SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis
Program Studi Akuntansi
Diajukan Oleh :
ARIEF HIDAYATULLAH KHAMAINY 1013010184/FEB/EA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISINIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
ARIEF HIDAYATULLAH KHAMAINY 1013010184/FEB/EA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISINIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
(Studi Empiris Pada Auditor di KAP Wilayah Surabaya Timur)
Disusun Oleh :
Arief Hidayatullah Khamainy 1013010184/FEB/EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal : 28 Februari 2014
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Drs. Ec. Munari, MM. Drs. Ec. Munari, MM
Sekretaris
Drs. Ec. Eko Riyadi, M.Aks
Anggota
Dra. Ec. Sari Andayani, M.Aks
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Alhamdulillahirabbil’alamin dengan mengucapkan puji syukur kehadirat
Allah SWT, dimana atas berkat rahmat, karunia, dan hidayah, serta inayahnya penulis
dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul yaitu “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Kompetensi, dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Empiris Pada Auditor di KAP Wilayah Surabaya
Timur”. Skripsi ini disusun bertujuan untuk memenuhi salah satu Persyaratan yang
harus ditempuh untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional
”Veteran” Jawa Timur.
Pembuatan Skripsi ini merupakan suatu kebutuhan kita bersama dalam
menggali ilmu dan pengetahuan. Berbagai upaya telah penulis lakukan untuk
mendapatkan hal-hal penting dalam pembuatan Skripsi ini, penulis berharap
pembuatan Skripsi ini dapat berguna pagi pembaca dan agar bermanfaat bagi kita
semua, maka dari itu harapan penulis hanya satu semoga hasil penyelesaian dapat
digunakan untuk keperluan Pendidikan.
Dalam menyusun Skripsi ini, penulis telah mendapat bantuan dari berbagai
pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, saran, serta dorongan moril baik
Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Dr. Hero Priono, SE., M.Si., Ak. CA., Selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasioanl “Veteran” Jawa Timur.
4. Drs. Ec. Munari, MM. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
masukan, nasihat, pengetahuan kepada penulis dalam penulisan Skripsi ini.
5. Dr. Gideon Setyo Budi Witjaksono, M.Si, Rina Moestika Setyaningrum, SE.,
MM., Drs. Ec. Eko Riadi, M.Aks, Dra. Ec. Sari Andayani, M.Aks., yang telah
banyak memberikan masukan kepada penulis dalam proses penulisan Skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. H. Abd. Hamid dan Hj. Fathonah yang telah memberikan seluruh kasih
sayangnya kepada penulis, sehingga selalu memotivasi penulis untuk menjadi
pribadi yang lebih baik. Terima kasih Abah, terima kasih Umi.
8. Fatimatuz Zahroh, Thoyyibatul Jannah, S.Pdi., Abu Sufyan, S.Pdi., Mahrus Ali,
SH., MH., Cacak, Abang, Mas, Mbak, dan Dedek.
9. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi semangat, menemani, membantu dan
mendukung, yaitu Mbanda, Emmak “Esti”, Jinjoo, Dilla, Gosong, Rita, Avie,
11.Serta bantuan dan dukungan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis menghargai segala bentuk kritik dan saran yang bersifat
membangun karena hal itu sangat membantu dalam penyempurnaan Skripsi ini.
Surabaya, 28 Februari 2014
DAFTAR ISI ………. iv
DAFTAR TABEL ……… viii
DAFTAR GAMBAR ……… x
DAFTAR LAMPIRAN ……… xi
ABSTRAK ………. xii
BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………... 1
1.2. Rumusan Masalah ………... 6
1.3. Tujuan Penelitian ………... 7
1.4. Manfaat Penelitian ………... 7
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ……….. 9
2.1.1. Perberdaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Sebelumnya …………... 12
2.2. Landasan Teori ………... 14
2.2.1. Auditing ………. 14
2.2.1.1. Pengertian Auditing ………... 14
2.2.1.2. Standar Auditing ……… 15
2.2.1.7. Jenis Pendapat Auditor ………... 26
2.2.1.8. Perbedaan Akuntan Publik dan Auditor Independen ………. 28
2.2.2. Perbedaan Akuntansi dengan Auditing ……….. 29
2.2.3. Pengalaman Kerja ……….. 30
2.2.4. Independensi ……….. 31
2.2.5. Obyektifitas ……… 33
2.2.6. Integritas ………. 35
2.2.7. Kompetensi ……… 36
2.2.8. Akuntabilitas ……….. 38
2.2.9. Kualitas Hasil Audit ………... 39
2.2.10.Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit ……… 39
2.2.11.Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit ……… 40
2.2.12.Pengaruh Obyektifitas Terhadap Kualitas Audit ……….. 41
2.2.13.Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Audit ……….. 42
2.2.14.Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit ………. 42
2.2.15.Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit ……… 43
2.3. Kerangka Pikir ………... 44
3.2.1. Definisi Operasional ………... 48
3.2.2. Teknik Pengukuran Variabel ……….. 52
3.3. Teknik Penentuan Sampel ………. 53
3.3.1. Populasi ……….. 53
3.3.2. Sampel ……… 53
3.4. Teknik Pengumpulan Data ……… 55
3.4.1. Jenis dan Sumber Data ………... 55
3.4.2. Metode Pengumpulan Data ……… 56
3.5. Uji Kualitas Data ………... 56
3.5.1. Uji Validitas ………... 56
3.5.2. Uji Reliabilitas ………... 57
3.5.3. Uji Normalitas ……… 57
3.6. Asumsi Klasik ……… 58
3.7. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ………. 59
3.7.1. Teknik Analisis ……….. 59
3.7.2. Uji Hipotesis ………... 60
3.7.2.1. Uji Kesesuaian Model atau Uji F ………. 60
4.2.1. Uji Analisis Data ……….. 71
4.2.1.1. Uji Validitas ………... 71
4.2.1.2. Uji Reliabilitas ………... 76
4.2.1.3. Uji Normalitas ………... 77
4.2.2. Uji Asumsi Klasik ………... 78
4.2.3. Teknik Analisis Regresi Linier Berganda ……… 81
4.2.4. Uji Hipotesis ………. 83
4.2.4.1. Uji Kesesuaian Model atau Uji F ……….. 83
4.2.4.2. Uji Parsial atau Uji t ……….. 85
4.3. Pembahasan ………... 86
BAB V : PENUTUP 5.1. Kesimpulan ……… 89
5.2. Saran ……….. 90
5.3. Keterbatasan dan Implikasi ………... 91
5.3.1. Keterbatasan Penelitian ……… 91
5.3.2. Implikasi Penelitian ……….. 92
Oleh :
Arief Hidayatullah Khamainy
ABSTRAK
Pemakai laporan keuangan selalu melakukan pemeriksaan dan mencari informasi tentang kehandalan laporan keuangan perusahaan, cara yang umum dapat ditempuh adalah dilakukannya audit secara independen agar informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan lengkap, akurat, dan tidak bias. Tanpa menggunakan jasa auditor independen, manajemen perusahaan tidak dapat meyakinkan pihak luar bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen perusahaan berisi informasi yang dipercaya, sehingga mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas hasil audit yang dihasilkan. tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Kompetensi dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Hasil Audit pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Wilayah Surabaya Timur.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder untuk mengetahui jumlah KAP dan Auditor yang ada di Surabaya Timur yang diperoleh dari Directory Kantor Akuntan Publik serta data primer yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner. Responden penelitian ini adalah seluruh Auditor yang bekerja pada KAP wilayah Surabaya Timur yang berjumlah 85 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa secara parsial Pengalaman Kerja dan Akuntabilitas berpengaruh negatif terhadap Kualitas Hasil Audit, sedangkan Independensi, Obyektifitas, Integritas, dan Kompetensi berpengaruh positif terhadap Kualitas Hasil Audit.
