23
Universitas Kristen Petra
4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
4.1 Gambaran Umum
Dapat dilihat pada Tabel 4.1 jumlah data laporan tahunan yang digunakan adalah 396 data pengamatan.
Tabel 4.1 Data Penelitian Total perusahaan yang terdaftar di BEI pada subsektor keuangan dan investasi
94 perusahaan
Perusahaan yang baru IPO setelah tahun 2008 - 2013
26 perusahaan
Laporan tahunan tidak lengkap 2 perusahaan
Total sampel perusahaan yang digunakan 66 perusahaan Pembagian sampel perusahaan non ESOP 56 perusahaan Pembagian sampel perusahaan ESOP 10 perusahaan
Jumlah tahun pengamatan 6 tahun
Jumlah data laporan tahunan yang digunakan 396 data pengamatan
Adapun daftar sampel perusahaan ESOP dan non ESOP yang digunakan dalam pengamatan adalah berjumlah 66 perusahaan yang dapat dilihat pada tabel 4.2. Perusahaan ESOP terdiri dari 10 perusahaan, sementara perusahaan non ESOP terdiri dari 56 perusahaan.
Tabel 4.2. Daftar Sampel Perusahaan
No Nama Perusahaan Kode
BEI ESOP
1 Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk AGRO Non ESOP
2 Bank ICB Bumi Putra Tbk BABP Non ESOP
3 Bank Capital Indonesia Tbk BACA Non ESOP
4 Bank Central Asia Tbk BBCA Non ESOP
24
Universitas Kristen Petra
No Nama Perusahaan Kode
BEI ESOP
5 Bank Bukopin Tbk BBKP ESOP
6 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI Non ESOP 7 Bank Nusantara Parahyangan Tbk BBNP Non ESOP 8 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI ESOP
9 Bank Mutiara Tbk BCIC Non ESOP
10 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN ESOP
11 Bank Pundi Indonesia TBk BEKS Non ESOP
12 Bank Kesawan Tbk BKSW Non ESOP
13 Bank Mandiri (persero) Tbk BMRI ESOP
14 Bank Bumi Arta Tbk BNBA Non ESOP
15 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA ESOP
16 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII Non ESOP
17 Bank Permata Tbk BNLI Non ESOP
18 Bank Swadesi Tbk BSWD Non ESOP
19 Bank Victoria Internasional Tbk BVIC Non ESOP 20 Bank Artha Graha International Tbk INPC Non ESOP 21 Bank Mayapada International Tbk MAYA Non ESOP 22 Bank Windu Kentjana Internasional Tbk MCOR Non ESOP
23 Bank Mega Tbk MEGA Non ESOP
24 Bank NISP OCBC Tbk NISP Non ESOP
25 Bank Pan Indonesia Tbk PNBN Non ESOP
26 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk SDRA ESOP 27 Adira Dinamika Multi Finance Tbk ADMF Non ESOP
28 Buana Finance Tbk BBLD Non ESOP
29 BFI Finance Indonesia Tbk BFIN ESOP
30 Clipan Finance Indonesia Tbk CFIN Non ESOP
31 Danasupra Erapasific Tbk DEFI Non ESOP
32 Mandala Multifinance Tbk MFIN Non ESOP
33 Trust Finance Indonesia Tbk TRUS Non ESOP
25
Universitas Kristen Petra
No Nama Perusahaan Kode
BEI ESOP
34 Wahana Ottomitra Multiartha Tbk WOMF Non ESOP
35 Majapahit Securities Tbk AKSI Non ESOP
36 HD Capital Tbk HADE Non ESOP
37 Kresna Graha Sekurindo Tbk KREN Non ESOP
38 Onix Capital Tbk OCAP Non ESOP
39 Panin Sekuritas Tbk PANS Non ESOP
40 Panca Global Securities Tbk PEGE Non ESOP
41 Reliance Securities Tbk RELI Non ESOP
42 Trimegah Securities Tbk TRIM Non ESOP
43 Yulie Sekurindo Tbk YULE Non ESOP
44 Asuransi Bina Dana Arta Tbk ABDA Non ESOP 45 Asuransi Harta Aman Pratama Tbk AHAP Non ESOP 46 Asuransi Multi Artha Guna Tbk AMAG Non ESOP
47 Asuransi Bintang Tbk ASBI Non ESOP
48 Asuransi Dayin Mitra Tbk ASDM Non ESOP
49 Asuransi Jaya Tania Tbk ASJT Non ESOP
50 Asuransi Ramayana Tbk ASRM Non ESOP
51 Lippo General Insurance Tbk LPGI Non ESOP 52 Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk MREI Non ESOP
53 Panin Insurance Tbk PNIN Non ESOP
54 Pasific Strategic Financial Tbk APIC Non ESOP
55 Arthavest Tbk ARTA Non ESOP
56 Bhakti Capital Indonesia Tbk BCAP ESOP
57 Equity Development Investment Tbk GSMF Non ESOP
58 Lippo Securities Tbk LPPS Non ESOP
