• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) PENGEMBANGAN DESA PESISIR TANGGUH (PDPT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) PENGEMBANGAN DESA PESISIR TANGGUH (PDPT)"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

DOKUMEN

RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) 2012-2016

PENGEMBANGAN DESA PESISIR TANGGUH (PDPT)

KELURAHAN SIDOHARJO, KECAMATAN PACITAN KABUPATEN PACITAN

2013

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayahnya sehingga dokumen Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan dapat kami selesaikan.

Penyusunan dokumen Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) ini merupakan upaya masyarakat Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan untuk mewujudkan perencanaan pengembangan desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa dan menjamin keterkaitan dan konsistensi, antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.

Sasaran penyusunan ini adalah mewujudkan keterpaduan pembangunan desa pesisir di Kabupaten Pacitan yang bertujuan untuk menjadi pusat perSirnoboyoan ekonomi yang mandiri dan maju berbasis sumberdaya pesisir serta tangguh menghadapi segala ancaman bencana alam.

Penyusanan Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) ini atas dasar hasil rembug desa yang dihadiri oleh Lembaga Ketahanan Kelurahan (LKK), Perangkat Kelurahan, Ketua RT/RW, Lingkungan dan Tokoh masyarakat yang ada.

Kami sangat berharap apa yang kami susun ini dapatnya terlaksana dan terialisasi, sehingga bukan hanya gambaran untuk masa depan saja namun membawa manfaat bagi perkembanganan perekonomian masyarakat Kelurahan Sidoharjo dan masyarakat sekitarnya. Tak lupa pula kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai pihak yang memberikan dana BLM, Pemerintah Kabupaten Pacitan dan semua pihak yang telah ikut membantu menyusun dokumen perencanaan ini.

(7)

ii

kiranya memberi kritik dan saran demi kesempurnaan dalam penyusunan kami maupun demi kemajuan pembangunan dan perekonomian Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan.

TIM PENYUSUN

(8)

iii

Kata Pengantar ………..……….……….. i

Daftar Isi ……….. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang ……….……… 1

1.2 Maksud, Tujuan Dan Sasaran RPDP ……… 4

1.3 Ruang Lingkup ……… 5

1.4 Sistematika Penyusunan ……… 6

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH ………..……… 8

2.1 Diskripsi Umum ………..… 8

2.1.1 Letak Geografis Kabupaten Pacitan ……….……… 8

2.1.2 Administratif Kepadatan ……….……….. 11

2,2 Kecamatan Pacitan ……….………. 13

2.3 Kelurahan Sidoharjo ……….……… 15

2.3.1 Sejarah Kelurahan Sidoharjo ………..……….. 15

2.3.2 Visi dan Misi Kelurahan Sidoharjo ……….……….. 17

2.3.3 Letak Geografis ………..……….. 18

2.3.4 Fisiografi dan Kondisi Tanah ……… 18

2.3.5 Kependudukan ………..……….. 19

2.3.6 Potensi Desa ………..……….. 21

2.3.7 Permasalahan Desa ……….……….. 25

2.3.8 Rumusan Prioritas Masalah dan Pemecahan Masalah ………. 26

2.3.9 Dampak Perubahan Iklim di Kelurahan Sidoharjo ………..……….. 27

BAB 3 METODE PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR ..….. 29

3.1 Kerangka Perencanaan ………. 29

3.1.1 Tahap Persiapan ……… 29

3.1.2 Pengkajian Keadaan Desa ………. 29

3.1.3 Pendekatan dan Metode ………..……….. 30

3.1.4 Proses dan Alat Kaji ……… 30

3.1.5 Waktu Pelaksanaan ……… 30

3.1.6 Hasil ………. 30

3.2 Fokus Penyusunan ………..……… 31

3.3 Pendekatan ……….. 32

3.3.1 Munculnya Pemikiran Tentang Pendekatan Partisipatif ………. 32

3.3.2 PRA Sebagai Pendekatan Alternatif ………. 32

3.4 Rancangan Perencanaan ……….. 41

3.5 Pembahasan Rancangan RPDP ……….. 43

3.6 Penetapan Rancangan RPDP ……….. 45

(9)

iv

4.1.2 Kebijakan Pembangunan Kabupaten Pacitan ……….. 52

4.1.3 Tahapan Dan Prioritas Pembangunan Kabupaten Pacitan ………….………… 63

4.2 RTRW Kabupaten Pacitan 2010-2020 ………. 65

4.2.1 Kebijakan Struktur Ruang ……….. 65

4.2.2 Kebijakan Pengembangan Sarana Dan Prasarana Wilayah ……….. 66

4.2.3 Kebijakan Kawasan Lindung Dan Budidaya ……….. 68

4.3 RDTRK Kecamatan Pacitan 2009-2029 ……… 70

4.3.1 Kebijakan Dan Strategi Pemanfaatan Struktur Wilayah ……….. 70

4.3.2 Kebijakan Dan Strategis Pelestarian Kawasan Lindung ………. 72

4.3.3 Kebijakan Dan Strategi Pemanfaatan Kawasan Budidaya ………. 75

4.3.4 Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah …………. 76

4.4 Rencana Strategis Wilayah Pesisir Kabupaten Pacitan ……… 80

4.4.1 Visi Dan Misi Pengelolaan Wilayah Pesisir ……….…………. 80

4.4.2 Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir ……… 81

4.5 Rencana Zonasi 2011 ……….. 82

4.5.1 Konsep Pengembangan Wilayah ……… 82

4.5.2 Rencana Struktur Ruang ………. 85

4.5.3 Rencana Pola Ruang ……… 89

BAB 5 RENCANA PENGEMBANGAN DESA ………. 106

5.1 Penetapan Kawasan Desa Pesisir PDPT Kecamatan Pacitan…………..……… 106

5.2 Fokus Perencanaan ……….………… 110

5.3 Daftar Masalah Dan Potensi Dari Potret Desa ……….……….. 110

5.4 Masalah, Penyebab Dan Tindakannya ……… 112

5.5 Pengurutan Prioritas Masalah ……… 113

BAB 6 PEMANTAUAN DAN EVALUASI ………. 117

6.1 Mekanisme Pelaksanaan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan ……….………. 117

6.2 Tahapan Pelaksanaan ……….……….. 118

6.2.1 Perencanaan ……… 118

6.3 Penyusunan Indikator Dan Sasaran Kinerja ……….……… 120

6.4 Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Dengan Penyusunan Indikator Dan Sasaran Kinerja ………..……… 120

6.5 Pelaporan Hasil Pengendalian Dan Evaluasi ……… 120 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara kuantitas, jumlah penduduk Indonesia merupakan yang terbesar kelima di dunia, yaitu lebih kurang 220 juta jiwa. Dan, lebih kurang 60 persen diantaranya hidup dan bermukim di sekitar wilayah pesisir. Dan, sebagian besar diantaranya menggantungkan kehidupannya kepada keberadaan sumberdaya alam pesisir dan lautan. Sehingga tidaklah mengherankan bahwa sebagian besar kegiatan dan aktivitas sehari-harinya selalu berkaitan dengan keberadaan sumberdaya di sekitarnya. Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumberdaya pesisir (Satria, 2004). Tentu masyarakat pesisir tidak saja nelayan, melainkan juga pembudidaya ikan, pengolah ikan bahkan pedagang ikan. Berikut ini aspek penting mengenai masyarakat pesisir.

Ditinjau dari aspek biofisik wilayah, ruang pesisir dan laut serta sumberdaya yang terkandung di dalamnya bersifat khas sehingga adanya intervensi manusia pada wilayah tersebut dapat mengakibatkan perubahan yang signifikan, seperti bentang alam yang sulit diubah, proses pertemuan air tawar dan air laut yang menghasilkan beberapa ekosistem khas dan lain-lain. Ditinjau dari aspek kepemilikan, wilayah pesisir dan laut serta sumberdaya yang terkandung di dalamnya sering memiliki sifat terbuka (open access). Ada empat permasalahan pokok yang terdapat di desa Pesisir di Indonesia, yakni tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir, pada tahun 2010 kemiskinan di desa-desa pesisir mencapai angka 7,8 juta jiwa (BPS, 2010), tingginya kerusakan sumberdaya alam pesisir, rendahnya kemandirian organisasi sosial desa dan lunturnya nilai-nilai budaya lokal dan rendahnya infrastruktur desa dan kesehatan lingkungan pemukiman. Keempat persoalan pokok ini juga memberikan andil terhadap

(11)

2 tingginya tingkat kerentanan terhadap bencana alam dan perubahan iklim yang cukup tinggi pada desa-desa pesisir, terutama di wilayah pesisir pulau-pulau kecil.

