• Tidak ada hasil yang ditemukan

referat Skleritis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "referat Skleritis"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Skleritis adalah peradangan pada lapisan sklera yang ditandai dengan Skleritis adalah peradangan pada lapisan sklera yang ditandai dengan adany

adanya a infiltrinfiltrasi asi selulerseluler, , kerusakerusakan kan kolagkolagen, en, dan dan perubperubahan ahan vaskuvaskulerler..11  Proses  Proses

 peradangan ini terjadi karena adanya proses imunologis, atau karena

 peradangan ini terjadi karena adanya proses imunologis, atau karena suatu infeksi.suatu infeksi. Trauma lokal juga dapat mencetuskan proses peradangan tersebut. Skleritis sering Trauma lokal juga dapat mencetuskan proses peradangan tersebut. Skleritis sering  berasosiasi dengan suatu infeksi sistemik ada suatu penyakit autoimun.

 berasosiasi dengan suatu infeksi sistemik ada suatu penyakit autoimun.22

Skleritis merupakan penyakit yang jarang ditemui. Insidensi di merika Skleritis merupakan penyakit yang jarang ditemui. Insidensi di merika Serikat diperkirakan ! kasus per 1".""" populasi penduduk. #ari kasus skleritis Serikat diperkirakan ! kasus per 1".""" populasi penduduk. #ari kasus skleritis yan

yang g ditditemuemukankan, , sekisekitar tar $% $% & & mermerupaupakan kan sklsklerieritis tis antanterioerior r dan dan sisasisanynya a ialaialahh skleritis posterior. Skleritis lebih sering dijumpai pada 'anita, pada umumnya skleritis posterior. Skleritis lebih sering dijumpai pada 'anita, pada umumnya sek

sekitar itar umumur ur 2"(2"(!" !" tahutahun. n. )am)ampir pir sepseparuaruh h dardari i kaskasus us sklskleriteritis is terjterjadi adi secasecarara  bilateral.

 bilateral. ##aarri i ddaattaa intinternernasiasionaonal, l, tidtidak ak ada ada disdistribtribusi usi geogeogragrafis fis yayang ng pastpastii men

mengengenai ai insinsideiden n sklskleriteritis. is. PadPada a 1*& 1*& kaskasus, us, sklskleriteritis is bermbermanianifestfestasi asi sebasebagaigai gang

gangguan kolagen vaskular guan kolagen vaskular dan gejala dan gejala bertambertambah hingga bah hingga beberabeberapa pa bulanbulan. ngka. ngka mor

morbidbiditaitas s ditditententukaukan n oleoleh h penpenyakyakit it priprimer mer sklskleriteritis is itu itu sensendirdiri i dan dan penpenyakyakitit sist

sistemiemik k yanyang g menymenyertaertai. i. +as+asio io antaantara ra perperempempuan uan dan dan laklaki(lai(laki ki adaadalah lah 1,!1,!1.1. -erdasarkan umur skleritis biasanya terjadi pada usia 11(/ tahun, dan rata(rata -erdasarkan umur skleritis biasanya terjadi pada usia 11(/ tahun, dan rata(rata orang yang menderita skleritia adalah usia *2 tahun.

orang yang menderita skleritia adalah usia *2 tahun.1,2,01,2,0

dapun gejala(gejala umum yang biasa terjadi pada skleritis yaitu rasa dapun gejala(gejala umum yang biasa terjadi pada skleritis yaitu rasa nyeri berat yang dapat menyebar ke dahi, alis, dan dagu. +asa nyeri ini terkadang nyeri berat yang dapat menyebar ke dahi, alis, dan dagu. +asa nyeri ini terkadang dapat membangunkan dari tidur akibat sakitnya yang sering kambuh. Pergerakan dapat membangunkan dari tidur akibat sakitnya yang sering kambuh. Pergerakan

(2)
(3)

 bola

 bola mata mata dan dan penekanan penekanan pada pada bulbus bulbus okuli okuli juga juga dapat dapat memperparah memperparah rasa rasa nyerinyeri tersebut. +asa nyeri yang berat pada skleritis dapat dibedakan dari rasa nyeri tersebut. +asa nyeri yang berat pada skleritis dapat dibedakan dari rasa nyeri rin

ringan gan yanyang g terterjadjadi i padpada a epiepiskleskleritiritis s yanyang g leblebih ih serisering ng diddideskeskripripsiksikan an pasipasienen sebagai sensasi benda asing di dalam mata.

sebagai sensasi benda asing di dalam mata. Selain itu terdapat pula mata merahSelain itu terdapat pula mata merah  berair, fotofobia, dan

 berair, fotofobia, dan penurunan tajam penglihatan.penurunan tajam penglihatan.0,%0,%

Skleritis dapat menimbulkan berbagai komplikasi jika tidak ditangani Skleritis dapat menimbulkan berbagai komplikasi jika tidak ditangani deng

dengan an baik berupa baik berupa keratitkeratitis, is, uveitiuveitis, s, galukgalukoma, granuloma subretinaoma, granuloma subretina, , ablasioablasio retina eksudatif,

retina eksudatif, proptproptosis, osis, katarakkatarak, , dan dan hipermhipermetropietropia. a. PenataPenatalaksanlaksanaan aan skleriskleritistis tergantung pada penyakit yang mendasarinya. leh karena itu perlu diagnosis tergantung pada penyakit yang mendasarinya. leh karena itu perlu diagnosis yang tepat sesuai dengan etiologinya guna penatalaksanaan lebih lanjut.

