• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017 Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017 Chapter III V"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll (Moleong, L.M. 2014). Sesuai dengan di atas maka penelitian ini akan menganalisis yang menjadi determinan terjadinya kehamilan tidak diinginkan pada pasangan menikah di Desa Pekan Tanjung Beringin. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang di teliti menjadi lebih jelas dan bermakna (Sugiyono, 2010).

Dalam penelitian kehamilan tidak diinginkan pada pasangan menikah tersebut peneliti akan langsung terjun untuk melakukan analisis terhadap pasangan menikah. Menelusuri lebih dalam apa yang menyebabkan kehamilan tersebut menjadi tidak diingiinkan dan penyebab kejadian kehamilan tidak diinginkan tersebut.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

(2)

sudah menggunakan KB namun kurang akan informasi yang cocok untuk penggunaan alat kontrasepsi sehingga masih sering terjadi kegagalan kontrasepsi dan sebanyak 30% masyarakat tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan keaungan tidak mencukupi pengaruh budaya, agama dan tidak mendapat izin suami. Sehingga pada tahun 2015 jumlah kejadian kehamilan tidak diinginkan sebanyak 122 pasangan, dan dipertimbangkan jumlah tersebut akan terus meningkat setiap tahunnya.

3.2.2 Waktu Penelitian

Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Mei

I II IV I II III IV I II III IV I II III IV I Survey

Pendahuluan

Pembuatan Proposal

Penelitian

Seminar

Proposal

Mengumpulkan

Data

Pengolahan

Data

Analisis Data

Pengujian Kredibilitas

Data

Seminar Hasil

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

3.3 Informan

(3)

Subyek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian meliputi: informan kunci (key informant), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti.sedangkan informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti.

1. Informan kunci (key informan) merupakan ibu yang telah melahirkan anak dari kehamilan yang tidak diinginkan. Pemilihan ibu dikarenakan dialah yang mengetahui lebih dalam mengenai proses, penyebab serta dampak dari kehamilan tidak diinginkan tersebut baik untuk dirinya sendiri, anaknya maupun untuk keluarga.

2. Informan tambahan, yaitu seseorang yang mengetahui dan memiliki bagian informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

Maka yang menjadi informasi tambahan dalam penelitian ini adalah : suami dari ibu yang mengalami kejadian kehamilan tidak diinginkan dikarenakan dialah yang berperilaku aktif, berpartisipasi dalam penggunaan alat kontrasepsi dan memberikan dukungan untuk melanjutkan atau memberhentikan kehamilan. Serta bidan di desa yang menjadi tempat pelayanan apabila ibu berkonsultasi maupun memeriksakan kehamilannya.

(4)

merupakan teknik sampling yang banyak dipakai ketika tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Satuan sampling dipilih atau ditentukan berdasarkan informasi dari responden sebelumnya. Pengambilan sample untuk suatu populasi dapat dilakukan dengan cara mencari satu pasangan yang sudah mengalami kejadian kehamilan tidak diinginkan. Setelah didapat dan dilakukan wawancara, maka selanjutnya akan diminta untuk menunjukkan pasangan mana lagi yang mengalami kejadian yang sama dengan pasangan sebelumnya. Seterusnya hingga informasi yang kita inginkan terpenuhi. Hal tersebut akan memberikan data lebih lengkap. Seperti yang dilakukan di Desa Pekan Tanjung Beringin bahwa informan kunci I-1 akan diwawancarai mengenai kehamilan tidak diinginkan, selanjutnya dari informan ini akan diminta menunjukkan siapa yang pernah terkena kehamilan tidak diinginkan. Informan I-1 menyarankan ke informan I-2 dan begitu selanjutnya hingga hasil memenuhi.

3.5 Instrumen Penelitian

Sesuai karakteristik penelitian kualitatif yaitu instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, dalam hal ini peneliti merupakan perencana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan akhirnya menarik kesimpulan dari hasil pendataan. Peneliti adalah tangan pertama yang melacak tentang determinan yang menyebabkan kejadian kehamilan tidak diinginkan pada pasangan menikah di desa tersebut.

(5)

kehamilan tidak diinginkan. Dalam penelitian ini digunakan pedoman wawancara dengan pertanyaan terbuka yang memungkinkan setiap pertanyaan mengenai kehamilan tidak diinginkan pada pasangan tersebut berkembang ke arah yang lebih spesifik. Selain pedoman wawancara peneliti menggunakan catatan lapangan yang digunakan untuk mencatat apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data yang berkaitan dengan masalah kehamilan tidak diinginkan. Peneliti juga menggunakan alat perekam sebagai alat bantu merekam hasil wawancara dengan informan.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unti, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

Metode analisis data dalam penelitian ini mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman (2014), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tujuan tuntas, sehingga datanya jenuh.

Komponen analisis data terdiri dari : 1. Reduksi Data

(6)

catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Pada penelelitian penyajian data penelitian kejadian kehamilan tidak diinginkan ini dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, grafik, matriks, dan bagan.

3. Verifikasi atau Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data kehamilan tidak diinginkan berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal yang didukung oleh bukti-bukti valid pada saat survey pendahuluan serta data dari puskesmas dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

(7)

seksama dan makan tenaga dengan peninjauan kembali. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya.

3.7 Pengujian Kredibilitas Data

Dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah manusia, karena itu yang diperiksa adalah keabsahan datanya. Untuk menguji kredibilitas data penelitian peneliti menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah menjaring data dengan berbagai metode dan cara dengan menyilangkan informasi yang diperoleh agar data yang diharapkan lebih lengkap dan sesuai yang diharapkan. Setelah mendapatkan data yang yang jenuh yaitu keterangan yang didapatkan dari sumber-sumber data telah sama maka data yang didapatkan lebih kredibel.

(8)
(9)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS DATA

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis Desa Pekan Tanjung Beringin

Kecamatan Tanjung Beringin merupakan bagian dari Serdang Bedagai yang mana luas kecamatan merupakan 3.9 persen dari luas Kabupaten Serdang Bedagai. Kecamatan Tanjung Beringin terbagi menjadi 8 desa. Salah satunya adalah Desa pekan tanjung beringin, desa ini memiliki luas wilayah sebesar 3300 km² atau sekitar 4,44 % dari luas kecamatan tanjung beringin. Desa pekan tanjung beringin memiliki 15 dusun. Dari data yang ada, Desa Pekan Tanjung Beringin merupakan desa dengan luas wilayah terkecil namun memiliki jumlah penduduk terbanyak dibandingkan desa yang lain. Gambaran desa dijelaskan dibawah ini :

Tabel 4.1 Gambaran Desa Pekan Tanjung Beringin

Sumber : Profil Data Diolah Desa Pekan Tanjung Beringin 2016

(10)

masyarakat setempat. Kehamilan tidak diinginkan terjadi karena pengetahuan yang rendah dan terlihat dari pendidikannya, berikut paparan distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan.

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Pekan Tanjung Beringin Tahun 2016

Sumber : Profil Desa Pekan Tanjung Beringin Tahun 2016

Dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa penduduk di desa Pekan Tanjung Beringin terbesar adalah tamat Sekolah Dasar berjumlah 4769 orang (31.79%), dan penduduk SLTP adalah penduduk terbesar kedua 2507 orang (16.71%) sementara itu jumlah terkecil adalah penduduk Strata II berjumlah 1 orang (0,01%). Penduduk yang tidak/belum tamat sekolah berjumlah 2824 orang (18.83%). Pendidikan adalah kepentingan untuk mempunyai hidup yang lebih baik. Apabila pendidikan rendah maka kepeduliaan akan hal kehamilan tidak diinginkan akan terabaikan. Informasi mengenai kehamilan yang baik dan sesuai dengan yang dianjurkan dianggap tidak menarik disebabkan pendidikan yang rendah sehingga keingintahuan kurang. Pendidikan juga berkaitan dengan pekerjaan seseorang. Semakin tinggi pendidikan maka semakin baik pula

No Kelompok Jumlah

1 Tamat SD / Sederajat 4769

2 Tidak / Belum Sekolah 2824

3 SLTP/Sederajat 2507

4 SLTA / Sederajat 2293

5 Belum Tamat SD/Sederajat 2234

6 Diploma IV/ Strata I 223

7 Akademi/ Diploma Iii/S. Muda 113

8 Diploma I / II 37

9 Strata II 1

(11)

pekerjaan yang dimiliki sehingga ekonomi keluarga semakin baik. Karena mendapatkan pekerjaan syarat utamanya adalah pendidikan. Berikut adalah paparan penduduk dengan jenis pekerjaannya :

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Pekan Tanjung Beringin Tahun 2016

No Kelompok Jumlah

1 Belum/Tidak Bekerja 4263

2 Wiraswasta 3376

3 Mengurus Rumah Tangga 2888

4 Pelajar/Mahasiswa 2751

5 Nelayan/Perikanan 833

6 Petani/Perkebunan 242

7 Pegawai Negeri Sipil (Pns) 145

8 Buruh Nelayan/Perikanan 100

9 Perdagangan 66

15 Buruh Tani/Perkebunan 33

16 Pedagang 16

24 Tentara Nasional Indonesia (Tni) 4

(12)

36 Anggota Dprd Kabupaten/Kota 1

37 Peneliti 1

Tabel 4.3 Lanjutan

38 Pialang 1

39 Pengacara 1

40 Kepala Desa 1

TOTAL 15001

Sumber : Profil Desa Pekan Tanjung Beringin Tahun 2016

Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan penduduk di Desa Pekan Tanjung Beringin terbesar adalah kategoti belum/tidak bekerja berjumlah 4263 orang (28.42%). Jenis pekerjaan yang paling tinggi adalah wiraswasta berjumlah 3.376 orang (22.51%), dan terbesar kedua adalah penduduk yang bekerja sebagai ibu rumah tangga berjumlah 2.888 (19.25%). Sementara itu penduduk yang bekerja sebagai tukang batu, pelaut, dosen, tukang las, anggota DPRD, peneliti, pialang, pengacara dan kepala desa yaitu masing-masing 1 orang (0.01%) dari total seluruhnya.

