SKRIPSI
PERBANDINGAN SENAM JANTUNG SEHAT DENGAN SENAM
LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA
PENDERITA HIPERTENSI GRADE I
DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT
IDA BAGUS GEDE BRAHMANDITA SAPUTRA
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
i
SKRIPSI
PERBANDINGAN SENAM JANTUNG SEHAT DENGAN SENAM
LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA
PENDERITA HIPERTENSI GRADE I
DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT
IDA BAGUS GEDE BRAHMANDITA SAPUTRA
HALAMAN JUDUL
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
v
PERBANDINGAN SENAM JANTUNG SEHAT DENGAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA PENDERITA
HIPERTENSI GRADE I DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT
ABSTRAK
Usia lanjut merupakan usia yang rentan terhadap hipertensi karena apabila tidak di di deteksi secara dini dan ditangani dengan tepat maka akan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, gagal ginjal, stroke, dan kematian. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka bisa dilakukan dengan melakukan olahraga senam jantung sehat dan senam lansia. Manfaat yang diperoleh dari kedua senam tersebut adalah penurunan tekanan darah pada hipertensi derajat I.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara senam jantung sehat dengan senam lansia terhadap tekanan darah pada hipertensi derajat I. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pre dan post test control group design. Sampel penelitian berjumlah 22 orang yang dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok 1 diberikan senam jantung sehat sedangkan kelompok 2 diberikan senam lansia.
Terdapat penurunan tekanan darah sistolik yang bermakna pada kelompok Senam Jantung Sehat (p<0,05) dan kelompok Senam Lansia (p<0,05). Penurunan tekanan darah diastolik juga menunjukkan hasil yang signifikan pada masing- masing kelompok perlakuan (p<0,05). Bila dibandingkan antara kedua kelompok, kelompok yang mendapat latihan Senam Jantung Sehat menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik yang bermakna dibandingkan kelompok yang mendapat latihan Senam Lansia (p<0,05), sedangkan untuk tekanan darah diastolik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok (p>0,05).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa senam jantung sehat lebih baik daripada senam lansia dalam menurunkan tekanan darah hipertensi derajat I.
vi
COMPARISON OF SENAM JANTUNG SEHAT WITH SENAM LANSIA FOR DECREASING BLOOD PRESSURE IN ELDERLY PATIENTS WITH STAGE
1 HYPERTENSION IN DAUH PURI KAUH VILLAGE WEST DENPASAR
ABSTRACT
Elderly people are susceptible to hypertension because if not detected early and treated properly, it will cause blockage of blood vessels, kidney failure, stroke, and even death. To overcome these problems, it can be done by doing exercise namely Senam Jantung Sehat and Senam Lansia. The benefit derived from these two exercises is the reduction of blood pressure in stage 1 hypertension.
The aim of this study was to determine the difference between Senam Jantung Sehat with Senam Lansia on blood pressure in elderly patients with stage 1 hypertension. This research was experimental study with the design of pre and post-test control group design. The samples totaled 22 people who were divided into two groups. Group 1 was given Senam Jantung Sehat while group 2 Senam Lansia.
There was a significant decrease in systolic blood pressure in a group subject of Senam Jantung Sehat (p <0.05) and a group subject of Senam Lansia (p <0.05). A decrease in diastolic blood pressure also showed a significant result in each treatment group (p <0.05). When compared between the two groups, the group that received Senam Jantung Sehat showed a significant decrease in systolic blood pressure compared with the group that received Senam Lansia (p <0.05), while the diastolic blood pressure did not have a significant difference between the two groups (p > 0.05).
Based on these results, it could be concluded that Senam Jantung Sehat was better than Senam Lansia in lowering blood pressure of elderly patients with stage 1 hypertension.
Keywords: stage 1 hypertension, Senam Jantung Sehat , Senam Lansia.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perbandingan Senam Jantung Sehat Dengan Senam Lansia Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi Grade I Di Desa Dauh Puri Kauh
Denpasar Barat”.
Tugas ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
sarjana Fisioterapi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk
itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan
skripsi ini, yaitu kepada :
1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT., M.Kes selaku dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
2. Prof. Dr. dr. I Nyoman Adiputra, MOH, PFK. selaku ketua Program Studi
Fisioterapi Universitas Udayana dan pembimbing.
3. Bapak I Putu Sutha Narmawan, SSt.FT, M.Fis selaku pembimbing
sekaligus pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan
bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dr.dr Susy Purnawati, M.K.K,AIFO selaku pembimbing sekaligus
pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam
viii
5. Seluruh dosen yang telah memberikan bimbingan sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
6. Ajik, Ibu, Gus Indra, dan Keluarga Besar saya yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu yang selalu memberikan motivasi, semangat agar
penulis dapat menyelesaikan skripsi dan pendidikan Sarjana Fisioterapi.
7. Seluruh teman-teman satu grup saya di Evidance Based, MORBA yang
selalu menghibur saya dan memberi semangat agar penulis dapat
menyelesaikan skripsi dan pendidikan Sarjana Fisioterapi.
8. Seluruh teman-teman seangkatan saya dan di Axoplasmic, angkatan 2012
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, tidak mungkin penulis
sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini.
9. Seluruh kerabat dan sejawat fisioterapi yang tidak mungkin penulis
sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat
diharapkan.