1.1. Latar Belakang
Sehubungan dengan semakin berkembangnya perekenomian di
Indonesia maka semakin berkembangnya pula pertumbuhan perusahaan yang
go publik. Salah satu persyaratan untuk memperkuat keabsahan dari suatu
laporan keuangan perusahaan yang go publik yaitu harus mempunyai opini
dari akuntan publik yang telah melakukan pemeriksaan terhadap laporan
keuangan perusahaan tersebut. Namun, meskipun perusahaan tersebut tidak go
publik, audit dapat juga dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu. Menurut
Agoes (2012 : 2) Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan
perusahaan, karena akuntan publik sebagai pihak yang akhli dan independen
pada akhir pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan laporan arus kas.
Para pemakai laporan keuangan akan selalu melakukan pemeriksaan
dan mencari informasi tentang kehandalan laporan keuangan perusahaan. Cara
yang umum dapat ditempuh untuk mendapatkan informasi yang handal adalah
dengan mengharuskan dilakukan audit secara independen agar informasi yang
digunakan dalam pengambilan keputusan lengkap, akurat, dan tidak bias.
Tanpa menggunakan jasa auditor independen, manajemen perusahaan tidak
akan dapat meyakinkan pihak luar bahwa laporan keuangan yang disajikan
sudut pandang pihak luar, manajemen juga mempunyai kepentingan baik
kepentingan manajemen maupun kepentingan lainnya. Biasanya manajemen
akan meminta agar auditor memberikan jaminan kepada para pemakai bahwa
laporan keuangan bisa dihandalkan. (Ardini, 2010 : 329). Jaminan yang
diberikan kepada pemakai inilah merupakan suatu kepercayaan yang besar
kepada akuntan publik. Dengan adanya kepercayaan yang sangat besar kepada
akuntan publik inilah yang mengharuskan akuntan publik memperhatikan
kualitas hasil audit yang dihasilkan.
Menurut Knoers dan Haditono dalam Saripudin, dkk. (2012 : 7)
Pengalaman kerja merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun
non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa
sesorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Seorang akuntan
publik yang mempunyai pengalaman yang cukup lama dalam melakukan
pemeriksaan laporan keuangan tentunya mempunyai perlakuan yang berbeda
dalam masyarakat jika dibandingkan dengan akuntan publik yang baru terjun
dalam profesi ini, artinya semakin berpengalaman seorang auditor dalam
melakukan pemeriksaan keuangan maka seakin tinggi tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap kualitas hasil audit. Hal ini dibuktikan dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Saripudin dkk. (2012) yang menyatakan bahwa
pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap kualitas hasil
berpengalaman dalam profesinya justru semakin mudah untuk melakukan
kecurangan dan hal ini tentunya akan mempengaruhi kualitas hasil auditannya.
Kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik juga tengah mendapat
sorotan dari masyarakat setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan
akuntan publik baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Maraknya skandal
keuangan yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri telah memberikan
dampak besar terhadap kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik.
Profesi akuntan publik sebagai pihak ketiga yang independen seharusnya
memberikan jaminan atas relevansi dan keandalan sebuah laporan keuangan.
Skandal di dalam negeri terlihat dari adanya skandal yang terjadi pada tahun
2010 lalu antara Raden Motor dengan akuntan publik yang bernama Biasa
Sitepu yang mengaudit perusahaan tersebut, skandal ini terungkap setelah
terjadi kredit macet senilai Rp. 52 milyar pada Bank BRI Cabang Jambi. Biasa
Sitepu terlibat karena telah membuat opini palsu terhadap laporan keuangan
milik Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal dari Bank BRI
Cabang Jambi tersebut (dewiayupitaloka.wordpress.com). Selain itu terjadi
permasalahan auditor tidak mampu mendeteksi trik rekayasa laporan
keuangan, seperti yang terungkap juga pada skandal yang menimpa Enron,
Andersen, Xerox, WorldCom, Tyco, Global Crossing, Adelphia dan Walt
Disney (Sunarsi dalam Saripudin, dkk. 2012 : 5). Maka inti dari permasalahan
tersebut yaitu independensi auditor itu sendiri. Dengan adanya permasalahan
tersebut kemudian muncul sejauh mana tingkat independensi dan kompetensi
auditor tersebut berpengaruh terhadap kualitas hasil audit yang dikerjakan
oleh auditor itu sendiri. Kualitas audit ini sangat penting karena semakin
tinggi kulitas audit yang dimiliki oleh seorang auditor maka semakin tinggi
pula tingkat kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat terhadap akuntan
publik tersebut.
