• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil penelitian menunjukk an keragaman jenis nyamuk Anopheles spp yang dilaksanakan dari bulan Februari sampai Agustus 2011 di Kelurahan Caile dan Kelurahan Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba sebagai berikut : 4.1.1 Keragaman Jenis Nyamuk Anopheles spp

Keragaman jenis nyamuk Anopheles spp dari berbagai metode penangkapan yaitu umpan orang di dalam dan di luar rumah, nyamuk yang istirahat di dinding dalam rumah, umpan hewan ternak (sapi/kerbau), dan penangkapan pada pagi hari di dalam dan di luar rumah (Tabe l 1).

Jumlah nyamuk Anopheles spp yang tertangkap selama penelitian berlangsung sebanyak 1956 spesimen di Kelurahan Caile, paling banyak tertangkap dengan umpan hewan ternak yaitu sejumlah 980 spesimen (50,10%), berikutnya dengan penangkapan umpan orang di luar rumah (UOL) tertangkap 555 (28,37%) spesimen. Melalui penangkapan malam dengan umpan orang di dalam rumah (UOD) tertangkap 228 (11,66%) spesimen. Untuk penangkapa n nya muk malam hari yang istirahat di dinding dalam rumah tertangkap 172 spesimen (8,79%) dan. penangkapan nyamuk pada pagi hari di dinding dalam rumah tidak tertangkap satu pun, sedangkan di dinding luar rumah dan sekitarnya tertangkap 21 (1,07%) spesimen.

Jumlah nyamuk Anopheles spp yang tertangkap selama tujuh bulan kegiatan penelitian berlangsung sebanyak 1241 spesimen di Kelurahan Ela-Ela, paling banyak tertangkap melalui penangkapan pada malam hari dengan penangkapan umpan orang di luar rumah (UO L) sejumlah 876 (70,59%) spesimen, dengan umpan orang di dalam rumah (UOD) tertangkap 282 (22,72%) spesimen, dan untuk penangkapan nyamuk malam hari yang istirahat di dinding da lam rumah tertangkap 59 (4,75%) spesimen. Penangkapan nyamuk pagi hari pada dinding dalam rumah tertangkap 4 (0,32%) spesimen dan di dinding luar rumah dan sekitarnya tertangkap 20 (1,61%) spesimen. Sementara itu penangkapan dengan metode umpan hewan tidak digunakan di Kelurahan Ela-Ela karena tidak terdapat rumah yang memiliki ternak.

Dari 1956 spesimen nyamuk Anopheles spp yang tertangkap selama penelitian ini, terdiri atas 8 spesies yaitu spesies An. barbirostris 817 (41,77%) spesimen, An.

(2)

29 (1,48%) spesimen, An. nigerrimus 8 (0,41%) spesimen, An. tesselatus 43 (2,45%) spesimen, An. flavirostris 1 (0,05%) spesimen, dan An. kochi 1 (0,05%) spesimen di Kelurahan Caile. Sementara itu, dari 1241 spesimen nyamuk Anopheles spp yang tertangkap, terdiri atas 5 spesies yaitu terbanyak spesies An. barbirostris 986 (79,45%) spesimen, berikutnya spesies An. subpictus 184 (14,83%) spesimen, An.

vagus 57 (4,59%) spesimen, An. indefinitus 12 (0,97%) spesimen, dan terendah

adalah An. nigerrimus 2 (0,16%) spesimen di Kelurahan Ela-Ela (Tabe l 1).

Jumlah spesies di Kelurahan Caile lebih banyak daripada di Ela-Ela dengan ditemukannya spesies An. tesselatus, An. flavirostris dan An. kochi. Larva spesies An.

tesselatus umumnya menempati habitat persawahan, kolam yang teduh, kolam air

tawar, saluran yang banyak naungan. Spesies ini menunjukkan toleransi yang rendah terhadap panas dan kekeringan, sehingga mungkin menjadi sebab tidak ditemukannya di Ela- Ela da n daerah pesisir lainnya de ngan habitat yang terke na sinar matahari langsung. Sementara untuk An. flavirostris, diketahui nyamuk ini bersifat zoo filik atau lebih suka menggigit ternak. Tempat perkembangbiakannya di air jernih yang mengalir pelan dan kena sinar matahari langsung seperti sungai dan mata air terutama yang bagian tepinya berumput, sedangkan untuk larva An. kochi biasa ditemukan pada air yag berlumpur, dasar kolam dengan atau tanpa rumput, jejak kaki hewan, dan sawah yang belum ditanami. Hal ini sesuai dengan kondisi habitat yang ada di Kelurahan Caile.

Hasil yang sama dilaporkan Ndoen et al. (2010) bahwa spesies An. tesselatus,

An. flavirostris dan An. kochi ditemukan lebih banyak di daerah persawahan di Pulau

Jawa, tetapi di N TT tidak ditemukan baik di persawahan maupun di kawasan pantai. Hasil ini juga sesuai de ngan hasil pengamatan Darma et al. (2004) dalam penelitiannya di daerah persawahan dan rawa di Desa Marga Mulya Tanggerang yang menemukan ragam spesies An. Annularis, An. barbirostris, An. kochi, An. subpictus,

An. sundaicus, An. tesselatus da n An. vagus. Hal yang sama juga dilaporkan oleh

Maguire et al. (2005) dalam penelitiannya pada desa-desa pesisir pantai Tanjung Anom da n Karang Serang Tanggerang yang menemukan fauna An. subpictus Grassi,

An. vagus Doenitz, dan An. barbirostris Van der Wulp. Hasil penelitian ini juga sama

dengan yang dilaporkan oleh Darundiati (2002) dalam penelitiannya di Kecamatan Pituruh Purworejo bahwa faktor lingkungan yaitu keberadaan genangan air, letak rumah, jarak sawah dari rumah, jarak rumah dengan breeding place, keberadaan

(3)

ternak mamalia, penempatan kandang ternak, dan jenis lantai rumah memiliki hubungan be rmakna de ngan kejadian malaria.

Hadi dan Koesharto (2006) menyatakan habitat nyamuk Anopheles bervariasi tergantung spesies, mulai dari lingkungan pegunungan sampai pantai. Aktivitas menggigitnya malam hari (nokturnal). Jarak terbangnya juga bervariasi tergantung spesies. Menurut Sukowati dan Sofyan (2009), penyebaran nyamuk Anopheles tidak hanya berdasarkan zoogeografi, namun juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat, pemanfaatan lahan dan ekosistem. Di Jawa dan Bali terdapat 4 spesies vektor malaria yaitu An. sundaicus sebagai vektor di daerah pantai, An. aconitus di daerah persawahan bertingkat, An. balabacensis di daerah pegunungan bervegetasi, dan An.

maculatus di daerah pegunungan yang jarang vegetasinya.

Tabel 1. Komposisi Keragaman Nyamuk Anopheles spp dari Berbagai Metode Penangkapan di Kelurahan Caile dan Ela-Ela (Februari- Agustus 2011)

SPES IES

KEL URAHAN CAILE (Persawahan)

KEL URAHAN ELA-ELA (Pantai) MALAM PAGI MALAM PAGI UMPAN ORANG ISTIRAHAT UMPAN ORANG ISTIRAHAT UOD UOL DDR UH D R L R UOD UOL DDR D R L R An. barbirostris 180 373 69 191 0 4 221 702 41 4 18 An. subpictus 21 61 31 243 0 1 38 128 17 0 1 An. vagus 18 103 65 493 0 16 19 37 0 0 1 An. indefinitus 5 9 2 13 0 0 3 9 0 0 0 An.nigerrimus 2 2 0 4 0 0 1 0 1 0 0 An. tesselatus 2 7 5 34 0 0 0 0 0 0 0 An. flavirostris 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 An.k ochi 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 JUMLAH 228 555 172 980 0 21 282 876 59 4 20

Ket : UOD = Umpan Orang Dala m UOL = Umpan Orang Luar DDR = Dinding Dala m Ru mah

(4)

4.1.2 Kelimpahan Nisbi, Frekwensi dan Dominansi

Angka Kelimpahan nisbi, frekuensi dan dominansi dari spesies nyamuk

Anopheles spp yang tertangkap dengan metode umpan orang dalam dan luar rumah,

istirahat di dinding dalam rumah malam hari da n di kandang, da n yang istirahat pagi hari di dinding dalam rumah da n sekitar luar rumah di Kelurahan Caile dan Ela- Ela (Tabel 2).

Hasil penangkapan dengan umpan orang di dalam rumah menunjukkan nyamuk yang memiliki angka kelimpahan nisbi tertinggi diantara enam spesies yang tertangkap di Kelurahan Caile adalah An. barbirostris (78,95%), berikutnya An.

subpictus (9,21%), An. vagus (7,89%), An. indefinitus (2,19%), dan yang terendah

adalah An. tesselatus da n An. nigerrimus (masing- masing 0,88%), Berdasarkan frekuensinya, frekuensi tertinggi ada pada populasi An. barbirostris, An. subpictus dan An. vagus (masing- masing 1 kali). Selanjutnya diikut i An. indefinitus dan An.

tesselatus yang juga memiliki nilai frekuensi yang sama (0,29%), dan nilai yang

terenda h frekuensinya adalah An. nigerrimus (0,14%). Seda ng menurut nilai dominansinya, angka tertinggi diantara enam spesies adalah An. barbirostris (78,95%), berikutnya adalah An. subpictus (9,21%), An. vagus (7,89%), An.

indefinitus (0,63%), An.tesselatus (0,25%) dan An. nigerrimus (0,13%).

Pada penangkapan dengan metode umpan orang, hasil penangkapan dengan umpan orang di dalam rumah menunjukkan nyamuk yang memiliki angka kelimpahan nisbi tertinggi diantara lima spesies yang tertangkap di Kelurahan Ela-Ela adalah An.

barbirostris (78,37%), berikutnya, An. subpictus (13,48%), An. vagus (6,74%), An. indefinitus (1,06%), dan yang terendah adalah An. nigerrimus (0,35%). Berdasarkan

frekuensinya, angka tertinggi pada populasi An. barbirostris, An. subpictus (masing-masing 1 kali). Selanjutnya diikuti An. vagus (0,86 kali), An. indefinitus (0,29 kali). Nilai yang terenda h frekuens inya adalah An. nigerrimus (0,14 kali). Menur ut nilai dominansinya, angka tertinggi diantara lima spesies adalah An. barbirostris (78,37%), berikutnya ada lah An. subpictus (13,48%), An. vagus (5,78%), kemudian diikuti oleh

An. indefinitus (0,30%) dan yang terendah adalah An. nigerrimus (0,05%).

