• Tidak ada hasil yang ditemukan

TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1 Landasan Teor

Dalam dokumen KAJIAN ANALISIS USAHA TANI INTEGRASI P (Halaman 74-81)

TOTAL ASSETS TURN OVER TERHADAP RETURN ON INVESTMENT

ANALISIS PENGARUH KUALITAS ASET PRODUKTIF TERHADAP TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK UMUM DI INDONESIA.

2. TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1 Landasan Teor

Kualitas Aset Produktif

1. Siamat (2004:135) mengemukakan bahwa kualitas aktivaproduktif adalah keadaan pembayaran pokok atau angsuran pokok dan bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali yang ditanamkan dalam surat-surat berharga atau yang sering disebut dengan kolektabilitas.

2. Kuncoro dan Suhardjono (2002) mengemukakan bahwa kualitas aset produktifmenunjukkan kualitas aset sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda dimana setiap penanaman dana bank dalam aset produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya yaitu apakah lancar, kurang lancar, diragukan atau macet.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/15/PBI/2012, aset produktif adalah penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli kembali dengan janji dijual kembali (reverse repurchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan, transaksi rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat

dipersamakan dengan itu”.Sedangkan menurut Siamat (2004:134) pengertian aktiva produktif adalah semua penanaman dana dalam rupiah dan valuta asing yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/15/PBI/2012, jenis-jenis aktiva produktif adalah:

1. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk :

a. Cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari

b. Pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang dan c. Pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain

2. Surat Berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang

3. Penempatan adalah penanaman dana bank pada bank lain dalam bentuk giro, interbank

callmoney, deposito berjangka, sertifikat deposito, kredit dan penanaman dana lainnya

yang sejenis.

4. Penyertaan Modal adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham pada bank dan perusahaan dibidang keuangan lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring, termasuk penanaman dalam bentuk surat utang konversi wajib (mandatory convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat bank memiliki atau akan memiliki saham pada bank dan atau perusahaan yang bergerak dibidang keuangan lainnya.

5. Tagihan Akseptasi adalah tagihan yang timbul sebagai akibat akseptasi yang dilakukan terhadap wesel berjangka.

6. Tagihan Derivatifadalah tagihan karena potensi keuntungan dari suatu perjanjian/kontrak transaksi derivatif (selisih positif antara nilai kontrak dengan nilai wajar transaksi derivatif pada tanggal laporan), termasuk potensi keuntungan mark to market dari transaksi spot yang masih berjalan.

7. Transaksi Rekening Administratifadalah kewajiban komitmen dan kontijensi yang antara lain meliputi penerbitan jaminan, letter of credit, standby letter of credit, fasilitas kredit yang belum ditarik dan atau kewajiban komitmen dan kontijensi lain.

8. Sertifikat Bank Indonesia yang untuk selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.

9. Surat Utang Negara yang untuk selanjutnya disebut SUN adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun mata uang valuta asing yang diterbitkan dan dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.

Dalam melakukan penilaian terhadap asetproduktif, mengacu dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/15/PBI/2012, yaitu:

1. Penilaian kualitas kredit ditetapkan berdasarkan faktor penilaian prospek usaha, kinerja (performance) debitur dan kemampuan membayar yang ditetapkan menjadi : a) Lancar, b) Dalam perhatian khusus, c) Kurang lancar, d) Diragukan, e) Macet

2. Penilaian kualitas surat berharga 3. Penilaian kualitas penempatan

4. Penilaian tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali dengan aset yang mendasari berupa SBI, SUN (surat utang negara), dan atau penempatan lain pada Bank Indonesia dan pemerintah ditetapkan memiliki kualitas lancar.

5. Penilaian penyertaan modal dinilai berdasarkan: a. Metode biaya (cost method):

1) Lancar, apabila investeememperoleh laba dan tidak mengalami kerugian kumulatif berdasarkan laporan keuangan tahun buku terakhir yang telah diaudit.

2) Kurang lancar, apabila investee mengalami kerugian kumulatif sampai dengan 25% (dua puluh lima perseratus) dari modal investee berdasarkan laporan keuangan tahun buku terakhir yang telah diaudit.

3) Diragukan, apabila investee mengalami kerugian kumulatif lebih dari 25% (dua puluh lima perseratus) sampai dengan 50% (lima puluh perseratus) dari modal

investee berdasarkan laporan keuangan tahun buku terakhir yang telah diaudit.

4) Macet, apabila investee mengalami kerugian kumulatif lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari modal investee berdasarkan laporan keuangan tahun buku terakhir yang telah diaudit.

b. Kualitas penyertaan modal yang dinilai berdasarkan metode ekuitas (equity method) atau yang dinilai berdasarkan nilai wajar ditetapkan lancar.