yang tepat sesuai dengan etiologinya guna penatalaksanaan lebih lanjut.1,21,2 T

Teraperapi i iniinisial sial untuntuk uk sklskleriteritis is adaadalah lah dendengan gan pempemberberianian NSAIDs NSAIDs. -isa. -isa dib

diberikerikan an IndIndomeometasitasin n /* /* mg mg setisetiap ap harhari i atau Ibupratau Ibuprofeofen n !"" mg !"" mg setisetiap ap harhari.i. ebanyakan kasus menunjukkan penurunan rasa sakit yang bermakna dengan ebanyakan kasus menunjukkan penurunan rasa sakit yang bermakna dengan  pemberian

 pemberian NSAIDs NSAIDs ini. pabila terapi ini tidak menunjukkan respon yang baik ini. pabila terapi ini tidak menunjukkan respon yang baik selama 1(2 minggu, dapat diberikan Prednison oral ",*(1,* mg3kg3hari. Pada kasus selama 1(2 minggu, dapat diberikan Prednison oral ",*(1,* mg3kg3hari. Pada kasus yan

yang g berberat at terkterkadaadang ng dipdiperlerlukaukan n 4et4etilpilpredrednisonisolon lon 1 1 gram gram intintraveravena. na. papabilbilaa mik

mikrooroorgarganisnisme me penpenyebyebab ab telatelah h terterideidentintifikfikasi, asi, makmaka a sebsebaikaiknya nya dibdiberierikankan antibiotik spesifik.

antibiotik spesifik.0,%,*0,%,*

Pada makalah ini akan dipaparkan sebuah tinjauan pustaka mengenai Pada makalah ini akan dipaparkan sebuah tinjauan pustaka mengenai skleritis. Pembahasannya akan meliputi anatomi dan fisiologi sklera, epidemiologi skleritis. Pembahasannya akan meliputi anatomi dan fisiologi sklera, epidemiologi dan

dan klaklasifsifikaikasi si sklskleriteritis, is, patpatogeogenesinesis, s, diadiagnognosis, sis, pempemerikeriksaan saan penpenunjunjang ang dandan  penatalaksanaan pada skleritis.

(4)

BAB II BAB II

TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA

I. Anato

I. Anatomi dan mi dan Fisiologi SkleraFisiologi Sklera

I.1. ANAT!I SKLE"A I.1. ANAT!I SKLE"A

Skl

Sklera era yanyang g jugjuga a dikdikenaenal l sebsebagai agai bagbagian ian putputih ih bolbola a matamata, , mermerupaupakankan kelanjutan dari kornea. Sklera ber'arna putih buram dan tidak tembus cahaya, kelanjutan dari kornea. Sklera ber'arna putih buram dan tidak tembus cahaya, ke

kecuacuali li di di babagigian an dedepapan n bebersirsifat fat tratransnspaparan ran yayang ng didisesebubut t kokornrnea. ea. SkSklelerara merupakan dinding bola mata yang paling keras dengan jaringan pengikat yang merupakan dinding bola mata yang paling keras dengan jaringan pengikat yang tebal, yang tersusun oleh serat kolagen, jaringan fibrosa dan proteoglikan dengan tebal, yang tersusun oleh serat kolagen, jaringan fibrosa dan proteoglikan dengan  berbagai

 berbagai ukuran. ukuran. Pada Pada anak(anak, anak(anak, sklera sklera lebih lebih tipis tipis dan dan menunjukkan menunjukkan sejumlahsejumlah  pigmen,

 pigmen, yang yang tampak tampak sebagai sebagai 'arna 'arna biru. biru. Sedangkan Sedangkan pada pada de'asa de'asa karenakarena terdapatnya deposit lemak, sklera tampak sebagai garis kuning.

terdapatnya deposit lemak, sklera tampak sebagai garis kuning.00

#am$ar 1.

#am$ar 1. natomi 4atanatomi 4ata

Sklera dimula

Sklera dimulai i dari limbus, dimana berlanjut dengadari limbus, dimana berlanjut dengan n kornekornea a dan berakhirdan berakhir  pada

(5)

disisipkan ke dalam sklera. 6aringan sklera menerima rangsangan sensoris dari nervus siliaris posterior. Sklera merupakan organ tanpa vaskularisasi, menerima rangsangan tersebut dari jaringan pembuluh darah yang berdekatan. Pleksus koroidalis terdapat di ba'ah sklera dan pleksus episkleral di atasnya. 5pisklera mempunyai dua cabang, yang pertama pada permukaan dimana pembuluh darah tersusun melingkar, dan yang satunya lagi yang lebih di dalam, terdapat pembuluh darah yang melekat pada sklera.0

Sklera membentuk *3! bagian dari pembungkus jaringan pengikat pada  bola mata posterior. Sklera kemudian dilanjutkan oleh duramater dan kornea, untuk menentukan bentuk bola mata, penahan terhadap tekanan dari luar dan menyediakan kebutuhan bagi penempatan otot(otot ekstra okular. Sklera ditembus oleh banyak saraf dan pembuluh darah yang mele'ati foramen skleralis posterior. Pada cakram optikus, 230 bagian sklera berlanjut menjadi sarung dural, sedangkan 130 lainnya berlanjut dengan beberapa jaringan koroidalis yang membentuk suatu  penampang yakni lamina kribrosa yang mele'ati nervus optikus yang keluar melalui serat optikus atau fasikulus. edalaman sklera bervariasi mulai dari 1 mm  pada kutub posterior hingga ",0 mm pada penyisipan muskulus rektus atau

akuator.0,%

(6)

Sklera mempunyai 2 lubang utama yaitu!

