• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PUPUK N TERHADA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH MEDIA TANAM DAN PUPUK N TERHADA"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

(

Guazuma ulmifolia

Lamk.)

Oleh Jippi Andalusia

A34101039

PROGRAM STUDI AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

JIPPI ANDALUSIA. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk N Terhadap Pertumbuhan Bibit Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.). (Dibimbing Oleh Slamet Susanto dan Munif Ghulamahdi)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media tanam dan pupuk urea terhadap pertumbuhan bibit jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.). Penelitian dilaksanakan di fasilitas instalasi Biofarmaka Kebun Percobaan Cikabayan Bogor pada bulan April-Juli 2005.

Bahan tanaman yang digunakan adalah benih jati belanda yang berasal dari Ngawi, Jawa Timur. Benih disemai selama tujuh hari di bak semai, dan dipindahkan ke polibag kecil selama 23 hari, kemudian bibit-bibit tersebut dipindahkan ke polibag besar dengan media sesuai dengan perlakuan.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah media tanam yang terdiri dari dua komposisi yaitu tanah, dan tanah + pupuk kandang kotoran sapi 1:1 berdasarkan volume. Faktor kedua adalah dosis pupuk N dalam bentuk Urea yang terdiri dari 0 g , 0.5 g, 1 g, dan 2 g/tanaman yang diberikan setiap 10 hari sekali selama 10 minggu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media tanah ditambah pupuk kandang sapi 1:1 (v/v) secara umum memberikan hasil tertinggi pada setiap peubah yang diamati. Penambahan pupuk kandang pada media pembibitan relatif lebih baik untuk perkembangan vegetatif tanaman dibandingkan dengan penggunaan media tanah saja. Hal ini ditunjukkan dengan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah cabang, luas daun, bobot basah dan bobot kering tanaman yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan media tanah saja. Pemberian pupuk urea dengan dosis 0.5 g/tanaman secara umum memberikan pertumbuhan vegetatif yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan diameter batang , jumlah daun, luas daun, bobot basah dan bobot kering tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis pupuk yang lain.

(3)

(

Guazuma ulmifolia

Lamk.)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh Jippi Andalusia

A34101039

PROGRAM STUDI AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul : PENGARUH MEDIA TANAM DAN PUPUK N

TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.)

Nama : Jippi Andalusia Muriati NRP : A34101039

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS NIP :131 578 794 NIP :131 471 386

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr NIP : 131 404 220

(5)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Januari 1984. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putri bapak Muharman Thamara

dan ibu Irwati.

Tahun 1989 penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SD 03 pagi

Jakarta Pusat, tahun 1992 pindah ke SD Parung 02 dan lulus pada tahun 1995,

kemudian melanjutkan ke tingkat SMP dan lulus pada tahun 1998 di SMP Negeri

4 Bogor. Selanjutnya penulis lulus dari SMU Negeri 5 Bogor pada tahun 2001.

Pada tahun 2001 penulis diterima di IPB melalui Undangan Seleksi Masuk

IPB (USMI) pada Departemen Budi Daya Pertanian dengan Program Studi

Agronomi. Penulis juga mendapat kesempatan menjadi asisten praktikum mata

kuliah Nutrisi Tanaman pada tahun 2005.

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya

dengan kasih sayang dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam semoga senatiasa tercurah kepada Rasulullah SAW.

Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penulis dalam pendidikannya pada

Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut

Pertanian Bogor dan merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Dengan penyelesaian penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc sebagai dosen pembimbing pertama atas

kesabarannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis.

2. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS sebagai dosen pembimbing kedua atas

pengertian dan kesabarannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis.

3. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, MS sebagai dosen penguji atas arahan dan masukan

yang diberikan.

4. Dr. Ir. Wahyu Qamara Mugnisjah, MAgr atas ilmu dan teladan yang

diberikan.

5. Ayah, Ibu, dan Intan Dwita Kemala atas kasih sayang, dukungan dan untaian

do’a tulus yang telah diberikan.

6. Instalasi BIOFARMAKA yang telah memberikan fasilitas selama penelitian.

7. Teman-teman Agronomi 38, khususnya Evi, Nunung, Anita, Yiyi, Arief,

Hafiz, Lukman, Siska, Intan, Rina, Ipul, Ocid, Widi.

8. Kiki, Amel, Dhilla (Bogor) , Tias, Shinta, Dina, Tami, Selli (Depok).

9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan karya ilmiah ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Oktober 2005

(7)

Halaman PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jati Belanda ... 3

Ekologi Tanaman Jati Belanda ... 3

Manfaat Tanaman Jati Belanda ... 4

Bahan Organik ... 4

Pemupukan ... 5

Nitrogen ... 5

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 7

Bahan dan Alat ... 7

Metode ... 7

Pelaksanaan ... 8

Pengamatan ... 9

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 10

Kondisi Lapang ... 10

Pembahasan ... 19

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 23

Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24

(8)

Teks

1. Rekapitulasi Sidik Ragam Tiap Peubah (1-10 MSP) ... 11

2. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk N terhadap Tinggi Tanaman ... 13

3. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk N terhadap Diameter Batang... 15

4. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk N terhadap Jumlah Daun ... 16

5. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk N terhadap Jumlah Cabang ... 16

6. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk N terhadap Luas Daun ... 17

7. Interaksi Media Tanam dan Pupuk N terhadap Luas Daun pada 8 MSP .. 18

8. Bobot Basah dan Bobot Kering Akar, Batang, dan Daun pada 10 MSP... 19

Lampiran 1. Hasil Analisis Media Tanah Sebelum Penelitian ... 27

2. Hasil Analisis Media Tanah+Pupuk Kandang Sapi Sebelum Penelitian... 27

3. Data Klimatologi Tahun 2005... 27

4. Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam (M) dan Pupuk N (N) terhadap Tinggi Tanaman... 28

5. Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam (M) dan Pupuk N (N) terhadap Diameter Batang... 39

6. Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam (M) dan Pupuk N (N) terhadap Jumlah Daun... 30

7. Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam (M) dan Pupuk N (N) terhadap Jumlah Cabang ... 32

8. Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam (M) dan Pupuk N (N) terhadap Luas Daun ... 33

(9)

Nomor Halaman

Teks

1. Pengaruh Berbagai Media Tanam pada Taraf N0 (Umur 10 MSP) ... 12

2. Pengaruh Berbagai Media Tanam pada Taraf N1 (Umur 10 MSP) ... 12

3. Pengaruh Berbagai Media Tanam pada Taraf N2 (Umur 10 MSP) ... 12

4. Pengaruh Berbagai Taraf Pupuk pada M2 (Umur 10 MSP) ... 13

5. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman yang Dipengaruhi Media pada 2 sampai 10 MSP... 14

Lampiran 1. Denah Rancangan Penelitian... 35

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya dalam keanekaragaman hayati,

dengan 30.000 spesies yang telah diidentifikasi dan 950 spesies diantaranya

memiliki fungsi biofarmaka atau disebut juga sebagai tumbuhan obat

(Departemen Pertanian, 2002). Kesadaran masyarakat terhadap dampak negatif

dari penggunaan obat-obat sintetik dan kecenderungan masyarakat untuk kembali

ke alam (back to nature) telah mendorong penelitian tentang obat-obatan alami

yang berasal dari tumbuhan. Banyak sekali jenis tanaman yang secara

farmakologis mempunyai khasiat sebagai obat, salah satunya adalah jati belanda.

