• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI. Oleh INDAH FARAH DINA SOLEKAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI. Oleh INDAH FARAH DINA SOLEKAH"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

POLA ASUH ORANG TUA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK DI DESA PECUK MIJEN DEMAK PADA PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19

Oleh

INDAH FARAH DINA SOLEKAH 201733143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2022

(2)
(3)

POLA ASUH ORANG TUA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK DI DESA PECUK MIJEN DEMAK PADA PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muria Kudus untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

INDAH FARAH DINA SOLEKAH 201733143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2022

(4)

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, beserta karunia-Nya sehingga penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaiakan skripsi yang berjudul “ Pola Asuh Orang Tua Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Anak di Desa Pecuk Mijen Demak Pada Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19” dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan skripsi ini guna untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muria Kudus. Skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, masukan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyampikan terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya.

2. Drs. Sucipto, M.Pd.Kons Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus.

4. Siti Masfuah, S.Pd., M.Pd Ketua Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muria Kudus.

5. Deka Setiawan, M.Pd selaku dosen pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang bermanfaat kepada peneliti dalam penyusunan skripsi.

6. Dr. Erik Aditia Ismaya, S.Pd.,M.A selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang bermanfaat kepada peneliti dalam penyusunan skripsi.

7. Bapak dan Ibu dosen jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muria Kudus yang telah memberi banyak pengalaman dan ilmu kepada penulis .

8. Bapak Uta’at dan Ibu Nanik Rosyidah yang memberikan kasih sayang, semangat, dan do’a yang tidak pernah terputus untuk penulis.

(7)

9. Aldhi Kurniawan yang memberikan semangat dan selalu menjadi patner dalam segala hal yang baik.

10. Bapak Suroso S.H selaku kepala desa Pecuk yang memberikan izin kepada peneliti dalam melaksanakan penelitian.

11. Orang Tua dan anak desa Pecuk Kecamatan Mijen Kabupaten Demak yang telah bersedia menjadi informan.

12. Semua pihak yang telah terlibat dalam penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak saya sebutkan satu persatu.

Peneliti sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan, mengingat segala keterbatasan, kemampuan, pengalaman penulis.

Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua yang memerlukan

Kudus, 6 Maret 2021 Penulis

Indah Farah Dina Solekah NIM.201733143

(8)

ABSTRAK

Solekah, Indah Farah Dina. 2020. Pola Asuh Orang Tua Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Anak di Desa Pecuk Mijen Demak Pada Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19. Skripsi. Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus. Dosen Pembimbing (1) Deka Setiawan, S.Pd., M.Pd. (2) Dr.Erik Aditia Ismaya, S.Pd.,M.A.

Kata Kunci: Pola Asuh Orang Tua, Motivasi Belajar, Pembelajaran Daring Persoalan yang dikaji pada penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu pertama menganalisis bentuk pola asuh yang diterapkan orang tua dalam memotivasi anak pada pembelajaran daring dan tujuan kedua adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar anak pada pembelajaran daring. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pecuk Kecamatan Mijen Kabupaten Demak dengan subjek yaitu anak SD bertempat tinggal di Desa Pecuk Rt 03/Rw03 yang bersekolah di SDN Pecuk 01 dan SDN Pecuk 02, orang tua beserta guru. Pada pengumpulan data, peneliti menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Teknik analisis data yang digunakan yakni analisis data kualitatif.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pola asuh orang tua di Desa Pecuk Kecamatan Mijen Kabupaten Demak yaitu menggunakan pola asuh demokratis, pola asuh permitif, dan pola asuh otoriter. Pengaruh Pola asuh terhadap motivasi belajar anak di Desa Pecuk Kecamatan Mijen Kabupaten Demak menunjukan bahwa orang tua memberikan pengasuhan yang baik sesuai dengan perkembangan anak dapat memberikan peranan penting terhadap motivasi belajar. Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar anak pada pembelajaran daring yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri sendiri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar sendiri seperti pola asuh orang tua, teman bermainnya, dan lingkungan sekitarnya.

(9)

ABSTRACT

Solekah, Indah Farah Dina. 2020. Parenting Patterns to Improve Children's Learning Motivation in Pecuk Mijen Village, Demak During Online Learning During the Covid-19 Pandemic. Thesis. Primary School Teacher Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Muria Kudus University. Supervisor (1) Deka Setiawan, S.Pd., M.Pd. (2) Dr.Erik Aditia Ismaya, S.Pd., M.A.

Keywords: Parenting Parenting, Learning Motivation, Online Learning

The problems studied in this study have two objectives, namely first analyze the form of parenting applied by parents in motivating children to online learning and the second objective is to analyze the factors that influence children's learning motivation in online learning. This study uses a qualitative method with a case study approach. This research was conducted in Pecuk Village, Mijen Subdistrict, Demak Regency with the subject of elementary school children living in Pecuk Village Rt03/Rw03 who attended SDN Pecuk 01 and SDN Pecuk 02, parents and teachers. In collecting data, researchers used the methods of observation, interviews, documentation, and field notes. The data analysis technique used is qualitative data analysis.

The results of this study found that the parenting pattern of parents in Pecuk Village, Mijen District, Demak Regency, was using democratic parenting, permitive parenting, and authoritarian parenting. The effect of parenting on children's learning motivation in Pecuk Village, Mijen District, Demak Regency shows that parents providing good care in accordance with children's development can play an important role in learning motivation. Factors that influence children's learning motivation in online learning are internal factors and external factors. Internal factors are factors that exist within oneself. While external factors are factors that come from outside themselves such as parenting parents, playmates, and the surrounding environment.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN JUDUL ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... Error! Bookmark not defined. PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Deskripsi Konseptual ... 10

2.1.1 Hakikat Pola Asuh... 10

2.1.2 Motivasi Belajar ... 20

2.1.3 Pembelajaran Daring ... 26

2.2 Kajian Penelitian Relevan ... 28

2.3 Kerangka Berfikir ... 28

2.4 Kerangka Teori ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

3.1.1 Tempat Penelitian... 32

3.1.2 Waktu Penelitian ... 32

3.2. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 32

3.3. Peranan Peneliti ... 33

(11)

3.4. Data dan Sumber Data ... 33

3.4.1 Data ... 33

3.4.2 Sumber Data ... 34

3.5. Pengumpulan Data ... 35

3.5.1 Observasi ... 35

3.5.2 Wawancara ... 36

3.5.3 Dokumentasi ... 36

3.6. Keabsahan Data ... 37

3.7. Analisis Data ... 37

3.7.1 Reduksi Data ... 38

3.7.2 Penyajian Data ... 38

3.7.3 Verifikasi Data ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 45

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian ... 74

Lampiran 2 Lanjutan Jadwal Penelitian ... 75

Lampiran 3 Lanjutan Jadwal Pelaksanaan ... 76

Lampiran 4 Kisi-Kisi Observasi Pola Asuh Orang Tua ... 77

Lampiran 5 Pedoman Observasi Pola Asuh Orang Tua... 79

Lampiran 6 Hasil Observasi Pola Asuh Orang Tua ... 83

Lampiran 7 Kisi-Kisi Observasi Motivasi Belajar Anak ... 103

Lampiran 8 Pedoman Observasi Motivasi Belajar Anak ... 104

Lampiran 9 Hasil Observasi Motivasi Belajar Anak ... 106

Lampiran 10 Kisi-Kisi Wawancara Anak ... 116

Lampiran 11 Pedoman Wawancara Anak ... 118

Lampiran 12.1 Hasil Wawancara Anak ... 120

Lampiran 13 Kisi-Kisi Wawancara Orang Tua ... 130

Lampiran 14 Pedoman Wawancara Orang Tua ... 132

Lampiran 15 Hasil Wawancara Orang Tua ... 134

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pandemi COVID-19 membuat semua sendi kehidupan mengalami perubahan yang berarti termasuk perubahan tatanan dalam dunia Pendidikan. Pola dan struktur pengajaran di sekolah pun mengalami disrupsi secara masif yang secara bersamaan dengan era revolusi industry 4.0 dan society 5.0 dalam elemen kehidupan di abad 21.