• 7oramen sklerasis anterior, yang berdekatan dengan kornea dan

merupakan tempat meletaknya kornea pada sklera.

• 7oramen sklerasis posterior atau kanalis sklerasis, merupakan pintu keluar

nervus optikus. Pada foramen ini terdapat lamina kribosa yang terdiri dari sejumlah membran seperti saringan yang tersusun transversal melintas foramen sklerasis posterior. Serabut saraf optikus le'at lubang ini untuk menuju ke otak.

Secara histologis, sklera terdiri dari banyak pita padat yang sejajar dan  berkas(berkas jaringan fibrosa yang teranyam, yang masing(masing mempunyai tebal 1"(1! 8m dan lebar 1""(1%" 8m, yakni episklera, stroma, lamina fuska dan endotelium. Struktur histologis sklera sangat mirip dengan struktur kornea.

I.%. FISIL#I

Sklera berfungsi untuk menyediakan perlindungan terhadap komponen intra okular. Pembungkus okular yang bersifat viskoelastis ini memungkinkan  pergerakan bola mata tanpa menimbulkan deformitas otot(otot penggeraknya. Pendukung dasar dari sklera adalah adanya aktifitas sklera yang rendah dan vaskularisasi yang baik pada sklera dan koroid. )idrasi yang terlalu tinggi pada sclera menyebabkan kekeruhan pada jaringan sklera. 6aringan kolagen sklera dan  jaringan pendukungnya berperan seperti cairan sinovial yang memungkinkan

(7)

Perbandingan ini sering terganggu sehingga menyebabkan beberapa penyakit yang mengenai struktur artikular sampai pembungkus sklera dan episklera.0

II. Skleritis

II.1. De&inisi Skleritis

Skleritis didefinisikan sebagai gangguan granulomatosa kronik yang ditandai oleh destruksi kolagen, sebukan sel dan kelainan vaskular yang mengisyaratkan adanya vaskulitis.1

II.%. E'idemiologi

Skleritis adalah penyakit yang jarang dijumpai. #i merika Serikat insidensi kejadian diperkirakan ! kasus per 1".""" populasi. #ari pasien(pasien yang ditemukan, didapatkan $%& adalah skleritis anterior, sedangkan !&nya adalah skleritis posterior. #i Indonesia belum ada penelitian mengenai penyakit ini. Penyakit ini dapat terjadi unilateral atau bilateral, dengan onset perlahan atau mendadak, dan dapat berlangsung sekali atau kambuh(kambuhan.2 Peningkatan insiden skleritis tidak bergantung pada geografi maupun ras. 9anita lebih banyak terkena daripada pria dengan perbandingan 1,!  1. Insiden skleritis terutama terjadi antara 11(/ tahun, dengan usia rata(rata *2 tahun.2

II.(. Etiologi Skleritis)*+

Pada banyak kasus, kelainan(kelainan skelritis murni diperantarai oleh  proses imunologi yakni terjadi reaksi tipe I: ;hipersensitifitas tipe lambat< dan tipe III ;kompleks imun< dan disertai penyakit sistemik. Pada beberapa kasus, mungkin terjadi invasi mikroba langsung, dan pada sejumlah kasus proses

(8)

imunologisnya tampaknya dicetuskan oleh proses(proses lokal, misalnya bedah katarak dan operasi pterigium.1

II. ,. Pato&isiologi Skleritis

Skleritis adalah peradangan primer pada sklera, yang biasanya ;sekitar *"  persen kasus< berhubungan dengan penyakit sistemik. Penyakit tersering yang menyebabkan skleritis antara lain adalah rheumatoid arthritis, ankylosing  spondylitis, systemic lupus erythematosus, polyarteritis nodosa, Wegener's  granulomatosis, herpes zoster virus, gout  dan sifilis./

(9)

arena sklera terdiri dari jaringan ikat dan serat kolagen, skleritis adalah gejala utama dari gangguan vaskular kolagen pada 1*& dari kasus. =angguan regulasi autoimun pada pasien yang memiliki predisposisi genetik dapat menjadi  penyebab terjadinya skleritis. 7aktor pencetus dapat berupa organisme menular,  bahan endogen, atau trauma. Proses peradangan dapat disebabkan oleh kompleks imun yang mengakibatkan kerusakan vaskular ;hipersensitivitas tipe III< ataupun respon granulomatosa kronik ;hipersensitivitas tipe I:<.$,1"