Tanaman jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan satu dari sekian banyak tanaman yang berkhasiat obat dan digunakan masyarakat Indonesia

sebagai obat tradisional (Suharmiati dan Maryani, 2003). Selain sebagai tanaman

obat, jati belanda banyak digunakan sebagai tanaman peteduh di tepi jalan, dan

tumbuh liar di daerah tertentu (Departemen Kesehatan, 1989). Kayu jati belanda

juga dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan, diantaranya sebagai bahan

baku industri perabot rumah tangga, dan pembuatan kertas.

Zat yang terkandung didalam tanaman jati belanda diantaranya adalah

tanain, musilago, alkaloida, triterpen (sterol), asam fenolat, dan flavonoid

(Suharmiati dan Maryani, 2003). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tim

Biofarmaka (2003), ekstrak flavonoid daun jati belanda diketahui dapat

mengurangi berat badan kelinci yang diduga terjadi karena adanya perombakan

cadangan energi akibat hambatan adsorpsi pakan yang diberikan. Selain itu

ekstrak steroid daun jati belanda diketahui dapat memberi efek hipokolesterolemia

(penurun kolesterol) pada tikus. Jadi daun jati belanda dapat dimanfaatkan sebagai

pelangsing tubuh dan penurun kolesterol. Menurut Valkemburg dan Horsten

(2001), senyawa aktif proanthocyanidins yang diisolasi dari jati belanda ternyata mampu mengurangi efek racun yang ditimbulkan oleh penyakit kolera, sehingga

berpotensi dalam pengobatan penyakit kolera.

Pemasaran daun jati belanda dalam bentuk simplisia (bahan alamiah yang

(11)

menurut Valkemburg dan Horsten (2001), satu kilogram bubuk kayu kering jati

belanda di pasaran dunia berkisar pada US$ 55/kg, dan nilai ini akan terus

meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan bahan kering untuk

pengobatan dan keperluan lainnya. Hal ini mengindikasikan cukup cerahnya

prospek pemasaran simplisia ke luar negeri.

Penelitian ke arah budidaya jati belanda yang tepat masih belum banyak

dilakukan. Saat ini penelitian lebih banyak di bidang farmakologinya saja,

sehingga perlu adanya penelitian di bidang teknik budidaya.

Hasil penelitian Haryanto (2003) pada pembibitan jati belanda

menunjukkan bahwa komposisi media tanah ditambah pupuk kandang kotoran

sapi dengan perbandingan 1:1 (v/v) mampu memberikan hasil tertinggi pada

pertumbuhan vegetatif tanaman jati belanda. Selanjutnya pada penelitian ini

dilakukan pembibitan jati belanda dengan perlakuan media dan pupuk N dalam

bentuk urea. Teknik budidaya dengan menambahkan pupuk kandang sebagai

campuran media tanam yang ditambah dengan pupuk N diharapkan mampu

menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan pembibitan

yang selama ini dilakukan. Dengan pertumbuhan bibit yang baik, diharapkan

menghasilkan tanaman dengan produktivitas simplisia yang lebih tinggi ketika

ditanam di lapang.

Tujuan

Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan media tanam dan taraf dosis

pupuk N yang sesuai untuk pertumbuhan bibit jati belanda.

Hipotesis

1. Terdapat media terbaik terhadap pertumbuhan bibit jati belanda

2. Terdapat taraf dosis pupuk N terbaik terhadap pertumbuhan bibit jati belanda

3. Terdapat kombinasi perlakuan terbaik akibat interaksi antara media dan pupuk

(12)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Jati Belanda

Tanaman jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) termasuk dalam famili Sterculiaceae. Nama lokalnya adalah jati londa, sedangkan di Inggris dikenal

dengan nama bastard cedar. Tanaman jati belanda berasal dari Amerika tropis,

kemudian dibawa oleh orang Portugis ke Indonesia dan dibudidayakan di Jawa

(Heyne, 1987).

Habitus berupa pohon, tinggi tanaman bisa mencapai 10-20 m dengan

percabangan ramping. Bentuk daunnya bundar telur sampai lanset, panjang helai

daun 4-22.5 cm, lebar 2-10 cm, pangkal daun menyerong berbentuk jantung,

ujung daun lancip, permukaan daun bagian atas berbulu jarang sedangkan

permukaan bagian bawah berbulu rapat, panjang tangkai daun 5-25 mm. Daun

penumpu berbentu lanset atau berbentuk paku. Pembungaan berupa mayang, yang

panjangnya 2-4 cm dan memiliki mahkota berwarna kuning. Diameter buah 2-3.5

cm, dan jika telah masak warnanya hitam (Departemen Kesehatan, 1989).

Tanaman jati belanda dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Di

Jawa, pembungaan dimulai dari bulan April sampai Desember. Nampaknya

musim pada daerah tertentu mempengaruhi pembungaan, karena di Singapura

tanaman jati belanda tidak dapat berbunga (Valkemburg dan Horsten, 2001).

Tanaman jati belanda dapat diperbanyak dengan biji, atau stek tunas

berakar (Departemen Kesehatan, 1989). Biji dikumpulkan dari buah kering dan

merekah. Viabilitas biji akan menurun setelah masa penyimpanan lima bulan.

Pemecahan dormansi dapat dilakukan dengan pelukaan pada biji, atau dengan

merendam biji kedalam air panas selama tiga puluh detik. Pada biji yang segar

perkecambahan muncul 7-14 hari dengan rata-rata berkecambah 60-80 %

(Valkemburg dan Horsten, 2001).

Ekologi Tanaman Jati Belanda

Tumbuhan ini dapat ditemukan di hutan basah maupun kering pada

ketinggian 1200 m di atas permukaan laut (dpl), dengan musim kering 4-7 bulan

(13)

tumbuhan perintis yang tumbuh baik dibawah sinar matahari penuh (Valkemburg

dan Horsten, 2001).

Manfaat Tanaman Jati Belanda

Di Jawa, daun jati belanda dijadikan teh untuk pelangsing tubuh, namun

penggunaan yang berlebihan dapat membahayakan pencernaan (Valkemburg dan

Horsten, 2001).