De Angelo dalam Saripudin dkk. (2012 : 5) mendefinisikan kualitas
audit sebagai kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan
menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi
kliennya.
Selain harus mempunyai sikap independensi, seorang auditor juga
dituntut untuk mempunyai sikap obyektifitas dan integritas. Menurut Sukriah
dkk. (2009 : 10) hubungan dengan klien dapat mempengaruhi obyektifitas dan
dapat mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa obyektifitas auditor
tidak dapat dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang
auditor jelas berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang
diterbitkan. Standar umum dalam Standar Audit APIP (Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah) menyatakan bahwa dengan prinsip obyektifitas
mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak
mengkompromikan kualitas. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat
obyektifitas auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Alim
dkk. dalam Sukriah (2009 : 10) menyatakan bahwa kualitas hasil audit dapat
dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dan hasil penelitiannya
sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit harus senantiasa meningkatkan
pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat maksimal
dalam praktiknya. Sunarto dalam Sukriah (2009 : 10) menyatakan bahwa
integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan
pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip. Dengan
integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil
pemeriksaannya. menurut Kurnia dan Suhayati (2010 : 52) auditor di dalam
menjalankan tugasnya harus dapat mempertahankan integritas dan
obyektifitas. Harus bebas dari masalah benturan kepentingan (conflict of
interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material
misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada
pihak lain. Dengan mempertahankan integritas auditor akan bertindak jujur,
dan tegas dengan mempertahankan obyektfitasnya, auditor akan bertindak
adil, tidak memihak dalam melaksanakan pekerjaannya tanpa dipengaruhi
tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadi.
Terkait dengan banyak topik yang dilakukan oleh beberapa peneliti
sebelumnya, penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sukriah dkk.
(2009) serta penelitian dari Yulian dan Pamudji (2012). Namun, penelitian
kali ini menambahkan variabel Akuntabilitas untuk dianalisa pengaruhnya
terhadap peningkatan kualitas hasil pemeriksaan. Pada penelitian Sukriah,
pengalaman kerja, obyektifitas dan kompetensi berpengaruh positif terhadap
kualitas hasil pemeriksaan, untuk independensi dan integritas tidak
penelitian Yulian A. Harvita dan pamudji Sugeng menyatakan bahwa
pengalaman kerja dan independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap
kualitas hasil audit. Untuk variabel obyektifitas, integritas dan kompetensi
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
Berdasarkan hal terebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul
“Pengaruh pengalaman kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Kompetensi, dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Hasil Audit” untuk dijadikan sebagai bahan penelitian penulis.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,
maka rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah pengalaman kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas
hasil audit?
2. Apakah independensi mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas
hasil audit?
3. Apakah obyektifitas mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas hasil
audit?
4. Apakah integritas mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas hasil
audit?
5. Apakah kompetensi mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas hasil
6. Apakah akuntabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas
hasil audit?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui dan membuktikan secara
empiris pengaruh pengalaman kerja, independensi, obyektifitas, integritas,
kompetensi dan akuntabilitas terhadap kualitas hasil audit pada Auditor di
Kantor Akuntan Publik Wilayah Surabaya Timur.
1.4. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang dikemukakan,
manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)
Dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi KAP dalam
memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit.
2. Bagi Universitas
Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dengan
materi yang berhubungan dengan skripsi ini.
3. Bagi peneliti
Dapat dijadikan perbandingan antara teori-teori yang selama ini peneliti
dapatkan selama di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada sehingga
dapat diketahui masalah yang dihadapi KAP dan kesesuaian teori yang
4. Bagi Pihak Lain
Dapat dijadikan wacana dalam pemikiran dan penalaran untuk
merumuskan masalah baru dalam penelitian selanjutnya guna
memperluas pemahaman dan memperdalam pengetahuan di bidang
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang
dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait
dengan penelitian ini, telah dilakukan oleh :
1. Sukriah dkk. (2009)
Judul : Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas,
Integritas, dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil
Pemeriksaan.
Hipotesis : Diduga pengalaman kerja, independensi, obyektifitas,
integritas, dan kompetensi berpengaruh positif terhadap
kualitas hasil pemeriksaan.
Kesimpulan : Pengalaman kerja, obyektifitas dan kompetensi
berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
Sedangkan independensi dan integritas tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
2. Ardini (2010)
Judul : Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas, dan
Motivasi Terhadap Kualitas Hasil Audit.
Hipotesis : Kompetensi, independensi, dan akuntabilitas mempunyai
Kesimpulan : Variabel kompetensi, independensi, akuntabilitas, dan
motivasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap
kualitas audit adalah signifikan.
3. Salsabila dan Prayudiawan (2011)
Judul : Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan Audit dan Gender
Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor Internal (Studi
Empiris Pada Inspektorat Wilayah Provinsi DKI Jakarta).
Hipotesis : Secara parsial dan secara simultan diduga akuntabilitas,
pengalaman audit dan gender berpengaruh terhadap
kualitas hasil kerja auditor.
Kesimpulan : Akuntabilitas dan Pengetahuan Audit berpengaruh terhadap
kualitas hasil kerja auditor, sedangkan Gender tidak
mempengaruhi terhadap kualitas hasil kerja auditor. Namun
akuntabilitas, pengetahuan audit, dan gender secara
simultan berpengaruh siginifikan terhadap kualitas hasil
kerja auditor.
4. Setiawan (2012)
Judul : Pengaruh Keahlian Audit, Independensi dan Kompetensi
Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di
Surabaya.
Hipotesis : Diduga kehalian audit, independensi, dan kompetensi
berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan
Kesimpulan : Keahlian audit, independensi dan kompetensi berpengaruh
terhadap kualitas audit.
5. Saripudin dkk. (2012)
Judul : Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional
Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Survei
Terhadap KAP di Jambi dan Palembang).
Hipotesis : Diduga secara simultan maupun secara parsial
independensi, pengalaman, due professional care dan
akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit.
