• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN MAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN MAT"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PENDUDUK DAN

KETENAGAKERJAAN MATA

KULIAH

PEREKONOMIAN INDONESIA

Posted on 17 April 2015 by guruhonorer — Leave a comment

MAKALAH PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

Dosen Pengampu: Anik Widyastuti, S. Pd

Disusun Oleh :

1. Rr. Ezry Muyasyaroh 09416241018 2. Afifah Lutfani 09416241032 3. Arif Gunawan 09416241023 4. Dalilah Nopani 09416241046

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI

(2)

2010

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga ka mi dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini, banyak kesulitan yang kami alami terutama disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah yang kami buat ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik serta berdaya guna dimasa yang akan datang.

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penduduk berfungsi ganda dalam perekonomian. Dalam literatur-literatur kuno pada umumnya penduduk dipandang sebagai penghambat pembangunan. Keberadaanya, apalagi dalam jumlah besar dan dengan pertumbuhan yang tinggi, dinilai hanya

menambah beban pembangunan. Dinyatakan dengan kalimat yang lebih lugas: jumlah penduduk yang besar memperkecil pendapatan per kapita dan menimbulkan masalah ketenagakerjaan. Dalam literatur-literatur modern, penduduk justru dipandang sebagai pemacu pembangunan. Berlangsungnya kegiatan produksi adalah berkat adanya orang yang membeli dan mengonsumsi barang-barang yang dihasilkan. Konsumsi dari

penduduk inilah yang menimbulkan permintaan agregat. Pada gilirannya, peningkatan lonsumsi agregat memungkinkan usaha-usaha produktif berkembang, begitu pula perekonomian secara keseluruhan. Jadi, perkembangan ekonomi turut ditentukan oleh permintaan yang datang dari penduduk.

(3)

2. Apa saja variabel-variabel kependudukan Indonesia? 3. Bagaimana karakteristik kependudukan Indonesia?

4. Apa yang dimaksud dengan ketenagakerjaan, pekerjaan dan tingkat upah? 5. Apa kebijaksanaan kependudukan dan ketenagakerjaan?

1. Tujuan

2. Mengetahui variabel-variabel kependudukan Indonesia 3. Mengerti karakteristik kependudukan Indonesia

4. Memahami tentang ketenagakerjaan, pekerjaan dan tingkat upah

4.Mengetahui kebijaksanaan kependudukan dan ketenagakerjaan

BAB II

PEMBAHASAN

1. Variabel-Variabel Kependudukan Indonesia

Menurut catatan, penaksiran yang pertama kali tentang jumlah penduduk di Indonesia dilakukan pada tahun 1815. Itupun hanya sebatas pulau jawa, yang kala itu ditaksir berjumlah 4,5 juta jiwa. Pada pertengahan tahun 1993 jumlah penduduk indonesia ditaksir sudah mencapai angka sekitar 187 juta jiwa ( World Development Report, 1995). Dengan jumlah ini indonesia menempati urutan keempat negara berpenduduk terbesar didunia sesudah RRC, Cina, India dan Amerika Serikat.

Untuk jaman globalisasi seperti sekarang, dimana migrasi internasional semakin sangat mudah berlangsung, gagasan tentang batas maksimum atau jumlah ideal penduduk menjadi tidak relevan. Tekanan masalah kependudukan atas pembangunan

sesungguhnya tidak terlalu berhubungan dengan aspek jumlah, melainkan lebih terkait dengan variabel-variabel lain kependudukan dan karakteristik penduduk yang

(4)

1. Karakteristik Kependudukan Indonesia

Sampai dengan akhir repelita VI komposisi penduduk Indonesia menurut jenis kelamin diperkirakan tidak akan berubah, penduduk perempuan masih tetap lebih banyak daripada laki-laki. Angka rata-rata harapan hidup meningkat dari 62,7 tahun pada akhir Pelita yang lalu menjadi 64,6 tahun pada akhir pelita VI yang akan datang. Pola

ketimpangan pendidikan secara spasial tetap sama untuk jenjang yang lebih tinggi, keadaan daerah perdesaan selalu lebih memprihatinkan. Mayoritas penduduk kita hanya berpendidikan sekolah dasar. Proporsinya 36,77%, 30,09%, dan 34,60% masing-masing untuk daerah perdesaan, daerah perkotaan dan seluruh Indonesia sebagai suatu kesatuan.

