MODERATING PADA PT. DHARMA LAUTAN UTAMA SURABAYA
ARTIKEL
Oleh :
RADYTIA D NUGRAHA 0613010017/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
USULAN PENELITIAN
PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAJEMEN TERHADAP
KINERJ A MANAJ ERIAL DENGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJ A DAN SISTEM PENGHARGAAN SEBAGAI VARIABEL
MODERATING PADA PT. DHARMA LAUTAN UTAMA SURABAYA
yang diajukan :
RADYTIA D NUGRAHA 0613010017/FE/EA
telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Dwi Suhar tini, MAKs Tanggal : ……….
Mengetahui
Ketua Pr ogr am Studi Akuntansi
PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAJEMEN TERHADAP KINERJ A MANAJ ERIAL DENGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJ A DAN SISTEM PENGHARGAAN SEBAGAI VARIABEL
MODERATING PADA PT. DHARMA LAUTAN UTAMA SURABAYA
yang diajukan :
RADYTIA D NUGRAHA 0613010017/FE/EA
disetujui untuk ujian lisan oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Dwi Suhar tini, MAKs Tanggal : ……….
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
SKRIPSI
PENERAPAN
TOTAL QUALITY MANAJEMEN
TERHADAP
KINERJ A MANAJ ERIAL DENGAN SISTEM PENGUKURAN
KINERJ A DAN SISTEM PENGHARGAAN SEBAGAI VARIABEL
MODERATING PADA PT. DHARMA LAUTAN UTAMA
SURABAYA
Disusun oleh:
Radytia D Nugr aha 0613010017 / FE / EA
Telah dipertahankan dihadapan Dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 31 Juli 2011
Pembimbing: Tim Penguji
Pembimbing Utama Ketua
Dra. Ec. Dwi Suhartini, Maks Dr. Sr i Trisnaningsih, MSi
Sekr etaris
Dr s. Ec. Sjarief Hidajat, MSi
Anggota
Dr a. Ec. Sari Andayani, MSi
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Penerapan
Total Quality Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Sistem
Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargaan Sebagai Variabel Moderating pada
PT. Dharma Lautan Utama Surabaya” dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian
persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di
Surabaya.
Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dra. Ec. Dwi Suhartini, MAKs, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan,
dorongan dan saran untuk penulis.
5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
6. Para Staf dan Karyawan PT. Dharma Lautan Utama Surabaya, yang telah
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian dan memberikan data yang
dibutuhkan untuk penyusunan skripsi ini.
7. Buat Ibunda dan Ayahanda yang tercinta, serta buat saudara – saudaraku yang
tersayang, tiada kata yang bisa ananda ucapkan, selain kata terima kasih yang
sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi
dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan
kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah
mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan,
memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada
kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan
sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.
Surabaya, Juni 2011
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJ IAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori ... 10
2.2.1. Akuntansi Manajemen ... 10
2.2.1.1. Pengertian Akuntansi Manajemen ... 10
2.2.2. Total Quality Management (TQM) ... 11
2.2.2.1. Pengertian Total Quality Management (TQM) .... 11
2.2.2.2. Prinsip Total Quality Management (TQM) ... 16
2.2.2.3. Manfaat Total Quality Management (TQM) ... 17
2.2.3. Sistem Pengukuran Kinerja ... 21
2.2.3.1. Pengertian Sistem Pengukuran Kinerja ... 21
2.2.3.2. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja ... 22
2.2.3.3. Manfaat Sistem Pengukuran Kinerja ... 23
2.2.3.4. Konsep Sistem Pengukuran Kinerja ... 25
2.2.3.5. Metode Sistem Pengukuran Kinerja ... 26
2.2.3.6. Tahap Sistem Pengukuran Kinerja ... 27
2.2.4. Sistem Penghargaan ... 27
2.2.4.1. Pengertian Sistem Penghargaan ... 27
2.2.4.2. Manfaat Sistem Penghargaan ... 28
2.2.4.3. Jenis Sistem Penghargaan ... 28
2.2.4.4. Kriteria Sistem Penghargaan ... 29
2.2.5. Kinerja Manajerial ... 29
2.2.6. Pengaruh antara Total Quality Management terhadap Kinerja Manajerial ... 31
2.2.7. Pengaruh antara Total Quality Management dan Sistem Pengukuran Kinerja Terhadap Kinerja Manajerial ... 32
2.2.8. Pengaruh antara Total Quality Management dan Sistem Penghargaan Terhadap Kinerja Manajerial ... 33
2.3. Kerangka Pikir ... 34
2.4. Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel ... 36
3.1.1. Definisi Operasional ... 36
3.2.2. Sampel ... 40
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.3.1. Jenis dan Sumber Data ... 40
3.3.2. Metode Pengumpulan Data ... 41
3.4. Uji Kualitas Data ... 41
3.4.1. Uji Validitas Data ... 41
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 42
3.4.3. Uji Normalitas ... 42
3.5. Uji Residual ... 43
3.6. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis... 44
3.6.1. Teknik Analisis ... 44
3.6.2. Uji Hipotesis ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 46
4.1.1. Sejarah Berdirinya PT. Dharma Lautan Utama Surabaya 46
4.1.2. Visi, Misi & Semboyan Perusahaan ... 47
4.1.3. Struktur Organisasi ... 48
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 50
4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis... 53
4.3.1. Uji Analisis Data ... 53
4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 53
4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 55
4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... 55
4.3.2. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 56
4.4. Pembahasan ... 61
4.4.1. Implikasi ... 61
4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya ... 63
4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat ... 63
4.4.4. Keterbatasan Penelitian ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 65
5.2. Saran... 65
DAFTAR PUSTAKA
Halaman
Tabel. 1.1 Data Target dan Realisasi Pendapatan
PT. Dharma Lautan Utama Surabaya Tahun 2007 - 2010... 5
Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Total Quality Management (TQM) (X1)... 50
Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Sistem Pengukuran Kinerja (X2) ... 51
Tabel. 4.3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Sistem Penghargaan (X3) ... 52
Tabel. 4.4 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kinerja Manajerial (Y) ... 53
Tabel. 4.5 Hasil Uji Validitas ... 54
Tabel. 4.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 55
Tabel. 4.7 Hasil Uji Normalitas ... 56
Tabel. 4.8 Hasil Pendugaan Parameter Uji Residual … ... 57
Tabel. 4.9 Hasil Uji Residual Mengenai Nilai Koefisien Determinasi (R2) dan Nilai Koefisien Korelasi (R) ... 58
Tabel. 4.10 Hasil Pendugaan Parameter Uji Residual … ... 59
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar. 2.1. Manfaat Total Quality Managemant (TQM) ... 18
Gambar. 2.2. Penerapan TQM dengan Sistem Pengukuran kinerja Sebagai
variabel moderating ... 34
Gambar. 2.3. Penerapan TQM dengan Sistem Penghargaan Sebagai Variabel
variabel moderating ... 35
PADA PT. DHARMA LAUTAN UTAMA SURABAYA
Oleh :
RADYTIA D NUGRAHA
Abstr ak