6. Penilaian kualitas penyertaan modal sementara

Prasetia (2010) kualitas aset produktif bank dinilai berdasarkan kolektabilitasnya. Penetapan tingkat kolektabilitas aset produktif pada prinsipnya didasarkan pada:

1. Untuk kredit yang diberikan didasarkan pada ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan peminjam yang ditinjau dari keadaan yang bersangkutan. 2. Untuk aktiva produkitf lainnya didasarkan pada tingkat kemungkinan diterimanya

kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva produkitf lainnya serta tingkat penghasilannya.

Oleh karena itu, dalam hal penilaian kolektabilitas aktiva produktif digolongkan atas empat komponen yaitu : lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Hal ini dilakukan setelah bank tersebut melakukan judgement atas kolektabilitas aktiva produktifnya guna memperoleh keseragaman dalam pelaporan.Menurut Dendawijaya (2009:153) penilaian kualitas aset produktif dapat diukur

dengan rumus : KAP = PPAPYD x 100% PPAPWD

Tingkat Kesehatan Bank

Ada beberapa pengertian tingkat kesehatan bank yang dikemukakan para ahli antara lain sebagai berikut :

1. Menurut Riyadi (2006)pengertian tingkat kesehatan bank adalah Penilaian suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar Bank Indonesia Surat keputusan Direksi Bank Indonesia tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian Tingkat kesehatan bank umum, disempurnakan dengan SK Direksi Bank Indonesia No.30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 tentang perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum yang meliputi faktor permodalan, faktor manajemen, faktor rentabilitas, faktor kualitas aset produktif dan faktor likuiditas.

2. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/1/PBI/2011, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank. Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi bank atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap risiko pasar yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.

Penilaian terhadap faktor tingkat kesehatan bank dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan dan proyeksi rasio-rasio keuangan bank. Unsur judgement yaitu unsur yang didasarkan materialitas dan signifikansi dari setiap komponen yang dinilai, sedangkan penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil penilaian kuantitatif, penerapan, manajemen risiko dan kepatuhan bank yang terdiri dari kepatuhan terhadap Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), posisi devisa neto dan prinsip mengenal nasabah.

Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP Tanggal 25 Oktober 2011 Tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, dapat diuraikan bahwa faktor- faktor tingkat kesehatan bank mencakup enam faktor utama yang disebut dengan CAMELS, yang terdiri dari:

a. Permodalan ( Capital )

Penilaian terhadap faktor permodalan ini dilakukan mengingat kecukupan modal sangat diperlukan guna kelangsungan operasional bank sehari-hari. Dimana modal digunakan sebagai penyangga apabila sedang mengalami kerugian. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :

1. Kecukupan pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku

2. Komposisi permodalan

3. Trend ke depan/ proyeksi kewajiban penyediaan modal minimum

4. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal bank

5. Kemampuan bank memelihara kebutuhan panambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan)

6. Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha 7. Akses kepada sumber permodalan

8. Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank b. Kualitas aset ( Asset quality)

Penilaian terhadap faktor ini dilakukan karena kualitas asset merupakan salah satu aspek terpenting yang mempengaruhi pasar pendapatan bunga. Pengelolaan asset yang baik meliputi tata cara pemberian kredit yang dapat dipercaya dan pengendalian kredit. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :

1. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif 2. Debitur inti kredit diluar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit

3. Perkembangan aktiva produktif bermasalah / non performing asset dibandingkan dengan aktiva produktif

4. Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) 5. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif

6. Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif 7. Dokumentasi aktiva produktif

c. Manajemen (Management)

Penilaian terhadap faktor ini dilakukan untuk melihat bagaimana peran direksi dan komisaris dalam menetapkan kebijakan manajemen risiko, mengawasi pelaksanaanya, kualitas sistem informasi manajemen, sistem pengawasan internal, strategi jangka pendek, menengah dan panjang, masalah kepemimpinan termasuk upaya penyediaan kader pemimpin. Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :

1. Manajemen umum

2. Penerapan sistem manajemen risiko

3. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada bank indonesia dan atau pihak lainnya

d. Rentabilitas (Earnings)

Penilaian terhadap faktor rentabilitas ini dilakukan untuk mengukur kemampuan bank untuk menetapkan harga yang mampu untuk mengcover seluruh biaya. Laba memungkinkan bank tumbuh, selain besar laba yang dihasilkan, kualitas dan sumber laba juga menjadi objek penelitian. Laba yang dihasilkan secara stabil dan tumbuh secara konsisten memberi nilai tambah.Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian komponen-komponen sebagai berikut: 1. Return on asset (ROA)

2. Return on equity (ROE) 3. Net interest margin (NIM)

4. Biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional (BOPO) 5. Perkembangan laba operasional

6. Komposisi portofolio aset produktif dan diversifikasi pendapatan 7. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya 8. Prospek laba operasional

e. Likuiditas (Liquidity)

Penilaian terhadap faktor likuiditas ini dilakukan mengingat aktiva bank kebanyakan bersifat secara tidak liquid dengan sumber dana dengan jangka waktu yang lebih pendek. Oleh karena itu likuiditas digunakan untuk mengukur kapabilitas bank dalam memenuhi kewajibannya terutama jangka pendek dan jangka panjang. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :

1. Aktiva likuid kurang dari satu bulan dibandingkan dengan passiva likuid kurang dari satu bulan

2. 1-month maturity mismatch ratio 3. Loan to deposit ratio (LDR)

4. Proyeksi cash flow tiga bulan mendatang

5. Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti

6. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management /ALMA) 7. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal atau

f. Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk).