(13)

sejahtera, hal ini menunjukkan bahwa dibandingkan kategori ekonomi lain, warga yang masuk dalam kategori ekonomi pra sejahtera masih lebih banyak. Berikut adalah gambaran ekonomi masyarakat di Desa Pekan Tanjung Beringin.

Gambar 4.1 Gambaran Ekonomi Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin

Sumber: Serdang Bedagai dalam angka 2015

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa masyarakat di Desa Pekan Tanjung Beringin paling banyak masyarakatnya berada di keluarga pra sejahtera sebanyak 29,4%. Keluarga pra sejahtera merupakan keluarga yang belum dapat memenuhi secara minimal, seperti kebutuhan akan spritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB. Selanjutnya keluarga sejahtera I yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat tinggal dan transportasi. kehamilan tidak diinginkan terjadi salah satunya dikarenakan masalah ekonomi. Ibu yang tidak memeriksakan

29,4; 29%

26,1; 26% 28,7; 29%

11,7; 12%

3,8; 4%

Diagram keluarga sejahtera desa pekan

Pra sejahtera Sejahtera I

(14)

kehamilannya ke pelayanan kesehatan dikarenakan ekonomi yang kurang. Sehingga banyak terjadi komplikasi ketika persalinan. Apabila terjadi kehamilan alasan yang menjadikan kehamilan tersebut menjadi tidak diinginkan karena ekonomi. Beban tanggungan bertambah sedangkan pemasukan keluarga cenderung menetap bahkan berkurang. Masyarakat tidak menggunakan alat kontrasepsi karena keuangan tidak cukup dan pemeilihan alat kontrasepsi lebih dipilih PIL dan suntik dikarenakan harga lebih terjangkau berkisar Rp 15.000 – Rp 25.000,-. Sedangkan alat kontrasepsi menurut hasil penelitian adalah alat yang tinggi tingkat kegagalannya sehingga mudah terjadi kehamilan tidak diinginkan.

Selain ekonomi, alasan untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi adalah karena agama. Berikut adalah paparan penduduk berdasarkan agama :

Tabel 4.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Pekan Tanjung Beringin Tahun 2016

No Kelompok Jumlah

1 Islam 14154

2 Kristen 659

3 Katholik 33

4 Hindu 1

5 Budha 154

TOTAL 15001

Sumber : Profil Data diolah Desa Pekan Tanjung Beringin Tahun 2016

(15)

merupakan salah satu alasan masyarakat tidak menggunkan alat kontrasepsi. Bagi yang beragama islam tidak ada aturan agama yang menganjurkan kehalalan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Sehingga fatwa dijadikan alasan untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi.

4.1.2 Fasilitas Kesehatan

Selain gambaran wilayah, berikut adalah gambaran sarana kesehatan di Desa Pekan Tanjung Beringin, banyaknya sarana kesehatan akan menjadi tolak ukur bagaimana pelayanan kesehatan dapat terjamaah oleh warga yang tinggal di desa ini.

Desa Pekan Tanjung Beringin memiliki beberapa sarana kesehatan. Jumlah sarana kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Fasilitas Kesehatan di Desa Pekan Tanjung Beringin 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang paling banyak adalah posyandu sebanyak 7 unit, balai pengobatan / poliklinik 5 unit,

Desa Pekan Tanjung Beringin

Sarana Kesehatan Jumlah

1. Puskesmas 1

2. Puskesmas pembantu -

3. Balai pengobatan / Poliklinik 5

4. Praktek dokter -

5. Praktek bidan 5

6. Posyandu 7

7. Petugas Lapangan Keluarga Berencana

(16)

praktek bidan 5 unit dan puskesmas 1 unit serta 1 kantor PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana). Tidak terdapat rumah sakit dan praktek dokter.

Puskesmas yang telah ada di Desa tidak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat disana dengan alasan dimanfaatkan tetapi tidak memberi manfaat atau pemberian obat gratis tetapi tidak memberikan efek positif bagi kesehatan akhirnya berdampak negatif pada pemeriksaan kehamilan atau pemasangan alat kontrasepsi. Masyarakat tidak akan memeriksakan kehamilannya di pusksesmas dengan alasan murah tapi takut lebih baik bayar tapi hasilnya terlihat.

(17)

4.1.3 Pengguna Aktif Alat Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap, yang mana dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis. Menggunakan alat/obat ataupun dengan cara operasi (Wiknjosastro,2006).

Sedangkan pengguna aktif alat kontrasepsi dalah pasangan usia subur (PUS) yang pada saat ini masih menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi dengan tujuan untuk pencegahan kehamilan. Dibawah ini dipaparkan pengguna aktif di Desa Pekan Tanjung Beringin berdasarkan jenis alat kontrasepsi :

Tabel 4.6 Pengguna Aktif Alat Kontrasepsi

NO Alat Kontrasepsi Persentase (%) Jumlah Pengguna

1 PIL 21 379

2 Suntik 20 361

3 Kondom 10 181

4 Implant 6 109

5 IUD 8 145

6 MOW 3 55

7 MOP 2 36

(18)

Pekan Tanjung Beringin pada tahun 2016 sebayak 1805. Sedangkan jumlah pengguna KB di Desa Pekan Tanjung Beringin adalah 1263 orang (70%) dan yang tidak menggunakan KB sebanyak 542 orang (30%). Jika dilihat dari data diatas, Pasangan Usia Subur lebih banyak yang menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek (kondom, pil, dan suntik) tingkat kegagalan dari metode ini masih sangat besar dibandingkan dengan metode kontrasepsi jangka panjang (implant, IUD, MOW dan MOP). Ketidaktertarikan masyarakat dan ketidakseriusan dalam penggunaan alat kontrasepsi membuat semakin maraknya kehamilan yang tidak diinginkan. Kabanyakan masyarakat lebih memilih menggunakan metode jangka panjang ketika sudah mempunyai anak 3 atau 4 dan telah mengalami kehamilan tidak diinginkan sebelumnya.

4.2 Informan Penelitian

Informan yang terlibat dalam penelitian ini sudah sesuai dengan kriteria yang telah peneliti tetapkan. Keseluruhan informan dalam penelitian berjumlah 9 orang, yakni 4 orang istri dari pasangan menikah yang pernah mengalami kehamilan tidak diinginkan dan 5 informan tambahan yang terdiri dari 3 suami dan 2 bidan. Dalam tahapan analisis ini peneliti akan menjelaskan identitas informan karena identitas informan merupakan faktor yang sangat penting untuk diketahui dalam suatu penelitian, dari data informan ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran awal. Untuk menjelaskan karakteristik dari tiap-tiap informan maka penulis menggunakan kode informan, yang mana kode ini dimulai dari I-1 sampai dengan I-9. Dengan tujuan memudahkan penulis untuk memaparkan hasil wawancara sesuai dengan kodenya masing-masing.

(19)
(20)

hubungan

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa karakteristik informan utama dimulai dari usia saat wawancara, usia saat kehamilan tidak diinginkan berapa kali mengalami KTD, anak keberapa yang hamilnya tidak diinginkan, penyebab dari kehamilan tidak diinginkan dan jumlah anak saat ini.

(21)

menggunakan alat kontrasepsi karena alasan fatwa agama islam yang belum memberikan label halal untuk digunakan.

Informan I-2 pada saat diwawancarai berusia 38 tahun, pada saat wawancara anak keempatnya yang hamilnya tidak diinginkan berusia 7 bulan. Informan mengalami kehamilan tidak diinginkan berulang yaitu sebanyak dua kali, terjadi pada anak ke dua dan ke empat. Menurut informan penyebab kehamilan tidak diinginkan karena tidak menggunakan alat kontrasepsi dikarenakan orang tua yang melarangnya untuk menggunakan sebelum mengalami haid pertama setelah melahirkan anak pertamanya. Menurut orang tua ketika seorang wanita pertama kali melahirkan dan belum mensturasi pertama setelah kelahiran itu maka dianggap rahim belum kering dan tidak boleh menggunakan KB. Selanjutnya tidak menggunakan KB karena setelah melahirkan anak ketiga selama tujuh tahun tidak pernah mengalami haid akhirnya memutuskan untuk membuka alat kontrasepsinya dan berakhir dengan kehamilan. Saat ini jumlah anak empat orang.

