• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Corpus Alienum Fix

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Corpus Alienum Fix"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA

PASIEN DENGAN CORPUS ALIENUM

PASIEN DENGAN CORPUS ALIENUM

JALAN NAPAS

JALAN NAPAS

DISUSUN OLEH DISUSUN OLEH KELOMPOK KELOMPOK Aminy

Aminy Handayani Handayani 1111100211111002 Gemala

Gemala Paramarini Paramarini 1111101911111019 Muhammad

Muhammad Reza Reza Baihaqi Baihaqi 1111102811111028 Novi

Novi Puji Puji Prastiwi Prastiwi 1111103811111038 Refani

Refani Egi Egi Afrila Afrila 1111104611111046 Rima

Rima Dyah Dyah Metasari Metasari 1111104711111047 Syafitri

Syafitri DharmaneDharmaneli li 1111105011111050 Umi

Umi Farida Farida 1111105111111051

Wiji

Wiji Swandani Swandani 1111105311111053 Winny

Winny Edista Edista Febriani Febriani 1111105511111055

S1 KEPERAWATAN REGULER 4 S1 KEPERAWATAN REGULER 4

2014/2015

2014/2015

STIKes PERTAMEDIKA JAKARTA

STIKes PERTAMEDIKA JAKARTA

Jln Bintaro Raya No. 10

▸ Baca selengkapnya: icd 10 corpus alienum tangan

(2)

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang tiada hentinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan mak 

tiada hentinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan mak alah yang berjudul “Asuhanalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritis pada Pasien dengan Corpus Alienum Jalan Napas

Keperawatan Kritis pada Pasien dengan Corpus Alienum Jalan Napas”. Pembuatan”. Pembuatan makalah bertujuan untuk memenuhi nilai tugas yang di semester ganjil tahun ajaran makalah bertujuan untuk memenuhi nilai tugas yang di semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.

2014/2015.

Selesainya penyusunan makalah ini tidak terlepas dari rahmat dan hidayah Tuhan Selesainya penyusunan makalah ini tidak terlepas dari rahmat dan hidayah Tuhan YME, kami selaku penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya YME, kami selaku penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak, yaitu:

kepada beberapa pihak, yaitu:

1.

1. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan, bantuan, dan saranKeluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan, bantuan, dan saran dalam segala bentuk, abstrak dan konkrit.

dalam segala bentuk, abstrak dan konkrit. 2.

2. Ibu Retno selaku dosen mata kuliah Keperawatan Kritis.Ibu Retno selaku dosen mata kuliah Keperawatan Kritis. 3.

3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Tak ada manusia yang sempurna, demikian juga dengan makalah Asuhan Tak ada manusia yang sempurna, demikian juga dengan makalah Asuhan Keperawatan Kritis pada Pasien dengan Corpus Alienum Jalan Napas ini, penulis Keperawatan Kritis pada Pasien dengan Corpus Alienum Jalan Napas ini, penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk mencapai kesempurnaan makalah kami. sangat mengharapkan kritik dan saran untuk mencapai kesempurnaan makalah kami.

Semoga apa yang penulis tuliskan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak Semoga apa yang penulis tuliskan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak  pihak.  pihak. Jakarta, November 2014 Jakarta, November 2014 Penulis Penulis

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan... 1 BAB II PEMBAHASAN ... 2 A. Definisi ... 2 B. Etiologi ... 2 C. Patofisiologi ... 3 D. Manifestasi Klinis ... 5 E. Pemeriksaan Diagnostik ... 6 F. Penatalaksanaan ... 7 G. Komplikasi ... 13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ... 14

A. Pengkajian ... 14

B. Diagnosa ... 16

C. Intervensi ... 16

BAB IV PENUTUP ... 19

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernapasan merupakan istilah yang sering digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernapasan adalah benda yang  berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada  pada saluran pernapasan tersebut.

Benda asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama anak-anak karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya bahkan sering  bermain atau menangis pada waktu makan. Sekitar 70% kejadian aspirasi benda asing terjadi pada anak berumur kurang dari 3 tahun. Hal ini terjadi karena anak seumur itu sering tidak terawasi, lebih aktif, dan cenderung memasukkan benda apapun ke dalam mulutnya.

Benda asing dalam saluran pernapasan dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan napas. Gejala sumbatan benda asing di saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan saluran napas ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan trauma yang minimal.

B. Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui pengertian Corpus Alienum pada jalan napas. 2. Mahasiswa mengetahui penyebab Corpus Alienum pada jalan napas.

3. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala Corpus Alienum pada jalan napas. 4. Mahasiswa mengetahui jalan terjadinya Corpus Alienum pada jalan napas. 5. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan Corpus Alienum pada jalan napas.

6. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik Corpus Alienum pada jalan napas.

7. Mahasiswa mengetahui komplikasi Corpus Alienum pada jalan napas.

8. Mahasiswa mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Corpus Alienum pada jalan napas.

(5)

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Corpus alienum pada jalan nafas adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran pernafasan tersebut.

Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernafasan merupakan istilah yang sering digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernafasan adalah benda yang  berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada  pada saluran pernafasan tersebut. Benda asing dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan nafas. Gejala sumbatan benda asing di saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan saluran napas ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan trauma yang minimal.

Corpus Alienum adalah terdapatnya suatu benda asing di dalam rongga mulut baik tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja ( Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, 2000 ).

B. Etiologi

1. Faktor individual : Umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal. 2. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal : Keadaan tidur, kesadaran menurun,

alkoholisme dan epilepsi.

3. Faktor fisik : Kelainan dan penyakit neurologik. 4. Proses menelan yang belum sempurna pada anak.

5. Faktor dental, medical dan surgical : tindakan bedah, ekstrasi gigi, belum tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun.

6. Faktor kejiwaan : emosi dan gangguan psikis. 7. Ukuran, bentuk dan sifat benda asing.

(6)

8. Faktor kecerobohan : meletakkan benda asing di mulut, persiapan makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain, memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya belum tumbuh.

C. Patofisiologi

Betz, Cecily Lynn dan Linda. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC. Pada saat menelan yang terjadi adalah jalan napas akan tertutup oleh epiglotis sehingga makanan tidak akan salah jalan masuk ke jalan napas. Akan tetapi jika anak atau orang dewasa tersebut menarik naspas yang kuat secara tiba-tiba, misalnya teriak, tertawa, terkejut, atau menangis maka laring akan terbuka dan benda yang  berada di dalam mulut akan ikut terhirup masuk.

Jika benda asing tersebut terjepit pada pita suara atau subglotik, akan terjadi suara parau, batuk, dan sesak napas serta sianosis. Jika benda asing telah masuk ke dalam trakea-bronkus, juga akan terjadi batuk-batuk hebat yang mendadak dan  bertubi-tubi yang sering kali diikut dengan sianosis. Selama periode ini, benda asing  bergerak dari satu bagian ke bagian lain dari trakeo-bronkial dan akhirnya sering kali  berhenti pada bronkus kanan.

Pada dewasa benda asing cenderung tersangkut pada bronkus utama kanan karena lebih segaris lurus dengan trakea dan posisi karina yang lebih kekiri serta ukuran bronkus kanan yang lebih besar. Sampai umur 15 tahun sudut yang dibentuk  bronkus dengan trakea antara kiri dan kanan hampir sama, sehingga pada anak,

frekuensi lokasi tersangkutnya benda asing hampir sama kejadian antara bronkus utama kiri dan kanan. Lokasi tersangkutnya benda asing juga di pengaruhi posisi saat terjadi aspirasi.

Obstruksi dapat terjadi obstruksi parsial atau total. Obstruksi total jalan napas  biasanya terjadi di jalan napas atas dan dapat mengancam hidup. Atelektasis dapat terjadi di bagian distal dari tempat obstruksi sehingga udara tidak dapat masuk lagi. Udara yang terperangkap atau hiperinflasi terjadi bila udara dihirup masuk tetapi hanya sebagian yang dikeluarkan. Bila aspirasi benda asing cepat didiagnosis dan objek arau subtansi itu dikeluarkan dengan cepat, keadaan itu akan kembali berjalan  biasa.

Jika benda asing berhenti, batuk menjadi jarang dan saat ini disebut fase tenang (latent period), penderita relative tanpa gejala. Keadaan ini membuat keluarga

(7)

4 atau dokter mengira benda asing terlah keluar, tetapi jika dilakukan pemeriksaan fisik yang teliti akan terdengar mengi yang ekspiratoir dan tanda-tanda lain dari obstruksi  bronkus. Jenis benda asing juga menentukan berat-ringan gejala yang akan timbul. Benda asing organic seperti kacang, atau kecik mempunyai sifat higroskopis, mudah menjadi lunak dan mengambang dan menimbulkan iritasi pada mukosa traktus respiratorius. Dalam waktu kurang lebih 24 jam setelah fase tenang akan terjadi batuk disertai sekret purulen, sedangkan benda asing berupa logam atau plastik yang dapat menyebabkan obstruksi pasrsial, biasanya dapat ditoleransi untuk waktu yang cukup lama. Benda asing anorganik akan menimbulkan iritasi lebih ringan dan lebih mudah didiagnosis dengan pemeriksaan radio-opak.