1. Ketenagakerjaan

2. Konsep dan Definisi

Untuk keperluan analisis ketenagakerjaan, penduduk suatu Negara dipilah-pilah dalam berbagai kelompok. Konsep pemilahan penduduk dibagi menjadi dua yaitu pemilahan penduduk berdasarkan pendekatan angkatan kerja dan berdasarkan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja.

 Pemilihan penduduk berdasarkan pendekatan angkatan kerja 1. Tenaga Kerja-Manpower, berusia > 10 tahun

2. Angkatan kerja (Labour Force) yaitu tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Angkatan Kerja dibagi menjadi dua yaitu :

 Pekerja yaitu orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan (saat disensus atau disurvai) memang sedang bekerja , serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja.

 Penganggur yaitu orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan.

2. Bukan angkatan kerja yaitu tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja dibagi menjadi tiga yaitu :

 Penduduk dalam usia kerja yang sedang bersekolah

 Mengurus rumah tangga

 Penerima pendapatan lain 1. Bukan Tenaga Kerja, < 10 tahun

(5)

1. Bekerja Penuh yaitu tenaga kerja yang bersangkutan termanfaatkan secara cukup atau optimal.

2. Setengah menganggur yaitu bekerja tapi tenaganya kurang termanfaatkan diukur dari curahan jam kerja, produktivitas kerja, atau penghasilan yang diperoleh. Setengah menganggur dibagi menjadi dua yaitu :

 Setengah menganggur yang kentara (visible underemployment) adalah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time) di luar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih pendek dari biasanya.

 Setengah menganggur yang tidak kentara (invisible underemployment) adalah jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjannya itu dianggap tidak mencukupi karena pendapatannya terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh keahliannya.

2. Angkatan Kerja Indonesia

Pada tahun 1993 jumlah tenaga kerja Indonesia tercatat sebanyak 143,8 juta orang. Proporsi tenaga kerja yang tergolong sebagai angkatan kerja hanyalah sekitar 55-60 persen. Pertumbuhan jumlah tenaga kerja lebih tinggi daripada pertumbuhan jumlah penduduk secara keseluruhan. Pada tahun 1994 jumlah angkatan kerja yang tercatat sebanyak 85,5 juta orang. Proporsi angkatan kerja terhadap jumlah seluruh penduduk berkisar 40-45 persen dari tahun ke tahun. Jumlah angkatan kerja tumbuh jauh lebih cepat daripada jumlah penduduk, bahkan juga dibandingkan jumlah tenaga kerja. Hal tersebut disebabkan oleh struktur penduduk kita menurut komposisi umur hingga saat ini masih didominasi penduduk berusia muda.

Angkatan kerja yang tumbuh sangat cepat tentu saja akan membawa beban tersendiri bagi perekonomian, yakni penciptaan atau perluasan lapangan kerja. Penciptaan lapangan kerja inilah yang sekarang menjadi salah satu masalah rawan dalam pembangunan ekonomi di tanah air. Kualitas tenaga kerja Indonesia sebagaimana tercermin dari tingkat pendidikan angkatan kerja dan produktivitas pekerja yang ada masih relative rendah.

3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran

(6)

TPAK = JUMLAH ANGKATAN KERJA X 100%

JUMLAH TENAGA KERJA

TINGKAT PENGERJAAN= JUMLAH PEKERJA X 100%

JUMLAH TENAGA KERJA

TINGKAT PENGANGGURAN = JUMLAH PENGANGGUR X 100%

JUMLAH ANGKATAN KERJA

TINGKAT PENGERJAAN + TINGKAT PENGANGGURAN = 1

Dalam perbandingan seksual atau antarjenis kelamin, TPAK laki-laki masih jauh lebih tinggi dibandingkan TPAK perempuan. Perbandingan angkanya untuk tahun 1994 adalah 72,3 banding 43,4. Ini mencerminkan peluang tenaga kerja perempuan untuk terlibat dipasar tenaga kerja masih rendah.

Jika dengan perbandingan spasial atau daerah, TPAK di daerah pedesaan justru lebih tinggi dibandingkan di daerah perkotaan.