Berlakunya Asean Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2003, menyebabkan perusahaan disetiap Negara khususnya di wilayah ASEAN dihadapkan pada situasi persaingan global. Dalam hal ini perusahaan jasa menghadapi persaingan khusus karena adanya perbedaan kualitas diantara pekerja yang satu dengan pekerja yang lainnya. Total Quality Management (TQM) merupakan suatu sistem yang dapat dikembangkan menjadi pendekatan dalam menjalankan usaha untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya Teknik Total Quality Management harus diikuti dengan penerapan sistem pengukuran kinerja dan penghargaan dalam bagian pekerjaan untuk meningkatkan kualitas kiinerja sehingga dapat berguna sebagai sarana pengembangan karir serta meningkatkan efektifitas pekerjaan strategis dengan cepat dan dapat meningkatkan kinerja manajer dan karyawan Penelitian ini ingin membuktikan efektifitas penerapan Total Quality Management (TQM) dengan sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan sebagai variabel moderating dalam mempengaruhi kinerja manajerial pada PT. Dharma Lautan Utama Surabaya
Sampel yang digunakan dalam penelitan ini 31 responden (seluruh manajer mulai dari top manager, middle manager, dan lower manager PT. Dharma Lautan Utama, Surabaya), Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 31 responden tersebut dan kuesioner tersebut terdiri dari 27 pernyataan yang dibagi menjadi 4 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji Residual
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang menyatakan kesesuaian penerapan TQM dan sistem pengukuran kinerja sebagai variabel moderating berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT. Dharma Lautan Utama Surabaya, tidak teruji kebenarannya, dan hipotesis 2 yang menyatakan kesesuaian penerapan TQM dan sistem penghargaan sebagai variabel moderating berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT. Dharma Lautan Utama Surabaya, teruji kebenarannya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong
pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat perkembangan perdagangan
suatu negara. Perkembangan perdagangan akan sangat tergantung pada
dukungan trasnportasi sebagai sarana distribusi barang maupun mobilitas
pelaku perdagangan. Salah satu sarana trasnportasi paling efisien dalam
perdagangan internasional saat ini adalah angkutan laut yang merupakan
sarana angkutan massal dengan kemampuan jangkauan jarak jauh, sehingga
kemajuan dibidang angkutan laut akan berperanan besar dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Berlakunya Asean Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2003,
menyebabkan perusahaan disetiap Negara khususnya di wilayah ASEAN
dihadapkan pada situasi persaingan global. Persaingan global ini memberikan
banyak pilihan kepada konsumen, dimana mereka semakin sadar biaya (cost
conscious) dan sadar nilai (value conscious) dalam meminta produk dan jasa
yang berkualitas tinggi, untuk dapat bertahan dan berhasil dalam lingkungan
seperti itu, perusahaan harus menciptakan value bagi konsumen dalam bentuk
produk dan jasa serta pelayanan yang berkualitas, sehingga perusahaan juga
Perusahaan jasa menghadapi persaingan khusus karena adanya
perbedaan kualitas diantara pekerja yang satu dengan pekerja yang lainnya.
Oleh karena itu perusahaan jasa perlu mengutamakan konsistensi dengan
melalui pengembangan suatu sistem yang dapat mendukung kinerja para
pekerjanya
Total Quality Management (TQM) merupakan suatu sistem yang
dapat dikembangkan menjadi pendekatan dalam menjalankan usaha untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas
produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya (Tjiptono,2001 :4).
TQM merupakan falsafah holistic yang dibangun berdasarkan konsep
kualitas, teamwork produktifitas, pengertian dan kepuasan pelanggan
(Ishikawa dalam Pawitra, 1993 : 135).
Penelitian bidang akuntansi menyatakan bahwa kinerja perusahaan
yang rendah, disebabkan oleh ketergantungannya terhadap Sistem Akuntansi
Manajemen perusahaan tersebut yang gagal dalam penentuan sasaran-sasaran
yang tepat, pengukuran kinerja, sistem penghargaan (reward) dan efektifitas
penerapan TQM yang memerlukan perubahan mendasar insfrastruktur
organisasional, meliputi : sistem alokasi wewenang, pembuatan keputusan,
sistem pengukuran kinerja, sistem reward dan hukuman.
Mardiyah dan Listianingsih (2005) dan Ittner dan Lacker (1995) yang
menyatakan bahwa akuntansi manajemen pada sistem pengukuran kinerja
dan penghargaan belum tentu mengakibatkan kinerja yang tinggi.
3
penerapan sistem pengukuran kinerja dan penghargaan dalam bagian
pekerjaan untuk meningkatkan kualitas kiinerja sehingga dapat berguna
sebagai sarana pengembangan karir serta meningkatkan efektifitas pekerjaan
strategis dengan cepat dan dapat meningkatkan kinerja manajer dan karyawan
(Locker dan Lathan, 1990) seperti yang dikutip oleh Kurnianingsih dan
Indriantoro (2001 : 31).
Penelitian ini ingin membuktikan efektifitas penerapan Total Quality
Management (TQM) dalam perusahaan jasa pelayaran. Perusahaan Pelayaran
Nasional berjaya karena kontribusi kapal Pelayaran Niaga Nasional terhadap
pembangunan negara dengan diberlakukannya asas cabotage,
penyelenggaraan pelayaran dalam negeri oleh Perusahaan Pelayaran Nasional
menggunakan kapal berbendera Indonesia oleh pemerintah, sedangkan
pelayaran luar negeri merupakan kerja sama Perusahaan Pelayaran Nasional
dengan Perusahaan Pelayaran Asing dengan asas pembagian angkutan
muatan yang wajar (fair share) sesuai Konvensi PBB 1975, tapi era itu surut
karena berbagai kebijakan scrapping (pembesituaan) kapal melalui
Keputusan Menteri Nomor 57 tahun 1983 dan Instruksi Presiden Nomor 4
tahun 1985 serta Paket November tahun 1988 (Paknov 88) dan diakhiri oleh
Undang-Undang Nomor 21 tahun 1992.
Kebangkitan pelayaran di Indonesia pada era millenium ketiga ini
ditandai dengan disyahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun
1992, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 diharapkan telah dapat
pelayaran, dapat menunjang sistem ketahanan pangan nasional, dan memiliki
visi yang jauh ke depan sehingga pelayaran nasional dapat berjaya kembali.
Didukung oleh kebijakan pelabuhan, keselamatan dan keamanan maritim
yang tepat guna. Secara historis empirik, keluarnya UU Nomor 17 Tahun
2008 seharusnya merupakan kebangkitan pelayaran nasional untuk menjadi
Tuan di Laut Kita Sendiri.
PT. Dharma Lautan Utama adalah sebuah perusahaan pelayaran
nasional yang melayani transportasi laut dan penyeberangan feri diseluruh
Indonesia. Segmen pasar perusahaan tersebut yang utama dari golongan
menengah kebawah, selain itu juga membawa penumpang, kargo dan
kendaraan, hal itu menyebabkan muatan disegala lini harus sesuai dengan
kemampuan pengguna, kebijakan harga perusahaan menunjuk kepedulian
dan komitmen untuk membantu masyarakat meningkatkan taraf
kesejahteraan dan memajukan pembangunan ekonomi regional selaras
dengan implementasi otonomi regional tahun 1999 (Company profile, PT.
