BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dipelajari semua jenjang pendidikan. Menurut De Bono (1990) matematika adalah salah satu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini diperkuat oleh Syaban (2010) bahwa melalui pembelajaran matematika dapat mengembangkan cara berpikir kritis karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan yang mempelajarinya terampil dalam berpikir secara rasional,
logis, dan kritis.
Berfikir kritis merupakan salah satu perkembangan yang perlu ditumbuhkan sejak dini dan merupakan bagian dari perkembangan kognitif anak serta kreativitas anak dalam memecahkan persoalan dan permasalahan yang dihadapi anak. Ada yang mengartikan Critical sebagai evaluative, yaitu proses berfikir kritis adalah merupakan proses mengevaluasi segala sesuatu yang anak perbuat. Paul (dalam Fisher, 2008) mengemukakan berpikir kritis adalah mode berpikir–mengenai hal, substansi atau masalah apa saja–di mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya.
Menurut Piaget (2001) pemahaman yang sungguh-sungguh akan suatu pengertian atau suatu teori menuntut suatu penemuan kembali teori itu. Seorang murid dapat mengulangi dan menggunakan suatu pengertian seakan-akan seperti mengerti. Pengertian yang tepat menuntut seorang murid, paling tidak dapat menemukan sendiri alasannya. Murid dapat memecahkan persoalan namun tetap belum memahami persoalan itu. Murid belum mengerti segala unsur yang tersangkut meskipun ia dapat menggunakan rumus itu. Oleh karena itu murid memerlukan latihan dalam mengungkapkan gagasan. Namun dalam prakteknya ada faktor lain yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis menjadi lebih beragam seperti perbedaan gender.
Pada proses kegiatan pembelajaran di kelas banyak siswa yang terlibat baik siswa
laki-laki dan perempuan. Selain faktor biologis, faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor psikologis. Secara psikologis laki-laki dan perempuan berbeda. Faktor psikologis terkait dengan intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan.
Siswa bergender laki-laki dapat memahami dan menganalis masalah dengan menyebutkan yang diketahui dan yang ditanyakan, proses berpikir yang digunakan adalah proses pembentukan pengertian. Langkah dapat merancang dan merencanakan solusi, siswa laki-laki menggunakan proses berpikir pembentukan pendapat. Proses berpikir dapat dilihat ketika siswa menyempurnakan gambar yang disediakan dalam soal, dapat langsung membuat kaitan antara yang diketahui dan yang ditanyakan dalam hal ini
pendapat siswa sangat berpengaruh. Kemudian siswa laki-laki dapat mencari solusi dari masalah pemecahan, dalam langkah ini menggunakan proses berpikir pembentukan keputusan dan pembentukan kesimpulan. Hal ini terlihat dalam menghitung luas daerah yang diarsir. Menggunakan rencana pemecahan yang telah di susun, menggunakan seluruh data yang disajikan dalam masalah. Langkah selanjutnya siswa laki-laki dapat memeriksa solusi, siswa menggunakan berhitung mental tanpa menuliskan apapun yang dikerjakannya, siswa hanya meneliti dan meyakini kebenaran langkah yang telah ia susun. Proses berpikir pada langkah ini adalah proses berpikir pembentukan keputusan. Siswa bergender perempuan dapat memahami masalah menggunakan proses berpikir pembentukan pengertian, hal ini dapat dilihat dengan siswa perempuan membaca masalah secara keseluruhan dan mendalam untuk dapat memahami, sehingga dapat dengan mudah dan benar menyebutkan apa yang diketahui pada masalah dan menyebutkan apa yang ditanyakan selain itu juga hal ini ditunjukan dengan hasil tertulis yang dikerjakan oleh siswa perempuan. Selanjutnya dapat merancang dan merencanakan solusi menggunakan proses berpikir pembentukan pendapat dan pembentukan pengertian. Pembentukan pendapat ini dapat dilihat dari siswa perempuan dapat menyebutkan dan menjelaskan pengetahuan pendukung yaitu pengetahuan tentang bangun datar (segitiga dan persegi) kemudian menyebutkan rumus–rumus yang digunakan. Kemudian siswa dapat mengkaitkan antara yang diketahui dan hal yang ditanyakan, kemudian siswa perempuan menyebutkan pengetahuan-pengetahuan yang digunakan dalam menyelesaikan masalah.
memeriksa solusi hal ini sesuai dengan siswa dapat memeriksa dan meneliti solusi yang telah disusun. Siswa perempuan menggunakan proses berpikir pembentukan keputusan dan pembentukan kesimpulan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sukowiyono, Tri Atmojo K, Imam Sujadi (2011) dalam jurnal yang berjudul “Proses Berpikir Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama dalam Memecahkan Masalah Matematika Materi Pokok Bangun Datar Berdasarkan Prespektif Gender” menunjukkan hasil bahwa siswa lak-laki dapat memahami dan menganalisis masalah dengan menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dengan menggunakan proses pembentukan pengertian dan pembentukan keputusan. Pada siswa perempuan memahami masalah menggunakan proses berpikir
pembentukan pengertian, pembentukan keputusan dan pembentukan kesimpulan. Hal ini dapat terlihat siswa perempuan dapat mudah dan benar dalam menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan serta menjawab masalah berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusparatri, Retno Kuning Dewi (2012) dalam jurnalnya yang berjudul “Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa” yaitu dalam pelaksanan pembelajaran
berbasis masalah, guru melakukan evalusi dan penilaian. Evaluasi dapat dilakukan dengan penilaian proses. Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana siswa merencanakan pemecahan masalah dan bagaimana siswa menunjukkan pengetahuan dan keterampilan. Keterampilan dan kemampuan berpikir kritis siswa akan tampak dalam pemilihan dan cara pemecahan masalah yangg tepat sesuai perkembangan jaman dan konteks/lingkungannya. Teknik penilaiannya salah satunya juga dapat dilakukan dengan meminta siswa memprentasikan hasil kerja mereka di depan kelas. Dari proses penilaian tersebut akan tampak bahwa siswa dapat mengungkapkan pendapat dan mampu memilih pemecahan masalah yang tepat sehingga salah satu tujuan yang ingin didapat yaitu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dapat dikatakan tercapal Sehubungan dengan hal tersebut, disarankan dalam pelaksanaan pembelajaran materi dampak perubahan sosial, guru menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah yang dipadukan dan dimodifrkasi dengan metode, model pembelajaran serta strategi
pembelajaran yang lain seperti pembelajaran CTL dan sebagainya sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai “Deskrpsi
Persamaan Garis Lurus”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga dapat membantu guru maupun sekolah dalam memperbaiki dan merencanakan proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa laki-laki kelas VIII SMP pada materi persamaan garis lurus?
2. Bagaimana deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa perempuan kelas VIII SMP
pada materi persamaan garis lurus?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Mendeskripsi kemampuan berpikir kritis siswa laki-laki kelas VIII SMP pada materi persamaan garis lurus.
2. Mendeskripsi kemampuan berpikir kritis siswa perempuan kelas VIII SMP pada materi persamaan garis lurus.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, adapun manfaat penelitan ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Menambah pengetahuan dan informasi tentang kemampuan berpikir kritis siswa SMP laki-laki dan perempuan,
b. Sebagai bahan kajian dan referensi bagi penelitian-penelitian berikutnya. 2. Manfaat praktis
a. Bagi guru
Memberi gambaran mengenai kemampuan berpikir kritis pada materi bangun datar, sehingga dapat membantu dalam menyiapkan dan merencanakan
pembelajaran yang efektif dalam matematika. b. Bagi sekolah