• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Penelitian

Dalam dokumen KAJIAN ANALISIS USAHA TANI INTEGRASI P (Halaman 68-73)

TOTAL ASSETS TURN OVER TERHADAP RETURN ON INVESTMENT

IMPLEMENTASI RULES AND DISCRETION POLICY DALAM PENGELOLAAN SEKTOR MONETER DI INDONESIA

4. Hasil Penelitian

4.1 Analisis Deskriptif

Total sampel yang dipakai dalam penelitian ini berjumlah 128 responden. Mayoritas responden dengan jenis kelamin laki – laki (58.2%) dan sisanya merupakan responden dengan jenis kelamin perempuan (41.8%). Responden didominasi oleh usia dengan rentang 20-30 tahun (69.5%), lalu usia 41-50 tahun (11.3%) dan usia dibawah 20 juga usia 31-40 tahun membagi persentase yang sama (8.5%). Hasil tersebut memperlihatkan bahwa pengguna produk software komputer bajakan cenderung didominasi oleh responden dengan usia produktif yang memiliki kemampuan lebih baik dalam memahami dan menggunakan software komputer bajakan. Selanjutnya, mayoritas responden memiliki status sudah menikah (61.7%) dengan dominasi penghasilan kurang dari 24 juta (61.7%). Sebagian besar responden juga percaya bahwa tidak ada keterkaitan antara pembelian produk bajakan dengan agama atau kepercayaan yang dianut seseorang (55.3%).

4.2 Uji Kebaikan Model

Untuk mengetahui kriteria model yang baik (Goodness of Fit) digunakan: Absolut Fit Measured (pengukuran indeks mutlak), Incremental Fit Measured (Pengukuran tambahan indeks) dan Parsimonious Fit Measured (Pengukuran kesederhanaan indeks). Uji kebaikan model ini menggunakan software Amos versi 6.0. Hasil uji kebaikan model disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Uji Kebaikan Model (Goodness of Fit Test)

Goodness of Fit Index Hasil Cut Off Value Kriteria

Likelihood Chi Square 327.829 Diharapkan kecil Baik

Probability 0,067 ≥0,05 Baik CMIN/DF 1,127 ≤2,00 Baik RMSEA 0,047 ≤0,08 Baik GFI 0,921 >0,9 Baik AGFI 0,908 >0,9 Baik TLI 0,949 ≥0,90 Baik CFI 0,975 >0.90 Baik

Dari hasil pengukuran Goodness of Fit Index pada table di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh parameter telah memenuhi persyaratan yang diharapkan, dengan demikian model dapat digunakan untuk tahap selanjutnya yaitu uji hipotesis.

4.3 Hasil Uji Hipotesis

Model yang digunakan untuk uji hipotesis merupakan model final yang telah melalui uji loading factor dan

Goodness of Fit Test dan telah dinyatakan memenuhi syarat untuk dapat dilakukan uji hipotesis. Hasil model

final yang digunakan dalam uji hipotesis ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Model Penelitian untuk Uji Hipotesis

Hipotesis penelitian dilakukan uji satu sisi, karena hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen dihipotesiskan berpengaruh positif dan pegaruh negatif. Untuk mengetahui apakah hipotesis didukung oleh data atau tidak, maka nilai probabilitas dari Critical Ratio (C.R) dibandingkan dengan α = 5%. Apabila

Standardized Koefisien parameter bernilai positif dan nilai probabilitas dari Critical Ratio(C.R) kurang dari α =

5%, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian didukung oleh data (terbukti secara signifikan). Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan program AMOS, diperoleh hasil uji hipotesis yang merupakan uji hubungan kausalitas dari masing-masing variabel penelitian sebagaimana disajikan pada table 2 dan table 3.

Tabel 2. Hasil Estimasi Uji Hipotesis untuk Software Komputer Bajakan

Koef. Standardized S.E. C.R. P Niat_Beli <--- Ketaatan_Beragama .005 .098 .048 .962 Niat_Beli <--- Respek_Legalits -.075 .060 -.869 .385

Niat_Beli <--- Sikap_Hukum -.361 .158 -3.426 .000

Perasaan_P_Beli <--- Niat_Beli -.310 .087 -3.274 .001 Perasaan_P_Beli <--- Ketaatan_Beragama .327 .087 3.522 .000