Suryadi (2020) menjelaskan bahwa revolusi industri 4.0 ditandai dengan perkembangan dan kemajemukan teknologi informasi, sedangkan revolusi industri 5.0 telah menggabungkan unsur yang sangat penting di abad 21, yaitu manusia dan teknologi.

Di abad 21 ini, Pendidikan merupakan aspek penting untuk menjamin siswa memiliki keterampilan dalam mengoperasikan teknologi dan media informasi serta keterampilan belajar dan berinovasi Arifin (2017). Goda, dkk (2017) mengemukakan pentingnya menemukan rumusan baru yang dapat menjawab kebutuhan siswa abad ke-21. Formula baru akan menentukan cara mengetahui pengetahuan siswa yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang cepat. Peran guru dalam upaya ini adalah mengajak siswa dengan konten belajar yang terbarukan, cara berpikir, dan bahasa (Rombot, 2018).

Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting bagi manusia. Baik pendidikan formal maupun non formal mampu membentuk kepribadian manusia lebih baik, sopan, cerdas, sukses, bertanggung jawab dan membawa arah ke negara lebih maju lagi. Oleh karena itu pentingnya pendidikan, banyak orang yang pergi keluar daerah bahkan ke luar negeri demi keberhasilan pendidikan yang mereka inginkan. Salah satu faktor penting untuk berhasil dalam pendidikan mampu belajar adalah motivasi belajar (Arumsari ,2017).

Pandemi covid-19 mengubah pola pembelajaran, sebelum adanya situasi pembelajaran daring, tidak banyak waktu orang tua dalam pembimbing anaknya, bahkan sampai orang tua hanya sekedar sebagai pemenuhan materi saja, tetapi pada

(14)

saat seperti ini orang tua lebih banyak waktu dalam membimbing anaknya belajar.

Pada tanggal 24 maret 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid, dalam Surat Edaran tersebut dijelaskan bahwa proses belajar dilaksanakan di rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Belajar di rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19.

Pembelajaran yang dilasanakan pada sekolah dasar juga menggunakan pembelajaran daring/jarak jauh dengan melalui bimbingan orang tua. Menurut Isman pembelajaran daring merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran daring siswa memiliki keleluasaan waktu belajar, dapat belajar kapanpun dan dimanapun. Siswa dapat berinteraksi dengan guru menggunakan beberapa aplikasi seperti classroom, video converence, telepon atau live chat, zoom maupun melalui whatsapp group. Pembelajaran ini merupakan inovasi pendidikan untuk menjawab tantangan akan ketersediaan sumber belajar yang variatif. Keberhasilan dari suatu model ataupun media pembelajaran tergantung dari karakteristik peserta didiknya. Sebagai mana yang diungkapkan oleh Nakayama (2007) bahwa dari semua literatur dalam e-learning mengindikasikan bahwa tidak semua peserta didik akan sukses dalam pembelajaran online. Ini dikarenakan faktor lingkungan belajar dan karakteristik peserta didik. (Nakayama, 2007 )

Pola asuh orang tua siswa dalam sistem belajar dirumah ini tidak bisa dipungkiri. Jika sekarang ini dokter sebagai garda terdepan dalam penanganan covid- 19, maka sekarang orang tualah baik itu ayah maupun ibu menjadi garda terdepan untuk mengawal anak anaknnya tetap belajar dirumah masing-masing. Di sinilah pola asuh orang tua sangat dibutuhkan. Dari sini, akan diketahui seharusnya bagaimana pola asuh orang tua memberikan pendidikan kepada anak sekaligus memahami apa saja yang menjadi tugas para guru. Dari proses ini diharapkan orang tua juga memahami betapa sesungguhnya dukungan dan peran mereka sangat dibutuhkan anak-anak dalam proses pembelajaran setiap hari. Kondisi darurat yang menjadi seperti gerakan serentak ini diharapkan akan menyadarkan orang tua akan

(15)

perannya dalam mendampingi, membimbing, dan mengarahkan anak-anak mereka dalam proses pembelajaran. Sejalan pendapat Mu’tadin (2002) menyatakan bahwa pola asuh merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak sehingga memungkinkan anak untuk mencapai tugas-tugas perkembangannya. Menurut Etikawati (2019:3) memaparkan bahwa pola asuh atau pengasuhan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan orang tua untuk mencapai perkembangan yang diharapkan pada anak

Keluarga merupakan beberapa individu yang bergabung dalam satu rumah tangga yang sama karena hubungan darah. Di dalam keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak dalam suatu unit masyarakat kecil. Menurut soelaman (dalam Djamarah, 2014: 19) mengatakan bahwa “keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri”.

Menurut Slameto (2010:60-61) mengatakan bahwa cara orang tua mendidik anak sangat berpengaruh terhadap belajar anak. Sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memperhatikan anak seperti acuh tak acuh, tidak memperhatikan kebutuhan anak-anak dalam belajar akan mengakibatkan kegagalan dalam prestasi pendidikan anak. Terkadang orang tua kurang peduli terhadap kegiatan anak sekolah tanpa mengetahui perkembangan anaknya. Hal ini dapat terjadi kemungkinan besar ada beberapa orang tua yang sibuk dengan bekerja sehingga orang tua mengesampingkan perhatian perkembangan pendidikan anak.

Orang tua dan anak adalah satu ikatan dalam jiwa. Setiap orang tua yang memiliki anak selalu ingin memelihara, membesarkan, dan mendidiknya. Menurut Djamarah (2014:44) mengatakan bahwa orang tua dan anak dalam satu keluarga memiliki kedudukan yang berbeda. Dalam pandangan orang tua, anak adalah buah hati dan tumpuan masa depan yang harus dibimbing dan diasuh. Membimbing dengan cara membantu, melatih dan sebagainya. Dan mengasuh dalam arti menjaga dengan cara merawat, dan mendidiknya agar menjadi anak yang cerdas.

Setiap orang tua mempunyai cara yang berbeda-beda untuk mendidik anak

(16)

dalam keluarga. Menurut Baumrind (dalam Wibowo & Gunawan, 2015: 62) ada tiga jenis pola asuh, yaitu: 1) pola asuh otoriter, 2) pola asuh demokratis; dan 3) pola asuh permisif. Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang keras, orang tua cenderung memaksakan kehendak ke anak tanpa banyak alesan. Ciri khas pola asuh ini diantaranya, orang tua sangat dominan dalam kekuasaan dan kontrol dari orang tua terhadap tingkah laku anak sangat ketat. Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang bertolak belakang dengan pola asuh otoriter. Orang tua memberikan kebebasan pada anak dan mendorong anak untuk mandiri. Orang tua senantiasa memberikan dorongan positif untuk membimbing anak ke arah yang lebih baik. Pola asuh permisif adalah pola asuh yang membebaskan anak namun tidak dalam pengawasan orang tua, bahkan kontrol dan perhatian orang tua terhadap anak sangat kurang.

Kelebihan pola asuh permisif ini anak bisa menentukan apa yang mereka inginkan.

Namun, jika anak tdiak dapat mengontrol dan mengendalikan diri sendiri, mereka justru akan terjerumus ke hal-hal yang negatif. Berkaitan dengan uraian diatas maka dapat ditarik pengertian bahwa pola asuh merupakan bentuk atau cara orang tua dalam memberikan perhatian, memberikan perlakuan dan mendidik anak akan terbentuk karakter dan pengetahuan sesuai dengan pola asuh yang diterapkan orang tua.

