• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan prototype perangkat pembelajaran kurikulum 2013 sub tema Kegiatan Ekstrakurikulerku untuk siswa kelas II SD dengan pendekatan kontekstual.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan prototype perangkat pembelajaran kurikulum 2013 sub tema Kegiatan Ekstrakurikulerku untuk siswa kelas II SD dengan pendekatan kontekstual."

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

Saputri, Theresia Mega Wulan. 2015. “Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Sub Tema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” untuk Kelas II SD Dengan Pendekatan Kontekstual.”Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang berawal dari adanya keprihatinan mengenai masalah yang dihadapi guru terkait Kurikulum 2013. Potensi dan masalah didapat peneliti dari hasil angket pada 24 guru di tujuh SD mitra. Masalah yang dihadapi guru berkaitan dengan kesulitan melakukan penilaian sikap (KI 1 dan KI 2) dan penilaian keterampilan (KI 4) karena tidak ada deskriptornya, seta kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran karena tidak ada rubrik penilaiannya (KI 3). Oleh sebab itu, peneliti terdorong mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran

Kurikulum 2013 pada sub tema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” untuk siswa kelas II SD dengan pendekatan

kontekstual.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D). Peneliti menggunakan prosedur pengembangan dari Borg dan Gall (1989) yang disederhanakan menjadi 6 langkah, yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) uji validasi produk, 5) revisi desain, 6) uji coba produk. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, kuesioner dan observasi. Hasil validasi dari prototipe perangkat pembelajaran yang disusun mendapatkan skor rerata

3,48 yang termasuk dalam kategori “baik” karena memuat deskriptor untuk menilai KI 1, KI 2, dan KI 4;

serta menyajikan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dan kontekstual beserta rubrik penilaian ranah kognitif (KI 3).

Hasil uji coba yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa prototipe perangkat pembelajaran yang disusun dapat membantu guru untuk menilai KI 1, KI 2, KI3 dan KI 4; serta memiliki contoh perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik dan kontekstual.

(2)

Saputri, Theresia Mega Wulan. 2015. The Propotype Development of Curriculum 2013 Leraning Instrument Sub Theme “My Extracurricular Activity” for the Second Graders of Elementary School With Contextual Approach. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teachers Education Study Program, Teachers Training Faculty, Sanata Dharma University.

This research is a development that starts from the concern about the problems faced by teachers related to curriculum, 2013. Potential and problems derived from the results of a questionnaire research on 24 teachers in seven primary partner. Problems that teachers face difficulties associated with assessing the attitude (KI 1 and KI 2) and skills assessment (KI 4) because there is no descriptor, and difficulty in developing learning tools because there is no assessment rubric (KI 3) therefore, researchers are encouraged to develop a prototype device learning curriculum in 2013 on sub theme “My

Extracurricular Activity” for class II with

This type of research is the Research and Development (R & D). This study uses a procedure development of Borg and Gall (1989) which reduces to 6 steps: 1) potential and problems, 2) data collection, 3) products design, 4) product validity, 5) revision of the design, 6) test product. The instruments used in this research were interviews, questionnairs, and observations. Results of the validation of the prototype devices were arranged learning gain mean score of 3.48 are included in the category of "good" from the preparation of descriptors to assess KI 1, KI 2, and KI 4; and presents a learning device using a contextual approach and its scientific and cognitive assessment rubric (KI 3).

The results of trials conducted by researchers showed that the prototype device stacking researchers learning can help teachers to assess KI 1, KI 2,KI 3 and KI 4; and has examples of the learning curriculum 2013 that uses scientificand contextual approach.

(3)

i

PENGEMBANGAN PROTOTYPE PERANGKAT PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 SUB TEMA “KEGIATAN EKSTRAKURIKULERKU”

UNTUK SISWA KELAS II SD DENGAN PENDEKATAN

KONTEKSTUAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Theresia Mega Wulan Saputri

NIM: 111134041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karya ini kepada:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

yang selalu memberikan berkat dan rahmatNya sehingga penelitian dan

tugas akhir ini dapat terselesaikan.

Dosen-dosen PGSD Universitas Sanata Dharma yang dengan sabar

membimbing dan memberi saran maupun masukan selama ini.

Keluarga Besar

Kedua orang tua tercinta Albertus Suhendra dan Bernadetta Sri Lestari

serta kakak Cicilia Wahyu Riana Dewi beserta suami yang selalu

menjadi penyemangat dan inspirasi dalam kehidupan saya.

Teman yang istimewa Muhammad Abdul Rochim yang tidak pernah

lelah memberikan dukungan, semangat dan motivasi.

Sahabat-sabahat terkasih yang selalu mendampingi disaat susah maupun senang

Yovita, Hetty, Maya, Natalia, Anjar, Diana, Agatha .

Almamater dan seluruh keluarga besar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(7)

v

MOTTO

Berjalanlah terus menatap masa depan, tanpa melupakan masa lalu, sebab masa

depan tak akan pernah terbentuk seperti saat ini tanpa adanya masa lalu yang

penuh dengan proses dan

perjuangan….

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

Saputri, Theresia Mega Wulan. 2015. “Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Sub Tema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” untuk Kelas II SD Dengan Pendekatan Kontekstual.”Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang berawal dari adanya keprihatinan mengenai masalah yang dihadapi guru terkait Kurikulum 2013.Potensi dan masalah didapat peneliti dari hasil angket pada 24 guru di tujuh SD mitra. Masalah yang dihadapi guru berkaitan dengan kesulitan melakukan penilaian sikap (KI 1 dan KI 2) dan penilaian keterampilan (KI 4) karena tidak ada deskriptornya, seta kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran karena tidak ada rubrik penilaiannya (KI 3). Oleh sebab itu, peneliti terdorong mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 pada sub tema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” untuk siswa kelas II SD dengan pendekatan kontekstual.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D). Peneliti menggunakan prosedur pengembangan dari Borg dan Gall (1989) yang disederhanakan menjadi 6 langkah, yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) uji validasi produk, 5) revisi desain, 6) uji coba produk. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, kuesioner dan observasi. Hasil validasi dari prototipe perangkat pembelajaran yang disusun mendapatkan skor rerata 3,48 yang termasuk dalam kategori “baik” karena memuat deskriptor untuk menilai KI 1, KI 2, dan KI 4; serta menyajikan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dan kontekstual beserta rubrik penilaian ranah kognitif (KI 3).

Hasil uji coba yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa prototipe perangkat pembelajaran yang disusun dapat membantu guru untuk menilai KI 1, KI 2, KI3 dan KI 4; serta memiliki contoh perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik dan kontekstual.