Kesimpulan : Secara simultan variabel independensi, pengalaman, due
professional care, dan akuntabilitas memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap kualitas hasil audit.
Sedangkan secara parsial variabel independensi,
pengalaman dan akuntabilitas auditor berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kualitas audit, namun due
professional care tidak berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit.
6. Yulian dan Pamudji (2012)
Judul : Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas,
Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit
(Studi Kasus Pada Auditor Inspektorat Kota/Kabupaten di
Hipotesis : Diduga pengalaman kerja, independensi, obyektifitas,
integritas, dan kompetensi berpengaruh positif terhadap
kualitas hasil pemeriksaan.
Kesimpulan : Pengalaman audit dan independensi tidak mempunyai
pengaruh terhadap kualitas hasil audit, sedangkan
obyektifitas, integritas dan kompetensi mempunyai
pengaruh terhadap kualitas hasil audit.
2.1.1. Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Sebelumnya
Adapaun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian
sebelumnya, dapat disajikan pada tabel 2.1, sebagai berikut :
Tabel 2.1 : Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang
No. Nama Judul Penelitian Variabel
1 Sukriah, dkk. (2009)
Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan.
Variabel Independen: Pengalaman Kerja ( ) Independensi ( ) Obyektifitas ( ) Integritas ( ) Kompetensi ( )
Variabel Dependen :
Kualitas Hasil Pemeriksaan (Y)
2 Ardini (2010) Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas, dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit.
Variabel Independen: Kompetensi ( ) Independensi ( ) Akuntabilitas ( ) Motivasi ( ) Variabel Dependen : Kualitas Hasil Audit (Y) 3 Salsabila dan
Prayudiawan (2011)
Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan Audit, dan
Gender Terhadap Kualitas
Hasil Kerja Auidtor Internal (Studi Empiris Pada
Indpektorat Wilayah Provinsi DKI Jakarta)
Variabel Independen: Akuntabilitas ( ) Pengetahuan Audit ( ) Gender ( )
Variabel Dependen :
4 Setiawan (2012)
Pengaruh Keahlian Audit, Independensi dan
Kompetensi Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya
Variabel Independen: Keahlian Audit ( ) Independensi ( ) Kompetensi ( ) Variabel Dependen : Kualitas Audit (Y) 5 Saripudin,
dkk. (2012)
Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due
Professional Care dan
Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Survei Terhadap Auditor KAP di Jambi dan Palembang)
Variabel Independen: Independensi ( ) Pengalaman ( )
Due Professional Care ( ) Akuntabilitas ( )
Variabel Dependen : Kualitas Audit (Y) 6 Yulian dan
Pamudji (2012)
Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Kasus Pada Auditor Inspektorat Kota/Kabupaten di Jawa Tengah)
Variabel Independen: Pengalaman Kerja ( ) Independensi ( ) Obyektifitas ( ) Integritas ( ) Kompetensi ( ) Variabel Dependen : Kualitas Hasil Audit (Y) 7 Arief
Hidayatullah Khamainy (2013)
Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Kompetensi dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Hasil Audit
Variabel Independen: Pengalaman Kerja ( ) Independensi ( ) Obyektifitas ( ) Integritas ( ) Kompetensi ( ) Akuntabilitas ( ) Variabel Dependen : Kualitas Hasil Audit (Y) Sumber : Penulis
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Auditing
2.2.1.1. Pengertian Auditing
Ditinjau dari sudut akuntan publik, auditing adalah suatu
pemeriksaan terhadap laporan keuangan suatu organisasi atau perusahaan
dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut telah
dan hasil usaha atau organisasi tersebut serta menggunakan standar yang
berlaku umum.
Menurut Agoes (2012 : 4) Auditing adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajeme, beserta
catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk
dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Sedangkan menurut Kurnia dan Suhayati (2010 : 1) Auditing adalah
suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara obyektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau
peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan
hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan
oleh orang yang kompeten dan independen.
Selanjutnya menurut Mulyadi (2002 : 9) Auditing secara umum
sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara obyektif mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan
kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian
antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan,
serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Berdasarkan dari beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa auditing adalah suatu proses pemeriksaan yang dilakukan secara
kritis dan sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
kriteria yang telah ditetapkan, dengan tujuan untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran informasi tersebut untuk disampaikan kepada
pihak yang berkepentingan.
2.2.1.2. Standar Auditing
Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik (IAI,
2011 : 150.1-150.2) terdiri atas sepuluh standar yang dikelompokkan
menjadi tiga kelompok besar, yaitu :
a. Standar Umum
1. Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan dan menentukan sifat, saat dan
lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
yang diaudit.
c. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
diisusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
standar akuntansi terebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan. Jika ada, dan
2.2.1.3. Standar Profesional Akuntan Publik
Ada lima macam standar profesional yang diterbitkan oleh Komite
Standar Profesional Akuntan Publik sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan
publik (Mulyadi 2002 : 35-36), yaitu :
a. Standar Auditing
Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan
historis. Standar auditing terdiri dari sepuluh standard an dirinci dalam
bentuk pernyataan standar auditing (PSA). Dengan demikina PSA
merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang
tercantum dalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan
pedoman-pedoman utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam
melaksanakan periktana audit. Kepatuhan terhadap pernyataan standar
auditing yang dikeluarkan oleh Dewan bersifat wajib (mandatory) bagi
anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan
publik. Termasuk di dalam pernyataan Standar Auditing adalah
interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA), yang merupakan
interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap
ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSA. Dengan demikian
IPSA memberikan jawaban atas pertanyaan atau keraguan dalam
penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga
merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA.
Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi IAI yang berpraktik sebagai
b. Standar Atestasi
Standar atestasi memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang
diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis maupun
tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam jasa non audit.
c. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka fungsi
nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan
review.
d. Standar Jasa Konsultasi
Standar jasa konsultasi memberikan panduan bagi akuntan publik di
dalam penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada
hakikatnya berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi
pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu
simpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi
tanggungjawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asserter). Dalam jasa
konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, simpulan, dan
rokumendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultasi ditentukanoleh
perjanjian antara praktisi dan kliennya.
e. Standar Pengendalian Mutu
Standar pengendalian mutu memberikan panduan bagi kantor akuntan
publik di dalam melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen
Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
2.2.1.4. Tahap-tahap Pelaksanaan Audit
Menurut Mulayadi (2002 : 121-123) tahap audit atas laporan
keuangan meliputi :
a. Penerimaan Perikatan Audit
Perikatan adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan
perjanjian. Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing
mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Dalam ikatan
perjanjian tersebut, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan
keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan
pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya.
Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa
pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit
dari calon klien atau untuk melanjutkan atau menghentikan perikatan
audit dari klien berulang.
b. Perencanaan Audit
Langkah berikutnya setelah perikatan audit diterima oleh auditor adalah
perencanaan audit. Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat
c. Pelaksanaan Pengujian Audit
Tahap ketiga pekerjaan audit adalah pelaksanaan pengujiana audit.
Tahap ini juga disebut dengan “pekerjaan lapangan”. Tujuan utama
pelaksaan pekerjaan lapangan ini adalah untuk memperoleh bukti audit
tentang efektivitas pengendalian intern klien dan kewajaran laporan
keuangan klien. Tahap pelaksaan dan pengujian audit ini mencakup
sebagian besar pekerjaan audit.
d. Pelaporan Audit
Tahap akhir pekerjaan audit atas laporan keuangan adalah pelaporan
audit. Pelaksaan tahap ini harus mengacu ke “standar pelaporan”. Ada
dua langkah penting yang dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan
audit ini : (1) menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil
pengujian dan menarik simpulan, (2) menerbitkan laporan audit.
2.2.1.5. Jenis dan Tipe Audit
Menurut Kurnia dan Suhayati (2010 : 4-13) jenis audit terdiri dari
tiga macam, yaitu :
a. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audits)
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan
keuangan telah disajikan wajar, sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.
Kriteria tertentu tersebut adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dimuat dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang ditetapkan oleh
merupakan informasi yang ada dalam laporan keuangan. Bukti audit
yang tersedia dapat berupa dokumen, catatan dan bahan bukti yang
berasal dari sumber-sumber diluar perusahaan. Hasil akhir dalam bentuk
opini auditor, yang dihasilkan oleh akuntan publik sebagai auditor
independen. Adapun pengguna laporan keuangan yang dihasilkan oleh
akuntan independen tersebut biasanya untuk pihak eksternal perusahaan,
seperti analisis keuangan, kreditor, supplier, investor, dan pemerintah.
b. Audit Operasional (Operatinal Audits)
Perkembangan bisnis membuat pemegang saham sudah tidak dapat
mengikuti semua kegiatan operasi perusahaanya sehari-hari, sehingga
mereka membutuhkan auditor manajemen yang profesional untuk
membantu mereka dalam mengendalikan operasional perusahaan.
c. Audit Kepatuhan (Compliance Audits)
Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah auditee telah
mengikuti kebijakan, prosedur, dan peraturan yang telah ditentukan
pihak yang otoritasnya lebih tinggi. Manajemen bertanggungjawab
untuk menjamin bahwa entitas yang dikelolanya mematuhi peraturan
perudang-undangan yang berlaku atas aktivitasnya. Tanggungjawab ini
mencakup pengidentifikasian peraturan yang berlaku dan penyusunan
pengendalian intern yang didesain untuk memberikan keyakinan
memadai bahwa entitas tersebut mematuhi peraturan.
Selanjutnya menurut Agoes (2012 : 10-13) jenis dan tipe audit
a. Ditinjau dari luasnya pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Umum (General Audit)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan
oleh KAP independen dengan tujuan untuk memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan,
pemeriksaan terseut harus dilakukan sesuai dengan Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) atau panduan audit entitas
bisnis kecil dan memperhatikan kode etik akuntan Indonesia, kode
etik profesi akuntan publik serta standar pengendalian mutu.
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee)
yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir
pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang
diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa,
karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.
b. Ditinjau dari jenis pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Manajemen (Operational Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan,
termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah
ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan
operasi terebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan
2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan
sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang
berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan
(manajemen, dewan komisaris) maupun pihak ekstenal
(Pemerintah, Bapepam LK, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal
Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan bisa dilakukan baik oleh KAP
maupun Bagian Internal Audit.
3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit
perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi
perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang
telah ditentukan. Pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor
biasanya lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang
dilakukan oleh KAP. Internal auditor biasanya tidak memberikan
opini terhadap kewajaran laporan keuangan, karena pihak-pihak di
luar perusahaan menganggap bahwa internal auditor, yang
merupakan orang dalam perusahaan, tidak independen.
4. Computer Audit
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data
akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing
a. Audit Around The Computer
Dalam hal ini auditor hanya memeriksa input dan output dari
EDP system tanpa melakukan tes terhadap proses dalam EDP
system tersebut.
b. Audit Trough The Computer
Selain memeriksa input dan output, auditor juga melakukan tes
proses EDP-nya. Pengetesan tersebut (merupakan compliance
test) dilakukan dengan menggunakan Generalized Audit
Software, ACL dll. dan memasukkan dummy data (data palsu)
untuk mengetahui apakah data tersebut diproses sesuai dengan
sistem yang seharusnya. Dummy data digunakan agar tidak
mengganggu data asli. Dalam hal ini KAP harus mempunyai
Computer Audit Specialist yang merupakan auditor
berpengalaman dengan tambahan keahlian di bidang computer
information system audit.
2.2.1.6. Jenis Auditor
Menurut Kurnia dan Suhayati (2010 : 13-15), jenis auditor dibedakan
menjadi tiga, yaitu :
a. Audit Independen (Akuntan Publik)
Auditor independen berasal dari Kantor Akuntan Publik (KAP),
bertanggungjawab atas audit laporan keuangan historis auditee-nya.
