• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN PRODUKSI DI PT. SEMACOM INTEGRATED BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN PRODUKSI DI PT. SEMACOM INTEGRATED BOGOR"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BURNOUT PADA KARYAWAN PRODUKSI DI PT.

SEMACOM INTEGRATED BOGOR

OLEH

FRANSISKA KETHY SHA KRISTI

802014004

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Prasyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fransiska Kethy Sha Kristi

NIM : 802014004

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hak bebas royalty non-eksklusif ( non-exclusive royalty freeright ) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN PRODUKSI DI PT. SEMACOM INTEGRATED

BOGOR

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih media/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Pembimbing

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 17 Juli 2018 Yang menyatakan,

Fransiska Kethy Sha Kristi

Mengetahui,

Pembimbing

(5)

Nama : Fransiska Kethy Sha Kristi

NIM : 802014004

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN PRODUKSI DI PT. SEMACOM INTEGRATED

BOGOR

Yang dibimbing oleh :

Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 17 Juli 2018

Yang memberi pernyataan,

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN PRODUKSI DI PT. SEMACOM INTEGRATED

BOGOR

Oleh

Fransiska Kethy Sha Kristi 802014004

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal : 17 Juli 2018

Oleh

Pembimbing

Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

Diketahui Oleh,

Kaprogdi

Ratriana Y.E. Kusumiati, M.Si., Psi.

Disahkan Oleh,

Dekan

(7)

BURNOUT PADA KARYAWAN PRODUKSI DI PT.

SEMACOM INTEGRATED BOGOR

Fransiska Kethy Sha Kristi

Enjang Wahyuningrum

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara locus of control dengan burnout pada karyawan produksi di PT. Semacom Integrated Bogor. Subjek dalam penelitian ini merupakan karyawan produksi yang berjumlah 54 karyawan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh. Instrumen penelitian ini menggunakan skala Levenson IPC (1981) untuk mengukur locus of control dan menggunakan Maslach Burnout Inventory General Survey (1996) untuk mengukur burnout. Dari penelitian ini diperoleh korelasi r = 0,333 dengan sig. = 0,007 (p < 0,01). Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara locus of control eksternal dengan burnout pada karyawan produksi PT. Semacom Integrated Bogor dan korelasi r = -0,090 dengan sig. = 0,258 (p < 0,05) yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara locus of control internal dengan burnout pada karyawan produksi PT. Semacom Integrated Bogor. Sumbangan efektif locus of control eksternal terhadap burnout sebesar 11,1%, sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sebesar 88,9%

(9)

ii

Abstract

This study aims to determine the relationship between locus of control with burnout on production employees in PT. Semacom Integrated Bogor. The subjects of this study is a production employee which amounted to 54 employees. The sampling technique in this research use saturated samples. The research instrument of this study using Levenson IPC scale (1981) to measure locus of control and using Maslach Burnout Inventory General Survey (1996) to measure burnout. From this research obtained correlation r = 0.333 with sig. = 0.007 (p < 0.01). This indicates a significant positive relationship between the locus of control external with burnout on the production of PT. Semacom Integrated Bogor and correlation r = -0.090 with sig. = 0.258 (p < 0.05) indicating the absence of correlation between internal locus of control with burnout at PT production employee. Semacom Integrated Bogor. The effective contribution of external locus of control to burnout is 11.1%, the rest is influenced by other factors equal to 88.9%.

(10)

1

PENDAHULUAN

Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting bagi sebuah

organisasi atau perusahaan. Setiap organisasi dituntut untuk bekerja secara lebih

efektif dan efisien. Oleh karena itu, keefektifan tenaga kerja dalam aktifitas

perusahaan perlu dilengkapi kemampuan dalam hal pengetahuan maupun

keterampilan. Untuk itu, karyawan perlu mendapat prioritas utama dalam

pengelolaan agar pemanfaatannya sesuai dengan yang diharapkan oleh organisasi

atau perusahaan tersebut dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan

(Butar-butar, 2015).

Ketatnya persaingan dunia usaha pada akhirnya mendorong perusahaan

untuk menerapkan berbagai kebijakan terkait dengan karyawannya, bahkan tidak

jarang perusahaan menekan karyawan untuk meningkatkan produktivitas sampai

pada titik yang diharapkan. Kebijakan dan perlakuan yang diterapkan perusahaan

kepada karyawan seringkali menempatkan para karyawan dalam tekanan dan

ketidakpastian seperti karyawan harus menyesuaikan diri terhadap peran-peran

yang menjadi tanggung jawab yang dibebankan oleh perusahaan (Andriansyah &

Alimatus, 2014).