Rebusan biji-bijinya yang dibakar dan dilumatkan dengan air, kemudian

dibubuhi setetes minyak adas ternyata bermanfaat terhadap perut kembung dan

sesak (Heyne, 1987).

Di Peru, teh yang terbuat dari batang dan daun kering digunakan untuk

mengobati kelainan ginjal, penyakit pada lever, dan disentri (Suharmiati dan

Maryani, 2003).

Bahan Organik

Bahan organik adalah semua fraksi non mineral yang ditemukan sebagai

komponen penyusun tanah. Menurut Soepardi (1983) bahan organik merupakan

perekat butiran lepas dan cenderung meningkatkan jumlah air yang tersedia bagi

tanaman, disamping itu juga merupakan sumber energi bagi jasad mikro.

Bahan organik merupakan suatu sistem yang kompleks dan dinamis,

berasal dari sisa tanaman dan hewan yang mengalami perubahan secara terus

menerus. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor biologi, fisika dan

kimia (Kononova, 1966).

Pupuk kandang merupakan bahan organik. Soepardi (1983) menyatakan

pupuk kandang merupakan campuran dari kotoran padat, air kencing, amparan

dan sisa makanan, karena itu susunan kimia dari bahan tersebut berbeda dari satu

tempat ke tempat lain. Selanjutnya Tisdale et. al. (1985) menyatakan bahwa komposisi kimia pupuk kandang bervariasi tergantung dari jenis dan umur hewan,

makanan, amparan dan sistem pengelolaan pupuk kandang. Kandungan alami

pupuk kandang antara lain terdiri dari 0.5% N, 0.25% P2O5 dan 5% K2O.

Selanjutnya Soepardi (1983) menyatakan bahwa walaupun kandungan unsur hara

(14)

oleh tanaman, sebagian besar hilang oleh pencucian dan dekomposisi anaerob,

terutama unsur-unsur N, P, dan K.

Pemupukan

Menurut Susanto (1994) pemupukan didefinisikan sebagai pemberian

bahan yang mengandung unsur hara kepada tanaman ataupun kepada tanah dan

substrat lainnya. Tujuan pemupukan adalah untuk mempertahankan kesuburan

tanah mengingat banyak unsur hara yang diserap dan hilang akibat pemanenan,

penguapan, erosi dan, dan pencucian.

Kegiatan pemupukan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi, waktu, dan cara

aplikasinya. Jenis pupuk yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan,

sehingga diperlukan metode diagnosis yang benar agar unsur yang ditambahkan

hanya yang dibutuhkan oleh tanaman dan yang kurang didalam tanah.

Konsentrasi, waktu dan cara alokasi harus tepat agar tidak merugikan dan berefek

merusak lingkungan akibat konsentrasi yang salah dalam waktu dan cara

aplikasinya (Soepardi, 1983).

Pada pembibitan jati belanda belum ditemukan literatur mengenai dosis

dan waktu aplikasi pupuk N yang tepat. Oleh karena itu, pada penelitian ini dosis

pupuk N yang digunakan mengacu pada tanaman kakao yang masih satu famili

dengan tanaman jati belanda dan sama-sama merupakan tanaman tahunan.

Menurut Mamangkey (1979), pemupukan pada pembibitan kakao dilakukan 10

hari sekali dengan urea 1-2 g (1/2 – 1 sendok teh) per bibit.

Nitrogen

Unsur hara nitrogen sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Nitrogen memberikan pengaruh yang paling menyolok

dan cepat. Unsur ini merangsang pertumbuhan diatas tanah dan memberikan

warna hijau pada daun (Soepardi, 1983). Menurut Salisbury dan Ross (1995),

didalam tumbuhan, nitrogen terkandung dalam senyawa organik utama,

diantaranya dalam protein, klorofil, dan asam nukleat.

Menurut Soepardi (1983), kekurangan nitrogen dapat mengakibatkan

(15)

hijau kekuningan dan cenderung cepat rontok. Nitrogen juga merupakan pengatur

dari penggunaan kalium, fospor, dan penyusun lainnya.

Menurut Soepardi (1983), pemberian nitrogen yang berlebihan akan

menghambat kematangan, melunakkan tanaman, melemahkan tanaman terhadap

serangan hama dan penyakit, serta mengurangi mutu hasil. Cadangan nitrogen

utama adalah nitrogen bebas di atmosfer, namun sebagian besar tanaman bukan

merupakan tanaman inang bagi penambat nitrogen bebas dari atmosfer. Umumnya

tanaman tergantung sepenuhnya dari nitrogen terikat yang terdapat dalam larutan

tanah. Unsur nitrogen yang tersedia bagi tanaman sangat mudah hilang dari

larutan tanah. Untuk memenuhi kebutuhan nitrogen tanaman, penambahan

nitrogen melalui pemupukan harus diberikan dalam jumlah yang sesuai agar

bernilai ekonomis.

Urea merupakan pupuk kimia yang mengandung nitrogen (Harjadi, 1983).

Rumus kimia urea adalah CO(NH2)2 dengan kandungan nitrogen sebesar 45%

(Soepardi, 1983). Urea berbentuk kristal berwarna putih atau butir-butir bulat

yang bersifat higroskopis (cepat menarik uap), pada kelembaban nisbi udara 73%

sehingga sering diberi selaput (coated) untuk mengurangi sifat higroskopis. Urea dimanfaatkan tanaman dalam bentuk amonium nitrat setelah melalui proses

amonifikasi dan nitrifikasi, saat diberikan ke tanah proses hidrolisis terjadi cepat

(16)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai bulan Juli 2005, di

fasilitas instalasi Biofarmaka, kebun Cikabayan, Dramaga. Ketinggian tempat

percobaan ini adalah ± 250 m di atas permukaan laut.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: biji tanaman jati

belanda yang tumbuh di Desa Dongol, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Media

berupa arang sekam untuk persemaian, sedangkan untuk media pembibitan

digunakan tanah latosol Dramaga dan pupuk kandang kotoran sapi. Pupuk

anorganik yang digunakan adalah pupuk N dalam bentuk urea.

Alat yang digunakan adalah bak semai, polibag kecil (10 cm x 10 cm),

polibag besar (30 cm x 30 cm), cangkul, meteran, jangka sorong, label, kertas

oven, oven, timbangan, Automatic Area Meter (AAM).

Metode

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua

faktor. Pengelompokkan berdasarkan pada tinggi bibit. Faktor pertama adalah

media tanam yang terdiri dari dua komposisi yaitu tanah (M1), dan tanah + pupuk

kandang kotoran sapi 1:1 (M2) berdasarkan volume. Faktor kedua adalah taraf

dosis pupuk N dalam bentuk urea yang terdiri dari 0 g (N0), 0.5 g (N1), 1 g (N2),

dan 2 g (N3) /tanaman. Perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 24 satuan

percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 5 tanaman sehingga

jumlah tanaman seluruhnya adalah 120 tanaman.