1. Pekerjaan dan Tingkat Upah 2. Lapangan, Status dan Jenis Pekerjaan

Lapangan pekerjaan utama bagi rakyat Indonesia masih di sektor pertanian. Sampai tahun 1994, separuh dari jumlah pekerja menyandarkan sektor pertanian sebagai sumber nafkah utama. Sektor perdagangan dan sektor jasa menempati kedudukan kedua dan ketiga, kemudian sektor industri pengolahan berada di urutan berikutnya. Menurut hasil survey Sosial-Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 1994, proporsi pekerja perempuan yang bekerja di sektor pertanian di daerah pedesaan tidak berbeda jauh dengan pekerja laki-laki, sebaliknya di daerah perkotaan pekerjaan bertani lebih banyak dilakukan oleh pekerja laki-laki. Sektor perdagangan dan sektor industri, baik di

(7)

dipilah-pilah menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Kemampuan tenaga kerja Indonesia untuk menjalankan fungsi kepemimpinandan keetatalaksaan masih rendah. Peran kaum wanita Indonesia di pasar kerja rasanya cukup berarti. Tenaga=tenaga profesional, teknisi, dan sejenisnya justru lebih dominan diperankan oleh pekerja perempuan.

2. Jam Kerja

Menilai seseorang bekerja ataukah menganggur semata-mata berdasarkan apakah ia mempunyai pekerjaan atau tidak, sesungguhnya kurang memadai. Pendekatan

semacam itu mengabaikan kadar pemanfaatan tenaga yang bersangkutan. Seseorang bisa saja tergolong tidak menganggur karena ia bekerja atau mempunyai pekerjaan. Akan tetapi jika dalam bekerja itu tenaganya tidak termanfaatkan secara optimal, berarti ia bekerja tidak dalam kapasitas penuh, maka sesungguhnya ia setengah menganggur atau menganggur secara terselubung. Oleh karena itu, jam kerja yang dicurahkan perlu turut untuk dipertimbangkan.

Seseoerang dikatakan bekerja penuh (fully employed) apabila jumlah jam kerjanya telah mencapai setidak-tidaknya 35 jam kerja dalam seminggu. Kriteria ini menuruti konsep bekerja minimal 1 jam berturut-turut. Berlandaskan kriteria ini, maka dari seluruh pekerja yang ada (79.200.542 orang) hanya 58,46% saja yang bekerja penuh. Pekerja-pekerja yang bekerja tidak penuh ini kebanyakan adalah Pekerja-pekerja perempuan, baik di perkotaan maupun pedesaan. Di daerah pedesaan jumlah jam kerja yang paling banyak dijalani para pekerja adalah antara 35 hingga 45 jam per minggu. Sedangkan di daerah perkotaan jumlah jam kerja terbanyak yang dijalani adalh antara 45 hingga 59 jam per minggu.

3. Tingkat Upah

Upah tertinggi bagi pekerja yang berstatus karyawan atau buruh adalah di sektor pertambangan. Tingkst upah para pekerja di Indonesia, khususnya pekerja rendahan atau buruh kasar sangat rendah. Hal itu bisa diukur dengan membandingkannya terhadap kebutuhan fisik minimum.

Variasi tingkat upah tidak hanya terjadi antarlapangan usaha atau secara sektoral. Akan tetapi juga secara regional atau antarwilayah di tanah air, serta secara jenis kelamin. Dalam perbandingan jenis kelamin di sekter industri pengolahan, hampir di semua wilayah tanah air pekerja laki-laki menerima upah lebih tinggi daripada pekerja

(8)

antarjenjang. Hal ini bisa ditelaah melaui perbandingan upah rata-rata tertinggi terhadap upah rata-rata terendah.

1. Kebijaksanaan Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Secara konseptual pertumbuhan penduduk dan perubahan struktur ekonomi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua aspek ini secara bersama-sama memberikan signal terhadap arah pengembangan sumber daya manusia. Pergeseran struktur ekonomi ini akan berpengaruh terhadap pergeseran stuktur tenaga kerja. Pada saat perekonomian suatu negara based onpertanian maka pengembangan sumber daya manusia diarahkan kepada pemenuhan tenaga kerja yang dibutuhkan sektor tersebut. Pada saat ini

permintaan tenaga kerja didominasi oleh sektor tradisional dan perencanaan ekonomi juga diarahkan pada penciptaan sektor-sektor industri yang diharapkan mampu untuk menyerap hasil-hasil produksi pertanian. Yang pada gilirannya kekuatan sektor industri yang didukung oleh kemapanan sektor pertanian akan mampu menciptakan kestabilan ekonomi suatu negara.