)ipersensitivitas tipe III dimediasi oleh kompleks imun yang terdiri dari antibody Ig= dengan antigen. )ipersensitivitas tipe III terbagi menjadi reaksi lokal ;reaksi rthus< dan reaksi sistemik. +eaksi lokal dapat diperagakan dengan menginjeksi secara subkutan larutan antigen kepada penjamu yang memiliki titer Ig= yang signifikan. arena 7cgamma+III adalah reseptor dengan daya ikat rendah dan juga karena ambang batas aktivasi melalui reseptor ini lebih tinggi dari  pada untuk reseptor Ig5, reaksi hipersensitivitas lebih lama dibandingkan dengan tipe I, secara umum memakan 'aktu maksimal % >  jam dan bersifat lebih menyeluruh. +eaksi sistemik terjadi dengan adanya antigen dalam sirkulasi yang mengakibatkan pembentukan kompleks antigen > antibodi yang dapat larut dalam sirkulasi. Patologi utama dikarenakan deposisi kompleks yang ditingkatkan oleh  peningkatan permeabilitas vaskular yang diakibatkan oleh pengaktivasian dari sel mast melalui 7cgamma+III. ompleks imun yang terdeposisi menyebabkan netrofil mengeluarkan isi granul dan membuat kerusakan pada endotelium dan membran basement  sekitarnya. ompleks tersebut dapat terdisposisi pada  bermacam > macam lokasi seperti kulit, ginjal, atau sendi. ?ontoh paling sering

(10)

dari hipersensitivitas tipe III adalah komplikasi post > infeksi seperti arthritis dan glomerulonefritis.11

)ipersensitivitas tipe I: adalah satu > satunya reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh sel T spesifik > antigen. Tipe hipersensitivitas ini disebut juga hipersensitivitas tipe lambat. )ipersensitivitas tipe lambat terjadi saat sel jaringan dendritik telah mengangkat antigen lalu memprosesnya dan menunjukkan pecahan  peptida yang sesuai berikatan dengan 4)? kelas II, kemudian mengalami kontak dengan sell T)1 yang berada dalam jaringan. ktivasi dari sel T tersebut, membuatnya memproduksi sitokin seperti kemokin untuk makrofag, sel T lainnya, dan juga kepada netrofil. onsekuensi dari hal ini adalah adanya infiltrasi seluler yang mana sel mononuklear ;sel T dan makrofag< cenderung mendominasi. +eaksi maksimal memakan 'aktu % > /2 jam. ?ontoh klasik dari hipersensitivitas tipe lambat adalah tuberkulosis. ?ontoh yang paling sering adalah hipersensitivitas kontak yang diakibatkan dari pemaparan seorang individu dengan garam metal atau bahan kimia reaktif.11

#egradasi en@im dari serat kolagen dan invasi dari sel(sel radang meliputi sel T dan makrofag pada sklera memegang peranan penting terjadinya skleritis. Inflamasi dari sklera bisa berkembang menjadi iskemia dan nekrosis yang akan menyebabkan penipisan pada sklera dan perforasi dari bola mata.12

Inflamasi yang mempengaruhi sklera berhubungan erat dengan penyakit imun sistemik dan penyakit kolagen pada vaskular. #isregulasi pada penyakit auto imun secara umum merupakan faktor predisposisi dari skleritis. Proses inflamasi  bisa disebabkan oleh kompleks imun yang berhubungan dengan kerusakan

(11)

vaskular ;reaksi hipersensitivitas tipe III dan respon kronik granulomatous ;reaksi hipersensitivitas tipe I:<. Interaksi tersebut adalah bagian dari sistem imun aktif dimana dapat menyebabkan kerusakan sklera akibat deposisi kompleks imun pada  pembuluh di episklera dan sklera yang menyebabkan perforasi kapiler dan venula  post kapiler dan respon imun sel perantara./

danya autoantibodi dan mediator inflamasi pada serum pasien dengan skleritis membuktikan adanya keterlibatan sistem imun. ntibodi antipospolipid dan meningkatnya TA7 pada serum penderita skleritis pernah dilaporkan. Studi terkini melaporkan bahwa untuk pertama kalinya muncul antibodi spesifik sklera dalam serum pasien dengan tipe s kleritis non infeksius.10

(12)

Tabel 2. Sklera spesifik autoantibodi

emunculan spesifik autoantibodi pada kornea, iris, kristalin, dan  beberapa protein dari segmen posterior seperti antigen(S dan rodopsin pernah dilaporkan, khususnya pada kejadian uveitis idiopatik. 4eskipun tidak ada literatur yang melaorkan autoantibodi pada idiopatic skleritis. khir(akhir ini diperlihatkan autoantibodi secara langsung mela'an dua polipeptida yang muncul  pada ekstraksi jaringan sklera ini berhubungan dan memunculkan kemungkinan

adanya proses autoimun organ spesifik.10

Sama seperti pada infiltrat radang pada rheumatoid artritis, terjadinya skleritis memperlihatkan adanya proses infiltrat seluleroleh makrofag dan limfosit T ?#(%, yang mana biasanya tidak ditemukan pada sklera normal.10

6aringan imun yang terbentuk dapat mengakibatkan kerusakan sklera, yaitu deposisi kompleks imun di kapiler episklera, sklera dan venul poskapiler ;peradangan mikroangiopati<. Tidak seperti episkleritis, peradangan pada skleritis dapat menyebar pada bagian anterior atau bagian posterior mata.

(13)

7aktor lain seperti trauma lokal juga dapat mencetuskan terjadinya skleritis akibat dari operasi mata. Proses operasi menga'ali terjadinya paparan antigen ke dalam mata diba'ah proses lingkungan yang meradang yang dapat mencetuskan tersensitisasinya kedua imunitas humoral dan seluler.1"

II. -. Klasi&ikasi Skleritis

Skeleritis dapat di klasifikasikan menjadi skleritis anterior dan skleritis  posterior10,1%

1. Skleritis nterior 

$*& penyebab skleritis adalah skleritis anterior. Insidensi skleritis anterior sebesar %"& dan skleritis anterior nodular terjadi sekitar %*& setiap tahunnya. Skleritis nekrotik terjadi sekitar 1%& yang biasanya berbahaya. -entuk spesifik dari skleritis biasanya tidak dihubungkan dengan penyebab penyakit khusus, 'alaupun penyebab klinis dan prognosis diperkirakan berasal dari suatu inflamasi. -erbagai varian skleritis anterior kebanyakan jinak dimana tipe nodular lebih nyeri. Tipe nekrotik lebih bahaya dan sulit diobati.