Model statistik yang digunakan untuk rancangan tersebut adalah sebagai

berikut:

Yijk = µ + ái + âj + (áxâ)ij + ñk + åijk

dimana:

Yijk : respon perlakuan

(17)

ái : pengaruh faktor media pada taraf ke-i (i = 1, 2)

âj : pengaruh faktor dosis pupuk N pada taraf ke-j (j = 1, 2, 3, 4)

xâ)ij : pengaruh interaksi antara faktor media taraf ke-i dan dosis pupuk N

pada taraf ke-j

ñk : pengaruh ulangan ke-k (k = 1, 2, 3) åijk : galat percobaan

Untuk mengetahui pengaruh dari seluruh perlakuan digunakan uji F pada

taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata terhadap parameter yang diamati, maka

setiap perlakuan dibandingkan dengan menggunakan uji lanjut Duncan Multiple

Range Test (DMRT) pada taraf kesalahan 5%.

Pelaksanaan

Persemaian

Buah Jati belanda dipecahkankan untuk diambil bijinya. Benih jati belanda

disemaikan terlebih dahulu dengan cara disebar merata pada bak-bak semai yang

telah diisi arang sekam. Setelah tujuh hari, benih yang telah berkecambah siap

dipindahkan kedalam polibag kecil.

Penanaman

Penanaman tahap awal dilakukan didalam rumah plastik. Benih yang telah

berkecambah ditanam di polibag berukuran 10 cm x 10 cm berisi campuran tanah

dan pupuk kandang sapi dengan perbandingan 1:1 berdasarkan volume.

Penanaman berikutnya dilakukan di lapang, setelah bibit berumur 4 MST

dipindahkan ke polibag berukuran 30 cm x 30 cm dengan satu bibit per polibag

Pemupukan.

Aplikasi pupuk urea dilakukan tiap 10 hari selama 10 minggu. Pupuk

disebar merata disekeliling tanaman kemudian ditutup dengan media tanam untuk

menghindari penguapan.

Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyiraman, pengendalian gulma, dan

(18)

Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang

tumbuh di polibag. Pengendalian hama dan penyakit tanaman juga dilakukan

secara manual.

Pengamatan

Pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan selama penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Analisis media

Aalisis media dilakukan terutama untuk mengetahui sifat fisik dan kimia

media tersebut, dilakukan sebelum penelitian.

2. Tinggi tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai dari kotiledon sampai dengan

titik tumbuh.

3. Diameter batang

Pengukuran dilakukan sekitar 2 cm diatas kotiledon dengan menggunakan

jangka sorong.

4. Jumlah daun

Daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna

5. Jumlah cabang

Cabang yang dihitung adalah tunas yang muncul pada ketiak daun

6. Luas daun

Pengukuran jumlah total luas daun tiap tanaman dilakukan dua minggu sekali,

diukur dengan menggunakan alat Automatic Area Meter (AAM). 7. Bobot basah dan bobot kering tanaman

Bobot basah akar, batang, dan daun ditimbang pada akhir penelitian dengan

menggunakan timbangan analitik. Bobot kering akar, batang, dan daun

(19)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Kondisi Lapang

Penanaman di lapang dilakukan pada bulan April hingga Juli 2005. Curah

hujan pada waktu tersebut berkisar 215.4- 682.0 mm. Suhu berkisar 21.7-31.9°C

dan kelembaban rata-rata 83%-87% (Tabel Lampiran 3).

Hasil analisis media sebelum penelitian menunjukkan bahwa tanah yang

digunakan sebagai media tergolong sangat masam dengan pH 4.3. Kandungan

N-total tergolong rendah yaitu 0.11%. Kandungan P tergolong rendah yaitu 6.9

ppm. Kandungan K tergolong sangat tinggi yaitu 91.2 ppm.C/N rasio dan KTK

tergolong sedang, berturut-turut yaitu 15 dan 12.51 (me/100g) (Tabel Lampiran

1). Media campuran tanah dan pupuk kandang sapi yang digunakan memiliki pH

yang tergolong masam yaitu 4.8. Kandungan N-total tergolong rendah yaitu

0.16%. Kandungan P tergolong sangat tinggi yaitu 37.9 ppm. Kandungan K

tergolong sangat tinggi yaitu 281 ppm. C/N rasio dan KTK tergolong sedang,

berturut-turut yaitu 15 dan 13.03 (me/100g) (Tabel Lampiran 2).

Selama penelitian berlangsung, terdapat beberapa tanaman yang terserang

hama penyakit. Hama yang menyerang adalah belalang (Oxya sp.) dan ulat daun yang menyerang ± 20% dari populasi tanaman. Berdasarkan pengamatan visual

tampak tidak adanya gangguan serangan hama dan penyakit yang berarti sehingga

hanya dilakukan pengendalian hama dan penyakit secara manual.

Rekapitulasi Sidik Ragam

Secara umum, hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan media

berpengaruh nyata terhadap semua peubah pengamatan yang meliputi tinggi

tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah cabang dan luas daun. Pengaruh

tersebut nampak nyata mulai 4 MSP sampai dengan akhir pengamatan.

Perlakuan pupuk urea berpengaruh nyata terhadap peubah luas daun pada

2, 6, 8, dan 10 MSP. Pada peubah jumlah daun, perlakuan pupuk urea

berpengaruh nyata pada 8 MSP. Pada peubah diameter batang, perlakuan pupuk N

(20)

pupuk N berpengaruh nyata terhadap seluruh komponen bobot basah serta bobot

kering akar dan batang.

Interaksi antar perlakuan media dan pupuk N berpengaruh nyata terhadap

luas daun pada 8 MSP. Namun interaksi antar kombinasi perlakuan tidak

berpengaruh nyata terhadap diameter batang, jumlah daun, jumlah cabang, dan

komponen bobot basah dan bobot kering tanaman. Hasil ini dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Pengaruh Media Tanam dan Pupuk N terhadap Berbagai Peubah yang Diamati pada 2, 4, 6, 8, dan 10 MSP

Pengamatan Peubah Perlakuan KK (%)

(21)

M1N0 M2N0

Keterangan: tn tidak berbeda nyata pada uji F 5% * berbeda nyata pada uji F 5% ** berbeda sangat nyata pada uji F 1% cn cenderung nyata pada pada taraf 10% KK Koefisien Keragaman

Keragaan bibit jati belanda pada saat umur 10 MSP dengan perlakuan

media dan pupuk urea menunjukkan hasil yang berbeda antar tiap perlakuan.