Penerapan pola asuh orang tua dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa baik di rumah maupun di sekolah. Karena orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi anak mereka. Sebagai orang tua sudah seharusnya memberi bekal anaknya kelak untuk membentuk generasi masa depan yang berkualitas. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomer 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1 menyatakan bahwa “jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, informal, dan nonformal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”. Pedidikan formal adalah jalur pendidikan sekolah. Pendikan informal adalah pendidikan yang ada dalam keluarga. Dan pendidikan non formal adalah jalur pendidikan lingkungan atau masyarakat.

Kaitannya dengan pola asuh orang tua yang dapat mempengaruhi semangat dan motivasi belajar siswa sejalan dengan pendapat Alderfer (2004:42) Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh

(17)

hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Nashar (2004:11) Motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu.

Salah satu faktor yang terdapat dalam diri siswa adalah motivasi belajar.

Menurut Sadirman (2005:75) menyatakan “motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar mengajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”. Siswa akan mencapai keberhasilan apabila ada keinginan dalam dirinya untuk belajar.

Motivasi belajar memiliki peranan penting dalam memberikan rangsangan semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga memiliki motivasi yang tinggi juga memiliki energi atau gairah untuk melaksanakan proses pembelajaran hal tersebut diungkapkan oleh Iskandar (2012:180). Dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan pendorong yang timbul dari diri siswa yang menimbulkan perasaan ingin melakukan kegiatan belajar sehingga dapat melancarkan kelangsungan proses belajar dan mencapai tujuan belajar.

Handayani (2019:20) mengatakan bahwa motiavsi belajar merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai tujuannya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam memberikan motivasi kepada anak, seperti selalu bertanya kepada anak tentang kegiatannya dan memberikan apresiasi kepada anak ketida dia berhasil melakukan sesuatu. Menurut Rumbewas, dkk (2018:205) menjelaskan beberapa cara atau peran orang tua dalam memotivasi anak belajar diantaranya (1) menciptakan iklim rumah yang mendukung anak untuk belajar,(2) menyediakan waktu yang cukup untuk terlibat dalam kegiatan belajar anak, dan (3) memberikan penghargaan dan respon positif terhadap setiap prestasi anak.

Berdasarkan pada hasil observasi yang dilaksanakan disekitar lingkungan tepatnya desa Pecuk Rt03/Rw3 dengan mentaati protokol kesehatan karena adanya wabah Covid-19 dapat diperoleh informasi sebagai berikut. Hasil menunjukan bahwa masih banyak orang tua yang belum sadar akan perannya dalam memberikan

(18)

motivasi kepada anaknya. Hal ini terlihat pada saat siswa mendapatkan tugas dari guru dan harus dikerjakan dirumah karena pembelajaran pada saat ini harus dilakukan dirumah masing-masing siswa dengan bimbingan orang tua sendiri siswa kurang memberikan minatnya dalam pembelajran mengerjakan tugas, berdasarkan wawancara sederhana yang peneliti lakukan pada hari senin 30 November 2020 kepada Muhammad Faris dan Muhammad Abdul Rais anak kelas VI mengatakan lebih senang menghabiskan waktunya untuk bermain game dengan teman sebayanya dibandingkan mengerjakan tugas karena tidak paham ditambah dengan orang tuanya yang kurang mengontrol waktu belajarnya dan jarang bertanya kegiatan yang diberikan oleh sekolah. Nada Alifya Zahfira juga mengatakan bahwa bosan karena sering mendapatkan tugas atau PR dari gurunya terus menerus sehingga cenderung senang untuk bermain dengan temannya dan juga sebelumnya orang tua juga kurang adanya kebiasaan untuk menemani belajar anak, sehingga motivasi yang rendah akan berpengaruh pada proses pembelajaran dimasa pandemi sekarang ini, oleh karena itu orang tua perlu sadar akan perannya dalam memberikan dorongan motivasi kepada anak dalam belajar.

Banyak orang tua dan anak yang kurang paham dengan perintah tentang pengerjaan tugasnya, hal ini akan membuat orang tua menjadi kebingungan untuk membimbing anak mengerjakan tugas karena belum terlalu paham dengan tugas yang diberikan guru. Dengan waktu dirumah yang cukup lama anak banyak memiliki waktu yang cukup lama untuk mengerjakan tugas, tetapi ada juga anak yang lebih memilih untuk pergi bermain keluar rumah untuk bermain, berkumpul teman sebayanya dilingkungan sekitarnya untuk bermain game. sehingga lupa dengan tugasnya sendiri, sementara itu orang tua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing dan tidak mengetahui jika anaknya mendapatkan tugas belajar dirumah yang diberikan guru.

Aisyatinnaba dan Sutoyo (2016) melakukan penelitian tentang bagaimana peran orang tua dalam memotivasi siswa dalam belajar dengan 5 anak beserta orang tuanya sebagai subyek yang diteliti memiliki kecenderungan orang tua yang memiliki peran tinggi dalam memotivasi anaknya untuk belajar, sedangkan 1 subyek lainnya memiliki peran yang sedang dalam memotivasi belajar diikuti

(19)

dengan motivasi yang dimiliki anak juga sedang, sementara pada 2 subyek berikutnya orang tua cenderung memiliki peran yang rendah dalam memotivasi anaknya belajar diikuti dengan motivasi belajar yang rendah juga pada anak tersebut. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Mawarsih dkk (2013) melakukan penelitian dengan menunjukkan besarnya pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi belajar adalah perhatian orang tua kepada anaknya dalam kegiatan belajar akan meningkatkan semangat belajar anak sehingga anak dapat memperoleh prestasi yang belajar tinggi. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Hero dan Sari (2018) dengan fokus penelitian untuk mengetahui peran orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak yang mana menunjukkan hasil bahwa melalui peran orang tua seorang anak akan memiliki motivasi lebih dalam belajarnya.

Dengan demikian pola asuh orang tua dalam memotivasi belajar siswa sangat penting terhapat motivasi belajar siswa. Berdasarkan permasalahan yang di uraikan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kualitatif dengan judul “POLA ASUH ORANG TUA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK DI DESA PECUK MIJEN DEMAK PADA PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk pola asuh yang diterapkan orang tua dalam memotivasi belajar anak SD pada pembelajaran daring di masa pandemi covid-19 di Desa Pecuk Mijen Demak ?

2. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi belajar anak SD pada pembelajaran daring di masa pandemi covid-19 di Desa Pecuk Mijen Demak ?

(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua kepada anak SD pada pembelajaran daring di masa pandemi covid-19 di Desa Pecuk Mijen Demak

2. Menganalisis faktor-faktor pola asuh orang tua yang mempengaruhi belajar anak SD pada pembelajaran daring masa pandemi covid-19 di Desa Pecuk Mijen Demak.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Berkaitan dengan manfaat teoretis, secara umum pada hasil penelitian pengaruh pola asuh ini dapat dijadikan rujukan bagi orang tua siswa dalam memberikan pendampingan serta pengasuhan untuk anaknya dalam hal pembelajaran di masa pandemi ini siswa dapat meningkatkan semangat belajarnya secara utuh.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah seperti yang diuraikan berikut ini:

a. Bagi siswa

Hasil dari peneliti ini diharapkan dapat memberikan efek positif bagi anak tentunya anak sekolah dasar agar tetap semangat belajar sehingga siswa tersebut mendapat pengaruh yang baik.

b. Bagi Guru

Melalui hasil penelitian ini sebagai sumber refrensi tambahan untuk menambah wawasan pengetahuan guru mengenai bagaimana pola asuh orang tua dalam pembelajaran daring selama masa pandemi di Desa Pecuk Mijen Demak.

(21)

c. Bagi orang tua

Hasil peneliti ini diharapkan orang tua dalam memotivasi belajar siswa yaitu dapat mengontrol waktu aktifitas jam belajar sekolah, sehingga peran orang tua dalam memotivasi belajar melalui bentuk pola asuh dapat dilaksanakan dan tercapai secara maksimal.

d. Bagi Peneliti

1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana menambah informasi, wawasan, dan pengetahuan, serta pengalaman yang diperoleh oleh perkuliahan dengan kenyataan yang ada dilapangan.