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2013

Dari hasil pengujian dengan analisis Jalur (SEM) dapat diketahui koefisien ketaatan beragama terhadap niat beli adalah sebesar 0,005 dengan nilai p-value (0,962> 0,05). Hal ini berarti ketaatan beragama tidak berpengaruh

penelitian ini tidak terbukti. Selanjutnya, hasil pengujian menunjukkan bahwa koefisien ketaatan beragama terhadap perasaan bersalah paska beli adalah sebesar 0,327 dengan nilai p-value (0,000< 0,05), yang menandakan bahwa hipotesis kedua (H2a) dalam penelitian ini terbukti. Lalu, koefisien untuk sikap patuh hukum terhadap niat beli adalah sebesar -0,361 dengan nilai p-value (0,000< 0,05). Hal ini berarti hipotesis ketiga (H3a) dalam penelitian ini terbukti. Lebih lanjut, koefisien untuk respek pada aspek legalitas terhadap niat beli adalah sebesar -0,075 dengan nilai p-value (0,385> 0,05), hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis keempat (H4a) dalam penelitian ini tidak terbukti. Hipotesis terakhir (H5a) dinyatakan terbukti berdasarkan hasil koefisien niat beli terhadap perasaan bersalah paska beli adalah sebesar -0,310 dengan nilai p-value (0,001< 0,05).

Tabel 2. Hasil Estimasi Uji Hipotesis untuk Software Komputer Bajakan

Koef. Standardized S.E. C.R. P Niat_Beli <--- Ketaatan_Beragama .025 .089 .037 .874 Niat_Beli <--- Respek_Legalits -.133 .072 -.870 .281

Niat_Beli <--- Sikap_Hukum -.278 .136 -.674 .124

Perasaan_P_Beli <--- Niat_Beli -.354 .085 -3.285 .000 Perasaan_P_Beli <--- Ketaatan_Beragama .314 .085 .534 .277

Dari hasil pengujian dengan analisis Jalur (SEM) dapat diketahui koefisien ketaatan beragama terhadap niat beli adalah sebesar 0,025 dengan nilai p-value (0,874> 0,05). Hal ini berarti ketaatan beragama tidak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap niat beli CD musik bajakan. Dengan demikian hipotesis pertama (H1b) dalam penelitian ini tidak terbukti. Selanjutnya, hasil pengujian menunjukkan bahwa koefisien ketaatan beragama terhadap perasaan bersalah paska beli adalah sebesar 0,314 dengan nilai p-value (0,277>0,05) dan koefisien untuk sikap patuh hukum terhadap niat beli adalah sebesar -0,278 dengan nilai p-value (0,124>0,05), yang menandakan bahwa hipotesis kedua (H2b) dan hipotesis ketiga (H3b) dalam penelitian ini tidak terbukti. Lebih lanjut, koefisien untuk respek pada aspek legalitas terhadap niat beli adalah sebesar -0,133 dengan nilai p-value (0,281>0,05), hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis keempat (H4b) dalam penelitian ini tidak terbukti. Hipotesis terakhir (H5b) dinyatakan terbukti berdasarkan hasil koefisien niat beli terhadap perasaan bersalah paska beli adalah sebesar -0,354 dengan nilai p-value (0,000< 0,05).

5. Diskusi

Penggunaan merek sebenarnya bukan barang baru dalam dunia perdagangan, karena sejak jaman Romawi, merek sudah digunakan sebagai pengenal sebuah produk (Abalos 1985; dan Cordell et al. 1996). Strategi merek terus digunakan hingga saat ini oleh produsen dan tentu saja membutuhkan investasi besar-besaran untuk memperkanalkan kepada konsumennya. Tujuannya adalah menciptakan identitas pada sebuah produk dengan harapan terbangunnya loyalitas konsumen kepada produk tersebut. Namun sayangnya, kesuksesan produk bermerek biasanya akan memunculkan produk tiruannya yang akhirnya menyebabkan rusaknya goodwill di pasar. Oleh karena itu sudah wajarlah merek juga perlu di lindungi sebagai hak atas kekayaan intelektual karena dengan proteksi HaKI, konsumen meresa aman membeli produk karena mampu mengenal produk asli tersebut melalui merek produk yang bersangkutan (Cordell et al. 1996).

Pada hasil studi ini, berdasarkan penilaian responden atas pembelian produk software computer memperlihatkan bahwa hanya variable sikap patuh hukum yang terbukti berpengaruh signifikan terhadap niat beli produk software bajakan. Lalu, variabel ketaatan beragama dan niat beli keduanya terbukti memberikan pengaruh signifikan terhadap perasaan setelah membeli produk software komputer bajakan. Lebih lanjut signifikansi peranan variabel ketaatan beragama dalam mempengaruhi perasaan responden paska pembelian produk software komputer bajakan secara umum sesuai dengan studi yang dilakukan oleh beberapa ahli bahwa penghayatan beragama (McDaniel & Burnett 1990; and Vitell, Paolillo & Singh 2005) memberikan pengaruh signifikan terhadap sikap dan perilaku sesorang, yang dalam hal ini disebabkan oleh sikap atau perilaku seseorang konsisten dengan ajaran yang dianut (Weaver & Agle 2002) memberikan kontribusi terhadap bagi perilaku manusia dalam memahami esensi peranan agama terhadap setiap kepentingan yang harus dipenuhi dalam hidup (Aport & Ross 1967; and Vitell, Paolillo & Sink 2005).

