• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fingerprinting kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Berdasarkan Marka Simple Sequence Repeats (SSR) dan Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fingerprinting kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Berdasarkan Marka Simple Sequence Repeats (SSR) dan Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas unggulan nasional karena kontribusinya yang besar terhadap perekonomian

Indonesia. Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak

sawit di dunia. Produksi minyak sawit Indonesia meningkat dari 15,19 juta ton

pada tahun 2011 menjadi 17,39 juta ton pada tahun 2013 (BPS, 2014).

Kelapa sawit (E.guineensis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel).

Khusus untuk perkebunan sawit rakyat, permasalahan umum yang dihadapi antara

lain rendahnya produktivitas dan mutu produksi. Produktivitas kebun sawit rakyat

rata-rata 16 ton TBS per ha, sementara potensi produksi bila menggunakan bibit

unggul bisa mencapai 30 ton TBS per ha. Produktivitas CPO (Crude Palm Oil) perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2,5 ton CPO per ha dan 0,33 ton

minyak inti sawit per ha, sementara diperkebunan negara rata-rata menghasilkan

4,82 ton CPO perhektar dan 0,91 ton PKO per hektar dan perkebunan swasta

rata-rata menghasilkan 3,48 ton CPO per hektar dan 0,57 ton PKO per hektar

(Deptan, 2008).

Program pelestarian plasma nutfah dalam rangka perbaikan genetik

tanaman sangat bergantung pada sumber keragaman genetik. Identifikasi

keragaman tersebut sangat penting dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat genetik

sehingga dapat digunakan sebagai informasi awal dalam pengunaan tetua untuk

(2)

Bahar dan Zen (1993) menyatakan bahwa pengamatan secara visual yaitu

dengan memilih fenotipe yang baik belum memberikan hasil yang memuaskan.

Novita (2013) menjelaskan bahwa keragaman tanaman secara umum dapat dikaji

melalui pendekatan morfologi, biokimia dan molekuler. Namun, penanda

morfologi memiliki kelemahan karena dipengaruhi oleh lingkungan. Keterbatasan

penanda morfologi adalah hanya mampu membedakan keragaman visual saja,

oleh karena itu diperlukan penanda lain yang diharapkan dapat memberikan hasil

yanglebih akurat yaitu marka molekuler melalui pengamatan pada tingkat

polimorfisme DNA.

Hal ini juga dijelaskan oleh Dua Lembang et al. (2010) yang menyatakan bahwa identifikasi keragaman plasma nutfah tanaman secara lebih luas

menggunakan marka molekuler dapat memberikan hasil yang lebih cepat, efektif,

dan akurat dibandingkan dengan karakterisasi berdasarkan ciri-ciri morfologi.

Karakterisasi menggunakan marka molekuler dapat dilakukan pada stadium awal,

bahkan dapat dilakukan pada benih.

Pengamatan ditingkat DNA tanaman kelapa sawit dapat dilakukan dengan

menggunakan teknik fingerprinting. Weising et al. (2005) menjelaskan bahwa akhir-akhir ini pengamatan di tingkat molekuler terus berkembang termasuk pada

jenis teknologi dan peralatannya sehingga pengamatan ditingkat DNA pada

tanaman akan terus dilakukan. Teknik fingerprinting merupakan langkah awal yang dapat dijadikan sebagai data awal dalam proses hibridisasi tanaman kelapa

(3)

Ada beberapa marka DNA yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi

keberagaman genetik. Diantara marka tersebut adalah marka RAPD. Marka

RAPD merupakan salah satu marka berbasis molekuler yang mudah dilakukan,

membutuhkan waktu dan biaya yang lebih rendah, memiliki tingkat polimorfisme

yang tinggi, dapat digunakan untuk menelaah adanya diversitas genetik serta

hanya membutuhkan volume DNA yang sedikit untuk mengaplikasikannya.

Dalam penyusunan program persilangan pada tanaman kelapa sawit,

marka RAPD dapat digunakan untuk mendeteksi adanya keragaman. Penggunaan

marka RAPD untuk tanaman kelapa sawit telah diterapkan oleh penelitian

terdahulu diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Satish dan Mohankumar

(2007), Thawaro (2009) dan Odenoreet al. (2015). Namun demikian, ada beberapa kelemahan dalam penggunaan marka RAPD diantaranya adalah marka

ini bersifat dominan sehingga tidak dapat membedakan individu heterozigot. Oleh

sebab itu, maka penggunaan marka RAPD dapat digunakan untuk melihat

keragaman tetapi dijumpai kendala ketika dijadikan sebagai marka untuk melihat

individu yang bersifat heterozigot.

Oleh sebab itu, untuk melengkapi analisis RAPD maka dapat digunakan

marka SSR, karena marka SSR dapat membedakan antar individu yang bersifat

heterozigot. Marka SSR merupakan salah satu marka yang paling banyak

digunakan untuk pemetaan genetik, analisis keragaman dan studi evolusi.

Keunggulan penanda mikrosatelit dibandingkan dengan marka lainnya antara lain

(4)

dan dalam jumlah yang sangat banyak dan berbasis PCR sehingga hanya

diperlukan DNA dalam jumlah yang sedikit (Putri, 2010).