Dharma Lautan Utama, 2010)
Sebagai bukti kalau PT. Dharma Lautan Utama telah menerapkan
TQM dengan meningkatkan kualitas pelayanannya telah berhasil
mendapatkan beberapa penghargaan diantaranya ISM Codes sebagai bukti
bahwa perusahaan telah menerapkan Manajemen Keselamatan Internasional
(1999), Piagam ADIKARYA BAHARI PRALABDA yang dikeluarkan
menteri perhubungan dan telekomunikasi (2000), penghargaan dari PT.
ASDP sebagai kapal terbersih di lintasan Ujung- Kamal(2003), penghargaan
Presiden RI atas nama Dewan Maritim Nasional sebagai perusahaan
5
PT. Dharma Lautan Utama mempunyai komitmen pada keselamatan
dan mutu layanan. Adapun mutu layanan meliputi kualitas kapal, kualitas
layanan jasa, dan profesionalisme SDM. (Company Profile Dharma Lautan
Utama, 2010).
Adapun pencapaian target dan realisasi pendapatan perusahaan untuk
periode 2007 – 2010, dapat dilihat pada tabel 1.1, sebagai berikut
Tabel 1.1 : Data Target dan Realisasi Pendapatan PT. Dhar ma Lautan Utama Surabaya
1 2007 Rp.800.000.000 Rp.500.000.000 Rp.300.000.000 2 2008 Rp.1.000.000.000 Rp.1.000.000.000 Rp.0 3 2009 Rp.1.000.000.000 Rp.1.500.000.000 (Rp.500.000.000) 4 2010 Rp.2.000.000.000 Rp.2.500.000.000 (Rp. 500.000.000)
Sumber : PT. Dhar ma Lautan Utama Surabaya. (2011)
Hasil pencapaian target dan realisasi pendapatan masih menunjukkan
bahwa komponen-komponen pengukuran kinerja belum secara keseluruhan
mencerminkan pencapaian kinerja di atas rata-rata meskipun telah didukung
dengan teknik-teknik manajemen kontemporer.
Faktor tidak tercapainya fungsi disebabkan karena penerapan TQM
belum efektif, disamping itu sistem pengukuran kinerja dan sistem
penghargaan yang diterapkan dalam manajerial perusahaan jasa belum
efektif.
Berdasar latar belakang hal tersebut diatas yang mendorong untuk
diadakan penelitian dengan judul : “Penerapan TQM Terhadap Kinerja
Manajerial Dengan Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargaan
1.2. Perumusan Masalah
Penilaian penerapan TQM telah memadai, terlebih dahulu
memastikan apakah syarat-syarat sistem tersebut sudah dipenuhi dan
dilaksanakan oleh PT. Dharma Lautan Utama dengan baik. Penerapan sistim
pengukuran kinerja dan penghargaan dilaksanakan untuk mendukung TQM
dapat dilaksanakan dengan efektif, dalam rangka mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh mana sistem pengukuran kinerja dan penghargaan mampu
mendukung efektifitas penerapan TQM terhadap kinerja manajerial.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang
akan diangkat adalah:
1. Apakah kesesuaian penerapan TQM dan sistem pengukuran kinerja
sebagai variabel moderating berpengaruh terhadap kinerja manajerial
pada PT. Dharma Lautan Utama Surabaya?
2. Apakah kesesuaian penerapan TQM dan sistem penghargaan sebagai
variabel moderating berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT.
Dharma Lautan Utama Surabaya?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut :
1. Untuk menguji dan menganalisis kesesuaian penerapan TQM dan sistem
pengukuran kinerja sebagai variabel moderating berpengaruh terhadap
7
2. Untuk menguji dan menganalisis kesesuaian penerapan TQM dan sistem
penghargaan sebagai variabel moderating berpengaruh terhadap kinerja
manajerial pada PT. Dharma Lautan Utama Surabaya.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan agar pihak-pihak yang
berkepentingan dapat mengambil manfaat antara lain, yaitu :
1. Bagi Perusahaan
Memberikan tambahan informasi dan masukan bagi manajer
perusahaan terkait dengan penerapan TQM yang didukung adanya
sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan yang efektif,
sehingga bisa membantu manajer untuk lebih mengetahui sistem
pengukuran kinerja dan sistem penghargaan terhadap penerapan teknik
Total Quality Management dan kinerja manajerial sehingga manajer
dapat menganalisa kinerja perusahaan dan mengambil tindakan evaluasi
jika diperlukan.
2. Bagi Penelti.
Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengaplikasikan
teori-teori yang telah diperoleh selama masa studi maupun yang diperoleh dari
sumber-sumber lain sehingga dapat bermanfaat bagi pihak yang
memerlukan.
3. Bagi Akademisi.
Dapat memberikan wawasan teoritis dan aplikasinya terhadap
masyarakat akademis secara umum dan khususnya bagi perkembangan
pemikiran penyusunan sendiri serta dapat menjadi bahan acuan dan
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang
dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait
dengan Kinerja Manajerial, pernah dilakukan oleh
1. Kur nianingsih dan Indriantoro (2001)
a. Judul:
“Pengaruh sistem pengukuran kinerja dan sistem
penghargaan terhadap keefektifan penerapan teknik TQM (Studi
Empiris pada perusahaan Manufaktur di Indonesia”.
b. Permasalahan
Apakah TQM dengan Sistem Pengukuran Kinerja dan
Sistem Penghargaan sebagai variabel moderating berpengaruh
terhadap kinerja manajerial ?
c. Kesimpulan :
Hasil penelitian menunjukkan variabel sistem penghargaan
dapat berfungsi sebagai variabel moderating, sedangkan untuk
variabel sistem pengukuran kinerja tidak berfungsi sebagai variabel
moderating dalam mempengaruhi kinerja manajerial
2. Yuniawati (2003)
a. Judul
“Pengaruh TQM dan Sistem Akuntansi Manajemen
b. Permasalahan
1). Apakah sistem manajemen mutu benar-benar mendorong
perbaikan terus-menerus terhadap kinerja ?
2). Adakah system akuntasni manajemen dibalik motif pengaruh
penerapan TQM pada kinerja?
c. Kesimpulan :
1). Sistem pengukuran kinerja, sistem penghargaan, TQM interaksi
antara sistem pengukuran kinerja dengan TQM, berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial
2). Sementara interaksi antara sistem penghargaan dengan TQM
pengaruhnya tidak signifikan terhadap kinerja manajerial.
3). Secara simultan (komprehensif), semua variable tersebut
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial
3. Aprilia (2006)
a. Judul
“Pengaruh Penerapan Total Quality Management Terhadap
Kinerja Managerial Dengan Budaya Organisasi Sebagai Variabel
Moderating Pada PT. Pertamina (Persero) UPMS V Surabaya
b. Permasalahan
1). Bagaimana menghadapai respon konsumen terhadap perubahan
kebijakan ng perbankan oleh pemerintah ?.