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : 1. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga

dibandungkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga;

2. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcoverfluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potential losssebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar; dan 3. Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor:13/1/PBI/2011 peringkat kesehatan bank terbagi atas 5 (lima) penilaian sesuai dengan penilaian komposit, yaitu peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang antara lain sebagai berikut :

1. Untuk peringkat tingkat kesehatan sangat sehat dipersamakan dengan peringkat komposit 1 (PK-1) mencerminkan bahwa bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan

2. Untuk peringkat tingkat kesehatan sehat dipersamakan dengan peringkat komposit (PK- 2)mencerminkan bahwa bank tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan namun bank masih memliki kelemahan yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin

3. Untuk peringkat tingkat kesehatan cukup sehat dipersamakan dengan peringkat peringkat komposit 3 (PK-3) mencerminkan bahwa bank tergolong cukup baik namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif

4. Untuk peringkat tingkat kesehatan kurang sehat dipersamakan dengan peringkat komposit 4 (PK-4), bank tergolong kurang baik dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan atau bank memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari beberapa kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan, yang apabila tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya

5. Untuk peringkat tingkat kesehatan tidak sehat dipersamakan dengan peringkat dengan peringkat komposit 5 (PK-5)bank tergolong tidak baik dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.

Tabel 1

Predikat Tingkat Kesehatan Bank

Nilai Kredit Predikat

81 - 100 SEHAT

66 < 81 CUKUP SEHAT

51 <66 KURANG SEHAT

0 < 51 TIDAK SEHAT

Action Plan

Action Plan yaitu langkah-langkah perbaikan dengan target waktu selama periode yang

wajib dilaksanakan oleh bank apabila hasil penilaian tingkat kesehatan bank menunjukkan bahwa satu atau lebih faktor penilaian memiliki peringkat 4 (empat) dan atau peringkat 5 (lima) dan atau peringkat 3 (tiga), namun terdapat permasalahan signifikan yang perlu diatasi agar tidak menggangu kelangsungan usaha bank. Action plan sebagaimana dimaksud pada antara lain meliputi:

a. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank atau dan atau pihak lainnya apabila bank mengalami permasalahan faktor permodalan seperti kecendrungan menurunnya ketersediaan penyediaan modal minimum sehingga akan dibawah ketentuan yang berlaku

b. Penanganan kredit bermasalah secara intensif dan efektif apabila bank mengalami permasalahan faktor kualitas asset seperti meningkatnya jumlah kredit bermasalah sehingga diperkirakan berpengaruh secara signifikan kepada faktor lain.

c. Peningkatan fungsi audit intern, penyempurnaan pemisahan tugas dan peningkatan

efektivitas tindakan korektif berdasarkan temuan audit apabila bank mengalami

permaslahan manajemen seperti lemahnya penerapan pengendalian dari dalam (internal

control).

d. Peningkatan efisiensi bank apabila bank mengalami permasalahan rentabilitas sehingga perolehan laba menurun dan mempengaruhi faktor lain secara signifikan

e. Peningkatan akses kepada pasar uang,pasar modal atau sumber-sumber pendanaan lainnya apabila bank mengalami permasalahan likuiditas seperti menurunnya kecukupan likuiditas (liquidity shortage) sehingga diperkirakan akan mempengaruhi

cash flow jangka pendek

f. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank dan atau pihak lainnya atau penataan kembali portofolio bank apabila bank mengalami permasalahan sensitivitas terhadap risiko pasar seperti meningkatnya eksposur risiko suku bunga pada portofolio banking book (interest rate risk in banking book) dan kemampuan modal untuk menyerap potensi kerugian tersebut cenderung menurun.

Pengertian tingkat kesehatan bank Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/1/PBI/2011, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank bank melalui penilaian kuantitatif dan atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar.

Gambar 1. Kualitas aset produktif (X)

1. Lancar

2. Dalam perhatian khusus 3. Kurang lancar

4. Diragukan 5. macet

Tingkat Kesehatan (Y)

3. METODE PENELITIAN

Dalam dokumen KAJIAN ANALISIS USAHA TANI INTEGRASI P (Halaman 74-81)