59 Capitalinc Investment Tbk MTFN Non ESOP
60 Panin Financial Tbk PNLF Non ESOP
61 Sinar Mas Multiartha Tbk SMMA Non ESOP
62 Bhakti Investama Tbk BHIT ESOP
26
Universitas Kristen Petra
No Nama Perusahaan Kode
BEI ESOP
63 Global Mediacom Tbk BMTR ESOP
64 Bakrie and Brothers Tbk BNBR Non ESOP
65 Multipolar Tbk MLPL Non ESOP
66 Pool Advista Indonesia Tbk POOL Non ESOP
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1. Hasil Statistik Deskriptif
Berikut ini akan dijelaskan tentang deskripsi dari data penelitian yang meliputi deskripsi frekuensi ESOP, serta deskripsi nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi data pada variabel HCE, ATO, dan ROA (Return on Asset), dari perusahaan subsektor keuangan dan perusahaan investasi pada periode 2008-2013 yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI).
1) Hasil Stastitik Deskriptif Frekuensi
Tabel 4.3 Distribusi Variabel ESOP Kode Frekuensi Persentase
Non ESOP 336 84.8
ESOP 60 15.2
Total 396 100.0
Variabel dengan data kategori tidak perlu deskripsi statistik seperti Mean, Standar Deviasi dan lainnya (Santoso, 2014). Oleh karena variabel ESOP merupakan data kategori, maka tidak diperlukan deskripsi statistik seperti Mean, Standar Deviasi atau lainnya. Maka, dilakukan deskripsi frekuensi. Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 396 data yang diteliti pada 66 perusahaan subsektor keuangan dan perusahaan investasi pada periode 2008-2013 yang
27
Universitas Kristen Petra
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI), 336 data yang diteliti (84.8%) merupakan perusahaan yang Non ESOP, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 60 data adalah perusahaan yang ESOP. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perusahaan keuangan dan perusahaan investasi yang menjadi sampel penelitian merupakan perusahaan yang Non ESOP.
2) Hasil Statistik Deskriptif
Tabel 4.4 Deskripsi Variabel
Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
HCE -17.67 13.89 2.6512 2.28911
ATO -0.35 1.15 0.1981 0.21613
ROA -1.30 0.41 0.0220 0.11289
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas, nilai rata-rata variabel HCE dari perusahaan pada periode 2008-2013 adalah sebesar 2.28911, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata Human Capital Efficiency pada perusahaan subsektor keuangan dan investasi yang menjadi sampel penelitian yaitu sebesar 2.28911. Perusahaan dengan nilai HCE terendah dialami oleh HADE (HD Capital Tbk) tahun 2008 yaitu sebesar -17.67, sedangkan nilai HCE tertinggi dialami oleh PNIN (Panin Insurance Tbk) tahun 2009 yaitu sebesar 13.89. Standar deviasi pada variabel HCE yaitu sebesar 2.28911, dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai rata-rata.
Hal ini menunjukkan bahwa Human Capital Efficiency pada perusahaan keuangan dan investasi yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki keragaman data yang kecil.
Berdasarkan Tabel 4.4 nilai rata-rata variabel ATO dari perusahaan pada periode 2008-2013 adalah sebesar 0.1981, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata rasio penjualan dengan total asset dari perusahaan subsektor keuangan dan investasi yang menjadi sampel penelitian yaitu sebesar 0.1981. Perusahaan dengan nilai ATO terendah dialami oleh AKSI (Majapahit Securities Tbk) tahun
28
Universitas Kristen Petra
2011 yaitu sebesar -0.35, sedangkan nilai ATO tertinggi dialami oleh ASJT (Asuransi Jaya Tania Tbk) tahun 2013 yaitu sebesar 1.15. Standar deviasi pada variabel ATO yaitu sebesar 0.21613, dimana nilai tersebut lebih tinggi dari nilai rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa data ATO pada perusahaan keuangan dan investasi yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki keragaman data yang tinggi.