2). Bagaimana mengantisipasi secara cepat dalam rangka
mempertahankan eksistensi dan peningkatan daya saing secara
10
c. Kesimpulan :
1). Variabel TQM secara parsial berpengaruh positif terhadap
kinerja manajerial
2). Variabel interaksi antara TQM dengan budaya organisasi secara
parsial berpengaruh positif yang tidak signifikan terhadap
kinerja manajerial
Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu
adalah sama-sama membahas mengenai faktor – faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja manajerial, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada
objek, jumlah sampel dan periode penelitian, sehingga penelitian ini bukan
merupakan replikasi.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Akuntansi Manajemen
2.2.1.1.Pengertian Akuntansi Manajemen
Menurut Hansen dan Mowen (2004: 4), sistem informasi
manajemen (management accounting information system) adalah sistem
informasi yang menghasilkan keluaran (output) dengan menggunakan
masukan (input) dengan prosesnya untuk mencapai tujuan khusus
manajemen.
Menurut Supriyono (1987: 44), seperti yang dikutip oleh
Kamarudin (2005: 4), akuntansi manajemen adalah salah satu bidang
akuntansi yang tujuan utamanya untuk menyajikan laporan-laporan suatu
dalam rangka melaksanakan proses manajemen yang meliputi
perencanaan, pembuatan keputusan, pengorganisasian, dan pengarahan
serta pengendalalian.
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa akuntansi manajemen merupakan suatu mekanisme kontrol
organsisasi dan alat yang efektif dalam menyediakan informasi yang
bermanfaat guna memprediksi konsekuensi yang mungkin terjadi dari
berbagai aktivitas yang dapat dilakukan.
2.2.2. Total Quality Management (TQM)
2.2.2.1.Pengertian Total Quality Management (TQM)
Menurut Garrison (2000: 23) yang dikutip Kamarudin (2005: 3)
“kendala atau constraint adalah segala sesuatu yang menghambat untuk
mendapatkan apa yang anda inginkan”. Oleh karena itu, pengelolaan
berdasarkan Theory of Constraints menjadi faktor kunci sukses.
Perusahaan dituntut untuk dapat mengatasi kendala agar kinerja
manajerialnya dapat menjadi lebih baik sehingga tidak mengganggu
kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu alat yang dianggap dapat
membantu memperbaiki kinerja manajerial dalam mencapai tujuan
peningkatan laba adalah TQM.
TQM merupakan satu sistem yang saat ini mulai diterapkan oleh
perusahaan-perusahaan karena dianggap mampu mendukung kinerja
manajerialnya. TQM juga dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu.
12
perpaduan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan
dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan
konsep kualitas, team work, produktivitas, dan kepuasan pelanggan”.
Menurut Purwanto dalam Suharyanto (2005: 7) “TQM pada dasarnya
merupakan upaya untuk menciptakan ‘a culture of continous
improvement’ di antara para karyawan dengan menerapkan berbagai
teknik pemecahan permasalahan secara kelompok dengan memusatkan
perhatian pada kepuasan ”customer”.
Menurut Tjiptono (2003: 4) “TQM merupakan suatu pendekatan
dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya
saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungannya”.
Menurut Suharyanto (2005: 62), TQM adalah sebuah kultur,
dengan sifat yang melekat di dalam kultur ini adalah sebuah komitmen
sepenuhnya terhadap kualitas dan sikap yang diperlihatkan melalui
keterlibatan setiap individu dalam proses perbaikan produk maupun jasa
secara kontinyu, melalui penggunaan metode ilmiah yang inovatif. TQM
menghendaki komitmen total dari manajemen dimana komitmen ini harus
disebarluaskan pada seluruh karyawan dan pada semua level atau
departemen dalam organisasi. Sukses tidaknya implementasi TQM sangat
ditentukan oleh kompetensi SDM perusahaan untuk merealisasikannya.
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa TQM adalah suatu alat yang digunakan oleh manajemen suatu
melakukan perbaikan secara terus-menerus atas produk, pelayanan,
lingkungan yang berhubungan dengan produk perusahaan, dan
manajemen perusahaan melalui metode ilmiah yang inovatif.
Menurut Goetsh dan Davis (1994: 14-18), seperti yang dikutip
Tjiptono dan Diana (2001: 15-18), yang membedakan TQM dengan
pendekatan-pendekatan lainnya dalam menjalankan usaha adalah
komponen bagaimana komponen ini memiliki sepuluh unsur utama TQM,
yang masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Fokus pada pelanggan.
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan
eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas
produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan
pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas
manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk
atau jasa.
2. Obsesi terhadap kualitas.
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir
kualitas pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang
ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau
melebihi apa yang telah ditentukan, hal ini berarti bahwa semua
karyawan pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek
pekerjaannya berdasarkan perspektif “bagaimana kita dapat
melakukan dengan lebih baik?”
3. Pendekatan ilmiah.
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM,
14
keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan
yang didesain tersebut, dengan demikian data diperlukan dan
dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau
prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
4. Komitmen jangka panjang.
TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan
bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula, oleh
karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna
mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan
dengan sukses.
5. Kerjasama tim (team work).
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim,
kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina baik antar karyawan
perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah,
dan masyarakat sekitarnya.
6. Perbaikan sistem secara berkesinambungan.
Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan memafaatkan
proses-proses tertentu didalam suatu sistem atau lingkungan, oleh
karena itu sistem yang ada perlu diperbaiaki secara terus menerus
agar kualitas yang dihasilkan dapat meningkat.
7. Pendidikan dan pelatihan.
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan
pelatihan merupakn faktor yang fundamental. Setiap orang
diharapkan dan didorong untuk terus belajar, dalam hal ini berlaku
tidak mengenal batas usia, dengan belajar, setiap orang dalam
perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian
profesionalnya.
8. Kebebasan yang terkendali.
TQM dalam keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur
yang sangat penting, hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat
meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab karyawan
terhadap keputusan yang telah dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat
memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang
diambil, karena pihak yang terlibat lebiih banyak.
9. Kesatuan tujuan.
Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik maka perusahaan
harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat
diarahkan pada tujuan yang sama, akan tetapi kesatuan tujuan ini
tidak berarti harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara
pihak manajemen dan karywan mengenai upah dan kondisi kerja.
10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaaan karyawan.
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal
yang penting dalam penerapan TQM. Pemberdayaan bukan sekedar
melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan mereka dengan
memberikan pengaruh yang sangat berarti. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan menyusun pekerjaan yang memungkinkan
para karyawan untuk mengambil keputusan mengenai perbaikan
16
2.2.2.2.Pr insip Total Quality Management (TQM)
Total Quality Management merupakan suatu konsep yang
berupaya melaksanakan kualitas kelas dunia. Untuk itu diperlukan
perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi.
Menurut Hensler dan Brunell dalam Scheuing dan Christoper
(1993: 165-166), seperti yang dikutip Tjiptono dan Diana (2001: 14-15),
ada empat prinsip utama dalam Total Quality Management (TQM),
antara lain :
1. Kepuasan pelanggan.
Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan
diperluas. Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian dengan
spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh
pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan
pelanggan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk
dipuaskan dalam segala aspek, termasuk didalamnya harga,
keamanan dan ketetapan waktu. Oleh karena itu segala aktivitas
perusahaan harus dikoordinasi untuk memuaskan pelanggan.
2. Respek Terhadap Setiap Orang.
Dalam perusahaan yang kualitasnya kelas dunia, setiap
karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan
kreativitas tersendiri yang unik. Karyawan merupakan sumber daya
organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu setiap orang dalam
organisasi diperlukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk
3. Manajemen Berdasarkan Fakta.
Perusahaan kelas dunia beriorentasi pada fakta. Maksudnya
bahwa setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar
pada perasaan (feeling).