Pada penangkapan dengan metode umpan orang, hasil penangkapan dengan umpan orang di luar rumah menunjukkan nyamuk yang memiliki angka kelimpahan nisbi tertinggi diantara enam spesies yang tertangkap di Kelurahan Caile adalah An.

barbirostris (67,21%), berikutnya, An. vagus (18,73%), An. subpictus (10,99%), An. indefinitus (1,64%), dan An. tesselatus (1,26 %) da n yang terendah adalah An.

(5)

nigerrimus (0,36%). Berdasarkan frekuensinya tertinggi pada populasi An. barbirostris, An. subpictus dan An. vagus (masing- masing 1 kali). Selanjutnya

diikuti An. indefinitus (0,71 kali). Nilai yang terenda h frekuens inya adalah An.

nigerrimus da n An. tesselatus yang memiliki nilai frekuensi yang sama (0,14 kali).

Menurut nilai dominansinya, angka tertinggi di antara enam spesies adalah An.

barbirostris (67,82%), berikutnya adalah An. vagus (18,73%), An. subpictus

(10,99%), kemudian diikuti oleh An. indefinitus (1,17%), An. tesselatus (0,18%) dan yang terenda h adalah An. nigerrimus (0,05 %).

Hasil penangkapan dengan umpan orang di luar rumah menunjukkan nyamuk yang memiliki angka kelimpahan nisbi tertinggi diantara empat spesies yang tertangkap di Kelurahan Ela-Ela adalah An. barbirostris (80,14%), berikutnya, An.

subpictus (14,61%), An. vagus (4,22%), dan yang terendah adalah An. indefinitus

(1,03%). Berdasarkan frekuensinya, nilai tertinggi ada pada populasi An. barbirostris,

An. subpictus dan An. vagus (masing- masing 1 kali) dan yang terendah adalah An. indefinitus (0,43 kali). Adapun menurut nilai dominansinya, angka tertinggi di antara

empat spesies adalah An. barbirostris (80,14%), berikutnya, An. subpictus (14,61%),

An. vagus (4,22%), dan yang terendah adalah An. indefinitus (0,44%).

Tabel 2. Kelimpahan N isbi dan Dominansi Nyamuk Anopheles spp dengan metode

human landing collection pada Malam Hari di Kelurahan Caile dan Ela-Ela

(Februari-Agustus 2011)

KEL URAHAN CAILE (Persawahan)

KEL URAHAN ELA-ELA (Pantai)

SPES IES UOD UOL UOD UOL

KN D KN D KN D KN D An. barbirostris 78.95 78.95 67.21 67.21 78.37 78.37 80.14 80.14 An. subpictus 9.21 9.21 10.99 10.99 13.48 13.48 14.61 14.61 An. vagus 7.89 7.89 18.73 18.73 6.74 5.78 4.22 4.22 An. indefinitus 2.19 0.63 1.64 1.17 1.06 0.3 1.03 0.44 An.nigerrimus 0.88 0.13 0.36 0.05 0.35 0.05 0 0 An. tesselatus 0.88 0.25 1.26 0.18 0 0 0 0

Ket : UOD = Umpan Orang Dala m UOL = Umpan Orang Luar KN = Ke limpahan Nusbi

(6)

Pada metode penangkapan di kandang dan sekitarnya dengan delapan spesies di Kelurahan Caile, angka kelimpahan nisbi tertinggi pada spesies An. vagus (50,31%), kemudian An. subpictus (24,80%), An. barbirostris (19,49%), An.

tesselatus (3,47%), An. indefinitus (1,33%), An. nigerrimus (0,41%). Kelimpahan

nisbi yang terendah yaitu An. flavirostris da n An. kochi (0,10%). Frekuensi tertangkap tertinggi dari penangkapan di kandang dan sekitarnya yaitu An. vagus, An.

barbirostris da n An. subpictus (masing- masing 1 ka li). Kemudian An. tesselatus (0,71

ka li), An. indefinitus (0,57 kali). Sedangkan frekuensi tertangkap terendah dengan nilai yang sama pada An. nigerrimus, An. flavirostris, dan An. kochi (masing- masing 0,14 kali). Angka dominansi tertinggi pada spesies An. vagus (50,31%), selanjutnya

An. subpictus (24,80 %), An. barbirostris (19,49%), An. tesselatus (2,48%), An. indefinitus (0,76 %), An. nigerrimus (0,06%). Dominansi terendah dengan nilai yang

sama pada An. flavirostris da n An. kochi (0,01%).

Spesies An. barbirostris adalah spesies terbanyak pertama (dominan). Spesies ini memang dikenal memiliki kemampuan berkembang biak pada habitat yang sangat beragam, di air jernih atau keruh, menggenang atau mengalir, ditempat teduh atau kena sinar matahari. Larvanya dapat ditemukan di persawahan, kolam dan rawa. Hasil pengamatan ini juga sesuai dengan penelitian di Desa Kasimbar dengan topografi persawahan dan di Desa Siboang dengan topografi pantai di Sulawesi Tengah, di areal ini spesies An. barbirostris paling dominan tertangkap mengisap darah orang baik di dalam rumah, d i luar rumah serta yang istirahat di dinding da lam rumah. Spesies lain ditemukan menggigit orang dalam jumlah kecil (5%) diluar rumah. Spesies An. vagus banyak ditemuka n sekitar tambatan ternak (66,91%) bila diba ndingka n dengan spesies lain (Jastal et al. 2001).

Hal yang sama juga dilapor ka n oleh Cooper et al. (2010) dalam penelitiannya yang dilakukan dari kawasan pantai Dili dan Bobonaro (pantai, dataran rendah pedalaman dan dataran tinggi) di Timor Leste, bahwa spesies

An. barbirostris selalu ditemukan dan tersebar luas di seluruh pesisir pantai

dan dataran rendah daerah pedalaman. Spesies ini adalah salah satu Anopheles dominan yang dikumpulkan melalui metode human landing

collection baik di pantai dan pedalaman meskipun hanya dari tiga lokasi larva yang

ada. Sementara itu, An. vagus juga adalah spesies yang paling umum di wilayah yang disurvei melalui koleksi larva, human landing collection, perangkap berumpan CO2, dan perangkap cahaya.

(7)

Hasil yang sama dilapo rkan pula oleh Ndoen et al. (2010) dalam penelitiannya mengenai hubungan antara nyamuk Anopheles dan topografi di Pulau Jawa dan NTT, bahwa spesies An. barbirostris di Jawa ini sangat berhubungan dengan daerah dataran tinggi, sedangkan di NTT itu berhubungan dengan wilayah pesisir. Spesies An.

subpictus yang ditemuka n di Jawa hanya di persawahan dan perbukitan, tetapi

dominan ditemuka n di wilayah pesisir NTT. Spesies An. vagus terutama ditemukan di daerah perbukitan dan persawahan Pulau Jawa dan dengan jumlah yang lebih sedikit di wilayah pesisir. Hal ini tidak umum di NTT meskipun penyebarannya luas. Dalam penelitian ini juga ditemukan dalam jumlah yang relatif kecil seperti

An. flavirostris, An. indefinitus, An. kochi, An. sundaicus dan An. tesselatus

Untuk mengetahui perilaku nyamuk sebelum dan sesudah mengisap darah dilakukan penangkapan nyamuk yang istirahat di dinding dalam rumah pada malam hari. Dari penangkapan dengan metode yang istirahat di dinding ini didapatkan lima spesies di Kelurahan Caile. Kelimpahan nisbi tertinggi pada An. barbirostris (40,12%), berikutnya An. vagus (37,79%), An. subpictus (18,02%), An. tesselatus (2,91%) dan yang terenda h An. indefinitus (1,16%). Frekuensi tertangkap tertinggi

An. barbirostris (1 kali), berikutnya, An. vagus (0,86 kali), An. subpictus (0,71 kali), An. tesselatus (0,43 kali) dan yang terendah adalah An. indefinitus (0,29 kali). N ilai

dominansi tertinggi pada penangkapan ini adalah An. barbirostris (40,12%), berikutnya, An. vagus (32,39%), An. subpictus (12,87%), An. tesselatus (1,25%) dan yang terenda h ada lah An. indefinitus (0,33%).

.

Dari penangkapan dengan metode istirahat di dinding dalam rumah malam hari didapatkan tiga spesies di Kelurahan Ela-Ela. Kelimpahan nisbi tertinggi pada

An. barbirostris (69,49%), berikutnya, An. subpictus (28,81%), dan yang terendah An. nigerrimus (1,69%). Frekuensi tertangkap tertinggi An. barbirostris da n An. subpictus

(0,71 kali) dan yang terendah adalah An. nigerrimus (0,14 kali). N ilai dominansi tertinggi pada penangkapan ini adalah An. barbirostris (49,64%), berikutnya, An.

subpictus (20,58%), dan yang terendah adalah An. nigerrimus (0,24%).

Hasil pengamatan nyamuk istirahat pagi hari untuk mengetahui tempat istirahat sebe narnya dari nyamuk Anopheles spp dalam menyelesaikan siklus gonot rop iknya. Penangkapan nyamuk pagi hari di Kelurahan Caile hanya ditemukan di luar rumah, terdiri atas 3 spesies yaitu An. barbirostris, An. subpictus, An. vagus, sedangkan di Kelurahan Ela-Ela ditemuka n di dinding dalam rumah yakni spesies

(8)

An. vagus dan di semak-semak luar rumah ditemukan spesies An. barbirostris, An. vagus dan An. subpictus (Tabel 3).

Lokasi habitat pot ensial nyamuk Anopheles spp di Kelurahan Caile berada di daerah persawahan berjarak sekitar 0,5-20 meter dari pemukiman penduduk yang disekitarnya terdapat lahan kosong yang ditumbuhi semak-semak dan terdapat genangan air serta menjadi lahan penempatan ternak besar seperti sapi di malam hari, kangkung dan rumput yang tumbuh di pinggir pematang sawah, bahkan juga terdapat tumpuka n sampa h. Sementara itu di Kelurahan Ela-Ela terdapat rawa, kolam, genangan air payau yang ditumbuhi rumput dan semak ditepinya. Kondisi lingkungan tersebut dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk vektor sehingga menjadi faktor penyebab meningkatnya angka kesakitan malaria.