Hasil ini dapat dilihat pada Gambar 1 sampai dengan Gambar 4.

Gambar 1. Pengaruh Berbagai Media Tanam pada Taraf N0 (Umur 10 MSP)

Gambar 2. Pengaruh Berbagai Media Tanam pada Taraf N1 (Umur 10 MSP)

Gambar 3. Pengaruh Berbagai Media Tanam pada Taraf N2 (Umur 10 MSP) M1N0 M2N0

M1N1 M2N1

M1N1 M2N1

(22)

Gambar 4. Pengaruh Berbagai Taraf Pupuk N pada M2 (Umur 10 MSP)

Keterangan: M1 = tanah

M2 = tanah + pupuk kandang sapi (1:1)

N0 = 0 g urea/tanaman

N1 = 0.5 g urea/tanaman

N2 = 1 g urea/tanaman

N3 = 2 g urea/tanaman

Tinggi Tanaman

Perlakuan media berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman mulai

4 MSP sampai 10 MSP (Tabel Lampiran 4). Pada 4, 6, 8, dan 10 MSP perlakuan

media campuran tanah dan pupuk kandang (1:1) menghasilkan tinggi tanaman

yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanah saja (Tabel 2).

Tabel 2. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Urea terhadap Tinggi Tanaman

Perlakuan Minggu Setelah Pemindahan ke Polibag (MSP)

2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP 10 MSP

Media ...cm...

tanah 4.64a 11.09b 18.62b 27.58b 36.25b tanah+pukan (1:1) 4.51a 12.62a 25.45a 42.187a 54.0a

Urea (g/tanaman)

0 5.6a 12.03a 20.87a 33.23a 44.43a

0.5 5.07a 11.87a 23.52a 39.3a 51.05a

1 5.32a 12.4a 23.96a 37.81a 47.75a

2 5.36a 11.13a 19.77a 29.19a 37.3a

Interaksi tn tn tn tn tn

Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 1% dan 5%

(23)

Pada 10 MSP tinggi tanaman pada perlakuan media campuran tanah dan

pupuk kandang (1:1) mencapai 54.0 cm, sedangkan dari perlakuan media tanah

saja diperoleh hasil terendah yaitu 36.25 cm. Pada 10 MSP penambahan pupuk

kandang kedalam media tanah dapat meningkatkan tinggi tanaman 48.96%

dibandingkan media tanah saja (Gambar 7).

Gambar 5. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman yang Dipengaruhi Media pada 2 sampai 10 MSP

Diameter Batang

Perlakuan media berpengaruh nyata terhadap diameter batang mulai 3

MSP sampai 10 MSP (Tabel Lampiran 5). Pada 4, 6, 8, dan 10 MSP perlakuan

media campuran tanah dan pupuk kandang (1:1) menunjukkan diameter batang

yang nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan media tanah saja (Tabel

3). Pada 10 MSP diameter batang pada perlakuan media campuran tanah dan

pupuk kandang (1:1) mencapai 9.11 mm, sedangkan dari perlakuan media tanah

saja diperoleh hasil terkecil yaitu 6.92 mm. Penambahan pupuk kandang kedalam

media tanah dapat meningkatkan diameter batang 31.64% dibandingkan media

tanah saja.

Perlakuan pupuk urea berpengaruh nyata pada 6 MSP, 8 MSP, dan 10

MSP terhadap diameter batang, dan dosis 0.5 g/tanaman menunjukkan diameter

batang yang nyata lebih besar dibandingkan tanpa pemberian pupuk urea (Tabel

3). Pada 10 MSP diameter batang pada perlakuan pupuk urea dosis 0.5 g/tanaman

mencapai 8.75 mm, sedangkan dari perlakuan dosis 2 g/tanaman diperoleh hasil

(24)

terkecil yaitu 7.24 mm. Dosis 0.5 g/tanaman meningkatkan diameter batang

15.58% dibandingkan tanpa pemberian pupuk urea.

Tabel 3. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Urea terhadap Diameter Batang

Perlakuan Minggu Setelah Pemindahan ke Polibag (MSP)

2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP 10 MSP

Media ...mm...

tanah 2.12a 3.09b 4.89b 5.82b 6.92b

tanah+pukan (1:1) 2.19a 3.4a 5.8a 7.14a 9.11a

Urea (g/tanaman)

0 2.2a 3.15a 5.06b 5.94b 7.57c

0.5 2.13a 3.35a 5.6ab 7.08a 8.75a

1 2.15a 3.39a 5.67a 6.96a 8.52ab

2 2.16a 3.1a 5.07b 5.94b 7.24c

Interaksi tn tn tn tn tn

Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 1% dan 5%

Jumlah Daun

Perlakuan media berpengaruh nyata terhadap jumlah daun mulai 4 MSP

sampai 10 MSP (Tabel Lampiran 6), dimana perlakuan media campuran tanah dan

pupuk kandang (1:1) menunjukkan jumlah daun yang nyata lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan media tanah saja (Tabel 4). Hasil tertinggi pada

10 MSP diperoleh dari perlakuan media campuran tanah dan pupuk kandang (1:1)

yaitu 69.57 helai, sedangkan dari perlakuan media tanah saja diperoleh hasil

terendah yaitu 38.02 helai. Penambahan pupuk kandang kedalam media tanah

dapat meningkatkan jumlah daun 82.98% dibandingkan media tanah saja.

Perlakuan pupuk urea berpengaruh nyata pada 8 MSP dan dosis 0.5 g

/tanaman menghasilkan jumlah daun yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan

dosis 0 dan 2 g/tanaman (Tabel 4). Pada 10 MSP jumlah daun pada perlakuan

pupuk urea dosis 0.5 g/tanaman mencapai 40.03 helai, sedangkan dari perlakuan

dosis 2 g/tanaman diperoleh hasil terkecil yaitu 27.87 helai. Dosis 0.5 g/tanaman

(25)

Tabel 4. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Urea terhadap Jumlah Daun

Perlakuan Minggu Setelah Pemindahan ke Polibag (MSP)

2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP 10 MSP

Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 1% dan 5%

Jumlah Cabang

Perlakuan media berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang mulai

4 MSP sampai 10 MSP (Tabel Lampiran 7). Pada 4, 6, 8, dan 10 MSP perlakuan

media campuran tanah dan pupuk kandang (1:1) menunjukkan jumlah cabang

yang nyata lebih banyak dibandingkan media tanah saja (Tabel 5). Pada 10 MSP

jumlah cabang pada perlakuan media campuran tanah dan pupuk kandang (1:1)

mencapai 13.45 cabang, sedangkan dari perlakuan media tanah saja diperoleh

hasil terkecil yaitu 7.15 cabang. Penambahan pupuk kandang kedalam media

tanah dapat meningkatkan jumlah cabang 88.11% dibandingkan media tanah saja.