Atas dasar realitas di atas, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia – KKP RI – menginisiasi kegiatan yang diharapkan mampu menjadi penghela kemajuan desa-desa pesisir di Indonesia, yakni melalui kegiatan Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT). Kegiatan PDPT ini merupakan salah satu bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri KP) yang terintegrasi dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

PDPT merupakan implementasi kebijakan Presiden terkait peningkatan dan perluasan program pro-rakyat; dan kedua, PDPT merupakan wujud dari intervensi KKP dalam hal menata desa pesisir dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, menghasilkan keluaran (output) yang dapat memberikan manfaat riil bagi masyarakat pesisir, dengan permasalahan dan prioritas kebutuhan masyarakat, pembelajaran bagi masyarakat pesisir untuk menemukan cara pemecahan masalah secara mandiri dan mendorong masyarakat pesisir sebagai agen pembangunan. PDPT diharapkan mampu menjawab kendala sekaligus memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir.

Kegiatan perencanaan dan pengembangan desa pesisir tangguh dilaksanakan melalui tiga tahapan utama. Tahapan pertama, penyusunan perencanaan pengembangan desa yang antara lain disusun berdasarkan profil desa yang memiliki rentang waktu pelaksanaan lima tahun dengan uraian waktu tiap tahunnya; Tahapan kedua, pelaksanaan program menghasilkan kegiatan fisik sesuai dengan Rencana Pengembangan Desa Pesiri (RPDP) di lokasi kegiatan serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan masyarakat; dan Tahapan ketiga, pelaksanaan program menghasilkan kemandirian dan keberlanjutan program oleh para pemangku kepentingan (stakeholders).

Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) merupakan rencana yang tidak terpisahkan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM

(12)

3 Desa). Dalam penyusunannya, rencana pengembangan desa mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku, termasuk Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 66 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa. Dalam proses penyusunannya, rencana pengembangan desa juga mendapat arahan dari Tim Teknis Pengendali Daerah, yang turut serta memverifikasi terhadap isi rencana pengembangan desa.

Upaya-upaya yang hendak ditempuh oleh pemerintah Kelurahan Sidoharjo dalam usaha mengatasi masalah dirumuskan dalam RPDP Desa sehingga pembangunan desa menjadi lebih jelas dan terarah. Untuk membuat RPDP Desa Pemerintah Desa bersama dengan LKMD, BPD, Masyarakat dan dibantu Fasilitator mereview kembali data-data pembangunan yang ada di desa, termasuk bantua- bantuan yang pernah diperoleh desa seperti ADD, PNPM-MP dan lain sebagainya.

Dari data-data bantuan pembanguan untuk desa dapat dilihat bagaimana keberlanjutan bantuan sejenis yang ada dan peluang-peluang apa yang bisa diperoleh desa di tahun mendatang yang diperkirakan dapat menjadi acuan perencanaan pembangunan desa di masa yang akan datang.

Melalui kegiatan Rembug Persiapan Warga, Identifikasi Permasalahan dan Musyawarah Desa Program Pengembangan Pesisir Tangguh (PDPT) tahun 2012, sepakat untuk menyusun Rekapitulasi usulan pembangunan dalam kurun waktu yang terangkum dalam RPDP Kelurahan Sidoharjo. RPDP Desa merupakan daftar usulan Program / kegiatan yang di tabulasikan berdasarkan nama program / kegiatan, lokasi, Estimasi, Volume kegiatan, perkiraan biaya dan sumber pendanaan baik yang berasal dari Pemda, swadaya, dan dana PDPT 2012 sebagaimana terlampir dalam dokumen RPDP Desa ini.

Dari hamparan wilayah pesisir di Pacitan yang diusulkan dalam rencana zonasi tahun 2011 maka berdasarkan kriteria pada pemilihan desa pesisir, Desa Kembang, Desa Sirnoboyo dan Kelurahan Sidoharjo termasuk memiliki 4 (empat) kriteria yang disyaratkan sebagai salah satu desa yang bisa masuk program Pembangunan Desa Pesisir Tangguh (PDPT), yaitu lokasi rawan bencana dan perubahan iklim, mempunyai potensi ekonomi lokal unggulan, tingkat pelayanan dasar yang rendah dan termasuk masyarakat pesisir miskin namun potensial dan

(13)

4 aktif memiliki motivasi untuk memperbaiki kehidupannya. Kemudian dari empat kriteria yang masuk tersebut Desa Kembang, Desa Sirnoboyo, Kel Sidoharjo ditetapkan Surat Keputusan Bupati Pacitan nomer 188.45/96.A/KPTS/408.21/2012 tanggal 8 Februari tahun 2012.

1.2 Maksud,Tujuan dan Sasaran RPDP 1.2.1 Maksud

 Secara mendasar penyusunan RPDP Desa dimaksudkan untuk menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat dalam setiap proses pembangunan desanya, sehingga ketika partisipasi itu muncul maka akan melahirkan perasaan ikut memiliki dari masyarakat terhadap hasil pembangunan desa.

 Secara umum masyarakat akan bertanggung jawa terhadap hasil – hasil pembangunan tersebut untuk selalu menjaga, merawat dan melestarikan keberadaannya. Disamping itu keberadaan RPDP Desa dapat digunakan sebagai gambaran konkrit tentang program – program yang akan dilaksanakan dalam jangka menengah, sehingga dapat dijadikan arahan bagi desa untuk menentukan prioritas terpenting dari proses pembangunan didesa agar tepat sasaran, tidak salah perencanaan serta berkesinambungan.

1.2.2 Tujuan

 Penyusunan RPDP Desa tahun 2013 – 2016 ini bertujuan sebagai pedoman penyusunan program / rencana pembangunan desa secara berkelanjutan dan berwawasan tata ruang desa yang dilaksanakan secara berkesinambungan.

 Penyusunan RPDP Desa bertujuan sebagai tolak ukur pembangunan perdesaan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui pembangunan infrastruktur, ekonomi, sosial dan kelembagaan sesuai dengan tata ruang desa, potensi dan permasalahannya.

(14)

5

 Penyusunan program jangka menengah desa bertujuan sebagai bahan usulan dalam Musrenbang.

1.2.3 Sasaran

 Sasaran pertama penyusunan RPDP Desa adalah tersusunnya rencana pembangunan desa yang berkelanjutan dan berwawasan tata ruang desa yang dilaksanakan secara berkesinambungan.

 Sasaran kedua penyusunan RPDP Desa adalah terciptanya arah pembangunan perdesaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan infrastruktur, ekonomi, social yang sesuai dengan potensi masyarakat dan permasalahannya.

 Sasaran ketiga penyusunan RPDP Desa adalah tersusunnya program jangka menengah desa sebagai bahan usulan dalam musrenbang.

 Sasaran keempat penyusunan RPDP Desa adalah agar masyarakat desa dapat ikut berpartisipasi secara langsung dalam proses penyusunan dan perumusan masalah desa, perencanaan kebutuhan desa, menyusun usulan program dan kegiatan pembangunan desa , serta agar masyarakat mampu berpartisipasi dalam pemantauan dan evaluasi program/kegiatan pembangunan desa .

 Sasaran kelima dari penyusunan RPDP Desa adalah untuk menciptakan lapangan kerja, peningkatan produksi dan pemasaran, serta peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat desa .

1.3 Ruang Lingkup

Secara umum ruang lingkup Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir meliputi metode pelaksanaan, proses pelaksanaan, hasil dokumen dan mekanisme pelaksanaan.

Lingkup dari metode pelaksanaan mencakup :

1. Prinsip-prinsip perencanaan, meliputi penerapan konsep bina manusia, bina usaha, bina kelembagaan, bina lingkungan dan bina siaga bencana serta perubahan iklim

(15)

6 2. Kerangka pikir perencanaan, meliputi kegiatan penyusunan rencana pengembangan desa, mulai dari persiapan, pelaksanaan penyusunan sampai dengan penetapan, pengendalian serta evaluasi program

3. Metode penyusunan meliputi metode pengumpulan data, metode analisis data dan metode penyusunan rencana.

Lingkup dari proses pelaksanaan pengembangan desa pesisir meliputi, sosial budaya, ekonomi, sumberdaya alam dan lingkungan, infrastruktur, kelembagaan, siaga bencana dan perubahan iklim.

1.4 Sistematika Penyusunan

Sistematika penyusunan rencana pengembangan desa pesisir adalah sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan

Pada bagian pendahuluan menguraikan Latar Belakang, Tujuan, Sasaran, Ruang Lingkup dan Sistematika Penyusunan

Bab 2Gambaran Umum Wilayah

Pada bab inimengulas tentang deskripsi umum desa (letak geografis dan administrasi, topografi dan penggunaan lahan, dan kondisi sosial ekonomi), dampak perubahan iklim yang dirasakan, serta permasalahan yang ada.

Bab 3Metode Penyusunan RPDP

Pada bab ini menjelaskan mengenai kerangka perencanaan yang disusun, pendekatan yang digunakan, unit analisis, serta alur proses penyusunannya.