Sementara itu, pada karakteristik perilaku responden terhadap CD musik bajakan ditemukan hal yang berbeda pada hampir seluruh variabel penelitian. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ketaatan beragama, sikap

positif yang signifikan terhadap perasaan bersalah paska beli CD musik bajakan. Akan tetapi, benar terbukti bahwa niat beli yang tinggi akan dapat menekan perasaan bersalah paska beli CD musik bajakan, seperti halnya yang terjadi pada pembelian software bajakan. Adapun cukup variatifnya tingkat signifikansi terhadap variabel yang diukur disebabkan oleh ketertarikan responden terhadap CD music bajakan merupakan implikasi dunia hiburan merupakan komiditi yang paling menarik dan menghibur bagi responden untuk dikonsumsi. Secara relatif, hal ini juga memiliki implikasi terhadap esensi individu secara psikologis pada pada tingkatan kepentingan dan kebutuhan yang berbeda memiliki pendekatan yang berbeda dalam mencari alternatif fasilitas ataupun sumber informasi media yang relevan khususnya terhadap alternatif ekspektasi leisure content yang diharapkan. Musik merupakan bahasa universal dan dinikmati di seluruh kalangan dan lapisan masyarakat di seluruh dunia. Musik dapat menghilangkan beban pikiran dan mendengarkan musik yang sesuai dengan suasana hati dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi sebagian orang. Produk CD musik, meskipun bajakan merupakan salah satu usaha konsumen untuk memenuhi kebutuhan psikisnya sebagai manusia, karena setiap manusia pasti membutuhkan hiburan dan CD musik merupakan salah satu jenis hiburan yang paling tinggi tingkat konsumsinya di masyarakat.

6. Kesimpulan

Untuk anteseden perasaan paska beli produk bajakan yang bersifat high involment product (Software Komputer), hubungan antara variabel ketaatan beragama dengan perasaan paska beli produk bajakan dinyatakan signifikan. Temuan ini memberikan makna bahwa responden masih menunjukkankan kehati-hatian untuk tidak membeli sofware komputer bajakan. Bisa jadi fenomena ini karena responden tidak peduli dengan produk bajakan, tetapi cenderung untuk mengkopi dari berbagai sumber yang di anggap original atau asli. Sungguh menarik bahwa responden masih memiliki perasaan bersalah paska beli ketika dikaitkan dengan ketaaan beragama mereka. Artinya bahwa membeli barang bajakan ini memberikan kesadaran responden bahwa perbuatan mereka bersalah melanggar keyakinan dalam beragama. Akan tetapi, hal senada tidak terlihat pada anteseden perasaan paska beli produk bajakan yang bersifat low involment product (CD lagu). Hal ini dapat disebabkan karena CD musik bajakan merupakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan hiburan bagi konsumen, sehingga meskipun dengan ketaatan beragama yang tinggi, konsumen masih cenderung membeli CD musik bajakan agar kebutuhan akan hiburan dapat terpenuhi.

Penelitian ini lebih dominan ingin melihat hubungan ketaatan beragama dengan niat beli dan perasaan paska beli software dan CD musik bajakan. Hal ini karena variabel tersebut belum di teliti dalam kasus konsumen di Indonesia. Temuan dari hasil penelitian terhadap variabel ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dalam studi perilaku konsumen dan hubungannya terhadap aspek psikologis dan religius konsumen. Penelitian berkaitan dengan produk bajakan masih sangat relevan di lakukan di Indonesia. Terutama kasus di Indonesia, tata nilai (norma subyektif) sangat penting karena Pancasila yang menjadi falsafah bangsa di dalamnya menunjukkan pernyataan sangat jelas akan dasar negara Indonesia yang berketuhanan. Mengingat model dalam penelitian ini masih belum begitu kuat, maka penelitian ke depan diharapkan dapat melakukan penelitian dengan mereduksi atau menambah variabel yang dimungkinkan juga mempengaruhi niat beli dan perasaan paska beli produk bajakan.

References

Ajzen. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes,

50(2), 179-211. http://dx.doi.org/10.1016/0749-5978(91)90020-T

Ang, S. H., Cheng, P. S., Lim, E. A. C., & Tambyah, S. K. (2001). Spot the difference: Consumer response towards counterfeits. Journal of Consumer Marketing, 18(3), 219-235. http://dx.doi.org/10.1108/07363760110392967

Bearden, W. O., Netemeyer, R. G., & Teel, J. E. (1989). Measurement of consumer susceptibility to interpersonal influence. Journal of Consumer Research, 15, 473-481. http://dx.doi.org/10.1086/209186 Budiman, S. (2012). Analysis of Consumer Attitudes to Purchase Intentions of Counterfeiting Bag Product in

Indonesia. International Journal of Management, Economics and Social Sciences, 1(1), 1-12.