(11)

ix ABSTRACT

Saputri, Theresia Mega Wulan. 2015. The Propotype Development of Curriculum 2013

Leraning Instrument Sub Theme “My Extracurricular Activity” for the Second

Graders of Elementary School With Contextual Approach. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teachers Education Study Program, Teachers Training Faculty, Sanata Dharma University.

This research is a development that starts from the concern about the problems faced by teachers related to curriculum, 2013. Potential and problems derived from the results of a questionnaire research on 24 teachers in seven primary partner. Problems that teachers face difficulties associated with assessing the attitude (KI 1 and KI 2) and skills assessment (KI 4) because there is no descriptor, and difficulty in developing learning tools because there is no assessment rubric (KI 3) therefore, researchers are

encouraged to develop a prototype device learning curriculum in 2013 on sub theme “My Extracurricular Activity” for class II with

This type of research is the Research and Development (R & D). This study uses a procedure development of Borg and Gall (1989) which reduces to 6 steps: 1) potential and problems, 2) data collection, 3) products design, 4) product validity, 5) revision of the design, 6) test product. The instruments used in this research were interviews, questionnairs, and observations. Results of the validation of the prototype devices were arranged learning gain mean score of 3.48 are included in the category of "good" from the preparation of descriptors to assess KI 1, KI 2, and KI 4; and presents a learning device using a contextual approach and its scientific and cognitive assessment rubric (KI 3).

The results of trials conducted by researchers showed that the prototype device stacking researchers learning can help teachers to assess KI 1, KI 2,KI 3 and KI 4; and has examples of the learning curriculum 2013 that uses scientificand contextual approach.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan atas segala berkat dan karuniaNya yang

begitu melimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan skipsi yang berjudul

“PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN

KURIKULUM 2013 SUB TEMA KEGIATAN EKSTRAKURIKULERKU

UNTUK KELAS II SD DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL” sesuai

waktu yang ditentukan. Tidak lupa peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih

kepadapihak-pihak yang telah membantu selama poses penyusunan skipsi ini.

Ucapan terimakasih ini peneliti sampaikan kepada:

1. Rohandi, Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., sebagai Kaprodi PGSD.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd.,sebagai Wakaprodi PGSD.

4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum.,sebagai Dosen pembimbing I yang

telah membimbing dalam penyusunan skripsi dan produk berupa

perangkat pembelajaran ini.

5. IrineKurniastuti, S.Psi., M.Psi., sebagai Dosen pembimbing II yang telah

membimbing dalam penyusun skripsi dan produk berupa perangkat

pembelajaran ini.

6. Para validator dalam penelitian ini yang telah membantu peneliti dalam

memvalidasi produk berbasis Kurikulum 2013.

7. Ari Handayani, S.Pd.,sebagai kepalasekolah SD Kanisius Tegalmulyo

yang telahmemberikanizin pada peneliti untuk melakukan penelitian.

8. Siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo yang telah berpartisipasi dalam

proses penelitian ini.

9. Albertus Suhendra dan Bernadeta Sri Lestari (Orang tua), Cicilia Wahyu

Riana Dewi dan Cahyono Eko (kakak) yang selalu memberikan dukungan

(13)

xi

10.Sahabat sahabat: Yovita, Maya, Diana, Natalia, Agatha, Anjar, dan Hetty.

11.Semua teman yang tergabung dalam penelitian kolaboratif dan

teman-teman kelas C angkatan 2011 yang telah memberikan semangat dan

dukungan selama ini.

12.Semua pihak yang telah membantu proses penyusunan dan penulisan

skripsi yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan

dan keterbatasan.Peneliti berharap, hasil penelitian ini dapat memberikan inspirasi

tentang menerapkan Kurikulum 2013.

Yogyakarta, 7 September 2015

Peneliti,

(14)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

(15)

xiii

1.5Manfaat Penelitian ... 5

1.6Definisi Operasional... 6

1.7Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 7

BAB II METODE PENELITIAN 2.1Kajian Teori ... 8

2.1.1Kurikulum 20123 ... 8

2.1.1.1 Pengertian, Keunggulan, dan Tujuan Kurikulum 2013 ... 8

2.1.1.2 Kekhasan Kurikulum 2013 ... 10

2.1.2 Pendidikan Karakter ... 15

2.1.2.1 Pengertian Pendidikan ... 15

2.1.2.2 Kekhasan Karakter ... 16

2.1.2.3 Pengertian Pendidikan Karakter ... 17

2.1.3 Tematik Integratif... 18

2.1.3.1 Saintifik ... 21

2.1.3.2 Model Pembelajaran Tematik yang Digunakan Pada Kurikulum 2013 ... 22

2.1.3.3 Prinsip-prinsip Dalam Tematik Integratif ... 23

2.1.4 Pendekatan Kontekstual ... 24

2.1.4.1 Komponen Pendekatan Kontekstual ... 26

2.1.5 Karakteristik Siswa Kelas II SD ... 31

2.1.6 Sub Tema “Kegiatan Ekstrakurikuler” Kurikulum 2013 ... 33

2.1.6.1 Sikap yang Terkait ... 35

2.1.7 Perangkat Pembelajaran ... 38

(16)

xiv

2.1.7.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 39

2.2 Penelitian yang Relevan ... 42

2.3 Kerangka Berpikir ... 46

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 49

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 50

3.2Setting Penelitian ... 51

3.3Prosedur Pengembangan ... 52

3.3.1 Potensi dan Masalah ... 54

3.5Instrumen Penelitian Uji Validasi Produk... 56

3.5.1 Kisi-kisi Lembar Wawancara ... 57

3.5.2 Kisi-kisi Lembar Kuesioner ... 58

3.5.3 Kisi-kisi Lembar Pengamata ... 59

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 60

3.7 Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 65

4.1.1 Proses Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran ... 65

4.1.1.1 Potensi dan Masalah ... 65

4.1.1.2 Deskripsi Produk Awal ... 69

4.1.1.3 Data Validasi Lapangandan Revisi Produk ... 74

4.1.1.4 Hasil Penilaian Peserta Didik ... 77

(17)

xv

4.1.2 Kualitas Prototipe Perangkat Pembelajaran ... 82

4.1.2.1 Analisis Data Penilaian Pakar Kurikulum I ... 83

4.1.2.2 Analisis Data Penilaian Pakar Kurikulum II ... 86

4.1.2.3 Analisis Data Penilaian Pakar Kurikulum III ... 88

4.2 Pembahasan ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Kesimpulan ... 100

5.2 Keterbatasan Pengembangan ... 102

5.3 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

LAMPIRAN ... 108

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Pra Penelitian ... 57

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Pasca Penelitian ... 57

Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Kuesioner ... 58

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi ... 59

Tabel 3.5 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima .... 61

Tabel 3.6 Kriteria Skor Skala Lima ... 64

Tabel 4.1 Hasil Rekapan Angket Terhadap Guru ... 67

Tabel 4.2 Data Hasil Angket Pasca Uji Coba ... 75

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Sikap... 77

Tabel 4.4 Penilaian Anekdot ... 79

Tabel 4.5 Rekapitulasi Penilaian Evaluasi ... 80

Tabel 4.6 Hasil Validasi Dosen ... 83

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Validasi Guru ... 86

Tabel 4.8 Hasil Validasi Kepala Sekolah ... 89

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian yang Relevan ... 46

Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Sugiyono ... 52

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan yang Digunakan Peneliti ... 53