Berbagai kebijaksanaan telah, sedang, dan akan ditempuh oleh pemerintah dalam upaya mengatasi masalah-masalah kependudukan dan ketenagakerjaan. Dalam Repelita VI, pembangunan kependudukan dalam PJPII diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Dengan peningkatan kualitas penduduk dimaksudkan adalah peningkatan kualitas kehidupan dan

kemampuan manusia serta masyarakat Indonesia sebagai pelaku utama dan sasaran pembangunan. Sedangkan di bidang ketenagakerjaan, penciptaan dan perluasan tenaga kerja terus diupayakan terutama melalui peningkatan dan pemerataan industri, pertanian, dan jasa yang mampu menyerap banyak tenaga kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat.

Dalam rangka peningkatan kualitas penduduk, secara konkret diharapkan pada akhir PJP II kelak angka sasaran-sasaran berikut dapat tercapai :

 Angka harapan hidup : 70,6 tahun

 Pertumbuhan penduduk : 0,88 persen

 Angka kelahiran kasar : 16,1 per seribu penduduk

 Angka pertumbuhan kasar : 7.4 per seribu penduduk

 Pertumbuhan alamiah : 8,8 per seribu penduduk

 Angka kematian bayi : 26 per seribu penduduk

(9)

1. Peningkatan kualitas penduduk, melalui program perluasan pendidikan dan perbaikan mutu pendidikan.

2. Pengendalian pertumbuhan dan kualitas penduduk, melalui program keluarga berencana, perbaikan layanan kesehatan dasar.

3. Pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk, melalui program transmigrasi, pemerataan pembangunan antar wilayah.

4. Penyempurnaan sistem informasi kependudukan, melalui program pengembangan administrasi, dan penataan statistik kependudukan. 5. Pendayagunaan dan kesejahteraan penduduk usia lanjut.

Sebagai langkah awal bagi sasaran jangka panjang tersebut, dalam Repelita VI

Pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp12,89 miliar untuk program kependudukan dan Rp1,73 triliun untuk program keluarga berencana.

Dibidang ketenagakerjaan, sasaran pokok pembangunannya dalam PJP II meliputi terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai untuk dapat menyerap tambahan angkatan kerja baru yang masuk pasar kerja; mengurangi

setengah pengangguran; mengurangi kesenjangan produktivitas antar sektor; serta meningkatkan pemerataan kesempatan kerja antar wilayah. Secara konkret dalam PJP II kelak diharapkan dapat diciptakan 68,6 juta tambahan kesempatan kerja untuk

melayani sekitar 69 juta orang tambahan angkatan kerja baru.

Secara lebih rinci sasaran konkret bidang ketenagakerjaan dalam PJP II adalah sebagai berikut:

 Tambahan angkatan kerja : 69.089.400 orang

 Tambahan kesempatan kerja : 68.647.500 orang menurut status

 Berusaha sendiri : 1925.800

 Berusaha dengan keluarga : 545.300

 Berusaha dengan buruh tetap : 4.199.000

 Buruh/karyawan : 63.645.300

 Pekerja keluarga : -1.486.900

(10)

1. Pembinaan dan pengembangan kesempatan kerja dan produktivitas. Program-programnya mencakup pengembangan produktivitas dan pembinaan lembaga produktivitas.

2. Pendayagunaan dan penyebaran tenaga kerja.

Program-programnya antara lain perencanaan tenaga kerja; sistem informasi dan bursa tenaga kerja terpadu; penciptaan tenaga kerja mandiri dan profesional; pemerataan kesempatan kerja antar daerah; pengindonesiaan tenaga kerja asing; peningkatan ekspor jasa tenaga kerja; dan pemasyarakatan teknologi padat karya dalam upaya mendayagunakan tenaga kerja yang menganggur dan setengah menganggur.

1. Pelatihan dan peningkatan keterampilan tenaga kerja, melalui program kemitraan pelatihan, pemagangan;serta perbaikan metode dan sistem informasi pelatihan.