Hal ini juga diungkapkan oleh Sugiono (2010) yang menyebutkan bahwa

mikrosatelit merupakan salah satu marka molekuler yang berupa urutan

di-nukleotida sampai tetra-di-nukleotida yang berulang dan berurutan. SSR merupakan

marka genetik yang bermanfaat karena bersifat kodominan, dapat mendeteksi

keragaman alel pada tingkat tinggi, serta mudah dan tidak terlalu mahal untuk

dianalisis dengan menggunakan PCR.

Penggunaan marka SSR sebagai penanda untuk tanaman sawit telah di

lakukan oleh berbagai pihak. Salah satu yang membuktikan hal ini adalah

berdasarkan hasil penelitian oleh Mardziah et. al. (2013) tentang pengembangan penapisan protokol non-radioaktif pada kelapa sawit yang menyimpulkan bahwa SSR sangat sesuai untuk mengkarakterisasi keragaman genetik, penelitian ini juga

menyimpulkan bahwa primer SSR efektif digunakan untuk fingerprinting pada tanaman kelapa sawit yaitu E. guinensis dan E. oleifera dan persilangan keduanya. Kombinasi penggunaan marka RAPD dan SSR dapat dijadikan sebagai

langkah awal untuk fingerprinting tanaman kelapa sawit. Namun demikian, diperlukan informasi awal terhadap primer-primer yang dapat dijadikan sebagai

penanda dalam kegiatan fingerprinting tanaman kelapa sawit, sehingga primer-primer tersebut dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi keragaman genetik.

Primer-primer tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam proses

(5)

Perumusan Masalah

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai

ekonomi yang tinggi karena tanaman tersebut merupakan bahan baku untuk

pengolahan berbagai macam produk. Oleh sebab itu, proses pemuliaan tanaman

kelapa sawit sangat dibutuhkan untuk menghasilkan benih kelapa sawit yang

berkarakter unggul. Sebelum dilakukan proses hibridisasi terlebih dahulu

dilakukan proses karakterisasi terhadap tanaman yang akan dijadikan sebagai

tetua donor atau tetua resipient.

Proses karakterisasi terhadap tanaman untuk mendapatkan karakter unggul

biasanya dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap karakter morfologi

tanaman. Pengamatan secara morfologi memiliki beberapa kekurangan antara lain

hasil pengamatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Untuk

menjawab permasalahan tersebut maka perlu dilakukan pengamatan secara

molekuler. Pengamatan secara molekuler terhadap karakter genotipik tanaman

dikenal dengan fingerprinting.

Istilah fingerprinting tersebut hampir sama dengan prinsip analisis sidik jari pada manusia, hal ini dilatar belakangi oleh setiap manusia memiliki pola

sidik jari yang berbeda. Hal yang sama diterapkan melalui analisis fingerprinting

karena etiap individu tanaman walaupun berasal dari varietas yang sama akan

menunjukkan perbedaan secara genetik. Untuk melihat perbedaan genetik

tanaman diperlukan primer yang berfungsi sebagai penanda. Berdasarkan sifat

primer marka molekuler dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu primer

(6)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis keragaman genetik kelapa sawit (E. guineensis) Varietas DxP Unggul Socfindo berdasarkan marka RAPD dan SSR.

2. Menganalisis primer yang dapat dijadikan sebagai marker hasil fingerprinting

kelapa sawit (E. guineensis) Varietas DxP Unggul Socfindo berdasarkan marka RAPD dan SSR.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi awal yang bermanfaat dalam usaha program pemuliaan

kelapa sawit (E. Guineensis) Varietas DxP Unggul Socfindo.

2. Memberikan informasi terkait dengan keragaman genetik, marker dan pita

spesifik hasil fingerprinting kelapa sawit (E. Guineensis) Varietas DxP Unggul Socfindo.

3. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar magister di Program

Magister Agroekotenologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Referensi

Dokumen terkait

Dari serangkaian penelitian yang telah dilakukan dalam pengkajian keragaman genetik berdasarkan marka molekuler terhadap sumber plasma nutfah kelapa sawit pisifera Nigeria

Dari serangkaian penelitian yang telah dilakukan dalam pengkajian keragaman genetik berdasarkan marka molekuler terhadap sumber plasma nutfah kelapa sawit pisifera Nigeria

Putri.Penelitian ini bertujuan untuk melihat persentase pita polimorfik keragaman genetik pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) asal klon berdasarkan marka

Judul Penelitian : Identifikasi Keragaman Genetik Pada Tanaman kelapa Sawit (Elaeis gineensis Jacq.) Asal Klon Berdasarkan Marka RAPD (Random Amplified Polimorphism DNA).. Nama

Putri.Penelitian ini bertujuan untuk melihat persentase pita polimorfik keragaman genetik pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) asal klon berdasarkan marka

untuk mengetahui keanekaragaman genetik dari tanaman kelapa sawit asal klon.. dengan menggunakan teknik Random Amplified Polymorphic

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Keragaman molekuler tanaman Kelapa Sawit Varietas MTG ( Moderat Tahan Gano ) dengan primer SSR.. Penelitian ini

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada material genetik tanaman kelapa sawit diperoleh hasil bahwa nilai keragaman molekuler berdasarkan empat marka SSR yang