Gambar 4.1 Siswa Maju Menceritakan Hasil Pekerjaan Kelompok ... 94

Gambar 4.2 Hasil Penilaian Sikap Percaya Diri ... 95

Gambar 4.3 Hasil Penilaian Sikap Percaya Diri ... 96

Gambar 4.4 Hasil Penilaian Sikap Percaya Diri ... 96

Gambar 4.5 Hasil Penilaian Sikap Percaya Diri ... 97

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Survei Kebutuhan ... 109

Lampiran 2 Angket Analisis Guru ... 112

Lampiran 3 Validasi Guru ... 152

Lampiran 4 Validasi Dosen ... 170

Lampiran 5 Validasi Kepala Sekolah ... 173

Lampiran 6 Angket Pasca Penelitian ... 177

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian ... 181

Lampiran 8 Surat Bukti Penelitian ... 182

Lampiran 9 Foto ... 183

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab I ini memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan spesifikasi produk yang

dikembangkan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Penelitian ini dilaksanakan pada saat diterapkannya Kurikulum 2013 sebagai

pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Kurikulum 2013

mencakup tiga ranah kompetensi yaitu sikap, pengetahuan dan

keterampilan.Selain penekanan pada ketigaranah tersebut, Kurikulum 2013

memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh kurikulum sebelumnya yaitu

pendidikan karakter.Karakter yang baik terdiri dari hal yang baik, menginginkan

hal yang baik, dan melakukan hal yang baik (Lickona, 2012:82).Pendidikan

karakter dalam Kurikulum 2013 dikemas secara inovatif dan menarik melalui

berbagai kegiatan pada setiap pelajarannya. Kegiatan pembelajaran tentunya akan

berjalan dengan maksimal dengan adanya pendekatan yang tepat.

Pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum 2013 adalah pendekatan

saintifik dan pendekatan tematik integratif.Menurut Ridwan (2014:53)

berdasarkan teori Dyer, dalam pendekatan saintifik memuat 5M yaitu mengamati,

menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.Pendekatan selanjutnya

adalah pendekatan tematik integratif, merupakan suatu pendekatan pembelajaran

(22)

2

sebuah tema (Majid, 2014:86). Kekhasan dari Kurikulum 2013 tersebut

diharapkan dapat menghasilkan individu yang berkualitas. Hal itu tentunya tidak

lepas dari standar ketetapan yang telah diputuskan oleh pemerintah untuk

mengetahui keberhasilan suatu proses pendidikan. Standar ketetapan pemerintah

tersebut disusun dalam Standar Kompetensi Kelulusan (SKL).

Dalam Kurikulum 2013, Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) dirumuskan

ke dalam tiga domain, yaitu: (1) sikap dan perilaku (menerima, menjalankan,

menghargai, menghayati, mengamalkan); (2) keterampilan (mengamati, menanya,

mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta); dan (3) pengetahuan

(mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi). Berdasarkan

SKL tersebut, dirumuskan Kompetensi Inti (KI) dan dari KI ini diturunkan ke

dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti tersebut meliputi: Kompetensi

Inti 1 tentang sikap spiritual, Kompetensi Inti 2 tentang sikap sosial, Kompetensi

Inti 3 tentang pengetahuan dan Kompetensi Inti 4 tentang keterampilan.

Pada saat peneliti melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL), peneliti

melakukan observasi di kelas II SD Kanisius Tegalmulyo, ternyata guru belum

menggunakan RPP sesuai format Kurikulum 2013. Selain itu, guru juga tidak

melakukan penilaian yang berkaitan dengan sikap spiritual (KI-1), sikap sosial

(KI-2) dan keterampilan (KI-4).

Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh guru berkaitan dengan

penerapan Kurikulum 2013, maka peneliti memberikan angket pada 24 guru (guru

kelas I, II, III dan IV) di tujuh SD mitra PGSD. yaitu SD Kanisius Tegalmulyo,

(23)

3

Tegalharjo, SD Negeri Selomulyo, dan SD Negeri Plaosan I.Angket diberikan

pada guru pada tanggal 10 Oktober 2014.

Peneliti mendapatkan data dari hasil angket sebagai berikut: 75% guru

mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian sikap (KI-1 dan KI-2) kepada

siswa; 62,5% guru mengalami kesulitan ketika melakukan penilaian keterampilan

(KI-4); 62,5% guru masih mengalami kesulitan dalam menyusun perangkat

pembelajaran, dan 58,33% guru mengalami kesulitan ketika melakukan penilaian

terhadap siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan angket, peneliti terdorong melakukan

penelitian pengembangan berupa prototipe. Jenis penelitian ini merupakan

Research and Development (R&D) dengan judul: “Pengembangan Prototipe

Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Kelas II Subtema Kegiatan

Ekstrakurikulerku di SD Dengan Pendekatan Kontekstual”. Penelitian ini adalah

penelitian pengembangan dan produk berupa prototipe perangkat pembelajaran

Kurikulum 2013 yang difokuskan untuk siswa kelas II SD pada sub tema

“Kegiatan Ekstrakurikulerku”.

Perangkat pembelajaran yang disusun ini menggunakan pendekatan saintifik

dan tematik integratif sesuai dengan isi dari Kurikulum 2013, tetapi peneliti

mencoba mengkolaborasikannya dengan pendekatan kontekstual.Hal ini

dilakukan supaya lebih memudahkan guru dan siswa dalam mempelajari materi

(24)

4 1.2 Batasan Masalah

Peneliti membatasi permasalahan, yaitu Tema 4 Sub Tema 2 “Kegiatan

Ekstrakurikulerku” di kelas II SD dengan pendekatan kontekstual.

1.3 Rumusan Masalah

a) Bagaimanakah mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran

Kurikulum 2013 Subtema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” untuk siswa

kelas II SD dengan pendekatan kontekstual yang layak digunakan?

b) Bagaimana kualitas produk pengembangan prototipe perangkat

pembelajaran Kurikulum 2013 Subtema “Kegiatan Ekstrakurikulerku”

untuk siswa kelas II SD dengan pendekatan kontekstual yang layak

digunakan?