Denpasar, 4 Mei 2016
ix
2.1.2 Patofisiologi Hipertensi ... 8
2.2 Faktor Risiko ... 10
2.2.1 Klasifikasi Hipertensi ... 13
2.2.2 Faktor – faktor Menurunkan Hipertensi ... 14
2.3 Definisi Senam Jantung Sehat ... 16
2.3.1 Senam Jantung Sehat Menurunkan Tekanan Darah ... 17
2.3.2 Gerakan Senam Jantung Sehat ... 17
2.3.3 Tahap Gerakan Senam Jantung Sehat ... 19
2.4 Definisi Senam Lansia ... 27
x
2.4.2 Gerakan Senam Lansia ... 28
2.4.3 Tahap Gerakan Senam Lansia ... 29
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ... 32
3.2 Kerangka Konsep ... 35
3.3 Hipotesis ... 36
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 37
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
4.3 Populasi dan Sampel ... 38
4.3.1 Populasi ... 38
4.3.2 Sampel ... 38
4.3.3 Besar Sampel ... 40
4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel ... 41
4.4 Variabel Penelitian ... 42
4.5 Definisi Operasional ... 42
4.6 Instrumen Penelitian ... 43
4.7 Prosedur Penelitian ... 44
4.7.1 Persiapan Penelitian ... 44
4.7.2 Pelaksanaan Penelitian ... 45
4.8 Alur Penelitian ... 47
4.9 Teknik Analisis Data ... 48
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi karakteristik subjek penelitian ... 50
5.2 Uji Persyaratan Analisis ... 52
5.2.1 Uji Normalitas Data dan Homogenitas Data ... 52
5.3 Pengujian Hipotesis ... 54
5.3.1 Hasil Uji beda Rerata Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Pelatihan Pada Kelompok 1 ... 54
xi
Pelatihan Pada Kelompok 2 ... 55
5.3.3 Hasil Uji beda Rerata Selisih Penurunan Tekanan Darah pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 56
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Subjek Penelitian ... 58
6.2 Efek Penurunan Tekanan Darah Setelah Pemberian Perlakuan Senam Jantung Sehat ... 59
6.3 Efek Penurunan Tekanan Darah Setelah Pemberian Perlakuan Senam Lansia ... 61
6.4 Pelatihan Senam Jantung Sehat lebih efektif daripada Senam Lansia Dalam menurunkan Tekanan Darah pada hipertensi ... 62
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 66
7.2 Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 68
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Prevalensi Hipertensi... 7
Gambar 2.2 Sistem baroreseptor untuk mengendalikan tekanan arteri ... 9
Gambar 2.3 Area otak untuk pengaturan sirkulasi oleh saraf ... 10
Gambar 2.4 Klasifikasi Hipertensi berdasarkan JNCVII ... 14
Gambar 2.5 Gerakan Inti Senam Jantung Sehat... 27
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep ... 35
Gambar 4.1 Desain Penelitian ... 37
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Prevalensi Hipertensi dalam Jumlah Absolut ... 8
Tabel 2.5 Tahap Gerakan Inti Senam Jantung Sehat ... 27
Tabel 4.1 Jadwal Penelitian... 50
Tabel 5.1 Distribusi Data Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin... 51
Tabel 5.2 Data Karakteristik berdasarkan Umur, berat badan, Tinggi Badan dan IMT ... 52
Tabel 5.3 Uji Normalitas Data dan Homogenitas Data... 53
Tabel 5.4 Uji Beda Rerata Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Perlakuan SJS dengan Paired Sampel T-test ... 55
Tabel 5.5 Uji Beda Rerata Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Perlakuan Lansia dengan Paired Sampel T-test ... 56
Tabel 5.6 Uji Beda Rerata Selisih Tekanan Darah Kelompok SJS dan Perlakuan Lansia dengan Independent Sampel T-test ... 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir setelah masa
dewasa, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami penurunan kemampuan
akal dan fisik sehingga tidak dapat melakukan aktivitasnya lagi. Usia lanjut adalah
suatu kejadian yang akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang
dan tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut seseorang akan mengalami
kemunduran pada organ tubuhnya karena kemampuan jaringan untuk mengganti
fungsi normalnya sudah menghilang sehingga akan rentan terkena berbagai
macam penyakit.
Penyakit yang erat hubungannya dengan lansia salah satunya adalah
gangguan sirkulasi darah atau kardiovaskuler (Azizah, 2011). Komponen –
komponen yang ada pada sistem kardiovaskuler adalah jantung dan
vaskularisasinya. Pada orang yang telah lanjut usia terjadi perubahan pada jantung
berupa : kekuatan otot jantung melemah , elastisitas pembuluh darah berkurang
serta kemampuan memompa dari jantung bekerja lebih keras sehingga terjadi
hipertensi (Maryam dkk, 2011).
Penyakit yang sering dialami lansia di Indonesia menurut Kemenkes RI
(2013) yakni hipertensi dengan presentase mencapai 25,8% dengan terdiagnosis
oleh tenaga kesehatan dan/atau riwayat minum obat hanya sebesar 9,5%.
Hal ini menandakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum
2
Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan infark miokard, stroke, gagal
ginjal, dan kematian jika tidak dideteksi secara dini dan ditangani dengan tepat
(James dkk., 2014). Hipertensi menyebabkan kematian pada 45% penderita
penyakit jantung dan 51% kematian pada penderita penyakit stroke pada tahun
2008 (WHO, 2013). Selain itu, hipertensi merupakan penyebab kematian nomer 3
setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7 % dari populasi kematian
pada semua umur di Indonesia (Depkes RI, 2012).
Seiring dengan peningkatan kasus hipertensi dan komplikasi yang dapat
terjadi, maka banyak masalah kesehatan yang dihadapi oleh lansia sehingga perlu
menjaga pola hidup sehat dengan cara berolahraga. Olahraga sangat berperan
penting dalam pengobatan tekanan darah tinggi, manfaat dari olahraga adalah
untuk melancarkan sirkulasi darah, mendorong jantung bekerja maksimal,
menguatkan otot – otot, meningkatkan kesegaran jasmani serta mengurangi stress.