(22)

Setelah kelahiran anak pertama informan memutuskan untuk menggunakan alat kontrasepsi PIL karena menurutnya PIL adalah alat yang paling enak digunakan dan tidak ada rasa ketakutan karena pada saat sakit juga sering mengonsumsinya. Tetapi kehamilan tidak diinginkan yang terjadi menurutnya disebabkan oleh kegagalan alat kontrasepsi yang digunakannya. Informan tidak patuh untuk meminum setiap hari karena disibukkan dengan mengurus anak yang jaraknya sangat berdekatan. Sesuai dengan yang disebutkan oleh BkkbN tahun 2007 bahwa PIL merupakan alat kontrasepsi yang paling tinggi tingkat kegagalannya.

Infroman I-4 diwawancara pada saat usia 21 tahun, mengalami kehamilan tidak diinginkan pada saat kehamilan anak keduanya. Informan mengetahui kehamilannya ketika usia kehamilan 5 bulan. Kehamilan itu bisa terjadi karena kegagalan alat kontrasepsi. Menurut informan pada saat itu sedang menggunakan alat kontrasepsi suntik yang tidak pernah telat.

(23)
(24)

muda yaitu

Berdasarkan tabel diatas bahwa informan yang pernah mengalami kehamilan tidak diinginkan mempunyai alasan sehingga kehamilan tersebut tidak diinginkan kehadirannya. Selanjutnya setelah informan mengetahui kehamilan tersebut maka informan akan bertindak menghentikan kehamilannya atau memilih untuk tidak melanjutkan atau pun kehamilan gagal untuk di gugurkan tetapi tidak melakukan pemeriksaan kehamilan di petugas kesehatan. Karena kehamilan ini tidak diinginkan dan ada upaya untuk mengakhiri maka kehamilan ini akan mempunyai dampak yang besar terhadap kesehatan ibu dan anaknya.

Tabel 4.8 Karakteristik Informan Tambahan (Suami)

Kode

(25)

tidak diinginkan. Tidak beradanya suami dirumah ternyata memberikan efek yang besar. Istri yang telah mengalami kehamilan tidak diinginkan ini selalu beranggapan ini adalah anak bersama dan harus di urus bersama. Kejauhan suami menyebabkan istri semakin tidak memperdulikan anak yang telah dilahirkannya. Sehingga anak tersebut terabaikan.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa karakteristik informan utama dimulai dari usia saat diwawancara, pendidikan terakhir, agama, pekerjaan, partisipasi menggunakan alkon, dukungan menggunakan alat kontrasepsi.

Informan I-5 diwawancara pada saat usia 55 tahun, pekerjaan informan adalah seorang nelayan yang bekerja mencari ikan selama tiga sampai seminggu di laut dikarenakan tidak boleh kembali apabila ikan tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh bosnya, sebenarnya informan ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih memastikan tetapi karena berpikir pendidikan hanya tamat sekolah dasar tidak akan ada pekerjaan yang didapatkannya kecuali pekerjaannya sekarang. Informan telah menikah dengan istrinya selama 23 tahun tetapi selama itu dia tidak pernah berpartisipasi untuk menggunakan alat kontrasepsi pada saat berhubungan suami istri. Dia beranggapan bahwa kontrasepsi hanya keperluan perempuan.

(26)

untuk melaut. selama menjadi suami tidak pernah berpartisipasi menggunakan kondom dalam berhubungan. Dan setelah kelahiran anak ke 3 informan melarang istri untuk menggunakan alat kontrasepsi, sebab suami banyak melihat pengaruh jelek yang dialami oleh istri.

Informan I-7 yang merupakan pasangan muda, di usia 22 tahun sudah mempunyai anak 2 orang. Anak yang ke 2 merupakan anak yang tidak diinginkan kehadirannya. Dikarenakan istri kegagalan KB yang tidak disiplin untuk meminum PIL, suami tidak pernah mengingatkan. Pernah berpartisipasi menggunakan KB tetapi tidak merasakan kenyamanan, akhirnya memutuskan untuk tidak akan menggunakan kondom lagi.

Tabel 4.9 Karakteristik Informan Tambahan (Bidan)

Kode Informan

Usia Saat

Diwawancara Pendidikan Terakhir Agama Pekerjaan

Lokasi pekerjaan

I-8 50 Tahun DIII/Akademi Kebidanan Islam Bidan/PNS Puskesmas dan Klinik

I-9 40 Tahun DIII/Akademi Kebidanan Islam Bidan/PNS Klinik dan PLKB

Berdasarkan tabel diatas terkait dengan karakteristik informan tambahan pada bidan dimana informan melakukan pemeriksaan kehamilan, konsultasi alat kotrasepsi dan bidan yang paling dipercaya dipercaya oleh masyarakat setempat.

(27)

klinik maka dia akan bekerja dirumah. Kebanyakan dari masyarakat lebih memilih untuk melakukan pelayanan kesehatan di klinik. Karena menurut mereka di puskesmas memang terkena biaya yang murah tetapi kemurahan itu dianggap ketakutan bagi mereka. Murah tetapi tidak sembuh. Akhirnya klinik informan selalu ramai di kunjungi oleh masyarakat setempat. Di papan praktek dikatakan bahwa klinik buka setiap hari kecuali hari libur tetapi kenyataannya klinik lebih sering tutup daripada buka. Keseringan sudah banyak yang datang dari jauh tidak berhasil mendapatkan pelayanan.

(28)

4.3 Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah

Hasil penelitian yang dilakukan di desa Pekan Tanjung Beringin terhadap 9 informan yang terderi dari 4 informan utama yaitu istri yang pernah mengalami kehamilan tidak diinginkan. 5 informan tambahan masing masing 3 suami dan 2 bidan. Hasil penelitian secara garis besar dapat digambarkan melalui skema di bawah ini :

Gambar 4.2 Hasil Penelitian

Kehamilan merupakan kodrat seorang wanita sebagai salah satu fase kehidupan dan merupakan fase reproduksi manusia yang berfungsi sebagai manusia baru di dunia. Banyak perubahan yang terjadi selama proses kehamilan sampai bayi dilahirkan, baik perubahan fisik maupun psikososial akibat dari pertumbuhan dan perkembangan janin. Banyak faktor yang mempengaruhi

(29)

kehamilan, dari dalam maupun luar yang terjadi pada kehamilan dapat berdampak pada aspek psikologis kehamilan.

Kehamilan dibagi menjadi 2 yaitu kehamilan diinginkan dan kehamilan tidak diinginkan. Pada kehamilan yang tidak diinginkan terdapat dua kondisi yaitu kehamilan tidak tepat pada waktu (belum menginginkan saat itu) dan tidak menginginkan sama sekali. Dalam Penelitian ini di fokuskan untuk kehamilan tidak diinginkan dan hasil penelitian ini menemukan dua kondisi kehamilan tidak diinginkan tersebut. Perilaku ibu hamil sangat berperan dalam perilaku perawatan kehamilan dan perawatan bayinya. Masalah psikososial dapat berdampak pada perkembangan janin, kesehatan ibu dan perawatan bayi hingga balita.

KTD atau Kehamilan Tidak Diinginkan adalah suatu kondisi pasangan yang tidak menghendaki adanya kehamilan yang merupakan akibat dari suatu perilaku seksual baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Kondisi tersebut dapat menimpa siapa saja, baik yang sudah menikah maupun belum, baik remaja, pasangan muda, ibu–ibu setengah baya, dan dari golongan mana pun ( Ma‟ shum, 2002 ).

(30)

kecil, takut karena kekerasan dalam rumah tangga, takut pada orangtua atau pada masyarakat). Sebenarnya Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) bukan hal yang baru, namun saat ini seakan–akan menjadi berita baru karena jumlah kasus yang

„mulai‟ terungkap di permukaan kian besar (Tito, 2003).

Kehamilan Tidak Diinginkan KTD) banyak terjadi karena pola hubungan suami- istri tidak seimbang, yang mengakibatkan hubungan seksual sebagai awal terjadinya kehamilan seringkali dipahami sebagai kewajiban(agama) istri saja. Istri diposisikan untuk melayani suami kapan saja sementara akibat dari hubungan ini (antara lain KTD) hanya istri seorang yang menanggung.