Tabel 5. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Urea terhadap Jumlah Cabang

Perlakuan Minggu Setelah Pemindahan ke Polibag (MSP)

2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP 10 MSP

(26)

Luas Daun

Perlakuan media berpengaruh nyata pada 4, 6, 8, dan 10 MSP terhadap

luas daun (Tabel Lampiran 8). Perlakuan media campuran tanah dan pupuk

kandang (1:1) menunjukkan luas daun yang nyata lebih besar dibandingkan

dengan perlakuan media tanah saja (Tabel 6). Pada 10 MSP luas daun pada

perlakuan media campuran tanah dan pupuk kandang (1:1) mencapai 2228.2 cm2,

sedangkan dari perlakuan media tanah saja diperoleh hasil terkecil yaitu 967.7

cm2. Penambahan pupuk kandang kedalam media tanah dapat meningkatkan luas

daun 130.25% dibandingkan media tanah saja.

Perlakuan pupuk urea berpengaruh nyata pada 2, 6, 8, dan 10 MSP

terhadap luas daun (Tabel 6). Pada 6, 8, dan 10 MSP perlakuan pupuk urea

dengan dosis 0.5 g/tanaman menghasilkan luas daun yang nyata lebih besar

dibandingkan dengan dosis 2 g/tanaman. Pada 10 MSP luas daun pada perlakuan

dosis pupuk urea 0.5 g/tanaman mencapai 1949.0 cm2, sedangkan dari perlakuan 2

g/tanaman diperoleh hasil terkecil yaitu 1112.8 cm2. Dosis 0.5 g /tanaman

meningkatkan luas daun 31.74% dibandingkan tanpa pemberian pupuk urea.

Tabel 6. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Urea terhadap Luas Daun

Perlakuan Minggu Setelah Pemindahan ke Polibag (MSP)

2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP 10 MSP

Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 1% dan 5%

Terdapat interaksi antara perlakuan media dengan pupuk urea terhadap

luas daun. Kombinasi terbaik adalah perlakuan media campuran tanah dan pupuk

kandang (1:1) dengan pemberian pupuk urea 0.5 g/tanaman (M2N1) yang

(27)

dengan berbagai taraf perlakuan pupuk urea memberikan hasil yang lebih rendah

daripada perlakuan media lainnya (Tabel 7). Kombinasi perlakuan media tanah

tanpa pemberian pupuk urea (M1N0) menghasilkan luas daun paling kecil yaitu

646.9 cm2.

Tabel 7. Interaksi Media Tanam dan Pupuk Urea terhadap Luas Daun pada 8 MSP

Media Pupuk N (g/tanaman)

0 0.5 1 2

...cm2...

tanah 646.9b 1072.3b 955.9b 664.4b

tanah+pukan (1:1) 1752.8a 1962.3a 1765.3a 864.3b Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT

taraf 1% dan 5%

Bobot Basah dan Bobot Kering

Perlakuan media berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan bobot

kering akar, batang, dan daun (Tabel Lampiran 9). Perlakuan media campuran

tanah dan pupuk kandang (1:1) menunjukkan bobot basah dan bobot kering yang

nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan media tanah saja (Tabel 8).

Penambahan pupuk kandang kedalam media tanah dapat meningkatkan bobot

basah daun 112.62%, dan bobot kering daun 120.84%.

Perlakuan pupuk urea berpengaruh nyata terhadap seluruh komponen

bobot basah serta bobot kering akar dan batang. Perlakuan pupuk urea dengan

dosis 0.5 g/tanaman menghasilkan bobot basah akar, batang, dan daun serta bobot

kering akar dan batang yang nyata lebih besar dibandingkan dengan dosis 2

g/tanaman. Hasil tertinggi pada seluruh komponen bobot basah dan bobot kering

tanaman diperoleh dari perlakuan pupuk urea dosis 0.5 g/tanaman, sedangkan

hasil terrendah diperoleh dari perlakuan pupuk urea dosis 2 g/tanaman. Dosis 0.5

g /tanaman meningkatkan bobot basah daun 52.38%, dan bobot kering daun

(28)

Tabel 8. Bobot Basah dan Bobot Kering Akar, Batang, dan Daun Pada 10 MSP

Perlakuan Bobot Basah (g) Bobot Kering (g)

Akar Batang Daun Akar Batang Daun

Media

tanah 14.3b 10.42b 17.27b 3.94b 2.74b 4.99b tanah+pukan

(1:1) 19.04a 24.59a 36.72a 5.75a 7.17a 11.02a

Urea (g/tanaman)

0 14.50bc 15.89b 23.88bc 4.46ab 4.38bc 7.12a 0.5 18.86ab 26.42a 36.39a 5.59a 7.37a 10.97a

1 20.09a 17.36b 29.74ab 5.74a 5.35ab 7.18a 2 13.23c 10.36b 17.96c 3.6b 2.73c 6.75a

Interaksi tn tn tn tn tn tn

Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 1% dan 5%

Pembahasan

Pengaruh Media Tanam

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya adalah bahan

organik serta unsur hara esensial yang cukup (Gardner et al., 1991). Perlakuan media dengan campuran tanah dan pupuk kandang sapi (1:1) berpengaruh baik

terhadap semua parameter pengamatan. Hal ini diduga disebabkan oleh pupuk

kandang yang telah terdekomposisi sempurna sehingga unsur hara menjadi lebih

cepat tersedia bagi tanaman. Pupuk kandang sapi menyediakan unsur-unsur hara

esensial makro dan mikro yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan hasil analisis media (Tabel Lampiran 1), media dengan campuran

tanah dan pupuk kandang sapi (1:1) mengandung unsur-unsur hara N, P, K, dan

bahan organik serta KTK yang jumlahnya lebih tinggi dibandingkan media tanah

saja. Menurut Harjadi (1983), bahan organik merupakan sumber unsur mineral

dan dapat menahan sejumlah besar mineral serta mencegah kehilangannya dari

tanah. Menurut Buckman dan Brady (1969), pupuk kandang yang merupakan

bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Menurut Sutanto (2002), tanah

yang kaya bahan organik megakibatkan aerasi tanah lebih baik dan tidak mudah

mengalami pemadatan daripada tanah yang mengandung bahan organik rendah.

(29)

menyediakan kondisi yang baik pula dalam hal suplai air dan nutrisi ke tanaman.

Hal tersebut mendukung hasil penelitian ini, penambahan bahan organik ke dalam

tanah memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan tanaman.

Perlakuan media berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif

tanaman pada 4 -10 MSP. Menurut Harjadi (1983), pertumbuhan vegetatif terjadi

akibat adanya pembelahan sel dan perpanjangan sel di dalam jaringan

meristematik pada titik tumbuh batang, ujung-ujung akar, dan pada kambium.