Salah satu olahraga yang efektif untuk menurunkan tekanan darah serta
meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi serta
kontrol tubuh yaitu senam (Peter, 2012). Senam sangat cocok untuk para lansia
karena dapat bermanfaat untuk mengambat proses degeneratif atau proses
penuaan dan sangat dianjurkan pada lansia yang memasuki usia pralansia (45
tahun ) dan usia lansia (65 tahun keatas) (Widianti & Proverawati 2010).
Saat ini banyak kenal jenis senam yang diikuti oleh para lansia, akan tetapi
informasi – informasi tentang jenis senam yang efektif untuk menurunkan
tekanan darah pada lansia masih kurang. Menurut hasil penelitian yang sudah ada,
3
yaitu senam Jantung sehat dan senam lansia. Senam jantung sehat adalah
olahraga yang disusun untuk selalu mengutamakan kemampuan jantung dan
bertujuan untuk menyehatkan jantung. Olahraga ini memang khusus dibuat untuk
membuat jantung sehat karena gerakannya akan memacu jantung untuk
mengambil oksigen sebanyak – banyaknya sehingga kebutuhan oksigen tubuh
terpenuhi. Selain itu olahraga ini dapat memberikan kelenturan, kekuatan dan
peningkatan kekuatan otot – otot serta aman bagi para lansia. (Widianti &
Proverawati, 2010) Sedangkan Senam lansia adalah suatu bentuk latihan fisik
yang memberikan pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan fisik manusia.
Olahraga ini sangat mudah dilakukan dan dapat diterapkan pada lansia karena
memiliki gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana. Aktifitas olahraga
ini akan membantu tubuh tetap bugar karena melatih tulang, membantu
menghilangkan radikal bebas serta dapat mendorong kerja jantung menjadi
optimal (Widianti & Proverawati, 2010).
Dari uraian tersebut memberikan gambaran betapa pentingnya pelatihan
aerobik seperti senam jantung sehat dengan senam lansia dalam meningkatkan
efektifitas dan efisiensi fungsi fisiologis jantung dan pembuluh darah sehingga
dapat meningkatkan kebugaran lansia serta menurunkan tekanan darah pada
lansia. Dari kedua senam tersebut yang mana lebih menurunkan tekanan darah
sampai saat ini belum diketahui dengan jelas. Untuk itulah maka peneliti tertarik
mengambil penelitian dengan judul “Perbandingan Senam Jantung Sehat dengan
Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang
disampaikan sebagai berikut:
1. Apakah Senam Jantung Sehat dapat menurunkan tekanan darah pada
lansia Desa Dauh Puri Kauh yang mengalami hipertensi grade I ?
2. Apakah Senam Lansia dapat menurunkan tekanan darah pada lansia
desa Dauh Puri Kauh yang mengalami hipertensi grade I ?
3. Apakah Senam Jantung Sehat lebih efektif dibandingkan dengan Senam
Lansia dalam menurunkan tekanan darah lansia yang mengalami
hipertensi grade I ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektivitas perbedaan antara senam jantung sehat
dengan senam lansia terhadap penurunan tekanan darah.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk membuktikan Senam Jantung Sehat dapat menurunkan tekanan
darah pada lansia yang mengalami hipertensi grade I
2. Untuk membuktikan Senam Lansia dapat menurunkan tekanan darah
pada lansia yang mengalami hipertensi grade I
3. Untuk membuktikan Senam Jantung Sehat lebih efektif dibandingkan
dengan Senam Lansia dalam menurunkan tekanan darah pada lansia
5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Keilmuan
1. Mengetahui dan memahami tentang pentingnya olahraga seperti
Senam Jantung Sehat dan Senam Lansia untuk menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi grade I.
2. Membuktikan bagaimana pengaruh Senam Jantung Sehat dan Senam
Lansia terhadap penurunan tekanan darah pada hipertensi grade I.
3. Menambah khasanah ilmu dalam dunia pendidikan pada umumnya
dan fisioterapi pada khususnya.
1.4.2 Praktisi
Dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan olahraga yang dapat dilakukan
dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi, secara
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi pada Lansia
Usia lanjut adalah seseorang yang akan mengalami kemunduran pada
organ tubuhnya karena kemampuan jaringan untuk mengganti fungsi normalnya
sudah menghilang sehingga akan rentan terkena berbagai macam penyakit.
Penyakit yang erat hubungannya dengan lansia salah satunya adalah gangguan
sirkulasi darah atau hipertensi. Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah
penyakit dimana tekanan darah systole lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastole lebih dari 90 mmHg. (Maryam, 2008:192). Hipertensi pada lansia terjadi
karena seiring bertambahnya usia, jantung memompa darah lebih kuat dan
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya yang menyebabkan arteri
besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, Sehingga pada saat jantung
memompa darah melalui arteri tersebut, darah pada setiap denyut jantung dipaksa
untuk melalui pembuluh darah yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan
naiknya tekanan. Inilah yang biasa terjadi pada lanjut usia, dimana dinding
arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Penyakit ini menjadi
masalah serius pada lansia karena jika tidak terkendali akan dapat berkembang
dan menimbulkan komplikasi seperti Stroke, gagal ginjal, dan penyakit jantung
coroner.
7
2.1.1 Epidemiologi
Peningkatan tekanan darah adalah hal yang normal terjadi pada proses
degeneratif. Menurut American Heart Association (AHA, 2015), Jumlah
penduduk Amerika penderita tekanan darah tinggi yang berusia di atas 20 tahun
telah mencapai angka hingga 58 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus
tidak diketahui penyebabnya. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah,
prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di
Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi
di Kalimantan selatan 39,6% dan terendah di papua barat 20,1% .Sedangkan, pada
tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%).