2. Peneliti dapat menganalisis hal-hal yang mempengaruhi pola asuh untuk memotivasi siswa terhadap pembelajaran daring selama pandemi covid-19.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Konseptual

Dalam kajian peneliti akan menguraikan mengenai,(1) pola asuh orang tua, (2) motivasi belajar, (3) pembelajaran daring.

2.1.1 Hakikat Pola Asuh

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut kamus besar bahasa indonesia, kata “pola” berarti model, sistem, cara kerja, dan bentuk yang tetap. Sedangkan kata “asuh” dpaat berarti menjaga (merawat dan mendidik) atau membimbing. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan pengasuhan. Pengasuhan orang tua atau yang dikenal dengan pola asuh orang tua. Menurut Casmini, yaitu bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan. Pada masa ini orang tua, keluarga dan lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam perkembangan anak sehingga dapat menjalani proses perkembangan dengan baik.

Karena perkembangan anak berlangsung secara bertahap dan memiliki alur kecepatan perkembangan yang berbeda, maka pengasuhan anak perlu disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak itu sendiri (Gazali, 2007).

Keluarga ialah lingkungan sosial awal bagi seorang anak. Ikatan antara anak dengan orang tuanya ialah ikatan timbal balik dimana ada interaksi di dalamnya. Tiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anak-anaknya.

Keinginan ini setelah itu akan menjadikan pola asuh yang digunakan orang tua terhadap anak. Pola asuh menurut Joni (2015: 43) pada dasarnya dapat diartikan sebagai seluruh cara perilaku orang tua yang diterapkan pada anak.

Pola pengasuhan juga dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya karena segala sesuatu yang ada dalam keluarga baik yang berupa benda-benda dan orang-orang serta peraturan-peraturan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga itu sangat berpengaruh dan menentukan corak perkembangan anak serta

(23)

pendidikan orang tua Gazali (2007). Menurut Idrus (2012:145) pola asuh merupakan suatu sistem atau cara pendidikan, pembinaan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain. Etikawati (2019: 3) memaparkan bahwa pola asuh atau pengasuhan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan orang tua untuk mencapai perkembangan yang diharapkan pada anak

Menurut Sugianto (2010), pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang digunakan untuk berhubungan dengan ana- anak. Masing-masing pola asuh orang tua yang ada akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pembentukan kepribadian dan perilaku anak. Orang tua merupakan lingkungan terdekat yang selalu mengitari anak sekaligus menjadi figur dan idola mereka. Model perilaku orang tua itu secara langsung maupun tidak langsung akan dipelajari dan akan ditiru oleh anak. Anak meniru bagaimana orang tua bersikap, bertutur kata, mengekspresikan harapan, tuntutan dan kritikan satu sama lain, menaggapi, dan memecahkan masalah, serta mengungkapkan perasaan dan emosinya. Pola motivasi belajar akan menjadi stabil sehingga anak tersebut dapat belajar dengan baik. Sedangkan menurut Poewadarminta (1985:63) pola asuh terdiri dari dua istilah yaitu pola adalah model dan istilah asuh diartikan asuh diartikan menjaga, merawat dan mendidik anak atau diartikan memimpin, membina, melatih anak supaya bisa mandiri dan berdiri sendiri.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, dimana orang tua menstimulasi anaknya dengan cara mengubah tingkah lakunya, pengetahuannya sehingga memungkinkan anak mendapatkan dorongan belajar bagi anak dalam memotivasi dirinya menjadi lebih baik, karena bagaimanapun tingkah laku orang tua sangat mempengarui tumbuh kembang anak.

2.1.1.1 Jenis - Jenis Pola Asuh Orang Tua

Menurut Bumrind (dalam Santrock 2002:257-258) ada empat macam bentuk pola asuh yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh permitif, dan pola asuh penelantaran sebagai berikut:

(24)

1) Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter ini adalah suatu jenis pola asuh yang menentu agar anak patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orang tua tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapat sendiri. Anak dijadikan sebagai miniatur hidup dalam pencapaian misi hidupnya. Menurut Adek (2008), pola asuh otoriter akan menghasilakan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menantang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas, dan menarik diri.

Fitriani (2015: 107) memaparkan bahwa pola asuh otoriter adalah setiap orang tua dalam mendidik anak mengharuskan setiap anak patuh tunduk terhadap setiap kehendak orang tua. Anak tidak diberi kesempatan untuk menanyakan segala sesuatu yang menyangkut tentang tugas, kewajiban dan hak yang diberikan kepada dirinya. Joni (2015: 44) menjelaskan bahwa pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak bersifat memaksa, keras dan kaku dimana orangtua membuat aturan yang harus dipatuhi anak tanpa memperhatikan perasaan anak, orangtua akan marah dan emosi jika anak tidak melakukan apa yang diperintahkan

Hal ini sependapat dengan pendapat Yusuf ( 2006 ) menjelaskan bahwa sikap otoriter orang tua akan berpengaruh pada profil perilaku anak. Perilaku anak yang mendapatkan pengasuhan otoriter cenderung bersikap mudah tersinggung, penakut, pemurung , tidak bahagia, mudah terpengaruh, mudah stres, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas dan tidak bersahabat. Perlakuan rejection (penolakan) dengan bersikap masa bodoh, menerapkan aturan kaku, kurang memperhatiakan kesejahteraan anak, mendominasi anak maka akan berakibat anak menjadi agresif (mudah marah, tidak patuh, keras kepala), submissive (mudah tersinggung, pemalu, penakut, suka mengasingkan diri), sulit bergaul, pendiam. Peraturan yang kaku dan memberi hukuman berakibat pada profil anak yang implusif (selalu menuruti kata hati), tidak dapat mengambil keputusan, sikap bermusuhan dan agresif.

(25)

Berdasarkan dari pendapat beberapa ahli, peneliti menyimpulkan bahwa pola asuh otoriter merupakan pola asuh dimana orang tua memegang semua kendali secara keseluruhan dalam arti memaksa tanpa adanya kebebasan untuk anak dalam menyampaikan pendapat. Berkaitan dengan hal tersebut pola asuh yang positif mampu memberikan dorongan belajar bagi anak.

2) Pola Asuh Demokratis

Menurut Bety (2012), pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak- anaknya, kemudian anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung kepada orang tua. orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan.

Pola asuh ini orang tua juga memberikan sedikit kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang dikehendaki dan apa yang di inginkan yang terbaik bagi dirinya, anak diperhatikan dan di dengarkan saat anak berbicara, dan bila berpendapat orang tua memberikan kesempatan untuk mendengarkan pendapatnya, di libatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut kehidupan anak itu sendiri. Anak diberikan kesempatan mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit berlatih untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Pola asuh demokratis ini memiliki dampak yang baik untuk kepribadian anak. Dampaknya adalah anak akan mandiri, mempunyai kontrol, percaya diri, dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, kooperatif dengan orang dewasa, patuh, dan berorientasi pada prestasi.

Shapiro (1999:28) mengemukakan “Dalam hal belajar orang tua demokratis menghargai kemandirian, memberikan dorongan dan pujian.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan pola asuh demokratis identik denagn penanaman nilai-nilai demokrasi yang menghargai dan menghormati hak-hak anak, mengutamanakan diskusi daripada intruksi, kebebasan berpendapat dan

(26)

selalu memotivasi anak untuk menajdi yang lebih baik lagi. Cristiany (2014: 11) memaparkan bahwa pola asuh orang tua demokratis adalah pola komunikasi timbal balik, hangat dan memberikan kebebasan pribadi untuk beraktualisasi diri. Orang tua memberikan arahan, penjelasan, alasan dan batasan-batasan dalam mengendalikan tindakan-tindakan yang dilakukan. Pratiwi (2020 :25) juga menjelaskan bahwa orang tua demokratis adalah orang tua yang memiliki karakteristik pengasuhan pada anak dengan memebrikan keleluasaan pada anak untuk berkembang, namun terdapat aturan yang tidak boleh dilanggar oleh anak,orang tua yang memiliki pola asuh demokratis mampu bekerja sama dengan anak.