Semakin lama benda asing itu tersangkut, semakin banyak kompikasi yang akan muncul, berkaitan dengan peningkatan edema, peradangan, dan ancaman infeksi, selain itu dapat menyebabkan perubahan patologik jaringan antara lain bronkiektasis,  pnemonitis yang berulang, abses paru dan emfisema.

menarik naspas yang kuat secara tiba-tiba ketika makan (tertawa, menangis, terkejut).

 penyakit neurologik. Umur terlalu muda

atau tua.

Benda asing masuk ke saluran  pernapasan (corpus alineum jalan napas)

Obstruksi jalan napas

Mekanisme tubuh untuk mengeluarkan  benda asing: Batuk

Bersihan jalan napas tidak efektif

Ansietas

Benda asing dapat cepat dikelurkan

Pembebasan

kembali jalan napas

Benda asing tidak keluar

Obstruksi total yang  berlangsung lama

Obstruksi parsial

Bronkospasme

Pengaktifan respon inflamasi: Edema dan  peradangan

Benda asing turun ke trakea/bronkus Obstruksi

menetap di daerah yang sempit

(8)

D. Manifestasi Klinis

Gejala dari masuknya benda asing ke dalam saluran pernafasan ditunjukkan dengan  penderita batuk-batuk hebat secara tiba-tiba, rasa tersumbat di tenggorok, bicara

gagap, dan obstruksi jalan napas segera. Jika ada benda asing di laring dapat menimbulkan kematian akibat penderita tak bisa bernapas.

Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung, nasofaring, laring, trakea dan bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat tersangkut di oro-faring, hipooro-faring, tonsil, dasar lidah, sinus piriformis, esofagus atau dapat juga tersedak masuk ke dalam laring, trakea dan bronkus. Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa gejala hingga kematian sebelum diberikan pertolongan akibat sumbatan total.

Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan mengalami 3 stadium, yaitu:

Mengganggu fungsi ventilasi

Penurunkan suplai oksigen dan peningkaatan CO2 di paru-paru menimbulkan sesak napas

Gangguan pertukaran gas

Penurunan suplai oksigen di jaringan Sianosis Gangguan perfusi jaringan latent period

Benda organic menjadi lunak atau benda non-organik menetap.

Resiko tinggi infeksi

Menimbulkan iritasi dan erosi mukosa

Menimbulkan bronkiektasis,  pnemonia yang berulang, abses paru dan emfisema.

(9)

6 1. Stadium pertama merupakan gejala permulaan yaitu batuk-batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging) dan obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera.

2. Stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatis. Hal ini karena benda asing tersebut tersangkut, refleks-refleks akan melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium ini berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan diagnosis atau cenderung mengabaikan kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan tanda yang tidak jelas. 3. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau

infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk- batuk, hemoptisis, pneumonia dan abses paru.

Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau berada di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak (posisi)  benda asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat  biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain disfonia sampai afonia, apnea dan sianosis.

Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan disfonia sampai afonia, batuk yang disertai serak (croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis, dan rasa subjektif dari benda asing (penderita akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak  benda asing tersebut tersangkut) dan dispnea dengan derajat bervariasi. Gejala ini  jelas bila benda asing masih tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun

ke trakea, tetapi masih menyisakan reaksi laring oleh karena adanya edema.

E. Pemeriksaan Diagnostik 1. Endoskopi

2. Foto Rontgen: Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan  pemeriksaan radiologis dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang bersifat radioopak dapat dibuat rongent foto segera setelah kejadian, benda asing radiolusen dibuatkan rongent foto setelah 24 jam kejadian, karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran radiologis yang

(10)

 berarti. Biasanya setelah 24 jam baru tampak tanda-tanda atelektasis atau emfisema.

3. Video fluoroskopi: merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya obstruksi parsial. Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran napas.