8
Sama halnya pada provinsi Bali, terjadi penurunan yang sekitar 10% dari tahun
2007 sampai tahun 2013. Provinsi Bali masuk ke dalam peringkat 2 dari 5
provinsi dengan prevalensi hipertensi terendah dengan jumlah 840.851 jiwa dari
4.225.384 juta jiwa (Pusdatin, Kemenkes 2013).
Tabel 2.1 Prevalensi Hipertensi Terendah Berdasarkan Absolut (Infodatin Kemenkes 2014)
2.1.2 Patofisiologi Hipertensi
Terdapat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan
darah antara lain sistem baroreseptor, kemoreseptor, dan pusat otak tertinggi
(hipotalamus dan serebrum) (Mayuni, 2013). Namun sejauh ini, mekanisme saraf
untuk mengatur tekanan arteri yang paling diketahui ialah refleks baroreseptor
(Guyton & Hall, 2008). Sistem baroreseptor merupakan monitor derajat tekanan
arteri dan meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme perlambatan
jantung oleh respon vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi.
Sistem pengaturan tekanan arteri oleh baroreseptor dimulai oleh Sinyal
dari baroreseptor karotis dijalarkan melalui saraf hering menuju saraf
9
dari baroreseptor aorta, di arkus aorta dijalarkan melalui saraf vagus menuju
traktus solitarius yang sama di medula. Baroreseptor lebih banyak merespon
terhadap tekanan yang berubah cepat daripada tekanan yang menetap (Guyton &
Hall, 2008).
Gambar 2.2 Sistem baroreseptor untuk mengendalikan tekanan arteri (Guyton & Hall, 2008)
Refleks sirkulasi terhadap perubahan tekanan darah diawali oleh
baroreseptor di mana setelah sinyal baroreseptor memasuki traktus solitarius
medula, sinyal sekunder menghambat pusat vasokonstriktor di medula dan
merangsang pusat parasimpatis vagus. Efek yang terjadi adalah (1) vasodilatasi
10
frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung. Jadi perangsangan
baroreseptor akibat tekanan tinggi di dalam arteri secara refleks menyebabkan
penurunan tekanan arteri akibat penurunan tahanan perifer dan penurunan curah
jantung Sebaliknya, tekanan yang rendah mempunyai efek berlawanan, yang
secara refleks menyebabkan tekanan meningkat kembali menjadi normal (Guyton
& Hall, 2008).
Gambar 2.3 Area di otak yang berperan penting dalam pengaturan sirkulasi oleh saraf.
(Guyton & Hall, 2008 )
2.1.3 Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (LeMone & Burke, 2008)
a. Riwayat Keluarga
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
11
menderita hipertensi berkaitan dengan peningkatan jumlah sodium di
intraseluler dan penurunan rasio potasium dan sodium. Pasien dengan kedua
orangtuanya menderita hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi.
b. Usia
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang
yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi dari
orang yang berusia lebih muda. pada umumnya hipertensi muncul antara usia
30-50 tahun. Angka kejadian meningkat pada usia 50-60 tahun. Hal ini
disebabkan pada usia tersebut tubuh sudah mulai mengalami kemunduran fisik
dan kekuatan jantung mulai melemah, oleh karena itu dosis obat yang
diberikan harus benar-benar tepat.
c. Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita sampai usia 55
tahun, namun perubahan hormonal yang sering terjadi pada wanita
menyebabkan wanita lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini
juga menyebabkan risiko wanita untuk terkena penyakit jantung menjadi lebih
tinggi (Miller, 2010).
d. Etnik
Orang dengan kulit hitam beresiko lebih tinggi mengidap hipertensi.
penderita hipertensi pada orang berkulit hitam 40% lebih banyak
12
hitam mempunyai jumlah rennin yang lebih rendah, vasopressin yang lebih
tinggi , serta mengkonsumsi lebih banyak garam dan faktor stress karena
lingkungan yang tinggi.
2. Faktor yang dapat dimodifikasi (LeMone & Burke, 2008):
a. Stres
Seseorang yang sering mengalami stres secara terus menerus tekanan darahnya
akan naik lebih tinggi diatas normalnya. Hal ini disebabkan karena saat stress
terjadi peningkatan tahanan vaskuler perifer, cardiac output dan merangsang
aktivitas sistem saraf simpatis, selanjutnya hipertensi dapat terjadi. Bila stres
berlangsung lama, dapat menyebabkan peninggian tekanan darah yang menetap.
Stress dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan jika stress
sudah hilang, maka tekanan darah akan kembali normal.
b. Kegemukan
Memiliki berat badan yang melebihi batas normal (Obesitas) akan mengakibatkan
penyakit darah tinggi. Penyebab terjadinya hipertensi pada kasus obesitas karena
terjadi peningkatan volume plasma dan curah jantung yang akan meningkatkan
tekanan darah (Angraini, 2014). Indeks masa tubuh (IMT) yang normal adalah
18,5-24,9 kg/m2. Penurunan berat badan 10 kg dapat menurunkan tekanan darah
sistolik 5-20 mmHg. Maka dari itu dengan melakukan program diet sehat
13
c. Zat Makanan
Mengkonsumsi asupan tinggi sodium dapat menjadi faktor penting terjadinya
hipertensi. Garam menyebabkan penumpukan cairan didalam tubuh karena
menarik cairan luar sehingga tidak keluar, meningkatnya volume cairan tersebut
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah sehingga berdampak terhadap
timbulnya hipertensi (Petter, 2008).
d. Penyalahgunaan Zat
Merokok, mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dan penggunaan obat
terlarang merupakan faktor terjadinya hipertensi. Rokok dan obat terlarang dapat
menyebabkan tekanan darah meningkat dan ketergantungan. Angka kejadian
hipertensi meningkat dua kali lipat jika orang yang mengonsumsi alcohol 3 gelas
atau lebih.