4. Perbaikan berkesinambungan.
Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses
secara sistematis dalam melaksanakan perbaikan secara
berkesinambungan. Konsep yang berlaku disini adalah siklus PDCA
(Plan-Do-Check-Act), yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan,
pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan
tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.
2.2.2.3.Manfaat Total Quality Management (TQM)
Manfaat Total Quality Management (TQM) adalah memperbaiki
kinerja manajerial dalam mengelola perusahaan agar dapat meningkatkan
penghasilan perusahaan.
Ada beberapa keuntungan pengendalian mutu yang digambarkan
Ishikawa (1992) dalam bukunya, antara lain:
1. Pengendalian mutu memungkinkan untuk membangun mutu di setiap
langkah proses produksi demi menghasilkan produk yang 100%
bebas cacat,
2. Pengendalian mutu memungkinkan perusahaan menemukan
kesalahan atau kegagalan sebelum akhirnya berubah menjadi musibah
18
3. Pengendalian mutu memungkinkan desain produk mengikuti
keinginan pelanggan secara efisien sehingga produknya selalu dibuat
sesuai pilihan pelanggan,
4. Pengendalian mutu dapat membantu perusahaan menemukan
data-data produksi yang salah.
TQM juga digunakan untuk memperbaiki posisi persaingan
perusahaan di pasar dan sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan
dalam menghasilkan output dengan mutu berkualitas. “Produk yang
berkualitas yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen
secara berkelanjutan (sustainable satisfaction) akan menimbulkan
pembelian yang berkelanjutan yang pada akhirnya dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan mencapai skala ekonomi dengan akibat
penurunan biaya produksi” (Ibrahim, 2000: 22)/
Manfaat Total Quality Manajemen (TQM), dapat disajikan pada
gambar 2.1, sebagai berikut:
Gambar 2.1
Manfaat Total Quality Management (TQM)
Hubungan-hubungan dalam gambar 2.1. dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pasar yang dilayani oleh industri mencakup pelayanan-pelayanan
dengan kebutuhan barang dan jasa.
2. Penelitian pemasaran menidentifikasikan kebutuhan tersebut dan
mendefinisikan dalam hal kualitas.
3. Pelanggan menganggap produk perusahaan lebih berkualitas dari
pada pesaing.
4. Karena dianggap lebih berkualitas, pelanggan bersedia membayar
harga yang relatif tinggi daipada harga pesaing.
5. Karena dianggap lebih berkualitas dan harganya lebih tinggi, produk
tersebut dianggap memiliki nilai yang relatif lebih tinggi.
6. Nilai yang relatif lebih tinggi menghasilkan kenaikan dalam pangsa
pasar.
7. Berkat program kualitasnya, perusahaan dapat mengikuti spesifikasi
pelanggan lebih baik daripada para pesaing.
8. Efektivitas ini menghasilkan penurunan biaya, yaitu dengan
memproduksi produk yang dibutuhkan secara benar sejak pertama
kali.
9. Penurunan biaya digabungkan dengan pangsa pasar yang lebih luas
akan menghasilkan biaya yang lebih rendah daripada pesaing.
10. Gabungan dari keunggulan relatif di bidang harga, pangsa pasar, dan
biaya digabungkan untuk menciptakan profitabilitas dan pertumbuhan
20
2.2.2.4.Faktor Penyebab Kegagalan Total Quality Management (TQM)
Menurut Tjiptono dan Diana (2001: 19), dijelaskan beberapa
kesalahan yang sering dilakukan oleh organisasi pada saat memulai
inisiatif perbaikan kualitas, antara lain :
1. Delegasi dan kepentingan yang tidak baik dari manajemen senior.
Inisiatif dalam perbaikan kualitas secara berkesinambungan
seharusnya dinilai dari pihak manajemen dimana mereka harus
terlibat secara langsung dalam pelaksanaanya, bila didelegasikan
kepada pihak lain, maka peluang terjadinya kegagalan sangat besar.
2. Team mania.
Organisasi perlu membentuk tim yang melibatkan karyawan
untuk menunjang dan membutuhkan kerja sama tim. Dengan adanya
tim perlu ada pemahaman yang baik terhadap perannya
masing-masing baik manajemen maupun karyawan.
3. Proses penyebarluasan.
Pengembangan inisiatif kualitas tanpa secara berbarengan
mengembangkan rencana untuk menyatukan kedalam seluruh elemen
organisasi (misal:operasi, pemasaran, dan lain-lain).
4. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis.
Banyak perusahaan-perusahaan yang hanya menggunakan
prinsip-prinsip dari pakar-pakar, padahal pendekatan tersebut
merupakan satu pendekatan yang cocok unruk segala situasi. Bahkan
para pakar mendorong organisasi untuk menyesuaikan program
5. Harapan yang selalu berlebihan dan tidak realitis.
Perlu waktu lama dalam pengiriman karyawan untuk
mengikuti pelatihan, untuk mengimplementasikan
perubahan-perubahan proses baru, bahkan sering kali perubahan-perubahan tersebut
memakan waktu lama untuk sampai terasa pengaruhnya terhadap
peningkatan kualitas dan daya saing perusahaan.
6. Empowerment yang bersifat prematur.
Perusahaan mengira dan memberikan pelatihan dan
wewenang baru, karyawan tersebut akan menjadi self-dirrected dan
memberikan hasil-hasilnya yang positif, sebenarnya perlu
diberitahukan sasaran dan tujuan yang jelas agar tidak salah dalam
melakukan sesuatu.
Beberapa penyebab kegagalan penerapan TQM tersebut dapat
dijadikan pertimbangan sebelum memulai menerapkan TQM dalam
organisasi agar memperoleh hasil yang diharapkan dalam konteks budaya
learning organization dalam suatu perencanaan strategi jangka panjang.
2.2.3. Sistem Pengukuran Kinerja
2.2.3.1.Pengertian Sistem Pengukuran Kinerja
Menurut Kurniangsih dan Indriantoro (2001:35) yang dimaksud
Sistem pengukuran kinerja adalah frekuensi pengukuran kinerja para
manajer dalam unit organisasi yang dipimpin mengenai kualitas dalam
aktivitas operasi perusahaan.
Menurut Mulyadi dan Setyawan (1997:227) Sistem pengukuran
22
organisasi,bagian akuntansi dan personelnya berdasarkan sasaran,standar
dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya, sedangkan menurut Halim
(2000:207) Sistem pengukuran kinerja merupakan mekanisme perbaikan
lingkungan organisasi dalam menetapkan strategi perusahaan.
Berdasarkan keterangan diatas dijelaskan bahwa pengukuran
kinerja adalah mengukur kinerja dari setiap aktivitas pada suatu proses
ditinjau dari prespektif persyaratan pelanggan yang menjamin bahwa
aktivitas kinerja secara keseluruhan bertemu persyaratan pelanggan yang
dipertaruhkan organisasi lain.
2.2.3.2.Tujuan Sistem Pengukur an Kinerja
Pengukuran kinerja karyawan adalah suatu proses yang harus
dilakukan dalam upaya pengendalian tenaga kerja.pengukuran tersebut
dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang akurat dan valid tentang
perilaku dan kinrja anggota organisasi.