Berdasarkan Tabel 4.4 nilai rata-rata variabel ROA dari perusahaan pada periode 2008-2013 adalah sebesar 0.0220, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata rasio profitabilitas (ROA) dari perusahaan subsektor keuangan dan investasi yang menjadi sampel penelitian yaitu sebesar 0.0220. Perusahaan dengan nilai ROA terendah dialami oleh BCIC (Bank Mutiara Tbk) tahun 2008 yaitu sebesar -1.30, sedangkan nilai ROA tertinggi dialami oleh MLPL (Multipolar Tbk) tahun 2010 yaitu sebesar 0.41. Standar deviasi pada variabel ROA yaitu sebesar 0.11189, dimana nilai tersebut lebih tinggi dari nilai rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa data profitabilitas (ROA) perusahaan dalam penelitian ini memiliki keragaman data yang tinggi.
4.2.2. Pengujian Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah residual model regresi terdistribusi normal atau tidak (Santoso, 2014). Syarat untuk melakukan analisis parametrik adalah data harus terdistribusi normal (Priyatno, 2013). Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov. Jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov yang dihasilkan nilainya di atas 0.05 (α=5%), maka dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas residual model telah terpenuhi.
Pengujian normalitas pada data awal yaitu dengan data penelitian sebanyak 396 data, Signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov Asymp Sig (2- tailed) adalah 0.000, sehingga dihasilkan kesimpulan bahwa asumsi normalitas residual tidak terpenuhi. Ruvendi (2005) mendeteksi data casewise diagnostic dengan syarat data berada pada distribusi normal dimana standar residualnya berkisar
29
Universitas Kristen Petra
pada: -1.96<Std.Residual<1.96 dimana dalam penelitiannya casewise diagnostic dilakukan sebanyak 9 kali. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, dilakukan pendeteksian data yang merupakan outlier 2 melalui casewise diagnostic sebanyak 10 kali dimana data yang terdeteksi akan direduksi. Setelah itu, mereduksi data HCE yang negatif sebanyak 2 data. Total data penelitian yang direduksi pada penelitian ini adalah 180 data, sehingga untuk analisis selanjutnya data yang digunakan adalah 216 data.
Setelah direduksi, uji deskriptif frekuensi 216 data untuk variabel ESOP dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Variabel ESOP N=216 Kode Frekuensi Persentase
Non ESOP 176 81.5
ESOP 40 18.5
Total 216 100.0
Berdasarkan Tabel 4.5 tersebut, maka dapat dilihat bahwa jumlah data Non ESOP yang selanjutnya diteliti berjumlah 176 data, sementara data ESOP yang selanjutnya diteliti berjumlah 40 data. Dengan total data adalah 216 data. Uji deskriptif 216 data untuk variabel HCE, ATO dan ROA dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Deskripsi Variabel N=216
Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
HCE 0.34 13.89 2.8046 1.84828
ATO 0.00 0.92 0.1484 0.17912
ROA -0.01 0.09 0.0222 0.01851
30
Universitas Kristen Petra
Berikut ini disajikan tabel hasil uji normalitas dengan menggunakan data data final setelah outlier data direduksi:
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas
Regresi
Signifikansi Uji Kolmogorov-Smirnov
Asymp Sig (2-tailed)
Normalitas
ROA 0.789 Normal
Berdasarkan Tabel 4.7. di atas dapat diketahui bahwa hasil uji Kolmogorov-Smirnov setelah data outlier direduksi menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang dihasilkan sebesar 0.789. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas residual model telah terpenuhi.
4.2.3. Pengujian Asumsi Klasik 1) Uji Autokorelasi
Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi autokorelasi (Santoso, 2014). Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi pada model regresi, digunakan uji Durbin Watson. Apabila nilai Durbin Watson berada di antara rentang -2 sampai dengan +2, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi (Santoso, 2014).
Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi
Regresi Durbin Watson Autokorelasi
ROA 1.287 Tidak Terjadi Autokorelasi
Nilai Durbin Watson yang dihasilkan pada model regresi dapat dilihat pada Tabel 4.8 diatas, yaitu sebesar 1.287 dimana nilai tersebut berada di antara nilai -2 sampai dengan +2. Dari hasil ini maka disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi autokorelasi telah terpenuhi.