Berdasarkan pendapat dari beebrapa ahli, peneliti menyimpulkan bahwa pola asuh demokratis adalah pola asuh yang diberikan orang tua dimana anak diberikan kesempatan/ kebebasan untuk menentukan pilihannya dan tidak sepenuhnya juga orang tua mengambil keputusan tentang anaknya. Pola asuh ini mengutamakan nilai demokrasi, diskusi, dan musyawarah dalam keluarga.

3) Pola Asuh Permisif

Suteja (2017: 7) menjelaskan pola asuh permisif adalah gaya pengasuhan yang ditandai dengan sikap orang tua yang cenderung melepaskan anak. Artinya, kontrol orang tua terhadap perkembangan anak sangat rendah. Pola asuh ini memperlihatkan bahwa orang tua cenderung memberikan banyak kebebasan kepada anaknya dan kurang memberikan kontrol. Orang tua banyak bersikap membiarkan apa saja yang dilakukan anak. Orang tua bersikap damai dan selalu menyerah pada anak, untuk menghindari pertentangan.

Shapiro (1999:127-128) mengemukakan bahwa “orang tua permitif berusaha menerima dan mendidik anaknya sebaik mungkin tapi cenderung sangat pasif ketika sampai pada masalah penetapan batas-batas atau menanggapi ketidak patuhan”. Orang orang permitif tidak begitu menuntut juga tidak menetapkan sasaran yang jelas bagi anaknya, karena yakin bahwa anak-anak seharusnya berkembang sesuai dengan

(27)

kecendurungan alamiahnya. Sedangkan Covey (1997:45) menyatakan bahwa “orang tua yang menerapkan pola asuh permitif ini cenderung ingin selalu disukai dan anak tumbuh dewasa tanpa penegrtian mendalam mengenai standar dan harapan, tanpa komitmen pribadi untuk disiplin dan bertanggung jawab.

Berdasarkan beberapa para ahli, peneliti penyimpulkan bahwa pola asuh permitif merupakan dimana orang tua menginginkan hal yang paling baik untuk anaknya tapi cenderung memberikan kebebasan anak dalam menentukan pilihannya.

4) Pola Asuh Penelantaran

Pola asuh penelantaran merupakan pola asuh dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak, orang tua pada pola asuh ini mengembangkan perasaan bahwa aspek-aspek lain kehidupan orang tua lebih penting dari anak- anaknya. Dimana orang tua lebih cenderung membiarkan anak-anaknya dibesarkan tanpa kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan fisik yang cukup. Sedangkan yang dimaksud dengan pola asuh orang tua permitif dimana pada pola asuh orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka. Orang tua cenderung membiarkan anak- anak mereka melakukan apa saja, sehingga anak tidak dapat mengendalikan perilakunya serta tidak mampu untuk menaruh hormat pada orang lain.

Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh penelantaran adalah bentuk pengasuhan orang tua terhadap anak yang bisa dimaknai orang tua dalam memberikan pengasuhan tidak terlibat sama sekali dalam kehidupan anak. Orang tua cenderung membiarkaan anak tanpa memikirkan masa depan anak itu sendiri yang dapat memberikan dampak negatif bagi seorang anak.

Sugihartono dkk (2007:31) merumuskan 3 macam pola asuh orang tua yakni;

1) Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah suatu bentuk pola asuh yang menenkankan

(28)

pada pengawasan orang tua agar si anak tersebut taat dan patuh pada apa yang dikatakan orang tua. pada pola asuh otoriter ini orang tua bersikap tegas, jika anak melakukan kesalahan langsung dihukum dan mengekang keingingan anak. Sehingga pada pola asuh otoriter ini anak tidak dapat megembangkan kreatifitasnya.

2) Pola Asuh Permitif

Pola asuh permitif merupakan suatu bentuk pola asuh dimana orang tua memberi kebebeasan kepada anak untuk mengatur dirinya sendiri tetapi anak tidak dituntun tanggung jawab dan orang tua disini tidak banyak mengontrol tingkah laku anak. Dan dapat dikatakan orang tua tidak tahu bagaimana pergaulan si anak dengan teman-temannya.

3) Pola Asuh Autoritatif

Pola asuh autoritatif adalah suatu bentuk pola asuh orang tua yang didalam pola asuh tersebut ada hak serta kewajiban dari orang tua dan anak itu sendiri, dimana didalamnya orang tua saling melengkapi satu sama lain. Anak diajarkan untuk bertanggung jawab sehingga orang tua dapat memberi kebebasan dan kepercayaan kepada anak.

Berdasarkan pada uraian diatas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa terdapat tiga jenis pola asuh yaitu, pola asuh otoriter, pola asuh permitif, dan pola asuh demokratif. Pola asuh yang terbaik adalah pola asuh demokratif karena anak akan menjadi mandiri dan bertanggung jawab. Sedangkan pola asuh otoriter rmenjadikan anak agresif dan pola asuh permisif menjadikan anak manja.

2.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi dalam pertumbuhan dan perkembangan anak menurut Tridoannto (2002:24) faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh yakni:

1) Usia orang tua

Rentang usia adalah baik untuk menjalankan peran pengasuhan.

Apabila terlalu muda atau tua mungkin tidak dapat menjalankan peran

(29)

tersebut secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik atau psikososial.

2) Keterlibatan orang tua

Kedekatan hubungan ibu dan anak sama pentingnya dengan ayah walaupun secara kodrat akan ada perbedaan. Di dalam rumah tangga ayah dapat melibatkan dirinya melalui peran pengasuhan kepada anaknya.

Seorang ayah tidak saja bertanggung jawab dalam memberikan nafkah, tetapi dapat pula bekerja sama dengan ibu dalam melakukan perawatan kepada anak.

3) Pendidikan orang tua

Orang tua yang berpendidikan tinggi dengan orang tua yang berpendidikan rendah sangat berbeda dalam mengasuh anak. Karena orang tua yang berpendidikan tinggi lebih tau cara mengasuh anak dengan baik.

4) Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak

Orang tua yang telah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam merawat anak akan lebih siap menjalankan pengasuhan dan lebih rileks.

Menurut Darsono (dalam Nurmala 2014:4) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar sebagai berikut:

1) Cita-cita atau apresiasi siswa

Timbulnya cita-cita dan spresiasi diartikan sebagai target yang ingin dicapai. Target ini digunakan untuk mendorong dan memotivasi sesorang untuk melakukan tindakan untuk mencapai target.

2) Kemampuan siswa

Keinginan mendorong anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan.

Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya penghematan, perhatian, ingatan, daya fikir, fantasi.

3) Kondisi siswa

Kondisi ini berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi psikologis.

Seorang siswa yang kondisi jasmani dan rohani yang terganggu, akan mengganggu perhatian belajar siswa, begitu juga sebaliknya.

(30)

4) Kondisi lingkungan siswa

Kondisi lingkungan datang dari luar diri siswa, kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib, dan indah, amka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Unsur-unsur dinamis adalah unsur yang muncul dalam belajar dan keberadaannya tidak stabil, kadang bisa bersifat kuat dan kadang tidak ada sama sekali untuk kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional seperti kondisi emosional siswa, gairah belajar, situasi belajar, dan keadaan dalam rumah.

6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Upaya yang dimaksud disini adalah membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara penyampaiannya, menarik perhatian siswa, maka diharapkan dapat menimbulkan motivasi belajar siswa.

Menurut Manurung (2015:53) beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pola pengasuhan orang tua adalah:

1) Latar belakang pola pengasuhan orang tua

Para orang tua belajar dari metode pola pengasuhan yang pernah didapat dari orang tua mereka sendiri.