2.2.1 Klasifikasi Hipertensi pada Lansia
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi :
1. Hipertensi primer atau esensial
Penyebab pasti masih belum diketahui. Jenis ini adalah yang terbanyak,
yaitu sekitar 90-95% dari seluruh pasien hipertensi. Riwayat keluarga,obesitas,
tinggi natrium,lemak jenuh dan penuaan adalah faktor pendukung. Walaupun
faktor genetik sepertinya sangat berhubungan dengan hipertensi primer, tapi
mekanisme pastinya masih belum diketahui.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang terindentifikasi
14
feokromositoma, sindrom cushing, aldosteronisme primer, dan obat-obatan, yaitu
sekitar 2-10% dari seluruh pasien hipertensi.
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Pedoman JNCVII
Gambar 2.4 Klasifikasi Hipertensi (The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High BloodPressure).
2.2.3 Faktor – Faktor yang menurunkan hipertensi pada lansia
Faktor – faktor yang dapat menurunkan (LeMone & Burke, 2008):
a. Menurunkan Berat Badan
Kenaikan berat badan menjadi salah satu faktor penyebab hipertensi.
Pada orang yang Obesitas semakin banyak berat badannya berkurang, maka
tekanan darah juga akan ikut berkurang. Untuk mewujudkannya bisa dengan
15
b. Mengurangi Asupan Sodium (natrium)
Mengurangi asupan garam dapat membantu menurunkan tekanan darah.
Agar kesehatan tubuh selalu terjaga dan terhindar dari naiknya tekanan darah,
asupan natrium yang dianjurkan adalah sekitar 2,4 gram sodium atau lebih. Bagi
orang-orang yang berusia lebih dari 51 tahun keatas, asupan harian yang
dianjurkan adalah 1500 gram atau kurang.
c. Hindari Stress
Stres merupakan faktor penting dari beberapa penyakit dan juga sering
dikaitkan dengan hipertensi. Stres dapat menyebabkan naiknya tekanan darah
walau sifatnya hanya sementara. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan
pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal. Maka dari itu,
usahakan jangan sampai stres.
d. Menghindari Alkohol
Mengonsumsi alkohol tidak baik bagi kesehatan dan dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi. Selain itu banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol
dapat merusak jantung dan organ lainnya. Jadi, jauhkan diri anda dari minuman
beralkohol karena tidak baik bagi kesehatan.
e. Konsumsi Makanan berserat dan tinggi omega 3
Orang yang menderita hipertensi sangat dianjurkan untuk makan makanan
yang mengandung tinggi serat seperti jeruk, pisang dan apel. Selain itu
sayur-sayuran hijau seperti brokoli, bayam, seledri juga bisa menjadi menu makanan
untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Makanan yang mengandung omega 3
16
f. Olahraga
Olahraga yang rutin sangat efektif untuk menurunkan tekanan
darah tinggi. Banyak manfaat yang di dapat dari olahraga seperti untuk
melancarkan sirkulasi darah, menyehatkan jantung, menguatkan otot – otot,
meningkatkan kesegaran jasmani serta mengurangi stress. Senam merupakan
salah satu olahraga yang dianjurkan pada lansia dan sangat efektif
menurunkan tekanan darah. Senam sangat cocok untuk para lansia karena
dapat bermanfaat untuk mengambat proses degenerative atau proses penuaan
dan sangat dianjurkan pada lansia yang memasuki usia pralansia 45 tahun – 65
tahun (Widianti & Proverawati, 2010). Saat ini terdapat dua senam yang
efektif menurunkan tekanan darah yaitu senam jantung sehat dan senam
lansia.
2.3 Definisi Senam jantung sehat
Senam jantung sehat merupakan salah satu metode senam yang disusun
untuk selalu mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot besar dan
kelenturan sendi, agar dapat memasukkan oksigen secara optimal ke dalam
tubuh sehingga kebutuhan oksigen tubuh terpenuhi. Pada prinsipnya gerakan –
gerakan pada Senam jantung Sehat di bentuk gerakannya oleh para ahli untuk
mencegah penyakit jantung , namun senam ini juga dapat menurunkan
hipertensi pada lansia karena efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Meskipun gerakan – gerakan awal menyebabkan peningkatan tekanan darah,
17
penurunan tekanan darah pada lansia hal ini disebabkan karena saat olahraga
pembuluh darah atau kapiler jaringan otot mengalami vasodilatasi sehingga
aliran darah yang mengalir ke sel dan jaringan menjadi meningkat (Ronny,
2009). Senam jantung sehat terdiri dari 5 seri, dimana setiap seri memiliki
tingkatan – tingkatan beban latihan yang berbeda
2.3.1 Senam Jantung Sehat menurunkan tekanan darah
Senam jantung sehat dapat menurunkan tekanan darah karena pada saat
olahraga menyebabkan denyut jantung dan pernafasan meningkat. Peningkatan ini
menyebabkan permintaan oksigen lebih banyak diperlukan pada tingkat otot yang
bekerja sehingga untuk mendapatkan oksigen yang lebih, maka kita bernafas
lebih cepat dan membiarkan lebih banyak oksigen yang melewati aliran darah
setiap menit. Agar lebih cepat mendapatkan aliran darah yang beroksigen ke otot,
maka denyut jantung akan meningkat dan menyebabkan pembuluh nadi melebar
sehingga memungkinkan banyak aliran darah tidak terhalang ke otot-otot yang
bekerja. Selain itu aliran pembuluh darah ke jaringan yang tidak aktif dalam tubuh
akan diturunkan dari aliran darah. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kontraksi
otot polos dalam pembuluh darah menyebabkan resistensi perifer total (TPR) ke
aliran darah menurun saat berolahraga. Penurunan akut dalam TPR ini
menyebabkan tekanan darah sistolik dan diastolik menjadi rendah (Divine, 2012).