Menurut Mulyadi dan Setyawan (1997:227), tujuan pengukuran
kinerja adalah sebagai berikut:
1. Untuk memotivasi personil dalam mencapai sasaran organisasi dan
dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya,agar membuahkan t indakan dan hasil yang diinginkan
oleh organisasi.
2. Untuk menekankan perilaku yang tidak semestinya dan untuk
meransang serta menegakkan perilaku yang semestinya
diinginkan,melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta
2.2.3.3.Manfaat Sistem Pengukuran Kinerja
Menurut Halim, dkk (2000 : 95), manfaat pengukuran kinerja
adalah sebagai berikut
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimal.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
karyawan sejauh promosi,transfer dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebijakan pelatihan dan pengembangan karyawan
dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi progam pelatihan
karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana
atasan mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi pelanggan.
Menurut Mulyadi dan Setyawan (1999:228), pengukuran kinerja
dimanfaatkan oleh perusahaan untuk:
1. Pengelolaan organisasi atau perusahaan secara efektif dan efisien
melalui pemotivasian personel secara maksimum. Maksimalisasi
memotivasi personel berarti membangkitkan dorongan dalam diri
setiap personel untuk mengerahkan usahanya dalam mengenai
sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi. Jika setiap personel
memahami sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan setiap
personel melaksanakan internalisasi sasaran individu dengan sasaran
perusahaan secara keseluruhan inilah yang akan memotivasi personel
24
2. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
penghargaan personel.penilaian kinerja akan menghasilkan data yang
dapat dipakai sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan penghargaan personel. Agar dapat memotivasi
personel, penghargaan yang diberikan kepada personel perlu
didasarkan atas hasil penilaian kinerja personel perlu didasarkan atas
hasil penilain kinerja personel perlu didasarkan atas hasil penilaian
kinerja personel.
3. Menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi progam pelatihan personel
perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengembangkan
personelnya agar mereka selalu dapat menyesusaikan diri dengan
perubahan lingkungan bisnis yang senantiasa berubah dan
berkembang.hasil pengkuran kinerja dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kelemahan personel dan untuk mengantisipasi
keahlian dan ketrampilan yang dituntut oleh pekerjaan agar dapat
memberikan respon memadai terhadap perubahan lingkungan bisnis
dimasa depan. Hasil pengukuran kinerja dapat juga menyediakan
kriteria untuk memilih progam pelatihan personel yang memenuhi
kebutuhan personel dan untuk mengevaluasi kesesuaian progam
pelatihan tersebut dengan kebutuhan personel.
4. Menyediakan umpan balik bagi personel
Dalam perusahaan, manajement puncak mendelegasikan
wewenangnya kepada manajement menengah dan
daya yang diperlukan untuk pelaksanaan wewenang tersebut. Manajer
bawah melaksanakan wewenang dengan mengkonsumsi sumber daya
yang dialokasikan kepada mereka. Pengunaan wewenang dan
konsumsi sumberdaya ini dipertanggungjawabkan dalam bentuk
pengukuran kinerja. Dengan pengukuran kinerja ini, manajemen
puncak memperoleh umpan balik tentang pelaksanaan wewenang
yang dilakukan oleh manajemen dibawahnya, penilaian kinerja ini
memberikan umpan balik bagi manajemen bawah dan menengah
tentang bagaimana manajemen puncak menilai kinerja mereka.
2.2.3.4.Konsep Sistem Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas
operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan personelnya,
berdasarkan sasaran,standar,dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumya.
Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001:353) tujuan utama
pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi personel dalam pencapaian
sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya, agar menghasilkan tindakan dan hasil yang
diinginkan oleh organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan
manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam rencana
strategis,progam dan anggaran organisasi.
Pengukuran kinerja digunakan untuk menekan perilaku yang tidak
semestinya dan untuk meransang serta menegakkan perilaku yang
semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya
26
2.2.3.5.Metode Sistem Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja dalam rangka pengembangan sumber daya
manusia mempunyai arti yang penting, hal ini mengingatkan bahwa
dalam kehidupan organisasi setiap orang sebagai sumber daya manusia
ingin mendapatkan penghargaan dan perlakuan yang adil dari pimpinan
organisasi yang bersangkutan dalam kehidupan suatu organisasi,ada
beberapa asumsi tentang perilaku manusia sebagai sumber daya manusia
yang mendasari pentingnya pengukuran kinerja asumsi tersebut antara
lain adalah sebagai berikut:
Indikator pengukuran variabel sistem pengukuran kinerja menurut
Sudarmayanti (2001:21) sebagai berikut:
1. Setiap orang ingin memiliki peluang untuk mengembangkan
kemampuan kerjanya sampai tingkat maksimal.
2. Setiap orang ingin mendapatkan penghargaan apabila karyawan
tersebut dinilai melaksanakan tugasnya dengan baik.
3. Setiap orang ingin mengetahui secara pasti tentang karir yang akan
diraihnya apabila dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
4. Setiap orang ingin mendapatkan perlakuan yang obyektif dan
penilaian atas dasar prestasi kerjanya.
5. Setiap orang ingin bersedia menerima tanggung jawab yang lebih
besar.
6. Setiap orang pada umumnya tidak hanya melakukan kegiatan yang
sifatnya rutin.
Berdasarkan asumsi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengembangan sumber daya manusia, kegiatan ini dapat memperbaiki
keputusan manajer dan memberikan umpan balik kepada pegawai tentang
kegiatan mereka.
2.2.3.6.Tahap Sistem Pengukuran Kinerja
Menurut Mulyadi (1993:424), pengukuran kinerja dilaksanakan
dalam dua tahap utama yaitu:
1. Tahap persiapan:
a. Penentuan daerah pertanggung jawaban dan manajer yang
bertanggung jawab.
b. Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja.
c. Pengukuran kinerja sesungguhnya
2. Tahap penilaian:
a. Membandingkan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumya
b. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja
sesungguhnya dari yang ditetapkan dalam standar.
c. Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang
digunakan untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan.
2.2.4. Sistem Penghargaan
2.2.4.1.Pengertian Sistem Penghargaan
Menurut Mulyadi dan Setyawan (1999:277), sistem penghargaan
merupakan salah satu alat pengendalian penting yang digunakan oleh
perusahaan untuk memotivasi personel agar mencapai tujuan dengan
28
Menurut Kurniangsih dan Indriantoro (2001:327), kompensasi
merupakan salah satu strategi manajemen sumber daya manusia untuk
menciptakan keselarasan kinerja antar staf dan pimpinan perusahaan
dalam mencapai tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan.
2.2.4.2.Manfaat Sistem Penghar gaan
Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001:356), sistem penghargaan
menghasilkan 2 macam manfaat antara lain:
1. Memberikan informasi
Penghargaan dapat menarik perhatian personel dan
memberikan informasi atau mengingatkan mereka tentang pentingnya
sesuatu yang diberi penghargaan dibandingkan dengan hal yang lain.
