• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKIBAT HUKUM TERHADAP OBJEK JAMINAN FIDUSIA ATAS KETERLAMBATAN PENDAFTARAN PADA KANTOR PENDAFTARAN FIDUSIA TESIS. Oleh. HARI JULIO /M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AKIBAT HUKUM TERHADAP OBJEK JAMINAN FIDUSIA ATAS KETERLAMBATAN PENDAFTARAN PADA KANTOR PENDAFTARAN FIDUSIA TESIS. Oleh. HARI JULIO /M."

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

HARI JULIO 157011077/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

HARI JULIO 157011077/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)

Nomor Pokok : 157011077

Program Studi : KENOTARIATAN

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Notaris Suprayitno, SH, MKn)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum) (Prof.Dr.Budiman Ginting,SH,MHum)

Tanggal lulus : 24 Juli 2017

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN

2. Notaris Dr. Suprayitno, SH, MKn

3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 4. Notaris Syafnil Gani, SH, MHum

(5)

Nim : 157011077

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : AKIBAT HUKUM TERHADAP OBJEK JAMINAN

FIDUSIA ATAS KETERLAMBATAN

PENDAFTARAN PADA KANTOR PENDAFTARAN FIDUSIA

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama : HARI JULIO Nim : 157011077

(6)

i

dengan adanya sistem administrasi pendaftaran jaminan fidusia secara online system menciptakan kemudahan dalam pendaftaran jaminan fidusia. Pendaftaran jaminan fidusia secara sistem online semakin jelas setelah dikeluarkannya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Pemberlakuan Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik dan Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan jasa hukum di bidang jaminan fidusia.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah akan dikaji Bagaimanakah prosedur pendaftaran objek jaminan fidusia secara online, bagaimanakah peran notaris terhadap pendaftaran objek jaminan fidusia tersebut dan upaya penyelesaian yang dilakukan terhadap keterlambatan pendaftaran objek jaminan fidusia secara online tersebut. Adapun jenis penelitian ini dengan menggunakan penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif analitif, dengan menggunakan sumber data primer sekunder maupun tertier. Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, penelitian kepustakaan yang kemudian ditarik kesimpulan deduktif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prosedur pendaftaran objek jaminan fidusia secara online dibuat dihadapan notaris setelah terbitnya peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2015 melalui sistem administrasi secara elektronik dengan menggunakan aplikasi yang telah di tetapkan oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum melalui jejaring internet.

Notaris berperan membuat akta jaminan fidusia agar suatu tindakan yang membawa akibat hukum yang sangat luas bagi para pihak dapat terlindungi. Peran selanjutnya adalah notaris harus mendaftarkan akta jaminan fidusia tersebut secara online melalui akses layanan Administrasi Hukum Umum online dengan username dan password yang dimiliki oleh notaris, kemudian notaris harus menginput data dengan benar di karenakan menurut peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2015 jangka waktu pendaftaran objek jaminan fidusia selama 30 hari sejak di tandatangani akta jaminan fidusia, dan telah membayar biaya pendaftaran jaminan fidusia serta mencetak sertifikat jaminan fidusia. Akibat hukum pendaftaran objek jaminan fidusia yang terlambat didaftar secara online : pertama, tidak memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi para pihak yang berpentingan, kedua tidak memenuhi asas publisitas, ketiga pihak penerima jaminan fidusia tidak mempunyai sertipikat jaminan fidusia yang mana dapat digunakan untuk mengeksekusi benda jaminan fidusia.

Kata Kunci : Akibat Hukum, Pendaftaran Online, Jaminan Fidusia.

(7)

ii

administration of fiduciary collateral registration, registering it becomes easy. The online system was based on the Decree of the Minister of Law and human Rights No.

9/2013 on the Imposition of the Electronic Fiduciary Collateral Registration and the Presidential Decree No. 21/2015 on the Procedure of Electronic Fiduciary Collateral Registration in order to increase services to people who need legal service in fiduciary collateral.

The research problems are as follows: how about the procedure of registering fiduciary collateral by online, how about the role of a Notary in registering the fiduciary collateral, and how about the settlement of the lateness in registering the fiduciary collateral by online. The research used juridical normative and descriptive analytic method by using primary, secondary, and tertiary legal materials. The data were gathered by conducting interviews and library research while the conclusion is drawn deductively.

The result of the research showed that the procedure of registering fiduciary collateral object by online id made before a Notary after the issuance of the Government Regulation No. 21/2015 through electronic administration system by using application promulgated by the Directorate General of General Legal Administration through internet network. The role of a Notary in drawing up fiduciary collateral certificates can legally protect stakeholders. A Notary should register fiduciary collateral certificates through the access to General Law Administration in online by using his surname and password and inputting correct data. According to the Government Regulation No. 21/2015, the period of registering fiduciary collateral is 30 days since it is signed, the registration cost has been paid, and the certificate has been printed. The legal consequence of the lateness in registering fiduciary collateral by online is, first, there will be no legal certainty and legal protection for stakeholders; secondly, publicity principle is not fulfilled; thirdly, the receiver of fiduciary collateral will not have any fiduciary collateral certificate which can be used to execute fiduciary collateral object.

Keywords: Legal Consequence, Registration by Online, Fiduciary Collateral

(8)

iii

telah dapat diselesaikan penulisan tesis ini yang berjudul “AKIBAT HUKUM TERHADAP OBJEK JAMINAN FIDUSIA ATAS KETERLAMBATAN PADA KANTOR FIDUSIA “. Shalawat dan salam tidak lupa disanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam kegelapan sampai ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan tesis ini tidak mungkin berhasil diselesaikan tanpa kesempatan, bantuan, bimbingan, arahan, serta dorongan semangat dari berbagai pihak yang diberikan oleh penulis. Untuk itu ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya disampaikan kepada :Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN., Bapak Notaris Dr. Suprayitno, SH, M.Kn, Ibu Dr. T. Keizerina Devi A. SH, CN, M.Hum dan Notaris Syafnil Gani, SH, M.Hum., selaku komisi pembimbing dan penguji yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas yang terbaik dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum, Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara kepada penulis;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini;

(9)

iv

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan ini ; 5. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar yang ada di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara seluruhnya yang telah membimbing dan membagikan ilmunya kepada penulis;

6. Seluruh Staf/Pegawai pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama menjalani pendidikan.

7. Penghargaan setinggi-tingginya kepada orang tua saya tercinta ayahanda Jalanak, SH dan Ibunda Nurselan Siregar, A.Md kepada kakak tersayang drg, Nopi Yanti Fitri, adik-adik saya Saleh Hardi dan Surya Permana untuk doa dan supportnya baik dalam bentuk materiil maupun dalam bentuk moril, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

8. Untuk seluruh famili saya atas doa dan supportnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Untuk sahabat paling spesial di Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Miftahul Rahmah SH., Arie Hermawan SH., Stela SH., yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis baik berupa masukan dan dukungan dalam penulisan tesis ini, sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih baik.

10. Untuk sahabat-sahabat di Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Fadil Yazid, SH., Riyanda Kiransyah, SH., Odi Yehezkiel Simanungkalit, SH., Joko Prabowo, SH., Raymond Saptahari, SH., Sofia Anggraini SH., Indri Handayani, SH., serta rekan-rekan MKn USU angkatan 2015 yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis baik

(10)

v

tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi penulisan maupun isinya. Hal ini karena masih kurangnya ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, untuk itu di harapkan dengan segala kerendahan hati diharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi tercapainya kesempurnaan sehingga tesis dapat berguna bagi pembangunan pengetahuan hukum. Amin Yaa Rabbal’alamin.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, akhir kata atas segala perhatian yang telah diberikan sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih. Semoga tesis ini juga bermanfaat bagi kita semua.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Medan, Juli 2017 Penulis

HARI JULIO 157011077

(11)

vi

Tempat/Tanggal Lahir : Sorek Satu, 20 Maret 1994

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

II. IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Jalanak, SH.

Nama Ibu : Nurselan Siregar, A.Md.

III. PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : Sekolah Dasar Negeri 01 Kotacane (1999- 2005)

Sekolah Menegah Pertama : SMP Negeri 01 Langsa (2005-2008)

Sekolah Menegah Atas : SMA Swasta Al-Azhar Medan (2008-2011) Strata I : Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera

Utara (2011-2015)

Strata II : Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara (USU) (2015-2017)

(12)

vii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR ISTILAH ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Keaslian Penelitian ... 11

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 13

1. Kerangka Teori ... 13

2. Kerangka Konsepsi ... 19

G. Metode Penelitian ... 21

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 21

2. Sumber Data... 21

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 22

4. Analisis Data ... 23

BAB II PROSEDUR PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA SECARA ONLINE... 24

A. Tinjauan Umum Tentang Hukum Jaminan Fidusia ... 24

1. Pengertian Jaminan Fidusia ... 24

2. Ruang Lingkup, Subjek dan Objek Jaminan Fidusia... 34

(13)

viii

BAB III PERAN NOTARIS TERHADAP PENDAFTARAN OBJEK

JAMINAN FIDUSIA SECARA ONLINE... 70

A. Tinjauan Umum tentang Notaris ... 70

1. Sejarah Notaris di Indonesia ... 70

2. Kewenangan, Kewajiban dan Larangan Notaris ... 77

3. Pembuatan Akta Notaris ... 87

B. Peran Notaris Terhadap Pendaftaran Objek Jaminan Fidusia Secara Online ... 100

BAB IV AKIBAT HUKUM TERHADAP OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG TERLAMBAT DIDAFTAR SERTA UPAYA PENYELESAIAN TERHADAP KETERLAMBATAN PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA TERSEBUT 104 A. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi Karena Terjadinya Keterlambatan Pendaftaran Objek Jaminan Fidusia Secara Online... 104

B. Akibat Hukum Terhadap Keterlambatan Pendaftaran Objek Jaminan Fidusia Secara Online ... 108

C. Upaya Penyelesaian Terhadap Keterlambatan Pendaftaran Objek Jaminan Fidusia Secara Online ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 112

A. Kesimpulan... 112

B. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 115

(14)

ix

Akta Otentik : Akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu

Borgtocht : Penanggungan

Borderless : Tanpa Batas

Concepto : Gagasan

Constitutum Possessorium : Suatu keadaan dimana benda tetap dikuasai debitur walaupun hak milik atas benda tersebut telah berpindah ke tangan debitur.

Cessie : Pengalihan hak yang mengakibatkan terjadinya pergantian kreditur

Civil law : Hukum yang bersifat tertulis

Droit de Suite : Hak yang terus mengikuti pemilik benda Debitur : Pihak yang berhutang ke pihak lain Droit de Preference : Hak yang lebih didahulukan

Eksekutorial : Kekuatan yang melaksanakan putusan pengadilan pada akta otentik yang di kepala akta tertulis: Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa?

memiliki kekuatan eksekutorial seperti suatu putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap

Fiduciair : Kepercayaan

Formale bewijskracht : Kekuatan pembuktian formal akta otentik

Gadai : Hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan memberikan kekuasaan kepada

(15)

x

Hak Tanggungan : Jaminan pelunasan utang yang dibebankan pada suatu hak Atas tanah

Inventory : Benda dalam persediaan

Impartial : Tidak memihak siapapun

Jaminan Fidusia : Hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak bewujud dan benda tidak bergerak khususnya Bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia (debitor), sebagai agunan bagi pelunasan uang tertentu.

Kreditur : Penerima

Korporasi : Suatu perkumpulan atau organisasi yang oleh hukum diperlakukan seperti seorang manusia, sebagai pemilik hak dan kewajiban memiliki hak menggugat ataupun digugat di muka pengadilan.

Kuasa umum : Pemberian kuasa yang dirumuskan dengan kata-kata umum, hanya meliputi perbuatan-perbuatan pengurusan.

Kuasa khusus : Pemberian kuasa yang dilakukan hanya untuk satu kepentingan tertentu

Likuidasi : Pencairan

Nota literaria : Notaris

Online : Secara elektronik

Originali : Keaslian

Preferen : Hak yang didahulukan

(16)

xi Probationis causa : Sebagai alat bukti Parate executie : Hak eksekusi langsung Rechtsonzekerheid : Ketidakpastian hukum

Riil : Nyata

Tegenbewijs : Pembuktian Sebaliknya

Substantif : Mendasar

Staatblad : Lembaran negara

Ten Overstaan : Dihadapan

Uitwendige bewijskracht : Kekuatan pembuktian lahiriah akta otentik

Verleden : Resmi

Verbaalakte : Akta yang dibuat oleh pejabat Wettelijke vertegenwordig : Kuasa menurut hukum

Yuridis : Hukum

Yurisprudensi : Himpunan putusan hakim

(17)

Salah satu masalah hukum yang masih belum tuntas penanganannya dan meminta perhatian sampai sekarang adalah bidang hukum jaminan. Hukum jaminan memiliki kaitan yang erat dengan bidang hukum benda dan perbankan.

Di bidang perbankan kaitan ini terletak pada fungsi perbankan yakni sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, yang salah satu usahanya adalah memberikan kredit. Selain itu, bagi pembangunan ekonomi negara, kredit merupakan tulang punggung bagi pembangunan bidang ekonomi. Ini berarti perkreditan mempunyai arti penting dalam berbagai aspek pembangunan seperti bidang perdagangan, perindustrian, perumahan, transportasi dan sebagainya.

Secara garis besar dikenal dua macam bentuk jaminan yaitu jaminan perorangan dan jaminan kebendaan.1

Jaminan perorangan berasal dari kata borgtocht. Ada juga yang menyebutkan dengan istilah jaminan imateriil. Pengertian jaminan perorangan dapat dilihat dari berbagai pandangan pendapat para ahli. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, mengartikan jaminan immateriil (perorangan) adalah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya. Unsur jaminan perorangan, yaitu:

1. Mempunyai hubungan langsung pada orang tertentu;

1H. Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan yang Didambakan, (Bandung : PT.Alumni, 2004), hlm. 1

(18)

2. Hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu; dan 3. Terhadap harta kekayaan debitur umumnya.2

Sedangkan ada beberapa jaminan kebendaan yang dikenal oleh hukum, pertama adalah jaminan dalam bentuk gadai, yang diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan 1160 KUHPerdata. Pasal 1150 KUHPerdata mendefinisikan gadai sebagai suatu hak yang diperoleh kreditor atas suatu kebendaan bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang debitur atau oleh orang lain atas nama debitur dan yang memberikan kekuasaan kepada kreditor untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari para kreditor lainnya. Sesuai dengan pengertian yang diberikan oleh KUHPerdata, gadai merupakan jaminan dalam bentuk benda bergerak, yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara penyerahan kebendaan bergerak yang digadaikan tersebut kedalam kekuasaan kreditor. Dalam gadai ada kewajiban dari seorang debitur untuk menyerahkan barang bergerak yang dimilikinya sebagai jaminan pelunasan utang serta memberikan hak kepada si berpiutang (kreditor) untuk melakukan penjualan atau pelelangan atas barang tersebut apabila debitur tidak mampu menebus kembali barang yang dimaksud dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Dengan pernyataan lain kewajiban debitur untuk menyerahkan harta bergerak miliknya sebagai agunan kepada kantor pegadaian, disertai dengan pemberian hak kepada kantor pegadaian untuk melakukan penjualan (lelang) dalam kondisi ditentukan.3

Kedua adalah hipotek, yang diatur dalam Pasal 1162 sampai Pasal 1178

2Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2014), Jakarta, hlm. 217.

3 Abdul R. Saliman, Hermansyah dan Ahmad Jalis, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Teori & Contoh Kasus), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm.. 38.

(19)

KUHPerdata. Pasal 1162 KUHPerdata mendefinisikan hipotek sebagai suatu hak kebendaan atas benda-benda tidak bergerak untuk mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan. Dalam Pasal 1162 disebutkan benda- benda yang dapat dibebani hipotek adalah barang tidak bergerak yang dibuat dengan akta hipotek. Sejalan dengan berlakunya UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, maka pemberlakuan hipotek atas barang tidak bergerak tidak berlaku lagi untuk kebendaan hak-hak atas tanah berikut benda-benda yang secara hukum dianggap melekat atas bidang tanah yang diberikan hak-hak atas tanah tersebut. Pasal 1163 ayat (1) KUHPerdata menetapkan bahwa hipotek tidak dapat dibagi-bagi. Asas ini disebut tidak terbagi-bagi atau ondeelbaarheid dari hipotek, artinya jika benda yang dibebani hipotek lebih dari satu maka hipotek tadi tetap membebani masing-masing benda tersebut dalam keseluruhannya.

Ketiga adalah hak tanggungan sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 4 Tahun 1996 yang mengenai penjaminan terhadap hak-hak atas tanah tertentu berikut kebendaan yang dianggap melekat dan diperuntukkan untuk dipergunakan secara bersama-sama dengan bidang tanah yang diatasnya terdapat hak-hak atas tanah yang dijaminkan dengan hak tanggungan. Hak tanggungan merupakan hak jaminan yang dibebankan atas hak tanah yang dimaksudkan sebagai pelunasan utang tertentu, yang diberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu (kreditor pemegang hak tanggungan) dibandingkan dengan kreditor lainnya. Jadi hak tanggungan adalah hak yang dibebankan pada hak atas tanah beserta benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah. Benda- benda lain yang dimaksud adalah bangunan, tanaman dan hasil karya yang

(20)

melekat secara tetap pada bangunan.

Keempat adalah jaminan fidusia, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (selanjutnya disebut UU Jaminan Fidusia). Sebelum dikeluarkan UU Jaminan Fidusia, eksistensi jaminan fidusia sebagai pranata jaminan yang diakui berdasarkan yurisprudensi. UU Jaminan Fidusia ini adalah untuk menampung kebutuhan masyarakat mengenai pengaturan jaminan fidusia sebagai salah satu sarana untuk membantu kegiatan usaha dan untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan, oleh pemerintah disusun suatu peraturan mengenai fidusia dalam suatu undang- undang.

UU No. 42 Tahun 1999 adalah tentang lembaga jaminan yang disebut jaminan fidusia. Jaminan fidusia adalah lembaga jaminan yang dapat digunakan untuk mengikat objek jaminan yang berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan. Objek jaminan fidusia tetap dalam penguasaan pemiliknya. Jaminan fidusia telah digunakan di Indonesia sejak masa Hindia Belanda sebagai suatu bentuk lembaga jaminan yang lahir dari yurisprudensi yang memungkinkan kepada pemberi fidusia untuk menguasai barang yang dijaminkan untuk melakukan kegiatan usaha yang dibiayai dari pinjaman dengan menggunakan jaminan fidusia. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu barang atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa barang yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemiliknya.

Dalam perkembangan selanjutnya lembaga jaminan ini diatur melalui

(21)

peraturan perundang-undangan, yaitu UU No. 42 Tahun 1999. Dengan berlakunya UU No. 42 Tahun 1999 tersebut, pengikatan jaminan utang yang dilakukan melalui jaminan fidusia wajib mematuhi ketentuan undang-undangnya.

Dalam undang-undang ini barang sebagai objek jaminan fidusia disebut benda.

Ciri-ciri jaminan fidusia di antaranya adalah memberikan hak kebendaan, memberikan hak didahulukan kepada kreditor, memungkinkan kepada pemberi jaminan fidusia untuk tetap menguasai objek jaminan utang, memberikan kepastian hukum, dan mudah di eksekusi.4

Pembebanan kebendaan dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia yang merupakan akta jaminan fidusia. (Pasal 5 ayat (1) UU Jaminan Fidusia). Dalam akta Jaminan Fidusia tersebut selain dicantumkan hari dan tanggal, juga dicantumkan mengenai waktu (jam) pembuatan akta. Akta Jaminan Fidusia sekurang-kurangnya memuat :

a) Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia, identitas tersebut meliputi nama lengkap, agama, tempat tinggal, atau tempat kedudukan dan tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan, dan pekerjaan.

b) Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia, yaitu mengenai macam perjanjian dan utang yang dijamin dengan fidusia.

c) Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia cukup dilakukan dengan mengidentifikasi benda tersebut, dan dijelaskan mengenai surat bukti kepemilikannya. Dalam hal benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia merupakan benda dalam persediaan (inventory) yang tetap, seperti stok bahan

4 M.Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada, 2015), hlm. 50-51.

(22)

baku, barang jadi, atau portofolio perusahaan efek, maka dalam akta jaminan fidusia dicantumkan uraian mengenai jenis, merek, kualitas, dari benda tersebut.

d) Nilai penjaminan dan nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

Sejalan dengan ketentuan yang mengatur mengenai hipotek, dan Undang- undang Hak Tanggungan, maka akta jaminan fidusia juga harus dibuat oleh dan/atau di hadapan pejabat yang berwenang. Pasal 1870 Kitab Undang-Undang Perdata menyatakan bahwa akta notaris merupakan akta otentik yang memiliki kekuatan pembuktian sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya di antara para pihak beserta para ahli warisnya atau para pengganti haknya. Itulah mengapa sebabnya undang-undang Jaminan Fidusia menetapkan perjanjian fidusia harus dibuat dengan dengan akta notaris. Apalagi mengingat objek jaminan fidusia pada umumnya adalah barang bergerak yang tidak terdaftar, maka sudah sewajarnya bentuk akta otentiklah yang dianggap paling dapat menjamin kepastian hukum berkenaan dengan objek jaminan fidusia. Mengenai besarnya biaya pembuatan akta jaminan fidusia ini masih harus menunggu peraturan pelaksanannya berupa Peraturan Pemerintah.5

Akta notaris adalah akta autentik dan mempunyai kekuatan pembuktian yang paling sempurna, karenanya pembebanan benda jaminan fidusia dituangkan dalam akta notaris yang merupakan akta jaminan fidusia. Pasal 1870 KUHPerdata menyatakan bahwa, suatu akta autentik memberikan suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya di antara para pihak beserta para ahli

5Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis : Jaminan Fidusia,( Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 135-136

(23)

warisnya ataupun orang-orang yang mendapatkan hak dari mereka selaku penggantinya. Atas dasar itulah UU Jaminan Fidusia mengharuskan atau mewajibkan pembebanan benda yang dijamin dengan jaminan fidusia dilakukan dengan akta notaris.6

Pendaftaran jaminan fidusia secara manual pada kantor jaminan fidusia melalui proses pengurusan dan pengeluaran sertifikat jaminan fidusianya membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang dikeluarkan juga cukup mahal, dengan adanya sistem administrasi pendaftaran jaminan fidusia secara online system menciptakan kemudahan dalam pendaftaran jaminan fidusia. Pendaftaran jaminan fidusia secara sistem online semakin jelas setelah dikeluarkannya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Pemberlakuan Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan jasa hukum di bidang jaminan fidusia. Tujuan diberlakukannya pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik yaitu untuk meningkatkan pelayanan jasa hukum pendaftaran jaminan fidusia dengan mudah, cepat, murah dan nyaman maka permohonan pendaftaran jaminan fidusia dilakukan secara elektronik.7

Pengertian pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik terdapat pada Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 9

6 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2001), (selanjutnya disingkat Rachmadi Usman II), hlm. 282.

7http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt555a9a3744b97/pembaruan-pendaftaran- jaminan-fidusia-dan-implikasinya-bagi-akses-terhadap-pembiayaan-indonesia-broleh--aria- suyudi--sh--llm-, di akses pada tanggal 29 September 2016.

(24)

Tahun 2013 Tentang Pemberlakuan Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik bahwa pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik adalah pendaftaran jaminan fidusia yang dilakukan oleh pemohon dengan mengisi aplikasi secara elektronik, pemohon adalah penerima fidusia, kuasa atau wakilnya. Pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik dapat dilakukan melalui kios pelayanan jaminan secara elektronik di seluruh pendaftaran fidusia. UU Jaminan Fidusia adalah hukum positif yang berlaku bagi jaminan fidusia, namun terdapat beberapa hal yang tidak diatur dengan jelas dalam undang-undang tersebut yaitu tentang pengaturan tata cara pendaftaran jaminan fidusia terhadap permohonan pendaftaran jaminan fidusia yang lewat waktu dari 30 (tiga puluh) hari setelah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015 ditetapkan dan akibat hukum objek jaminan fidusia yang terlambat didaftar dalam system online.

Pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia diajukan dalam jangka waktu paling lama 30 hari sejak tanggal pembuatan objek jaminan fidusia tersebut, pernyataan ini terdapat dalam pasal 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015. Dengan adanya permohonan pendaftaran jaminan fidusia yang telah memenuhi ketentuan yang ada, maka dapat diperoleh bukti pendaftarannya. Setelah bukti pendaftaran dikeluarkan maka harus di laksanakan pembayaran melalui Bank Persepsi (Bank Negara Indonesia) dengan jangka waktu paling lama 3 Hari. Oleh karena itu sertipikat jaminan fidusia dapat di keluarkan oleh pihak Dirjen Ahu Online (Administrasi Hukum Umum) dibawah naungan kemenkumham (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia) .

(25)

Sertifikat jaminan fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya jaminan fidusia dalam Buku daftar Fidusia. Dalam sertifikat jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dicantumkan kata-kata

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, yang bermaksud untuk memberikan kekuatan eksekutorial, yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Dengan adanya kekuatan eksekutorial ini, sertifikat jaminan fidusia tersebut langsung dapat dilaksanakan tanpa melalui pengadilan dan bersifat final serta mengikat para pihak untuk melaksanakan putusan tersebut. Akibat hukum dari perjanjian jaminan fidusia yang terlambat didaftarkan adalah tidak melahirkan perjanjian kebendaan bagi jaminan fidusia sehingga karakter kebendaan seperti droit de suite dan hak preferensinya tidak melekat pada kreditur pemberi jaminan fidusia.

Disinilah mengapa diperlukannya pengaturan yang tegas terhadap pendaftaran jaminan fidusia yang dilakukan lewat dari 30 hari setelah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015 ditetapkan dan akibat hukum terhadap objek jaminan fidusia yang terlambat dalam system online.. Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya ketidakpastian hukum (rechtsonzekerheid). Hal inilah yang menyebabkan kebingungan dalam masyarakat mengenai aturan apa yang harus dipakai atau diterapkan. Dalam masyarakat menjadi tidak ada kepastian aturan yang diterapkan untuk mengatur hal-hal atau keadaan yang terjadi.

Bahwa terhadap permasalahan tersebut antara lain akan dikaji prosedur pendaftaran objek jaminan fidusia secara online serta peran notaris terhadap

(26)

pendaftaran objek jaminan fidusia tersebut. Upaya penyelesaian yang dilakukan terhadap keterlambatan pendaftaran objek jaminan fidusia secara online tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut menarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai “Akibat Hukum Terhadap Objek Jaminan Fidusia Atas Keterlambatan Pendaftaran Pada Kantor Pendaftaran Fidusia”.

B. Rumusan Masalah

Untuk menemukan identifikasi masalah dalam penelitian ini maka perlu dipertanyakan apakah yang menjadi masalah dalam penelitian8 yang akan dikaji lebih lanjut untuk menemukan suatu pemecahan masalah yang telah terjadi di identifikasi tersebut. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah prosedur pendaftaran objek jaminan fidusia secara online ? 2. Bagaimanakah peran notaris terhadap pendaftaran objek jaminan fidusia

secara online ?

3. Bagaimanakah akibat hukum terhadap objek jaminan fidusia yang terlambat didaftar dan upaya penyelesaian terhadap keterlambatan pendaftaran objek jaminan fidusia tersebut ?

C. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis prosedur pendaftaran objek jaminan fidusia secara online.

8Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi Dan Tesis, (Jakarta : PPM, 2003), hlm. 35.

(27)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis peran notaris terhadap pendaftaran objek jaminan secara online.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum terhadap objek jaminan fidusia yang terlambat didaftar dan upaya penyelesaian terhadap keterlambatan pendaftaran objek jaminan fidusia tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis di bidang hukum jaminan fidusia :

1. Secara Teoritis.

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberi manfaat positif bagi perkembangan ilmu hukum. Manfaat positif yang diharapkan dikhususkan pada bidang hukum jaminan fidusia terkait dengan Akibat Hukum Terhadap Objek Jaminan Fidusia Atas Keterlambatan Pada Kantor Pendaftaran Fidusia.

2. Secara Praktis.

Secara praktis, bahwa penelitian ini adalah sebagai sumbangan ilmu pengetahuan hukum tentang jaminan fidusia dan diharapkan penelitian ini juga dapat sebagai bahan pegangan dan rujukan dalam pendaftaran fidusia secara elektronik bagi para pihak baik akademis, notaris dan pihak-pihak yang terkait.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan pada kepustakaan Universitas Sumatera Utara, khususnya dilingkungan Pasca Sarjana Studi

(28)

Magister Kenotariatan, diketahui bahwa penelitian tentang “Akibat Hukum Terhadap Objek Jaminan Fidusia Atas Keterlambatan Pendaftaran Pada Kantor Pendaftaran Fidusia” belum pernah dilakukan dalam pendekatan dan perumusan masalah yang sama, maka tesis ini dapat dinyatakan keasliannya dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Beberapa penelitian sebelumnya ada ditemukan pendaftaran objek jaminan fidusia, namun topik permasalahan dan bidang kajiannya berbeda dengan penelitian ini, peneliti tersebut antara lain:

1. Eko Yudhistira, NIM. 087011031/M.Kn, “Pendaftaran Jaminan Fidusia : Hambatannya Dilihat Dari Aspek Sistem Hukum”, dengan subtansi permasalahan :

a. Bagaimana hambatan-hambatan yang terjadi dalam pendaftaran jaminan fidusia?

b. Bagaimana upaya mengatasi hambatan pendaftaran fidusia yang terjadi dalam praktek?

2. Emmi Rahmawita Nasution, NIM. 027005008/ M.Kn, “Eksekusi Barang Jaminan Fidusia Yang Lahir Dari Perjanjian Kredit Bank (Studi Pada Bank-Bank di Kota Medan)”, dengan subtansi permasalahan :

a. Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan oleh bank dalam mengatasi kredit macet jaminan hutang fidusia sebelum di lakukan eksekusi ?

b. Bagaimanakah eksekusi terhadap barang jaminan barang yang diikat dengan jaminan fidusia ?

(29)

c. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pembeli barang hasil lelang eksekusi ?

3. Yosephina Hotma Vera, NIM. 067011129/M.Kn, “Agunan Dalam Perjanjian Kredit Yang Diikat Dengan Akta Jaminan Fidusia Terhadap Bangunan Yang Berdiri Di atas Tanah Otorita Batam”, dengan substansi permasalahan :

a. Apakah pengaturan objek yang dapat dijadikan jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia telah mengakomodasi perkembangan masyarakat khususnya di Pulau Batam ?

b. Bagaimanakah akibat hukumnya terhadap benda tidak bergerak sebagai objek jaminan fidusia khususnya terhadap bangunan yang berdiri diatas lahan Hak Pengelolaan Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam?

c. Bagaimana pengikatan akta jaminan fidusia atas agunan dalam perjanjian kredit di Pulau Batam?

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Landasan teoritis adalah upaya untuk mengidentifikasi teori hukum umum/teori khusus, konsep-konsep hukum, asas-asas hukum, aturan hukum, norma-norma dan lain-lain yang akan dipakai sebagai landasan untuk membahas permasalahan penelitian. Teori juga sangat diperlukan dalam penulisan karya ilmiah dalam tatanan hukum positif konkrit.

(30)

Teori berasal dari kata teoritik, dapat didefinisikan adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction) dan pengendalian (control) suatu gejala. Menurut Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, teori adalah suatu penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan pemahaman mengenai suatu fenomena atau teori juga merupakan simpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi sebuah penjelasan yang sifatnya umum.9 Pendapat lain oleh Jan Gijssels dan Mark Van Koecke “Eendegelijk inzicht in deze rechtsteoretissche kwesties wordt blijkens het voorwoord beschouwd alseen noodzakelijke basis voor elke wetenschappelijke studie van een konkreet positief rechtsstelsel” (dalam teori hukum diperlukan suatu pandangan yang merupakan pendahuluan dan dianggap mutlak perlu ada sebagai dasar dari studi ilmu pengetahuan terhadap aturan hukum positif).10

Robert K. Yin, menyatakan bahwa Theory means the design of research steps according to some relationship to the literature, policy issues or other substance source (teori berarti desain langkah-langkah penelitian menurut beberapa hubungan dengan literatur, isu-isu kebijakan atau sumber bahan lainnya).11Landasan teoritis yang dimaksudkan yang berhubungan dengan akibat hukum pendaftaran akta jaminan fidusia dalam sistem online yaitu teori kepastian

9Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, (Yogykarta : Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 134.

10 Jan Gijssels en Mark Van Koecke, What Is Rechtsteorie?, (Nederland : Antwepen, 1982), hlm. 57.

11Robert K. Yin, Applications of Case Study Research, (New Delhi : Sage Publications International Educational and Profesional Publisher Newbury Park, 1993), hlm. 4.

(31)

hukum.

Teori yang di pakai dalam penelitian ini adalah Teori Kepastian Hukum.

Adanya kepastian hukum merupakan harapan bagi pencari keadilan terhadap tindakan sewenang-wenang dari aparat penegak hukum yang terkadang selalu arogansi dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum. Karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan tahu kejelasan akan hak dan kewajiban menurut hukum. Tanpa ada kepastian hukum maka orang akan tidak tahu apa yang harus diperbuat, tidak mengetahui perbuatanya benar atau salah, dilarang atau tidak dilarang oleh hukum. Kepastian hukum ini dapat diwujudkan melalui penormaan yang baik dan jelas dalam suatu undang-undang dan akan jelas pulah penerapannya, dengan kata lain kepastian hukum itu berarti tepat hukumnya, subjeknya dan objeknya serta ancaman hukumannya. Akan tetapi kepastian hukum mungkin sebaiknya tidak dianggap sebagai elemen yang mutlak ada setiap saat, tapi sarana yang digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi dengan memperhatikan asas manfaat dan efisiensi.

Dalam suatu undang-undang, kepastian hukum meliputi dua hal yakni pertama kepastian perumusan norma dan prinsip hukum yang tidak bertentangan satu dengan lainnya baik dari pasal-pasal undang-undang itu secara keseluruhan maupun kaitannya dengan pasal-pasal lainnya yang berada di luar undang-undang tersebut. Kedua kepastian dalam melaksanakan norma-norma dan prinsip hukum undang-undang tersebut. Jika perumusan norma dan prinsip hukum itu sudah memiliki kepastian hukum tetapi hanya berlaku secara yuridis saja dalam arti hanya demi undang-undang semata-mata, berarti kepastian hukum itu tidak

(32)

pernah menyentuh kepada masyarakatnya.12

Teori Kepastian Hukum dikembangkan oleh Rene Descrates, seorang filsuf dari Prancis. Descartes berpendapat suatu kepastian hukum dapat diperoleh dari metode sanksi yang diberlakukan kepada subjek hukum baik perorangan maupun badan hukum yang lebih menekankan pada proses orientasi proses pelaksanaan bukan pada hasil pelaksanaan. Kepastian memberikan kejelasan dalam melakukan perbuatan hukum saat pelaksanaan kontrak dalam bentuk prestasi bahkan saat kontrak tersebut wanprestasi. Salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam penegakan hukum yaitu kepastian hukum. Asas kepastian hukum mengandung arti, sikap atau keputusan pejabat administrasi negara yang manapun tidak boleh menimbulkan Ketidakadilan hukum.13Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan, yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan. Ketiga unsur tersebut harus mendapat perhatian secara proporsional seimbang. Tetapi dalam praktek tidak selalu mudah mengusahakan secara proporsional seimbang antara ketiga unsur tersebut. Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan akhirnya timbul keresahan.

Tetapi terlalu menitikberatkan pada kepastian hukum, terlalu ketat mentaati peraturan hukum akibatnya kaku dan akan menimbulkan rasa tidak adil.

Kepastian hukum secara normatif adalah suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti digunakan untuk mengatur secara jelas dan logis suatu hal. Jelas tidak menimbulkan keragu-raguan dan logis dalam artian bahwa ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau

12H. Tan Kamelo, Op.Cit, hlm. 117.

13Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983), hlm. 88

(33)

menimbulkan konflik norma, kekosongan norma ataupun adanya kekaburan norma. Menurut Gustaf Radbruch hukum memiliki tujuan yang berorientasi pada tiga hal yaitu kepastian hukum, keadilan dan daya guna.14 Kepastian kata dasarnya adalah pasti, yang memiliki arti suatu hal yang sudah tentu, sudah tetap dan tidak boleh tidak. Gustaf Radbruch seperti yang dikutip oleh Theo Huijber mengenai kepastian hukum mengemukakan bahwa:15

Pengertian hukum dapat dibedakan menjadi tiga aspek yang ketiga-tiganya diperlukan untuk sampai pada pengertian hukum yang memadai. Aspek pertama adalah keadilan dalam arti yang sempit. Keadilan ini berarti kesamaan hak untuk semua orang di depan pengadilan. Aspek yang kedua adalah tujuan keadilan atau finalitas dan aspek yang ketiga adalah kepastian hukum atau legalitas.

Menurut Peter Mahmud Marzuki berkaitan dengan pengertian kepastian hukum dikemukakan sebagai berikut:

Pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh negara terhadap individu.

Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang, melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan yang satu dengan putusan hakim yang lain untuk kasus serupa yang telah diputus.16 Pendapat lainnya mengenai kepastian hukum diberikan oleh M.

Yahya Harahap, yang menyatakan bahwa kepastian hukum dibutuhkan di dalam masyarakat demi terciptanya ketertiban dan keadilan. Ketidakpastian hukum akan menimbulkan kekacauan dalam kehidupan masyarakat dan setiap anggota masyarakat akan bertindak main hakim sendiri.17

Agar hukum dapat berlaku dengan sempurna dan menjamin kepastian

14 O. Notohamidjojo, Soal-Soal Pokok Filsafat Hukum, (Semarang :Griya Media,2011), hlm.

15Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintas Sejarah, (Yogyakarta :Kanisius, 2007), hlm. 163.

16Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Kencana, 2008), (selanjutnya disingkat Peter Mahmud Marzuki I), hlm. 158.

17M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), (selanjutnya disingkat M. Yahya Harahap I), hlm. 76.

(34)

hukum, maka diperlukan tiga nilai dasar tersebut. Kepastian hukum dengan demikian berkaitan dengan kepastian aturan hukum, bukan kepastian tindakan terhadap atau tindakan yang sesuai dengan aturan hukum. Asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang menggunakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan negara yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Dari semua teori mengenai kepastian hukum diatas, teori menurut Gustaf Radbruch lebih mendekati untuk dipergunakan sebagai penyelesaian persoalan mengenai pengaturan tata cara pendaftaran jaminan fidusia terhadap permohonan pendaftaran objek jaminan fidusia yang lewat waktu dari 30 (tiga puluh) hari setelah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015 ditetapkan dan akibat hukum terhadap objek jaminan fidusia atas keterlambatan pendaftaran pada kantor administrasi hukum umum. Dengan kata lain, adanya unsur keadilan, tujuan keadilan dan kepastian hukum dalam pendaftaran objek jaminan fidusia akan dapat memberikan jaminan perlindungan bagi setiap orang, mengingat kepastian hukum itu sendiri adalah alat atau syarat untuk memberikan perlindungan bagi yang berhak.

Dalam pelaksanaan pendaftaran objek jaminan fidusia dengan system online tentunya kepastian hukum harus dapat dijamin baik itu bagi pemberi fidusia, penerima fidusia maupun bagi pihak ketiga. Memberikan kepastian hukum sebagai tujuan dari dilakukannya pendaftaran jaminan fidusia menjadi hal terpenting dalam pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik terutama menyangkut benda yang menjadi objek Jaminan.

(35)

Untuk memberikan kepastian hukum Pasal 11 UUJF mewajibkan benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia yang terletak di Indonesia. Pendaftaran itu memiliki arti yuridis sebagai suatu rangkaian yang tidak terpisah dari proses terjadinya perjanjian jaminan fidusia.

Selain itu, Pendaftaran Jaminan Fidusia merupakan perwujudan dari asas publisitas dan kepastian hukum.18

2. Kerangka Konsepsi

Konsepsi berasal dari bahasa Latin, concepto yang memiliki arti sebagai sesuatu kegiatan atau proses berpikir, daya berpikir khususnya penalaran dan pertimbangan.19 Pemaknaan konsep terhadap istilah yang digunakan, terutama dalam judul penelitian, bukanlah untuk pengertian semata-mata kepada pihak lain, sehingga tidak menimbulkan salah penafsiran, tetapi juga demi menuntun peneliti sendiri di dalam menangani rangkaian proses penelitian yang bersangkutan.20

Konsepsi adalah salah satu bagian yang terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal khusus yang disebut definisi operasional.21 Beberapa serangkaian definisi operasional dalam penulisan ini perlu dirumuskan antara lain sebagai berikut:

18Tan Kamello, Op.cit, hal. 213.

19Komaruddin dan Yooke Tjuparmah , Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), hlm. 122.

20Sanafiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 107-108.

21Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 3.

(36)

1. Jaminan Fidusia adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan atau Hipotik.

2. Pemberi Jaminan Fidusia adalah orang atau badan usaha baik yang berbadan hukum atau tidak yang memiliki benda yang akan dijadikan sebagai benda jaminan dalam Perjanjian Jaminan Fidusia.

3. Penerima Jaminan Fidusia adalah perorangan, Bank atau Lembaga Pembiayaan lainnya yang mempunyai piutang untuk sebagai pelunasan hutang pemberi fidusia kepada penerima fidusia yang mana pembayarannya dijamin dengan benda Jaminan Fidusia dan harta kekayaan lainnya dari pemberi Jaminan Fidusia.

4. Pendaftaran Jaminan Fidusia, adalah penyerahan dokumen awal berupa syarat-syarat pembuatan Akta Jaminan Fidusia oleh notaris yang telah dilegalisasi kepada kantor pendaftaran fidusia dalam bentuk form yang berisi keterangan objek jaminan fidusia tersebut.22

5. Sertifikat Jaminan Fidusia adalah Sertifikat Jaminan Fidusia yang mencantumkan irah-irah ”Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, mempunyai kekuatan eksekutorial yang kekuatannya sama dengan keputusan hakim.23

22Irma Devita Purnamasari, Hukum Jaminan Perbankan, (Bandung :PT. Mizan Pustaka, 2011), hlm. 88.

23 Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 104.

(37)

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia. Dengan demikian metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian.24 Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, dimana pendekatan terhadap permasalahan dilakukan dengan mengkaji perundang-undangan yang berlaku mengenai perjanjian dan bahan hukum lainnya di bidang perikatan.

Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, maksudnya adalah dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis dilakukan berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh dan akan dilakukan secara cermat bagaimana menjawab permasalahan dalam menyimpulkan suatu solusi sebagai jawaban dari permasalahan tersebut.25

2. Sumber Data

Data penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan bahan-bahan hukum primer, sekunder maupun tertier yang dikumpulkan melalui studi dokumen dan kepustakaan yang terdiri dari :

a. Bahan hukum primer yang berupa peraturan dasar dan peraturan perundang- undangan yang berhubungan dengan hukum jaminan fidusia pada umummya

24Sutrisno Hadi, Metodologi Riset,( Yogyakarta : ANDI, 2000), hlm. 4.

25Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hlm 27.

(38)

dan hukum jaminan fidusia elektronik pada khususnya. Dalam penelitian ini bahan hukum primer adalah UUJN Nomor 30 Tahun 2004 jo.UUJN Nomor 2 Tahun 2014, UU Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015 tentang tata cara pendaftaran jaminan fidusia dan biaya pendaftaran akta jaminan fidusia, Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang berupa buku, hasil-hasil penelitian dan atau karya ilmiah hukum tentang hukum kenotariatan pada umumnya dan hukum perlindungan terhadap notaris pada khususnya.

c. Bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, ensiklopedia, dan lain sebagainya.26

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik dan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (Library Research). Dalam tesis ini alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu studi dokumen untuk memperoleh data sekunder, dengan membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi, dan menganalisa data primer, sekunder maupun tertier yang berkaitan dengan penelitian ini.27

26Nomensen Sinamo, Metode Penelitian Hukum dalam Teori dan Praktek, (Bumi Intitama Sejahtera, 2010), hlm 16.

27 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung : Mandar Maju, 2011), hlm.8.

(39)

4. Analisis Data

Analisis data merupakan langkah terakhir dalam suatu kegiatan penulisan. Analisis data dilakukan secara kwalitatif artinya menggunakan data secara bermutu dalam kalimat yang teratur, runtun logis, tidak tumpang tindih dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis.

Data yang diperoleh melalui pengumpulan data sekunder akan dikumpulkan dan kemudian dianalisis dengan cara kualitatif untuk mendapatkan kejelasan terhadap masalah yang akan dibahas. Semua data yang terkumpul diedit, diolah dan disusun secara sistematis untuk selanjutnya disimpulkan dengan menggunakan metode deduktif.28

28Zainudin Ali, Metode Penelitian Induktif dan Deduktif dalam Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2010), hlm. 18.

(40)

BAB II

PROSEDUR PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA SECARA ONLINE

A. Tinjauan Umum Tentang Hukum Jaminan Fidusia 1. Pengertian Jaminan Fidusia

Istilah jaminan merupakan terjemahan dari istilah zekerheid atau cautie, yaitu kemampuan debitur untuk memenuhi atau melunasi perutangannya kepada kreditor, yang dilakukan dengan cara menahan benda tertentu yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang yang diterima debitur kepada kreditornya. Mariam Darus Badrulzaman merumuskan jaminan sebagai suatu tanggungan yang diberikan oleh seorang debitur dan/atau pihak ketiga kepada kreditur untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan.29 Thomas Suyanto, ahli Perbankan menyatakan bahwa jaminan adalah penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang.30Adapun sifat dari jaminan tersebut adalah :31

a. Jaminan berfokus pada pemenuhan prestasi dari debitur pada kreditur

b. Jaminan yang dipergunakan jenisnya adalah benda yang memiliki mutu dan kualitas sehingga dapat dinilai dengan uang

c. Jaminan muncul akibat adanya suatu perjanjian kesepakatan yang terjadinya antara pihak debitur dengan pihak kreditur.

d. Dengan adanya jaminan dapat menumbuhkan rasa percaya kreditur bahwa

29 Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009) (selanjutnya disingkat Rachmadi Usman I), hlm. 66.

30Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan, (Jakarta : PT. Gramedia, 1989) hlm.70.

31Boedi Harsono, Masalah Hipotik dan Credietverband, Seminar tentang Hipotik dan Lembaga-Lembaga Jaminan Lainnya, (BPHN : Binacipta,1981) hlm. 78.

(41)

debitur yang diberikan kredit mampu memenuhi prestasinya sesuai perjanjian.

Di Indonesia, jaminan diklasifikasikan berdasarkan 4 (empat) hal, antara lain :32

1) Berdasarkan Cara Terjadinya :

a) Jaminan yang lahir karena undang-undang, adalah jaminan yang eksistensinya berpedoman atau patuh terhadap peraturan perundang- undangan, karena telah dikodifikasikan di dalam peraturan perundang- undangan tersebut. Contohnya: Pasal 1131 dan 1132 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata adalah mengatur mengenai segala harta kekayaan seorang debitur baik yang sudah ada ataupun yang akan ada, tetap menjadi penanggungan pelunasan hutang debitur kepada kreditur, serta mengatur pula mengenai kedudukan harta para kreditur baik yang preferen maupun tidak, tetap sama-sama harus mendapat pelunasan hutang dari debitur sesuai kedudukan yang mana didahulukan dan sesuai piutang masing- masing.

b) Jaminan yang lahir karena diperjanjikan ini adalah, merupakan jaminan yang diatur dalam perjanjian jaminan antara debitur dan kreditur yang mengulas hal-hal jumlah kredit serta jenis objek jaminan secara lengkap.

Perjanjian jaminan ini adalah perjanjian accesoir yang mengikuti perjanjian pokok yaitu perjanjian kredit. Contohnya : perjanjian jaminan fidusia, hak tanggungan, gadai ataupun perjanjian penanggungan

32 Oey Hoey Tiong, Fidusia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, (Ghalia Indonesia, 1984), hlm. 28

(42)

(borghtocht).

2) Berdasarkan Objeknya :

a) Jaminan yang Objeknya Benda Bergerak

b) Jaminan yang Objeknya Benda tidak Bergerak atau Benda Tetap c) Jaminan yang Objeknya Benda berupa Tanah

3) Berdasarkan Sifatnya :

a) Jaminan yang termasuk Jaminan Umum adalah jaminan yang digunakan dalam hal untuk pelunasan hutang para kreditur dengan seluruh harta kekayaan debitur sesuai dengan Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata.

b) Jaminan yang termasuk Jaminan Khusus adalah jaminan yang dalam penyerahannya adalah suatu jenis benda tertentu, sesuai yang diinginkan oleh kreditur dalam rangka pelunasan hutang debitur, yang mana berdasarkan adanya perjanjian khusus antara debitur dan kreditur.

c) Jaminan yang Bersifat Kebendaan adalah jaminan kebendaan yang harus selalu diadakan pencatatan dan tunduk pada asas publisitas, dengan demikian tercipta hak yang mutlak terhadap kebendaan yang dijadikan penanggungan hutang tersebut. Lembaga yang digunakan biasanya adalah fidusia, hak tanggungan, gadai, hipotek.

d) Jaminan yang Bersifat Perorangan adalah jaminan yang berupa orang, dalam arti orang yang dimaksud tersebut adalah orang yang bersedia sepenuhnya untuk melunasi hutang debitur kepada kreditur dalam debitur tersebut wanprestasi.

(43)

4) Berdasarkan Kewenangan menguasai Benda Jaminannya :

a) Dalam hal jaminan yang menguasai jaminannya adalah pada lembaga gadai dan hak retensi, karena dianggap akan lebih aman bagi kreditur bila objek jaminan dikuasai.

b) Dalam hal jaminan tidak menguasai jaminannya adalah pada lembaga fidusia, dan hak tanggungan, yang dikuasai hanyalah surat-suratnya saja, dengan demikian debitur tetap dapat menggunakan benda jaminan untuk mengoperasionalkan bisnisnya.

Dalam seminar badan pembinaan hukum nasional yang diselenggarakan di Yogyakarta dari tanggal 20 sampai dengan 30 Juli 1977 disimpulkan pengertian jaminan. Jaminan adalah menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum, oleh karena itu hukum jaminan erat sekali dengan hukum benda. Kontruksi jaminan dalam definisi ini ada kesamaan dengan yang dikemukakan oleh Mariam Darus Badrulzaman, Hartono Hadisoeprapto dan M. Bahsan. Hartono Hadisoeprapto berpendapat bahwa jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari sutu perikatan. M. Bahsan berpendapat bahwa jaminan adalah segala sesuatu yang diterima kreditur dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu utang piutang dalam masyarakat.33

Sistem hukum Indonesia mempunyai hubungan yang erat dengan hukum Belanda karena adanya pertautan sejarah yang didasarkan kepada asas konkordasi

33Salim. HS, Op.Cit, hlm. 22

(44)

(concordantie beginsel).34 Seperti halnya di Belanda, keberadaan fidusia di Indonesia juga diakui oleh yurisprudensi berdasarkan keputusan Hooggerrecht Hof (HGG).

Fidusia berasal dari kata “fiduciair” yang berarti ‘secara kepercayaan’, ditujukan kepada kepercayaan yang diberikan secara timbal balik oleh suatu pihak kepada pihak yang lain bahwa apa yang keluar ditampakkan sebagai pemindahan milik, sebenarnya ke dalam (intern) hanya suatu jaminan saja untuk utang.35

Pengertian ini mengandung arti bahwa yang terjadi adalah hanya pengalihan kepemilikan atas benda yang didasari oleh kepercayaan mengingat benda itu tidak diserahkan kepada kreditur melainkan tetap dipegang debitur.

Namun demikian dengan adanya pengalihan ini, status benda itu hak miliknya adalah berada di tangan kreditur, bukan lagi ditangan debitur meskipun debitur menguasai benda itu. Dengan adanya pengalihan tersebut, maka posisi benda menjadi benda dengan jaminan fidusia.

Selanjutnya dibahas mengenai proses kemunculan jaminan fidusia di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat pada kondisi suatu kasus yang memperoleh suatu putusan pengadilan yang tetap berdasarkan yurisprudensi. Kasus tersebut diuraikan sebagai berikut :

Awal mula lahirnya dan diakuinya fidusia di Indonesia adalah sejak dikeluarkannya keputusan oleh Hooggerechtschof (Hgh) dalam kasus Bataafsche Petroleum Maatschappij melawan Pedro Clignett, yaitu tanggal 18 Agustus 1932, yang menghasilkan solusi dari permasalahan gadai pada

34 C.S.T Kansil,Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2010), hlm. 198.

35Bambang Riswanto, Sejarah dan Pengertian Fidusia,( Bandung : Citra Aditya Bakti, 2005), hlm. 15.

(45)

Pasal 1152 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam kasus ini Pedro Clignett adalah sebagai debitur peminjam uang kepada Bataafsche Petroleoum sebagai kreditur dengan agunannya adalah mobil dari Pedro Clignett yang berada dibawah penguasaannya. Pedro Clignett mengalami wanprestasi, dan tidak mau menyerahkan mobil agunan tersebut kepada kreditur. Pedro berdalih bahwa perjanjian yang dilakukannya dengan kreditur adalah gadai yang tidak sah. Namun HgH memberikan keputusan bahwa perjanjian yang dilakukan kedua belah pihak tersebut adalah perjanjian dengan penyerahan hak milik berdasarkan kepercayaan yang disebut juga dengan fidusia.36

Setelah pengakuan fidusia melalui yurisprudensi tersebut, fidusia dapat berkembang secara berdampingan dengan lembaga gadai dan hipotek pada masing-masing bidang, tanpa adanya percampuran persepsi lagi khususnya antara gadai dan fidusia. Pada kehidupan masyarakat Romawi, konsep fidusia tersebut adalah kreditur sebagai pemilik dari barang yang dijaminkan tersebut, namun semenjak yurisprudensi ini, kreditur hanya dianggap sebagai “pemegang” hak milik benda yang dijaminkan. Ini artinya pemilik asli dari benda jaminan masih tetap debitur.37

Semakin mengikuti perkembangan zaman dan hukum, muncul pula aturan mengenai hubungan debitur dengan pihak ketiga dalam perjanjian serta objek apa saja yang dapat dibebankan dengan jaminan fidusia. Pengertian jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap

36Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Badan Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta,1980) hlm. 48.

37Munir Fuady, Jaminan Fidusia, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000) hlm. 49.

(46)

kreditur lainnya (Pasal 1 butir 1 dan 2 UU Nomor 42 Tahun 1999).

Pengertian jaminan fidusia pada Pasal 1 angka 2 UU Jaminan Fidusia, secara tegas menyatakan bahwa jaminan fidusia adalah jaminan kebendaan yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia, yaitu hak yang didahulukan terhadap kreditor lainnya. Dengan demikian jaminan fidusia merupakan perjanjian assesoir dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi yang berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu yang dapat dinilai dengan uang. Sebagai suatu perjanjian assesoir, perjanjian jaminan fidusia memiliki sifat sebagai berikut:

1. Sifat ketergantungan terhadap perjanjian pokok.

2. Keabsahannya semata-mata ditentukan oleh sah tidaknya perjanjian pokok.

3. Sebagai perjanjian bersyarat, maka hanya dapat dilaksanakan jika ketentuan yang disyaratkan dalam perjanjian pokok telah atau tidak dipenuhi.38

Perjanjian pemberian jaminan fidusia sama seperti perjanjian penjaminan lain yang merupakan perjanjian yang bersifat accesoir, sebagaimana ditegaskan pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999, berbunyi: Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Perjanjian accesoir mempunyai ciri-ciri yaitu tidak bisa berdiri sendiri, ada/lahirnya, berpindahnya dan berakhirnya bergantung dari perjanjian pokoknya.

Mengenai fidusia sebagai perjanjian assessoir, dijelaskan Munir Fuady

38 Henny Tanuwidjaja, 2012, Pranata Hukum Jaminan Utang & Sejarah Lembaga Hukum Notariat, Refika Aditama, (Bandung : Refika Aditama, 2012) hlm. 59.

(47)

lebih lanjut sebagai berikut:

Sebagaimana perjanjian jaminan hutang lainnya, seperti perjanjian gadai, hipotek atau hak tanggungan, maka perjanjian fidusia juga merupakan suatu perjanjian yang assessoir (perjanjian buntutan). Maksudnya adalah perjanjian assecoir itu tidak mungkin berdiri sendiri, tetapi mengikuti/membuntuti perjanjian lainnya yang merupakan perjanjian pokok. Dalam hal ini yang merupakan perjanjian pokok adalah hutang piutang. Karena itu konsekuensi dari perjanjian assesoir ini adalah jika perjanjikan pokok tidak sah, atau karena sebab apapun hilang berlakunya atau dinyatakan tidak berlaku, maka secara hukum perjanjian fidusia sebagai perjanjian assessoir juga ikut menjadi batal.39

Dalam Pasal 9 Undang-Undang Fidusia dikatakan bahwa jaminan fidusia dapat diberikan terhadap satu benda atau lebih satuan atau jenis benda, termasuk piutang baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan maupun yang diperoleh kemudian. Jaminan fidusia sebagai lembaga penjaminan hutang memiliki asas- asas yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan aturan-aturannya. Asas-asas tersebut antara lain:40

1. Asas Droit dePreference

Asas ini artinya hak mendahului yang dimiliki kreditur atas benda-benda tertentu yang dijaminkan pada kreditur tersebut. Atas hasil penjualan benda- benda tersebut, kreditur berhak mendapatkan pelunasan utang debitur terlebih dahulu. Hal ini dijelaskan dalam Pasal 27 Undang-Undang Jaminan Fidusia.

2. Asas Droit de Suite

Asas ini artinya adalah prinsip mengenai objek jaminan fidusia yang selalu diikuti oleh jaminan fidusia dimana pun objek tersebut berada. Asas ini memiliki ketentuan bahwa kreditur mana yang mendaftarkan lebih dahulu

39Munir Fuady, Op.Cit, hlm. 19.

40Tan Kamelo, Op. Cit, hlm. 157.

(48)

jaminan tersebut, maka kreditur tersebutlah yang berhak memperoleh pelunasan piutang paling pertama. Dalam asas ini juga memberikan perlindungan serta kepastian hukum bagi kreditur pemegang jaminan fidusia terhadap kemungkinan adanya perpindahan tangan benda jaminan ke pihak ketiga, karena dengan prinsip droit de suite ini, pemegang hak utama tetap berada pada kreditur.

3. Asas Assesoritas

Asas ini artinya adalah prinsip mengenai sifat jaminan fidusia yang merupakan perjanjian ikutan dari perjanjian pokok. Dalam hal ini perjanjian jaminan fidusia dibuat berdasarkan isi yang tertuang dalam perjanjian pokoknya yaitu perjanjian kredit yang mengulas tentang perjanjian hutang piutang antara debitur dan kreditur.

4. Asas yang memiliki prinsip bahwa jaminan dengan lembaga fidusia ini dapat dipergunakan untuk menjamin kontinjen atau yang disebut juga hutang yang akan ada di kemudian hari.

5. Asas yang memiliki prinsip bahwa jaminan dengan lembaga fidusia ini dapat dipergunakan untuk pembebanan benda jaminan milik debitur, yang akan ada di kemudian hari.

6. Asas yang berpedoman pada asas pemisahan horizontal, dimana jaminan dengan lembaga fidusia dapat dipergunakan dalam pembebanan bangunan ataupun rumah yang berada diatas tanah hak milik orang lain, misalnya rumah sewa.

7. Asas yang berpedoman pada asas spesialitas, yang mana menelaah seluruh

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa proyek mengalokasikan kegiatan desain yang cukup besar untuk pembangunan, sementara yang lain mengalokasikan desain untuk fase secara eksplisit berfokus pada

Penelitian di Afrika Selatan pada anak usia 2-5 th juga menyimpulkan bahwa asupan kalsium dan vitamin D yang tidak adekuat, yang kemungkinan disebabkan karena kurang

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Isah Nurdianah, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “Analisis Pengaruh Inovasi Produk, Lokasi Usaha Dan Orientasi Pasar

Guru menggerakkan pion kekotak berikutnya dijalur papan ular tangga sesuai jumlah angka pada dadu, kemudian menyebutkan gambar yang ada pada jalur papan ular tangga dimana pion

Maka dalam hal ini penulis akan melakukan Komparasi Penggunaan Kayu Dan Baja Ringan Sebagai Konstruksi Rangka Atap Pada Bentangan 9 Meter, yang nantinya dari hasil analisis

Pada grafika komputer, gambar dua dimensi dihasilkan komputer melalui proses yang dapat dianalogikan dengan proses pembentukan gambar pada sistem kamera, mikroskop,

_____________, “Bermuhammadiyah di Zaman Penjajahan Belanda.” Manuskrip Bermuhammadiyah dalam Tiga Zaman... Zainuddin Dari Padang Menemui Penulis.”, Manuskrip Berdialog dengan

Dari hasil output komputer dengan paket SPSS, memberikan deskriptif data total faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi penurunan pergerakan indeks harga saham gabungan di Bursa