Pada hasil penelitian yang dilakukan kepada 4 informan utama dan penjelasan dari informan tambahan (bidan) bahwa kehamilan tidak diinginkan ini dikarenakan faktor dibawah ini:

4.3.1 Penyebab Kehamilan Tidak Diinginkan

Terjadinya suatu kejadian yang tidak diharapkan pasti ada penyebab yang mendasarinya, begitu pula dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan pada pasangan menikah, hasil penelitian ini yang menjadi penyebab kehamilan tidak diinginkan menurut informan adalah sebagai berikut :

4.3.1.1 Kegagalan KB

(31)

Sesuai dengan hasil wawancara :

Tabel 4.10 Kegagalan Kontrasepsi

Informan Jawaban

I-1

Iya, pas hamil yang cacat itu sama anak ke tiga kakak pake KB posisinya. Heran juga kenapa kok bisa hamil yakan. Padahal udah dikasi alat untuk menahan kehamilannya, berarti kalo gak pake KB pun gak papalah. Bayar tetap lanjut tiap bulan, tapi bisa juga hamil. Bidannya juga gak ada nyeritain kalo pakek KB masih bisa tetap hamil, gak dikasi tau juga tipsnya menjaga KB biar tetap aman. Jadinya banyak kasus kek kakak ini, kebobolan la yakan namanya. Kalo suntiknya tiap bulan lancarnya di lakukan, langsung ke bidan. Kalo KB nya yang rusak gak mungkinla disuntikkan ke kakak. Ntah pun karna waktu itu terlalu sering berhubungan ntah gimana. Waktu itu sekali suntik 15 ribu di bidan Dewi. Kalo di puskesmas katanya gratis, tapi udah biasa di bidan itu ya disitu ajalah, males ganti-ganti. Orang disini juga seringnya disana.

I-3

Iya memang pas ketauan hamil itu aku lagi pake KB, makanya gak yakin juga kok hamil. Tapi ya ada tanda-tanda nya, pusing, mual gampang lelah. Iya salah aku juga sih selalu bolong-bolong minum pilnya. Bidannya pas aku beli pil dikasi taunyo jangan terlupa minum pilnya, nanti menjadi. Ku dongar tapi namanya manusia terlupo. Kalo terlupa gini mau ganti KB la implant itu disuruh tapi tak berani, soram betul itu. Tak ondak la.

Pil itu pun belila tiap habis. 5 ribu sekali beli. Tak ondak la yg dari puskesmas itu gratis, takut jugo beda yang dikasinya itu. I-4 Gak tau salahnya dimana kak, suntik lancar kan. Kalo rusak KB

nya masa disuntikkan, gitulah kak. Heran juga, tapi lupa mau nanya ke bidannya kok bisala menjadi anak padahal KB totap.

I-8

(32)

pasien ingin menggunakan KB tetapi alat tidak ada, ya itu pernah terjadi.

Kami sudah selalu mengingatkan mengenai keluarga berencana ini kepada masyarakat, tetapi kami tidak selalu mengontorol dikarenakan saya bekerja di dua tempat. Klinik saya dan dipuskesmas. Jikalau dari puskesmas kami tidak sanggup untuk terus memonitoring agar tidak terjadi kegagalan KB lagi sebab yang mau di urus bukan sedikit.

I-9

Kegagalan KB itu banyak terjadi di kalangan masyarakat, saya sering mendapatkan keluhan tersebut. Saya juga gak tau harus bagaimana, banyak keluhan tentang efek samping dari KB ini, saya suruh la buka aja, eh udah dibuka terjadi kehamilan. Rusak.. sepertinya tidak pernah. Iya dulu pernah la terjadi. Tapi saya juga sudah lupa ceritanya bagaimana. Kalo ketersediaan alat itu pasti ada. Pil dan suntik selalu full. Karna itulah yang selalu ditanya ibu-ibu kalo mau menggunakan KB.

Nah kegagalan KB ya pasti selalu ada, namanya buatan manusia juga pasti ada rusaknya. Tetapi tergantung juga bagaimana pemakaiannya. Misalnya ada yang ingin ber KB tetapi sebelum ber KB dia udah berhubungan dulu. Baru dipasangnya.

Berdasarkan tabel diatas bahwa ketiga informan yang mengalami kehamilan pada saat menggunakan KB ketiganya mengatakan tidak mengerti mengapa hal tersebut bisa terjadi, sebab informan meyakini KB tersebut dapat membantu untuk menunda kehamilan sampai waktun yang diinginkan seperti yang diutarakan oleh petugas kesehatan yang pernah memberikan informasi pada informan maupun saat pemeriksaan kehamilan maupun pada saat persalinan.

(33)

terlebih dahulu dengan alasan tidak dalam masa usia subur. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehamilan itu terjadi bukan hanya ketika dalam masa usia subur.

Hasil wawancara diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Heny Lestary tahun 2005. Kegagalan kontrasepsi dengan kehamilan tidak diinginkan mempunyai hubungan yang. Ia menyatakan bahwa ibu yang mengalami kegagalan kontrasepsi cenderung untuk mengalami kehamilan tidak diinginkan sebesar 3,2 kali lipat dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami kegagalan kontrasepsi. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Abbasi-Shavazi tahun 2004 yang melakukan penelitiannya di Iran menyatakan 67,2% responden yang mengalami kehamilan tidak diinginkan menggunakan kontrasepsi sebelum kehamilan terjadi. Hasil analisis tambahan juga menunjukkan bahwa kegagalan kontrasepsi terjadi pada pengguna pil (50,6%), kondom (15,2%), suntik (8,9%), susuk KB (2%), dan lain-lain (23,4%). Jika dilihat dari angka tersebut kegagalan kontrasepsi lebih banyak terjadi pada pengguna alat kontrasepsi non MKJP.

Hal diatas juga sesuai dengan data SDKI tahun 2012 mengenai pengetahuan KB cara modern berdasarkan usia, bahwa suntik dan pil adalah cara KB modern yang paling diketahui oleh masyarakat di semua golongan usia, termasuk risiko tinggi diatas 35 tahun.

(34)

paling efektif untuk mencegah kehamilan, kemungkinan gagal dapat terjadi disebabkan oleh berbagai faktor yang berhubungan dengan teknologi dan cara penggunaan metode kontrasepsi itu sendiri (WHO, 2003).

Artinya Kegagalan kontrasepsi banyak terjadi pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi dan berstatus pengguna aktif. Faktor kegagalan itu bisa terjadi karena alat maka diperlukan kekonsistenan tinggi dalam pemakaiannya, orang yang menggunakan tidak rutin ataupun tenaga medis yang tidak ahli dalam memasang.

4.3.1.2 Tidak Menggunakan KB

Kehamilan tidak diinginkan berpeluang besar terjadi pada pasangan yang tidak menggunakan KB. Ketika pasangan melakukan hubungan suami istri pada saat tidak dalam masa subur kehamilan itu tetap bisa terjadi. Pasangan tidak menggunakan KB kebanyakan dengan alasan keuangan yang tidak cukup, dilarang oleh suami dan keluarga, tenaga kesehatan yang tidak kompeten dalam pemasangan alat dan tidak tahan dengan efek samping akhirnya memutuskan untuk tidak menggunakannya.

Berikut adalah hasil wawancara terhadap informan yang mengalami kehamilan tidak diinginkan karena tidak menggunakan alat kontrasepsi :

Tabel 4.11 Tidak Menggunakan Alat Kontrasepsi

Informan Jawaban

I-1

(35)

gak pulang. Dia mencari ikan dilaut. Mungkin dia rindu terus diajaknya kakak ya gak mungkin ditolak namanya suami. Disitulah mungkin jadinya. Tapi mungkin siap ini udah gak pala mau lagi dia itu. Karna anak kami pun udah betambah tapi kondisi kami kek gini terus. Kakak siap ini tetap gak akan pake KB karena katanya KB itu belum halal menurut agama kan,. Nanti ada apa – apa di awak tak diterima tuhan pula. Hahaha....

I-2

Pas hamil anak kedua memang gak pake KB karna kata mamak ibuk janganla dulu pake KB kalau belum haid pertama setelah melahirkan. Katanya banyakla alasannya, ibukkpun lupa. Terus itu yaudahla ibuk ikutin dibilang mamak ibuk. Namanya juga orang tua kan, ya pasti kadang ada betulnya juga. Ada memang

cara KB alami namanya, tapi dengar” aja, gak tau caranya bagaimana. Tak ado yang menjelaskan. Jadi diajak suami berhubungan tak mungkin ditolak rin, dia pun tak pake kondom. Terjadilah kebobolan itu. Padahal anak pertama masih kocik.

Kalo yang terakahir ini beda ceritanya rin, kan gini antara anak ke 3 sama anak terakhir ini kan 7 tahun. Jadi selama 7 tahun it ibu pake KB suntik. Tapi selama itu tak pernah ibu haid. Jadi ibuk pengen kalila haid, karna kalo gak haid inikan badan makin gendut.. suami pun jadinya marah kalo ibuk selalu mengeluh kan. Jadi dibilangnyalah jangan pake KB KB itu lagi. tak guna. Siap itu tak dikasinyo lagi ibu pake.

Hah udah gitu ibu konsultasi sama bidan, katanya buka ajalah dulu, nanti pasang lagi. Udah gitu kan sebulan pertama haid, selanjutnya tidak. Padahal selama kb itu dilepas kami tidak berhubungan. Tapi 2 hari sebelum KB itu dilepas memang ada

la kami berhubungan. Ya ibuk rasa itula sisa”nya yakan.

Terbentuknya pas KB nya udah dibuka.

I-8

Kehamilan tidak diinginkan ini bisa terjadi pada pengguna KB, apalagi pada tidak pengguna KB makin mudah terjadinya. Walaupun kita tidak dalam masa subur melakukan hubungan seksual tetap bisa terjadi kehamilan. Percayalah, dan itu sudah terbukti.

I-9

Tidak menggunakan alat kontrasepsi karena takut efeknya. Saya juga gak tau harus bagaimana, banyak keluhan tentang efek samping dari KB ini, saya suruh la buka aja, eh udah dibuka terjadi kehamilan. Saya menyarankan untuk menggunakan MKJP semua pada ketakutan, mereka berpendapat bahwa MKJP itu menakutkan, memang saya belum pernah menggunakannya tetapi menurut riset itu bisa membantu mencegah terjadinya konsepsi dan lebih akurat ketimbang non MKJP.

(36)

adalah biaya cuci tangan kami ajanya.

Kalau masalah halal atau tidaknya kami sering ikut pelatihan di Kabupaten tentang masalah kaitan agama dengan penggunaan KB ini. Memang asal ditanya ustadz yang dilatih oleh BKKBN

I-9

tidak pernah mau menjawab. Selalu berpaling, kalau fatwa memang tidak ada dikeluarkan. Tetapi niatnya untuk menjarangkan anak diperbolehkan. Tetapi untuk mengehentikan itu saya pribadi belum tahu.

Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa informan (I-1, I-2) pernah mengalami kehamilan tidak dan mereka mengakui ketika itu tidak menggunakan KB sebagai penahan terjadinya kehamilan ketika kita tidak menginginkannya. Informan (I-1) tidak menggunakan KB pada saat itu dikarenakan suami yang jarang pulang dan usia suami yang sudah tua diperkirakan tidak akan mengingat dan meminta untuk melakukan hubungan suami istri. Hal yang tidak terduga pun terjadi dan informan tidak mampu untuk menolak.

Informan (I-2) mengatakan bahwa kehamilan yang dirasakannya itu merupakan kehamilan tidak menggunakan KB. Padahal pada saat itu informan ingin menggunakan KB tetapi dilarang oleh sang ibunda dengan alasan, tunggu haid pertama setelah hamil ini dulu baru boleh pake KB biar baik kandungannya. Dengan rasa terpaksa informan mengikuti permintaan ibunda. Kehamilan yang terakhir ini terjadi karena selama 7 tahun informan tidak pernah mengalami haid dan ingin mengalami itu lagi akhirnya disarankan oleh bidan untuk tidak menggunakan KB. Efek dari KB ini membuat badan informan bertambah gemuk.

(37)

dikarenakan kurangnya akses ke pelayanan kesehatan, dimana para ibu mengatakan mereka tidak memiliki uang atau tidak sanggup untuk beberapa metode kontrsepsi modern yang efektif, seperti pil pengontrol kelahiran yang diresepkan saat kunjungan ke dokter. Banyak wanita yang tidak puas dengan metode kontrasepsi yang ada, sehingga dapat memicu missing-nya pil KB.

Faktor agama dan gender juga turut mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi (Kusmiran, 2011). Salah satu subyek penelitian mengatakan bahwa dirinya diminta untuk berhenti menggunakan alat kontrasepsi tersebut berpengaruh terhadap penurunan gairah seksual. Sesuai dengan hasil wawancara dengan informan I-1 yang tidak ingin lagi menggunakan KB dikarenakan informan mendengar bahwa KB belum dihalalkan oleh agama islam. Sedangkan informan I-9 memaparkan keterkaitan dengan agama bahwa fatwa yang mengatur memang tidak ada, tetapi KB itu diperbolehkan dengan niat menjarangkan tidak menghentikan. Faktor gender juga menyebabkan informan I-2 tidak menggunakan alat kontrasepsi, disebabkan efek yang membuat ibu tidak nyaman sehingga suami melarangnya untuk menggunakan alat kontrasepsi.

Hal diatas dapat diartikan bahwa tidak ingin mempunyai anak tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi sebagai cara untuk menjarangkan kehamilan atau menghambat pertemuan antara sel telur dan sperma. Penggunaan metode kontrasepsi tradisional atau tanggal masa tidak subur tidak menjadi penentu kehamilan tidak terjadi. Pada saat tidak masa subur menurut kalender juga dapat terjadi kehamilan, dan menjadi kehamilan tidak diinginkan.

(38)

Keterlibatan pria didefinisikn sebagai partisipasi pengambilan keputusan KB, pengetahuan pria tentang KB dan penggunaan kontrasepsi pria. Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi pria tidak hanya dalam hal pemakaian alat kontrasepsi saja tapi juga dalam hal pengambilan keputusan berKB oleh istri ataupun dengan pengetahuan yang dimiliki oleh pria tentang KB digunakan untuk membantu mensosialisasikan program-program KB. Keterlibatan pria dalam KB diwujudkan melalui perannya berupa dukungan terhadap KB dan penggunaan alat kontrasepsi serta merencanakan jumlah anak dalam keluarga.

Tabel 4.12 Partisipasi Menggunakan Alat Kontrasepsi

Informan Jawaban

I-5

untuk harus mengurus dia mau pake KB atau gak itu tak la urusan aku lagi. Aku Cuma taunya nyari duitlah. Terus ku kasi sama dia.

Kalo pas berhubungan gitu aku tak la pernah mau pake pake itu, tak ada duit ondak boli. Tak sempat jugo untuk berpikir nyari itu dolu. Kalo ondak itu kadang suka-suka tetiba, karna awak jugo jarang dirumah, sepala pulang dia mengalir gitu saja. Jadinya aku juga tak pande pake nya gimana. Gak pernah tau gak pernah dengar gak pernah jugo mau ikut ikut kalo penyuluhan gitu.

I-6

Gak pernah pake itu. . gak mau, gak paham juga. Awalnya aku setuju kalo ibukmu mau pake KB. Tapi tak tau KB apa apa aja itu, terserah ibukmu ajalah. Dia lah yang tau itu kan. Awak tak paham. Biasanya mamak mamak ini banyak taunya kan. . . gosip sajanyooo.. gosip tapi kesusahan membolinya, tapiya lama kelamaan aku gak suka pula liatnya, banyak kali perubahan dia jadi kusuruh gak usah pake lagi.

I-7

Pernah, pernah nyoba sekali, tapi tak enak. Beli kurasa. Aku belinya harga 25ribu di indomaret lupa aku namanya apo, tapi yang ku tau itu lah dia jadi ku ambil aja. Di tengok tengok orang pun buat aku marah. Aku tau pasal itu dikasi tau kawan kawan yang sering ngelakukan hubungan pake itu. Biar menunda hamilla katanya.

I-8

(39)

kurang. Mereka yang apabila dikumpulkan selalu berpikir bantuan dana, bantuan dana. Jadi tidak mau bergabung kalau pemberitahuan KB. Tapi kami sellau berusaha untuk menurunkan tingkat kelahiran di desa ini.

Mengenai istri yang datang untuk menggunakan KB, saya tidak pernah menanyakan atas izin suami atau tidak. Karena saya pikir hal itu sudahlah menjadi perbincangan di rumah tangga mereka. Terkecuali kalao penggunaan metode jangka panjang. Suami layak tahu.

I-9

Kami selalu melakukan pemasangan KB gratis, ya tetap saja minat dari masyarakat hanya untuk pil dan suntik yang kemungkinan gagal dan merasakan kegagalan itu besar.

Kondom selalu ada stok di kantor kami, dan itu selalu gratis tetapi nyatanya hingga expaid datenya tetap tidak ada yang ingin mengambil dan menggunakan. Kami dan pihak kader selalu memberikan penyuluhan kepada msyarakat di desa ini. Terutama sekitaran kampung KB. Kampung KB itu didirikan sebab kelahiran di dusun tersebut sangat tinggi, dan keinginan mereka untuk menggunakan KB sangat rendah. Padahal mereka sangat pantas untuk menggunakannya (unmeet need). Disini pencapaian KB memang sudah 70% tetapi dari keseluruhannya banyak yang gagal, yang katanya lah gak tahan karna efeknya, pas berhubungan ada yang mengganggu la, kalauu pake implant tangan bengkak la. Itu yang membuat kami yang 70% itu berkurang. Tapi kami selalu mengajak masyarakat terus menggunakan KB.

Informan (I-5, I-7) mengatakan kedua memberikan izin kepada istrinya untuk menggunakan KB daripada harus informan yang menggunakan. Salah satu Informan (I-7) mengatakan pernah mencoba menggunakan kondom pada saat ingin berhubungan. Hasilnya tetap tidak merasa nyaman dan mahal. Informan mengatakan untuk berhubungan tidak akan pernah mengingat untuk membeli alat pengaman. Salah satu dari informan (I-7) pernah berpartisipasi dalam penggunaan kondom. Hasilnya informan mengatakan bahwa menggunakan alat tersebut sangat mengganggu dalam berhubungan. Tidak nyaman dan tidak leluasa.

(40)

karena banyak perubahan pada istrinya. Jadi informan menyuruh untuk tidak menggunakan KB dan informan juga tidak ingin berpartisipasi menggunakannya.

Informan (I-8, I-9) membenarkan, bahwa suami di desa ini tidak pernah ingin berpartisipasi dalam penggunaan alat kontrasepsi. Apabila diadakan penyuluhan mengenai hal tersebut, mereka selalu mengutarakan pendapat kalau tidak menguntungkan tidak perlu untuk berlama-lama mereka berbincang. Yang mereka anggap penting adalah ketika perbincangan yang menghasilkan uang ataupun bantuan lainnya, barulah mereka tertarik. Kedua informan juga sudah berusaha untuk selalu meyakinkan masyarakat untuk terus menggunakan KB agar dapat menjarangkan kehamilan, atau mengehentikan kehamilan apabila tidak menginginkan anak lagi. Agar terciptanya keluarga bahagia dan sejahtera.

Dalam hal ini keterlibatan pria dalam program KB dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Penggunaan metode kontrasepsi merupakan satu bentuk partisipas secara langsung, sedangkan keterlibatan pria secara tidak langsung misalnya pria yang memiliki sikap positif dan membuat keputusan yang lebih baikberdasarkan sikap dan persepsi, serta pengetahuan yang dimilikinya.

Artinya selain sebagai peserta KB, suami juga dapat berperan sebagai motivator yang dapat berperan aktif memberikan motivasi kepada istrinya untuk menjadi peserta KB dengan menggunakan salah satu kontrasepsi. Untuk memotivasi istinya maka seyogyanya dia sendiri harus sudah menjadi peserta KB, karena keteladanan sangat dibutuhkan untuk menjadi seorang motivator yang baik.

(41)

Kegagalan alat kontrasepsi dan tidak menggunakan alat kontrasepsi yang menjadi penyebab kehamilan tidak diinginkan terjadi dikarenakan ketidaktahuan oleh masyarakat tentang alat kontrasepsi. Kegagalan terjadi kerena tidak diberi informasi ketika pemasangan dan tidak ada keinginan untuk mencari tahu. Tidak menggunakan alat kontrasepsi karena menganggap informasi mengenai hal itu tidak memberi keuntungan untuknya. Tetapi ada yang mengetahui tetapi hanya setengah-setengah tidak sesuai dengan seharusnya.

Dukungan suami yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi memberikan biaya untuk alat kontrasepsi, mengantar ke tempat pelayanan KB, dan mengingatkan / menyarankan untuk menggunakan KB. Suami yang memberikan dukungan kepada pasangannya terdapat sebanyak 83,6%. Dukungan terbesar suami adalah berupa mengingatkan/menyarankan untuk menggunakan KB sebesar 58,3%, selanjutnya diikuti mengantar ketempat pelayanan KB 30,7%, memberikan biaya untuk membeli alat Kb sebesar 11%. Alasan tidak mendapat dukungan dari suami diantara nya adalah karena efek samping alat kontrasepsi sebesar 84%, tidak mengerti tentang KB sebesar 8%, mengurangi keharmonisan keluarga sebesar 4%, dan biaya mahal sebesar 4% Istri yang tidak mendapat dukungan dari suaminya cenderung untuk mengalami unmet need, dimana ditemukan sebanyak 32% PUS menjadi unmet need ketika tidak mendapatkan dukungan dari suami.

(42)

seseorang yang dapat membuat keputusan dalam suatu keluarga. Istri yang tidak mendapat dukungan dari suami menyebabkan istri tidak berani untuk memakai alat kontrasepsi. Sikap menunjukkan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.

Pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peran penting dalam penentuan sikap. Pengetahuan yang dimiliki tentang KB membawa ibu untuk berusaha menjaga kesehatannya sehingga ia beipikir untuk menggunakan alat kontrasepsi. Hal ini dapat memperbaiki kesehatan tubuh ibu karena kehamilan yang berulang kali dan kehamilan dalam jangka waktu yang terlalu pendek dapat dicegah. Hasil dalam penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan sikap dengan unmet need KB pada pasangan usia subur.

Menurut penelitian sebelumnya oleh Wijayanti (2006), ketidaksediaan suami untuk menggunakan alat kontrasepsi walaupun memiliki pengetahuan tentang KB pria yang baik sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Pendidikan dapat berpengaruh karena karakteristik individu yang berbeda-beda mempengaruhi pola pikir dalam menolak menggunakan alat kontrasepsi. Karakteristik yang berbeda dapat berpengaruh dalam proses pemahaman setelah mereka mengetahui keuntungan dan kerugian dari alat kontrasepsi tersebut.

(43)

sebanyak 20,6% adalah PNS, 29% swasta, 15,4% wiraswasta, dan 35% buruh. Walaupun selisih persentase tidak terlalu jauh, namun menggambarkan bahwa sosial ekonomi di desa Pekan Tanjung Beringin. 3. Kondisi lingkungan dan budaya setempat yang diharapkan dapat

menerima adanya sosialisasi tentang program KB pria. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa keempat informan tidak menggunakan kontrasepsi menyatakan bahwa KB hanya urusan istri saja. Hal ini merupakan pemahaman yang kurang tepat dan dapat menghambat penerimaan sosialisasi tentang program KB pria.

4. Pengalaman menggunakan kualitas pelayanan yang baik dimana informan diharapkan mendapatkan tingkat kepuasan sebagai akseptor KB. Informan (I-3) enggan untuk menggunakannya kondom lagi apabila ingin melakukan hubungan seksual, dikarenakan ketidakpuasan dan merasa tidak ada gunanya.

Tabel 4.13 Pengetahuan Tentang Alat Kontrasepsi

Informan Jawaban

I-1

Ya kalo KB itu biasanya untuk orang yang belum mau punya anak kan, kalo mau punya anak lagi bisa buka KB nya. Boleh sesuka hati.

(44)

I-2

Alat kontrasepsi itu kan banyak, ada yang pil, suntik, ada yang dimasukkan ke dalam kulit tangan itu kan, ada juga yang dimasukkan ke dalam rahim kita. Kalo itu semua rasa ibuk untuk menghalangi kalo kita berhubungan suami istri dia gak jadi anak. Kalo itu ibuk taunya dari buk bidan di Dusun X. Dia sering jugala kesini karna kan ibu itu juga kerja di PLKB yang disebelah kantor camat itu, yang dekat KUA.

Kalo ibuk biasanya pake suntikla, ondak juga yang ditangan sama di rahim itu tapi takut gak tahan, karna kan itu gak bisa setiap orang serasi pakenya kan. Ada tetangga ibuk waktu itu pake yang didalam rahim rupanya pendarahan banyak kali. Ada lagi cerita-cerita orang, ada ibu-ibu yang di dusun X pake yang di dalam rahim itu rupanyo tak rasi tejatuh sendiri dia, takut jadinya.

Kalo setiap masang kb ya bayarla, tidak ada yang tidak bayar sekarang, selalu masangnya itu di bidan yang alamatnya di dusun VII itu. Kalo disitu bayar 25 ribu la. Selalu ibuk pasang suntik aja, gak pernah yang lain walaupun efeknya gak pernah haid, jadi buat gemuk gini.

I-3

Dijelaskan, kalau melahirkan ini pake kb yoo, biar tak terjadi lagi hal yang tak diinginkan. Dibesarkan la dulu yang satu ini, jangan ditambah lagi. Masih mudo juga. Yang belum pantasnya melahirkan kalo umur sekian.

Jadi waktu itu aku dikasih pilihan mau pake KB apa, tapi karena waktu itu belum tepikir apa apa dan aku milih pil la, kan walaupun gak KB ini aku sering juga minum pil kalo sakit. Jadi udah tak takut. Tinggal minum ajanya. Tak ragu.

Kalo pil nya ya beli la, satu tablet itu 5ribu. Memang di puskesmas katanya gratis. Tapi biasanya yang gratis itu ragu ondak makenya. Lagian aku mau pakenya itu sama orang-orang yang sering masang la.

(45)

I-4

Aku gak tau fungsi kb itu dulunya apa, karena disuruh kakak sepupuku itu jadinya aku pasang aja, aku antara percaya sama enggaknya kb itu bisa membatalkan hamil itu, karena ku dengar banyak kali orang yang pake kb pun dia tetapnya hamil. Pas pula kejadiannya aku yang rasain. Makinla aku jadi ragu kali. Tapi karena dijelaskan sama bidannya ya kupake la. Setelah anak kedua ku lahir sampe dia berusia 10 bulan ini aku belum pernah pake KB karena kan gak ada yang ngajak berhubungan jadi ngapain juga harus dipake suamiku di malaysia katana mencari kerja. Udah begitu bisa ngirit kan kak rin. Ada memang dikasi kayak selebaran gitu kan untuk dibaca informasi tentang KB, tapi tak sompat untuk membaca. Pas anak nangis kertas itula kukasi untuk mainannya, jadinya di rusak-rusak la sama orangtu.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari empat informan terdapat tiga informan yang mengatakan bahwa informasi KB itu didapatkan dari bidan dimana tempat informan memeriksakan kehamilan atau bidan yang menolong persalinan. Ketiga informan mengatakan kalau KB itu mampu menjarangkan kehamilan agar kehamilannya tidak terlalu dekat. KB itu bisa dibuka sesuai dengan keinginan masing-masing.