4. Radiologi

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperolah akan timbul bayangan radiologi yang diakibatkan oleh dua sebab, yakni:

a. Bila benda asing itu bersifat radioopaque, maka bayangan yang terjadi adlah disebabkan oleh benda asing itu sendiri.

 b. Bila bayangan yang terjadi disebabkan karna komlikasi, misalnya ateoetksis dan emfisema,maka akan terkantung pada tipe obstruksi yang terjadi

5. Pemeriksaan faal baru

Dari pemeriksaan faal paru didapatkan defek obstruktif faal paru dan ini tergantung kepada lokasi obstruksi yang terjadi di daerah laringotrakeal, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran (flowrate). Bila obstruksi terjadi disuparstrnal notch, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran inspirasi (inspiratory flow rate), sedangkan bila terjadi di bawah suparsternal nocht, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran ekspirasi (expiratory flow rate). 6. Pemeriksaan gas darah

Pada pase permulaan obstruksi dapat menimbulkan peningkatan PaCO2.

Kecepatan pernapasan yang 30 kali/menit masih dapat mengkompensasi sehingga tidak terjadi hipoksemia akan tetapi pada penyumbatan yang sifatnya proksimal maka total perburukan gas dan pH terjadi secara cepat.

F. Penatalaksanaan

Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat, perlu diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut. Secara prinsip benda asing di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dengan trauma minimum. Umumnya penderita dengan aspirasi benda asing datang ke

(11)

8 rumah sakit setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang telah terlatih. Penderita dengan benda asing di laring harus mendapat pertolongan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit.

Persiapan ekstraksi benda asing harus dilakukan sebaik-baiknya dengan tenaga medis/operator, kesiapan alat yang lengkap. Besar dan bentuk benda asing harus diketahui dan mengusahakan duplikat benda asing serta cunam yang sesuai benda asing yang akan dikeluarkan. Benda asing yang tajam harus dilindungi dengan memasukkan benda tersebut ke dalam lumen bronkoskop. Bila benda asing tidak dapat masuk ke lumen alat maka benda asing kita tarik secara bersamaan dengan  bronkoskop.

Di Instalasi Gawat Darurat, terapi suportif awal termasuk pemberian oksigen, monitor  jantung dan  pulse oxymetri  dan pemasangan IV dapat dilakukan. Bronkoskopi merupakan terapi pilihan untuk kasus aspirasi. Pemberian steroid dan antibiotik  preoperatif dapat mengurangi komplikasi seperti edema saluran napas dan infeksi. Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik spektrum luas yang cukup mencakup Streptokokus hemolitik   dan Staphylococcus aureus  dapat dipertimbangkan sebelum tindakan bronkoskopi.

Riwayat, pemeriksaan fisik dan radiologi sering menunjukkan dugaan benda asing saluran napas tanpa diagnosis pasti. Pada keadaan ini harus dibuktikan adanya benda asing secara endoskopi untuk menyingkirkan dari diagnosis diferensial. Keterlambatan mengeluarkan benda asing akan menambah tingkat kesulitan terutama  pada anak, tetapi ahli endoskopi menyatakan walaupun bronkoskopi harus dilakukan  pada waktu yang tepat dan cepat untuk mengurangi risiko komplikasi terapi tidak harus dilakukan terburu-buru tanpa persiapan yang baik dan hati-hati. Penatalaksanaan dan teknik ekstraksi benda asing harus dinilai kasus per kasus sebelum tindakan ekstraksi.

Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi kaku maupun  bronkoskopi serat optik. Pada bayi dan anak-anak sebaiknya digunakan bronkoskopi kaku untuk mempertahankan jalan napas dan pemberian oksigen yang adekuat, karena

(12)

diameter jalan napas pada bayi dan anak-anak sempit. Pada orang dewasa dapat dipergunakan bronkoskop kaku atau serat optik, tergantung kasus yang dihadapi. Ukuran alat yang dipakai juga menentukan keberhasilan tindakan. Keterampilan operator dalam bidang endoskopi juga berperan dalam penentuan pelaksanaan tindakan bronkoskopi.

Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya lebih besar variasi cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi benda asing tajam dan kemampuan untuk dilakukan ventilasi yang adekuat. Selain keuntungan di atas,  penggunaan bronkoskop kaku juga mempunyai kendala yaitu tidak bisa untuk mengambil benda asing di distal, dapat menyebabkan patahnya gigi geligi, edema subglotik, trauma mukosa, perforasi bronkus dan perdarahan. Pada pemakaian teleskop maupun cunam penting diperhatikan bahwa ruang untuk pernapasan menjadi sangat berkurang, sehingga lama penggunaan alat-alat ini harus dibatasi sesingkat mungkin. Bronkoskop serat optik dapat digunakan untuk orang dewasa dengan benda asing kecil yang terletak di distal, penderita dengan ventilasi mekanik, trauma kepala, trauma servikal dan rahang.