Hasil ya ng sama dengan penelitian ini ditemukan di Kecamatan Kokap Kabupaten K ulonprogo yang menunjukkan hasil penangkapan di pagi hari, habitat vektor malaria yaitu luba ng tanah yang ternaungi semak-semak dan yang digunakan sebagai tempat membuang sampah rumah tangga menjadi tempat istirahat alami bagi vektor malaria. Di luba ng tanah tempat membuang sampa h ini menumpuk cukup banyak dedaunan yang telah lapuk. Spesies An. vagus keba nyaka n ditemukan di semak-semak dan dikandang. Spesies An. barbirostris juga banyak ditemukan beristirahat di semak-semak (Handayani dan Darwin 2006).

Tabel 3. Keragaman, Kelimpahan Nisbi dan Dominansi Nyamuk Anopheles spp dengan metode resting collection pada Malam dan Pagi Hari di Kelurahan Caile dan Ela-Ela (Februari-Agustus 2011)

SPESIES

KELURAHAN CAILE (Persawahan)

KELURAHAN ELA-ELA (Pantai)

MALAM PAGI MALAM PAGI

DDR LR DDR DDR LR KN D KN D KN D KN D KN D An. barbirostris 40.12 40.12 19 5 69.49 49.64 0 0 90.00 51.43 An. vagus 37.79 32.39 76 22 0 0 100 28.57 5.00 0.71 An. subpictus 18.02 12.87 5 1 28.81 20.58 0 0 5.00 0.71 An. indefinitus 1.16 0.33 0 0 0 0 0 0 0 0 An. nigerrimus 0.00 0.00 0 0 1.69 0.24 0 0 0 0 An. tesselatus 2.91 1.25 0 0 0 0 0 0 0 0 Ket : DDR = Dinding Dalam Rumah LR = Luar Rumah KN = Kelimpahan Nusbi D =Dominansi

(9)

Menurut Service (1976), lokasi yang menjadi tempat nyamuk di alam adalah cekungan pohon, lubang di bagian bawah sarang rayap, retakan dan celah-celah di tanah, batang pohon, bawah jembatan, dinding pagar dan batu bata, serta berbagai jenis vegetasi lainnya. Umumnya, nyamuk dewasa beristirahat di antara vegetasi yang akan memberikan perlindungan yaitu bebas dari angin, cahaya langsung matahari dan kekeringan.

4.1.3 Fluktuas i kepadatan Nya muk Anopheles spp setiap bulan

Kepadatan populasi vektor menjadi hal penting dalam mempengaruhi intensitas penularan dan tinggi prevalensi penyakit malaria. Salah satu data yang penting dikumpulkan dalam kegiatan surveilans malaria adalah informasi mengenai musim kepadatan vektor. Kepadatan nyamuk menggigit orang di Kelurahan Caile dan Ela-Ela mengalami fluk tuasi baik d i dalam maupun di luar rumah. Kepadatan nyamuk menggigit orang/malam diukur dengan menggunakan indikator MBR (man biting

rate). Pengamatan yang dilakukan selama tujuh bulan ini dapat memberi gambaran

mengenai kepadatan menggigit tertinggi dan terendah dari nyamuk vektor atau yang diduga vektor.

Spesies An. barbirostris juga memiliki kepadatan tertinggi menggigit orang dibanding spesies lainnya selama penelitian di Kelurahan Caile. Kepadatan menggigit untuk umpan orang (MBR) tertinggi pada bulan Maret senilai 37,93 nyamuk/orang/malam dan terendah pada bulan Juni 3,11 nyamuk/orang/malam. Spesies An. subpictus dengan tertinggi pada bulan Agustus (3,85 nyamuk/orang/malam) dan terendah pada bulan Juni dan Juli (0,44 nyamuk/orang/malam). Kepadatan spesies An. vagus tertinggi pada bulan Juni (6,37 nyamuk/orang/malam) dan terendah pada bulan Maret (0,30 nyamuk/orang/malam). Kepadatan rata-rata spesies An. indefinitus pada penangkapan umpan orang tertinggi pada bulan Februari (1,04 nyamuk/orang/malam) dan terendah pada bulan Mei dan Juni (0,15 nyamuk/orang/malam). Sedangkan spesies An. nigerrimus yang terangkap hanya di bulan Agustus dengan kepadatan 0,59 nyamuk/orang/malam. Spesies An.

tesselatus tertinggi pada bulan Agustus 0,30 nyamuk/orang/malam dan terendah pada

(10)

Gambar 3. Fluktuasi N ilai Kepadatan Nyamuk Anopheles spp (MBR) di Kelurahan Caile (Februari-Agustus 2011).

Gambar 4. Fluktuasi N ilai Kepadatan Nyamuk Anopheles spp (MBR) di Kelurahan Ela-Ela (Februari-Agustus 2011). 0 5 10 15 20 25 30 35 40

FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS

M BR ( N ya m uk /O ran g/ M al am ) Bulan Penangkapan

An. barbirostris An. subpictus An. vagus

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGT

M BR ( N ya m uk /O ran g/ M al am ) Bulan Penangkapan

(11)

Spesies An. barbirostris memiliki kepadatan tertinggi menggigit orang dibanding dengan keempat spesies lainnya selama masa tujuh bulan pengamatan di Kelurahan Ela-Ela. Kepadatan menggigit untuk umpan orang atau MBR tertinggi pada bulan Februari senilai 81.00 nyamuk/orang/malam da n terendah pada bulan Juni 9.48 nyamuk/orang/malam. Spesies An. subpictus memiliki tingkat kepadatan dengan umpan orang tertinggi pada bulan Februari (40,11 nyamuk/orang/malam) dan terendah pada bulan Juni dan Juli 1,19 nyamuk/orang/malam. Tingkat kepadatan spesies An. vagus pada umpan orang tertinggi pada bulan Juni (3,85 nyamuk/orang/malam) dan terendah pada bulan Maret (0,30 nyamuk/orang/malam). Kepadatan rata-rata spesies An. indefinitus pada penangkapan umpan orang tertinggi pada bulan April (0,59 nyamuk/orang/malam) dan terendah pada bulan Juni (0,15 nyamuk/orang/malam). Selanj utnya, spesies An. nigerrimus yang dijumpa i hanya pada bulan Juli, kepadatannya untuk umpan orang adalah 0,15 nyamuk/orang/malam (Gambar 4).

Hasil penelitian di Kelurahan Caile dan Ela-Ela menunjukkan bahwa tingkat kepadatan nyamuk Anopheles spp tersebut sudah dapat menularkan malaria sesuai dengan yang telah dinyatakan oleh Bruce-Chwatt (1985), bahwa kepadatan vektor yang dapat menularkan malaria adalah 1-10 nyamuk/orang/malam atau lebih. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Munif et al. (2008) yang menyatakan bahwa nyamuk

Anopheles spp dapat diduga sebagai vektor malaria apabila mempunyai MBR atau

kontak terhadap manusia cukup tinggi.

Hal tersebut bisa terjadi karena semakin tinggi tingkat kepadatan nyamuk

Anopheles berarti frekuensi menggigit manusia dapat semakin sering terjadi. Bila

nyamuk yang berpotensi vektor terinfeksi plasmodium karena menggigit orang yang sakit malaria ke mud ian menggigit orang yang sehat, maka sporozoit plasmodium yang bersifat infektif dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam tubuh manusia yang sehat sehingga menjadi sakit.

Berdasarkan data fluktuasi kepadatan nyamuk Anopheles dari hasil penelitian di Kelurahan Caile maupun Ela-Ela, maka untuk mencegah meningkatnya kejadian penyakit malaria di kedua wilayah ini, pencegahan melalui pengendalian vektor baik secara biologis, fisika dan kimiawi sebaiknya dilakukan sebelum musim atau mencapai puncak kepadatan tertingginya, yaitu sebe lum bulan februari da n bulan Mei. Sebab bila pengendalian vektor ini dilakukan pada saat puncak kepadatannya, maka besar kemungkinan dapat terjadi penularan atau kejadian penyakit malaria karena

(12)

nyamuk vektor masih memiliki kesempatan kontak dengan manusia dan menularkan sporozoit ke dalam darah manusia dan menjalani masa inkubasi hingga timbulnya kesakitan sekalipun setelah dilakukan pengendalian.

Seperti diketahui nyamuk mempunyai dua cara beristirahat, yaitu istirahat sebenarnya selama menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara saat aktif mencari darah. Penangkapan di dinding dalam rumah malam hari untuk mengetahui kebiasaan beristirahat sementara nyamuk sebelum dan sesudah mengisap darah. Kepadatan nyamuk yang istirahat di dinding diukur dengan indikator MHD (man hour density).

Dari penangkapan nyamuk yang istirahat di dinding selama penelitian berlangsung ditemukan lima spesies di Kelurahan Caile. N yamuk Anopheles spp dengan kepadatan tertinggi yang istirahat di dinding adalah spesies An. barbirostris dengan puncak kepadatan pada bulan Maret (63,24/rumah/jam) dan terendah pada bulan Juni (6,12 /rumah/jam), Selanjutya diikuti oleh An. vagus dengan kepadatan tertinggi pada bulan Juni (63,24 per rumah/jam) dan terendah pada bulan Maret (0/rumah/jam). Spesies An. subpictus dengan tingkat kepadatan tertinggi terjadi pada bulan Mei (22,4/rumah/jam) dan terendah pada bulan Juni dan Juli (0/orang/jam). Berikutnya spesies An. indefinitus dengan istirahat di dinding pada bulan Maret dan April dengan nilai indeks MBR yang sama (2,04/rumah/jam). Terakhir spesies An.

tesselatus yang tertangkap istirahat di dinding pada bulan April dan Juli dengan nilai

indeks MBR yang sama (4,08 /rumah/jam) (Tabel 4).