Terdapat satu informan yaitu informan ke 4 yang mengatakan bahwa KB itu tidak bisa dipercayai untuk menjarangkan kehamilan ataupun membatasi kelahiran anak, dikarenakan informan sering mendengar bahwa banyak ibu-ibu yang disekitarnya yang menggunakan KB tetapi tetap hamil juga. Tetapi bidan yang menolong informan pada saat persalinan menjelaskan dia mau menggunakan KB. Tetapi tidak dengan metode jangka panjang, informan berkeinginan untuk menggunakan alat kontrasepsi jenis pil ataupun suntik.

(46)

lebih sering mengalami kegagalan KB dan ada yang memutuskan untuk tidak menggunakan KB.

Artinya pengetahuan mengenai alat kontrasepsi sangat dibutuhkan karena dari pengetahuan maka sikap dan tindakan dapat terjadi. Apabila pengetahuan tentang KB baik dan dapat dipahami maka pasangan akan yakin dan ingin menggunakannya sehingga akan mengurangi terjadinya kehamilan tidak diinginkan.

4.3.2 Alasan Kehamilan Menjadi Tidak Diinginkan

Terjadinya suatu kehamilan pada setiap pasangan menikah merupakan suatu kebahagiaan, tetapi tidak dengan kehamilan yang tidak direncanakan. Kehamilan yang terjadi karena tidak direncanakan dinggap malapetaka oleh pasangan. Berikut adalah paparan informan mengenai alasan yang menjadikan kehamilan tersebut menjadi tidak diinginkan.

4.3.2.1 Usia

Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu di pandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologik sama (Nuswantri, 1998).

(47)

Tabel 4.14 Alasan Karena Usia

Informan Jawaban

I-1 Umur awak udah 43 tah un. Umur yang harusnya udah santai santai gak lagi ngurus anak, membedong, ngasi susu lah, semuanya lah lah. . jadi kerjaan aja semua ini .

I-2 Ibuk kemarin itu gak mau pas hamil dia ini karena umur ibuk udah tua 38 tahun waktu itu. Udah la tua itu kan.

I-3 awak masi mudo baru umur 17 tahun waktu itu. Udah macam kiamat rasanyo harus hamil lagi. Begini begini sajo tak ada bedanyo. Awak ondak kerojo bantu laki pun tak bisa.

I-4 Umur ku masih 19 tahun pas itu. Masih menggadis seharusnya kan kk rin. Tapi apalah hamil. Sekejab kejab hamil. Tak tau atah hidup ini akhirnyo lah kk.

Keinginan ibu untuk hamil dapat memengaruhi ririko kehamilan 4T. Ibu yang memang menginginkan kehamilannya dapat memperkecil ririko mengalami kehamilannya dapat memperkecil risiko mengalami kehamilan 4T. Hal ini dapat diasumsikan bahwa seorang ibu yang memang benar-benar mempersiapkan masa kehamilan dan waktu persalinan dengan baik dan cermat. Sebaliknya jika seorang ibu tidak menginginkan kehamilan tersebut bisa jadi karena hamil disaat tidak menginginkannya pada saat itu bisa jadi karena kondisi fisik dan mental yang sudah tidak memungkinkan dia unutk hamil dan bersalin.

a. Terlalu muda

Terlalu muda adalah ibu hamil pada usia kurang dari 20 tahun. Dimana kondisi panggul ibu belum berkembang secara optimal dan kondisi mental yang belum siap menghadapi kehamilan dan menjalankan peran sebagai ibu (BKKBN, 2007).

(48)

2. Pendarahan dapat terjadi sebelum bayi lahir 3. Pendarahan dapat terjadi setelah bayi lahir

Artinya secara fisik kondisi rahim dan panggul belum berkembang secara optimal mengakibatkan kesakitan dan kematian bagi ibu dan bayinya. Pertumbuhan dan perkembangan fisik ibu terhenti/terhambat. Secara mental ibu tidak siap menghadapi perubahan yang akan terjadi pada saat kehamilan.

b. Terlalu Tua

Terlalu tua adalah usia ibu ham pada saat ≥ 35 tahun. Pada usia ini organ

kandungan menua, jalan lahir tambah kaku, ada kemungkinan besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan pendarahan (Rochjati, 2003). BkkbN 2007 juga menyatakan alasan kehamilan menjadi tidak diinginkan terkait usia yang terlalu tua kaena :

1. Pada usia tersebut kondisi kesehatan reproduksi ibu mulai menurun 2. Fungsu rahim menurun

3. Kualitas sel telur berkurang

4. Meningkatnya komplikasi medis pada kehmilan dan persalinan, berhubungan dengan kelainan degeneratif, hipertensi dan kencing manis.

Pada usia seperti diatas terdapat risiko yang akan dapat terjadi seperti : 1. Hipertensi/tekanan darah tinggi

2. Pre-eklamsi

(49)

4. Persalinan macet : ibu yang mengejan lebih dari 1 jam, bayi tidak dapat lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.

5. Pendarahan setelah bayi lahir

6. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah/BBLR < 2500 gr.

4.3.2.2Jarak Kehamilan Terlalu Dekat

Pengertian jarak menurut Tim penyusun kamus pusat bahasa Indonesia tahun 2001 adalah ruang sela (panjang jauh) antara dua benda atau tempat. Sedangkan jarak kehamilan adalah suatu pertimbangan untuk mentukan kehamilan yang pertama dengan kehamilan berikutnya (Depkes, 2000).

Sejumlah sumber mengatakan bahwa jarak ideal kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun. Menurut Ahmad Rofiq tahun 2008 jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke seperti sebelumnya. Sehingga ketika jarak kehamilan satu dengan yang lainnya berdekatan menjadi alasan kehamilannya menjadi tidak diinginkan. Dibawah ini adalah hasil wawancara dengan informan mengenai alasan ketika kehamilan tidak diinginkan dikarenakan jarak yang terlalu dekat :

Tabel 4.15 Jarak Kehamilan Terlalu Dekat

Informan Jawaban

I-2

Pas hamil anak ke 2 ibuk gak mau karena jaraknya sama anak 1 itu dekat kali, anak pertama baru 7 bulan, udah hamil lagi ibuk 3 bulan. Belum lagi selesai perjuangan satu, udah bertambah pula lagi.

(50)

bulan dia udah hamil lagi aku. Belum lagi kering rahim ku kalo kata orang sini.

I-4

Yaiyalah tak mau kak rin, awak baru lagi menikah, baru punya anak itupun baru 9 bulan, masih belum hilang capeknya mengurus ini itu, banguntengah malam. Susah tidur lagi. Eh rupanya udah hamil lagi itupun udah 6 bulan. Gimana udah tak pening kali ku rasa ngadapinnya.

I-6

Aku setuju ibuk mu ini menggugurkan kandungannya itupun karena ku pikir dempet kali la anak kami ini, baru juga keluar satu udah ada lagi didalam. Belum lagi benapas sakojab udah adalah beban lagi. Kasihan jugo dia harus mengandung borat-borat lagi, padahal rencananya dia ondak korojo. Tapi begitu hamil mana mungkinla korojo berat. Dirumah sajalah jadinya dia. Padahal yang ngajak korojo udah ada.

Capek juga pulang pulang kerojo nengok anak nangis, apalagi dua nanti. Satu aja kadang aku pening tapi di tahan tahan

Berdasarkan hasil diatas dikatan informan I-2, I-3, I-4 mengatakan bahwa jarak yang terlalu dekat kehamilan yang sebelumnya dengan yang sekarang menjadikan kehamilan itu menjadi tidak diinginkan. Sedangkan menurut BKKBN tahun 2007, terlalu dekat jarak kehamilan adalah jarak antara kehamilan satu dengan berikutnya kurang dari 2 tahun (24 bulan). Pada saat itu kondisi rahim ibu belum pulih, dapat mengakibatkan terjadinya penyulit dalam kehamilan seperti anemia, waktu ibu menyusi dan merawat bayi kurang. Informan I-6 dan I-7 juga menyatakan bahwa karena kedekatan jarak ini membuatnya tidak ingin menerima karena menambah rasa kelelahan ketika pulang kerja melihat kondisi anak yang nangis dan tidak diperhatikan.

(51)

1. Keguguran 2. Anemia

3. Bayi lhir belum waktunya 4. Berat badan lahir rendah 5. Cacar bawaan

6. Tidak optimalnya tumbuh kembang balita 7. Kondisi rahim ibu belum pulih

8. Dapat mengakibatkan terjadinya penyulit dalam kehamilan 9. Waktu ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang.

Artinya jarak menjadi ibu harus memahami jarak yang baik untuk kehamilan itu terjadi. Sebab semakin dekat jarak maka risiko kehamilan yang dialami akan semakin banyak yang sangat merugikan ibu dan bayinya.

4.3.2.3 Jarak Kehamilan Terlalu Jauh

Tabel 4.16 Jarak Kehamilan Terlalu Jauh

Informan Jawaban

I-1

Anak ke 3 dari suami ke 2 itu berjarak 6 tahun sama abangnya, aku pikir dulu itu udahla gak mau punya anak lagi, karna laki-laki udah ada. Pas hamil selanjutnya udah tak tepikir punya anak, udah lama juga gak punya anak udah males juga ngurusnya,

Anak ke 4 juga beda sama naya itu 7 tahun, terpaut lama jarak ini membuat shock lagi harus punya anak, belum lagi umur udah 43 tahun. Umur yang harusnya udah santai santai tak lagi ngurus anak, membedong, ngasi susu lah, semuanya lah rin.