1. Di&s. -entuk ini dihubungkan dengan artritis rematoid, herpes @oster oftalmikus dan gout. #itandai dengan peradangan yang meluas pada seluruh permukaan sklera. 4erupakan skleritis yang paling umum terjadi.

(14)

=ambar %. Diffuse Anterior Scleritis

2. Nodlar. -entuk ini dihubungkan dengan herpes @oster oftalmikus. #itandai dengan adanya satu atau lebih nodul radang yang eritem, tidak dapat digerakkan, dan nyeri pada sklera anterior. Sekitar 2"& kasus  berkembang menjadi skleritis nekrosis.

(15)

=ambar *. a< Nodular Anterior Scleritis b< Penipisan dari sklera setelah resolusi dari nodul

3.  Necrotizing. -entuk ini lebih berat dan dihubungkan sebagai komplikasi sistemik atau komplikasi okular pada sebagian pasien. %"& menunjukkan  penurunan visus. 2$& pasien dengan skleritis nekrotik meninggal dalam * tahun. Skleritis nekrotik yang diakibatkan operasi biasanya dapat terjadi setelah operasi katarak, trabekulektomi, dan operasi retina. 4uncul sebagai akibat dari imflamasi pada fokal area akibat insisi sklera atau limbus.11;1"*"pdf<

-entuk skleritis nekrotik terbagi 2 yaitu

• #engan inflamasi. -iasa mengikuti penyakit sistemik seperti

rheumatoid arthtitis. Ayeri sangat berat dan kerusakan pada sklera terlihat jelas. pabila disertai dengan inflamasi kornea, dikenal sebagai sklerokeratitis.

• Tanpa inflamasi !scleromalacia perforans" -iasa terjadi pada

 pasien yang sudah lama menderita rheumatoid arthritis. #iakibatkan oleh pembentukan nodul rematoid dan absennya gejala. 6uga dikenal sebagai skleromalasia perforans.

2. Skleritis Posterior 

Sebanyak %0& kasus skleritis posterior didiagnosis bersama dengan skleritis anterior. -iasanya skleritis posterior ditandai dengan rasa nyeri dan  penurunan kemampuan melihat. #ari pemeriksaan objektif didapatkan adanya  perubahan fundus, adanya perlengketan massa eksudat di sebagian retina,

(16)

 perlengketan cincin koroid, massa di retina, udem nervus optikus dan udem makular. Inflamasi skleritis posterior yang lanjut dapat menyebabkan ruang okuli anterior dangkal, proptosis, pergerakan ekstra ocular yang terbatas dan retraksi kelopak mata ba'ah. Terdapat perataan dari bagian posterior bola mata,  penebalan lapisan posterior mata ;koroid dan sklera<, dan edema retrobulbar. Pada skleritis posterior dapat dijumpai penglepasan retina eksudatif, edema makular, dan papiledema.0

#am$ar /. Skleritis Posterior 

II./. Diagnosis

Skleritis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan didukung oleh berbagai pemeriksaan penunjang.

a. Anamnesis

Pada saat anamnesis perlu ditanyakan keluhan utama pasien, perjalanan penyakit, ri'ayat penyakit dahulu termasuk ri'ayat infeksi, trauma ataupun ri'ayat  pembedahan juga perlu pemeriksaan dari semua sistem pada tubuh. =ejala(gejala dapat meliputi rasa nyeri, mata berair, fotofobia, spasme, dan penurunan

(17)

yang paling sering dan merupakan indikator terjadinya inflamasi yang aktif..  Ayeri timbul dari stimulasi langsung dan peregangan ujung saraf akibat adanya inflamasi. arakteristik nyeri pada skleritis yaitu nyeri terasa berat, nyeri tajam menyebar ke dahi, alis, rahang dan sinus, pasien terbangun sepanjang malam, kambuh akibat sentuhan. Ayeri dapat hilang sementara dengan penggunaan obat analgetik. 4ata berair atau fotofobia pada skleritis tanpa disertai sekret mukopurulen. Penurunan ketajaman penglihatan biasa disebabkan oleh perluasan dari skleritis ke struktur yang berdekatan yaitu dapat berkembang menjadi keratitis, uveitis, glaucoma, katarak dan fundus yang abnormal.2,0,%,

#am$ar ). Skleritis

+i'ayat penyakit dahulu dan ri'ayat pada mata menjelaskan adanya  penyakit sistemik, trauma, obat(obatan atau prosedur pembedahan dapat

menyebabkan skleritis seperti 2

1. Penyakit vaskular atau penyakit jaringan ikat

2. Penyakit infeksi. Infectious scleritis is a serious but uncommon ocular disorder. ?iri(cirinya adanya nodul abses dan nekrosis, memburuk dengan terapi kortikosteroid, dan merespon dengan terapi antibiotik sesuai kultur.