Tabe l 4. Fluktuasi N ilai Kepadatan Nyamuk Anopheles spp yang Istirahat di Dinding (MHD) (nya muk/jam/rumah) di Kelurahan Caile (Februari-Agustus 2011)

SPES IES

M H D (nyamuk/jam/rumah)

RATA-RATA

FEB MARET APRIL M E I JUNI JU LI AGUS TUS

An. barbirostris 18.36 63.24 16.32 20.40 6.12 10.20 6.12 20.11

An. vagus 10.20 0.00 12.24 12.24 63.24 6.12 28.56 18.94

An. subpictus 8.16 4.08 14.28 22.44 0.00 0.00 14.28 9.03

An. indefinitus 0.00 2.04 2.04 0.00 0.00 0.00 0.00 0.58

An. tesselatus 0.00 0.00 4.08 0.00 0.00 4.08 0.00 1.17 Ket : M HD : Man hour Density

(13)

Tabel 5. Fluktuasi N ilai Kepadatan Nyamuk Anopheles spp yang Istirahat di Dinding (MHD) (nyamuk/jam/rumah) di Kelurahan Ela-Ela (Februari-Agustus 2011)

SPES IES FEB MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUS TUS

Rata-Rata

An. barbirostris 14.28 32.64 14.28 18.36 0.00 4.08 0.00 11.95

An. subpictus 6,17 2,04 4,08 18,36 0.00 4.08 0.00 4,96

An.nigerrimus 0 0 0 0 0 0 2.04 0,29

Ket : MHD : Man hour Density

Sementara itu, di Kelurahan Ela-Ela ditemukan hanya tiga spesies. Dengan metode penangkapan nyamuk yang istirahat di dinding, kepadatan tertinggi An.

barbirostris pada bulan Maret (32,64/rumah/jam) dan terendah pada bulan Juni dan

Agustus (0/rumah/jam), kemudian An. subpictus dengan tingkat kepadatan tertinggi terjadi pada bulan Februari (6,17/rumah/jam) dan terendah pada bulan Juni dan Agustus (0/orang/jam). Berikutnya, spesies An. nigerrimus hanya tertangkap istirahat di dinding pada bulan Agustus dengan kepadatan (2,04/rumah/jam) (Tabel 5).

Hasil pengamatan dari kedua kelurahan ini menunjukkan bahwa spesies An.

barbirostris ditemukan yang paling tinggi tingkat kepadatannya diantara semua jenis

spesies yang ditemukan. Hasil yang sama dilaporkan Munif et al. (2007) yang menemukan kepadatan sejumlah spesies Anopheles istirahat di dinding dalam rumah diantaranya An. barbirostris (MHD 0,03-0,58) di Kecamatan Lengkong Sukabumi.

Dari hasil penangkapan nyamuk Anopheles yang istirahat di dind ing dalam rumah baik d i Kelurahan Caile dan Ela-Ela menunjukkan, bahwa dalam pengendalian nyamuk Anopheles dapat dilakukan dengan menggunakan metode IRS (indoor

residual spraying) atau penyemprotan secara residual di dalam rumah. Pemberantasan

dengan metod e ini dilakukan untuk target spesies yang biasa istirahat pada tempat-tempat seperti dinding, langit-langit dan lain- lain. Residu insektisida yang disemprotkan diharapkan dapat bertahan beberapa waktu tertentu yang toksisitasnya dapat mematikan nyamuk Anopheles yang istirahat di dinding dalam rumah penduduk.

Penangkapa n nya muk yang istirahat di kanda ng da n sekitarnya yang dilakuka n hanya di Kelurahan Caile juga diukur de ngan indikator MHD (man hour density). Dari penangkapan nyamuk yang istirahat di kandang selama penelitian ini

(14)

berlangsung ditemukan delapan spesies, dan dari metode ini pula didapatkan jumlah nyamuk Anopheles spp yang paling banyak tertangkap dibandingkan dengan semua metode penangkapan yang digunakan dalam penelitian ini.

Dari delapan spesies yang ditemukan istirahat di kandang, kepadatan rata-rata tertinggi pada spesies An. vagus (143,67/kandang/jam) dengan puncak kepadatan pada bulan Juni (395,76/kandang/jam) dan terendah pada bulan Maret (26,52/kandang /jam). Kemudian diikuti oleh An. subpictus dengan rata-rata kepadatan

(70,82/kandang/jam), puncak kepadatannya pada bulan Agustus (126,48/kandang/jam) dan terendah pada bulan Juni (12,24/kandang/jam). Spesies An.

barbirostris mempunya i rata-rata kepadatan (55,56/kandang/jam) dengan tingkat

kepadatan tertinggi terjadi pada bulan Maret (195,84/kandang/jam) dan terendah pada bulan Juni (6,12/kandang/jam). Spesies An. tesselatus dengan kepadatan rata-rata 9,91/kandang/jam dengan puncak kepadatan tertinggi pada bulan Mei (24,48/kandang/jam) dan terendah pada bulan Agustus (2,04/kandang/jam). Berikutnya spesies An. indefinitus dengan kepadatan rata-rata 3,79 /kandang/jam dengan tingkat kepadatan tertinggi pada bulan Maret (10,20/kandang/jam) dan terendah pada bulan (10,20/kandang/jam) (Tabe l 6).

Tabel 6. Fluktuasi N ilai Kepadatan N yamuk Anopheles spp yang Istirahat di Kandang (MHD) (nyamuk/jam/rumah) di Kelurahan Caile (Februari-Agustus 2011)

SPES IES

M H D (nya muk/jam/rumah)

RATA-RATA

FEB MARET APRIL M E I JUNI JU LI AGUS TUS

An. vagus 83.64 26.52 30.60 163.20 395.76 204.00 102.00 143.67 An. subpictus 28.56 67.32 57.12 81.60 12.24 122.40 126.48 70.82 An.barbirostris 36.72 195.84 18.36 42.84 6.12 32.64 57.12 55.66 An. tesselatus 0.00 0.00 22.44 24.48 10.20 10.20 2.04 9.91 An. indefinitus 2.04 10.20 0.00 0.00 8.16 6.12 0.00 3.79 An.nigerrimus 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 8.16 1.17 An. flavirostris 2.04 0 0 0 0 0 0 0.29 An.k ochi 0 0 0 0.05 0 0 0 0.01

(15)

Tiga spesies selanjutnya yakni An. nigerrimus, An. flavirostris dan An. kochi tertangkap istirahat di kandang masing- masing hanya sekali dalam tujuh bulan masa penelitian ini. Spesies An. nigerrimus yang tertangkap istirahat di kandang pada bulan Agustus memiliki nilai MBR 8,16 /kandang/jam dengan kepadatan rata-rata 1,17/ kandang/jam. An. flavirostris yang tertangkap istirahat di kandang dan sekitarnya hanya pada bulan Februari memiliki nilai MBR 2,04 /kandang/jam dengan kepadatan rata-rata 0,29/kandang/jam. Dan Spesies An. kochi dengan nilai MBR 0,05 /kandang/jam dengan kepadatan rata-rata-rata 0,01/kandang/jam hanya ditemui beristirahat di kandang pada bulan Mei (Tabel 6).

Hasil ini juga sesuai de ngan pe nelitian yang dilakukan oleh Adnyana (2011) yang melaporkan bahwa di Kecamatan Umburatunggay Sumba Tengah NTT nyamuk

Anopheles spesies An. kochi, An. tesselatus, An. vagus, An. flavirostris da n An. indefinitus sebagian besar ditemukan tertangkap di kandang dan sekitarnya. Hal ini

sejalan dengan salah satu kesimpulan penelitian Suwadera (2003) di Wilayah Puskesmas Kambaniru Sumba Timur NTT yang menyatakan memelihara ternak di sekitar rumah akan memberikan dampak penurunan kejadian malaria sebesar 39,1%. Juga sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Barodji (2010), bahwa keberadaan sapi dan kerbau di daerah pedesaan sangat mempengaruhi distribusi vektor malaria pada malam hari, lebih dari 73% nyamuk vektor pada malam hari terdapat di kandang sapi, kandang kerbau dan sekitarnya.

4.1.4 Aktivitas mengisap darah nya muk Anopheles spp setiap Jam

Pengamatan yang dilakuka n di Kelurahan Caile menunj ukka n, aktivitas spesies An. barbirostris menggigit manusia tampak paling padat baik yang menggigit orang di dalam rumah maupun di luar rumah. Selama 12 jam penangkapan selalu ditemui tertangkap di badan, aktivitas mulai pada pukul 19.00-20.00 hingga mulai menurun pada pukul 03.00-04.00. Puncak kepadatan spesies ini menggigit dalam rumah pada pukul 20.00-21.00 dan di luar rumah pukul 24.00-01.00.

Spesies An. subpictus tidak ditemui di badan pada jam 18-19 dan jam 21-22 dengan penangkapan umpan orang dalam, dan pada penangkapan dengan umpan orang luar tidak ditemukan lagi menggigit di badan pada pukul 05.00-06.00. Puncak kepadatan menggigitnya di dalam rumah pada pukul 19.00-20.00 dan di luar rumah pada pukul 20.00-21.00.

(16)

Spesies An. vagus tidak tertangkap hinggap di badan orang dalam rumah pada 2 waktu dari 12 jam penangkapan yakni pada pukul 01.00-02.00, dan 02.00-03.00. Sedangkan dengan umpan orang luar tidak dijumpai di badan lagi pada jam terakhir penangkapan. Puncak kepadatan menggigitnya di dalam rumah pada pukul 19.00-20.00 dan 21.00-22.00 dan di luar rumah pada pukul 19.00-19.00-20.00.

Spesies An. indefinitus tertangkap di badan umpan orang dalam hanya pada pukul 19.00-20.00, 20.00-21.00, 21.00-22.00 dan pukul 23.00-24.00. Dengan penangkapan umpan orang luar tertangkap dibadan hanya pada pukul 18.00-19.00, 20.00-21.00, 22.00-23.00, 23.00-24.00 dan 01.00-02.00. Puncak kepadatan menggigitnya di dalam rumah pada pukul 19.00-20.00 dan di luar rumah pada pukul 20.00-21.00 dan 22.00-23.00.

Spesies An. nigerrimus tertangkap dibadan hanya pada penangkapan umpan orang dalam rumah pada pukul 01.00-02.00 dan pukul 02.00-03.00 sekaligus sebagai puncak kepadatannya dan tidak ditemui di badan pada sebelum dan sesudah jam tersebut. Dengan umpan orang luar tertangkap pada pukul 19.00-20.00 dan 20.00-21.00 sekaligus sebagai puncak kepadatannya.