2.3.2 Gerakan Senam Jantung Sehat
Pemanasan (warm up) adalah mengkondisikan fungsi fisik dengan cara
meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan mobilitas gerak persendian dan
18
Tahap conditioning terdiri dari bagian aerobik yakni gerak kontinyu ritmis
(20 - 30 menit) dan bagian penguatan atau tahanan: berisi gerak melawan
beban.
Pendinginan (cooldown) mengembalikan fungsi fisik seperti keadaan awal
secara bertahap yg ditandai dengan menurunnya suhu, berkurangnya
keringat, frekuensi detak jantung kembali normal.
Prinsip dasar pelaksanaan gerak dari senam jantung sehat baik itu seri I. II, III IV
maupun V adalah melalui tahapan latihan sebagai berikut:
a. Sikap Sempurna
Sikap sempurna adalah berdiri tegak, kedua tumit rapat, ujung jari dibuka
selebar kepalan tangan 5 (lima) titik, mulai dari telinga, bahu, pinggul, lutut dan
mata kaki merupakan satu garis lurus, tegak lurus dengan lantai. Pandangan lurus
ke depan dan kedua lengan lurus di samping badan, telapak tangan menghadap ke
dalam, jari-jari tangan rapat di samping badan serta tangan tidak dikepal. Siap
untuk olahraga.
b. Berdoa
Berdoa dilakukan menurut agama dan kepercayaannya masing-masing,
semoga olahraga yang segera dilakukan memberi manfaat kekuatan dan kesehatan
lahir dan batin. Pusatkan pikiran dan perasaan dalam suasana gembira. Setelah
aba – aba “berdoa mulai”, tundukkan kepala dan setelah aba-aba ”berdoa selesai”,
kepala kembali tegak.
19
c. Menghitung Denyut Nadi
Menghitung denyut nadi dilakukan dengan cara jari telunjuk dan jari
tangan kanan meraba nadi radialis lengan kiri (pergelangan tangan kiri) selama 10
(sepuluh) detik dan jumlahnya dikalikan 6, berarti nadi satu menit, dengan sikap
dua pergelangan tangan satu jengkal di depan dada menghadap ke dalam.
Ada beberapa macam cara penghitungan denyut nadi, yaitu:
1. Denyut nadi istirahat, biasanya tidak melebihi 100 kali per menit
2. Denyut nadi pemanasan, biasanya tidak melebihi 120 kali per menit 25
2.3.3 Tahapan gerakan Senam Jantung Sehat
1. Gerakan Pemanasan : Ketukan musik 130 ketukan / menit selama 6 menit.
a. Gerakan I :
- Menundukkan kepala
- Memiringkan kepala ke kanan
- Memiringkan kepala ke kiri
b. Gerakan II :
- Mengangkat bahu kanan
- Mengangkat bahu kiri
- Mengangkat kedua bahu
c. Gerakan III
- Saling menekan kedua telapak tangan
- Menarik jari-jari kedua tangan
d. Gerakan IV
20
- Memutar badan ke kiri
e. Gerakan V
- Menarik kedua bahu
- Merentangkan kedua lengan kesamping
f. Gerakan VI
- Memiringkan sisi tubuh ke kanan
- Memiringkan sisi tubuh ke kanan
g. Gerakan VII
- Memutar badan dan kaki ke kanan
- Memutar badan dan kaki ke kiri
h. Gerakan VIII
- Membungkukkan badan
i. Gerakan IX
- Melangkahkan kaki serong kanan
- Melangkahkan kaki serong kiri
j. Gerakan X
- Mengangkat kaki kanan
- Mengangkat kaki kiri
k. Gerakan XI
- Menekuk kaki kanan ke belakang
21
2. Gerakan Inti : Ketukan musik 145 ketukan / menit selama 12 menit.
a. Gerakan I
- Jalan di tempat
b. Gerakan II
- Menundukkan dan menegakkan kepala
- Memiringkan kepala kesamping kanan dan kiri
c. Gerakan III
- Memutar bahu ke depan
- Memutar bahu ke belakang
d. Gerakan IV
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu rentangkan
e. Gerakan V
- Mendorong lengan ke depan
- Mendorong lengan ke samping
f. Gerakan VI
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas, lalu rentangkan
g. Gerakan VII
- Merenggutkan dan merentangkan tangan
- Mengangkat kedua lengan ke atas dan kaki kanan / kiri ke belakang
h. Gerakan VIII
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu rentangkan
i. Gerakan IX
22
- Membungkuk badan serong ke kanan dan ke kiri
j. Gerakan X
- Jalan di depan dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu rentangkan
k. Gerakan XI
- Mengangkat lutut kanan dan kiri
- Mengayun kaki ke kanan dan ke kiri
l. Gerakan XII
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu rentangkan
m. Gerakan XIII
- Mengayun kedua lengan ke atas kanan dan kiri
- Mengayun kedua lengan ke samping kanan dan kiri belakang
n. Gerakan XIV
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu rentangkan
o. Gerakan XV
- Lari di tempat
p. Gerakan XVI
- Lari di tempat sambil mengayunkan kaki kanan dan kiri ke depan bergantian
q. Gerakan XVII
- Lari di tempat sambil menekuk kaki kanan dan kiri ke belakang bergantian
r. Gerakan XVIII
- Lari di tempat mengangkat lutut ke depan, sambil mengangkat kedua lengan
lurus sejajar ke depan dan ke atas
23
- Lari di tempat dan menepuk tangan di atas kepala
t. Gerakan XX
- Lari ditempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas, lalu rentangkan, menarik
nafas
3. Gerakan pendinginan: Ketukan musik 120 ketukan / menit selama 4 menit 30
detik
a. Gerakan I
- Membuka kaki kanan selebar bahu dan membungkuk
b. Gerakan II
- Memutar badan dan kaki ke samping kanan dan kiri
c. Gerakan III
- Memutar badan ke kanan dan ke kiri
d. Gerakan IV
- Meluruskan lengan dan kaki (SJS seri I, 2001).