31
Universitas Kristen Petra
2) Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas menunjukkan adanya hubungan antara variabel independen dalam model regresi, dimana model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinieritas (Santoso, 2014). Pendeteksian ada atau tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan VIF. Apabila nilai tolerance > 0.10 dan nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinieritas dalam model regresi. Berikut adalah hasil uji multikolinieritas:
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF Multikolinearitas
HCE 0.994 1.006 Tidak Terjadi Multikolinearitas ESOP 0.981 1.019 Tidak Terjadi Multikolinearitas ATO 0.985 1.015 Tidak Terjadi Multikolinearitas
Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa nilai tolerance ketiga variabel bebas di atas angka 0.10, demikian pula nilai VIF semuanya di bawah angka 10, sehingga disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas dalam model regresi. Dengan demikian asumsi tidak terjadi multikolinieritas telah terpenuhi.
3) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menunjukkan adanya ketidaksamaan varians dari residual atas suatu pengamatan ke pengamatan yang lain, dimana model regresi yang baik tidak menunjukkan adanya heteroskedastisitas (Santoso, 2014).
Pendeteksian ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser.
Jika signifikansi pengaruh dari variabel independen terhadap absolut residual lebih besar dari 0.05 (α=5%), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Berikut hasil uji Glejser selengkapnya:
32
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.10 Hasil Uji Glejser
Variabel Signifikansi t Heteroskedastisitas
HCE 0.392 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas ESOP 0.091 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas ATO 0.207 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa nillai signifikansi yang dihasilkan masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0.05 (α=5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
4.2.4. Pengujian Regresi Linier Berganda
Berikut ini disajikan tabel hasil analisis regresi antara ESOP, HCE dan ATO terhadap ROA pada perusahaan keuangan dan perusahaan investasi periode 2009-2013 yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI):
Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi
Model Koefisien Beta t hitung Signifikansi
Konstanta -0.005 -6.972 0.000
ESOP 0.003 0.070 3.717 0.000
HCE 0.005 0.479 25.499 0.000
ATO 0.088 0.854 45.223 0.000
F hitung = 878.842
Sig. F = 0.000
Variabel dependen : ROA
33
Universitas Kristen Petra
Berdasarkan Tabel 4.11 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : ROA = -0.005 + 0.003 ESOP + 0.005 HCE + 0.088 ATO (4.1) Dari persamaan regresi 4.1 diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Nilai konstanta o merupakan nilai prediksi variabel dependen jika nilai variabel independen sama dengan nol, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa jika ESOP, HCE dan ATO bernilai nol atau tidak memberikan pengaruh, maka nilai prediksi untuk ROA perusahaan yaitu sebesar -0.005.
Nilai koefisien 1 menunjukkan perubahan di variabel dependen jika variabel independen ESOP berubah satu satuan, dengan kata lain jika ESOP berubah sebesar satu satuan, maka nilai ROA akan berubah sebesar 0.003, dengan ketentuan variabel HCE dan ATO konstan. Nilai koefisien positif menunjukkan hubungan yang searah, dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa jika perusahaan termasuk kategori ESOP, maka nilai profitabilitas ROA akan semakin meningkat.
Nilai koefisien 2 menunjukkan perubahan di variabel dependen jika variabel independen HCE berubah satu satuan, dengan kata lain jika HCE berubah sebesar satu satuan, maka nilai ROA akan berubah sebesar 0.005, dengan ketentuan variabel ESOP dan ATO konstan. Nilai koefisien positif menunjukkan hubungan yang searah, dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa jika nilai HCE perusahaan semakin meningkat, maka nilai profitabilitas ROA juga akan mengalami peningkatan.