Spesies An. tesselatus dengan umpan orang dalam tertangkap pada pukul 18.00-19.00 dan 19.00--.20.00 sekaligus sebagai puncak kepadatannya dan sesudahnya tak tertangkap lagi hingga jam terakhir penangkapan. Sedangkan dengan umpan orang di luar rumah tertangkap menggigit di badan orang pada pukul 18.00-19.00. Kemudian tertangkap kembali pada pukul 21.00-22.00, 22.00-23.00, 23.00-24.00 sekaligus sebagai puncak kepadatannya (Gambar 5,da n 6).

Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Gardjito (2004) yang melaporkan puncak aktivitas spesies An. barbirostris antara pukul 23.00-01.00 dan di luar rumah pada pukul 24.00-01.00 di Desa Kasimbar Sulawesi Tengah. Hasil yang sama dilaporkan oleh Susanna (2005) yang menyatakan bahwa puncak kepadatan menggigit spesies An. vagus dalam rumah pukul 24.00-01.00 dan di luar rumah pukul 21.00-22.00 di Dukuh Kampek Purworejo. Lestari (1999) melaporkan puncak aktivitas spesies An. nigerrimus pukul 23.00-01.00 di Desa Bukit Baru Kabupaten Muaro Bungo Jambi, sedangkan puncak aktivitas spesies An. indefinitus pada pukul 21.00 di Desa Salaman Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan.

(17)

Gambar 5. Rata-rata kepadatan N yamuk Anopheles spp yang Tertangkap dengan Umpan Orang Dalam Rumah pukul 18.00-06.00 di Kelurahan Caile (Februari-Agustus 2011)

Gambar 6. Rata-rata kepadatan N yamuk Anopheles spp yang Tertangkap dengan Umpan Orang Luar Rumah pukul 18.00-06.00 di Kelurahan Caile (Februari-Agustus 2011) 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 18 -1 9 19 -2 0 20 -2 1 21 -2 2 22 -2 3 23 -2 4 24 -0 1 01 -0 2 02 -0 3 03 -0 4 04 -0 5 05 -0 6

A. barbirostris A. subpictus A. vagus

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 18 -1 9 19 -2 0 20 -2 1 21 -2 2 22 -2 3 23 -2 4 24 -0 1 01 -0 2 02 -0 3 03 -0 4 04 -0 5 05 -0 6

(18)

Pengamatan yang dilakuka n di Kelurahan Ela-ela menunjukkan, aktivitas spesies An. barbirostris menggigit manusia tampak paling padat sepanjang malam baik yang menggigit orang di dalam rumah maupun di luar rumah. Pada penangkapan umpan orang dalam, spesies ini tidak dijumpai lagi pada jam terakhir penangkapan, sementara pada penangkapan orang diluar rumah tertangkap hinggap dari awal sampai pada jam terakhir penangkapan. Puncak kepadatan menggigitnya di dalam rumah pada pukul 18.00-19.00, 20.00-21.00 dan 21.00-22.00, sedangkan diluar rumah pada pukul 18.00-19.00.

Spesies An. subpictus pada jam terakhir penangkapan dengan umpan orang da lam tidak lagi ditemui di badan, dan pada penangkapan dengan umpan orang luar sempat tidak ditemui di badan pada jam 04.00-06.00, namun pada jam terakhir (05.00-06.00) kembali tertangkap di badan orang. Puncak kepadatan menggigitnya di dalam rumah pada pukul 23.00-24.00 dan di luar rumah pukul 22.00-23.00 dan 02.00-03.00.

Spesies An. vagus tidak tertangkap di badan orang dalam rumah pada 4 waktu dari 12 jam penangkapan yakni pada pukul 18.00-19.00, 21.00-22.00, 23.00-24.00, dan pada pukul 05.00-06.00. Sedangkan dengan umpan orang luar dijumpai dibadan selama 12 jam penangkapan walaupun dengan jumlah yang sedikit. Puncak kepadatannya menggigit di dalam dan di luar rumah sama pada pukul 2400-01.00.

Spesies An. indefinitus tertangkap di badan umpan orang dalam hanya pada pukul 18.00-19.00,21.00-22.00,23.00-24.00, sekaligus sebagai puncak kepadatan menggigitnya. Dengan umpan orang luar tertangkap di badan hanya pada pukul 21.00-22.00, 22.00-23.00, 24.00-01.00 dan 02.00-03.00 dengan puncak kepadatan menggigitnya pada pukul 22.00-23.00 dan pukul 02.00-03.00.

Spesies An. nigerrimus tertangkap dibadan hanya pada penangkapan umpan orang dalam rumah pada pukul 18.00-19.00 dan tidak lagi ditemui dibadan hingga pada jam terakhir penangkapan, sedangkan dengan umpan badan orang luar tidak satupun dijumpai dan tertangkap di badan orang (Gambar 7 dan 8).

(19)

Gambar 7. Rata-rata kepadatan N yamuk Anopheles spp yang tertangkap dengan Umpan Orang Dalam Rumah pukul 18.00-06.00 di Kelurahan Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba (Februari- Agustus 2011)

Gambar 8. Rata-rata kepadatan Nyamuk Anopheles spp yang tertangkap dengan Umpan Orang Luar Rumah pukul 18.00-06.00 di Kelurahan Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba (Februari- Agustus 2011).

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 1 8 -1 9 1 9 -2 0 2 0 -2 1 2 1 -2 2 2 2 -2 3 2 3 -2 4 2 4 -0 1 0 1 -0 2 0 2 -0 3 0 3 -0 4 0 4 -0 5 0 5 -0 6

A. barbirostris A. subpictus A. vagus

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 18 -1 9 19 -2 0 20 -2 1 21 -2 2 22 -2 3 23 -2 4 24 -0 1 01 -0 2 02 -0 3 03 -0 4 04 -0 5 05 -0 6

(20)

Hasil yang sama juga ditemukan oleh Rosmini et al. (2010) yang melaporkan aktivitas menggigit An. barbirostris di dalam rumah pada pukul 23.00-24.00, kemudian ditemukan lagi pada pukul 03.00-05.00 di Desa Toposo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Sementara di luar rumah pada pukul 01.00-03.00, kemudian ditemukan lagi pada pukul 05.00-06.00., Aktivitas menggigit An.

barbirostris hanya ditemukan di dalam rumah pada pukul 24.00-01.00 dan diluar

rumah hanya ditemukan pada pukul 18.00-19.00 Di Desa Labuan.

Hasill yang sama juga dilaporkan oleh Ndoen et al. (2008) yang menemukan spesies An. subpictus, An. vagus, An. annularis da n An. barbirostris, dengan spesies yang paling dominan adalah An. subpictus, yang aktivitas menggigitnya mulai sekitar pukul 18.00-19.00 di kawasan pantai N TT. Puncak aktivitas menggigitnya sekitar pukul 21.00-22.00. Saat pagi mendekat, spesies An. subpictus menghentikan aktivitas menggigitnya di dalam rumah. Puncak aktivitas menggigit An. subpictus di luar mulai dari senja dan mencapai puncaknya pada pukul 22.00-23.00. Kegiatan menggigit cenderung menurun sekitar 03.00-06.00, tapi nyamuk tetap aktif sampai subuh.

Hasil penelitian di Kelurahan Caile dan Ela-Ela ini menunjukkan, aktivitas nyamuk Anopheles spp menggigit dan mengisap darah melalui penangkapan dengan umpan orang mengalami fluktuasi sepanjang malam dari pukul 18.00-06.00, baik di dalam dan diluar rumah. O leh karena itu untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk di dalam rumah, sebaiknya penduduk menggunakan perlindungan pribadi seperti pemasangan kawat kasa pada ventilasi, penggunaan repelen pada saat belum tidur dan pe makaian kelambu terutama kelambu yang berinsektisida pada saat tidur. Sementara untuk yang masih beraktivitas di luar rumah pada malam hari sebaiknya menggunakan pakaian yang dapat melindungi diri dari gigitan nyamuk, repelen atau memanfaatkan pengusir nyamuk lainnya baik terbuat dari bahan alami ataupun sintetik.

4.1.5 Hubungan kepadatan Nyamuk Anopheles spp dengan Curah hujan, Suhu dan Kelembaban di Kelurahan Caile dan Ela-Ela

Hubungan kepadatan Nyamuk Anopheles spp dengan Curah hujan

Pengaruh hujan dapat berbeda-beda menurut banyaknya hujan dan kondisi fisik daerah. curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan larva Anopheles spp

(21)

hanyut dan mati di tempat perkembangbiakannya. Terlalu banyak hujan akan menyebabkan banjir dan terlalu kurang akan menyebabkan kekeringan, mengakibatkan berpindahnya tempat perkembangbiakan nyamuk secara temporer. Curah hujan yang cukup de ngan jangka waktu lama aka n memperbesar kesempatan nyamuk untuk berkembangbiak secara optimal.

Data curah hujan (Februari-Agustus 2011) diperoleh dari BMKG Wilayah IV Makassar (Stasiun K limatologi Kelas I Maros) berdasarkan laporan dari stasiun BPP Tanah Kongkong yang berlokasi di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba. Selama penelitian (Februari-Agustus 2011), indeks curah hujan tertinggi pada bulan Mei (149,03 mm) dan terendah pada bulan Agustus (0,16 mm) (Lampiran 44 da n 45).

Hasil uji ko relasi (Pearson Correlation) dengan nilai α : 0,05 menunjukkan ada hubungan antara faktor cuaca dengan kepadatan nyamuk Anopheles spp di Kelurahan Caile. Hubungan antara indeks curah huj an dengan kepada tan nyamuk spesies An. barbirostris kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan (r=0,025, p value >0,05). Hubungan antara indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk spesies An. subpictus kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sedang namun tidak signifikan (r=0,274, p value >0,05). Hubungan antara indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk spesies An. vagus kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sedang meskipun tidak signifikan (r=0,404, p value >0,05) (Gambar 9).

Hal ini berarti kepadatan nyamuk Anopheles spp cenderung meningkat bila indeks curah hujan juga meningkat dan sebaliknya kepadatannya menurun bila indeks curah hujan juga menur un. Hal ini dapat terjadi karena pada musim hujan lahan sawah di Kelurahan Caile kembali dikelola unt uk ditanami yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan Anopheles spp. Hasil yang sama dilaporkan oleh Jastal et al. (2003) yang menyatakan munculnya spesies An. barbirostris di Desa Sidoa n Sulawesi Tengah seiring dengan datangnya hujan sampai akhir musim hujan saat sawah mulai tergenang.