Bab 4Keterkaitan Dengan Rencana Lain

Pada bab ini menguraikan keterkaitan dengan program RPJP Kabupaten Pacitan yang dikaitkan dengan penyelenggaraan perencanaan pengembangan desa.

(16)

7 Bab 5Rencana Pengembangan Desa

Pada bagian ini menjelaskan fokus perencanaan, spirit nilai yang dijadikan dasar dalam perencanaan, serta rencana pengembangan itu sendiri yang terdiri lima rencana program, yaitu rencana program bina manusia, bina usaha, bina sumberdaya, bina lingkungan dan infrastruktur, serta bina siaga bencana dan adaptasi perubahan iklim.

Bab 6Pemantauan dan Evaluasi

Pada bagian ini menguraikan tentang pelaksanaan monitoring, pemantauan dan evaluasi perencanan pengembangan desa

(17)

8

BAB 2

GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Diskripsi Umum

2.1.1 Letak Geografis Kabupaten Pacitan

Kabupaten Pacitan merupakan bagian wilayah Provinsi Jawa Timur paling Selatan, yang berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah. Terletak 276 km sebelah Barat daya kota Surabaya dengan letak geografis 7o 55‟ – 8o 17‟ LS dan 110o 55‟ – 111o 25‟ BT. Secara administratif terbagi atas 12 wilayah kecamatan, 5 kelurahan dan 166 desa. Sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan kapur, yakni bagian dari rangkaian Pegunungan Kidul. Tanah tersebut kurang cocok untuk pertanian. Namun demikian, daerah ini memiliki potensi yang dimiliki cukup beragam mulai dari potensi kelautan, potensi pesisir dan potensi untuk pengembangan budidaya ikan di wilayah darat.

Gambar 2.1

Peta Administrasi Kabupaten Pacitan

(18)

9 Batas-batas wilyah Kabupaten Pacitan adalah:

Sebelah Utara : Kabupaten Ponorogo

Sebelah Barat : Kabupaten Wonogiri (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Sebelah Timur : Kabupaten Trenggalek

Kabupaten Pacitan mempunyai luas wilayah 1.389,87 km2 yang kondisi alamnya sebagian besar terdiri dari berbukit-bukit yang mengelilingi kabupaten. Sedangkan wilayah kota Pacitan berupa daratan rendah. Selebihnya berupa daerah pantai yang memanjang dari sebelah Barat sampai Timur di bagian Selatan. Pacitan adalah kecamatan yang menjadi ibukotan Kabupaten Pacitan. Secara keseluruhan, landscape kota Pacitan terletak di lembah. Tepinya berupa Teluk Pacitan dan dialiri sungai Grindulu yang membentang dari wilayah Selatan menuju pantai Teleng Ria.

Topografi di Kabupaten Pacitan menunjukkan bahwa bentang daratnya bervariasi, dengan kemiringan sebagai berikut:

 0-2 % meliputi 4,3 % dari luas wilayah merupakan daerah tepi pantai;

 2-15 % memliputi 6,60 dari luas wilayah baik untuk usaha pertanian dengan memperhatikan usaha pengawetan tanah dan air;

 15-40 meliputi 25,87 % dari luas wilayah, sebaiknya untuk usaha tanaman tahunan;

 >40% keatas meliputi 63,17% dari luas wilayah merupakan daerah yang harus difungsikan sebagai kawasan penyangga tanah dan air serta untuk menjaga keseimbangan ekosistem di Kabupaten Pacitan.

Struktur dan Jenis tanah di Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut :

 Jenis tanah Alluvial Kelabu endapan liat : seluas 4.969 Ha atau 2,80 %

 Assosiasi Litosal dan Mediteran Merah : seluas 4.629 Ha atau 34,26 %

 Litosal Campuran Tuf dan bahan Vulkanik : seluas 58.592 Ha atau 22,02 %

 Komplek Litosal Kemerahan dan Litosal : seluas 31.592 Ha atau 22,02 %

(19)

10 Adapun jenis Geologinya adalah sebagai berikut :

 Endapan Zaman Tua (Meoson) : seluas 91.830 Ha.

 Batu Kapur Zaman Tua : seluas 36.829 Ha.

 Andesit : seluas 7.654 Ha.

 Aluvium : seluas 6.623 Ha.

Dengan Ketinggian :

 7-25 m diatas permukaan air laut : 2.62 %

 25-100 m diatas permukaan air laut : 2.67 %

 100-500 m diatas permukaan air laut : 52.68 %

 500-1000 m diatas permukaan air laut : 36.43 %

 1000 m diatas permukaan air laut : 5.59 %

Gambar 2.2

Peta Ketinggian Lahan diatas Permukaan Laut Kawasan Pesisir Pacitan

(20)

11 2.1.2. Administratif dan Kepadatan Penduduk

Rincian administratif masing-masing kecamatan di Kabupaten Pacitan disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.1

Daftar Kecamatan di Kabupaten Pacitan No. Kecamatan Jumlah Desa Lokasi

Pantai

1. Donorojo 12 4

2. Punung 13 -

3. Pringkuku 13 5

4. Pacitan 25 3

5. Kebonagung 19 7

6. Arjosari 17 -

7. Nawangan 9 -

8. Bandar 8 -

9. Tegalombo 11 -

10. Tulakan 16 1

11. Ngadirojo 18 2

12. Sudimoro 10 4

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011

Tabel 2.2

Kepadatan penduduk per kecamatan di Kabupaten Pacitan

No Kecamatan

Luas Jumlah Penduduk tahun 2010

Kepadatan

Penduduk Jumlah Rumah Tangga

Km2 Jiwa Jiwa

/Km2

1 Donorojo 109,09 40,825 373 10.521

2 Pringkuku 132,93 32,63 244 7.008

3 Pacitan 77,11 65,646 849 24.658

4 Kebonagung 124,85 45,479 363 10.512

5 Tulakan 161,61 78,307 484 21.12

6 Ngadirojo 95,91 44,25 460 14.976

7 Sudimoro 71,86 30,033 417 7.04

(21)

12 No Kecamatan

Luas Jumlah Penduduk tahun 2010

Kepadatan

Penduduk Jumlah Rumah Tangga

Km2 Jiwa Jiwa

/Km2

8 Punung 108,81 36,062 331 9,554

9 Arjosari 117,06 39,987 341 3,8

10 Nawangan 124,06 50,586 406 2,6

11 Bandar 117,34 44,108 375 3,4

12 Tegalombo 149,26 50,731 339 3,6

Jumlah 1,389.87 481.764 4982 35

Sumber : Kecamatan dalam angka 2011

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2011, jumlah penduduk Pacitan adalah sebesar 481.764 orang, yang terdiri dari 264.919 laki-laki dan 276.597 perempuan. Distribusi penduduk pacitan terbesar berada di kecamatan Tulakan yaitu sebesar 78.307 jiwa (14,30%), yang diikuti oleh Kecamatan Pacitan sebesar 65.646 jiwa (13,51 persen). Selanjutnya distribusi terkecil adalah Kecamatan Pringkuku sebesar 32.630 jiwa (5,49 %) dan Sudimoro sebesar 30.033 (5,55 %).

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Pacitan per tahun selama sepuluh tahun terakhir adalah sebesar 0,28 persen(%). Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Pacitan adalah yang tertinggi dibandingkan dengan kecamatan – kecamatan lain di Pacitan, yaitu sebesar 1,36 persen(%).

Kecamatan Kebonagung merupakan wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk terendah yaitu sebesar minus 0,25 persen(%).

Laju pertumbuhan penduduk di atas rata-rata kabupaten ditunjukkan oleh 5 (lima) kecamatan. Kecamatan Pacitan sebagai ibukota kabupaten mengalami pertumbuhan penduduk tertinggi, diikuti oleh Kecamatan Ngadirojo dan Tegalombo. Sedangkan Kecamatan Bandar dan Sudimoro menunjukkan pertumbuhan penduduk yang relatif sama.

(22)

13 2.2 Kecamatan Pacitan

Kecamatan pacitan berposisi sebagai kecamatan kota yang mempunyai penduduk 65.344 dengan luas wilayah 77,108 km2 dengan batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kecamatan Arjosari

 Sebelah Barat : Kecamatan Prikuku,

 Sebelah Timur : Kecamatan Kebonagung

 Sebelah Selatan : Samudra Indonesia

Gambar 2.3

Peta administrasi kecamatan Pacitan

Secara topografis Hampir seluruh wilayah kecamatan Pacitan mempunyai topografi berombak sampai bergunung dan berbatu-batu dari 20 desa dan 5 kelurahan hampir semuanya di lintasi oleh aliran sungai dan anak sungai grindulu dan hamper semua desa/kelurahan juga terdapat perbukitan/pegunungan.