1.4 Tujuan Penelitian

a) Untuk mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum

2013 Subtema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” untuk siswa kelas II SD

dengan pendekatan kontekstual yang layak digunakan?

b) Untuk mendeskripsikan kualitas produk prototipe perangkat

(25)

5

Ekstrakurikulerku”ntuk siswa kelas II SD dengan pendekatan

kontekstual yang layak di

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dilakukannya penelitian pengembangan ini adalah:

a) Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan tentang pengembangan prototipe perangkat pembelajaran

Kurikulum 2013 kelas II Subtema 2 “Kegiatan Ekstrakurikulerku”

dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

b) Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian pengembangan ini adalah:

a. Bagi Guru

1) Guru dapat memiliki contoh perangkat pembelajaran yang

berbasis kurikulum 2013.

2) Guru dapat mengetahui langkah dalam mendesain perangkat

pembelajaran secara mandiri.

3) Guru memiliki deskriptor untuk melakukan penilaian KI-1,

(26)

6 b. Bagi Siswa

1) Siswa dapat mengikuti proses pembelajaran yang

menggunakan pendekatan saintifik dan pendekatan

kontekstual.

2) Siswa dapat belajar dengan menerapkan tahap 5M

(mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengasosiasikan).

c. Bagi Sekolah

Sekolah memiliki model rancangan pembelajaran Kurikulum

2013 yang menggunakan pendekatan saintifik dan pendekatan

kontekstual.

1.6 Definisi Operasional

a) Prototipe adalah hasil pembuatan model atau produk sederhana

berupa gambaran dasar tentang program serta melakukan pengujian

awal supaya dapat mengetahui kualitasnya dan dibuat lebih banyak.

b) Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sengaja dikembangkan

untuk membentuk karakter siswa agar memiliki kekhasan dengan

melalui empat Kompetensi Inti, yaitu 1 dan 2 (olah hati),

KI-3 (olah pikiran) serta KI-4 (olah raga dan karsa).

c) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

(27)

7

untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan

dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

d) Sub tema “Kegiatan Ekstrakurikuler” untuk kelas II SD terdiri dari

lima pembelajaran yang terkait, yaitu Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan (PPKN), Bahasa Indonesia, Matematika, Seni

Budaya dan Prakarya (SBDP).

e) Siswa kelas II Sekolah Dasar merupakan masa perkembangan anak

dalam tahap operasional konkret yang dicirikan dengan kemampuan

siswa untuk menalar melalui sesuatu yang konkret atau nyata. Siswa

dalam tahap ini berada pada kisaran umur 7-8 tahun.

1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi produk yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut :

a) Prototipe perangkat pembelajaran disusun berdasarkan Kurikulum 2013

pada kelas II Sub tema Kegiatan Ekstrakurikulerku.

b) Prototipe perangkat pembelajaran terdiri dari 6 Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang disusun dengan pendekatan tematik

integratif.

c) Prototipe perangkat pembelajaran disusun berbasis aktivitas siswa

dengan menerapkan pendekatan saintifik danpendekatan kontekstual

(28)

8

d) Prototipe perangkat pembelajaran disusun dengan rubrik penilaian yang

memuat deskriptor untuk menilai KI-1 (bersyukur), KI-2 (percaya diri,

(29)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II berisi uraian kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka

berfikir, dan hipotesis tindakan.Keempat hal tersebut dipaparkan secara berurutan

sebagai berikut.

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Kurikulum 2013

2.1.1.1 Pengertian, Keunggulan dan Tujuan Kurikulum 2013

Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan

pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada

tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan

secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, dimana kompetensi lulusan

merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan,

dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan

ini merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat

menjaring pendapat dan masukan dari masyarakat (Hamalik, 2007).

Kurikulum 2013 sendiri diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli

2013. Kurikulum2013 adalah langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum

Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang

(30)

10

2014: 32-45). Hal tersebut dapat diartikan bahwa Kurikulum 2013 adalah bentuk

kurikulum baru yang mengadopsi kurikulum sebelumnya dengan berlandaskan

pada gabungan kompetensi utama yang dijadikan sebagai tujuan pembelajaran.

Kurikulum 2013 ini menganut pendekatan terintegrasi melalui pendekatan

tematik, maka dalam proses pembelajarannya kurikulum ini mengembangkan

kegiatan pembelajaran yang memiliki kompetensi dan harus dipahami siswa.

Kompetensi ini adalah keunggulan dari Kurikulum 2013, yang meliputi

Kompetensi Inti 1 dan 2 (sikap), Kompetensi Inti 3 (pengetahuan, dan

Kompetensi Inti 4 (keterampilan).Tujuan Kurikulum 2013 sudah dapat terlihat

dari kompetensi yang ada, yaitu ingin membentuk karakter siswa.

Adapun keunggulan Kurikulum 2013 menurut Mulyoto (2013)adalah (1)

siswa dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam pemecahan masalah. (2)

Penilaian didapat dari semua aspek. Pengambilan nilai siswa bukan hanya didapat

dari nilai ujian saja tetapi juga dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain

lain. (3) Ada pengembangan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah

diintegrasikan ke dalam semua program studi. (4)Kurikulum berbasis kompetensi

sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. (5) Kompetensi

menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. (6)

Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan

(misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft

skills dan hard skills, kewirausahaan). (7) Kurikulum 2013 tanggap terhadap

perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. Untuk

(31)

11

(8) Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (sikap,

keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional). (9) Menuntut adanya

remediasi secara berkala. (10) Tidak memerlukan dokumen kurikulum yang lebih

rinci karena pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku

teks dan pedoman pembahasan sudah tersedia. (11) Sifat pembelajaran

kontekstual. (12) Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan

kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal. (14) Buku dan kelengkapan

dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk membaca

dan menerapkan budaya literasi, dan membuat guru memiliki keterampilan

membuat RPP, dan menerapkan pendekatan scientific secara benar.

Berdasarkan uraian dari pengertian, keunggulan dan tujuan Kurikulum

2013 di atas, nampak jelas bahwa proses yang ada di dalam pembelajarannya

memiliki perbedaan yang signifikan dari KTSP. Kurikulum tersebut

mengedepankan proses keaktifan siswa dengan tematik integratif, yang telah

menjadi kekhasan dari Kurikulum 2013.

2.1.1.2Kekhasan Kurikulum 2013

Terdapat dua kekhasan yang dimiliki Kurikulum 2013 yaitu pada rumusan

tujuannya dan pendekatan saintifik. Berikut ini akan dijelaskan secara lebih rinci

(32)

12 2.1.1.2.1 Rumusan Tujuan

Rumusan Kompetensi inti menggunakan susunan berikut ini: Kompetensi

Inti1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual, Kompetensi Inti2 (KI-2) untuk

kompetensi inti sikap sosial, Kompetensi Inti3 (KI-3) untuk kompetensi inti

pengetahuan, Kompetensi Inti4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.Uraian

tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Dasar adalah sebagai berikut,

pertama adalah KI-1 yang meliputi sikap menerima, menjalankan, dan

menghargai ajaran agama yang dianutnya.Kedua adalah KI-2 meliputi sikap yang

menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya

diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.