Beberapa faktor penyulit mungkin dijumpai dan dapat menimbulkan kegagalan  bronkoskopi antara lain adalah faktor penderita, saat dan waktu melakukan  bronkoskopi, alat, cara mengeluarkan benda asing, kemampuan tenaga medis dan para medis, dan jenis anestesia. Sering bronkoskopi pada bayi dan anak kecil terdapat  beberapa kesulitan yang jarang dijumpai pada orang dewasa, karena lapisan submukosa yang longgar di daerah subglotik menyebabkan lebih mudah te rjadi edema akibat trauma. Keadaan umum anak capet menurun, dan cepat terjadi dehidrasi dan renjatan. Demam menyebabkan perubahan metabolisme, termasuk pemakaian oksigen dan metabolisme jaringan, vasokontriksi umum dan perfusi jaringan terganggu. Adanya benda asing di saluran napas akan mengganggu proses respirasi, sehingga  benda asing tersebut harus segera dikeluarkan.

Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator dapat mengurangi edema laring dan  bronkospasme pascatindakan bronkoskopi. Pada penderita dengan keadaaan sakit  berat, maka sambil menunggu tindakan keadaan umum dapat diperbaiki terlebih dahulu, misalnya: rehidrasi, memperbaiki gangguan keseimbangan asam basa, dan

(13)

10  pemberian antibiotika. Keterlambatan diagnosis dapat terjadi akibat kurangnya  pengetahuan dan kewaspadaan penderita maupun orang tua mengenai riwayat

tersedak sehingga menimbulkan keterlambatan penanganan.

Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding dengan lama kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing yang telah lama berada di dalam saluran napas atau benda asing organik, maka mukosa yang menjadi edema dapat menutupi benda asing dan lumen bronkus, selain itu bila telah terjadi  pembentukkan jaringan granulasi dan striktur maka benda asing menjadi susah

terlihat.

Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada anak maupun dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah pada saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar keluar.

Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan. Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat digunakan. Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan bronkoskop.

1. Pukulan Dan Hentakan Untuk Sumbatan Benda Asing.

Pada penderita sadar yang mengalami aspirasi sehingga menyebabkan sumbatan  partial sebaiknya penderita disuruh batuk dan meludahkannya. Pada penderita yang mengalami sumbatan total baik penderitanya sadar ataupun tidak apalagi sianosis, maka segera lakukan tindakan yang mungkin masih efektif dan dibenarkan.

Langkah-langkah untuk pukulan dan hentakan yang dianjurkan: Pada penderita sadar:

(14)

a. Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut. Bila dalam  beberapa detik tindakan tersebut gagal, suruh penderita membuka mulut, dan  bila penderita tidak sadar, buka mulutnya secara paksa, dan segera bersihkan mulut dan faringnya dengan jari. Kalau keadaan memungkinkan kita menggunakan laringoskop dan forsep Magill untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

 b. Bila cara no.1 gagal, maka pada penderita sadar: Lakukan tiga sampai empat kali pukulan punggung diikuti tiga sampai lima kali hentakan abdomen atau dada dan ulangi usaha-usaha pembersihan.

Pada penderita tidak sadar:

a. Penderita diletakkan pada posisi horizontal dan usahakan ventilasi paru. Jika tindakan ini gagal, maka lakukan pukulan punggung sebanyak 3-5 kali, diikuti 3-5 kali hentakan abdomen atau hentakan dada. Ulangi usaha pembersihan dan ventilasi. Jika tindakan tersebut juga mengalami kegagalan, maka ulangi urutan ventilasi, pukulan punggung, hentakan dada, penyapuan dengan jari sampai penolong berhasil memberi ventilasi atau sampai perlengkapan untuk mengeluarkan benda asing dari jalan nafas secara langsung tiba. Selama melakukan tindakan-tindakan tersebut diatas periksa denyut nadi pembuluh darah besar, bila tidak teraba, segera lakukan Resusitasi Jantung Paru.

 b. Tindakan terakhir yang masih dapat kita lakukan adalah, krikotirotomi, dan ini hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih.

2. Cara-Cara Melakukan Pemukulan Punggung Dan Hentakan Abdomen. Untuk pukulan punggung lakukan 3 sampai 5 kali pukulan dengan pangkal telapak tangan diatas tulang belakang korban diantara kedua tulang belikatnya. Jika mungkin rendahkan kepala dibawah dadanya untuk memanfaatkan gravitasi.

Untuk hentakan abdomen berdirilah di belakang penderita, lingkarkan kedua lengan penolong mengitari pinggang penderita, pergelangan atau kepalan tangan  penolong berpegangan satu sama lain, letakkan kedua tangan penolong pada abdomen antara pusat dan prosesus sifoideus penderita dan kepalan tangan  penolong menekan ke arah abdomen dengan hentakan cepat. Ulangi 3 sampai 5

(15)

12 kali. Hindari prosesus sofoideus. Hentakan dada diatas sternum bawah kurang menimbulkan bahaya, lebih-lebih pada wanita hamil atau gemuk.

3. Cara-Cara Pukulan Punggung dan Hentakan Abdomen Untuk Sumbatan Benda Asing Pada Korban Berbaring Yang Tidak Sadar.

Untuk pukulan punggung gulirkan penderita pada sisinya sehingga menghadap  penolong, dengan dadanya bertumpu pada lutut penolong, berikan 3 sampai 5 kali  pukulan tajam dengan pangkal telapak tangan penolong diatas tulang belakang  penderita, diantara kedua tulang belikat.

Untuk hentakan abdomen letakkan penderita telentang (muka menghadap ke atas),  penolong berlutut disamping abdomen penderita atau mengangkanginya.

Penolong meletakkan tangan diatas tangan lainnya, dengan pangkal telapak tangan sebelah bawah digaris tengah antara pusat dan prosesus sifoideus penderita. Miringkan sehingga bahu penolong berada diatas abdomen penderita dan tekan ke arah diafragma dengan hentakan cepat ke dalam dan keatas. Jangan menekan ke arah kiri atau kanan garis tengah. Jika perlu ulangi 3 sampai 5 kali.

4. Pukulan Punggung Pada Bayi Dan Anak Kecil.

Peganglah anak dengan muka kebawah, topanglah dagu dan leher dengan lutut dan satu tangan penolong kemudian lakukan pemukulan pada punggung secara lembut antara kedua tulang belikat bayi. Pada tindakan hentakan dada, letakkan  bayi dengan muka menghadap keatas pada lengan bawah penolong, rendahkan

kepala dan berikan hentakan dada secara lambat dengan dua atau tiga jari seperti kalau kita melakukan kompresi jantung luar. Jika jalan nafas anak hanya tersumbat partial, anak masih sadar serta dapat bernafas dalam posisi tegak, maka sebaiknya tindakan dikerjakan dengan peralatan yang lebih lengkap, bahkan mungkin menggunakan tindakan anestesi. Tindakan hentakan abdomen jangan dilakukan pada bayi dan anak kecil.

5. Membersihkan Jalan Nafas

Membersihkan jalan nafas ada dua cara : a. Dengan manual

(16)

Penghisapan benda asing dari jalan anfas ada dua cara:

1. Penghisapan benda asing dari daerah faring, hendaknya menggunakan  penghisapan dengan tekanan negatif yang besar.

2. Penghisapan benda asing dari daerah trakheobronkus, hendaknya menggunakan penghisap dengan tekanan negatif yang lebih kecil, karena kalau terlalu besar dapat menyebabkan paru kolaps, sehingga paru dapat cedera dan penderita dapat mengalami asfiksi.

Untuk penghisapan di daerah trakheobronkus dan nasofaring sebaiknya menggunakan kateter dengan ujung lengkung dan lunak yang diberi jelly mulai dari ujung kateter sampai hampir seluruh kateter. Ujung yang lengkung tersebut memungkinkan kateter dapat dimasukkan ke dalam salah satu bronkus utama, sedangkan kalau kita menggunakan kateter yang lurus biasanya masuk ke bronkus kanan. Kalau kita ingin memasukkan kateter kedalam bronkus utama kiri sebaiknya kepala penderita dimiringkan ke kanan. Diameter kateter seharusnya kurang dari setengah diameter pipa trakea.