(18)

Proses kembalinya ketajaman visus biasanya baik pada beberapa kasus.%1"

0. Penyakit miscellanous ; atopi,gout, trauma kimia, rosasea<

%. Trauma tumpul atau trauma tajam pada mata

*. bat(obatan seperti pamidronate, alendronate, risedronate, @oledronic acid dan ibandronate.

!. Post pembedahan pada mata

/. +i'ayat penyakit dahulu seperti ulserasi gaster, diabetes, penyaki hati,

. penyakit ginjal, hipertensi dimana mempengaruhi pengobatan selanjutnya.

$. Pengobatan yang sudah didapat dan pengobatan yang sedang berlangsung dan responnya terhadap pengobatan.

$. Pemeriksaan Fisik dan &talmologi

• Seperti semua keluhan pada mata, pemeriksaan dia'ali dengan

 pemeriksaan tajam penglihatan.11

o :isus dapat berada dalam keadaan normal atau menurun. o =angguan visus lebih jelas pada skleritis posterior.

• Pemeriksaan umum pada kulit, sendi, jantung dan paru > paru dapat

dilakukan apabila dicurigai adanya penyakit sistemik.

• Pemeriksaan Sklera1"

(19)

Sklera tampak difus, merah kebiru > biruan dan setelah beberapa  peradangan, akan terlihat daerah penipisan sklera dan

menimbulkan uvea gelap.

rea ber'arna hitam, abu > abu, atau coklat yang dikelilingi oleh  peradangan aktif menandakan proses nekrosis. pabila proses  berlanjut, maka area tersebut akan menjadi avaskular dan menghasilkan seBuestrum ber'arna putih di tengah, dan di kelilingi oleh lingkaran ber'arna hitam atau coklat gelap.

o Pemeriksaan slit > lamp1",11

Cntuk menentukan adanya keterlibatan secara menyeluruh atau segmental. Injeksi yang meluas adalah ciri khas dari diffuse anterior scleritis

Pada skleritis, terjadi bendungan yang masif di jaringan dalam episklera dengan beberapa bendungan pada jaringan superfisial episklera. Pada tepi anterior dan posterior cahaya slit lamp bergeser ke depan karena episklera dan sklera edema. Pada skleritis dengan  pemakaian fenilefrin hanya terlihat jaringan superfisial episklera yang pucat tanpa efek yang signifikan pada jaringan dalam episklera.2

o Pemberian topikal 2.*& atau 1"& phenylephrine hanya akan

menandai jaringan episklera superfisial, tidak sampai bagian dalam dari jaringan episklera.

(20)

o Penggunaan lampu hijau dapat membantu mengidentifikasi area

avaskular pada sklera. Perubahan kornea juga terjadi pada *"& kasus.

o Pemeriksaan kelopak mata untuk kemungkinan blefaritis atau

konjungtivitis juga dapat dilakukan.

• Pemeriksaan skleritis posterior 11

o #apat ditemukan tahanan gerakan mata, sensitivitas pada palpasi

dan proptosis.

o #ilatasi fundus dapat berguna dalam mengenali skleritis posterior.

Skleritis posterior dapat menimbulkan amelanotik koroidal.

o Pemeriksaan funduskopi dapat menunjukan papiledema, lipatan

koroid, dan perdarahan atau ablasio retina.1/

0. Pemeriksaan Pennang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mencari etiologi dari skleritis. -eberapa pemeriksaan laboratorium dan radiologi yang dapat dilakukan yaitu

1. Pemeriksaan darah lengkap dan laju endap darah 2. 7aktor rheumatoid dalam serum

0. ntibodi antinuklear serum ;A<

%. Serum antineutrophil cytoplasmic antibodies ;A?<

*. PP# ; #urified protein derivative$mantou% test <, rontgen toraks !. Serum 7T(-S, :#+D

(21)

/. Serum asam urat

.  &Scan (ltrasonography dapat membantu mendeteksi adanya skleritis  posterior.*

=ambar /. &Scan (ltrasonography pada skleritis posterior menunjukkan adanya akumulasi cairan pada kapsul tenon

II.). Diagnosa Banding a. 5piskleritis

5piskleritis adalah reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera.%5piskleritis dapat merupakan suatu reaksi toksik, alergik, bagian dari infeksi, serta dapat juga terjadi secara spontan dan idiopatik. 5piskleritis umumnya mengenai satu mata, terutama pada 'anita usia pertengahan dengan ri'ayat penyakit reumatik. 5piskleritis sering tampak seperti skleritis. Aamun, pada episkleritis proses peradangan dan eritema hanya terjadi pada episklera, yaitu perbatasan antara sklera dan konjungtiva. 5piskleritis mempunyai onset yang lebih akut dan gejala yang lebih ringan dibandingkan dengan skleritis. Selain itu episkleritis tidak

(22)

=ambar . 5piskleritis

eluhan pasien episkleritis berupa mata kering, rasa nyeri ringan, dan rasa mengganjal. Terdapat pula konjungtiva yang kemotik. -entuk radang pada episkleritis mempunyai gambaran benjolan setempat dengan batas tegas dan 'arna merah ungu di ba'ah konjungtiva. -ila benjolan ini ditekan dengan kapas atau ditekan pada kelopak di atas benjolan, maka akan timbul rasa sakit yang dapat menjalar ke sekitar mata. Terlihat mata merah satu sektor yang disebabkan melebarnya pembuluh darah di ba'ah konjungtiva. Pembuluh darah episklera ini dapat mengecil bila diberi fenilefrin 2,*& topikal. Sedangkan pada skleritis, melebarnya pembuluh darah sklera tidak dapat mengecil bila diberi fenilefrin 2,*& topikal.