Nilai koefisien 3 menunjukkan perubahan di variabel dependen jika variabel independen ATO berubah satu satuan, dengan kata lain jika ATO berubah sebesar satu satuan, maka nilai ROA akan berubah sebesar 0.088, dengan ketentuan variabel ESOP dan HCE konstan. Nilai koefisien positif menunjukkan hubungan yang searah, dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa jika nilai ATO perusahaan semakin meningkat, maka nilai profitabilitas ROA juga akan mengalami peningkatan.
a) Uji F
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh seluruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi uji F yang dihasilkan lebih kecil dari 0.05 (α=5%), maka disimpulkan
34
Universitas Kristen Petra
bahwa seluruh variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa signifikansi uji F yaitu sebesar 0.000 yang menunjukkan bahwa seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
b) Uji t
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi uji t yang dihasilkan lebih kecil dari 0.05 (α=5%), maka disimpulkan bahwa variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa signifikansi t yaitu sebesar 0.000 untuk ESOP, 0.000 untuk HCE, dan 0.000 untuk ATO, dimana ketiga nilai tersebut lebih kecil dari 0.05 (α=5%). Dari hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel independen penelitian yaitu ESOP, HCE dan ATO berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen ROA perusahaan subsektor keuangan dan investasi dalam penelitian ini.
4.3 Analisis
4.3.1. Temuan dan Interpretasi
Dari hasil uji diatas, maka dapat diketahui bahwa pada pengujian 216 data, nilai Asymp Sig adalah 0.789. Data residual dikatakan normal apabila nilai Asymp. Sig dari uji Kolmogorov-Smirnov > 0.05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa normalitas residual model terpenuhi. Dapat dilihat juga pada pengujian sebelumnya, model regresi telah lolos dari seluruh uji asumsi klasik.
Temuan atas uji regresi dijelaskan sebagai berikut:
a. ESOP, HCE dan ATO terhadap ROA
H1: ESOP, HCE dan ATO berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa signifikansi uji F yaitu sebesar 0.000 yang menunjukkan bahwa seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Maka H1 diterima, dimana ESOP, HCE dan ATO secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap ROA.
35
Universitas Kristen Petra
b. ESOP terhadap ROA
H1a : ESOP berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Seperti pada Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa signifikansi t yaitu sebesar 0.000 untuk ESOP, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0.05 (α=5%).
Dari hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ESOP berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen ROA perusahaan subsektor keuangan dan investasi dalam penelitian ini. Maka H1a diterima dimana ESOP berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sementara itu, koefisien ESOP adalah positif 0.003, sehingga dapat disimpulkan bahwa ESOP berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.
c. HCE terhadap ROA
H1b : HCE berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Seperti pada Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa signifikansi t yaitu sebesar 0.000 untuk HCE, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0.05 (α=5%). Dari hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa HCE berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen ROA perusahaan subsektor keuangan dan investasi dalam penelitian ini. Maka H1b diterima dimana HCE berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sementara itu, koefisien HCE adalah positif 0.005, sehingga dapat disimpulkan bahwa HCE berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.
d. ATO terhadap ROA
H1c : ATO berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Seperti pada Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa signifikansi t yaitu sebesar 0.000 untuk ATO, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0.05 (α=5%). Dari hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ATO berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen ROA perusahaan subsektor keuangan dan investasi dalam penelitian ini. Maka H1c diterima dimana ATO berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sementara itu, koefisien ATO adalah positif 0.088, sehingga dapat disimpulkan bahwa ATO berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.
4.3.2. Kaitan Temuan dengan Pengetahuan dan Teori
Berdasarkan temuan yang ada, maka hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang mengungkapkan bahwa ESOP, HCE dan ATO secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap ROA. Dan secara individual,
36
Universitas Kristen Petra
ESOP, HCE, dan ATO berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu, seperti yang diungkapkan Ngambi dan Oloume (2013) yang menunjukkan bahwa penerapan ESOP secara positif signifikan meningkatkan ROA. Shiu (2006) mengungkapkan bahwa HCE berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Komnenic & Pokrajcic (2012) mengungkapkan bahwa HCE berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.
Peningkatan produktivitas yang berdampak pada profitabilitas keseluruhan perusahaan (Ngambi & Oloume, 2013). Sari dan Chabachib (2013) yang mengungkapkan bahwa ATO berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.
Hal ini juga sejalan dengan tujuan diadopsinya ESOP dalam mensejajarkan tujuan karyawan dengan tujuan pemegang saham (Dhiman, 2009) sehingga konflik kepentingan teratasi. Dimana dengan adanya ESOP maka karyawan adalah pemilik perusahaan (Sanjaya, 2012), sehingga dapat mendorong peningkatan produktifitas, efisiensi dan berdampak pada profitabilitas keseluruhan perusahaan (Ngambi & Oloume, 2013).