Penggunaan media tanam dengan penambahan pupuk kandang akan semakin

meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman. Kandungan unsur hara N, P, dan K

yang ada dalam media ini merupakan unsur hara yang penting bagi tanaman

terutama nitrogen. Menurut Kononova (1966) dan Janick et al., (1969), nitrogen dapat memacu pertumbuhan vegetatif tanaman dan memberikan warna hijau pada

daun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang ditandai dengan meningkatnya

tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah cabang, luas daun, dan

pertumbuhan akar.

Pengaruh pupuk N

Perlakuan pupuk urea tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman

dan jumlah cabang. Pemberian pupuk urea lebih dari 0.5 g/tanaman cenderung

menurunkan tinggi tanaman. Hal ini diduga karena pada umur tersebut

pertumbuhan tanaman jati belanda lebih difokuskan pada pertumbuhan vegetatif

yang lain seperti diameter batang, jumlah daun, luas daun, dan pertumbuhan akar.

Pemberian pupuk urea berpengaruh nyata terhadap diameter batang mulai

6 - 8 MSP, dan memberikan pengaruh yang nyata kembali pada 10 MSP. Menurut

Soepardi (1983), nitrogen mampu merangsang pertumbuhan di atas tanah, dan

salah satunya adalah pertumbuhan diameter batang. Pertumbuhan diameter batang

menunjukkan aktivitas xilem dan pembesaran sel-sel yang sedang tumbuh.

Menurut Heddy (1987) aktivitas ini menyebabkan kambium terdorong keluar dan

terbentuknya sel-sel baru diluar lapisan tersebut sehingga terjadi peningkatan

diameter silinder kalium.

Pada awal aplikasi sampai 4 MSP pemberian pupuk urea belum mampu

(30)

pupuk urea mulai berpengaruh nyata. Hal ini diduga bahwa pada umur tersebut

akumulasi unsur hara di dalam tanaman cukup besar. Tisdale et al., (1985)

menyatakan bahwa tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dalam

tanaman ditunjukkan oleh aktivitas fotosintesa yang tinggi, pertumbuhan vegetatif

yang vigor, dan warna daun yang lebih hijau. Setelah umur 8 MSP pemberian

pupuk urea tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini diduga karena setelah

8 MSP tanaman telah memasuki fase reproduktif yang maksimum sehingga suplai

karbohidrat lebih banyak digunakan untuk perkembangan bunga. Setelah

pembungaan, daerah pemanfaatan reproduksi berubah menjadi sangat kuat,

sehingga membatasi pembagian hasil asimilasi untuk pertumbuhan daun, batang,

dan akar (Gardner et al., 1991). Menurut Harjadi (1983), pada fase reproduktif tidak seluruh karbohidrat dipergunakan untuk perkembangan batang, daun, dan

perakaran; sebagian disisakan untuk perkembangan bunga, buah, dan biji. Secara

umum, pemberian pupuk urea 0.5 g/tanaman memberikan hasil tertinggi terhadap

jumlah daun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rohmaliah (2003) yang

melaporkan bahwa pengaruh pupuk urea nyata meningkatkan jumlah daun pada

tanaman daun dewa.

Seiring dengan meningkatnya jumlah daun, pemberian pupuk urea

berpengaruh nyata terhadap luas daun pada 6, 8, dan 10 MSP. Dosis pupuk N 0.5

g/tanaman memberikan hasil yang nyata tertinggi dibandingkan dosis yang lain.

Nitrogen sangat dibutuhkan oleh tanaman terutama pada fase vegetatif untuk

pembentukan daun, batang, dan akar. Pembentukan daun yang banyak juga

meningkatkan luas daun. Menurut Gardner et al., (1991), tanaman budidaya yang efisien cenderung menginvestasikan sebagian besar awal pertumbuhan mereka

dalam bentuk penambahan luas daun, yang berakibat pemanfaatan radiasi

matahari yang efisien untuk melakukan fotosintesis.

Bobot kering total panen merupakan hasil penimbunan dari hasil asimilasi

bersih selama pertumbuhannya (Gardner et al., 1991). Perlakuan pupuk urea berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar dan batang, namun tidak

berpengaruh nyata terhadap bobot kering daun. Dosis pupuk urea 0.5 g/tanaman

meningkatkan bobot kering akar, batang, dan daun. Peningkatan bobot kering

(31)

Menurut Schuzle dan Cadwell (1995), ketersediaan hara terutama unsur N akan

meningkatkan alokasi biomassa tanaman terutama pada daun dan batang. Semakin

meningkat bobot kering menunjukkan bahwa proses fotosintesa berjalan dengan

baik dan berarti pertumbuhan berjalan baik pula.

Interaksi antara Media Tanam dan Pupuk N

Interaksi antara media tanam dan pupuk urea berpengaruh nyata terhadap

luas daun umur 8 MSP. Hasil interaksi antara penggunaan media campuran tanah

dan pupuk kandang (1:1) dengan pemberian pupuk urea dosis 0.5 g/tanaman

menghasilkan luas daun yang terbesar yaitu 1962.3 cm2. Hal ini diduga karena

tersedianya unsur hara makro dan mikro yang cukup, sehingga mendorong

perkembangan vegetatif pada tanaman khususnya pada luas daun. Interaksi antara

media tanam dan pupuk urea cenderung nyata terhadap luas daun umur 6 MSP.

Kemungkinan yang terjadi adalah tanaman pada umur 6 sampai 8 MSP telah

memasuki fase pertumbuhan vegetatif yang cepat sehingga banyak mengambil

unsur hara. Menurut Suriatna (1988), pengambilan unsur makanan selama

pertumbuhan tanaman tidak sama banyaknya, tergantung pada tingkat

pertumbuhan tanaman itu, ada waktu tumbuhnya tanaman sangat cepat sehingga

pertukaran zatnya pun intensif, pada masa tersebut tanaman akan banyak

mengambil unsur hara.

Penggunaan media tanah tanpa pemberian pupuk urea menghasilkan luas

daun yang terkecil, hal ini diduga karena kandungan media yang miskin akan

unsur hara baik makro maupun mikro, serta tidak ditunjang oleh penambahan zat

hara dari luar berupa pemupukan. Menurut Harjadi (1983), pupuk diberikan

sebagai tambahan hara yang tersedia di tanah, dan menaikkan tingkat hara yang

sesungguhnya diperlukan tanaman.