Chakraborty, G., Allred, A., Sukhdial, A. S., & Bristol, T. (1997). Use of negative cues to reduce demand for counterfeit products. Advances in Consumer Research, 24, 345-349.

Cheung, W. L., & Prendergast, G. (2006). Buyers' perceptions of pirated products in China. Marketing

attitudes and product traits as determinants. Journal of Business Research, 35(1), 41-53.

http://dx.doi.org/10.1016/0148-2963(95)00009-7

De Matos, C. A., Ituassu, C. T., & Rossi, C. A. V. (2007). Consumer attitudes toward counterfeits: a review and extension. Journal of Consumer Marketing, 24(1), 36-47. http://dx.doi.org/10.1108/07363760710720975 Eastman, J. K., Fredenberger, B., Campbell, D., & Calvert, S. (1997). The relationship between status

consumption and materialism: a cross-cultural comparison of Chinese, Mexican, and American students.

Journal of Marketing Theory and Practice. Winter.

Eisend, M., & Pakize, S-G. (2006). Explaining Counterfeit Purchases: A Review and Preview. Academy of

Marketing Science Review, 10(2), 1-25.

Hidayat & Ekasasi. (2012). Lawfulness attitudes of Indonesian consumers toward purchasing of counterfeit branded product. The 19th International Conference on Recent Advances in Retailing and Services Science. Hidayat & Phau. (2003a). Product Counterfeiting: The "New Worldwide Real Product" Without Business Risks.

A Proposed Study of the Demand and Supply sides Investigations. World Marketing Congress Proceeding, June 11th-14th, Perth.

Hidayat & Phau. (2003b). A Review of Product Piracy: The Emergence of "New Real" Business without Boundaries and Risks. Working Paper Series, CBS Curtin Technology of University (forthcoming), pp. 31-37.

Huang, J. H., Lee, B. C. Y., & Ho, S. H. (2004). Consumer attitude toward gray market goods. International

Marketing Review, 21(6). 598-614. http://dx.doi.org/10.1108/02651330410568033

Husic, M., & Cicic, M. (2009). Luxury Consumption Factors. Journal of Fashion Marketing and Management,

13(2), 231-245. http://dx.doi.org/10.1108/13612020910957734

Jakarta, G. (2012). Retrieved from

www.thejakartaglobe.com/home/indonesia-among-worlds-worstcounterfeit-goods-offenders-us-report/5152 93

Kay, H. (1990). Counterfeiting: Fake's progress. Management Today, pp54-58.

Lichtenstein, D. R., Netemeyer, R. G., & Burton, S. (1990). Distinguishing Coupon Proneness From Value Consciousness: An Acquisition-Transaction Utility Theory Perspective. Journal of Marketing, 54, 54-67. http://dx.doi.org/10.2307/1251816

Nordin, N. (2009). A Study on Consumers' Attitude towards Counterfeit Products in Malaysia. A Ph.D. Dissertation, University of Malaya, Malaysia.

Penz, E., & Stöttinger, B. (2005). Forget the "real" thing-take the copy! An explanatory model for the volitional purchase of counterfeit products. Advances in Consumer Research, 32(1), 568-575.

Phau, I., & Teah, M. (2009). Devil wears (counterfeit) Prada: a study of antecedents and outcomes of attitudes towards counterfeits of luxury brands. Journal of Consumer Marketing, 26(1), 15-27. http://dx.doi.org/10.1108/07363760910927019

U.S. Customs and Border Protection Office of International Trade. (2007). Department of Homeland Security U.S. Customs and Border Protection and U.S. Immigration and Customs Enforcement FY 2007 Top IPR Commodities Seized. Retrieved September 1, 2012, from http://www.cbp.gov/linkhandler/cgov/trade/priority_trade/ipr/seizure/trading/07_topirp_seizures.ctt/07_topi rp_seizures.pdf

Wang, F., Zhang, H., Zang, H., & Ouyang, M. (2005). Purchasing pirated software: an initial examination of Chinese consumers. Journal of Consumer Marketing, 22(6). 340-51. http://dx.doi.org/10.1108/07363760510623939

Wee, C.-H., Tan, S.-J., & Cheok, K.-H. (1995). Non-price determinants of intention to purchase counterfeit goods. International Marketing Review, 12(6), 19. http://dx.doi.org/10.1108/02651339510102949

ANALISIS PENGARUH KUALITAS ASET PRODUKTIF TERHADAP TINGKAT

Dalam dokumen KAJIAN ANALISIS USAHA TANI INTEGRASI P (Halaman 68-73)