2. Memberikan motivasi
Penghargaan akan meningkatkan motivasi personel terhadap
ukuran kinerja,sehingga membantu personel dalam memutuskan
bagaimana mereka mengalokasikan waktu dan usaha mereka
2.2.4.3.J enis Sistem Penghar gaan
Menurut Mulyadi dan Setyawan (1999:229), penghargaan dapat
digolongkan ke dalam 2 hal yaitu:
1. Penghargaan Intrinsik
Adalah penghargaan yang berupa rasa puas diri yang
diperoleh seseorang yang telah berhasil menyelesaikan pekerjaanya
2. Penghargaan ekstrinsik
Adalah penghargaan yang berupa kompensasi yang diberikan
kepada personel, baik yang berupa kompensasi langsung, tidak
langsung maupun yang berupa kompensasi non moneter.
2.2.4.4.Kriter ia Sistem Penghargaan
Supaya sistem penghargaan dapat bermanfaat dan sesuai tujuan
yang ingin dicapai,maka perlu diperhatikan kriteria-kriteria dalam
pemberian penghargaan.
Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001:369), kriteria sistem
penghargaan adalah:
1. Penghargaan harus dihargai oleh penerima.
2. Penghargaan harus cukup besar untuk dapat memiliki dampak.
3. Penghargaan harus dapat dimengerti oleh penerima.
4. Penghargaan harus diberikan pada waktu yang tepat.
5. Dampak penghargaan harus dirasakan dalam jangka panjang.
6. Penghargaan harus dapat diubah.
7. Penghargaan harus memerlukan biaya yang efisien.
2.2.5. Kinerja Manajerial
Kinerja dapat diartikan sebagai “penentuan secara periodik
efektivitas operasional suatu perusahaan, bagian dari perusahaan dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah
30
Menurut Stolovitch dan Keeps dalam Rivai (2005: 14) “kinerja
merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan
pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta”. Menurut
Donnelly, Gibson, dan Ivancevich dalam Rivai (2005: 15) “kinerja merujuk
kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
Manajemen adalah ilmu yang menggunakan orang lain dalam usaha
mencapai suatu tujuan dengan menggunakan fungsi manajemen:
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan
(actuating), dan pengawasan (controlling), sedangkan manajer adalah orang
yang menerapkan manajemen dalam mengemban tugas yang diterimanya
guna mencapai tujuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Menurut Mahoney dan Carroll dalam Lubis, (2005) “yang dimaksud
dengan kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi
dalam kegiatan-kegiatan manajerial, antara lain perencanaan, investigasi,
koordinasi, supervise, pengaturan staf, negosiasi, dan representasi, kinerja
manajerial yang baik akan menghasilkan keefektivitasan yang berujung
pada perolehan keuntungan bagi perusahaan. Kinerja manajerial yang stabil
bahkan meningkat akan menambah kepercayaan investor terhadap
perusahaan.
Menurut Lois Goldberg “bukan teori entity atau proprietory yang
perlu dijadikan sebagai pusat perhatian atau sebagai pemilik perusahaan
atau lembaga, tetapi cukup melihat commander-nya (commander theory)
kontrol ekonomi atas sumber daya yang efektif terhadap suatu lembaga”
(Harahap,2007: 74). Penekanan informasi menurut teori ini adalah
pertanggungjawaban atau stewardship. Bagaimana yang dipercayai
mengelola kekayaan yang diamanahkan kepadanya. Dengan kata lain teori
ini menitikberatkan pengendalian terhadap kinerja manajerial perusahaan
dalam meningkatkan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan.
2.2.6. Pengaruh antara Total Quality Management dan Kinerja Manajerial
Menurut Banker (1993), dalam Kurniangsih dan Indriantoro
(2001:31), progam penelitian kualitas seperti TQM secara indivudual dapat
efektif jika perusahaan telah mengimplementasikan cara untuk
memperbaiki kualitas secara terus menerus dibandingkan dengan organisasi
pesaing yang mengadakan improvement dengan tidak mengunakan teknik
TQM, meskipun tidak menyebabkan peningkatan kinerja.
Mengutip pendapat dari Milgrom (1990) dan Roberts (1995),
Kurnianingsih dan Indriantoro (2001:31) menyatakan bahwa organisasi
sering mengalami perubahan secara simultan dalam strategi persaingan
dengan elemen-elemen organisasi ketika mengalami perubahan yaitu
pemanufakturan dengan TQM, sehingga pengaruh peran yang saling
melengkapi dan meningkatkan kinerja manajerial secara keseluruhan.
Beberapa teori yang mendukung TQM diantaranya adalah
(Mulyadi, 1998:169).
1. Teori Institusional menyatakan bahwa organisasi tergantung pada
32
2. Teori Porter-Lowler menyatakan bahwa para manajer tergantung pada
harapan dimasa yang akan datang dan bukan pengalaman dimasa yang
lalu, atas dasar probabilitas usaha penghargaan yang dirasakan prestasi
yang dicapai, penghargaan yang diterima kepuasan terjadi,dan ini
mengarahkan ke usaha yang dimasa yang akan datang.
3. Teori pengharapan dan motivasi dengan versi orientasi masa
mendatang dan juga menekankan antisipasi, tanggapan-tanggapan,dan
hasil-hasil.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat menghasilkan suatu konsep
pemikiran bahwa dengan menerapkan TQM dapat melakukan perbaikan
secara terus menerus dan berkesinambungan yang melibatkan seluruh
elemen yang ada guna meningkatkan kinerja manajerialnya.
2.2.7. Pengaruh antara Total Quality Management dan Sistem Pengukuran
Kinerja Terhadap Kinerja Manajerial
Chenhall (1997) dalam (Kurniangningsih dan Indriantoro, 2001:31)
menyatakan bahwa pengukuran kinerja memberikan umpan balik dalam
bentuk pengendalian strategis, yang mendorong para manajer untuk
mengevaluasi dan menguji kembali bagaimana komplemen-komplemen
dalam progam TQM meningkatkan profitabilitas yang memadai.
Daniel dan Reitsperger (1991) dalam (kurnianingsih dan
Indriantoro, 2001 : 31) memberikan bukti empiris pula bahwa perusahaan
elektronik dan automobil jepang yang menggunakan strategis peningkatan
terus menerus (continuous improvement strategis) juga memberikan umpan
Locke dan latham (1990) menjelaskan bahwa dari sudut pandang
pembelajaran, frekuensi pelaporan pengukuran kinerja pemanufakturan
membantu para karyawan mengembangkan efektivitas pekerjaan strategis
dengan lebih cepat dan dapat meningkatkan kinerjanya. (Kurnianingsih dan
Indriantoro, 2001:31), dengan demikian akan lebih baik jika sistem
pengukuran kinerja secara langsung dihubungkan dengan kualitas oleh
karena itu karyawan diwajibkan untuk memastikan bahwa kualitas dalam
proses pemanufakturan tetap pada pengawasan dan dapat secara terus
menerus ditingkatkan hasilnya. (Kurniangsih dan Indriantoro, 2001:32).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa TQM
harus di dasari dengan sistem pengukuran untuk bisa menilai seberapa
maksimalnya kinerja manajerial yang telah dilakukan oleh perusahaan
2.2.8. Pengaruh antara Total Quality Management dan Sistem Penghargaan
terhadap Kinerja Manajerial
Menurut Sim dan Killough (1998) dalam Kurnianingsih dan
Indriantoro (2001:33) Kinerja yang tinggi dapat dicapai jika praktik TQM,
digunakan sebagai dasar pemberian insentif atau perfomance-contigent
insentive plans. Sim dan Killough menyatakan bahwa penghargaan yang
diberikan berupa insentif yang diberikan secara individual dan kelompok.