Ketigaadalah KI-3 yang meliputi pemahaman pengetahuan faktual denagn cara

mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk

ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di

sekolah dan tempat bermain.Keempat adalah KI-4 yang meliputi penyajian

pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam gerakan

yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku

anak beriman dan berakhlak mulia.

2.1.1.2.2 Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilaksanakan menggunakan

pendekatan saintifik. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,

pengetahuan dan keterampilan. Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran

(33)

13

melalui metode ilmiah.Pendekatan saintifik pada umumnya melibatkan kegiatan

pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau

mengumpulkan data (Sani, 2014: 50).Hal tersebut menunjukkan bahwa

pendekatan saintifik memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali

informasi dan pengetahuan berdasarkan hasil pengamatannya sendiri.

Pembelajaran dengan integrasi ilmiah pada dasarnya merupakan kegiatan

inkuiri. Inkuiri adalah proses berfikir untuk memahami tentang sesuatu dengan

mengajukan pertanyaan. Sani (2014:53-71) menyatakan bahwa untuk membentuk

keterampilan yang inovatif kegiatan pembelajaran saintifik dilakukan melalui

proses mengamati (observasi), menanya, mencoba, menalar (mengasosiasi/

menghubungkan), dan mengkomunikasikan. Lima pengalaman belajar ini

diimplementasikan ke dalam model atau strategi pembelajaran, metode, teknik,

maupun taktik yang digunakan. Berikut akan dijabarkan masing-masing

pengalaman belajar.

Pertama, mengamati (observasi).Metode mengamati mengutamakan

kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki

keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, siswa senang

dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.Metode mengamati sangat bermanfaat

bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa. Sehingga proses pembelajaran memiliki

kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran

sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81A/2013,

hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk

(34)

14

membaca. Guru memfasilitasisiswa untuk melakukan pengamatan, melatih

mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting

dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih

kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

Kedua, menanya.Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan

secara luas kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat,

disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat

mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang

konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur,

atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai

kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.Dari situasi di mana siswa dilatih

menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk

mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana siswa mampu mengajukan

pertanyaan secara mandiri.Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah

pertanyaan.Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu

siswa.Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat

dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang

lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang

ditentukan siswa, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang

beragam.Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana

disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan

pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau

(35)

15

(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).

Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan

kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk

membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang

hayat.

Ketiga, mencoba.Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik,

siswa harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau

substansi yang sesuai. Pada bidang studi matematika, misalnya,siswa harus

memahami konsep-konsep matematika dan kaitannya dengan kehidupan

sehari-hari. Siswa pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan

pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan

bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya

sehari-hari. Aplikasi metode eksperimen atau mencoba ini dimaksudkan untuk

mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan

pengetahuan.

Keempat, menalar.Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran

dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk

menggambarkan bahwa guru dan siswa merupakan pelaku aktif. Titik tekannya

tentu dalam banyak hal dan situasi siswa harus lebih aktif daripada guru.

Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris

(36)

16

Kelima, mengkomunikasikan. Pada pendekatan saintifik, guru diharapkan

memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah

mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau

menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,

mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan

dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut.

Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana

disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah

menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara

lisan, tertulis, atau media lainnya.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dalam

pendekatan saintifik memiliki ciri khusus dalam proses pembelajaran yang

berlangsung. Kelima aktivitas yang disebut 5M di atas, bertujuan untuk dapat

mengasah karakter setiapsiswa.Oleh sebab itu, Kurikulum 2013 sering disebut

dengan kurikulum pendidikan karakter.

2.1.2 Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter ini akan membahas tentang pengertian pendidikan,

pengertian karakter, pengertian pendidikan karakter.

2.1.2.2Pengertian Pendidikan

Menurut Undang-undang No.22 tahun 2003 tentang Sistem Pendidian

nasional, pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

(37)

17

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

darinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Hal tersebut mengartikan bahwa

pendidikan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk melakukan

pembentukan diri dengan melalui proses yang berkesinambungan secara

terencana. Melalui pendidikan, seseorang akan dibantu dalam memahami sesuatu

hingga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.2.3Pengertian Karakter

Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani, charassein, yang berarti to

engrave atau mengukir (memahat).Menurut Lickona dalam Kemendiknas

(2011:11), karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap

moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior).Berdasarkan ketiga

komponen tersebut, dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik itu didukung oleh

pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan

perbuatan kebaikan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1976: 445) menyatakan

bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang

membedakan. Seturut dengan pengertian tersebut, Maksudin (2013:3)

mendifinisikan karakter sebagai ciri khas setiap individu berkenaan dengan jati

dirinya, yangmerupakan sari pati kualitas batiniah/rohaniah, cara berfikir,

caraberperilaku (sikap dan perbuatan lahiriah) hidup seseorang dan bekerja sama

(38)

18

Pengertian yang mendukung kembali disampaikan oleh Asmani (2012:

28), yaitu menganggap karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap

sebagai ciri atau karakteristikatau gaya atau sifat khas dari seseorang yang

bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Oleh karena

itu, karakter seseorang dapat dibentuk, salah satunya dari proses pembelajaran di

sekolah dan pembentukan karakter akan lebih baik jika dilakukan sejak dini.

Zainal (2011)menambahkan bahwa yang dimaksud dengan karakter adalah

ciri atau karakteristik yang seseorang miliki sebagai kepribadian positif yang

menjadikan acuan dalam bertindak untuk kepentingan pribadi maupun

sosial.Karakter seseorang dapat dibentuk oleh lingkungannya dan melalui orang

yang berada dilingkungannya. Jadi, pembentukan karakter hendaknya dilakukan

sejak dini agar karakter yang terbentuk akan lebih matang dan mendalam.

Berdasarkan pemaparan beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa karakter adalah proses mengukir (memahat) kepribadian sesorang sehingga

dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dalam aspek afektif (1 dan

KI-2), aspek kognitif (KI-3), dan aspek psikomotoriknya (KI-4).

2.1.2.4Pengertian Pendidikan Karakter

Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala

usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Lickona

menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang

disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami,

(39)

19

Menurut Narwanti (2011:14) pendidikan karakter merupakan suatu sistem

penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen

pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan

nilai-nilai tersebut.Mendukung pernyataan diatas, Khan dalam Asmani (2012: 86)

menyatakan bahwa pendidikan karakter ini mengajarkan kebiasaan cara berpikir

dan berperilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja sama sebagai

keluarga, masyarakat, dan bangsa. Tujuannya adalah untuk membentuk

kepribadian anak supaya menjadi manusia yang baik.Oleh karena itu, hakikat dari

pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan

nilai-nilai luhur yang tujuannya untuk membina kepribadian generasi muda

bangsa.