G. Komplikasi

Komplikasi yang disebabkan oleh Corpus Alineum atau aspirasi benda asing adalah infeksi paru, karena pada saat terjadi aspirasi, maka saluran pernafasan akan mengalami obstruksi atau luka secara parsial maupun total yang akan menyebabkan meningkatnya sekresi lendir dan pertumbuhan bakteri. Jika Corpus Alineum tidak ditangani maka dapat terjadi pneumonia atau abses paru karena penumpukan lendir di dalam paru-paru.

(17)

14

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas pasien.

2. Riwayat kesehatan yang lalu

a. Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.  b. Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.

c. Kaji riwayat pekerjaan pasien.

3. Pengkajian keperawatan pasien yang mempunyai masalah pernapasan difokuskan  pada ventilasi, perfusi, kognisi, dan kondisi pernapasan.

a. Ventilasi

i. Bunyi napas : Ronki basah atau mengi dapat terdengar pada banyak masalah pernapasan. Hilangnya atau berkurangnya bunyi napas merupakan temuan yang signifikan dan mungkin mengindikasikan  pneumotoraks atau beberapa bentuk konsolidasi alveolar. Bunyi napas dapat saja hilang atau berkurang sebagai akibat konstriksi bronkus kanan yang disebabkan oleh aspirasi benda asing

ii. Pernapasan : Tentukan karakter pernapasan. Frekuensi pernapasan > 50  pernapsan/menit pada bayi atau >40 pernapsan/menit pada anak-anak usia<3 tahun merupakan kondisi sensitive dan spesifik adanya infeksi saluran pernapasan bawah.

iii. Laju aliran ekspirasi : Jika apsien PPOK atau asma, periksa laju aliran ekspirasi puncak dengan menggunakan peak flowmeter.Jika nilainya kurang dari 200 l/menit, triase segera ke ruang tindakan.

iv. Saturasi oksigen : Tentukan tingkat SpO2 dengan oksimetri nadi kontinu.Jika tingkat SpO2 91 % atau kurang, diperkirakan pasien harus dirawat di rumah sakit.

v. Sputum : Jelaskan produksi sputum.Sputum merah muda yang berbusa merupakan tanda edema alveoli paru kardiogenik.

vi. Dispnea : Kaji dispnea dengan menggunakan skala yang sudah distandarisasi.

(18)

 b. Perfusi

i. Bunyi jantung : Bunyi jantung ketiga sering kali terdengar pada kasus-kasus gagal jantung.

ii. Titik impuls maksimal : Palpasi titik impuls maksimal. Bagian apeks  jantung biasanya sampai pada dinding anterior dada atau dekat dengan

ruang interkosta lima kiri di garis midklavikula.

iii. Distensi vena jugularis : Tentukan ada tidaknya distensi vena jugularis. Ubah posisi pasien menjadi semifowler dengan kepala miring kanan atau kiri.

c. Kognisi

Lakukan pengkajian neurologis dan catat nilai GCS. Medikasi misalnya teofilin dan alupent. Yang digunakan untuk mengatasi gangguan pulmonal menimbulkan efek pada sistem saraf pusat, seperti kegelisahan, takikardia, dan agitasi. Hipoksemia dan hiperkapnia dapat menyebabkan kegelisahan dan penurunan kesadaran.

d. Kondisi Pernafasan.

i. Dapat menjawab, lengkap tidak terputus-putus, tidak tersendat-sendat, tidak menggeh-menggeh -> Fungsi pernafasan baik.

ii. Bila menjawab terputus-putus, tersendat-sendat, menggeh-menggeh -> Fungsi pernafasan terganggu.

iii. Bila tidak menjawab, tidak ada suara, tidak ada gerak nafas, tidak ada hawa nafas -> Pernafasan berhenti

iv. Jika pengobatan mencakup pembedahan, penting artinya jika perawat mengetahui sifat dari pembedahan sehingga dapat merencanakan asuhan yang sesuai. Jika pasien diperkirakan akan tidak mempunyai suara lagi, evaluasi paska operatif oleh terapi wicara diperlukan. Kemampuan  pasien untuk mendengar, melihat, membaca, dan menulis dikaji.kerusakan visual dan buta huruf fungsional dapat menimbulkan masalah tambahan.

(19)

16 B. Diagnosa

1. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen

2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial, edema dan  peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan,

ketidakmampuan batuk, adanya benda asing (ETT, Corpus alienum).

3. Resiko terhadap aspirasi b.s masuknya sekret, benda padat, atau cairan ke dalam saluran nafas.

4. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.