2) Tingkat pendidikan orang tua

Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi berbeda pola pengasuhannya dengan orang tua yang hanya memiliki tinggat pendidikan yang rendah.

3) Status ekonomi serat pekerjaan orang tua

Orang tua yang cenderung sibuk dalam urusan pekerjaannya terkadang menjadi kurang memperhatikan keadaan anak-anaknya. Keadaan ini mengakibatkan fungsi atau peran menjadi orang tua diserahkan kepada pembatu jika ada, yang pada akhirnya pola pengasuhan yang diterapkan sesuai dengan pengasuhan yang diterapkan oleh pembantu.

Menurut Soekamto (2014:43) secara garis besar menyebutkan bahwa “ada

(31)

dua faktor yang mempengaruhi dalam pengasuhan seseorang yaitu faktor eskternal dan faktor internal”. Faktor eksternal adalah lingkungan sosial dan lingkungan fisik serta lingkungan kerja orang tua, sedangkan faktor internal adalah model pola pengasuhan yang pernah didapat sebelummnya. Secara lebih lanjut pembahasan faktor-faktor yang ikut berpengaruh dalam pola pengasuhan orang tua adalah:

1) Lingkungan sosial dan fisik dimana keluarga itu tinggal

Pola pengasuhan suatu keluarga turut dipengaruhi oleh tempat dimana keluarga itu tinggal. Apabila suatu keluarga tinggal di lingkungan yang otoritas penduduknya berpendidikan rendah serta tingkat sopan santun yang rendah, maka anak mereka dengan mudah menjadi ikut terpenagruh.

Model pola pengasuhan yang didapat oleh orang tua sebelumnya Kebanyakan dari orang tua menerapkan pola pengasuhan kepada anak berdasarkan pola pengasuhan yang mereka dapatkan sebelumnya. Hal ini diperkuat apabila mereka memandang pola asuh yang pernah mereka dapatkan dipandang berhasil.

2) Lingkungan kerja orang tua

Orang tua yang terlalu sibuk bekerja cenderung menyerahkan pengasuh anak mereka kepada orang terdekat atau bahkan kepada baby sister. Oleh karena itu pola pengasuhan yang didapat oleh anak juga sesuai dengan orang yang mengasuh anak tersebut.

Berdasarkan pada pendapat beberapa ahli diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor –faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu adnaya hal-hal yang bersifat eksternal dan internal. Hal itu dapat menentukan pola asuh terhadap anak-anak untuk mencapai tujuan agar sesuai dengan norma yang berlaku, usia tua atau mudanya orang tua mungkin tidak dapat menajalankan peran tersebut secara optimal karena diperlukan fisik ataupun psikososial, pendidikan orang tua yang berpendidikan tinggi dengan orang tua yang berpendidikan rendah sangat berbeda dalam mengasuh anak. Orang tua yang telah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam merawat anak akan lebih siap menjalankan pengasuhan dan lebih rileks.

(32)

2.1.2 Motivasi Belajar

2.1.2.1 Hakikat Motivasi Belajar

Menurut Sadirman (2005:73), motivasi berasal dari “motif” yang dapat diartikan sebagai “daya penggerak yang telah menjadi aktif”. Motivasi menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. Pada dasarnya motivasi belajar adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Menurut Nashar (2004:42) motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.

Menurut Santrock (dalam Mardianto 2012: 186), motivasi adalah proses memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Sedangkan menurut Djamarah (2011:148) motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Hamalik (dalam Sudirman 2006:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “felling”

dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan

Djamarah (2015:148) dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab, seorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak akan mungkin dapat melakukan aktivitas belajar. Motivasi belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktek atau penguatan untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai (Uno, 2007).

Berdasarkan dari beberapa uraian para ahli mengenai motivasi, maka peneliti dapat menyimpukan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan seseorang dari dalam maupun dari luar untuk tetap belajar, sehingga seseorang atau khususnya siswa sekolah dasar dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal berkat dorongan

(33)

semangat atau motivasi belajar yang tinggi.

2.1.2.2 Jenis-Jenis Motivasi Belajar

Jenis-jenis motivasi belajar menurut Djamarah (2015: 149) terdapat dua jenis motivasi yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik, berikut penjelasannya:

1) Motivasi Instrinsik

Motivasi insttrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu berasal dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan kebalikan dari motivasi instrinsik, motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Sedangkan menurut Santrock (dalam Damadi 2015:232) mengemukakan terdapat dua jenis motivasi yang sama yaitu motivasi instrintik dan motivasi ekstrinsik, berikut adalah penjelasannya:

1) Motivasi Instrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya: murid belajar menghadapi ujian karena dia senang mata pelajaran yang di ujikan itu.

Siswa termotivasi untuk belajar saat mereka di beri pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol, misalnya guru memberikan pujian kepada siswa.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik ini merupakan melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering di pengaruhi oleh insentif seperti imbalan dan hukuman. Mislanya: siswa belajar keras dalam menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai-nilai yang baik.

Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, dimaana tujuannya adalah mengontrol perilaku siswa, dan mengandung informasi tentang penguasaan keahlian.

(34)

2.1.2.3 Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar

Menurut Denny (dalam Uno 2014: 193) menyatakan terdapat tujuh prinsip dalam motivasi belajar, yaitu:

1. Kita harus bermotivasi. Jika anda ingin memotivasi orang lain, anda harus memotivasi diri anda terlebih dulu.

2. Motivasi memerlukan sasaran adalah mustahil bagi siapapun atau, dalam hal ini, suatu regu atau sekelompok orang untuk menjadi termotivasi tanpa adanya suatu sasaran yang jelas dan terinci.

3. Motivasi, sekali tercapai, tidak pernah berlangsung selamanya artinya termotivasi dalam lingkungan rumah mereka, dan sebaliknya. Hal itu sendiri bisa menajdi alasan yang cukup baik mereka bereaksi apa yang menyebabkan mereka menajdi bahagia atau tidak bahagia, serta apa yang menyebabkan mereka untuk berbuat sedikit lebih banyak.

4. Motivasi memerlukan pengakuan artinya pengakuan datang dalam berbagai bentuk dari ucapan selamat teman sejawat sampai surat ucapan terimakasih dari cara anda memperkenalkan seseorang sampai pengiriman sebuah vas bunga ke rumah.

Partisipasi membangkitkan motivasi artinya sering kali orang lebih termotivasi oleh bagaimana mereka digunakan dalam suatu pekerjaan dibandingkan oleh bagaimana mereka diperlakukan. Ketika yang merasa dirinya sebagai bagian dari suatu motivasi yang jauh lebih tinggi.

Melihat diri sendiri melangkah maju memotivasi kita adalah suatu karakteristik manusia, bahwa ketika melihat diri sendiri melangakah maju dalam bentuk apapun, kita pasti lebih termotivasi. Apakah didalam hidup pribadi atau bisnis kita kegemaran, olahraga, dan kesenangan ketika melihat diri sendiri bergerak maju, kita hanya ingin maju lebih lanjut.

Tantangan hanya akan memotivasi bila ada kesempatan menang artinya tantangan dapat sungguh-sungguh termotivasi. Orang akan bangkit untuk meraih peluang itu. Semakin banyak saja pemimpin yang menyadairi, bahwa pekerjaan itu sendiiri bisa merupakan pendorong motivasi, bukan sekedar beban yang menjenuhkan. Berbagai aspek lain dari pekerjaan itu seperti tanggung

(35)

jawab, tantangan, dan perasaan ternyata memiliki andil yang sangat bermanfaat.

2.1.2.4 Indikator Motivasi Belajar

Berdasarkan pendapat Sadirman (2011: 83), motivasi yang terdapat dalam diri siswa tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tekun menghadapi tugas, yaitu dapat bekerja trus menerus dalam waktu yang relatif lama, tidak berhenti sebelum tugas tersebut selesai.