Wilayah Kecamatan Pacitan sebagaimana kondisi Kabupaten Pacitan pada umumnya sebagai daerah pegunungan dengan sifat fisik dan kelerenganya merupakan tanah pada zone diklasifikasikan sebagai sistem lahan yang

(23)

14 mengandung bahaya erosi berupa batuan kapur, terdapat didesa sedeng, yang terletak dibagian barat, masing-masing pada ketinggian 0-500 meter diatas permukaanair laut. Jenis tanah yang utama didaerah ini adalah litosol dan mediteram dengan bahan induk batu gamping dan system drainasi dalam. Selain itu beberapa berupa lahan sawah yang berperairan teknis.

Tabel 2.3

Penduduk menurut jenis kelamin dan sex ratio 2010 NO DESA PENDUDUK (JIWA)

JUMLAH SEX RATIO LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 SIDOHARJO 2,650 2,823 5,473 93,87

2 PLOSO 2,995 3,168 6,163 94,54

3 KEMBANG 1,181 1,176 2,357 100,43

4 SUKOHARJO 710 753 1,463 94,29

5 KAYEN 1,248 1,306 2,554 95,56

6 SIRNOBOYO 2,185 2,121 4,306 103,02

7 ARJOWINANGON 1,523 1,697 3,220 89,75

8 BALEHARJO 1,409 1,857 3,266 75,88

9 BANGUNSARI 1,756 1,723 3,479 101,92

10 SEDENG 1,141 1,296 2,437 88,04

11 SUMBERHARJO 608 706 1,314 86,12

12 PUCANGSEWU 1,655 1,689 3,344 97,99

13 PACITAN 1,710 1,959 3,669 87,29

14 TANJUNGSARI 1,883 2,015 3,898 93,45

15 MENADI 765 820 1,585 93,29

16 MENTORO 1,060 1,215 2,275 87,24

17 PURWOREJO 740 910 1,650 81,32

18 NANGGUNGAN 991 837 1,828 118,40

19 WIDORO 871 803 1,674 108,47

20 SEMANTEN 662 719 1,381 92,07

21 BANJARSARI 622 661 1,283 94,10

22 BOLOSINGO 627 649 1,276 96,61

23 SAMBONG 1,450 1,434 2,884 01,12

24 PONGGOK 962 1,074 2,036 89,57

25 TAMBAKREJO 920 1,022 1,942 90,02

JUMLAH 32,324 34,433 66,757 93,88

TAHUN 2009 32,396 34,396 66,776 94,23

TAHUN 2008 32,207 34,208 66,415 94,15

(24)

15 Berdasarkan hasil sensus 2011 jumlah penduduk pada tabel diatas kecamatan Pacitan memiliki 11 desa dengan jumlah penduduk 66,757 jiwa terdiri dari laki-laki 32,324 jiwa dan perempuan 34,433 jiwa.

Gambar 2.4

Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin dan sex ratio 2010

2.3 Kelurahan Sidoharjo

2.3.1 Sejarah Kelurahan Sidoharjo

Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan terletak di sebelah selatan dari pusat pemerintahan Kabupaten Pacitan. Sejarah berdirinya Kelurahan Sidoharjo tentunya tidak lepas dari sejarah berdirinya Pacitan. Hanya saja tidak ada catatan sejarah resmi/babad yang menjelaskan awal berdirinya Kelurahan Sidoharjo. Cerita sejarah yang selama ini berkembang berasal dari masyarakat sekitarnya atau dari sesepuh.

Wilayah Kelurahan Sidoharjo sudah ada sejak perkembangan agama hindu di Pacitan. Pada abad ke XV di Pacitan telah berkembang agama Hindu Budha yang berkiblat kepada kerajaan Majapahit dipimpin oleh Ki Ageng Buwono Keling dan bertempat tinggal di Jati Kecamatan Kebonagung. Dengan datangnya ajaran agama Islam yang cepat sekali berkembang di Pulau Jawa maka terdesaklah

0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500

Jiwa

Desa

LAKI-LAKI PEREMPUAN

(25)

16 pengaruh agama Hindu Budha di Pacitan. Ajaran Islam tersebut dibawa oleh Ki Ageng Petung (Kyai Siti Geseng) bersama Syeh Maulana Maghribi dan bangsawan, negeri Buwono Keling di Jati Kecamatan Kebonagung, menurut legenda disebut daerah Wengker Kidul.

Wilayah Sidoharjo termasuk Daerah penyebaran agama islam di Pacitan, hal ini dibuktikan dengan adanya sebuah makam salah satu tokoh penyebar agama Islam di Pacitan yang oleh masyarakat sekitar diberi nama Syekh Brubuh.

Tidak ada catatan yang menyebutkan asal dari Syekh Brubuh ini.

Adapun urutan kepemimpinan kepala desa/lurah yang pernah memimpin wilayah Sidoharjo adalah sebagai berikut :

No. Nama Lurah/Kepala

Desa Masa Jabatan Keterangan

1. Sastro Magi Sebelum Kemerdekan

2. Karto Pawiro 1950-1953

3. Sarponen 1953-1955

4. Boyatin Imam Nawawi 1955-1982 Status Desa menjadi kelurahan

5. HM. Toesiran 1982-1987

6. Gunardi 1987-1989

7. Hari Tri Murdiyanto 1989-1991

8. Jumaat, SH 1991-1998

9. Soenawan 1998-2001

10. Soebandi 2001-2006 Menjadi Otoda

11. Sujadi 2006 (3 bulan)

12. Darto Wasono 2006-sekarang Berubah menjadi Satker Kelurahan Sidoharjo memiliki jalan aspal 10 Km kondisi baik, 6 Km kondisi sedang, dan 7 Km kondisi rusak. Jalan utama yang dapat dilalui kendaraan roda 4 sepanjang tahun sepanjang 31 Km dan yang tidak dapat dilalui sepanjang 12 Km.

Jenis jalan, jalan propinsi 8 Km, jalan kabupaten/kota 23 Km, jalan desa 46 Km, sehingga jumlahnya 77 Km. Kelas jalan, jalan kelas III 5 Km dan rusak 2 Km, jalan kelas IV 2 Km, jalan desa 46 Km. Jembatan beton 4 buah dengan kondisi baik dan jembatan besi sebanyak 3 buah dengan kondisi baik.

Sarana dan prasarana pendidikan, ada 3 Taman Kanak-Kanak memiliki 9 pengajar dan 120 murid dengan prasarana fisik 9 lokal seluas 600 m2 dan

(26)

17 dilengkapi perpustakaan. Sekolah Dasar negeri 2 buah memiliki pengajar 12 orang dan 460 murid dengan prasarana fisik 12 lokal seluas 860 m2 dan dilengkapi perpustakaan. Sekolah Dasar Inpres 1 buah memiliki pengajar 8 orang dan 30 murid dengan prasarana fisik 6 lokal seluas 420 m2 dan dilengkapi perpustakaan.

Madrasah Ibtidaiyah 2 buah memiliki 14 orang pengajar dan 360 murid dengan prasarana fisik 12 lokal seluas 680 m2 dan dilengkapi perpustakaan. Untuk Sekolah Menengah Kejuruhan (SMK) terdapat 1 buah dengan 4 lokal seluas 1.200 m2 dengan pengajar 40 orang dan 800 murid, dilengkapi dengan perpustakaan dan laboratorium.

Sarana tempat ibadah sebanyak 15 masjid dan 17 surau/mushola. Pondok pesantren ada 1 buah dengan 3 orang kyai dan 60 santri. Majelis taklim 1 buah dengn 120 jamaah. Sarana pariwisata terdiri dari: taman, pantai, pemandian, tempat rekreasi lain, dan toko cinderamata/souvenir masing-masing 1 buah, ditambah 6 buah penginapan dan 4 restoran.

Sarana perekonomian, 4 koperasi simpan pinjam, 1 KUD, 2 Badan kredit, 1 koperasi produksi, 2 koperasi lainnya, 2 pasar ikan, 1 toko, 12 kios, 36 warung, 4 bank, dan 2 lumbung desa.

2.3.2 Visi dan Misi Kelurahan Sidoharjo

Visi KelurahanSidoharjo: Terbentuknya masyarakat yang sejahtera dan bermartabat.

Misi Kelurahan Sidoharjo:

1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat dan swadaya masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan

2. Meningkatkan ketrampilan dan keahlian kepada masyarakat 3. Memberikan stimulan permodalan untuk usaha mikro dan kecil

4. Meningkatkan kesehatan masyarakat melalui peningkatan kesadaran pola hidup masyarakat.

5. Peningkatan kegiatan posyandu, sarana dan prasarana pendukung

6. Memfasilitasi keluarga pra sejahtera untuk mewujudkan kondisi keluarganya

(27)

18 2.3.3Letak Geografis

Kelurahan Sidoharjo terletak di Kecamatan Pacitan. Luas total wilayah Kelurahan Sidoharjo ± 723,430 ha.

Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Sidoharjo adalah sebagai berikut : Sebelah utara : Kelurahan Pucangsewu dan Desa Bangunsari

(Kecamatan Pacitan) Sebelah selatan : Samudera Indonesia

Sebelah timur : Kelurahan Ploso dan Kelurahan Baleharjo (Kecamatan Pacitan)

Sebelah barat : Desa Dadapan (Kecamatan Pringkuku)

Tabel 3.4

Jarak Administratif Kelurahan Sidoharjo

No Orbitasi Keterangan

1 Jarak kantor kelurahan dengan

kecamatan 0,5 Km

2 Jarak kantor kelurahan dengan

kabupaten 0,5 Km

3 Jarak kantor kelurahan ke ibu kota

provinsi 250 Km

2.3.4 Fisiografi dan Kondisi Tanah

Kelurahan Sidoharjo terletak 1 – 2 m dpl (di atas permukaan laut) dengan suhu dalam kisaran minimum 20 derajat dan maksimum 28 derajat. Banyaknya curah hujan 28 – 30 mm/tahun. Bentuk wilayah datar sampai berombak 60 %, berombak sampai berbukit 10 %, dan berbukit sampai bergunung 30 %. Warna tanah sebagian besar berwarna kuning dengan tekstur pasiran dan kemiringan tanah 15 0.

(28)

19 Tabel 3.5

Luas Wilayah Menurut Penggunaan

No Pemanfaatan Lahan Keterangan

1 Tanah sawah 86 ha

2 Tanah kering 84 ha

3 Tanah basah 7 ha

4 Tanah hutan 99 ha

5 Tanah perkebunan 10 ha

6 Tanah keperluan fasilitas umum 30,2 ha 7 Tanah keperluan fasilitas sosial 7804 m2 8 Lain-lain (tanah tandus/tanah pasir) 20 ha

Total luas 723,430 ha

Sumber air bersih berasal dari mata air berjumlah 6 buah, sumur gali, 300 unit, sumur pompa 144 unit, hidran umum 6 unit, PDAM 240 unit dan pipa 3 unit.

Jumlah pemanfaat dari masing-masing sumber air bersih yaitu: pemanfaat mata air 90 orang, sumur gali 900 orang, sumur pompa 433 orang, hidran umum 30 orang, PDAM 720 orang, dan pipa 120 orang. Untuk wilayah perairan umum terdiri dari sungai dan rawa.

2.3.5 Kependudukan

Jumlah penduduk Kelurahan Sidoharjo pada tahun 2010 mencapai 7.017 orang, terdiri dari 2.038 KK dengan jumlah laki-laki 3.387 orang dan jumlah perempuan 3.630 orang. Sedangkan, mata pencaharian pokok penduduk Kelurahan Sidoharjo dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.6

Mata Pencaharian Pokok

No Jenis Pekerjaan Jumlah Keterangan

1 Petani

- Petani pemilik tanah 480 orang - Petani penggarap tanah 420 orang - Petani penggarap/ penyekap - orang

- Buruh tani 360 orang

2 Nelayan 70 orang

3 Pengusaha sedang/ besar 2 orang 4 Pengrajin/ industri kecil 12 orang

5 Buruh industri 1500 orang

(29)

20 No Jenis Pekerjaan Jumlah Keterangan

6 Buruh bangunan 340 orang

7 Buruh pertambangan - orang

8 Buruh perkebunan - orang

9 Pedagang 36 orang

10 Pengangkutan 24 orang

11 Pegawai Negeri Sipil 460 orang

12 ABRI 40 orang

13 Pensiunan (PNS/ABRI) 160 orang

14 Peternak 529 orang

a. Sapi perah 1 orang - orang

b. Sapi biasa 60 orang - orang

c. Kerbau 2 orang 1 orang

d. Kambing 160 orang - orang

e. Domba 12 orang - orang

f. Kuda/ Babi - orang - orang

g. Ayam 270 orang - orang

h. Itik 24 orang - orang

i. Peternak lainnya - orang - orang

15 Lain-lain 6 orang 1 orang

- orang - orang - orang - orang - orang - orang - orang - orang

Mayoritas penduduk di Kelurahan Sidoharjo adalah beragama islam dengan jumlah 6.975 orang, agama katolik 6 orang dan protestan 36 orang. Untuk jenjang pendidikan penduduk di Kelurahan Sidoharjo dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.7 Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Keterangan

1 Belum Sekolah 324 orang

2 Tidak Tamat SD 60 orang

3 Tamat SD/Sederajat 420 orang

4 Tamat SLTP/Sederajat 630 orang

5 Tamat SMU/Sederajat 764 orang

6 Tamat Akademi/Sederajat 80 orang

(30)

21 No Tingkat Pendidikan Jumlah Keterangan

7 Tamat Perguruan

Tinggi/Sederajat 61 orang

8 Buta Huruf - orang

Untuk jumlah penduduk berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.8

Jumlah Penduduk Menurut Usia

No Usia Jumlah Keterangan

1 0-6 Tahun 395 orang

2 7-12 Tahun 594 orang

3 13-18 Tahun 360 orang

4 19-24 Tahun 460 orang

5 25-55 Tahun 520 orang

6 56-79 Tahun 100 orang

7 80 Tahun – Ke atas 320 orang

8 0-4 Tahun 310 orang

9 5-9 Tahun 310 orang

10 10-14 Tahun 305 orang

11 15-19 Tahun 278 orang

12 20-24 Tahun 408 orang

13 25-29 Tahun 380 orang

14 30-34 Tahun 306 orang

15 35-39 Tahun 400 orang

16 40 Tahun – Ke atas 378 orang

17 0-5 Tahun 370 orang

18 6-16 Tahun 314 orang

19 17-25 Tahun 298 orang

20 26-55 Tahun 408 orang

21 56 Tahun – Ke atas 470 orang 2.3.6 Potensi Desa

A. Perekonomian

Sebagaimana penduduk yang bermukim di kawasan wilayah pesisir, maka pada umumnya sebagaian besar masyarakat di Kelurahan Sidoharjo masih bermata pencaharian sebagai nelayan, petani dan buruh –buruh industri yang notabene mereka adalah golongan masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Tingkat perekonomian di suatu daerah tentunya juga dipengaruhi oleh Jumlah angkatan

(31)

22 kerja yang ada di daerah tersebut. Jumlah angkatan kerja (penduduk usia 18 – 56 tahun) yang ada di Kelurahan Sidoharjo dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 3.9

Jumlah Angkatan Kerja

No. Uraian Keterangan

1. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang

masih sekolah dan tidak bekerja 260 orang 2. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang

menjadi ibu rumah tangga 120 orang

3. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang

bekerja penuh 480 orang

4. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang

bekerja tidak tentu 310 orang

5. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang

cacat dan tidak bekerja 36 orang

6. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang

cacat dan bekerja 12 orang

Apabila dilihat dari table diatas, maka dapat dikatakan bahwa rata – rata penduduk di Kelurahan Sidoharjo sudah bekerja dan mempunyai penghasilan, meskipun ada beberapa diantaranya yang bekerja secara serabutan atau tidak menentu. Tingkat perekonomian suatu daerah juga dapat digambarkan dengan melihat tingkat kesejahteraan keluarga yang ada di daerah tersebut. Tingkat kesejahteraan penduduk di Kelurahan Sidoharjo dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 3.10

Tingkat Kesejahteraan Keluarga

No. Uraian Keterangan

1. Jumlah keluarga prasejahtera 430 Keluarga 2. Jumlah keluarga sejahtera 1 125 Keluarga 3. Jumlah keluarga sejahtera 2 120 Keluarga 4. Jumlah keluarga sejahtera 3 110 Keluarga 5. Jumlah keluarga sejahtera 3 plus 100 Keluarga

Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah keluarga prasejahtera masih cukup tinggi dengan kata lain masih banyaknya keluarga yang berada pada garis kemiskinan.

(32)

23 B. Pertanian

Sektor Pertanian masih memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat di wilayah Kelurahan Sidoharjo. Selain sebagai penghasil pangan, sektor pertanian juga menjadi sumber pendapatan bagi sebagaian besar masyarakat yang ada di wilayah Sidoharjo. Berdasarkan data yang ada, sebanyak 1.260 penduduk di wilayah Kelurahan Sidoharjo mempunyai mata pencaharian pokok di bidang pertanian, baik itu sebagai petani pemilik lahan, penggarap ataupun sebagai buruh tani.