Tahap Gerakan Inti Senam Jantung Sehat
Inti Seri I
Latihan I Gerakan jalan di tempat dengan tujuan
untuk memacu denyut jantung agar
meningkatkan secara perlahan untuk
persiapan melakukan olahraga jantung
sehat, menaikkan suhu badan, serta
menghilangkan kekakuan pada otot dan
persendian. Gerakan ini dilakukan dengan
hitungan 2 x 8.
24
memiringkan kepala ke samping kanan
dan ke kiri dengan tujuan untuk melatih
dan melemaskan otot dan persendian
leher. dengan hitungan 4 x 8.
Latihan III Gerakan memutar bahu ke depan dan ke
belakang dengan tujuan untuk melatih dan
melemaskan persendian dan otot pada
bahu, serta meluaskan gerakan bahu.
Dilakukan dengan hitungan 2 x 8.
Latihan IV Gerakan jalan di tempat dengan gerakan
tangan ke atas dan ke bawah, dilakukan
dengan hitungan 2 x 8.
Latihan V Gerakan mendorong lengan ke depan dan
ke samping dengan lutut sedikit ditekuk
dengan tujuan memperkuat otot lengan
dan dada sehingga rongga dada semakin
berkembang dan bertambah luas ruang
untuk mengambil dan menyimpan udara
serta menguatkan otot kaki dan lutut.
Gerakan ini dilakukan dengan hitungan
4 x 8.
Latihan VI Gerakan sama dengan latihan IV dengan
hitungan 2 x 8.
25
dengan membuka kaki selebar bahu dan
gerakan mengangkat kedua lengan ke atas
dengan kaki kanan dan kiri ke belakang
secara bergantian. Gerakan ini bertujuan
untuk memperkuat otot lengan, dada,
punggung, paha dan kaki, serta
mengembangkan lebih luas rongga dada.
Gerakan ini dilakukan dengan hitungan 4
x 8.
Latihan VIII Gerakan sama dengan latihan IV dengan
hitungan 2 x 8.
Latihan IX Gerakan memutar badan kesamping kanan
dan kiri, serta membungkuk badan serong
kanan dan kiri. Gerakan ini bertujuan
untuk menguatkan persendian dan otot
pada pinggang, punggung serta otot-otot
punggung.
Latihan X Gerakan sama dengan latihan IV dengan
hitungan 2 x 8.
Latihan XI Gerakan mengangkat kaki kanan dan kiri
secara bergantian, serta mengayun kaki
kanan dan kiri secara bergantian. Gerakan
ini bertujuan untuk melatih otot paha, kaki
dan perut. Gerakan ini dilakukan dengan
hitungan 4 x 8.
Latihan XII Gerakan sama dengan latihan IV dengan
hitungan 2 x 8.
Latihan XIII Gerakan mengayun kedua lengan ke atas
kanan dan kiri bergantian, serta mengayun
26
belakang bergantian dengan tujuan untuk
menuatkan otot lengan, bahu, punggung,
dada dan kaki, serta mengembangkan
rongga dada lebih luas. Gerakan ini
dilakukan dengan hitungan 4 x 8.
Latihan XIV Gerakan sama dengan latihan IV dengan
hitungan 2 x 8.
Latihan XV Gerakan lari di tempat dengan tujuan
untuk lebih memacu denyut jantung
sehingga mendekati denyut nadi latihan.
Gerakan ini dilakukan dengan hitungan 2
x 8.
Latihan XVI Gerakan lari di tempat sambil mengayun
kedua kaki kanan dan kiri ke depan secara
bergantian dengan tujuan untuk lebih
memacu denyut jantung sehingga
mendekati denyut nadi latihan. Gerakan
ini dilakukan dengan hitungan 2 x 8.
Latihan XVII Gerakan lari di tempat sambil menekuk
kaki kanan dan kiri ke belakang secara
bergantian dengan tujuan untuk lebih
memacu denyut jantung sehingga
mendekati denyut nadi latihan. Gerakan
ini dilakukan dengan hitungan 2 x 8.
Latihan XVIII Gerakan lari di tempat dengan
mengangkat lutut ke depan, sambil
mengangkat kedua lengan lurus sejajar ke
depan dan ke atas dengan tujuan untuk
lebih memacu denyut jantung sehingga
27
ini dilakukan dengan hitungan 2 x 8.
Latihan XIX Gerakan lari di tempat dan bertepuk
tangan di atas kepala dengan tujuan untuk
lebih memacu denyut jantung sehingga
mendekati denyut nadi latihan. Gerakan
ini dilakukan dengan hitungan 2 x 8.