2. Ulet menghadap kesulitan, yaitu tidak mudah putus asa dalam mengerjakan tugas.

3. Menunjukan minat terhadap macam-macam masalah, misalnya kritis terhadap masalah pembangunan, ekonomi yang terjadi disekitarnya, dan lain-lain.

4. Lebih senang bekerja mandiri, lebih menyukai untuk mengerjakan tugas secara mandiri dan tidak melihat jawaban teman.

5. Cepat bosan pada tuga-tugas yang diberikan secara rutin, hal-hal yang bersifat berulang-ulang kurang disukai karena tidak mengasah kreatifitas.

6. Dapat mempertahankan pendapatnya.

7. Tidak mudah melepas hal-hal yang diyakininya.

8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Indikator- indikator motivasi belajar Makmum (dalam Sudrajat, 2008:3), yakni sebagai berikut:

1) Durasi Kegiatan

Berapa lama penggunaan waktunya untuk melakuakan kegiatan.

2) Frekuensi kegiatan

Berapa sering kegiatan dalam periode waktu tertentu.

3) Persistensi pada kegiatan

Ketetapan dan kelekatannya pada tujuan kegiatan

4) Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, fikiran, bahkan jiwa dan nyawanya).

5) Ketahuan, keuletan, dan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan.

6) Tingkat aprisiasinya

(36)

Maksud, rencana, cita-cita, sasaran, atau target, dan ideologinya yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.

7) Tingkat kualifikasinya prestasi atau pondok output yang dicapai dari kegiatannya berupa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak.

8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan Like or dislike, positive atau negatif.

Berdasarkan penjelasan diatas, jika seseorang memiliki ciri-ciri tersebut, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut memiliki motivasi belajar cukup tinggiyang di butuhkan dalam aktivitas belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan mendorong dirinya untuk belajar dengan penuh semangat dan perhatian.

2.1.2.5 Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi memiliki fungsi bagi seseorang, karena motivasi dapat menjadikan seseorang mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Motivasi juga dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Sudirman (2007:85) menjelaskan motivasi akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, karena motivasi memiliki fungsi seperti berikut:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan–perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan– perbuatan yang tidak bermanfaaat lagi bagi tujuan tersebut.

Hamalik (2004:175) menjelaskan fungsi motivasi anatara lain mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Perbuatan belajar akan terjadi apabila seseorang tersebut memiliki motivasi sebagai pengarah, artinya dapat menjadi jalan agar mampu menuju yang ingin dicapai, sebagai penggerak berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan

(37)

cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Berdasarkan fungsi motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi adalah memberikan arah dalam meraih apa yang diinginkan, menentukan sikap atau tingkah laku yang akan dilakukan untuk mendapatkan apa yang dinginkan dan juga sebagai pendorong seseorang untuk melakukan aktivitas.

2.1.2.6 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Adanya motivasi yang optimal pada orang tuanya maka anak akan merasa termotivasi dalam belajar sehingga anak menjadi tuken dan ulet dalam pembelajaran. Menurut Sardiman (2010) dalam bukunya motivsi belajar merupakan faktor psikis yang berperan dalam menumbuhkan gairah merasa senang dan semangat dalam belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan faktor yang berperan penting dalam keberhasilan pada belajar anak.

Menurut Rumbewas dkk (2018) terdapat beberapa cara yang dilakukan oleh orang tua untuk meningkatkan motivasi belajar pada siswa diantaranya adalah :

1. Terciptanya iklim rumah yang mendukung anak untuk belajar. Rumah merupakan tempat tinggal manusia, didalam rumah orang tua dapat menciptakan iklim belajar berupa menyediakan perlengkapan belajar sambil bermain yang mendukung anak untuk belajar. Misalnya berupa puzzle,buku- buku, berolahraga dan lain-lain.

2. Ketersediaan waktu yang cukup untuk terlibat pada kegiatan belajar anak.

Dengan adanya Interak si antar orang tua mampu mendukung anak dalam belajar, hal ini dilakukan dengan menemani anak ketika belajar, memberi perhatian kepada anak dalam belajar, memberikan bantukan ketika anak mengalami kesulitan dalam belajar. Orang tua berperan sebagai partner anak dalam mendampingi pada kegiatan belajar dengan menunjukkan sikap yang positif kepada anak

3. Memberikan rewards (penghargaan) terhadap prestasi yang anak miliki, dengan cara memberikan pujian atau hadiah dalam meningkatkan motivasi

(38)

pada anak, sehingga anak merasa dihargai ketika melakukan sesuatu.

2.1.3 Pembelajaran Daring

2.1.3.1 Hakikat Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring atau yang dikenal dengan istilah E-learning merupakan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi. Menurut Dimyati (2017) menjelaskan bahwa pembelajaran daring atau yang dikenal dengan istilah e-learning merupakan bentuk pemanfaatan teknologi dalam mendukung proses belajar mengajar jarak jauh.

Hal ini meningkat perubahan gaya belajar yang semakin pesat.

E-learning merupakan singkatan dari “e” yang berarti “elektronik” dan

“learning” yang berarti “pembelajaran”. E-learning merupakan pembelajaran yang berbasis media elektronik. Adapun menurut Sukmadinata (2012:206-207) e pada e- learning tidak hanya singkatan dari elektronik saja, akan tetapi merupakan singkatan dari experience (pengalaman, extended (perpanjangan), dan expended (perluasan).

Effendi (2005:6) menjelaskan bahwa e-learning merupakan semua kegiatan yang menggunakan media komputer dan atau internet. Chandrawati (2010) menyatakan bahwa, e-learning (electronik learning) merupakan proses pembelajaran jarak jauh dengan menggabungkan prinsip-prinsip dalam proses pembelajaran dengan teknologi.

Selanjutnya menurut Riyana (2019:1.14) pembelajaran daring adalah proses pembelajaran dalam jaringan yang dilakukan dalam jarak jauh melalui media berupa internet dan alat penunjang lainnya seperti telepon seluler dan komputer. Selaras dengan hal tersebut Kuarto (2017) merumuskan pembelajran daring merupakan pembejaran yang memanfaatkan teknologi multimedia, video, teks online animasi, pesan suara, dan whatsapp grub. Sehingga pembelajaran daring sebagai satu-satunya media pembelajaran yang dapat menyampaikan materi antara guru dan siswa selama masa darurat pandemic covid-19 ini. Sementara itu, menurut Suranti (2020) Pembelajaran jarak jauh atau daring merupakan bentuk pemanfaatan teknologi, dimana pembelajaran menggunakan akses internet untuk mengatasi berbagai tugas yang telah diberikan oleh pendidik

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring merupakan sebuah cara terbaru dengan bentuk penyampaian pembelajaran

(39)

konvensional dengan memanfaatkan berbagai perangkat elektronik sebagai media pembelajaran dalam menyampaikan materi. Dengan penggunaan model pembelajaran ini memiliki potensi untuk mendukung revolusi pembelajaran, menurut (Slameto, 2014) yang menyatakan didalam pembelajaran daring memiliki potensi untuk mendukung revolusi pembelajaran, yaitu pembelajaran konvensional dimana pembelajaran ini berpusat pada guru. Berikut enam dimensi utama yaitu : 1. Konektivitas dimana pada e-learning ini memudahkan peserta didik dalam

berkomunikasi dan dapat mencari pengetahuan secara tidak terbatas sehingga anak mampu memiliki wawasan yang luas.

2. Fleksibilitas, artinya pembelajaran dapat dilakukan dimana saja baik itu di rumah, di sekolah maupun dimana saja. Dan dapat belajar kapan saja dan dimana saja tanpa harus masuk ke dalam ruangan kelas.