C. Perikanan

Kelurahan Sidoharjomemiliki dua tempat pendaratan ikan, yaitu diPantai Teleng dan Tamperan. Fasilitas yang telah dibangun di tempat pendaratan ikan tersebut adalah Tempat Pelelangan Ikan (TPI), salah satunya berada di Kelurahan Sidoharjo, yaitu di areal PPP Tamperan. PPP Tamperan merupakan sentra perikanan tangkap di Kabupaten Pacitan, dengan luas areal sekitar 5 Ha, mempunyai fasilitas laut maupun darat yang telah dibangun mulai tahun 2003 dan sampai saat ini masih terus diupayakan penyempurnaannya oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dalam hal ini Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur sebagai pengelola sesuai kewenangannya. Sedangkan TPI Teleng Ria berada di kawasan wisata Pantai Teleng Ria. Jumlah produksi perikanan tangkap di laut pada tahun 2009 sebesar 3.671,99 Ton, yang sebagian besar mendarat di PPP Tamperan. Komoditi dominan adalah Tuna dan Cakalang, yang dihasilkan oleh para nelayan andon dengan armada kapal di atas 10 GT dengan alat tangkap purse seine. Sedangkan, sarana kapal/ perahu yang ada di Kelurahan Sidoharjo sebanyak 60 buah perahu motor tempel dan 40 buah perahu.

Di Kelurahan Sidoharjo terdapat pengusaha pengolahan hasil perikanan, yaitu kelompok Pelita Jaya yang memproduksi keripik ikan dan KUP Bina Usaha yang memproduksi bakso, rollade, dan nugget dan sampai saat ini telah dipasarkan untuk kebutuhan lokal.

Kelurahan Sidoharjo memiliki potensi wisata bahari yang terkenal di Kabupaten Pacitan, yaitu Pantai Teleng Ria, di samping Pantai Tamperan di

(33)

24 sebelah selatan PPP Tamperan. Fasilitas wisata bahari di Pantai Teleng Ria telah dilengkapi dengan restoran dan rumah makan, bungalow, warung ikan goreng, arena bermain anak-anak, fasilitas olahraga selancar air dan kolam renang.

Di Kelurahan Sidoharjo juga terdapat potensi mangrove yang luasnya mencapai 5 Ha. Jenis mangrove yang terbesar adalah Avicenia sp dan Rizophora sp yang merupakan hasil penanaman. Saat ini kondisi mangrove relatif rusak karena penebangan dan terkena dampak pembangunan infrastruktur drainase.

Selain itu, di sebelah timur Pantai Teleng Ria, di antara Kelurahan Sidoharjo dan Ploso terdapat greenbelt sepanjang 1 Km dengan ketebalan 100 meter yang dimaksudkan sebagai pelindung pantai dari bencana laut yang sering terjadi di wilayah pantai selatan Jawa. Greenbelt ini dibangun pada tahun 2008, dengan jenis tanaman Cemara Laut, Ketapang, keben/putat dan Waru.

Upaya pengawasan dan pengendalian dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan juga didukung keberadaan POKMASWAS. Di Kelurahan Sidoharjo terdapat POKMASWAS yang merupakan gabungan dari Kelurahan Ploso dan Sidoharjo.

D. Pariwisata

Kelurahan Sidoharjo memiliki potensi alam yang dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata. Pantai teleng Ria, PPP Tamperan dan kawasan Pancer Dorr merupakan wilayah andalan Kabupaten Pacitan. Pengembangan kegiatan pariwisata sudah mulai dilakukan dari kerjasama dengan pihak ketiga dalam hal ini pengembangan dan pengelolaan Teleng Ria. Kawasan atau wilayah pendukung pengembangan wisata bahari di kawasan pesisir sudah mulai ditata, harapan ke depan dengan mulai dibangunnya Jalur Lintas Selatan ( JLS ) akan lebih mempermudah promosi dan pengembangan pariwisata sebagai tulang punggung PAD Kabupaten Pacitanmempunyai wilayah yang potensial sebagai kawasan atau daerah tujuan wisata.

(34)

25 E. Sosial dan Budaya

Pengaruh sosial budaya terhadap masyarakat Kelurahan Sidoharjo saat ini dipengaruhi oleh kaum pendatang / urban. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah dengan adanya kawasan pelabuhan dan pabrik yang ada di Kelurahan Sidoharjo. Di kawasan pelabuhan banyak terdapat nelayan andon yang berasal dari Sulawesi, Tegal, Pekalongan dan dari Sendang Biru Malang. Sedikit banyak dengan kedatangan nelayan andon ini mempengaruhi kehidupan soial masyarakat setempat. Selain pelabuhan juga kawasan pabrik rokok yang terdapat di lingkungan Caruban dengan mayoritas pegawainya perempuan. Para pegawai ini bersal dari wilayah di Kabupaten Pacitan dan wilayah sekitar pacitan seperti Sukoharjo, Wonogiri dan Ponorogo.

F. Bencana Alam

Sebagai kawasan pantai yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, wilayah Kelurahan Sidoharjo merupakan daerah rawan gempa, tsunami, banjir, gelombang tinggi dan angin kencang. Selain itu ada wilayah tertentu yang mempunyai ketinggian dengan lereng yang curam dan terjal.

Wilayah ini juga potensial dengan bencana tanah longsor.

Upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang terjadi adalah dengan melakukan penyuluhan, sosialisasi serta penanaman tanaman sabuk hijau guna mengantisipasi bencana. Peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sangat membantu upaya yang dilakukan pemerintah dalam kegiatan mitigasi bencana.

2.3.7Permasalahan Desa

 Bina manusia

Permasalahan sosial yang paling menonjol adalah banyaknya pengangguran.

 Bina Usaha

Tingkat perekonomian warga sudah relatif cukup bagus. Meskipun seperti itu bukan berarti tidak ada permasalahan. Permasalahan yang paling bisa kita cermati adalah tentang bagaimana caranya untuk pemecahan masalah

(35)

26 peningkatan taraf hidup masyarakat yang tergolong pra sejahtera menjadi sejahtera.

 Bina Lingkungan dan Infrastruktur

Permasalahan infrastruktur yang paling utama di Kelurahan Sidoharjo adalah penyediaan infrastruktur jalan serta drainase yang masih jauh dari layak. Hal ini dapat dilihat jalan di pinggiran pantai/pesisir ada masih berupa jalan tanah.

 Bina Siaga Bencana dan Perubahan Iklim

Kelurahan Sidoharjo merupakan salah satu desa yang terletak di pinggir pantai. Kemungkinan terjadinya gelombang tsunami yang diakibatkan gempa bumi sangat besar. Disamping itu setiap tahun banjir dari luapan air hujan maupun luapan dari sungai yang tanggulnya jebol juga sangat mungkin terjadi.

 Bina Sumberdaya

Terjadinya degradasi aliran sungai di lingkungan Teleng dan Tamperan

2.3.8Rumusan Prioritas Masalah dan Pemecahan Masalah

Dalam strategi pencapaian ini permasalahan dan potensi desa yang telah diuraikan diatas ada beberapa tahapan strategi pencapaian dalam pembangunan yang akan dipakai sebagai pendekatan dalam mencapai visi dan misi desa.

Adapun tahapan strategi pencapaian dan pemecahan masalahan adalah sebagai berikut :

Tahap Pertama

Pada tahapan pertama ini tujuan atau sasaran yang hendak dicapai meliputi pengelolaan potensi desa secara terpadu untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat desa melalui peningkatkan kemampuan SDM (terutama pengelola/pelaku pembangunan) dan peningkatan sarana / prasarana pendukung, pendidikan dan kesehatan dengan memanfaatkan potensi dan lingkungan yang mendukung untuk mewujudkan tahap awal pelaksanaan Visi dan Misi Desa Kembang.

(36)

27 Tahap Kedua

Pada tahapan ini diharapkan semua daya dan upaya yang dilakukan dapat mewujudkan pemerintahan desa yang transparan, akuntable, demokratis, profesionalisme dari perangkat desa dalam pelayanan publik serta mendorong pembangunan ekonomi masyarakat dengan meningkatkan hasil produk unggulan melalui pembangunan desa.

2.3.9 Dampak Perubahan Iklim di Kelurahan Sidoharjo

Perubahan iklim yang terjadi telah dirasakan di berbagai belahan dunia. Hal ini dapat dirasakan dari pergantian musim yang terjadi. Saat ini pergantian musim telah mengalami perubahan waktu, dan hampir sulit untuk diprediksikan. Sebagai contoh adalah musim kemarau yang panjang, musim dingin yang lebih panjang dari biasanya maupun sebaliknya dan pergantian musim lainnya. Untuk di Indonesia perubahan iklim ditandai dengan pergeseran musim hujan dan musim kemarau. Musim kemarau yang lebih panjang dari waktu normalnya dapat berdampak pada menurunnya produktivitas pertanian dan mempengaruhi ketersediaan pangan. Sebagaimana diketahui, bahwa sebagian besar lahan pertanian di Indonesia merupakan lahan pertanian yang menggantungkan kebutuhan airnya pada air hujan. Jika hujan tak datang tepat waktu, maka akan mempengaruhi produktivitas tanaman pertanian yang mana sangat membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Demikian juga sebaliknya, jika musim penghujan lebih panjang dari biasanya maka akan mempengaruhi sektor yang lain dan bahkan bisa mengakibatkan terjadinya bencana, seperti banjir, tanah longsor dan lain sebagainya.