2. Pembinaan hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja.

Guna mencapai sasaran-sasaran jangka panjang di atas, dalam Repelita VI ini

Pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp1,073 triliun ntuk pembangunan di bidang ketenagakerjaan.

BAB III PENUTUP

Simpulan

Variabel-variabel dalam kependudukan Indonesia misalnya sebaran, komposisi, kepadatan dan pertumbuhan penduduk. Sedangkan karakteristik yang dimaksud misalnya tingkat pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Konsep pemilahan penduduk dibagi menjadi dua yaitu pemilahan penduduk berdasarkan pendekatan angkatan kerja dan berdasarkan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja. Sedangkan lapangan

(11)

Perbedaan tingkat upah antar jenis kelamin di sektor industri pengolahan berlaku umum di semua subsektor. Kesenjangan upah buruh berlangsung pula antarjenjang. Hal ini bisa ditelaah melaui perbandingan upah rata-rata tertinggi terhadap upah rata-rata terendah.

LAMPIRAN

DATA JUMLAH PENDUDUK, ANGKATAN KERJA DAN TENAGA KERJA

Data Penduduk :

Populasi : 240.271.522 jiwa (per Juli 2009)

Persentase Pertambahan

Angkatan Kerja per Tahun

menurut Propinsi dan

Daerah,

2004

Sumber/

Source

:

Sakernas 1996-Feb.2005

Provinsi

2004

Province

Perkotaan

Perdesaan

Total

Urban

Rural

Total

00. Indonesia

0.8

1.5

1.2

11. Nanggroe Aceh

Darussalam

-4.6

-2.8

-3.2

12. Sumatera Utara

3.3

-3.7

-1

13. Sumatera Barat

4

1.4

2.2

(12)

15. Jambi

5.6

1.8

2.7

16. Sumatera Selatan

7.4

-6.1

-2.4

17. Bengkulu

2.6

-10

-7

18. Lampung

3

0

0.6

19. Kep. Bangka Belitung

4.2

7.4

6.1

20. Kepulauan Riau

na

na

na

31. DKI Jakarta

3.3

na

3.3

32. Jawa Barat

1.1

5.6

3.3

33. Jawa Tengah

0.6

3.7

2.4

34. DI Yogyakarta

-3.3

7.2

1.3

35. Jawa Timur

-4.8

4.6

0.7

36. Banten

2.7

2.5

2.6

51. Bali

3.7

-0.7

1.4

52. Nusa Tenggara Barat

6.1

-10.4

-5.1

53. Nusa Tenggara Timur

-3.2

4.3

3.3

61. Kalimantan Barat

-0.9

-7.3

-5.9

62. Kalimantan Tengah

-3.8

-8.1

-7

63. Kalimantan Selatan

6.6

0.6

2.6

(13)

71. Sulawesi Utara

16.4

6.2

9.8

72. Sulawesi Tengah

-3.8

2.3

1.2

73. Sulawesi Selatan

6.3

-1.7

0.5

74. Sulawesi Tenggara

-1.5

-2.1

-2

75. Gorontalo

-16

12.6

3

76. Sulawesi Barat

-3.2

1.4

0.2

81. Maluku

13.4

-2.7

0.8

82. Maluku Utara

na

na

Na

91. Irian Jaya Barat

na

na

Na

92. Papua

5.3

7.6

7.1

Persentase Pertambahan

Angkatan Kerja per Tahun

menurut Propinsi dan

Daerah, 2005

Sumber/

Source

: Sakernas

1996-Feb.2005

Provinsi

2005

Province

Perkotaan

Perdesaan

Total

Urban

Rural

Total

00. Indonesia

2.1

1.5

1.8

(14)

Darussalam

12. Sumatera Utara

5.9

4.9

5.3

13. Sumatera Barat

-2.8

-3.3

-3.1

14. Riau

6.1

7.7

7

15. Jambi

5.5

-3

-0.8

16. Sumatera Selatan

-1.4

-0.2

-0.5

17. Bengkulu

6.6

4.2

4.9

18. Lampung

-1.2

-1.1

-1.1

19. Kep. Bangka Belitung

7.6

-1.5

2.2

20. Kepulauan Riau

na

na

Na

31. DKI Jakarta

2

na

2

32. Jawa Barat

2.7

-0.1

1.3

33. Jawa Tengah

-0.2

1.8

1

34. DI Yogyakarta

3

0.8

2

35. Jawa Timur

2.5

2.5

2.5

36. Banten

-2.4

4.4

0.7

51. Bali

6.8

4

5.3

52. Nusa Tenggara Barat

0.6

-3

-1.7

(15)

