-79.

Soegiharto, H. dan Mulajarto, V. 1994 Debetur Potensial di Daerah Pedesaan Jawa, Dalam Prisma No. 9 LP3ES Jakarta.

Soekartawi, 1986, Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil, UI Press, Jakarta.

Undang-undang Perbankan No. 10, 1998, Tentang Perubahan U.U No. 7 tahun 1992 Tentang Perbankan Sinar Grafika, Jakarta

World Bank, 1998, The Initiative on Defining, Monitoring and Measuring Social Capital: Yogyakarta Province, Working Paper Series No. 03-H-01, Department of Agriculture and Yogyakarta, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Depdikbud, Zakri, Ahmad, 2001 Efektifitas Ukan saha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP) Dalam

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Di Kabupaten Sawahlunto Sijunjung . Thesis yang tidak dipublikasi, PPs Unand, Padang.

Abstrak

KESIAPAN PEMERINTAH SUMATERA BARAT DALAM

Dalam dokumen KAJIAN ANALISIS USAHA TANI INTEGRASI P (Halaman 140-148)