Penggunaan dosis pupuk urea lebih dari 0.5 g/tanaman cenderung

menurunkan pertumbuhan luas daun. Hal ini diduga karena kandungan hara N

didalam tanah tinggi sedangkan kandungan hara-hara lain masih rendah sehingga

kandungan hara didalam tanah belum berimbang. Kondisi ini menyebabkan

pertumbuhan sistem perakaran terhambat dan penyerapan hara terganggu

(32)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Komposisi media yang berbeda memberikan pengaruh berbeda terhadap

semua peubah yang diamati. Komposisi media tanah ditambah pupuk kandang

sapi 1:1 (v/v) secara umum memberikan pertumbuhan vegetatif yang lebih baik.

Hal ini ditunjukkan dengan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah

cabang, luas daun, bobot basah dan bobot kering tanaman yang lebih tinggi

dibandingkan perlakuan media tanah saja.

Pemberian pupuk urea dengan dosis 0.5 g/tanaman secara umum

memberikan pertumbuhan vegetatif yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan

diameter batang , jumlah daun, luas daun, bobot basah dan bobot kering tanaman

yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis pupuk yang lain.

Interaksi antara media dan pupuk urea berpengaruh nyata hanya terhadap

peubah luas daun pada 8 MSP. Media campuran tanah dan pupuk kandang sapi

(1:1) dengan pemberian pupuk urea dosis 0.5 g/tanaman memberikan hasil

tertinggi terhadap peubah luas daun.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui selang waktu

aplikasi pupuk N yang terbaik untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H.O. and N.C. Brady. 1969. The Nature and Properties of Soils. 7thed. The Macmillan Company. New York. 653p.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan. Jakarta. Hal: 95-96.

Departemen Pertanian. 2002. Laporan Khusus Pengembangan Tumbuhan Biofarmaka. www.deptan.go.id

Gardner, F.P., R.B. Pearce, and R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan. UI Press. Jakarta. 424 hal.

Harjadi, S.S. 1983. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 197 hal.

Harjowigeno, S.1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 233 hal.

Haryanto, E. 2003. Pengaruh Komposisi Media Pembibitan dan Aplikasi Pupuk Organik Melalui Daun terhadap Pertumbuhan Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) di Pembibitan. Skripsi. Jurusan Budi daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 58 hal.

Heddy, S. 1987. Biologi Pertanian, Tinjauan Singkat Tentang Agronomi, Fisiologi, Sistematika, dan Genetika Dasar Tumbuha-tumbuhan. Rajawali Pers. Jakarta.

Heyne, K. 1987. Tanaman Berguna di Indonesia. Jilid III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Hal: 1348-1349.

Janick, J.R.W. Scherry, F.W. Woods and V.W. Ruttan. 1969. Plant Science. Freeman & Co. San Fransisco. 629p.

Kononova, M.M. 1966. Soil Organic Matter. 2nded. Pergamon Press Ltd. Oxford. 230p.

Mamangkey, F.J. 1979. Budidaya Coklat. PT. Felix Meritis.172 hal.

Purwandari, S.S. 2001. Studi Serapan Tumbuhan Obat Sebagai Bahan Baku pada Berbagai Industri Obat Tradisional di Indonesia. Tesis. Program Pasca Sarjana, IPB. Bogor. 109 hal.

(34)

Schuzle, E.D. and M.M. Cadwell. 1995. Ecophysiology of Photosinthesis. Springerverlag Berlin Heidelberg. Germany. 576p.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Insitut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal.

Suharmiati dan H. Maryani. 2003. Khasiat & Manfaat Jati Belanda. Agromedia Pustaka. Jakarta. 54 hal.

Suriatna, S. 1998. Pupuk dan Pemupukan. PT. Melton Putra. Jakarta. 63 hal.

Susanto.1994. Tanaman Kakao. Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanisius. Yogyakarta. 183 hal.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 219 hal.

Tim Biofarmaka. 2003. Laporan Akhir Standardisasi Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia), Keamanan, dan Kemanfaatannya Sebagai Pelangsing/Penurun Kolesterol. Riset Unggulan Kemitraan. Pusat Studi Biofarmaka, IPB. Bogor.

Tisdale, S.L., W.L. Nelson dan J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. 4thed. Collier Mc. Millan. London. 754p.

(35)
(36)

Tabel Lampiran 1. Hasil Analisis Media Tanah Sebelum Penelitian

Ciri Tanah Nilai Kriteria

Tekstur (%) Liat

Kapasitas Tukar Kation (me/100 g) 12.51 Sedang Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2005)

Tabel Lampiran 2. Hasil Analisis Media Tanah + Pupuk Kandang Sapi (1:1) Sebelum Penelitian

Ciri Tanah Nilai Kriteria

Tekstur (%) Lempung berdebu

Kapasitas Tukar Kation (me/100 g) 13.03 Sedang Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2005)

Tabel Lampiran 3. Data Klimatologi Tahun 2005

Bulan Curah Hujan (mm/bln) Hari Hujan RH (%) Temperatur (°C)

(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)

Tabel Lampiran 10. Denah Rancangan Penelitian

U3 U2 U1

M2N0 M1N0 M2N1

M1N3 M2N2 M1N2

M2N2 M1N3 M2N0

M1N1 M2N0 M1N0

M2N1 M1N1 M1N3

M1N0 M2N3 M2N3

M2N3 M1N2 M1N1

M1N2 M2N1 M2N2

Keterangan

M1 : media tanah

M2 : media tanah + pupuk kandang sapi (1:1)

N0 : pupuk urea 0 g/tanaman

N1 : pupuk urea 0.5 g/tanaman N2 : pupuk urea 1 g/tanaman

N3 : pupuk urea 2 g/tanaman

U1 : ulangan 1 Utara U2 : ulangan 2

U3 : ulangan 3

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Pengaruh Media Tanam dan Pupuk N terhadap
Gambar 3. Pengaruh Berbagai Media Tanam pada Taraf N2 (Umur 10 MSP)
Gambar 4. Pengaruh Berbagai Taraf Pupuk N pada M2 (Umur 10 MSP)
Gambar 5. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman yang Dipengaruhi Media pada 2 sampai 10 MSP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini akan dibangun sebuah jaringan VPN SSTP yang digunakan untuk akses E-Learning dan memanajemen data didalamnya melalui jaringan luar agar bisa

Dalam menyusun penulisan ilmiah ini penulis menetapkan batasan permasalahan yaitu mengenai perbandingan perhitungan harga jual yang dilakukan CV.Mardonuts dan perhitungan harga

[r]

The temperature differences between the evaporator and condenser sections with the biomaterial wick were less than that using a sintered copper powder wick, and the use of nano fl

Teori hukum modern mengatakan bahwa hukum merupakan suatu norma yang dibuat oleh manusia dan lahir dari sebuah kesepakatan-kesepakatan antara manusia dalam sebuah bentuk

[r]

Skripsi ANALISIS PENCATATAN SELISIH KURS DALAM ..... ADLN - Perpustakaan

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu : “Bagaimana hubungan antara motivasi dengan efikasi diri pada pasien post stroke