Hasil uji ko relasi (Pearson Correlation) dengan nilai α : 0,05 menunjukkan ada hubungan antara faktor iklim dengan kepadatan nyamuk Anopheles spp di Kelurahan Ela-Ela. Hubungan antara indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk spesies An. barbirostris kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan (r=-0,039, p value >0,05). Hubungan antara indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk spesies An. subpictus kearah linier negatif dengan

(22)

kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan (r=-0,113, p value >0,05). Hubungan antara indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk spesies An. vagus kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sedang tetapi tidak signifikan (r=-0,298, p value >0,05) (Gambar 10).

Hal ini berarti kepadatan nyamuk Anopheles spp cenderung menurun bila indeks curah hujan meningkat dan sebaliknya kepadatannya meningkat bila curah hujan menurun di Kelurahan Ela-Ela. Hal ini terjadi karena pada saat hujan menimbulkan banjir yang membuat air di rawa, genangan air payau maupun kolam meluap keluar atau ke saluran yang mengalir ke laut sehingga larva dapat terbawa dan mati. Sebaliknya pada saat kurang atau lama tak turun hujan terbentuk genangan air payau, rawa dan kolam yang didalamnya juga terdapat tanaman air sehingga menjadi tempat potensial perindukan nyamuk. Hasil yang sama dinyatakan oleh Sulaeman (2004), bahwa padat populasi nyamuk Anopheles pada musim hujan lebih rendah daripada di musim kering di Desa Bolapapu Sulawesi Tengah. Disini, spesies

Anopheles merupakan nyamuk yang paling dominan dan kelimpahan nisbinya lebih

tinggi pada musim kering daripada di musim hujan.

Gambar 9. Hubungan antara Kepada tan Nyamuk Anopheles spp (MBR) dengan Indeks Curah Hujan di Kelurahan Caile (Februari-Agustus 2011).

0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 5 10 15 20 25 30 35 40

FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS

IC H (I nd ek s Cu ra h H uj an ) M BR ( N ya m uk /O ran g/ M al am ) Bulan Penangkapan

(23)

Gambar 10. Hubungan antara Kepadatan Nyamuk Anopheles spp (MBR) dengan Indeks Curah Hujan di Kelurahan Ela-Ela (Februari-Agustus 2011).

Hubungan kepadatan Nyamuk Anopheles spp dengan Suhu

Fluktuasi kepadatan nyamuk juga dipengaruhi oleh lingkungan dimana nyamuk itu berada, oleh karena itu terjadi perbedaan kepadatan suatu spesies nyamuk

Anopheles. Di Kelurahan Caile, suhu udara selama penelitian suhu berkisar antara

28-30OC dengan suhu tertinggi terjadi pada bulan Maret (30OC) dan terendah pada bulan Februari, Juni, Juli dan Agustus (28OC). dan di Kelurahan Ela-Ela selama penelitian berkisar antara 25-30OC dengan suhu tertinggi terjadi pada bulan Maret (30OC) dan terendah pada bulan Agustus (25O

Hubungan antara suhu dengan kepadatan nyamuk spesies An. barbirostris kearah yang pos itif de ngan kekuatan hubungan sangat kuat da n memiliki hubungan yang signifikan (r=0,866, p value <0,05) di Kelurahan Caile. Hasil uji regresi didapatkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,750. Hal ini berarti pengaruh suhu terhadap kepadatan spesies An. barbirostris sebesar 75% sedangkan 25% oleh faktor lain. Hubungan antara suhu dengan kepadatan nyamuk spesies An. subpictus kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan (r=0,020, p value>0,05). Hubungan antara suhu dengan kepadatan nyamuk spesies An. vagus

C) (Lampiran 44 da n 45). 0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS

IC H (I nd ek s Cu ra h H uj an ) M BR ( N ya m uk /O ran g/ M al am ) Bulan Penangkapan

(24)

kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sedang tetapi tidak signifikan (r=0,282, p value >0,05) (Gambar 11).

Sementara itu, hubungan antara suhu dengan kepadatan nyamuk spesies An.

barbirostris kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak

signifikan (r=-0,003, p value >0,05) di Kelurahan Ela-ela. Hubungan antara suhu dengan kepadatan nyamuk spesies An. subpictus kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan (r=-0,047, p value >0,05). Hubungan antara suhu dengan kepadatan spesies An. vagus kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sedang tetapi tidak signifikan (r=-0,049, p value >0,05) (Gambar 12).

Hal ini berarti kepadatan nyamuk Anopheles spp cenderung meningkat bila suhu juga meningkat dan sebaliknya kepadatannya menurun bila suhu juga menurun di Kelurahan Caile, sedangkan kepadatan nyamuk Anopheles spp cenderung menurun bila suhu meningkat dan sebaliknya kepadatannya meningkat bila suhu menurun di Kelurahan Ela-Ela.

Gambar 11. Hubungan antara Kepadatan Nyamuk Anopheles spp (MBR) dengan suhu di Kelurahan Caile (Februari- Agustus 2011).

25 26 27 28 29 30 0 5 10 15 20 25 30 35 40

FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS

Su hu ( 0C) M BR ( N ya m uk /O ran g/ M al am ) Bulan Penangkapan

(25)

Gambar 12. Hubungan antara Kepadatan Nyamuk Anopheles spp (MBR) dengan suhu di Kelurahan Ela-Ela (Februari- Agustus 2011).

Dalam kaitannya dengan hubungan antara kepadatan nyamuk Anopheles spp dengan fluktuasi suhu pada penelitian di Kelurahan Caile dan Ela-Ela ini, Price (1997) menyatakan semua serangga bersifat po ikilotermis, yaitu suhu tubuhnya berubah-uba h sesuai dengan keadaan di sekitarnya. Efek hujan pada nyamuk dapat langsung atau tidak langsung. Kurangnya hujan dapat menyebabkan pengeringan dan ke matian. Curah huj an juga berpengaruh terhadap kelembaban, bersama dengan suhu dan angin yang menentukan kondisi iklim mikro setempat.

Hubungan kepadatan Nyamuk Anopheles spp dengan Kelembaban

Kelembaban nisbi rata-rara berkisar antara 80-95% di Kelurahan Caile. Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan April (95%) dan terendah pada bulan Februari (80%). Kelembaban nisbi berkisar antara 80-97% di Kelurahan Ela- Ela. Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan April (97%) dan terendah pada bulan Februari (80%) (Lampiran 44 dan 45).

Dengan faktor kelembaban, ada hubungan antara kelembaban dengan kepadatan nyamuk spesies An. barbirostris kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan (r=0,199, p value >0,05) di Kelurahan Caile. Ada hubungan antara kelembaban dengan kepadatan nyamuk spesies An.

25 26 27 28 29 30 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS

Su hu ( 0C) M BR ( N ya m uk /O ran g/ M al am ) Bulan Penangkapan

(26)

subpictus kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak

signifikan (r=0,125, p value>0,05). Ada hubungan antara kelembaban dengan kepadatan nyamuk spesies An. vagus kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan (r=0,012, p value >0,05) (Gambar 13).

Hubungan antara kelembaban dengan kepadatan nyamuk An. barbirostris kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sangat kuat dan memiliki hubungan signifikan (r=-0,846, p value <0,05) di Kelurahan Ela-Ela. Hasil uji regresi didapatkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,715. Hal ini berarti pengaruh kelembaban terhadap kepadatan An. barbirostris sebesar 71,5% sedangkan 28,5% oleh faktor lain yang belum diketahui. Hubungan antara kelembaban dengan kepadatan nyamuk An.

subpictus kearah linier negatif de ngan kekuatan hubungan sangat kuat da n memiliki

hubungan signifikan (r=-0,918, p value <0,05). Hasil uji regresi didapatkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,844. Hal ini berarti pengaruh kelembaban terhadap kepadatan An. barbirostris sebesar 84,4% sedangkan 15,6% oleh faktor lain yang belum diketahui. Hubungan antara kelembaban dengan kepadatan nyamuk An. vagus kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sangat lemah tetapi tidak signifikan (r=-0,126, p value >0,05) (Gambar 14).

Hal ini berarti kepadatan nyamuk Anopheles spp cenderung meningkat bila kelembaban juga meningkat dan sebaliknya kepadatannya menurun bila kelembaban juga menurun di Kelurahan Caile, sedangkan kepadatan nyamuk Anopheles spp cenderung menurun bila kelembaban meningkat dan sebaliknya kepadatannya meningkat bila kelembaban menurun di Kelurahan Ela-Ela.

Dalam kaitannya dengan hubungan antara kepadatan nyamuk dengan fluktuasi kelembaban pada penelitian di Kelurahan Caile dan Ela-Ela ini, Serviced dan Towson (2002) dalam Adnyana (2009) menyatakan fluktuasi musiman seperti curah hujan, kelembaban dan suhu mempengaruhi tingkat ketahanan Anopheles dan jumlah pop ulasinya. Hal yang sama juga dinya taka n oleh Gilles (1993) dalam Ompusunggu dan Laihad (2008), bahwa sebagai penyakit tular vektor, seperti malaria, sangat dipengaruhi oleh peruba han temperatur, kelembaban, curah hujan dan kondisi tempat-tempa t perindukan vektor, dan perilaku vektor.

(27)

Gambar 13. Hubungan antara Kepadatan Nyamuk Anopheles spp (MBR) dengan kelembaban di Kelurahan Caile (Februari- Agustus 2011).

Gambar 14. Hubungan antara Kepadatan Nyamuk Anopheles spp (MBR) dengan Kelembaban di Kelurahan Ela-Ela (Februari-Agustus 2011).

75 80 85 90 95 100 0 5 10 15 20 25 30 35 40

FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS

Ke le m ba ba n ( % ) M BR ( N ya m uk /O ran g/ M al am ) Bulan Penangkapan

Kelembaban An. barbirostris An. subpictus An. vagus

75 80 85 90 95 100 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS

Ke le m ba ba n ( % ) M BR ( N ya m uk /O ran g/ M al am ) Bulan Penangkapan

(28)

4.1.6 Status kerentanan Nya muk Anopheles spp

Pengenda lian vektor masih merupaka n langka h efektif yang pa ling umum untuk mencegah penularan malaria dan karena itu menjadi salah satu dari empat unsur dasar bagi strategi pengendalian global malaria. Tujuan utama dari pengendalian vektor adalah pengurangan morbiditas dan mortalitas malaria dengan mengurangi tingkat penularan (WHO 2011).