Latihan XX Gerakan lari di tempat sambil menarik
nafas dengan tujuan untuk mengurangi
intensitas latihan secara perlahan-lahan
untuk mengakhiri latihan inti seri I.
Gerakan ini dilakukan dengan hitungan 2
x 8.
Gambar 2.5 Tahap Gerakan Inti Senam Jantung Sehat
2.4 Definisi Senam Lansia
Senam lansia adalah olahraga yang baik diberikan untuk lansia dan mudah
untuk di lakukan. Senam ini dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga
(MENPORA) bertujuan untuk meningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia
yang jumlahnya semakin bertambah. Saat ini senam lansia sudah diberdayakan
diberbagai tempat seperti di panti wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan
puskesmas. (Suroto, 2004). Senam Lansia memiliki dampak positif bagi lansia
karena dapat membantu melatih tulang, menghilangkan radikal bebas, serta
28
2.4.1 Senam Lansia menurunkan tekanan darah
Senam lansia merupakan satu metode olahraga selain senam jantung sehat
yang gerakannya tidak memberatkan dan mudah diterapkan untuk lansia. Aktifitas
olahraga ini akan membantu tubuh lansia agar tetap bugar dan tetap segar karena
melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal serta membantu
menghilangkan radikal bebas yang ada di dalam tubuh. Senam lansia dapat
menurunkan tekanan darah sama seperti senam jantung sehat, namun yang
membedakan senam lansia yaitu gerakannya yang lebih lambat dari pada senam
jantung sehat. Senam ini efektif menurunkan tekanan darah karena saat
melakukan olahraga tersebut peredaran darah menjadi lancar sehingga
menyebabkan terjadi peningkatan konsentrasi oksigen yang di transportasi oleh
darah ke seluruh tubuh menjadi meningkat. Agar darah terkirim ke otot – otot saat
olahraga, maka pembuluh darah akan melebar sehingga aliran darah tidak
terhalang ke otot – otot yang aktif. Selain terjadi vasodilatasi, peningkatan
kontraksi otot polos mengakibatkan terjadinya Perubahan – perubahan kerja
pompa jantung dan pembuluh darah yang menyebabkan terjadinya penurunan
tekanan darah (Divine, 2012).
2.4.2 Gerakan Senam Lansia
Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap
latihan, meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan (pendinginan)
(Sumintarsih, 2006). Lama latihan berlangsung 15-45 menit dengan frekuensi
29
a. Pemanasan
Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan menyiapkan
fungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat pada saat
latihan sebenarnya.
b. Kondisioning
Setelah pemanasan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan inti
yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai
dengan tujuan program latihan.
c. Penenangan
Tahap ini bertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti keadaan awal
sebelum berlatih. Biasanya dilakukan dengan serangkaian gerakan berupa
stretching. Pada tahap ini ditandai dengan menurunnya suhu, berkurangnya
keringat, frekuensi detak jantung kembali normal. Tahap ini juga bertujuan
mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah
genangan darah diotot kaki dan tangan.
Prinsip dasar pelaksanaan gerak dari lansia adalah melalui tahapan latihan sebagai
berikut:
2.4.3 Tahapan gerakan Senam Lansia
1. Gerakan wajah
Gerakan wajah sangat membantu untuk mengencangkan kulit lansia yang
memang cenderung mengendur. Selain itu, dengan melakukan gerakan ini dapat
membantu kulit wajah lansia agar tidak kaku. Untuk gerakan ini memang cukup
30
berulang-ulang minimal 5 kali dan dapat anda lanjutkan dengan mengucapkan
ha-ha, hi-hi sebanyak 5 kali.
2. Gerakan kepala
Gerakan kepala mempunyai manfaat untuk meregangkan otot di kepala agar
peredaran darah lancar. Gerakan ini dapat dilakukan dengan anggukkan kepala ke
atas dan ke bawah dengan hitungan 1 sampai 8 sebanyak 5 kali, setelah itu ke
kanan dan juga ke kiri dalam hitungan yang sama minimal sebanyak 5 kali
hitungan.
3. Gerakan tangan
Untuk gerakan tangan ini dapat anda lakukan dengan berbagai macam,
misalnya dengan gerakan jari tangan membuka dan juga menutup, gerakan tepuk
tangan, memutar pergelangan tangan dan masih banyak lagi.
2 Pertama gerakan membuka dan menutup tangan dengan hitungan 1 sampai 8
sebanyak 5 kali, gerakan ini berfungsi untuk mengurangi kekakuan pada
tangan dan jari – jari tangan.
3 Kedua gerakan tepuk tangan yang bermanfaat untuk mengurangi resiko
diabetes mellitus, gerakan ini dimulai dari hitungan 1 sampai 8.
4 Ketiga gerakan menyatukan kedua tangan dengan cara tepuk tangan dan
sejajar dengan dada. Gerakan ini berfungsi untuk memperlancar kerja jantung
dan mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler.
5 Keempat gerakan kedua tangan memutar pergelangan tangan kanan dan kiri,
gerakan ini berfungsi untuk mengurangi beban kerja jantung dan mencegah
31
6 Kelima gerakan merentangkan kedua tangan ke samping kanan dan kiri
dengan tangan di kepalkan. Gerakan ini bermanfaat untuk mengoptimalkan
kerja jantung dan mengurangi kekakuan pada pergelangan tangan.
4. Gerakan kaki
Gerakan kaki bertujuan untuk memperlancar peredaran darah dari jantung ke
seluruh tubuh. Gerakan ini dapat dilakukan dengan gerakan berjinjit secara
bergantian antara kaki kanan dan kiri atau dalam posisi duduk dengan luruskan
kaki dengan mengayunkan telapak kaki. Gerakan ini dimulai dari hitungan 1