I-2

(52)

mau juga karena ibu udah malaslah untuk jagakan anak kecil lagi. udah tua gini harusnya udah sepatutnya terus usaha dapatkan duit sampingan untuk anak-anak.

Berdasarkan tabel diatas bahwa menurut informan I-1 jarak antara kelahiran anak ke 4 dan kehamilan anak ke 5 terpaut jarak yang sangat jauh begitu juga kelahiran anak ke 5 dan kehamilan anak ke 6 dengan jarak 7 tahun. informan I-2 juga mengatakan bahwa kehamilan menjadi tidak diinginkan dikarenakan jarak kelahiran anlahiran anak ke 3 dengan kehamilan ke 4 mempunyai jarak yang cukup jauh sekitar 6 tahun. Karena jarak yang terlalu jauh ini informan lupa bagaimana cara merawat bayi dan sudah malu harus mempunyai anak kecil lagi.

4.3.2.4 Jumlah Anak Sudah Banyak

Terlalu banyak anak adalah ibu yang pernah hamil atau melahirkan lebih dari 4 kali atau lebih. Kemungkinan akan di temui kesehatan yang terganggu, kekendoran pada dinging perut, tampak pada ibu dengan perut yang menggantung (Rochjati, 2003). Alasan kehamilan menjadi tidak diinginkan dikarenakan jumlah anak yang sudah banyak dipaparkan dibawah ini :

Tabel 4.17 Jumlah Anak Terlalu Banyak

Informan Jawaban

I-1 Lagian anak udah banyak kali, yang paling besar masih SMP umur udah mau angka 5. . haha

(53)

Sesuai dengan yang dikatakan oleh BkkbN 2007 menyatakan bahwa anak yang terlalu banyak akan menjadi salah satu alasan mengapa ibu tidak menginginkan kehadiran anak, terlebih lagi kehamilan yang tidak diinginkan.

1. Dapat mengakibatkan terjadinya gangguan dalam kehamilan, seperti plasenta (ari-ari) yang letaknya dekat jalan lahir

2. Dapat menghambat proses persalinan, seperti gangguan kekuatan kontraksi, kelainan letak, dan posisi janin

3. Dapat menyebabkan pendarahan pasca persalinan 4. Waktu ibu untu menyusui dan merawat bayi kurang 5. Tumbuh kembang anak tidak optimal

6. Menambah beban ekonomi keluarga

Jumlah anak yang terlalu banyak akan menyebabkan risiko seperti : 1. kelainan letak, persalinan letak lintang

2. robekan rahim pada kelainan letak lintang 3. persalinan lama

4. pendarahan pasca persalinan

4.3.2.5 Keserasian Hubungan

(54)

menjadi tidak diinginkan kehadirannya. Keserasian keluarga juga terlihat ketika suami dan istri saling bekerja sama dalam melakukan pekerjaan. Dibawah ini hasil wawancara yang dilakukan kepada informan menganai alasan kehamilan menjadi tidak diinginkan disebabkan keserasian dalam hubungan berumah tangga :

Tabel 4.18 Keserasian Hubungan Suami Istri

Informan Jawaban

I-1

Anak kedua dari suami pertama kakak gak mau hamilkan dia itu karna pas hamil lagi berantam sama suami, suami kakak suka kali mukul-mukul temprament kalila. Tah kenapa dia gitu juga gak tau, jadi karna benci liat dia jadinya benci juga sama anak yang kakak kandung inikan.

I-4 Apalagi suami di malaysia merantau, tak ada yang bantu menjaga anak ini ha.. apapun karojo disana tak tau tak bisa nampak. Tapi percaya sajalah..

(55)

terhadap keharmonisan keluarga sangat menentukan kehamilan menjadi tidak diinginkan oleh istri.

4.3.2.6Ekonomi

Hasil penelitian Abdallah menemukan proporsi wanita dari keluarga berpendapatan rendah lebih banyak menjadikannya sebagai alasan kehamilan menjadi tidak diinginkan yaitu sebesar 15,9% dibandingkan dengan kehamilan yang diinginkan yaitu 4,1%. Penelitian tersebut sesuai dengan hasil wawancara terhadap informan yang dijelaskan didalam tabel berikut ini :

Tabel 4.19 Ekonomi

Informan Jawaban

I-1

Anak kedua dari suami pertama kakak gak mau hamilkan dia itu karna pas hamil lagi berantam sama suami, suami kakak suka kali mukul-mukul temprament kalila. Tah kenapa dia gitu juga gak tau, jadi karna benci liat dia jadinya benci juga sama anak yang kakak kandung inikan.

Anak ke 3 dari suami ke 2 itu berjarak 6 tahun sama abangnya, aku pikir dulu itu udahla gak mau punya anak lagi, karna laki-laki udah ada. Pas hamil naya udah tak tepikir punya anak, udah lama juga gak punya anak udah males juga ngurusnya,

Anak ke 4 juga beda sama naya itu 7 tahun, terpaut lama jarak ini membuat shock lagi harus punya anak, belum lagi umur udah 43 tahun. Umur yang harusnya udah santai santai tak lagi ngurus anak, membedong, ngasi susu lah, semuanya lah rin.

(56)

tolong jangan pernah berpikir mau ini mau itu. Ini lagi ha mamak hamil tak tau kapan tiba-tiba udah besar aja perut. Membesarkan ini lagi.

I-2

Gak mau beranak karna anak sekarang pun gak bisa dibiayai..

I-3

Apoyo hehe. . tapi pas itu aku tak ondak karna baru lagi aku melahirkan anak yang pertamo itu. Si rizky. Baru 5 bulan dia udah hamil lagi aku. Belum lagi kering rahim ku kalo kata orang. Terus kan awak masi mudo baru umur 17 tahun waktu itu. Udah macam kiamat rasanyo harus hamil lagi. Begini begini sajo tak ada bedanyo. Awak ondak kerojo bantu laki pun tak bisa.

Laki kerojonya hanya nelayan, tak ada ikan apa yang mau ditangkap. Mau beli susu tak ada uang, mau minum apa anak awak, mau minta mamak awak mamak pun susah soalnya mamak ngurus anak abang yang istrinya sudah meninggal, udah gitu abang awaktu menikah lagi. Sekarang tinggal jauhla disanan.

I-5

Anakku yang ketika memang kami gak mau, karna akupun berpikir saja. Untuk yang dua ini pun aku kewalahan untuk mendapatkan rezeki. Keuangan kami selalu terganggu. Untuk makan aja kami selalu berkongsi-kongsi. Toh lagi harus

(57)

pelayanan pemeriksaan dan pengobatan, layanan KB dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan temuan Fakeye di Nigeria (1992).

Artinya ekonomi selalu dikaitkan dengan alasan kehamilan menjadi tidak diinginkan karena ketika kehamilan terjadi maka untuk merawat kehamilan membutuhkan biaya. Membesarkan bayi/anak juga mambutuhkan biaya yang besar. Apabila kehamilan di hentikan maka biaya untuk membeli alat untuk aborsi cukup tinggi. apabila terjadi koplikasi juga akan menyebabkan biaya akan semakin tinggi.

4.3.2.7Anak Cacat

Untuk hasil penelitian terdahulu mengenai kehamilan tidak diinginkan mengakibatkan dan menjadi alasan menjadi tidak menginginkan anak belum ditemukan, namun pada penelitian ini informan mengatakan bahwa kehamilan tidak diinginkan mengakibatkan ibu mempunyai perilaku yang tidak baik dalam memanfaatkan pelayanan antenatal care dan mencoba melakukan pengguguran yang pada akhirnya melahirkan anak dengan kondisi cacat mental dan cacat fisik. Hingga usia 21 tahun anak tersebut tidak diinginkan kehadirannya, sesuai dengan hasil wawancara dengan informan berikut.

Tabel 4.20 Anak Cacat

Informan Jawaban

Gambar

Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Tabel 4.1 Gambaran Desa Pekan Tanjung Beringin
Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Pekan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan hukuman mati ke masa depan adalah dengan mematuhi secara konsisten dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dengan penerapan mobile device menggunakan Evernote sebagai media dan Cooperative Intregated Reading and

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dengan penerapan mobile device menggunakan Evernote sebagai media dan Cooperative Intregated Reading and

JUDUL : PENELITIAN MAHASISWA UGM LENDIR LELE BISA OBATI LUKA DIABETES. MEDIA :

Specifically, the chapter had the objectives to enable the students to: (1) develop both one- and two-tailed null and alternative hypotheses that can be tested in a business setting

He has authored two books, Dynamic Documents with knitr (Xie 2015 ), and bookdown: Authoring Books and Technical Documents with R Markdown (Xie 2016 ), and co-authored the book,

The case focuses on the creation and potential demise of a specialty coffee retailer and highlights the challenges faced by the entrepreneurs as they managed growth and estab-

16 (revisi 2011) yang konvergensi dengan IFRS, untuk mengetahui apakah penyajian aset tetap berwujud pada laporan keuangan PT Ultrajaya Milk Industry &amp; Trading Company,