Pada pengujian kerentanan yang dilakukan di Kelurahan Caile, pengujian mengunakan impregnated paper lambda sihalotrin. Hal ini terkait karena di antara insektisida yang digunakan oleh para petani untuk memberantas hama pada saat menanam padi adalah lambda sihalotrin. N yamuk Anopheles yang digunakan dalam pengujian ini adalah dari spesies yang paling dominan di Kelurahan Caile yakni

Anopheles barbirostris. Karena kondisi habitat persawahan di Kelurahan Caile yang

sangat fluktuatif sehingga sulit untuk menguji nyamuk dari hasil pemeliharaan, maka nyamuk untuk uji ditangkap dari yang hinggap pada ternak dan sekitarnya. Setelah diadaptasikan terhadap lingkungan selama beberapa jam, kemudian dipilih nyamuk yang sehat, tidak cacat kaki dan sayap untuk diuji kerentanannya. Pengujian dilakukan dengan tiga ulangan dan satu kontrol dalam tabung yang dilapisi kertas berinsektisida (impregnated paper). Pengujian dengan menggunakan nyamuk yang dihimpun dari ternak dan sekitarnya dan bukan hasil dari pemeliharaan (rearing) juga pernah digunakan dalam uji kerentanan nyamuk vektor malaria An. sundaicus terhadap insektisida golongan piretroid (Boewono et al 2002).

Pada penelitian ini uji kerentanan dilakukan terhadap nyamuk Anopheles spp dari habitat di Kelurahan Caile dan Kelurahan Ela-Ela.

Hasil pengujian kerentanan An. barbirostris terhadap insektisida Lambda sihalotrin 0,05% di Kelurahan Caile ini menghasilka n persentase ke matian nyamuk uji sebesar 100%. Berdasarkan kriteria yang direkomendasikan oleh WHO bahwa antara 98-100% berarti tergolong rentan, antara 80-97% tergolong toleran/perlu konfirmasi resistensi dan kurang dari 80% tergolong resisten atau kebal (WHO 1998), maka hasil uji di Kelurahan Caile ini menunj ukka n nya muk spesies An. barbirostris masih rentan terhadap insektisida berbahan aktif Lambda sihalotrin 0,05% (Tabe l 6).

Pengujian yang dilakuka n di Kelurahan Ela-Ela menggunakan nyamuk

Anopheles dewasa hasil pemeliharan (rearing) yang larvanya diambil pada habitat

potensial di rawa pantai. Setelah dewasa diberi makan darah dan setelah kenyang darah ke mudian dilakuka n pe ngujian. Pengujian dilakuka n de ngan tiga ulangan da n satu kontrol dalam tabung yang dilapisi kertas berinsektisida (impregnated paper).

(29)

Kertas berinsektisida yang digunakan dalam pengujian ini adalah impregnated paper Deltametrin 0,05%. Spesies Anopheles yang digunakan dalam pengujian ini adalah

An. subpictus, Karena dari hasil pemeliharaan yang diambil dari habitat rawa pantai

untuk melakukan uji ini didapatkan spesies Anopheles subpictus. Hal ini dapat dipahami karena habitat larva nya muk ini berkembangbiak di air payau. Larva An.

subpictus lebih toleran terhadap kadar garam, sehingga dapat ditemukan ditempat

yang mendekati air tawar atau ditempat yang kadar garamnya cukup tinggi.

Pengujian kerentanan An. subpictus terhadap insektisida menggunakan Deltametrin 0,05% ini menghasilkan persentase kematian nyamuk uji sebesar 100%. Berdasarkan kriteria yang direkomendasikan oleh WHO bahwa antara 98-100% berarti tergolong rentan, antara 80-97% tergolong toleran/perlu ko nfirmasi resistensi dan kurang dari 80% tergolong resisten atau kebal (WHO 1998), maka hasil uji di Kelurahan Ela-Ela ini menunjukkan nyamuk spesies An. subpictus masih rentan terhadap insektisida berbahan aktif Lambda sihalotrin (Tabel 6). Dari hasil uji di Kelurahan Ela-Ela ini menunjukkan bahwa nyamuk An. subpictus masih rentan terhadap insektisida berbahan aktif Deltametrin 0,05% (Tabel 7).

Hasil yang sama dengan pengujian di Kelurahan Ela- Ela dilaporkan Widiarti

et al. (2009) pada pengujian kerentanan spesies vektor An. subpictus dengan

menggunakan Deltametrin 0,05% di Desa Sanggalangit Kabupaten Buleleng Bali juga menunjukkan hasil dengan persentase yang sama yakni kematian 100%. Betson et al. (2009) juga melaporkan mortalitas 100% juga didapatkan pada beberapa daerah yang menjadi lokasi penelitian malaria di Gambia pada nya muk Anopheles gambiae terhadap Deltametrin 0,05%, hasilnya menunjukkan kematian 100%..

Menurut Sigit (2006), penggunaan pestisida memang diperlukan, yang harus diingat adalah kemungkinan terjadinya akibat samping. Bagi ekosistem permukiman, diantara yang harus dipertimbangkan adalah timbulnya resistensi pada populasi ha ma serangga sasaran setelah beberapa generasi. Dalam upaya menanggulangi masalah hama telah tercipta berbagai metode, teknik, alat serta senyawa-senyawa kimia yang amat efektif melawan hama. Dengan penemuan-penemuan itu dunia kesehatan terhindar dari malapetaka wabah penyakit asal vektor yang ganas seperti malaria dan dunia pertanian dapat menghasilkan bahan pangan cukup. Namun upaya melawan hama dengan menggunakan pestisida menimbulkan akibat samping yang merugikan pula antara lain terbentuknya galur-ga lur hama yang resisten.

(30)

Tabel 7. Hasil Uji Kerentanan N yamuk An. barbirostris terhadap Lambda sihalotrin 0,05% di Kelurahan Caile

Ulangan

P E R L A K U A N

Pengamatan 60 me nit Pengamatan 24 Jam Jumlah Nyamuk Uji Jumlah yang mati % Kematian Jumlah yang mati % Kematian I 20 20 100 20 100 II 20 20 100 20 100 III 20 20 100 20 100 Kontrol 20 0 0 0 0 Suhu 29 29 - 30 Kelembaban 84.5 72 - 88

Tabel 8. Hasil Uji Kerentanan N yamuk An. subpictus terhadap Deltametrin 0,05 % di Kelurahan Ela- Ela

Ulangan

P E R L A K U A N

Pengamatan 60 me nit Pengamatan 24 Jam Jumlah Nyamuk Uji Jumlah yang mati % Kematian Jumlah yang mati % Kematian I 20 20 100 20 100 II 20 20 100 20 100 III 20 20 100 20 100 Kontrol 20 0 0 0 0 Suhu 29 29 - 30 Kelembaban 84.5 72 - 88

(31)

4.2 Pembahas an Umum

4.2.1 Keragaman, dominansi, kepadatan dan aktivitas Nyamuk Anopheles spp Pada penelitian di Kelurahan Caile menunjukkan jumlah nyamuk Anopheles

spp yang paling banyak tertangkap adalah dengan metode umpan hewan ternak

(50,23%). Hasil ini sesuai juga dengan hasil penelitian Maloha (2005) yang menemuka n bahwa di Desa Pondok Meja Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi, dari empat metode penangkapan nyamuk Anopheles, yang paling banyak tertangkap adalah melalui penangkapan dengan umpan hewan (33,54%) diikuti dengan metode umpan orang luar rumah (31,43%) dan umpan orang dalam rumah (20,68%).

Menurut Hadi dan Koesharto (2006), ketertarikan nyamuk kepada hewan disebabkan oleh perangsangan bau zat- zat yang dikeluarkan oleh hewan, terutama oleh CO2 dan beberapa asam amino dan lokalisasi yang dekat pada suhu hangat dan kelembaban. Dalam ha l ini Sigit dan Kesumawati (1988) juga menyatakan adanya satu segi yang cukup penting untuk diperhatikan dan bahkan dikembangkan ke arah aplikasinya, bahwa diantara berbagai jenis nyamuk yang mengisap darah ternak, terdapat jenis-jenis yang merupakan vektor penyakit malaria dan filariasis. Hal ini menimbulkan gagasan untuk menjadikan ternak semacam tameng bagi manusia terhadap serangan nyamuk di malam hari dalam rangka upaya profilaksis melawan malaria.

Sejumlah spesies yang sama juga ditemukan pada penelitian di daerah lain tetapi memiliki kesamaan kondisi lingkungan dan habitat dengan Kelurahan Caile. Munif et al. (2007) melaporkan di Desa Langkap Jaya Sukabumi ditemukan empat spesies yang sama dari enam spesies Anopheles spp yang tertangkap yaitu An.

barbirostris, An. vagus, An. kochi, dan An. tesselatus. Taviv (2005) juga melaporkan

di desa Segara Kembang Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan terdapat empat spesies yang sama dari tujuh spesies yang tertangkap, yaitu An. vagus, An. kochi, An.

barbirostris, dan An. nigerrimus. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Barod ji et al.

(2007) dalam penelitiannya di Desa Harjosari da n Krande gan Pekalongan Jawa Tengah yang menemuka n tiga spesies yang sama di Kelurahan Caile dari enam spesies Anopheles spp yang tertangkap, yakni An. barbirostris, An. kochi da n An.

vagus.

Sementara itu hasil penelitian yang sama di Kelurahan Ela-Ela ditemukan oleh Mardiana (2001) yang melaporkan bahwa di daerah pantai Banyuwangi Jawa Timur terdapat empat spesies yaitu An. vagus, An. subpictus, An. barbirostris da n An.

(32)

indefinitus. Mardiana et al. (2002) juga melaporkan pada daerah pantai di Desa

Damas Kabupaten Trenggalek, terdapat tiga dari sembilan spesies yang ditemukan dengan persentase An. vagus, An. barbirostris, An. subpictus yang mencakup 72,98 % dari keseluruhan spesies yang tertangkap.