Berdasarkan uraian di atas, nampak jelas jika Kurikulum 2013 berupaya

mendidik karakter siswa.Aktivitas 5M (mengamati, menanya, menalar, mencoba,

mengkomunikasikan) dalam Kurikulum 2013 sesuai dengan pengertian

pendidikan karakter yang bertujuan mengasah sikap atau afektif (KI-1 dan KI-2),

olah pikir atau kognitif (KI-3), dan keterampilan atau psikomotorik (KI-4) siswa.

Itu semua dapat dilihat dari proses pembelajaran di kelas yang berbasis tematik

integratif.

2.1.3 Tematik Integratif

Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang

mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam

berbagai tema. Pengintegrasian terwujud dalam dua hal, yakni: (1) integrasi sikap,

(40)

20

berbagai konsep dasar yang terkait. Tema merajut makna berbagai konsep dasar

sehingga siswa tidak belajar konsep dasar secara parsial.Dengan demikian

pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada siswa seperti tercermin

pada berbagai tema yang tersedia.

Dalam pembelajaran tematik terpadu (integratif), tema yang dipilih

berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Untuk kelas I, II, dan III

keduanya (alam dan kehidupan manusia) merupakan pemberi makna yang

substansial terhadap mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, serta

Seni Budaya dan Prakarya.

Kurikulum SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik

integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif

merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi

dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut

dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan

dalam proses pembela jaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan.

Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga siswa tidak belajar konsep

dasar secara satu per satu.Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna

yang utuh kepada siswa seperti tercermin pada berbagai tema.Dalam

pembelajaran tematik integratif, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan

kehidupan manusia. Untuk kelas I, II, dan III, keduanya merupakan pemberi

makna yang substansial terhadap mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan

(41)

21

Prakarya.. Di sinilah Kompetensi Dasar dari Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu

Pengetahuan Sosial yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran

penting sebagai pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran

lainnya. Dari sudut pandang psikologis, siswa belum mampu berpikir abstrak

untuk memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V, dan VI

sudah mulai mampu berpikir abstrak.Pandangan psikologi perkembangan dan

Gestalt memberi dasar yang kuat untuk integrasi Kompetensi Dasar yang

diorganisasikan dalam pembelajaran tematik.

Sejalan dengan pendekatan yang dianutnya, isi kurikulum 2013 untuk

Sekolah Dasar (SD) menggunakan tema sebagai perekat berbagai bidang studi

(Sudayana, 2014: 26). Pembelajaran tematik merupakan bagian dari pembelajaran

terpadu.Keduanya menggabungkan beberapa mata pelajaran dalam satu tema

tertentu.Membenarkan hal tersebut, Trianto (2010: 154) mendefinisikan

pembelajaran terpadu sebagai suatu model pembelajaran yang memadukan

beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi

dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Pembelajaran terpadu tidak

menyajikan mata pelajaran secara terpisah, melainkan mengemas beberapa

pelajaran ke dalam satu topik atau tema tertentu yang berkaitan dengan

pengalaman siswa.

Majid (2014: 119) menjelaskan pembelajaran terpadu sebagai suatu

konsep, atau pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi,

(42)

22

bermakna.Pengalaman tersebut dikatakan bermakna karena siswa dapat

menghubungkan pembelajarandengan pengalaman siswa sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas,dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

tematik itegratif adalah suatu pendekatan belajar yang memadukan/ mengaitkan

antar bidang studi dalam satu tema tertentu tanpa memperlihatkan adanya

penggabungan antar mata pelajaran, serta mengaitkan pembelajaran dengan

kehidupan sehari-hari siswa, sehingga memberikan kebermaknaan dalam diri

siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran.

2.1.3.1 Saintifik

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Kurikulum 2013

adalah untuk penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana),

dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi, yaitu dengan pendekatan saintifik.

Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan saintifik (meliputi:

mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengasosiasikan untuk semua mata

pelajaran) (Sudarwan, 2013).

Komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan pendekatan

scientific (Mc Collum: 2009), yaitu:

a) Menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan

(foster a sense of wonder),

b) Meningkatkan keterampilan mengamati (encourage observation),

c) Melakukan analisis ( push for analysis) dan

(43)

23

2.1.3.2 Model Pembelajaran Tematik yang Digunakan pada Kurikulum 2013

a) Model Hubungan/terkait (Connected model)

Pada model pembelajaran ini ciri utamanya adalah adanya upaya untuk

menghubungkan beberapa materi (bahan kajian) ke dalam satu disiplin ilmu.

Sebuah model penyajian yang menghubungkan materi satu dengan materi yang

lain. Menghubungkan tugas/keterampilan yang satu dengan tugas/ketrampilan

yang lain. Keunggulan model ini, siswa memperoleh gambaran yang menyeluruh

tentang sebuah konsep, sehingga transfer pengetahuan lebih mudah dilakukan

karena konsep pokok dikembangkan secara terus menerus.

b)Model Jaring laba-laba (Webbed model)

Model pembelajaran ini diawali dengan pemilihan tema. Setelah tema

ditentukan dilanjutkan dengan pemilihan sub-sub tema dengan memperhatikan

keterkaitannya antar mata pelajaran. Aktivitas belajar siswa direncanakan

berdasarkan sub-sub tema yang sudah ditentukan. Keuntungan model

pembelajaran ini bagi siswa adalah diperolehnya pandangan secara utuh tentang

kegiatan dari ilmu yang berbeda-beda.

c) Model Terpadu (Integrated model)

Model pembelajaran ini menggunakan pendekatan antar mata pelajaran

(44)

24

yang tumpang tindih dipadukan menjadi satu. Kegiatan guru pertama menyeleksi

konsep, nilai-nilai dan ketrampilan yang memiliki keterkaitan erat satu sama lain

dari berbagai mata pelajaran. Keuntungan model pembelajaran ini bagi

siswaadalah lebih mudah mengaitkan materi pembelajaran dari berbagai mata

pelajaran.Model inilah yang dikembangkan sebagai pembelajaran tematik terpadu

di Kurikulum 2013.