3. Interaktivitas, dimana dalam e-learning ini melibatkan interaksi antar pelajar dan materi pelajaran serta lingkungan belajar yang dapat dilakukan secara instan dan langsung sehingga memudahkan siswa untuk berdiskusi.

4. Kolaborasi, dimana penggunaan fasilitas komunikasi dan diskusi online untuk mendukung pembelajaran kolaboratif diluar kelas.

5. Memperluas peluang, pada daring ini, materi yang dapat memperkaya materi pembelajaran dan memperluas materi untuk pertemuan langsung sehingga anak mampu berpikir kritis dalam materi tersebut.

6. Motivasi, penggunaan pembelajaran ini menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga anak tidak dibatasi pengetahuannya baik dalam ruang maupun waktu.

2.1.3.2 Manfaat Pembelajaran Daring

Dalam mengembangkan daring tidak hanya menyajikan materi pelajaran secara online saja, namun harus komunikatif dan menarik sehingga adanya manfaat dalam pembelajaran daring. Menurut jurnal (Meidawati, 2019) Pembelajaran Daring mempunyai berbagai manfaat, yaitu :

1. Dalam pembelajaran daring memudahkan siswa untuk membangun komunikasi dan diskusi yang efisien bersama gurunya.

2. Siswa dapat mengemukakan pendapat atau berkomunikasi antara siswa yang satu

(40)

dengan yang lainnya tanpa melalui guru.

3. Memudahkan untuk berkomunikasi dengan guru, siswa bahkan dengan orang tua.

4. Media yag tepat dalam melakukan kuis, atau ujian

5. Guru dapat memberikan berbagai materi baik itu video maupun gambar dan juga murid dapat mengunduhnya setiap waktu

6. Memudahkan guru dalam membuat soal bisa dimana saja dan kapan saja tanpa ada batasnya waktu dan ruang.

2.2 Kajian Penelitian Relevan

Penelitian releven merupakan hasil penelitian orang lain yang digunakan sebagai acuan peneliti yang akan dilakukan oleh peneliti. Beberapa penelitian releven dengan penelitian yang akan dilakuakan peneliti adalah sebagai berikut.

1. Mawarsih, dkk (2013) menunjukan bahwa besarnya pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi belajar adalah 13,2% dan besarnya pengaruh perhatian orang tua dab motivasi belajar sisswa terhadap prestasi belajar memperoleh presensi 23,7%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa adanya pengaruh perhatian orang tua kepada anaknya dalam kegiatan belajar akan meningkatkan semangat belajar anak sehingga anak dapat memperoleh prestasi belajar tinggi.

2. Rini Harianti (2016) menunjukan bahwa hasil analisis regresi lincar menunjukan pengaruh pola asuh terhadap motivasi menunjukan bahwa hubungan sangat kuat ( R= 0.831) dan berpola positif, artinya semakin baik pola asuh semakin meningkat motivasinya.

2.3 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan konsep yang akan peneliti gunakan untuk mempermudah penelitian sehingga mendapatkan alur penelitian yang jelas. Pada peneliti akan mengkaji tentang bagaimana pola asuh orang tua dalam memotivasi anak pada pembelajaran daring selama masa pandemi covid-19 di desa Pecuk Kecamatan Mijen Kabupaten Demak.

Selama pandemi covid-19 proses pembelajaran yang pada awalnya semula mengharuskan untuk bertatap muka sekarang berubah menjadi pembelajaran online atau yang bisa dikenal istilah pembelajaran daring (dalam jaringan). Pada

(41)

masa pembelajaran daring tersebut proses pembelajaran dilakukan dirumah masing- masing melalui bantuan teknologi, materi, dan juga tugas diberikan secara online sehingga anak akan lebih sering dirumah untuk menyelesaikan tuga-tugas yang diberikan. Pada saat inilah pola asuh peran orang tua dalam pendidikan sangat dibutuhkan.

Penggunaan teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori Bumrind (2002:257-258) menjelaskan secara garis besar pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anaknya dapat digolongkan menjadi pola asuh otoriter, demokratis dan permisif yang kemudian dihubungkan dengan motivasi belajar siswa. Dukungan dan dorongan dari orang tua sangat dibutuhkan dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan dan mempengaruhi ketercapaian belajar seorang anak dalam belajar. Pola asuh adalah suatu keseluruhan interaksi anatara orang tua dengan anak, dimana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh, dan berkembang secara sehaat dan optimal. Salah satu bentuk pendidikan yang perlu ditanamkan pada anak sekolah dasar adalah motivasi belajar yang tertanam pada diri mereka sendiri dengan dukungan yang sepenuhnya diberikan dari orang tuanya, bagaimana orang tuanya memberikan pola asuhnya agar termotivasi untuk belajar.

Motivasi belajar adalah suatu dorongan dari dalam maupun luar untuk tetap belajar sehingga seseorang atau khusunya anak sekolah dasar dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal berkat dorongan semnagat dan motivasi belajar yang tinggi. Berikut adalah kerangka berfikit yang peneliti sajikan dalam bentuk bagan.

(42)

2.4 Kerangka Teori

Motivasi pada anak sekolah dasar Desa Pecuk RT 03 RW III Kecamatan Mijen Kabupaten Demak rendah. Menanamkan sikap motivasi belajar pada anak sekolah dasar melalui pola asuh orang tua yaitu pola asuh demokatis, pola asuh permisif, dan pola asuh otoriter. Faktor dari kemandirian anak sekolah dasar yaitu pola asuh orang tua, faktor lingkungan, pendidikan. Hasil dari penelitian ini adalah mengetahui jenis pola asuh orang tua yang diterapkan kepada anaknya dan mengetahui tindakan orang tua untuk meningkatkan motivasoi belajar anak.

Denga motivasi belajar yang dimiliki maka anak dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik serta keseriusan d alam belajar. Faktor faktor yang mempengaruhi motivasi belajar menurut Djamarah (2015:149) yakni sebagai berikut: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri sendiri, sedangkan faktor eksternal adalag faktor yang berasal dari luar sendiri.

Teori Macam-macam Pola Asuh

Motivasi Belajar Pola Asuh Orang Tua

Penerapan Pola Asuh Peran Pola Asuh

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

(43)

Fakor Eksternal Faktor-Faktor

Faktor Internal

Pembelajaran Daring

Motivasi Belajar Pola Asuh

1.Pola Asuh Otoriter 2.Pola Asuh Demokratis 3.Pola Asuh Permitf

Pola Asuh Orang Tua

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Tabel 3.1 Sumber Data Primer
Gambar 3.1 Proses Analisis Data

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penilitian ini yang dimaksudkan dengan PR adalah sebuah tugas atau pekerjaan tertentu baik tertulis atau lisan yang harus dikerjakan diluar jam sekolah (terutama

Sebuah hunian apartemen dengan identitas arsitektur Melayu ini, tetap dipadukan dengan gaya modern dengan tujuan, untuk mewadahi dan menyadarkan masyarakat akan keberadaan

Kegiatan selanjutnya, guru membagikan lembar kegiatan siswa (LKS) pada tiap-tiap kelompok. LKS ini berisi latihan-latihan soal yang harus dikerjakan siswa selama

Kegiatan penutup pada saat pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas yang dilakukan oleh guru ekonomi dengan memberikan tindak lanjut dalam bentuk tugas kepada siswa, tetapi

Target: Melalui pelatihan ini diharapkan pelatihan bisa memberikan manfaat dalam mengisi waktu dirumah saat pandemi ini, sekaligus Memberi bekal pengetahuan pada

Untuk mampu naik lebih lanjut, harga saham saat ini harus mampu minimal bertahan diatas rata-rata masing-masing periode ( positive area) .Pada pergerakkan weekly

Penelitian ini membahas tentang kriteria guru agama yang baik dalam proses pembelajaran, secara professional guru harus dapat merencanakan sampai pada pelaksanaan

2) Guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama. 3) Setelah selesai, 2 anggota dari masing-masing kelompok diminta