Ichiniowski (1997) dalam Kurnianinsih dan Indriantoro(2001:33)
menyatakan pula bahwa kinerja yang tinggi pada dasarnya tergantung pada
progam pemberian insentif jika dihubungkan dengan pekerjaan yang
34
kerja. Ichiniowski et.al (1998) dalam Kurnianingsih dan Indriantoro
(2001:33) memperkirakan pengaruh independen dari insentif terhadap
kinerja dengan TQM, hasil temuan tersebut menunjukan suatu pengaruh
interaktif antara TQM dengan menggunakan insentif terhadap kinerja.
Teori Porter-Lowler menyatakan bahwa teori pengharapan dan
motivasi dengan versi orientasi masa mendatang dan juga menekankan
antisipasi tanggapan-tanggapan,hasil-hasil, dengan demikian penerapan
TQM dengan ditunjang pemberian insentif merupakan pemotivasi yang
lebih kuat bagi manajer untuk meningkatkan kinerja manajerialnya.
2.3. Kerangka Pikir
Sesuai dengan penjelasan teori dan penelitian sebelumnya, maka
dapat disusun diagram kerangka pikir, yang ditunjukkan pada gambar 2.2 dan
2.3, sebagai berikut :
Hipotesis 1
Kesesuaian penerapan TQM dan sistem pengukuran kinerja sebaga
variabel moderating berpengaruh terhadap kinerja manajerial, dapat pada
gambar 2.2, sebagai berikut :
Hipotesis 2
Kesesuaian penerapan TQM dan sistem penghrgaan sebaga variabel
moderating berpengaruh terhadap kinerja manajerial, dapat pada gambar 2.3,
sebagai berikut :
Uji Residual
Gambar . 2.3 : Penerapan TQM dengan Sistem Penhargaan sebagai var iabel moderating
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Kesesuaian penerapan TQM dan sistem pengukuran kinerja sebagai
variabel moderating berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada
PT. Dharma Lautan Utama Surabaya
H2 : Kesesuaian penerapan TQM dan sistem penghargaan sebagai variabel
moderating berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT.Dharma
Lautan Utama Surabaya
Sistem Penghargaan
(X3)
Total Quality Management
(X1)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada
suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau
menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur konstrak variabel tersebut (Nazir, 2005 : 126)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 1 (tiga
variabel (X) yaitu Total Quality Manajemen (TQM) (X1), sistem
pengukuran kinerja (X2), dan sistem penghargaan (X3), dan 1 (satu)
variabel (Y) yaitu kinerja manajerial
Adapun definisi operasional dari masang – masing variabel tersebut,
yaitu sebagai berikut :
1. Variabel (X) :
a. Total Quality Manajemen (TQM) (X1)
Total Quality Manajemen (TQM) adalah merupakan suatu
sistem dalam pelaksanaan pekerjaan yang melibatkan semua unsur
yang terdapat di dalam perusahaan guna mencapai sasaran
perusahaan.
b. Sistem Pengukuran Kinerja (X2) sebagai Variabel Moderating
Sistem pengukuran kinerja adalah merupakan cara yang
kemampuan manajer dalam menghasilkan produk, sehingga dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan secara
efisien dan efektif
c. Sistem Penghargaan (X3) sebagai Variabel Moderating
Sistem penghargaan adalah merupakan semua bentuk
return baik finansial maupun non finansial yang dapat diterima
manajer karena jasa yang disumbangkan ke perusahaan.
2. Variabel (Y) Kinerja Manajerial
Kinerja manajerial adalah merupakan tingkat dimana seorang
manajer mencapai koordinasi pekerjaan dan penggunaan tanggung
jawab yang tepat terhadap teknik dan metode pengorganisasian dan
pengendalian yang relevan.
3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel
Adapun pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Total Quality Manajemen (TQM) (X1)
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval,
sedangkan teknik pengukurannya menggunakan semantik differensial
yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Penilaian jawaban dengan skor terendah (nilai 1) menunjukkan
tingkat penerapan TQM yang rendah, sedangkan skor tertinggi (nilai 7)
menunjukkan tingkat penerapan TQM yang tinggi
38
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang
merupakan pengembangan dari Goetsh dan Davis (1994) seperti yang
dikutip oleh Nasution (2001:28-30), dan dimodifikasi sendiri oleh
peneliti dengan 8 (delapan) item pernyataan.
2. Sistem Pengukuran Kinerja (X2) sebagai Variabel Moderating
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval,
sedangkan teknik pengukurannya menggunakan semantik differensial
yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Penilaian jawaban dengan skor terendah (nilai 1) menunjukkan
Sistem Pengukuran Kinerja yang rendah, sedangkan skor tertinggi
(nilai 7) menunjukkan Sistem Pengukuran Kinerja yang tinggi
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang
merupakan pengembangan dari Goetsh dan Davis (1994) seperti yang
dikutip oleh Nasution (2001:28-30), dan dimodifikasi sendiri oleh
peneliti dengan 6 (enam) item pernyataan.
3. Sistem Penghargaan (X3) sebagai Variabel Moderating
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval,
sedangkan teknik pengukurannya menggunakan semantik differensial
yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Penilaian jawaban dengan skor terendah (nilai 1) menunjukkan
Sistem Penghargaan yang rendah, sedangkan skor tertinggi (nilai 7)
menunjukkan Sistem Penghargaan yang tinggi
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang
merupakan pengembangan dari Goetsh dan Davis (1994) seperti yang
dikutip oleh Nasution (2001:28-30), dan dimodifikasi sendiri oleh
peneliti dengan 6 (enam) item pernyataan.
4. Kinerja Manajerial (Y)
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval,
sedangkan teknik pengukurannya menggunakan semantik differensial
yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Penilaian jawaban dengan skor terendah (nilai 1) menunjukkan
kinerja manajerial dibawah rata – rata, sedangkan skor tertinggi (nilai
7) menunjukkan kinerja manajerial diatas rata – rata
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang
merupakan pengembangan dari Mahoney et. al. (1963) dalam Supomo
dan Indriantoro (1998), dan dimodifikasi sendiri oleh peneliti dengan 7
(tujuh) item pernyataan.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah merupakan kelompok subjek/objek yang memiliki
ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok
subjek/objek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi
dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004 : 44). Dari pengertian tersebut maka
40
populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh manajer mulai
dari top manager, middle manager, dan lower manager PT. Dharma Lautan
Utama lokasi Jl. Perak Timur 512A-8 Surabaya berjumlah 31 orang.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, yang mempunyai ciri dan
karakteristik yang sama dengan populasi tersebut (Sumarsono, 2004: 44).
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sampel, hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif
kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh
adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel
(Sugiyono, 2006: 96).
Berdasarkan teknik penentuan sampel tersebut, maka jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 31 Responden (Seluruh
manajer mulai dari top manager, middle manager, dan lower manager PT.
Dharma Lautan Utama, Surabaya)
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner
yang disebar pada 31 responden. (Seluruh manajer mulai dari top manager,