61. Kalimantan Barat

5.9

1.6

2.6

62. Kalimantan Tengah

20.5

4

8.2

63. Kalimantan Selatan

-5.2

-2.1

-3.2

64. Kalimantan Timur

0.7

12.1

5.9

71. Sulawesi Utara

5

-0.1

1.8

72. Sulawesi Tengah

13.7

-4.4

-1.2

73. Sulawesi Selatan

1.7

-0.1

0.4

74. Sulawesi Tenggara

4.3

-4.7

-3

75. Gorontalo

-3.1

8.3

5.2

76. Sulawesi Barat

4.8

-9.2

-5.7

81. Maluku

3.8

1.8

2.3

82. Maluku Utara

na

na

Na

91. Irian Jaya Barat

na

na

Na

92. Papua

6.9

4.3

4.8

Tahun-year

Jumlah

penduduk

Province

2000

2005

00.

(16)

11.

Nanggroe

Aceh

Darussala

m

3,929,23

4

4,031,58

9

12.

Sumatera

Utara

11,642,4

88

12,450,9

11

13.

Sumatera

Barat

4,248,51

5

4,566,12

6

14. Riau

3,907,76

3

4,579,21

9

15. Jambi

2,407,16

6

2,635,96

8

16.

Sumatera

Selatan

6,210,80

0

6,782,33

9

17.

Bengkulu

1,455,50

0

1,549,27

3

18.

Lampung

6,730,75

1

7,116,17

7

19. Kep.

Bangka

Belitung

899,968

1,043,45

6

20.

Kepulauan

Riau

1,040,20

7

1,274,84

8

31. DKI

(17)

32. Jawa

Barat

35,724,0

93

38,965,4

40

33. Jawa

Tengah

31,223,2

58

31,977,9

68

34. DI

Yogyakarta

3,121,04

5

3,343,65

1

35. Jawa

Timur

34,765,9

93

36,294,2

80

36. Banten

8,098,27

7

9,028,81

6

51. Bali

3,150,05

7

3,383,57

2

52. Nusa

Tenggara

Barat

4,008,60

1

4,184,41

1

53. Nusa

Tenggara

Timur

3,823,15

4

4,260,29

4

61.

Kalimanta

n Barat

4,016,35

3

4,052,34

5

62.

Kalimanta

n Tengah

1,855,47

3

1,914,90

0

63.

Kalimanta

n Selatan

2,984,02

6

3,281,99

3

64.

(18)

n Timur

71.

Sulawesi

Utara

2,000,87

2

2,128,78

0

72.

Sulawesi

Tengah

2,175,99

3

2,294,84

1

73.

Sulawesi

Selatan

7,159,17

0

7,509,70

4

74.

Sulawesi

Tenggara

1,820,37

9

1,963,02

5

75.

Gorontalo

833,496

922,176

76.

Sulawesi

Barat

891,618

969,429

81. Maluku

1,166,30

0

1,251,53

9

82. Maluku

Utara

815,101

884,142

91. Irian

Jaya Barat

529,689

643,012

92. Papua

1,684,14

4

1,875,38

8

DAFTAR PUSTAKA

(19)

Wirakartakusumah, M. Djuhari.1999.Bayang-Bayang Ekomoni Klasik.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan:Jakarta.

Diambil dari internet pada hari Minggu, 24 Oktober 2010,

http://eprints.undip.ac.id/1178/1/analisis_faktor_tingkat_h.32.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain

Adalah bukan angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja, yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan; yakni orang-orang

Sedangkan yang bukan angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, yakni

Pengertian angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak memiliki pekerjaan dan juga sedang tidak mencari pekerjaan,

Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang, sekitar tiga

Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.. Tabel 2

Sedangkan Bukan Angkatan Kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari

Penduduk yang termasuk angkatan kerja merupakan penduduk yang berusia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan