• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL PROJECT BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS XI SMK CAHAYA PRIMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL PROJECT BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS XI SMK CAHAYA PRIMA"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MODEL PROJECT BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS XI SMK CAHAYA PRIMA

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam bidang

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

Nama Mahasiswa : KURNIASIH NIM : 1688201111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2020

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama Mahasiswa : KURNIASIH

Nomor Pokok Mahasiswa : 1688201111

Program Studi : Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Penggunaan Model Project Based Learning Pada Pembelajaran Menulis Cerpen Siswa Kelas XI

SMK Cahaya Prima

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Skripsi untuk mengikuti Sidang Skripsi.

Tangerang ………

Tim Pembimbing: Tanda Tangan

Pembimbing I,

Blewuk Setyo Nugroho., M.Pd ……….

Pembimbing II,

Dr. Asep Suhendar, M.Pd ……….

Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Blewuk Setyo Nugroho, M.Pd

(3)

iii

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim…

Assalamua’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Puji dan syukur kehadirat Allah Swt atas segala nikmat, petunjuk, dan berkah-Nya yang selalu berlimpah atas terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

Sholawat dan salam semoga selalu tersampaikan kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat, dan kita sebagai pengikutnya hingga akhir zaman.

Aamiin.

Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Muhammadiyah Tangerang. Dengan tersusunnya penelitian ini semoga apa yang peneliti harapkan dapat tercapai dengan sebaik-baiknya ilmu yang bermanfaat untuk makhluk hidup di muka bumi. Banyak krikil yang menghampiri dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, tetapi itu semua harus peneliti selesaikan sebaik-baiknya.

Dengan ketulusan hati dan tersenyum manis peneliti mengucapkan terima kasih yang teramat tulus kepada:

1. Dr. H. Ahmad Amarullah, M.Pd Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang

2. Dr. Enawar, S.Pd., MM. MOS., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang

(4)

iv

3. Sumiyani, M,Pd., Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang

4. Dr. Asep Suhendar, M.Pd., Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang

5. Blewuk Setyo Nugroho, M.Pd Kaprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Tangerang Blewuk Setyo Nugroho, M.Pd., dosen pembimbing I yang selalu memberikan waktu, arahan, dan bimbingan terbaiknya dalam penyusunan skripsi ini

6. Dr. Asep Suhendar, M.Pd., dosen pembimbing II yang selalu memberikan arahan, motivasi, dan bimbingan terbaiknya dalam penyusunan skripsi ini 7. Manusia terbaik pilihan Allah, Ibu Hj. Neneng Maryati, Bapak H. Napin

Suherman , dan Kakak, Hermawan, Ika Hermawati, Selvy Nopianti terima kasih untuk bimbingan dan doa terbaik kalian yang tidak putus-putusnya, Alhamdulillah semua berjalan sesuai waktunya.

8. Perempuan-perempuanku Ernawati, Dinda Seprida, Amoy Yuningsih, Rini Puspitasari, Sunarti Junianti, Eka Sri Setyaningsih, Mia Rosmiati dan Maryanah yang selalu menyemangati diri dan memberikan keceriaan dalam penyusunan skripsi ini

9. Kawan-kawan B1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah berjuang dari awal perkuliahan hingga selesainya penyusunan skripsi ini

10. Seluruh mahasiswa-mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2016 kalian semua luar biasa

(5)

v

11. Seluruh pihak yang sudah bersedia membantu dengan ikhlas dan tulus dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa peneliti sebutkan satu- persatu.

Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan barokah-Nya sebagai balasan atas semua kebaikan. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih teramat jauh dari sempurna. Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan arahan yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan bagi seluruh akademik. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Tangerang, 01 April 2020

Kurniasih

(6)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN PROPOSAL SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KERANGKA TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori ... 9

1. Pembelajaran ... 9

2. Menulis ... 11

3. Pengertian Menulis ... 12

4. Pengertian Cerpen ... 14

(7)

vii

5. Model Project Based Learning ... 28

B. Penelitian Yang Relevan ... 41

C. Kerangka Berpikir ... 41

D. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

B. Metode Penelitian ... 45

C. Populasi dan Sampel ... 46

1. Populasi ... 46

2. Sampel ... 47

D. Teknik Pengumpulan Data... 48

E. Instrumen Variabel Terikat (Y) ... 49

1. Definisi Konseptual ... 49

2. Definisi Operasional ... 49

3. Kisi-kisi Instrumen ... 49

4. Uji Validitas Instrumen dan Reliabilitas ... 51

F. Instrumen Variabel Bebas (X) ... 53

1. Definisi Konseptual ... 53

2. Definisi Operasional ... 54

G. Hipotesis Statistik ... 55

1. Teknik Analisis Data ... 57

2. Statistik Deskriptif ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tiga Kategori Aktivitas dalam Pembelajaran Berbasis Proyek .... 37

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 44

Tabel 3.2 Metode Penelitian ... 45

Tabel 3.3 Populasi Penelitan ... 47

Tabel 3.4 Jumlah Sampel... 48

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen ... 50

Tabel 3.6 Rubrik Penilaian Menulis Cerpen ... 50

Tabel 3.7 Validitas Instrumen ... 52

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak,berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan belajar menyimak dan berbicara merupakan upaya penguasaan yang menggunakan bahasa lisan, sementara kegiatan menulis dan membaca merupakan upaya penguasaan dengan menggunakan bahasa tulis. Terampil menulis berarti dapat dikatakan terampil berkomunikasi secara tertulis. Berkomunikasi secara tertulis maksudnya dapat menuangkan ide, pikiran, perasaan, dan gagasan ke dalam bentuk kata, kalimat, dan paragraf.

Kemampuan menulis merupakan suatu proses kreativitas menuangkan gagasan ataupun ide yang ada di dalam pikiran ke dalam bentuk tulisan dengan tujuan tertentu. Menurut Tarigan (2005),

“menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik itu”. (h. 21)

Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa menulis dapat diartikan sebagai komunikasi untuk menyampaikan ide atau gagasan

(10)

2

tertentu kepada pembaca, sehingga ide itu sampai kepada pembaca secara efektif. Penyampaian itu dapat melalui sebuah tulisan atau lambang-lambang suatu grafik yang menggambarkan pikiran, pendapat dan juga perasaan yang dimiliki seseorang. Selain hal itu, menulis juga akan dapat meningkatkan, mengembangkan dan mendorong daya pikir dan kreativitas siswa.

Pembelajaran keterampilan berbahasa salah satunya adalah keterampilan menulis atau mengarang. Maksud dari pembelajaran ini adalah untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bahasa.

Kegiatan mengarang dilakukan secara terpimpin dan mengarang bebas.

Pembelajaran mengarang secara terpimpin kegiatan belajarnya banyak ditentukan oleh guru, sedangkan mengarang secara bebas kegiatan belajarnya banyak ditentukan oleh siswa baik isi maupun gaya penulisannya.

Pembelajaran menulis ini juga merupakan salah satu pembelajaran yang memerlukan perhatian khususnya oleh guru, karena saat ini pembelajaran menulis lebih banyak disajikan dalam bentuk teori, tidak banyak melakukan praktik menulis. Hal ini menyebabkan kurangnya kebiasaan menulis siswa sehingga mereka sulit menuangkan ide mereka dalam bentuk tulisan. Adapun faktor lain disebabkan oleh meningkatnya jumlah siswa yang malas menulis karena mereka menganggap menulis adalah pekerjaan yang paling membosankan khususnya dalam pembelajaran menulis cerpen.

(11)

3

Biasanya siswa masih banyak yang belum memahami cara menulis cerpen, bahkan pemahaman siswa terhadap menulis cerpen juga masih sangat rendah. Siswa merasa kesulitan dalam menulis cerpen karena faktor pemahaman siswa terhadap cerpen masih sangat minim.

Menurut Wiriaatmadja (2005), rendahnya pemahaman terhadap cerpen disebabkan adanya kemungkinan para siswa tidak merespon atau kurang memahami apa yang sedang dikemukakan atau ditanyakan, atau ada kemungkinan suasana yang kurang kondusif untuk pembelajaran yang sedang berlangsung, ataupun ada sebab- sebab lainnya. (h. 80)

Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang guru bidang studi Bahasa Indonesia di SMK Cahaya Prima, Jl.Prima No.1 Jakarta Barat. Terungkap bahwa “keterampilan menulis saat ini khususnya bagi siswa SMK sangat kurang diminati oleh siswa, mereka cendrung tidak ingin memahami pembelajaran menulis itu secara baik. Apalagi pembelajaran sekarang yang tidak diimbangi dengan praktik-praktik yang menjadi salah satu faktor kurang terampilnya siswa dalam menulis, dan mereka beranggapan bahwa menulis cerpen itu adalah hal yang tersulit. Dan berdasarkan hasil pengamatan, khususnya untuk dapat menulis cerpen di kelas XI SMK Cahaya Prima, Jl.Prima No.1 Jakarta Barat. Pengajaran menulis cerpen seharusnya sudah lebih dapat

(12)

4

memahami cara untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, dan perasaannya secara tertulis.

Selain permasalahan di atas, sebelumnya peneliti telah melakukan refleksi awal sebagai studi pendahuluan. Faktor-faktor yang merupakan penyebab rendahnya keterampilan menulis cerpen yang dimiliki siswa, seperti: (1) kurangnya pemahaman siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen, (2) siswa sulit menyampaikan gagasan pikirannya, (3) siswa kesulitan dalam mencari ide atau imajinasi untuk mengungkapkan inspirasi menulis cerpen, (4) guru belum menggunakan model Project Based Learning dalam pembelajaran menulis cerpen, dan (5) penggunaan model Project Based Learning diduga model yang berpengaruh terhadap hasil pembelajaran menulis cerpen. Dan Faktor-faktor tersebut mengakibatkan keterampialn menulis yang dimiliki siswa rendah.

Dari permasalahan tersebut penggunaan model Project Based Learning sangat penting karena pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek pembelajaran yang pada akhirnya akan mempengaruhi pembelajaran menulis cerpen.

Melalui penelitian ini, peneliti mencoba satu model pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kemampuan menulis

(13)

5

cerpen yang melalui model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning). Dalam buku materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014 (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran.

Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpetasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Sesuai dengan defenisi diatas, untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis cerpen dengan model pembelajaran Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) tentunya harus didukung dengan pemanfaatan sebuah topik dunia nyata. Media ini berfungsi sebagai penyalur pesan, mempengaruhi pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat terdorong dan terlibat dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas akan diadakan penelitian yang berjudul

“Penggunaan Model Project Based Learning Pada Pembelajaran Menulis Cerpen Siswa Kelas XI SMK Cahaya Prima, Jl.Prima No.1 Jakarta Barat Tahun Pembelajaran 2020/2021”

(14)

6 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dapat dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Kurangnya pemahaman siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen.

2. Siswa sulit menyampaikan gagasan pikirannya.

3. Siswa kesulitan dalam mencari ide atau imajinasi untuk mengungkapkan inspirasi menulis cerpen.

4. Guru belum menggunakan model Project Based Learning dalam pembelajaran menulis cerpen.

5. Penggunaan model Project Based Learning diduga model yang berpengaruh terhadap hasil pembelajaran menulis cerpen.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat banyak masalah yang dapat diteliti, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut :

Untuk menghindari permasalahan atau kesimpangsiuran dalam menyelesaikan penelitian maka perlu adanya pembatasan masalah agar cakupannya tidak terlalu luas. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran berbasis Project Based Learning terhadap kemampuan menulis cerpen yang bertemakan tentang melestarikan lingkungan hidup siswa kelas XI SMK Cahaya Prima, Jl.Prima No.1 Jakarta Barat.

(15)

7 D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahannya adalah, Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis Project Based Learning terhadap kemampuan menulis cerpen siswa Kelas XI SMK Cahaya Prima, Jl.Prima No.1 Jakarta Barat?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemampuan menulis cerpen dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Peneliti berharap hasil dari penelitian dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya sastra Indonesia yang berbentuk suatu penulisan cerpen.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Sebagai materi pelatihan dalam mengembangkan kompetensi khususnya kompetensi menulis cerpen pada siswa dengan menuangkan ide-ide yang lebih baik dari sebelumnya dan juga siswa dapat menambah pengetahuan tentang karya sastra.

(16)

8 b. Bagi Guru

Sebagai alternatif model pembelajaran pada penulisan cerpen dan sebagai acuan maupun referensi dalam mengajar materi keterampialn menulis dengan menggunakan model project based learning.

c. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengembangkan suatu wawasan tentang pembelajaran keterampilan menulis cerpen dan sebagai bahan informasi maupun studi bidang dalam menulis cerpen bagi peneliti selanjutnya dalam bidang pendidikan.

d. Bagi Sekolah

Dapat dijadikan sebagai pedoman dan bahan acuan dalam pelaksanaan belajar-mengajar yang dapat meningkatkan kompetensi guru.

(17)

9 BAB II

KERANGKA TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran

Belajar merupakan sebuah proses yang dialami oleh setiap individu selama ia hidup. Dengan kata lain, setiap aktifitas yang dilakukan oleh individu tidak akan terlepas dari makna belajar. Tidak ada ruang, waktu, dan tempat yang dapat membatasi proses belajar yang dialami oleh individu.

a. Pengertian Pembelajaran

Huda (2017) mendefinisikan pembelajaran sebagai berikut:

Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi ketika dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang (h.2).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran itu adalah kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri dan pemerosesan informasi pada dirinya sendiri.

(18)

10

Menurut Anang (2015) “Pembelajaran adalah proses membelajarkan siswa sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru yang tumbuh saat seorang individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan, dan terjadi disetiap waktu” (h. 120).

Adapun Aqib (2015) berpendapat proses belajar mengajar (pembelajaran) adalah upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efesien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Dari beberapa pakar ahli di atas, maka kesimpulan pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar yang di lakukan guru kepada peserta didik dan lingkungan sekitarnya dengan suatu perencanaan pembelajaran, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas diri pada peserta didik.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Belajar

Priansa (2017) memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor internal, berkaitan dengan kondisi internal yang muncul dari dalam diri peserta didik.

a) Jasmaniah

Faktor-faktor kesehatan atau kelainan fungsi pada tubuh jasmaniah peserta didik akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar.

(19)

11 b) Psikologis

Perhatian minat bakat, motif, kematangan dan kesiapan akan memengaruhi kegitan belajar yang dialami peserta didik.

c) Kelelahan

Kelelahan jasmani ataupun rohani akan berpengaruh buruk terhadap proses belajar yang dialami peserta didik.

2) Faktor eksternal, yaitu unsur lingkungan luar dari peserta didik.

Kondisi keluarga dirumah, keadaan sekolah, dan kondisi masyarakat sekitar rumah dan sekolah akan berpengaruh terhadap konsentrasi dan kesiapan pesrta didik untuk mengikuti kegiatan belajar (h.83-84).

c. Tujuan Belajar

Suhana (2014) mengemukakan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan proses kegiatan secara berkelanjutan dalam rangka perubahan perilaku peserta didik secara konstruktif (h. 19).

2. Menulis

Menulis memang bukan pekerjaan yang mudah. Namun juga tidak sulit. Menulis sebagai keterampilan yang butuh komitmen, yaitu komitmen menulis setiap hari, konsisten dan tidak pernah berhenti.

Selain komitmen menulis adalah proses, proses menuangkan ide di kepala dalam bentuk tulisan.

(20)

12 a. Pengertian Menulis

Menulis yaitu aktivitas seseorang dalam menuangkan ide- ide, pikiran, dan perasaan berdasarkan pengalaman yang dituangkan dengan menggunakan bahasa sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Berikut ini adalah pengertian menulis menurut para ahli.

Menurut Mulyati (2017) “Menulis adalah suatu kegiatan menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafis dari suatu bahasa yang disampaikan kepada orang lain (pembaca), sehingga orang lain (pembaca) itu dapat membaca dan memahami lambang- lambang grafis tersebut sebagaimana yang dimaksudkan oleh penyampaian (penulis)” (h. 74).

Menurut Ahmad (2016) “Menulis merupakan suatu kegiatan menciptakan suatu catatan atau informasi suatu media dengan menggunakan aksara” (h. 62).

Menurut Tarigan (2013) “Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut” (h. 22).

Dari pengertian menulis menurut ketiga para ahli di atas, saya simpulkan bahwa menulis adalah kegiatan menciptakan suatu catatan dan kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-

(21)

13

lambang grafis, dari suatu bahasa yang disampaikan kepada orang lain (pembaca) melalui media dengan menggunakan aksara.

b. Tahapan-tahapan Menulis

Tidak ada aturan yang baku tentang tahapan menulis kreatif yang benar. Menulis kreatif adalah perbuatan untuk menulis.

Tahapan yang ditempuh bisa berbeda-beda. Sejauh orientasinya untuk menulis, tahapan menulis kreatif apapun dapat dipilih.

Sesuai dengan selera, kenyamanan, ketuntasan karya kreatif yang akan ditulis. Menurut Yunus (2015) tahapan menulis kreatif yang paling baik adalah komitmen dan konsistensi menulis untuk menuntaskan karya kreatif yang sudah mulai ditulis, namun tidak pernah rampung, atau tidak boleh pula menulis kreatif hanya terbatas pada ide dan gagasan yang luar biasa, tanpa pernah memulai untuk dituliskan.

c. Tujuan Menulis

Tarigan (2008) mengemukakan bahwa setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan, tetapi karena tujuan itu sangat beraneka ragam, bagi penulis yang belum berpengalaman ada baiknya memperhatikan kategori di bawah ini:

1) Memberitahuakan atau mengajarkan;

2) Meyakinkan atau mendesak;

3) Menghibur atau menyenangkan;

(22)

14

4) Mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. (h. 24).

3. Pengertian Cerpen

Cerita pendek adalah suatu jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita mengenai seseorang beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek dan singkat, dan terbentuk dalam prosa fiksi yang cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuan ceritanya. Adapun beberapa menurut para ahli sebagai berikut:

Menurut Tarigan (2015) cerita pendek adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam dunia kesusastraan Indonesia sesudah perang Dunia Kedua. Yang ingin menikmati hasil sastra dengan tidak usah mengorbangkan terlalu banyak tempo. Ellery Sedgwick mengatakan bahwa cerita pendek adalah penyajian suatu keadaan tersendiri atau suatu kelompok keadaan yang memberikan kesan yang tunggal pada jiwa pembaca. Cerita pendek tidak boleh dipenuhi dengan hal-hal yang tidak perlu atau “a short-story not be cluttered up with irrelevance”

(h.178).

Menurut Nurgiyantoro (2015) “Cerita pendek disingkat cerpen dalam bahasa inggris: short story adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam atau suatu hal yang kiranya tidak mungkin dilakukan untuk sebuah novel” (h.12).

(23)

15

Menurut Kosasih (2012) “Cerita pendek (cerpen) merupakan cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita relative. Namun, pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500-5.000 kata” (h.34).

Dari pengertian cerita pendek menurut ketiga para ahli di atas, saya simpulkan bahwa cerita pendek adalah penyajian suatu keadaan tersendiri atau suatu kelompok keadaan yang memberikan kesan yang tunggal pada jiwa pembaca yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek. Pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam dan jumlah katanya sekitar 500-5.000 kata.

a. Ciri-ciri khas cerita pendek

Menurut Tarigan (2015) Setelah kita membaca uraian- uraian terdahulu, maka dapatlah kita menarik kesimpulan bahwa ciri-ciri khas sebuah cerita pendek adalah sebagai berikut:

1) Ciri-ciri utama cerita pendek adalah: singkat, padu, dan intensif (brevity, unity, and intensity).

2) Unsur-unsur utama cerita pendek adalah: adegan, tokoh, dan gerak (scene, character, and action).

3) Bahasa cerita pendek haruslah tajam, sugestif, dan menarik perhatian (incisive, suggestive, and alert).

(24)

16

4) Cerita pendek haruslah mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

5) Sebuah cerita pendek haruslah menimbulkan satu efek dalam pikiran pembaca.

6) Cerita pendek haruslah menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa jalan ceritalah yang pertama menarik perasaan, dan baru kemudian menarik pikiran.

7) Cerita pendek mengandung detail-detail dan insiden-insiden yang dipilih dengan sengaja, dan yang bisa menimbulkan pertanyaan- pertanyaan dalam pikiran pembaca.

8) Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan cerita.

9) Cerita pendek harus mempunyai seorang pelaku utama.

10) Cerita pendek harus mempunyai satu efek atau kesan yang menarik.

11) Cerita pendek yang bergantung pada (satu) situasi.

12) Cerita pendek memberikan impresi tunggal.

13) Cerita pendek memberikan suatu kebulatan efek.

14) Cerita pendek menyajikan satu emosi.

15) Jumlah kata-kata yang terdapat dalam cerita pendek biasanya di bawah 10.000 kata, tidak boleh lebih dari 10.000 kata atau kira-kira 33 halaman kuarto spasi rangkap (h.180).

(25)

17 b. Jenis-jenis cerita pendek.

Menurut Tarigan (2015) mengemukakan jenis-jenis cerpen yaitu:

(1) Berdasarkan jumlah kata

Berdasarkan jumlah kata yang dikandung oleh cerita pendek, maka dapatlah dibedakan menjadi dua jenis cerita pendek, yaitu:

(a) Cerpen yang pendek (short short story).

Short short story adalah cerita pendek yang jumlah kata- katanya pada umumnya di bawah 5.000 kata, maksimum 5.000 kata, atau kira-kira 16 halaman kuarto spasi rangkap, yang dapat dibaca dalam waktu kira-kira seperempat jam.

(b) Cerpen yang panjang (long short story).

Long short story adalah cerita pendek yang jumlah kata- katanya diantara 5.000 kata sampai 10.000 kata, atau kira- kira 33 halaman kuarto spasi rangkap, yang dapat dibaca kira-kira setengah jam.

(c) Berdasarkan nilai sastra

Apabila kita banyak membaca cerita pendek, maka kita tahu bahwa ada di antaranya yang benar-benar bernilai sastra, yaitu memenuhi norma-norma yang dituntut oleh seni sastra. Disamping itu, ada pula beberapa yang tidak bernilai sastra, tetapi lebih ditunjukan untuk menghibur saja.

(26)

18

Klasifikasi tersebut masing-masing disebut dengan istilah.

a) Cerpen sastra

Cerpen sastra adalah cerita pendek yang mengandung nilai- nilai kesusastraan yang menuntut penafsiran dari penikmat cerpen dan dapat dijadikan wawasan.

b) Cerpen hiburan

Cerpen hiburan adalah cerita pendek yang bersifat menghibur pembaca atau untuk melarikan diri sejenak dari rutinitas dan masalah yang sukar diselesaikan (h.181).

c. Unsur intrinsik cerita pendek.

Menurut Nurgiyantoro (2015) Unsur intrinsik adalah unsur pembangun cerpen yang asalnya dari dalam cerpen itu sendiri.

Unsur inilah yang menyebabkan suatu teks hadir sebagai teks sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra (h.30).

1) Tema

Menurut Kosasih (2012) Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih saying, kecemburuan, dan sebagainya (h.40).

2) Tokoh dan Penokohan

Menurut Nurgiyantoro (2015) Unsur intrinsik yang ke dua adalah tokoh (pelaku), tokoh atau pelaku ini akan selalu

(27)

19

dihadirkan oleh penulis di dalam ceritanya. Tokoh adalah unsur penting yang harus ada dan sangat penting untuk unsur-unsur yang lain. Di dalam cerita tokoh akan digolongkan menjadi dua golongan yaitu tokoh yang memiliki sifat baik dan tokoh yang memiliki sifat jahat. Kedua tokoh ini menjadi sorotan utama dalam konflik yag terjadi. Setiap golongan tokoh biasanya akan terdiri dari masing-masing satu tokoh untuk setiap karakter.

a) Terdapat Terdapat 4 jenis tokoh yang digambarkan dalam cerita pendek, yaitu:

1. Tokoh protagonis yaitu tokoh yang dikagumi yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero-tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma nilai-nilai yang ideal atau karakter utamanya memiliki perilaku yang baik dan tujuan yang baik.

2. Tokoh antagonis yaitu tokoh yang berposisi dengan tokoh protagonist, secara langsung ataupun tidak langsung, bersifat fiksi ataupun batin.

3. Tokoh tritagonis yaitu tokoh sebagai mediator atau penengah dari tokoh protagonis dan antagonis karakter tokoh tritagonis memiliki sifat yang bijak sebagai penengah.

(28)

20

4. Tokoh figuran yaitu tokoh yang merupakan karakter pendukung untuk memberikan warna dan nuansa isi cerpen agar lebih hidup (h.260).

b) Karakterisasi atau penokohan

Menurut Kosasih (2012) karakterisasi atau penokohan yaitu:

1) Metode analitik

Metode analitik adalah suatu upaya atau metode yang digunakan untuk menjelaskan secara langsung oleh penulis tentang karakter atau sifat dari tokoh dalam cerita.

Metode analitik dapat diketahui secara langsung karena penulis cerita sudah memaparkan atau menyebutkan secara langsung seperti yang dijelaskan oleh penulis dalam ceritanya, seperti keras kepala, pemalu, pemarah, pemberani, penakut, dan lain sebagainya.

2) Metode dramatik

Metode dramatik adalah metode yang digunakan untuk menentukan karakter tokoh dengan cara tidak langsung untuk menggambarkan sifat dari tokoh dalam cerita. Penggambaran tokoh dilakukan dengan melalui ucapan atau percakapan yang dilakukan oleh tokoh lain, sikap atau perbuatan yang dilakukannya. Metode ini disebut juga sebagai metode reaksi tokoh lain (berupa

(29)

21

pandangan, pemikiran, pendapat, sikap, dan lain sebagainya) yang menggambarkan bagaimana karakter dari tokoh tersebut (h.36).

3) Alur (Plot)

Menurut Kosasih (2012) Alur (plot) merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Pola pengembangan cerita suatu cerpen atau novel tidaklah seragam. Pola-pola pengembangan cerita dapatdijumpai antara lain, jalan cerita suatu novel kadang-kadang berbelit-belit dan penuh kejutan, juga kadang-kadang sederhana. Hanya saja bagaimanapun sederhana alur suatu novel tidak akan sesederhana jalan cerita dalam cerpen. Secara umum, alur terbagi ke dalam bagian-bagian berikut.

a. Pengenalan situasi cerita (exposition)

Dalam bagian ini pengarang memperlkenalkan para tokoh, menata adegan, dan hubungan antar tokoh.

b. Pengungkapan peristiwa (complication)

Dalam bagian ini, disajikan bagian awal yang menimbulkan berbagai masalah pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokoh.

(30)

22

c. Menuju pada adanya konflik (rising action)

Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, keheboan, ataupun keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.

d. Puncak konflik

Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan mendebarkan. Pada bagian ini pula, ditentukannya perubahan nasib beberapa tokoh.

Misalnya, apakah dia berhasil menyelesaikan masalah atau gagal.

e. Penyelesaian (ending)

Sebagai akhir cerita, pada bagian ini penjelasan tentang nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Namun ada pula cerpen yang penyelesaian akhir ceritanya itu diserahkan kepada imajinasi pembaca. Jadi, akhir ceritanya itu dibiarkan menggantung, tanpa ada penyelesaian. Berdasarkan periode pengembangannya, alur cerpen dapat dikelompokan sebagai berikut, alur normal: (1)-(2)-(3)-(4)-(5), alur sorot balik: (5)- (4)-(3)-(2)-(1), alur maju-mundur: (4)-(5)-(1)-(2)-(3).

Pada periode tersebut meliputi dari (1) pengenalan situasi babak awal, (2) pengungkapan peristiwa, (3) menuju pada adanya konflik, (4) pumcak konflik dan (5) penyelesaian.

(31)

23

Meskipun demikian, kelima unsur alur tidak selamanya hadir dalam sebuah cerpen. Mengingat rentang dan jumlah peristiwa di dalamnya yang terbatas, biasanya unsur-unsur yang hadir itu hanya 2-4 saja, misalnya unsur pengungkapan peristiwa (2), menuju konflik (3), dan puncak konflik (4) (h.35-36).

4) Setting (Latar)

Menurut Kosasih (2012) Latar atau setting merupakan tempat atau waktu berlangsungnya kejadian dalam cerita. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya cerita ataupun pada karakter tokoh.

Dengan demikian apabila pembaca sudah menerima latar itu sebagai sesuatu yang benar adanya, maka cenderung dia pun akan lebih siap dalam menerima karakter tokoh ataupun kejadian-kejadian yang berbeda dalam cerita itu.

Adapun macam-macam latar yaitu:

1) Latar Tempat

Tempat berlangsungnya cerita mungkin berupa daerah yang luas, seperti nama daerah atau Negara, mungkin pula berbeda di daerah yang sempit, seperti kelas atau pojok kamar.

2) Latar Waktu

Waktu berlangsungnya cerita, mungkin pada pagi hari, malam hari, dan waktu-waktu lainnya. Seperti hanya latar

(32)

24

tempat, penggambarannya dapat secara langsung oleh pengarang ataupun melalui penutur tokoh (h.38).

5) Sudut Pandang (Point Of View)

Menurut Nurgiyantoro (2015) Sudut pandang (Point Of View) adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita atau pandangan pengarang dalam menceritakan sebuah cerita. Sudut pandang mampu menetapkan pengarang maupun pembaca untuk menjadi tokoh utama atau orang lain dalam cerita.

Macam-macam Sudut Pandang yaitu:

1) Sudut paandang orang pertama

Sudut pandang orang pertama yaitu pandangan penulis seolah-olah ia terjun langsung sebagai tokoh utama dalam cerita. Dalam pengisahan cerita yang menggunakan sudut pandang persona pertama, first-person point of view, “Aku”, jadi gaya “aku”, narrator adalah sebagai seseorang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si “aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Contoh: aku, saya, gue (tunggal), dan kami, kita (jamak).

(33)

25 2) Sudut pandang orang kedua

Sudut pandang orang kedua yaitu pandangan penulis seolah- olah penulis sedang bercerita. Dalam berbagai buku teori fiksi (kesastraan) jarang ditemukan pembicaraan tentang sudut pandang persona kedua atau gaya “kau”, yang sering digunakan hanya sudut pandang persona pertama dan ketiga.

Sudut pandang gaya “kau” merupakan cerpen pengisahan yang menggunakan “kau” sebagai variasi cara memandang tokoh aku dan dia.

3) Sudut pandang orang ketiga

Sudut pandang orang ketiga yaitu pandangan penulis seolah- olah penulis merasakan, mengetahui, mengalami, apa yang terjadi pada tokoh cerita. Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona ketiga, gaya “dia”, narrator adalah seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus-menerus disebut, dan sebagai variasi penggunaan kata ganti (h.336).

6) Gaya Bahasa

Menurut Kosasih (2012) Penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan

(34)

26

interaksi antara sesama tokoh. Kemampuan sang penulis mempergunakan bahasa secara cermat dapat menjelmakan suatu suasananya yang berterus terang satiris, simpatik atau menjengkelkan, objektif atau emosional. Bahasa dapat menimbulkan suasana yang tepat bagi adegan yang seram, adegan cinta, ataupun peperangan, keputusan, maupun harapan.

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa bahasa dapat pula digunakan pengarang adalah untuk menandai karakter seseorang tokoh. Karakter jahat dan bijak dapat digambarkan dengan jelas melalui kata-kata yang digunakannya. Demikian pula dengan tokoh anak-anak dan dewasa, dapat pula dicerminkan dari kosakata ataupun struktur kalimat yang digunakan oleh tokoh- tokoh yang bersangkutan (h.71).

7) Amanat

Menurut Kosasih (2012) Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan.

Karena itu, amanat selalu berhubungan dengan tema cerita itu.

Misalnya, tema suatu cerita tentang hidup bertentangan, maka cerita amanatnya tidak akan jauh dari tema itu: pentingnya menghargai tetangga, pentingnya menyantuni tetangga yang miskin, dan sebagainya (h.41).

(35)

27 d. Unsur ekstrinsik cerita pendek

Menurut Kosasih (2012) Unsur Ekstrinsik adalah unsur- unsur yang berada di luar teks sastra itu, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangunan atau sistem organisme teks sastra. Berikut adalah unsur ekstrinsik cerita pendek yang terdiri dari:

1) Latar belakang pengarang, menyangkut di dalamnya asal daerah atau suku bangsa, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, dan ideology. Unsur ini sedikit banyak akan berpengaruh pada isi suatu novel/cerpen.

2) Kondisi sosial budaya dimaksudkan bahwa novel/cerpen yang dibuat pada zaman kolonial akan berbeda dengan novel/cerpen yang dikarang oleh seorang yang hidup di tengah-tengah masyarakat metropolis anak berbeda dengan cerpen yang dihasilkan oleh pengarang yang hidup di tengah-tengah masyarakat tradisional.

3) Tempat atau kondisi alam dimaksudkan bahwa novel/cerpen yang dikarang oleh seseorang yang hidup didaerah agraris sedikit banyak akan berbeda dengan novel/cerpen yang dikarang oleh penuluis yang terbiasa hidup di daerah gurun (h.72).

(36)

28 4. Model Project Based Learning

a. Konsep atau Definisi

Berikut ini uraian tentang konsep atau definisi Pembelajaran Berbasis Masalah menurut Suhana (2014).

1. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) adalah pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), yaitu metode pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sistesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

2. Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.

3. Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan kompleks yang diperlukan peserta didik dalam melakukan infestigasi dan memahaminya. Melalui Project Based Learning, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subyek (materi) dalam kurikulum.

(37)

29

4. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. Project Based Learning merupakan infestigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata. Hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik (h.39).

Priansa (2017) menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek atau disebut dengan Project Based Learning merupakan salah satu upaya untuk mengubah salah satu pembelajaran yang selama ini berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik.

Adapun Purnawan (2008) berpendapat pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengkaji hubungan antara informasi teoretis dan praktis, tetapi juga memotivasi peserta didik untuk merefleksi hal-hal yang mereka pelajari dalam pembelajaran dalam sebuah proyek nyata. Peserta didik dapat bekerja secara nyata, seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara realitis. Cord et. al. (Khamdi, 2007) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui berbagai kegiatan yang kompleks. Pembelajaran berbasis proyek adalah penggunaan proyek sebagai model pembelajaran. Proyek-

(38)

30

proyek meletakkan peserta didik dalam peran aktif, yaitu sebagai pemecah masalah, mengambil keputusan, peneliti, dan pembuat dokumen (Priansa, 2017, h.207).

Berdasarkan pengertian para ahli mengenai pembelajaran yang menggunakan model Project Based Learning maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis Project Based Learning adalah pembelajaran yang inovatif melalui kegiatan yang kompleks untuk memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran dengan kerja proyek yang memfokuskan terhadap masalah dan melibatkan langsung peserta didikdalam memecahkan masalah yang diberikan guru agar peserta didik lebih mandiri dan lebih aktif di dalam kelas.

b. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek

Suhana (2014) keuntungan pembelajaran berbasis proyek sebagai berikut:

1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.

2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.

4) Meningkatkan kolaborasi.

(39)

31

5) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi.

6) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.

c. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek

1) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.

2) Membutuhkan biaya yang cukup banyak.

3) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.

4) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

5) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.

6) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.

7) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikawatirkan peserta didik tidak memahami topik secara keseluruhan.

d. Desain Pembelajaran Berbasis Proyek

Menurut Priansa (2017) pembelajaran berbasis proyek akan mampu dioptimalkan jika disusun berdasarkan desain yang tepat.

Desain yang dapat dirancang dalam pembelajaran berbasis proyek adalah berkaitan dengan hal-hal berikut.

(40)

32 1) Keaslian (authenticity)

Proyek harus sesuai dengan permasalahan yang secara nyata terjadi dan mampu untuk diamati. Keaslian dapat diperoleh dengan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut.

a) Apakah masalah proyek yang diberikan bermakna bagi peserta didik saat ini dan pada masa yang akan datang?

b) Apakah proyek tersebut mampu diemban dan diselesaikan oleh peserta didik?

c) Apakah peserta didik, baik sebagai pribadi maupun kelompok, mampu untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu?

2) Perilaku akademis (academy rigor)

Proyek harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan dan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan. Peserta didik menggunakan metode penelitian ilmiah untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kemampuan menyelesaikan masalah.

Pertanyaan penuntun yang dapat digunakan, misalnya:

a) Apakah proyek tersebut dapat membantu atau mengarahkan peserta didik untuk memperoleh dan menerapkan pokok pengetahuan dalam satu atau lebih disiplin ilmu?

b) Apakah proyek tersebut dapat atau mampu memberikan tantangan pada peserta didik untuk menggunakan strategi

(41)

33

penemuan (ilmiah) dalam satu atau lebih disiplin ilmu?

(contohnya, berpikir dan bekerja seperti ilmuan).

c) Apakah peserta didik dapat mengembangkan keterampilan dan kebiasaan berpikir tingkat tinggi? (contohnya, pencarian fakta, memandang suatu masalah dari berbagai sudut).

3) Pembelajaran aplikatif (applied learning)

Proyek dikembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok dan pengetahuan, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada peningkatan keterampilan menyelesaikan masalah.

a) Apakah kegiatan belajar yang digunakan peserta didik berada dalam konteks permasalahan semi terstuktur, mengacu pada kehidupan nyata, dan bekerja atau berada pada dunia lingkungan luar sekolah?

b) Apakah proyek dapat mengarahkan untuk menguasai dan menggunakan unjuk kerja dipersyaratkan dalam organisasi kerja yang menuntut persyaratan tinggi? (contohnya, kerjatim, menggunakan teknologi yang tepat pemecahan masalah dan komunikasi).

c) Apakah pekerjaan tersebut mempersyaratkan peserta didik untuk mampu melakukan pengembangan organisasi dan mengelola keterampilan pribadi?

(42)

34

4) Keaktifan eksplorasi (active exploration)

Proyek yang diberikan hendaknya mampu mengaktifkan minat ekspolrasi yang mendalam bagi peserta didik.

Pertanyaan penuntun yang dapat digunakan, misalnya:

a) Apakah peserta didik menggunakan sejumlah waktu secara signifikan untuk mengerjakan bidang utama pekerjaannya?

b) Apakah proyek tersebut mempersyaratkan peserta didik untuk mampu melakukan penelitian nyata, dan menggunakan berbagai macam strategi, media, dan berbagai sumber lainnya?

c) Apakah peserta didik diharapkan dapat atau mampu berkomunikasi tentang apa yang dipelajari, baik melali perentasi maupun unjuk kerja?

5) Kematangan (adult relationship)

Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertemu dan mengobservasi dari ahli yang sesuai dengan bidang masalah.

Pertanyaan penuntun yang dapat digunakan, misalnya:

a) Apakah peserta didik menemui dan mengamati (belajar dari) teman atau orang sebaya (dewasa) yang memilki pengalaman dan kecakapan yang relevan?

b) Apakah peserta didik berkesempatan bekerja atau berdiskusi secara teliti dengan paling tidak seorang teman?

(43)

35

c) Apakah orang dewasa (di luar peserta didik) dapat bekerja sama dalam merancang dan menilai hasil kerja peserta didik?

6) Penilaiaan (assessment)

Penilaian dilakukan dalam proses pembelajaran dan hasil atau produk pembelajaran. Hasil akhir dapat berupa presentasi, pameran, portofolio, atau laporan.

Pertanyaan penuntun yang dapat digunakan adalah:

a) Apakah peserta didik dapat merefleksi secara berkala proses belajar yang dilakukannya dengan menggunakan kriteria proyek yang jelas, yang dapat membantu dalam menentukan kinerjanya?

b) Apakah orang luar dapat membantu peserta didik mengembangkan pengertian tentang standar kerja dunia nyata dalam suatu jenis pek erjaan?

c) Apakah ada kesempatan secara regular untuk menilai kerja peserta didik, terkait dengan strategi yang digunakan, termasuk melalui pameran dan portofolio? (h. 214-216).

e. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek

Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (2005) adalah sebagai berikut:

(44)

36

1) Dimulai dengan pertanyaan esensial (start with assential question)

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan asensial, yaitu pertanyaan yang dapat mengeksplorasi pengetahuan awal peserta didik serta memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktifitas.

2) Mendesain rencana proyek (design a plan for the project) Perencanaan proyek yang dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peserta didik, dalam menentukan aturan main pengertian proyek. Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk menentukan judul proyek yang sesuai dengan materi dan permasalahan.

3) Membuat jadwal (create a schedule)

Tahap ketika guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek.

4) Memonitor peserta didik dan memantau perkembangan proyek (monitor the student and the progress of the project)

Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek.

5) Menilai hasil (asses the outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standard an tujuan belajar.

6) Mengevaluasi pengalaman (evaluasi the experience)

(45)

37

Guru dan pesera didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil akhir proyek yang sudah dijalankan. Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan proses evaluasi, baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pembelajaran (Priansa, 2017, h. 216-217).

f. Kegiatan Peserta Didik dalam Pembelajaran Berbasis Proyek Priansa (2017) Selain bekerja sendiri, peserta didik dalam pembelajaran berbasis proyek diikutsertakan dalam kegiatan kelompok. Selanjutnya aktivitas individu dalam pembelajaran berbasis proyek dikelompokkan menjadi tiga kategori, seperti yang disajikan dalam tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1

Tiga Kategori Aktivitas dalam Pembelajaran Berbasis Proyek

No. Kategori Penjelasan

1. Individu Peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam pendekatan belajar ataupun

(46)

38

penyelesaian tugas. Selama mengerjakan proyek, setiap peserta didik melaksanakan aktivitas, seperti memvisualisasikan aktivitas proyek dan mencari tugas yang akan dikerjakan, mengatur jadwal, mengorganisasikan materi pembelajaran, menata dokumen (computer files), mengirimkan pesan kepada pengajar atau ahli, self asseement. Uraian deskripsi aktivitas di atas dapat memberikan langkah- langkah pembelajaran yang bermakna.

2. Kelompok Ketika peserta didik bekerja dalam kelompok, para pelajar harus bekerja sama. Kerja sama berlangsung dalam wujud aktivitas dasar, seperti brainstorming, diskusi, melakukan editing dokumen secara bersama-sama.

Sinkronisasi komunikasi melalui audio, video, atau teks, menata dokumen kelompok, task scheduling, peer assessment. Sebagaian dari aktivitas ini dapat dilakukan bersama kelompok.

3. Antar- Kelompok

Pembelajaran berbasis proyek memungkinkan terjadinya berbagi informasi

(47)

39

dan pengetahuan dengan kelompok lain.

Misalnya melalui presentasi, peer review, memberikan kontribusi dalam forum diskusi.

g. Peran Guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek

Priansa (2017) Selama berlangsungnya proses pembelajaran berbasis proyek, peserta didik akan mendapat bimbingan dari guru ataupun narasumber lain, yang berperan sebagai berikut:

1) Mengajar kelompok dan menciptakan suasana yang nyaman.

2) Memastikan bahwa sebelum mulai pembelajaran setiap kelompok telah memiliki seorang anggota yang bertugas membaca materi, sementara teman-temannya mendengarkan, dan seorang anggota yang bertugas mencatat informasi yang penting sepanjang jalan diskusi.

3) Memberikan materi atau informasi pada saat yang tepat, sesuai dengan perkembangan kelompok.

4) Memastikan bahwa sesi diskusi kelompok diakhiri dengan evaluasi mandiri.

5) Menjaga agar kelompok terus memusatkan perhatian pada pencapaian tujuan.

6) Memonitor jalannya diskusi dan membantu catatan tentang berbagai masalah yang muncul dalam proses belajar, serta mengajar agar proses belajar terus berlangsung, agar tidak ada

(48)

40

tahapan dalam proses belajar yang dilewati atau diabaikan dan agar setiap tahapan dilakukan dalam urutan yang tepat.

7) Menjaga motivasi peserta didik dengan mempertahankan unsur tantangan dalam penyelesaian tugas dan mempertahankan untuk mendorong peserta didik keluar dari kesulitan (h. 221).

Penjelasan yang dijabarkan di atas menunjukkan bahwa guru lebih berperan sebagai pendamping dan fasilitator. Ia harus dapat menjaga proses pembelajaran tetap berlangsung aktif dan terkontrol walaupun tidak memiliki otoritas penuh terhadap pengerjaan proyek. Selain itu, guru harus mempunyai kemampuan dalam memberikan bimbingan dan saran yang membangun serta membuat proses evaluasi yang baik.

h. Evaluasi dalam Pembelajaran Berbasis Proyek

Priansa (2017) Pembelajaran berbasis proyek memberikan hasil belajar berupa pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill atau psikomotor), dan sikap (attitude atau efektif). Oleh sebab itu, gru harus menggunakan evaluasi yang mampu mengukur tiga ranah tersebut. Bentuk evaluasi dapat berupa tes atau nontes.

Evaluasi yang dilakukan harus lebih mengutamakan aspek kemampuan peserta didik dalam mengelola aktivitas mereka dalam menyelesaikan proyek yang dipilih dan dirancangnya, relevansi atau kesesuaian proyek dengan topik pembelajaran yang sedang

(49)

41

dipelajarai, dan keaslian (orisionalitas) proyek yang mereka kerjakan.

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang pertama disusun oleh Aida Putri Prdani, Universitas Muhammadiyah Tangerang tahun 2016 dengan judul skripsi

“Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Kemampuan Menulis Laporan Siswa Kelas VIII SMP PGRI Jatiuwung Kota Tangerang”. Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experimental Design dengan salah satu model pembelajaran yang berpengaruh terhadap kemampuan menulis laporan yaitu Project Based Learning. Hasil penelitian yang diperoleh mengungkapkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan kemampuan menulis laporean siswa. Penerapannya dalam kelas dapat melatih siswa menjadi percaya diri dakam kemampuan menulisnya dan dapat meningkatkan keingintahuan lebih dalam dalam bagaimana cara menulis laporan perjalanan yang benar. Dengan menggunakan Project Basel Learning dapat membuat siswa lebih aktif di dalam kelas.

Penelitian yang peneliti laksanakan mempunyai persamaan yang terletak pada variabel bebas, yaitu model Project Based Learning.

Sedangkan perbedaanya terletak pada variabel terikat karena penelitian

(50)

42

yang dilakukan Aida Putri Perdani variabel terikatnya adalah kemampuan menulis laporan siswa kelas VIII.

Hasil penelitian yang kedua disusun oleh Indra Nur Hilal Universitas Negri Semarang tahun 2013 dengan judul “Keefektifan Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Menggunakan Model Problem Based Instruction (PBI) Dan Model Sinektik Pada Siswa SMA”.

Penelitian menunjukkan bahwa siswa mampu menulis cerpen dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan, persmaannya terletak pada variabel terikat yaitu keterampilan menulis cerpen.

C. Kerangka Berpikir

Pada kegiatan ini pembelajaran menulis cerpen, masalah yang biasa ditemukan dalam pembelajaran menulis cerpen, kebiasaan-kebiasaan buruk dalam menulis, siswa kesulitan memahami unsur intrinsik dalam penulisan. Berdasarkan hal tersebut, seharusnya pelajaran menulis cerpen dijadikan suatu kegiatan ketrampilan yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran melalui model Project Based Learning yang melatih siswa agar dapat menulis dengan baik dan tepat.

Penggunaan media yang digunakan dalam proses pembelajaran memiliki keunggulan untuk menumbuhkan siswa berpikir kreatif, berimajinasi, dan memotivasi. Model Project Based Learning tidak hanya

(51)

43

memecahkan permasalahan dalam pembelajaran, tetapi siswa dituntut untuk berpikir kritis dan berperan aktif dalam pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara berkesinambungan.

D. Hipotesis Penelitian

Peneliti merumuskan hipoteseis sebagai jawaban sementara atas pertanyaan peneliti dan berbentuk pernyataan tentang karakteristik populasi yang merupakan hasil dari proses teoritik. Hipotesis penelitian dirumuskan berdasarkan kerangka berpikir. Banyaknya hipotesis sama dengan banyaknya subjudul pada kerangka teoritik dan banyaknya butir pada perumusan masalah.

1. Hipotesis Penelitian Pretes

HO : Tidak terdapat perbedaan kemampuan menulis cerpen antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

H1 : Terdapat perbedaan kemampuan menulis cerpen antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

2. Hipotesis Penelitian Postes

HO : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Project Based Learning terhadap kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas

XI SMK Cahaya Prima.

H1 : Terdapat pengaruh model pembelajaran Project Based Learning terhadap kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas XI SMK Cahaya Prima.

(52)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK CAHAYA PRIMA pada pembelajaran Bahasa Indonesia pada pokok bahasan Menulis Cerpen melalui model Project Based Learning. Adapun jadwal kegiatannya.

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Bulan

Pengajuan Judul Juli 2019

Bimbingan Bab I, II, dan III Januari-Mei 2020

Seminar Proposal Skripsi Mei 2020

Bimbingan dan Revisi Hasil

Seminar Mei 2020

Pengumpulan Data Juli 2020

Pengolahan dan Analisis Data Agustus 2020

Ujian Skripsi September 2020

(53)

45 B. Metode Penelitian

Sugiyono (2015) Metode penelitian yang penulis gunakan yaitu metode peneitian kuantitatif, yang merupakan ringkasan tinjauan teori dan konsep kunci yang mengandung variabel yang diteliti, termasuk keterkaitan antara variabel yang dapat disajikan dakam bentuk diagram atau dalam bentuk lainnya. Dimana metode penelitian kuantitatif ini bersifat penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

Dalam penelitian ini terdapat dua kelas yaitu kelas control dan kelas eksperimen (h. 107). Berikut rancangan penelitiannya dapat digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Metode Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Eksperimental YE X YE

Kontrol YK - YK

Keterangan :

YE = Data pretes/postes kelas eksperimen

YK = Data hasil pretes/postes kelas kontrol

X = Perlakuan yang di eksperimenkan

(54)

46

Metode penelitian yang penulis gunakan yaitu metode penelitian kuantitatif yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen dan kontrol diberikan pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa lalu diberikan perlakuan berupa metode Project Based Learning untuk kelas eksperimen dan metode konvensional untuk kelas kontrol dan dilakukan postes untuk mengetahui kemampuan akhir siswa.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Sugiyono (2015) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu (h.117).

Riadi (2014) populasi adalah sebuah wilayah atau tempat objek/subjek yang diteliti, baik orang, benda, kejadian, nilai maupun hal lain yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu untuk mendapatkan sebuah informasi (h.16).

(55)

47

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa populasi adalah keseluruhan yang dimiliki objek atau subjek untuk dijadikan sumber penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK CAHAYA PRIMA, Jl.Prima No.1 Kel.Tegal Alur Kec.Kalideres Jakarta Barat Tahun ajaran 2019/2020.

Tabel 3.3 Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa

1 XI TKJ 1 37 Siswa

2 XI TKJ 2 35 Siswa

3 XI TKJ 3 34 Siswa

Jumlah 106 Siswa

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2015) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (h.81).

Dengan menggunakan teknik Random Sampling dalam penelitian ini hanya 2 kelas dari 3 kelas XI yang ada di SMK CAHAYA PRIMA.

(56)

48

Berikut adalah kelas yang dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 3.4 Jumlah Sampel

Kelompok Kelas Jumlah Siswa

Eksperimen XI TKJ 1 37 Siswa

Kontrol XI TKJ 2 35 Siswa

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2015) Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama peneliti adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (h.224).

Adapun tes yang diberikan adalah tes dengan menggunakan tes esai. Tes yang dilakukan terbagi menjadi 2 bagian yaitu:

1. Pretes yaitu tes yang diberikan sesudah melaksanakan pembelajaran tanpa memberikan perlakuan (tidak menggunakan model Project Based Learning).

2. Postes yaitu tes yang diberikan sesudah melaksanakan pembelajaran dengan memberikan perlakuan (menggunakan model Project Based Learning).

(57)

49 E. Instrumen Variabel Terikat (Y)

1. Definisi Konseptual

Kemampuan menulis bagi para siswa adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Tanpa memiliki kemampuan menulis, siswa akan mengalami banyak kesulitan dalam melaksanakan kegiatan menulis cerita pendek ataupun tugas yang lainnya. Sedangkan cerita pendek (cerpen) merupakan cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek. Ukuran panjang pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya 500-5.000 kata.

2. Definisi Operasional

Kemampuan menulis cerpen merupakan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kemampuan menulis cerita pendek dapat diketahui dari hasil tes yang telah dikerjakan oleh siswa adalah siswa harus mengetahui unsur instrinsik, ketepatan penggunaan huruf kapital dalam penulisan.

3. Kisi-kisi Instrumen

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel terikat yaitu berupa tes menulis cerpen.

(58)

50

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kompetensi

Dasar

Indikator Bentuk Soal Uraian

Nomor Item

Ranah

Kemampuan menulis cerpen

4.9

Mengembangkan sebuah cerita pendek dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen

Menyusun dan menulis cerita pendek berdasarkan unsur-unsur pembangun cerpen

Buatlah cerpen

dengan tema melestarikan lingkungan hidup dan perhatikan unsur

instrinsiknya!

1 C5

Jumlah

Total Butir 1

Tabl 3.6

Rubrik Penilaian Menulis Cerpen

No Aspek Deskriptor 1 2 3 4

1 Pengembangan Kerangka

Cerita yang dikembangkan berdasarkan unsur intrinsik cerpen

2 Penggunaan bahasa

Bahasa yang digunakan menarik perhatian pembaca 3 Pengembangan

alur

Alur peristiwa

dikembangkan secara

(59)

51 imajinatif 4 Pengembangan

latar

Latar peristiwa dikembangkan secara imajinatif

5 Pengembangan Penokohan

Tokoh dan penokohannya dikembangkan secara imajinatif

6 Pengembangan judul

Judul yang digunakan dapat menggambarkan isi cerpen

Nilai Akhir :

X 100 = 1: Kurang

2: Cukup 3: Baik

4: Sangat Baik

4. Uji Validitas Instrumen dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Dalam uji validitas, penelitian menggunakan uji validitas isi. Menurut Sulaeman (2017), “Validitas adalah suatau ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti

Gambar

Tabel 3.2  Metode Penelitian
Tabel 3.3  Populasi Penelitian
Tabel 3.4  Jumlah Sampel
Tabel 3.5  Kisi-kisi Instrumen  Variabel  Kompetensi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Disamping itu, lebih dari 70% ikan tembang yang tertangkap di perairan Selat Sunda memiliki panjang tubuh di bawah ukuran rata-rata mencapai matang gonad ( ) yang

Setelah kemampuan melabel/member nama suatu objek dikuasai, kemudian anak-anak biasanya mencoba mengkombinasikan kata-kata yang sudah dipahami dirangkai menjadi

Bilamana suatu tanggul yang sudah ada akan diperlebar atau dinaikkan, atau keduanya atau tanggul ditempatkan pada lereng, permukaan lereng dibuat bertangga seperti ditunjukkan

Pada percobaan ini akan diperiksa berlakunya Hukum Hess yang menyatakan bahwa perubahan entalpi hanya tergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir sistem dan tidak bergantung

Dari penjelasan diatas mengenai perintah imread secara mendasar kita dapat menggunakan perintah imread untuk membaca file images dengan format yang disupport oleh matlab

Dengan demikian, perubahan tersebut semakin memperjelas peran dan fungsi pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya fokus pada pemahaman keagamaan, tetapi juga,

Tahap analisis yang dilakukan penulis pada pengembangan multimedia secara umum dibagi menjadi dua, yaitu analisis kebutuhan, dan analisis lingkungan. Analisis

modal (capital risk) yang merefleksikan tingkat leverage yang dipakai oleh bank.. Salah satu fungsi modal adalah melindungi para penyimpan dana terhadap kerugian.. yang terjadi