(23)

=ambar $. Pelebaran pembuluh darah sklera yang tidak mengecil dengan  pemberian fenilefrin 2,*& topikal.

=ambar 1". Pelebaran pembuluh darah episklera yang mengecil dengan  pemberian fenilefrin 2,*& topikal.

(24)

Tabel 0. Perbandingan episkleritis dengan skleritis II. +. Penatalaksanaan

Pengobatan pada skleritis membutuhkan pengobatan secara sistemik. Pasien yang terdiagnosa dengan penyakit penyerta akan memerlukan pengobatan yang spesifik juga.1" Penatalaksanaan skleritis dibagi menjadi pengobatan pada skleritis yang tidak infeksius, pengobatan pada skleritis yang infeksius, serta

(25)

konsultasi kepada bagian terkait apabila dicurigai ada penyakit sistemik yang menyertai.

1. Pengobatan pada skleritis yang tidak infeksius.  NSAIDs, kortikosteroid, atau obat imunomodulator dapat digunakan. Pengobatan secara topikal saja tidak mencukupi. Pengobatan tergantung pada keparahan skleritis, respon  pengobatan, efek samping, dan penyakit penyerta lainnya.

o  Diffuse scleritis atau nodular scleritis

 Pengobatan a'al menggunakan  NSAIDs. 6ika gagal dapat

menggunakan 2 jenis  NSAIDs yang berbeda. Cntuk pasien resiko tinggi, berikan juga misoprostol atau omepra@ole untuk perlindungan gastrointestinal.

 6ika  NSAIDs  tidak efektif, gunakan kortikosteroid oral. 6ika terjadi

remisi, dipertahankan menggunakan NSAIDs.

 6ika oral kortikosteroid gagal, obat > obatan imunosupresif dapat

digunakan. 4ethotreEate adalah obat pilihan pertama, tapi dapat juga digunakan a@athioprine, mycophenolate, mofetil, cyclophosphamide, atau cyclosporine. Cntuk pasien dengan Wegener)s granulomatosis atau polyarteritis nodosa, cyclophosphamide adalah pilihan utama.

 6ika masih gagal, dapat diberikan obat > obatan imunomodulator

seperti infliEimab atau adalimumab yang diharapkan dapat efektif.

o  Necrotizing scleritis

(26)

 6ika gagal, pengobatan imunomodulator dapat digunakan.

 Injeksi steroid periokular tidak boleh dilakukan karena dapat

memperparah proses nekrosis yang terjadi.

2. Pengobatan untuk skleritis yang infeksius. Pengobatan sistemik dengan

atau tanpa antimikrobial topikal dapat digunakan. Sementara kortikosteroid dan imunosupresif tidak boleh digunakan.

3. onsultasi. #apat dilakukan kepada ahli penyakit dalam untuk penyakit

 penyerta, dan konsultasi dengan spesialis hematologi atau onkologi untuk  penga'asan terapi imunosupresif.

Tindakan bedah jarang dilakukan kecuali untuk memperbaiki perforasi sklera atau kornea. Tindakan ini kemungkinan besar diperlukan apabila terjadi kerusakan hebat akibat invasi langsung mikroba, atau pada granulomatosis 9egener atau poliarteritis nodosa yang disertai penyulit perforasi kornea.

Penipisan sklera pada skleritis yang semata(mata akibat peradangan jarang menimbulkan perforasi kecuali apabila juga terdapat galukoma atau terjadi trauma langsung terutama pada usaha mengambil sediaan biopsi. Pada penipisan kornea atau telah terjadi perforasi dapat dilakukan donor sklera, fascia lata, periostioum, atau material lainnya dapat digunakan. Damellar patch graft dapat digunakan pada ulkus kornea yang berat atau keratolisis./,11,12

Tandur sklera pernah digunakan sebagai tindakan profilaktik dalam terapi skleritis, tetapi tandur semacam itu tidak jarang mencair kecuali apabila juga disertai pemberia kemoterapi.11

(27)
(28)
(29)

B.2.Kom'likasi

Penyulit sleritis adalah keratitis, uveitis, galukoma, granuloma subretina, ablasio retina eksudatif, proptosis, katarak, dan hipermetropia. eratitis  bermanifestasi sebagai pembentukan alur perifer, vaskularisasi perifer, atau vaskularisasi dalam dengan atau tanpa pengaruh kornea. Cveitis adalah tanda  buruk karena sering tidak berespon terhadap terapi. elainan ini sering disertai oleh penurunan penglihatan akibat edema makula. #apat terjadi galukoma sudut terbuka dan tertutup. 6uga dapat terjadi glaukom akibat steroid. 1,