2.1.3.2 Prinsip-prinsip Dalam Tematik Integratif

Prinsip dalam pelaksanaan pembelajaran tematik integratif adalah :

a) Guru tidak bersikap otoriter dan berperan sebagai single actor yang

mendominasi proses pembelajaran.

b)Pemberian tanggungjawab terhadap individu dan kelompok harus jelas

dan mempertimbangkan kerja sama kelompok.

c) Guru bersikap akomodatif terhadap ide-ide yang muncul saat proses

pembelajaran yang di luar perencanaan.

d)Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri

disamping penilaian lain. Penilaian yang digunakan adalah penilaian

autentik yang meliputi lima domain yaitu: konsep, proses, aplikasi,

(45)

25 2.1.4 Pendekatan Kontekstual

Menurut Nurhadi (2005:5) pendekatan kontekstual adalah konsep belajar

yang membantu guru mengaitkan antara materi dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan ketujuh komponen utama

pembelajaran efektif yaitu kontruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat

belajar, permodelan, dan penilaian sebenarnya. Suherman (2003:3) menyatakan

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang

mengambil (menstimulasikan, menceritakan berdialog, atau tanya jawab) kejadian

pada dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat

kedalam konsep yang dibahas.

Istiqomah (2009:30) menyampaikan pembelajaran kontekstual merupakan

konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran

dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sehari-hari. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

dengan pendekatan konsektual memberikan penekanan pada penggunaan berpikir

tingkat tinggi, transfer pengetahuan, permodelan, informasi dan data dari berbagai

sumber.

Pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dapat dikatakan

sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan

kondisi alamiah pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas,

(46)

26

dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka

terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran dalam kontekstual

menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari

siswadengan konteks materi tersebut digunakan, serta hubungan bagaimana

seseorang belajar atau cara siswa belajar.

Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran perlu adanya upaya

membuat belajar lebih mudah, sederhana, bermakna dan menyenangkan agar

siswa mudah menerima ide, gagasan, mudah memahami permasalahan dan

pengetahuan serta dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan barunya secara aktif,

kreatif dan produktif.Untuk mencapai usaha tersebut segala komponen

pembelajaran harus dipertimbangkan termasuk pendekatan kontekstual.

Dalam kaitan dengan evaluasi, pembelajaran dengan kontekstual lebih

menekankan pada authentic assesmen yang diperoleh dari berbagai kegiatan.

Alwasih (2002:289) berpendapat bahwa keuntungan penilaian autentik bagi siswa

antara lain: (1) mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi

akademik mereka; (2) mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi

mereka seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, mengani

teknologi, dan berfikir secara sistematis; (3) menghubungkan pembelajaran

dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka, dan masyarakat luas; (4)

mempertajam keahlian berfikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat mereka

menganalisis, memadukan, mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi, dan

menghubungkan sebab akibat; (5) menerima tanggung jawab dan membuat

(47)

27

tugas; dan (7) belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri. Jenis penilaian

autentik yaitu portofolio, pengukuran kinerja, proyek, dan jawaban tertulis secara

lengkap.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwapendekatan

kontekstual ini merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat.Tugas

guru dalam pendekatan kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuannya.

Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.

Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk

menemukan suatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Pendekatan kontekstual

ini perlu diterapkan mengingat bahwa selama ini pendidikan masih didominasi

oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus

dihapalkan.Dalam hal ini fungsi dan peranan guru masih dominan sehingga siswa

menjadi pasif dan tidak kreatif. Melalui pendekatan kontekstual ini siswa

diharapkan belajar dengan cara mengalami sendiri bukan menghafal.

2.1.4.1Komponen Pendekatan Kontekstual

Komponen pendekatan kontekstual di Sekolah Dasar, pada prinsipnya

menerapkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif (Nurhadi, 2009: 9).

Ketujuh komponen tersebut :

(48)

28 a) Kontruktivisme (Contructivision)

Kontruktivisme (contructivism) merupakan landasan berpikir atau filosofi

model pembelajaran kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia

sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas atau

sempit dan tidak secara tiba-tiba.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

konsep, atau kaidah yang sipa untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus

mengkonstruksi pengatahuan itu dan member makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang

berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide yaitu siswa harus

mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori

kontruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan

mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila

dikehendaki informasi ini menjadi milik mereka sendiri. Berdasarkan hal ini,

maka pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan

menerima pengetahuan.

b) Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan model pembelajaran

kontekstual.Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan

bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan

sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan

menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Siklus inquiry adalah (1)

Observasi (Observation), (2) Bertanya (Questioning), (3) Mengajukan dugaan

(49)

29

(Conclusion). Adapun langkah-langkah kegiatan menemukan sendiri adalah : (1)

merumuskan masalah, (2) melakukan observasi, (3) menganalisis dan menyajikan

hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, dan (4)

mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas,

guru atau audien lainnya.

c) Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, selalu bermula dari bertanya,

karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis

kontekstual. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya

berguna untuk (1) menggali informasi, baik administrasi maupun akademik, (2)

mengecek pemahan siswa, (3) membangkitkan respon kepada siswa, (4)

mengetahui sejauh mana keingin tahuan siswa, (5) mengetahui hal-hal yang sudah

diketahui siswa, (6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki

guru, (7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, (8) untuk

menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

d) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh melalui

sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu kepada yang belum

tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang ada di luar

(50)

30 e) Pemodelan (Modeling)

Komponen model pembelajaran selanjutnya adalah pemodelan.Dalam

sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang

bias ditiru. Model itu memberi peluang besar bagi guru untuk memberi contoh

cara mengerjakan sesuatu, dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana

cara belajar. Sebagian guru memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu, sebelum

siswa melaksanakan tugas, misalnya cara menemukan kata kunci dalam bacaan.

Dalam pembelajaran tersebut guru mendemonstrasikan cara menemukan kata

kunci dalam bacaan dengan cara menelusuri bacaan secara cepat, dengan

memanfaatkan gerak mata (scanning). Secara sederhana, kegiatan ini disebut

pemodelan. Guru berperan sebagai model yang bias ditiru dan diamati siswa,

sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci.

f) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir

tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar di masa yang lalu.

Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan

baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.

Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang

baru diterima.Pada akhir pelajaran, refleksi dapat dilakukan melalui pernyataan

langsung tentang apa-apa yang diperoleh hari itu, catatan atau jurnal di buku

siswa, diskusi, kesan, dan saran siswa menganai pembelajaran hari itu. Melalui

refleksi, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa

(51)

31

g) Penilaian sebenarnya (Authentic Assesment)

Penilaian sebenarnya merupakan proses pengumpulan berbagai data yang

bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran

perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan

bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang

dikumpulkan oleh guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengetahui

keterlambatan dalam belajar, maka guru perlu segera bias mengambil tindakan

yang tepat agar siswa terbebas dari permasalahan. Karena gambaran tentang

kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka penilaian

tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran atau akhir semester, seperti UAN

atau UAS, tetapi dilakukan bersama secara terintegrasi dalam kegiatan

pembelajaran. Berdasarkan pendekatan kontekstual, sebuah proses pembelajaran

seharusnya (Blanchard, 2001) :

a) Menekankan pada pemecahan masalah (berbasis inquri),

b) Menyadari kebutuhan akan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi

dalam berbagai kontek seperti di rumah, masyarakat dan pekerjaan,

c) Mengarahkan siswa agar dapat memonitor dan mengarahkan pembelajaran

mereka sendiri sehingga menjadi pembelajaran mandiri,

d) Mengaitkan pengajaran pada kontek kehidupan siswa yang berbeda-beda,

e) Mendorong siswa untuk belajar dari sesame teman dan belajar bersama,

(52)