C. Intervensi Diagnosa 1

Pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen

Tujuan : perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat. Intervensi :

a. Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa.  b. Awasi tanda vital dan irama jantung.

c. Kolaborasi: berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi klien.

Diagnosa 2

Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial, edema dan peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan, ketidakmampuan batuk, adanya benda asing (ETT, Corpus alienum).

Tujuan : jalan nafas bersih dari sumbatan Intervensi :

a. Kaji kepatenan jalan napas

 b. Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan bernapas dan auskultasi  bunyi paru

c. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan denyut nadi

(20)

e. Perhatikan batuk yang berlebihan, meningkatnya dispnea, adanya secret pada selang endotrakeal

f. gudel dan adanya ronchi

g. Lakukan suction bila diperlukan, batasi lamanya suction kurang dari 15 detikdan lakukan pemberian

h. oksigen 100% sebelum melakukan suction i. Observasi hasil pemeriksaan GDA

 j. Anjurkan untuk minum air hangat

k. Berikan posisi yang nyaman (fowler/ semi fowler)

l. Bantu klien untuk melakukan latihan batuk efektif bila memungkinkan

m. Lakukan fifioterapi dada sesuai indikasi : Postural drainase, perkusi dan vibrasi

n. Motivasi dan berikan minum sesuai dengan kebutuhan cairan (40-50 cc/kg BB/24 jam).

Diagnosa 3

Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret, benda padat, atau cairan ke dalam saluran nafas.

Tujuan : mengeluarkan sekreet, benda padat, atau cairan dari saluran nafas Intervensi :

a. Kaji kepatenan jalan napas

 b. Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan bernapas dan auskultasi  bunyi paru

c. Lakukan tindakan Manuver Heimlich

d. Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa e. Awasi tanda vital dan irama jantung

Diagnosa 4

Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak. Tujuan : menurunkan kecemasan pada orang tua dan anak. Intervensi untuk orang tua:

(21)

18  b. Memberikan rasa nyaman.

c. Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian dan informasi. d. Mendorong keluarga untuk terlibat dalam perawatan anaknya.

e. Konsultasi dengan tim medis untuk mengetahui kondisi anaknya.

Intervensi untuk anak :

a. Bina hubungan saling percaya.

 b. Mengurangi perpisahan dengan orang tuanya. c. Mendorong untuk mengekspresikan perasaannya. d. Melibatkan anak dalam bermain.

e. Siapkan anak untuk menghadapi pengalaman baru, misal: pprosedur tindakan. f. Memberikan rasa nyaman

(22)

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Benda asing dalam saluran pernapasan dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan napas. Gejala sumbatan benda asing di saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan saluran napas ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan trauma yang minimal.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Riyanto, Amk.,S.pd. . 2009. Endoskopi gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta; EGC

http://laporanyusman.blogspot.com/2013/10/v-behaviorurldefaultvmlo_3015.html?m=1

http://satriodwipriangga.blogspot.com/2011/11/corpus-alienum.html?m=1

 Nastiti N. Raharjoe, dkk. Aspirasi Benda Asing dalam Saluran Respiratori; Buku Ajar Respirologi, Edisi ke-3, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jaakarta, 2012 hal. 420-426.

Ajar Respirologi, Edisi ke-3, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jaakarta, 2012 hal. 420-426.

Rukmini, Sri. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok Untuk Perawat. Surabaya

Referensi

Dokumen terkait

Bronchopneumonia merupakan salah satu jenis penyakit saluran pernafasan yang terjadi akibat saluran infeksi akut di ruang alveoli paru-paru, dapat melibatkan saluran bronkus

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun

Batu kandung kemih sering terjadi pada klien yang mengalami gangguan miksi atau terdapat benda asing di buli-buli. Gangguan miksi terjadi pada klien dengan hiperplasia prostat,

Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan bronkiolus kronik yan mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus, aspirasi

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yaitu mycobacterium tuberculosis, (Smeltzer dan Bare, 2002).. Jadi

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah suatu infeksi kulit ang disebabkan oleh bakteri 1 parasit atau karena adana benda asing (misalna

Kata kunci: Benda asing, hidung, anak Pendahuluan Benda asing hidung merupakan kasus yang sering dijumpai pada kunjungan di Instalasi Gawat Darurat IGD, sebagian besar kasus tidak

Pasien dapat mengeluhkan nyeri pada mata, fotofobia, mata berair, mata merah, mata kabur, adanya sensasi benda asing di mata, dan riwayat trauma sebelum gejala muncul.1,7 Pada