Skleritis biasanya disertai dengan peradangan di daerah sekitarnya seperti uveitis atau keratitis sklerotikan. Pada skleritis akibat terjadinya nekrosis sklera atau skleromalasia maka dapat terjadi perforasi pada sklera. Penyulit pada kornea dapat dalam bentuk keratitis sklerotikan, dimana terjadi kekeruhan kornea akibat  peradangan sklera terdekat. -entuk keratitis sklerotikan adalah segitiga yang terletak dekat skleritis yang sedang meradang. )al ini terjadi akibat gangguan susunan serat kolagen stroma. Pada keadaan initidak pernah terjadi neovaskularisasi ke dalam stroma kornea. Proses penyembuhan kornea yaitu  berupa menjadi jernihnya kornea yang dimulai dari bagian sentral. Sering bagian

sentral kornea tidak terlihat pada keratitis sklerotikan. 0,

B.13.Prognosis

Prognosis skleritis tergantung pada penyakit penyebabnya. Skleritis pada spondiloartropati atau pada SD5 biasanya relatif jinak dan sembuh sendiri dimana termasuk tipe skleritis difus atau skleritis nodular tanpa komplikasi pada mata

(30)

 buta permanen dimana termasuk tipe skleritis nekrotik dengan komplikasi pada mata. Skleritis pada rematoid artritis atau polikondritis adalah tipe skleritis difus, nodular atau nekrotik dengan atau tanpa komplikasi pada mata. Skleritis pada  penyakit sistemik selalu lebih jinak daripada skleritis dengan penyakit infeksi atau autoimun. Pada kasus skleritis idiopatik dapat ringan, durasi yang pendek, dan lebih respon terhadap tetes mata steroid. Skleritis tipe nekrotik merupakan tipe yang paling destruktif dan skleritis dengan penipisan sklera yang luas atau yang telah mengalami perforasi mempunyai prognosis yang lebih buruk.

(31)

BAB III PENUTUP

Skleritis didefinisikan sebagai gangguan granulomatosa kronik yang ditandai oleh destruksi kolagen, sebukan sel dan kelainan vaskular yang mengisyaratkan adanya vaskulitis. Skleritis disebabkan oleh berbagai macam  penyakit baik penyakit autoimun ataupun penyakit sistemik, infeksi, trauma dan idiopatik. Skleritis dapat diklasifikasikan menjadi episkleritis, skleritis anterior dan skleritis posterior. =ejala(gejala pada skleritis dapat meliputi rasa nyeri, mata  berair, fotofobia, spasme, dan penurunan ketajaman penglihatan. Terapi skleritis meliputi terapi medikamentosa dan pembedahan. omplikasi berupa keratitis, uveitis, galukoma, granuloma subretina, ablasio retina eksudatif, proptosis, katarak, dan hipermetropia. Prognosis skleritis tergantung pada penyakit  penyebabnya.

(32)

#7T+ PCST

1. 5va P+. Sklera. #alam:aughan #=, sbury T, +iordan(5va P, Suyono 6, 5ditor. ftalmologi Cmum 5disi 1%. 6akarta 5=?, 2""".1!$(/0

2. 7oulks =A, Dangston #P. ?ornea and 5Eternal #isease. In 4anual of cular #iagnosis and Therapy. Second 5dition. Cnited States of merica Dibrary o ?ongress ?atalog. 1$F 111(!

0. Ilyas, S. Ilmu Penyakit 4ata 5disi etiga. 6akarta -alai Penerbit 7CI, 2"". 11(2"

%. Sain@ de la 4a@a 4, 7oster ?S, 6abbur AS. Scleritis associated 'ith rheumatoid arthritis and 'ith other systemic immune(mediated diseases. *phthalmology. 1$$%.

*. Sain@ de la 4a@a 4, 7oster ?S, 6abbur AS. Scleritis associated 'ith systemic vasculitic diseases. *phthalmology. 1$$*.

!. 4aite S.4, Aicolas 4, Duis .=, Priyanka P, 6oseph T, and Stephen 7. ?linical ?haracteristics of a Darge ?ohort of Patients 'ith Scleritis and 5piscleritis. phthalmology 2"12F11$%0>*"

/. 4aite S.4, Aicolas 4, Duis .=, Priyanka P, 6oseph T, and Stephen 7. Skleritis Theraphy. phthalmology 2"12F11$*1>*

. Dani T. ), Dyndell D.D, -rian :, #ongseok ? and 6ames T. +. ntineutrophil ?ytoplasmic ntibody>ssociated ctive Scleritis. rch phthalmol. 2""F12!;*<!*1(!**

$. #ouglas . 6, bdulbkhi 4, 6.P. #CAA and 4artha 6. 4. 5piscleritis and Scleritis ?linical 7eatures and Treatment +esults. phthalmol 2"""F10"%!$>%/!

1". 9agner ., Duciene -.S, :irgGnia 7.4.T, )ellen 7 and DuGs 5.?. . Sclera(Specific and Aon(Sclera(Specific utoantibodies in the Serum of Patients 'ith Aon(Infectious nterior Scleritis.+ev -ras +eumatolF

Gambar

Tabel 0. Perbandingan episkleritis dengan skleritis II. +. Penatalaksanaan

Referensi

Dokumen terkait

Demam Reumatik / penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh &#34;Virus Hepatitis B&#34; (VHB), suatu anggota famili hepaDNAvirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut

Demam Reumatik / penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta

Manifestasi Penyakit Gingiva pada Anak dengan Penyakit Sistemik Penyakit sistemik yang menyebabkan periodontitis lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh &#34;Virus Hepatitis B&#34; (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau

fibrosis kistik yang mencapai usia dewasa dan merupakan manifestasi dari minimal satu mutasi gen CFTR dengan mutasi tersering pada IVS8/5T. Dua puluh persen

Menurut World Health Organization (WHO), osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas massa tulang dan perburukan

OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan kronis dari telinga tengah dan mastoid dan membran timpani tidak intak