32 2.1.5 Karakteristik Siswa Kelas II SD

Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelas

rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga,

sedangkan kelas-kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi,

1992: 44). Di Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai

12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas rendah, yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9

tahun. Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam rentangan anak usia

dini. Masa usia dini ini merupakan masayang pendek tetapi sangat penting bagi

kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini sluruh potensi yang dimiliki

anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Mendukung pernyataan tersebut, Yusuf dan Sughandi (2001: 59)

memaparkan bahwa pada usia SD anak mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang meliputi aspek fisik-motorik, bahasa, sosial, emosi dan

intelektual. Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa tugas perkembangan

siswa Sekolah Dasar (Makmun, 1995:68), diantaranya: (a) mengembangkan

konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan sehari-hari; (b) mengembangkan kata

hati,moralitas, dan suatu skala, nilai-nilai; (c) mencapai kebebasan pribadi; (d)

mengembangkan sikap-sikap terhadapkelompok-kelompok dan institusi-institusi

sosial. Keterampilan yang dicapai diantaranya, yaitu social-help, skills dan play

skill.

Social-help skills berguna untuk membantu orang lain di rumah, di

sekolah, dan di tempat bermain seperti membersihkan halaman dan merapikan

(53)

33

menjadikannya sebagai anak yang berguna, sehingga anak suka bekerja sama

(bersifat kooperatif). Dengan keterampilan ini pula, anak telah dapat menunjukkan

keakuannya tentang jenis kelamin, mulai berkompetisi dengan teman sebaya,

mempunyai sahabat, mampu berbagi, dan mandiri.Sementara itu, play skill terkait

dengan kemampuan motorik seperti melempar, menangkap, berlari,

keseimbangan.Anak yang terampil dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang

lebih baik di sekolah dan di masyarakat. Anak telah dapat melompat dengan kaki

secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan

telah berkembang koordinasitangan dan mata untuk dapat memegang pensil

maupun memegang gunting(Soesilowindradini, 2004:116-119).

Usia kelas dua berada dalam tahap operasional konkret Piaget (dalam

Suparno, 2001: 69-86). Piaget menjelaskan bahwa tahap ini dicirikan dengan

adanya perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan

tertentu yang logis dan anak sudah mulai mengerti proses transformasi

(perubahan), sehingga anak mulai mampu dalam menalar suatu hal. Piaget

meyakini bahwa perkembangan kognitif seseorang terjadi dalamempat tahapan,

yakni sensorimotor, pra-operasional,operasi konkret dan operasi formal. Tiap-tiap

tahap berkaitan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-beda.

Menurut Piaget semakin banyak informasi tidak membuat pikiran anak

lebihmaju.Kualitas kemajuannya berbeda-beda.Sedangkan karakteristik siswa

kelas II itu sendiri antara lain senang bermain, senang bergerak, senang bekerja

(54)

34

2.1.6 Sub Tema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” Kurikulum 2013

Sub tema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” merupakan sub tema ke dua dalam

tema “Aku dan Sekolahku” pada semester ganjil di kelas II Sekolah Dasar. Sub

tema ini menggunakan topik kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan di

sekolah. Topik tersebut dikaitkan dengan beberapa mata pelajaran yang ada,

sampai jadilah sebuah materi yang siap diajarkan ke siswa.Dalam sub tema

“Kegiatan Ekstrakurikulerku” terdapat tiga aspek yang dinilai yaitu aspek sikap,

pengetahuan dan keterampilan.Aspek sikap pada Kompetensi Inti (KI) 1 adalah

bersyukur.Pada KI 2 yaitu kerjasama, percaya diri, teliti dan santun.Pada KI 4

yaitu membaca lancar.

Untuk KI 1 yang dinilai adalah bersyukur.Bersyukur berarti mengucapkan

terima kasih, menghitung berkat-berkat, memperhatikan keceriaan-keceriaan

kecil, dan mengakui segala sesuatu yang diterima.Hal ini berarti belajar untuk

menjalani hidup seolah-olah segala sesuatu adalah keajaiban, dan menyadari

secara terus menerus berapa banyak anda telah diberi. Syukur berasal dari kata

syukuran yang berarti mengingat akan segala nikmat-Nya. Menurut bahasa adalah

suatu sifat yang penuh kebaikan dan rasa menghormati serta mengagungkan atas

segala nikmat-Nya, baik diekspresikan dengan lisan, dimantapkan dengan hati

maupun dilaksanakan melalui perbuatan (Ghafilin,2015).

Untuk KI 2 yang dinilai adalah percaya diri.Menurut Lauster (2012:4)

kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri

sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas

Gambar

Gambar 2.1   Literatur Map Penelitian yang Relevan ............................   46
Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian yang Relevan
Gambar 3.2 Prosedur penelitian dan pengembangan yang
Tabel. 3.4 Kisi-Kisi Observasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cahaya yang dihasilkan dari sinar matahari tersebut dapat kita gunakan untuk menghasilkan sumber tegangan listrik sendiri dengan memanfaatkan panel surya sebagai

1) Sebagai garis atau line yaitu orang-orang yang menjalankan tugas pokok organisasi dalam rangka mencapai tujuan. 2) Sebagai staf yaitu orang-orang yang melakukan

Berikut ini adalah jumlah kelompok belajar dapat dilihat pada Tabel 1dan hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) dapat dilihat pada Tabel 2 untuk

Sedangkan dari kawasan ASEAN, pesaing utama komoditas ini adalah Malaysia dengan penguasaan pasar sebesar 7,35 persen. Ekspor Utama ke Malaysia : Batubara, Minyak Kelapa Sawit

Sangat disayangkan apabila pasar yang selalu ramai dan memiliki banyak potensi ini tidak di revitalisasi menjadi kawasan pasar yang lebih baik lagi tanpa

Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sistem dapat mempersingkat waktu yang diperlukan dalam pemeriksaan setiap mahasiswa yang akan masuk ke ruang ujian dan pencatatan

0HQXUXW WDEHO EDKZD WHUGDSDW RUDQJ PXULG \DQJ WHULQIHNVL FDFLQJ $VFDULV GDQ 7ULFXULV \DQJ PHQJDODPL DQHPLD VH GDQJNDQ \DQJ WLGDN DQHPLD EHUMXPODK RUDQJ GHQJDQ QLODL 3 +DO