Seperti halnya di Kelurahan Caile, dari nilai padat populasi di Desa Sedayu Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, spesies An. vagus tertangkap lebih dominan di kandang sapi dan luar rumah (Noor 2002). Barodji et al. (2007) melaporkan dominansi An. vagus di Desa Kandangserang dan Desa Krandegan Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah yang istirahat di kandang dan sekitarnya paling tinggi dari metode penangkapan umpan orang dan istirahat di dinding. Sementara itu hal yang sama terjadi di Kelurahan Ela-ela dilaporkan oleh Garjito et al. (2004) dalam penelitiannya di Desa Sidoa n dan Desa Kasimbar di wilayah Pantai timur Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah yang menemukan lima spesies yaitu An. vagus dengan kelimpahan nisbi 45,22%, An. barbirostris 25,22%, An. indefinitus 10,91% ,

An. subpictus 10,70% da n An. tesselatus 5,37%, sehingga menjadi spesies yang sangat

dominan.

Data hasil kegiatan penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara nilai kelimpahan nisbi, frekuensi dan do minansi spesies di Kelurahan Caile da n Ela- Ela. Nyamuk-nyamuk Anopheles spp yang tinggi kelimpahan nisbinya ternyata memiliki frekuensi spesies yang tinggi pula sehingga dengan demikian merupakan spesies yang dominan. Karena menurut Maloha (2005) kelimpahan nisbi merupakan persentase keberadaan dan kemampuan beradaptasi nyamuk Anopheles spp pada suatu waktu dan tempat, sedangkan frekwensi adalah spesies tertangkap dengan indikator sebaran tersebut dalam suatu kelompok dan dapat disajikan suatu indikator terjadi kontak dengan sumber makanan, da n angka dominansi adalah jumlah spesies yang terbanyak untuk dapat hidup ditempat tersebut. Indikator ini berguna untuk mengetahui kapan puncak kepadatan nyamuk Anopheles sp dan memudahkan pengendaliannya.

Pada fluktuasi kepadatan menggigit dalam penelitian di Kelurahan Caile dan Ela-Ela ini, menunjukkan bahwa dari berbagai metode yang digunakan, kepadatan tertinggi pada semua spesies adalah yang tertangkap menggigit pada hewan atau istirahat di ka ndang. Menurut Munif et al. (2010) keberadaan binatang ternak akan mempengaruhi perilaku nyamuk menggigit orang dan sebaliknya. Karena semakin banyak binatang ternak, kemungkinan nyamuk mengisap darah semakin besar dan menggigit orang semakin kecil. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Sutatik dan

(33)

Soehendro (2008) di daerah perbatasan Kabupaten Tulung Agung dan Kabupaten Trenggalek, yang menyatakan bahwa faktor lingkungan biologis pada pemeliharaan ternak dan tata letak kandang dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk.

Tingkat kepadatan dan juga jenis spesies di Kelurahan Ela-Ela ini lebih rendah dibanding dengan Kelurahan Caile. Perbedaan ini kemungkinan juga disebabkan adanya satu metode penangkapan yang tidak dilakukan di Kelurahan Ela-Ela, yakni penangkapan nyamuk dengan metode umpan hewan.

Hal yang sama di Kelurahan Ela-Ela ini juga dilaporkan oleh Sarwoko et al. (2010) yang menyatakan kepadatan nyamuk yang tertangkap berbeda-beda berdasarkan keberadaan ternak di Desa Buaran Mayong Kabupaten Jepara. Rata-rata kepadatan tertinggi terdapat di rumah yang memiliki ternak (10-20 m). Kepadatan terendah yang didapatkannya yaitu 3,97 ekor per jam terdapat pada rumah yang tidak memiliki ternak.

Rosmini et al. (2010) juga melaporkan bahwa di Desa Toposo Kecamatan Labuan Kabupa ten Donggala, kepada tan spesies An. barbirostris paling tinggi dengan nilai menggigit di dalam dan luar rumah sama (0,09/orang/jam ), di dinding 0,13/orang/jam dan di kandang 0,63 /orang/jam. An. nigerrimus ditemuka n menggigit di dalam rumah dengan kepadatan 0,06 /orang/jam, di dinding 0,13 /orang /jam dan di kandang 0,5 /orang/jam. Di Desa Labuan kepadatan An. barbirostris menggigit di dalam dan luar rumah sama (0,06 /orang/jam), di kandang 7,88/kandang/jam. An.

flavirostris hanya ditemuka n di sekitar kandang dengan kepadatan 0,25/

kandang/jam.

Sekalipun di Kelurahan Ela-Ela tidak dilakukan penangkapan dengan umpan hewan karena tidak adanya ternak, tetapi spesies An. subpictus da n An. vagus yang zoo filik tetap memiliki kepadatan rata-rata tertinggi setelah An. barbirostris selama penelitian (7,21 dan 0,78) di bandingkan dengan An. indefinitus dan An. nigerrimus. Menurut Mardiana dan Perwitasari (2010), spesies An. vagus termasuk nyamuk yag bersifat zoofilik, namun apabila di suatu daerah tidak didapatkan hewan peliharaan maka akan menggigit manusia. Munif et al. (2010) menyatakan spesies vektor sangat adaptif dan cepat mencari mangsa pengganti apabila hospes pilihan tidak dijumpai di lingkungan hidupnya, sehingga populasi vektor menjadi tinggi dari waktu ke waktu yang berhubungan erat dengan faktor-faktor lingkungan antara lain kepadatan penduduk.

(34)

Kecenderungan yang sama dengan hasil penelitian di Kelurahan Caile dan Ela-Ela ini juga dinyataka n oleh Alfiah et al. (2008) dari hasil penelitiannya terhadap pemilihan hospes Anopheles spp menyatakan bahwa keberadaan nyamuk Anopheles vektor malaria dan ditemuka n mengisap darah manusia menunjukkan potensi terjadinya penularan malaria di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Adrial (2009) menyatakan salah satu syarat penentuan vektor malaria selain dari kebiasaan nyamuk mengisap darah manusia, juga ditentukan oleh nilai dominansi kepadatan yang tinggi terhadap spesies Anopheles lainnya. Penularan malaria sebanding dengan kepadatan nyamuk (parasitic disease). Juga oleh Dharmawan (1993) dalam Alfiah (2008) menyatakan semakin banyak nyamuk mengisap darah manusia semakin besar pula potensi satu spesies berperan sebagai vektor penyakit malaria disuatu daerah.

Aktivitas mengisap darah nyamuk Anopheles spp disetiap daerah tidaklah sama. Hal ini dapat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, curah hujan, lingkungan dan habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp serta perilaku masyarakat terutama saat beraktivitas pada malam hari saat nyamuk ini mulai mencari darah. Hasil ini yang ditemukan di Kelurahan Caile juga sesuai de ngan hasil penelitian Rosmini et al. (2010) yang melaporkan di Desa Tamarenja Kecamatan Sindue Sulawesi Tengah An.

barbirostris mulai menggigit orang di dalam rumah pada jam 20.00-24.00 dengan

puncak menggigit pada jam 23.00-24.00. Sedangkan diluar rumah, An. barbirostris ditemukan puncak menggigitnya pada jam 24.00-02.00. Di Desa Sikara Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah, An. nigerrimus ditemuka n menggigit di dalam rumah pada pukul 21.00-22.00 dan di luar rumah ditemukan menggigit pada pukul 20.00-21.00.

Rahmawati (2009) juga melaporkan di Desa Lifuleo NTT spesies An.

subpictus merupakan jenis do minan kedua setelah An. barbirostris. Spesies An. subpictus ditemukan menggigit sepanjang malam dengan puncak kepadatan

menggigit dalam rumah pada pukul 20.00-01.00 dan di luar rumah pukul 22.00-23.00. Spesies An. vagus memiliki puncak kepadatan menggigit yang sama di dalam dan diluar rumah pada pukul 22.00-23.00, sedangkan An. indefinitus memiliki puncak kepadatan di dalam rumah pukul 20.00-21.00 dan diluar rumah pada pukul 24.00-03.00. Sitorus (2005) melaporkan di Desa Tegal Rejo Kabupaten OKU Timur spesies

Gambar

Gambar 3. Fluktuasi  N ilai  Kepadatan Nyamuk Anopheles spp  (MBR) di Kelurahan  Caile (Februari-Agustus 2011)
Tabel 5.   Fluktuasi N ilai Kepadatan Nyamuk  Anopheles spp  yang  Istirahat di  Dinding  (MHD)  (nyamuk/jam/rumah) di Kelurahan Ela-Ela   (Februari-Agustus 2011)
Gambar 5.   Rata-rata kepadatan N yamuk Anopheles spp  yang Tertangkap dengan  Umpan Orang Dalam Rumah pukul 18.00-06.00 di Kelurahan Caile  (Februari-Agustus 2011)
Gambar 7.   Rata-rata kepadatan N yamuk Anopheles spp  yang tertangkap dengan   Umpan Orang Dalam Rumah pukul 18.00-06.00 di Kelurahan Ela-Ela  Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba (Februari- Agustus 2011)
+7

Referensi

Dokumen terkait

2 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa batuk merupakan gejala karsinoma bronkogenik yang paling banyak yaitu dengan sensitivitas 93%, artinya dari 100 penderita

Melihat fenomena yang terjadi pada masyarakat Islam sekarang yang sebagaian masih melakukan ritual tersebut, tidak sejalan dengan syariat agama Islam, terutama yang

Dalam pencapaian Target Kinerja Program Peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH dapat dilaksanakan 76,74%, dan untuk

Kung mahihirapang markahan ang lahat ng salita, gamitin ang tuldik upang maipatiyak ang wastong bigkas lalo na sa mga salitang magkakatulad ng baybay ngunit

Namun peraturan tersebut kemudian tidak berlaku bagi emiten atau perusahaan publik yang efeknya tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan Bursa Efek

bakteri asam laktat seperti Lactobacillus (Y OON dan S TERN , 1995). Probiotik yang kandungan mikro- organismenya berasal dari mikroba rumen telah dikembangkan di Indonesia

Learning (Virtual-Class), Diskusi Kelompok, Tugas 2 4 Mahasiswa mengimplementa sikan Dependent dan Independent Clase Clausa - Dependent Clause - Independent clause -

Hal ini diperkuat oleh penelitian Bean, (2011) bahwa tingkat keberhasilan penulisan jurnal 90% sehingga dapat meningkatkan nilai ujian. Biologi sel yang merupakan