Independen dimaksudkan sebagai sikap mental auditor yang memiliki
memihak pada kepentingan manapun. Persyaratan profesional yang
dituntut dari auditor independen adalah seorang auditor yang memiliki
pendidikan dan pengalaman praktik sebagai auditor independen, dan
bukan termasuk orang yang terlatih dalam profesi dan jabatan lain
(auditor tidak dapat bertindak dalam kapasitas sebagai seorang penasihat
hukum meskipun auditor mengetahui hukum).
b. Auditor pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor yang berasal dari lembaga pemeriksa
pemerintah. Di Indonesia lembaga yang bertanggungjawab secara
fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan negara
adalah Badan Pemeriksa keuangan (BPK) sebagai lembaga pada tingkat
tertinggi, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan
Inspektorat Jenderal (Itjen) yang ada pada departemen-departemen
pemerintah.
c. Internal Auditor (Auditor Intern)
Auditor internal adalah pegawai dari suatu organisasi/perusahaan yang
bekerja di organisasi tersebut untuk melakuakn audit bagi kepentingan
manajemen perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan untuk
membantu manajemen organisasi untuk mengetahui kepatuhan para
pelaksana operasional organisasi terhadap kebijakan dan prosedur yang
2.2.1.7. Jenis Pendapat Auditor
Ada lima jenis pendapat akuntan yang diterbitkan oleh auditor
menurut Agoes (2012 : 75-77) sesuai dengan Standar Profesional Akuntan
Publik per 31 Maret 2011 (PSA 29 SA Seksi 508), yaitu :
a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Jika auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar
auditing yang ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), seperti
yang terdapat dalam standar profesional akuntan publik, dan telah
mengumpulkan bahan-bahan pembuktian (audit evidence) yang cukup
untuk mendukung opininya, serta tidak menemukan adanya kesalahan
material atas penyimpangan dari SAK/ETAP/IFRS, maka auditor dapat
memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Dengan pendapat wajar
tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas suatu entitas
sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS.
b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan yang
Ditambahkan dalam Laporan Audit Bentuk Baku (Unqualified Opinion
with Explanatory Langauage)
Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang
mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa
penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi
c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Kondisi tertentu mungkin memerlukan pendapat wajar dengan
pengecualian. Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas
sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS, kecuali untuk dampak hal yang
berkaitan dengan yang dikecualikan.
d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas
dan arus kas sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS. Pendapat ini dinyatakan
bila menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara
keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan
SAK/ETAP/IFRS. Apabila auditor menyatakan pendapat tidak wajar, ia
harus menjelaskan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat
dalam laporannya (a) semua alasan yang mendukung pendapattidak
wajar, dan (b) dampak utama hal yang menyebabkan pemberian
pendapat tidak wajar terhadap posisi keuangan, hasil usaha, perubahan
ekuitas dan arus kas, jika secara praktis untuk dilaksanakan. Jika dampak
tersebut tidak dapat ditentukan secara berlasan, laporan audit harus
e. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion)
Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor
tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor dapat tidak
menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat merumuskan atau
tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan
sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS. Jika auditor menyatakan tidak
meberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua alasan
substantif yang mendukung pernyataan tersebut.
2.2.1.8. Perbedaan Akuntan Publik dan Auditor Independen
Menurut Mulyadi (2002 : 52) Kantor Akuntan Publik (KAP)
merupakan tempat penyediaan jasa oleh profesi akuntan publik bagi
masyarakat. KAP menyediakan berbagai jasa bagi masyarakat berdasarkan
Standar Profesional Akuntan Publik. Berdasarkan standar tersebut, KAP dapat
menyediakan :
a. Jasa audit atas laporan keuangan historis,
b. Jasa atestasi atas laporan keuangan porspektif atau asersi yang
dicantumkan dalam laporan keuangan historis,
c. Jasa akuntansi dan review, dan
d. Jasa konsultasi (consulting services).
Karena akuntan yang bekerja di KAP dapat mengerjakan berbagai
penugasan dalam berbagai jenis jasa tersebut, maka perlu diadakan
pembedaan istilah : akuntan publik dan auditor independen. Akuntan publik
yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (Auditing, atestasi,
akuntansi dan review, dan jasa konsultasi). Auditor independen adalah
akuntan publik yang melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan
historis, yang menyediakan jasa audit atas dasar standar auditing yang
tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik.
2.2.2. Perbedaan Akuntansi dengan Auditing
Perbedaan akuntansi dengan auditing menurut Kurnia dan Suhayati
(2010 : 3-4) adalah sebagai berikut :
a. Akuntansi
Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, penggolongan, peringkasan,
pengukuran dari suatu transaksi ekonomi untuk dapat menghasilkan
informasi ekonomi yang berguna bagi pihak yang membutuhkan
informasi. Agar penyajian laporan keuangan tepat, seorang akuntan harus
memiliki pengetahuan yang baik mengenai kriteria dan aturan penyusunan
informasi akuntansi, harus pula dapat mengembangkan sistem yang dapat
menjamin semua peristiwa ekonomi yang terjadi dalam perusahaan dapat
tercatat pada waktu tepat dan biaya yang pantas.
b. Auditing
Pokok auditing adalah proses penentuan apakah informasi telah
mencerminkan dengan benar kejadian ekonomi pada periode akuntansi.
Kriteria pada proses ini adalah aturan-aturan akuntansi yaitu prinsip
aturan-aturan tersebut dengan baik. Selain itu juga auditor harus mampu
mengumpulkan dan menafsirkan bahan bukti.
Tabel 2.2 : Perbedaan Akuntansi dan Auditor
Akuntansi Auditing
Metode Mengidentifikasi,
mengukur, mencatat, meng-klasifikasikan, & mengikhtisarkan peristiwa & transaksi ekonomi
Mengumpulkan & mengevaluasi bukti
mengenai informasi dalam laporan keuangan serta verifikasi kewajaran penyajiannya.
Tujuan Mengkomunikasikan
informasi keuangan yang relevan & reliable untuk pengambilan keputusan.
Meningkatkan kredibilitas laporan keuangan yang dibuat manajemen.
Kriteria Standar Akuntansi
keuangan
Standar Auditing
Hasil Laporan Keuangan Laporan Auditor (Opini)
Tanggungjawab Manajemen
bertanggungjawab atas laporan keuangan yang dibuat.
Auditor bertanggungjawab atas pernyataan pendapat yang diberikan.
Sumber : Auditing, Kurnia rahayu dan Suhayati, 2010.