Wilayah pesisir juga merupakan salah satu wilayah yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Perubahan iklim telah mengakibatkan kenaikan paras muka air laut. Kenaikan muka air laut ini mengakibatkan terkikisnya wilayah pesisir melalui abrasi dan semakin menggerus wilayah daratan. Hal ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir, karena

(37)

28 banyak lahan-lahan produktif yang hilang, pemukiman yang tergenang banjir dan bahkan ada pemukiman yang tenggelam.

Kelurahan Sidoharjo merupakan salah satu desa yang memiliki tingkat resiko tinggi terhadap dampak perubahan iklim. Berdasarkan hasil indentifikasi, dampak yang dirasakan masyarakat antara lain :

 Sering terjadi banjir jika hujan terlalu lama, sehingga membanjiri pemukiman warga.

 Meluapnya air disekitar Bleber dan Tuban

 Hasil tangkapan nelayan di laut dan hasil panen pembudidaya ikan di tambak menurun.

Dampak perubahan iklim yang dirasakan masyarakat ini, memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap pola hidup dan kesejahteraan masyarakat di lokasi terdampak. Untuk itu, dengan dampak perubahan iklim yang semakin nyata dirasakan oleh masyarakat di Kelurahan Sidoharjo ini, maka perlu kiranya dirumuskan suatu perencanaan yang tepat dan implementatif dalam upaya untuk bisa beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim.

(38)

29

BAB 3

METODE PENYUSUNAN

RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR

3.1 Kerangka Perencanaan

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa, Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa, dimana terdapat sinkronisasi dan sinergitas. Dokumen rencana pengembangan desa pesisir dibuat selama jangka waktu 5 (lima) tahun yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pengembangan desa. Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) ditetapkan dengan Peraturan Desa. Perencanaan pengembangan desa pesisir disusun secara partisipatif oleh Pemerintah Desa sesuai dengan kewenangannya.

Dalam menyusun perencanaan pengembangan desa pesisir ini melibatkan kelembagaan masyarakat desa serta tokoh masyarakat.

Proses pelaksanaan penyusunan rancangan RPDP adalah sebagai berikut :

3.1.1 Tahap Persiapan

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah:

1) Pembentukan Tim Penyusun RPDP ;

2) Menyusun jadwal dan agenda pelaksanaan kegiatan penyusunan RPDP;

3) Mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat mengenai agenda musrenbang desa ;

4) Mengundang peserta musrenbang desa ;

5) Menyiapkan sarana,alat dan kegiatan penyusunan RPDP.

3.1.2 Pengkajian Keadaan Desa

Pengkajian keadaan desa ini adalah proses penggalian dan pengumpulan data mengenai keadaan masyarakat, masalah, potensi dan berbagai informasi

(39)

30 terkait,yang menggambarkan secara jelas dan lengkap kondisi dan dinamika masyarakat desa.

Kegiatan ini bertujuan untuk menggali secara objektif, lengkap dan cermat tentang :

1) Potensi desa.

2) Permasalahan yang dihadapi.

3) Kebutuhan masyarakat.

3.1.3 Pendekatan dan Metode

Pengkajian keadaan desa dilakukan secara partisipatif dengan menggunakan metode P3MD (Perencanaan Partisipatif Pembangunan Masyarakat dan Desa).

3.1.4 Proses dan Alat Kaji

1) Memfasilitasi masyarakat dalam pertemuan untuk mengenali potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat dengan menggunakan dokumen profil desa;

2) Memfasilitasi masyarakat dalam pertemuan melakukan pengelompokan potensi dan masalah;

3) Memfasilitasi masyarakat dalam pertemuan melakukan pengkajian Tindakan Pemecahan Masalah ;

4) Memfasilitasi masyarakat dalam pertemuan melakukan penentuan peringkat tindakan.

3.1.5 Waktu Pelaksanaan

Durasi (lamanya) waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengkajian keadaan desa disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan desa.

3.1.6 Hasil

Hasil dari Kegiatan ini merupakan penggabungan dari proses pengkajian keadaan di tingkat kelompok atau dukuh adalah :

1) Data Potensi Desa ;

(40)

31 2) Data Permasalahan ;

3) Data Kebutuhan Peringkat Tindakan.

3.2 Fokus Penyusunan

Fokus penyusunan dititikberatkan pada identifikasi masalah dan penyusunan peringkat masalah. Selama ini, program pembangunan masyarakat lebih banyak direncanakan oleh lembaga penyelenggara program tanpa melibatkan secara langsung warga masyarakat yang menjadi sasaran. Program demikian bersifat diturunkan dari atas ke bawah (top-down) artinya diturunkan dari pimpinan lembaga kepada pelaksanan dan masyarakat. Walaupun program semacam ini didasarkan pada proses „penjajagan kebutuhan‟ (Need Assessment) masyarakat.

Namun hal ini dilaksanakan hanya berdasarkan suatu survey atau penelitian akademis yang tidak melibatkan masyarakat secara berarti.

Berbagai kritik sering dilontarkan terhadap pola pengembangan program yang masih diturunkan dari atas ke bawah, antara lain:

 Dalam pola tersebut sering terjadi ketidakcocokan antara para peneliti/pemrakarsa dan para pelaksana program. Penelitian yang terlalu akademis terlampau dipengaruhi oleh wawasan, pikiran dan pandangan penelitinya sendiri, Sehingga nilai terapannya sangat kurang. Dengan sendirinya program yang disusun berdasarkan penelitian itu tidak menyentuh kebutuhan-kebutuhan praktis yang sesungguhnya dirasakan masyarakat.

 Keterlibatan masyarakat dalam program yang “diturunkan “ berupa paket hanyalah sekedar sebagai pelaksana; masyarakat tidak merasa sebagai

“pemilik” program karena seringkali tidak melihat hubungan antara penelitian yang pernah dilakukan dan program yang akhirnya diturunkan. Dengan sendirinya dukungan masyarakat dengan adanya program seperti itu akan sangat berpura-pura, demikian pula partisipasi mereka.

 Keterlibatan masyarakat hanya sebagai pelaksanan saja kurang mendidik dan kurang menjamin keberlanjutan program karena prakarsa selalu datang dari luar dan keterampilan pengkajian, perencanaan dan pengorganisasian, tetap dimiliki orang luar.

(41)

32 Oleh karena itu dalam penyusunan perencanaan ini lebih memfokuskan kepada permasalahan-permasalahan yang ada di desa.

3.3 Pendekatan

3.3.1 Munculnya Pemikiran Tentang Pendekatan Partisipatif

Kritik dan alasan-alasan seperti itulah yang melahirkan beragam pemikiran tentang pendekatan pengembangan program yang lebih partisipatif. Istilah-istilah seperti “partisipasi masyarakat” dan “bottom-up planning” (perencanaan dari bawah atau dari masyarakat), pada saat ini sudah menjadi bagian yang lumrah dalam istilah para aktivis pembangunan masyarakat, baik dikalangan lembaga- lembaga swasta maupun dikalangan pemerintah.

Apabila masyarakat dapat dilibatkan secara berarti dalam keseluruhan proses program, selain program itu menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan rasa kepemilikan warga masyarakat terhadap program lebih tinggi,juga kertampilan,ketrampilan analisis dan perencanaan tadi dipindahkan kepada masyarakat. Dengan demikian, dimasa yang akan datang ketergantungan pada pihak luar dalam pengambilan prakarsa dan perumusan program secara bertahap akan bisa dikurangi.

3.3.2PRA Sebagai Pendekatan Alternatif

Tantangan yang kemudian dihadapi lembaga-lembaga ini adalah menemukan cara untuk mewujudkan pendekatan yang partisipatif secara praktis dilapangan. Pilihan (alternatif) yang kemudian dianggap layak dicoba adalah seperangkat metode dan teknik yang dikenal dengan Participatory Rural Appraisal atau PRA. Pendekatan ini dianggap baik karena didasari prinsip-prinsip untuk mewujudkan partisipasi masyarakat, sekaligus memiliki teknik-teknik penerapannya.

Dengan demikian, secara garis besar latar belakang pengembangan metode PRA adalah :

a. Kebutuhan adanya metode kajian masyarakat yang „mudah‟

dilakukan untuk pengembangan program yang benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat setampat.

(42)

33 Seperti yang telah dijelaskan, PRA mencakup aspek penelitian, namun tekanan aspek ini bukan pada validitas ilmiah (kebenaran ilmu) dari data yang diperoleh, namun lebih pada penerapan prinsip pembelajaranmesyarakat pada nilai praktis pengembangan program masyarakat yang berasal dari masyarakat. PRA merancang proses dan visualisasi (alat peraga atau gambar) yang mudah ditangkap dan dapat dilaksanakan di tingkat desa maupun sarana seadanya, dengan harapan petani dapat memahami dan pada akhirnya dapat melakukan sendiri dengan peran orang luar yang minimal. Dari kacamata para akademisi, pendekatan penyederhanaan dan adaptasi teknik tersebut sering dikritik, karena dianggap mengabaikan kepepatan data dan ketajaman analisa.

Namun hal ini diimbangi dengan kejayaan informasi yang sangat lokal, seperti pandangan dan pengetahuan tradisional para petani sendiri.

b. Kebutuhan adanya pendekatan program pembangunan yang bersifat kemanusiaan dan berkelanjutan.

PRA adalah salah satu metode pendekatan yang tekanannya pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan pengembangan program pembangunan. Pendekatan PRA memang bercita-cita menjadikan warga masyarakat sebagai PELAKU AKTIF (SUBYEK) PEMBANGUNAN, yaitu sebagai

“peneliti” perencana, dan pelaksana program pembangunannya sendiri.

Dengan pelibatan tersebut, diharapkan agar tercapai PEMBERDAYAAN MASYARAKAT atau penguatan kemampuan masyarakat yang merupakan cita- cita dan misi utama metode PRA. Salah satu dari penguatan kemampuan itu adalah mendorong agar warga masyarakat mengembangkan alternatif (pilihan) pemecahan masalah, bukan hanya sekedar konsumen “pemecah”

masalah (teknologi) yang dikembangkan di lembaga-lembaga riset dan diterapkan kepada mereka oleh lembaga program. Dengan demikian, pembangunan akan bersifat berkelanjutan karena memperhatikan pembangunan manusia dan pengembangan teknologi sederhana (tepat guna), bukan hanya pembangunan fisik serta modernisasi berupa teknologi mutakhir

(43)

34 yang dikuasai oleh segelintir orang berpendidikan tinggi, sedang masyarakat banyak semakin susah.

c. Prinsip-prinsip PRA

Salah satu masalah dengan Penamaan atau istilah PRA adalah adanya anggapan bahwa PRA hanya sekedar metode „pengkajian‟ (oleh) masyarakat.

Sejumlah prinsip-prinsip dasar metode PRA yang diuraikan dibawah ini, memperhatikan adanya nilai-nilai atau keyakinan dalam PRA karena bukan hanya sekedar pengkajian atau panggilan informasi saja.

1. Prinsip-prinsip utama yang terabaikan (keberpihakan)

Sering terjadi dalam masyarakat, sebagian besar masyarakat tetap berada di pinggir arus pembangunan yang berjalan cepat. Karena itu, prinsip paling pertama metode PRA ialah mengutamakan masyarakat yang terabaikan tersebut agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pembangunan.

Keberpihakan terhadap golongan masyarakat yang terabaikan ini bukan berarti bahwa golongan masyarakat lainnya (elite masyarakat) perlu mendapat giliran untuk diabaikan atau tidak diikutsertakan. Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan yang terdapat disuatu masyarakat, dengan mengutamakan golongan paling miskin agar kehidupannya meningkat.

2. Prinsip pemberdayaan (Penguatan) masyarakat

Pendekatan PRA bermuatan peningkatan kemampuan masyarakat.

Kemampuan itu ditingkatkan di dalam proses pengkajian keadaan, pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan sampai pada pemberian penilaian dan koreksi terhadap kegiatan yang berlangsung. Dengan kata lain, masyarakat memiliki akses (peluang/kesempatan) dan kontrol (kemampuan memberikan keputusan dan memilih)terhadap berbagai keadaan yang terjadi di seputar kehidupannya. Dengan demikian mereka bisa mengurangi ketergantunga terhadap bantuan orang luar terutama

(44)

35 bila bantuan itu bersifat merugikan (melemahkan posisi masyarakat/petani).

3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator Metode PRA menempatkan masyarakat sebagai pusat dari kegiatan pembangunan. Orang luar harus menyadari perannya Sebagai „fasilitator‟

dan bukannya „guru‟, penyuluh atau bahkan instruktur. Hal ini mudah untuk diucapkan, tetapi tidak mudah untuk dilakukan karena adanya anggapan bahwa masyarakat miskin itu bodoh. Bahwa pendapat anggapan bahwa kemiskinan itu disebabkan oleh kebodohan. Untuk itu perlu sikap rendah hati serta kesediaan untuk belajar dari masyarakatdan menempatkan warga masyarakat sebagai narasumber utama dalam memahami masyarakat itu. Kalaupun pada awalnya peran orang luar lebih besar, harus diusahakan agar secara bertahap orang itu bisa berkurang dengan mengalihkan prakarsa kegiatan-kegiatan PRA warga masyarakat itu sendiri.

4. Prinsip saling belajar dan Menghargai perbedaan

Salah satu Prinsip dasar adalah pengakuan akan pengalaman dan pengatahuan tradisional masyarakat. Hal ini bukanlah berarti bahwa masyarakar selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah.

Kenyataan memperlihatkan bahwa dalam banyak hal perkembangan pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat tidal sempat mengejar perubahan-perubahah yang terjadi dan tidak lagi dapat memecahkan masalah-masalah yang berkembang. Namun sebaliknya telah terbukti bahwa pengetahuan modern yang diperkenalkan oleh orang luar tidak juga memecahkan masalah mereka karena tidak cocok. Bahkan dalam banyak kasus, malah menciptakan masalah yang lebih besar lagi.

Karena harus dilihat bahwa pengalaman dan pengetahuan masyarakat dan pengetahuan orang luar saling melengkapi dan sama bernilainya, dan

(45)

36 bahwa proses PRA adalah ajang komunikasi antara kedua sistem pengetahuan untuk melahirkan sesuatu yang lebih baik.

5. Prinsip santai dan informal

Kegiatan PRA diselenggarakan dalam suasana yang bersifat luwes, terbuka tidak memaksa, dan informal. Situasi yang santai ini akan menimbulkan hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai anggota masyarakat,bukan sebagai tamu asingyang oleh masyarakat harus disambut dengan segala protokol. Terkadang menjadi tradisi bagi masyarakat desa untuk menerima kedatangan orang diluar komunitasnya dengan semacam penyambutan, seperti berkumpulnya para tokoh adat dan pemerintah desa, jamuan dan tarian adat. Barangkali suasana pantai dan informal ini lebih cocok disebutkan sebagai salah satu tip untuk pemandu, tetapi hal ini menjadi prinsipil karena sering dilanggar.penerapan PRA diharapkan untuk sama sekali tidak mengganggu kegiatan sehari-hari masyarakat. Orang luar harus juga memperhatikan jadwal masyarakat bukan sebaliknya masyarakat harus mengikuti jadwal orang luar dalam kegiatan PRA yang terpatok waktu.

6. Prinsip Triangulasi

Salah satu kegiatan PRA adalah usaha mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematis bersama masyarakat. Usaha itu akan memanfaatkan berbagai sumber informasi data. Namun kita tahu, tidak semua sumber informasi itu senantiasa bisa dipercaya letepatannya.

Untuk mendapatkan informasi yang kedalamannya bisa diandalkan kita bisa menggunakan Triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and re-check) informasi.Triagulasi dilakukakan antara lain melalui penganekaragaman keanggotaan tim (keragaman disiplin ilmu atau pengalaman), penganekaragaman sumber informasi (keragaman latar belakang golongan masyarakat, keragaman tempat, jenis kelamin) dan variasi teknik.

Gambar

Tabel 3.7   Tingkat Pendidikan
Gambar Peta  4.1

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelinci jantan lokal yang diberi ransum iso protein (PK 16%) dengan kandungan energi termetabolis 2.800 K.kal/kg lebih tinggi

4.1 Menulis paragraf sederhana tentang ةسردلما في تيطشنأ dengan menggunakan struktur kalimat jumlah ismiyah (mubtada’ + khabar + maf’ul bih).. 4.2 Menulis

Adapun saran yang diberikan peneliti kepada Program Studi PAP selaku pengelola ruang baca yaitu diharapkan dapat melakukan berbagai macam peningkatan fasilitas ruang

Transfer momentum akan lebih efektif pada periode hujan dibandingkan pada periode kemarau karena perbedaan besarnya kecepatan angin pada kedua periode tersebut

Pengukuran pada kisaran potensial yang diterapkan pada elektroda kerja adalah -0,4 – 1,2 V, dengan tinggi pulse 0,20 V dan scan rate 0,15 V/detik.. HASIL DAN PEMBAHASAN

27 Penyaji “Desain dan Pengembangan Courseware Matematika Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Afektif Siswa SMA” dalam Seminar Nasional Matematika dengan

Pada saat siswa melakukan diskusi kelompok, guru berkeliling melakukan observasi terhadap kinerja dan perilaku siswa. Jika dipandang perlu, sewaktu-waktu guru mengunjungi kelompok

 Deposit melalui bank usahakan pesan Tiket dahulu, sebelum melakukan transfer.  Komplain pulsa tidak masuk maksimal 1 minggu