2.2.3. Pengalaman Kerja
Marinus dkk. dalam Sukriah dkk. (2009 : 6) menyatakan bahwa
secara spesifik pengalaman kerja dapat diukur dengan rentang waktu yang
telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job). Purnamasari dalam
Sukriah (2009: 6) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang
memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam
beberapa hal diantaranya :
a. Mendeteksi kesalahan,
b. Memahami kessalahan, dan
Menurut Knoers dan Hadianto dalam Saripudin dkk. (2012 : 7)
pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun
non formal atau juga bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa
seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lenih tinggi.
Berdasarkan dari beberapa pengertian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa pengalaman kerja adalah suatu kemampuan yang dimiliki
oleh seseorang yang dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan
terhadap suatu pekerjaan dan tugas yang didapat, sebagi suatu proses yang
akan membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.
2.2.4. Independensi
Menurut Mulyadi (2002 : 26 – 27) Independensi berarti sikap mental
yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung
pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor
dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak
memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya. Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian
dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur yang harus dimiliki oleh setiap
auditor. Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau independen dari
pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang diauditnya. Disamping itu,
auditor tidak hanya berkewajiban mempertahankan sikap mental independen,
tetapi ia harus menghindari keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan
harus benar-benar independen, ia masih juga harus menimbulkan persepsi di
kalangan masyarakat bahwa ia benar-benar independen. Sikap mental
independen auditor menurut persepsi masyarakat inilah yang tidak mudah
pemerolehannya.
Dalam kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam
mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang sering kali
menggangu sikap mental independen auditor adalah sebagai berikut (Mulyadi,
2002 : 27) :
a. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor
dibayar oleh kliennya atas jasanya tersebut.
b. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan untuk
memuaskan keinginan kliennya.
c. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan
lepasnya klien.
Menurut Ardini (2010 : 332) sikap Independensi auditor dapat
disimpulkan : 1) Independensi merupakan syarat penting bagi auditor dalam
melaksanakan prosedur audit yang bertujuan untuk menilai kewajaran laporan
keuangan, 2) Akuntan publik dipercaya oleh pemakai laporan keuangan
sebagai pihak independen untuk memberikan jaminan memadai mengenai
asersi manajemen, 3) Independensi merupakan faktor yang mempengaruhi
Menurut Setiawan (2012 : 24) Independensi adalah merupakan suatu
sikap auditor yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan
tidak tergantung pada orang lain.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Independensi adalah sebuah sikap mental profesional yang
bebas dari pengaruh untuk tetap menjalankan tugas atau pekerjaannya sesuai
dengan peraturan dan etika profesionalnya.
2.2.5. Obyektifitas
Pusdiklatwas BPKP dalam Sukriah dkk. (2009 : 7), menyatakan
obyektifitas sebagai bebasnya seesorang dari pengaruh pendangan subyektif
pihak-pihak lain yang berkepentingan, sehingga dapat mengemukakan
pendapat menurut apa adanya. Unsur perilaku yang dapat menujukkan
obyektifitas antara lain :
a. Dapat diandalkan dan dipercaya,
b. Tidak merangkap sebagai panitia tender, kepanitiaan lain dan atau
pekerjaan-pekerjaan lain yang merupakan tugas operasional obyek yang
diperiksa,
c. Tidak berangkat tugas dengan niat untuk mencari-cari kesalahan orang
lain,
d. Dapat mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
resmi, serta
e. Dalam bertindak maupun mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran
Obyektifitas menurut Mulyadi (2002 : 57) adalah suatu kualitas yang
memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektifitas
mengaruskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur serta intelektual,
tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
berada di bawah pengaruh pihak lain. Dalam menghadapi situasi dan praktik
yang secara spesifik berhubungan dengan aturan dan etika sehubungan
dengan obyektifitas, pertimbangan yang cukup harus diberikan terhadap faktor
berikut :
a. Adakalanya anggota dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan
mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan
inidapat mengganggu obyektifitasnya.
b. Adakalanya tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua
situasi dimana tekanan-tekanan mungkin terjadi. Ukuran kewajaran
(reasonableness) harus digunakan dalam menentukan standar untuk
mengidentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat merusak
obyektifitas anggota.
c. Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh
lainnya untuk melanggar obyektiftas harus dihindari.
d. Anggota memiliki kewajaran untuk memastikan bahwa orang-orang yang
terlibat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip obyektfitas.
e. Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau
entertainment yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Anggota harus menghindari
situasi-situasi yang dapat membuat posisi profesional mereka ternoda.
Dapat disimpulkan bahwa obyektifitas merupakan sebuah sikap
dimana seseorang tidak akan melakukan sebuah penilaian terhadap
pihak-pihak tertentu yang meyebabkan seseorang akan mengurangi sikap
profesionalnya terhadap tindakan yang dilakukan dan dituntut untuk bertindak
adil, tidak memihak, jujur serta intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta
bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.
2.2.6. Integritas
Menurut Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia dalam
Mulyadi (2002 : 56) Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari
timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang
mendasari kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi
anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Integritas
mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur, dan berterus terang tanpa
harus mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik
tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima
kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi
tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik
dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji keputusannya. Integritas
mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani,
diperlukan untuk memabangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi
pengambilan keputusan yang andal. (Pusdiklatwas BPKP dalam Sukriah dkk.
2009 : 7).
2.2.7. Kompetensi
Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia dalam Mulyadi (2002
: 58) menyatakan bahwa :
a. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota
seyogyanya tidak menggambarkan dirinya memiliki keandalan atau
pengalaman yang tidak mereka punyai. Dalam semua penugasan dan
dalam semua tanggungjawabnya, setiap anggota harus melakukan upaya
untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa
kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme tinggi
seperti disyaratkan oleh Prinsip Etika. Kompetensi profesional dapat
dibagi menjadi dua fase yang terpisah :
1) Pencapaian kompetensi profesional. Pencapaian kompetensi
profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang
tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional
dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini
menjadi pola pengembangan yang normal untuk anggota.
2) Pemeliharaan kompetensi profesional.
Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk
belajar dan melakukan peningkatan profesional secara
Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran
untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, termasuk
diantaranya pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing dan
peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang
relevan.
Anggota harus menetapkan suatu program yang dirancang untuk
memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa
profesional yang konsisiten dengan standar nasional dan
internasional.
b. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu
tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang
anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan.
Dalam penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau
perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien
kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggungjawab
untuk menentukan kompetensi masing-masing atau menilai apakah
pendidikan, pengalaman dan pertimbangan yang diperlukan memadai
untuk tanggungjawab yang harus dipenuhinya.
Adapun Suraida dalam Setiawan (2012 : 27) menyatakan,
kompetensi adalah keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai
hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam
pelatihan, seminar, symposium dan lain-lain seperti :
b. Dalam negeri (Indonesia) USAP (Ujian Sertifikat Akuntan Publik)
c. PBB (Pendidikan Profesi Berkelanjutan)
d. Pelatihan-pelatihan intern dan ekstern
e. Keiuktsertaan dalam seminar, simposium dan lain-lain
Semakin banyak sertfikat yang dimiliki dan semakin sering
mengikuti pelatihan seminar/simposium diharapkan auditor yang
bersangkutan akan semakin cakap dalam melaksanakan tugasnya.
2.2.8. Akuntabilitas
Menurut Ardini (2010 : 333) Akuntabilitas merupakan dorongan
psiologis sosial yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan kewajibannya
yang akan dipertanggungjawabkan kepada lingkungannya. Dalam
melaksanakan tanggungjawabnya sebagai profesional setiap auditor harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya.
Menurut Tetclock dalam Saripudin dkk. (2012 : 8) menyatakan
bahwa Akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat
seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan
yang diambil kepada lingkungannya.
Berdasarkan dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa akuntanbilitas adalah sebuah dorongan psikologi sosial yang dimiliki
sesorang untuk mempertanggungjawabkan semua tindakannya kepada
2.2.9. Kualitas Hasil Audit
De Angelo dalam Saripudin (2012 : 8) mengemukakan bahwa
kualitas hasil audit adalah sebagai kemungkinan (probability) dimana seorang
auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam
sistem akuntansi kliennya. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar akan
berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan
dengan KAP yang kecil.
2.2.10.Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit
Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan
Publik bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup
dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi
teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya. Arens
dalam Sukriah dkk. (2009 : 8).
Seorang auditor yang telah mempunyai banyak pengalaman dalam
melakukan pemeriksaannya pastinya mempunyai keterampilan yang berbeda
jika dibandingkan dengan auditor yang baru terjun dalam dunia pemeriksaan.
Berbagai jenis perusahaan, tipe perusahaan dan beberapa hal yang
membedakan antara perusahaan atau organisasi yang satu dengan yang lain
pastinya akan memberikan pengetahuan baru bagi auditor dan hal ini terkait
dengan seberapa lama pengalaman kerja auditor terrsebut dalam melakukan
pemeriksaan. Menurut Christiawan dalam Sukriah dkk. (2009 : 8) pengalaman
akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit
diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang
akuntansi dan auditing.
Hasil penelitian Saripudin dkk. (2012) menunjukkan bahwa
pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman seorang auditor dalam
melakukan pemeriksaan maka semakin meningkatkan kualitas hasil
pemeriksaannya.
2.2.11.Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit
Akuntan publik tidak dapat memberikan opini yang obyektif jika ia
tidak independen. Meskipun auditor memiliki kemampuan teknis yang cukup,
masyarakat tidak akan percaya jika mereka tidak independen. Oleh karena itu
cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas
diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika auditor kehilangan
independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada. Dapat disimpulkan bahwa seorang akuntan publik harus
selalu mempertahankan sikap mental independennya dalam setiap
melaksanakan audit, dengan pelaksanaan audit yang sesuai dengan standar
auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia maka akuntan publik
dapat memberikan kualitas audit yang dapat dipercaya sesuai dengan harapan
para pemakai laporan keuangan. (Setiawan, 2012 : 32-33).
Kepercayaan masyarkat umum atas independensi sikap auditor
independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik.
independensi sikap auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan
masyarakat juga menurun disebabkan oleh keadaan yang oleh mereka yang
berpikiran sehat (reasonable) dianggap dapat mempengaruhi sikap independen
tersebut (SA Seksi 220 dalam SPAP 2001). Hal ini diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Saripudin dkk. (2012) dan penelitian Ardini
(2010) yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap
kualitas hasil audit.
2.2.12.Pengaruh Obyektifitas Terhadap Kualitas Audit
Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi obyektifitas
dan dapat mmengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa obyektifitas
auditor tidak dapat dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan,
seorang auditor jelas berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang
diterbitkan. Standar umum dalam standar audit Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) menyatakan bahwa dengan prinsip obyektifitas
mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak
mengkompromosikan kualitas. (Sukriah dkk., 2009 : 10).
Penelitian yang dilakukan oleh Sukriah (2009), Yulian dan Pamudji
(2012), semuanya menyatakan bahwa obyektifitas berpengaruh positif
terhadap kualitas hasil audit, bahkan dari kedua penelitian tersebut tingakt
obyektifitas auditor merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap
kualitas hasil audit dari pada variabel yang lain. Dengan kata lain, semakin
tinggi tingkat obyektifitas auditor maka semakin baik kualitas hasil
2.2.13.Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Audit
Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik
dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya.
Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan,
berani, bijaksana dan bertanggungjawab dalam melaksanakan audit. Yulian
dan Pamudji (2012 : 4). Dengan mempunyai sikap integritas yang tinggi
auditor diharapkan akan memperoleh kepercayaan yang tinggi dari masyarakat
terkait dengan hasil pemeriksaannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Yulian dan Pamudji (2012)
menunjukkan bahwa sikap integritas seorang auditor mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kualitas hasil audit. Hal ini menunjukkan bahwa
auditor akan selalu menjaga sikap integritas yang dimilikinya untuk tetap
memperoleh kepercayaan di hati masyarakat atas laporan pemeriksaannya.
2.2.14.Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit
Kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang
pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior.
Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motifasi, sistem nilai, sikap, pengeta