Salah satu perusahaan yang mendorong karyawannya untuk meningkatkan

produktivitas adalah PT. Semacom Integrated. Perusahaan yang terletak di Bogor

ini merupakan perusahaan berbasis swasta di Indonesia yang bergerak di bidang

manufaktur yang memproduksi panel listrik yang bertegangan rendah

(SIVACON) dan bertegangan medium (SIMOPRIME) dengan standard dan

(11)

saat ini dan memiliki total 54 karyawan produksi yang lebih banyak berhubungan

dengan pekerjaan fisik serta terjun langsung ke lapangan untuk pemasangan panel

listrik sesuai lokasi permintaan konsumen.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 karyawan produksi dan observasi

yang dilakukan pada tanggal 8 November 2017, didapatkan bahwa karyawan saat

melakukan pekerjaannya terkadang mengeluhkan sakit kepala. Karyawan juga

mengatakan jam lembur yang sering melebihi batas ketentuan perusahaan untuk

mengejar target penyelesaian panel listrik sehingga mengakibatkan karyawan

terlihat lesu saat bekerja dan tertekan. Dua orang karyawan produksi juga

mengaku merasa jenuh dengan pekerjaan mereka yang kemudian memilih untuk

mangkir dari pekerjaan atau ijin sakit bahkan sampai berkeinginan untuk

berpindah tempat kerja. Hasil observasi di lapangan menunjukkan adanya

karyawan yang cenderung kasar kepada atasannya (kepala produksi) dengan

membentak atau menaikkan nada suaranya saat ingin memindahkan besi. Salah

satu karyawan juga menjelaskan bahwa dirinya sudah tidak ambil peduli lagi

dengan apa yang terjadi di tempat kerjanya selama ia masih dapat bekerja dan

adapula karyawan yang merasa dirinya belum melakukan sesuatu yang berharga

di perusahaan karena beberapa kali melakukan kesalahan saat bekerja meskipun

telah berusaha sebaik mungkin. Walaupun terdapat 1 dari 5 orang karyawan

produksi tersebut yang menikmati pekerjaannya dan ingin terus bekerja di

perusahaan tersebut. Adanya tanda-tanda kelelahan fisik dan emosi serta

berkurangnya motivasi karyawan menunjukkan ciri-ciri umum dari burnout

(12)

3

Menurut Pangastiti (dalam Sari, 2015) burnout adalah suatu kumpulan

gejala fisik, psikologis dan mental yang bersifat destruktif akibat dari kelelahan

kerja yang bersifat monoton dan menekan. Burnout sendiri merupakan istilah

yang pertama kali diungkapkan oleh Freudenberger (dalam Maslach, 1993) untuk

menggambarkan respon negatif yang dihasilkan oleh tekanan dalam pekerjaan dan

menimbulkan sindrom stres psikologis. Menurut Maslach, Jackson, dan Leiter

(1996), burnout memiliki tiga dimensi, yaitu kelelahan (exhaustion), sinis

(cynicism), dan kemampuan pencapaian profesional (professional efficacy). Ketiga dimensi tersebut saling berinteraksi hingga pada akhirnya memunculkan

kecenderungan burnout dalam diri seseorang (Widjaja & Karel, 2016).

Muchinsky (2000) mengatakan bahwa kecenderungan burnout dapat

dialami oleh karyawan yang berasal dari berbagai bidang di luar bidang human

service bila memang mendapat tekanan yang berlebihan dan menguras energi dalam bekerja. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh

Fatmawati (dalam Romadhoni, Asmony & Suryatni, 2015) yang menunjukkan

bahwa staff perpustakaan di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD)

Provinsi DKI Jakarta mengalami tingkat burnout sebesar 62% dimana 7% dari

responden dinyatakan positif mengalami burnout pada level tinggi. Selain itu,

penelitian yang dilakukan Hapsari dan Yuwono (2014) pada karyawan CV Ina

Karya Jaya di Klaten menunjukkan bahwa rerata empirik burnout sebesar 40,93

dan rerata hipotetik sebesar 55, dimana karyawan mempunyai burnout yang

sedang. Burnout menjadi penting untuk diteliti karena apabila seorang karyawan

(13)

ditimbulkan, melainkan lingkungan sekitarnya pun akan ikut terkena dampaknya

(Hutomo, 2015).

Menurut Cherniss (dalam Susanto, 2013) dampak negatif yang disebabkan

oleh burnout dapat menimbulkan kerugian bagi karyawan maupun perusahaan

atau instansi seperti menurunnya prestasi kerja, meningkatnya kecelakaan kerja,

absensi karyawan meningkat, serta berhenti dari pekerjaan atau job turnover yang

kemudian berpengaruh pada efektivitas dan efisiensi kerja dalam perusahaan.

Selain itu, burnout juga memiliki pengaruh terhadap kesehatan mental, emosional,

dan fisik pada karyawan yang mengalaminya (Chen & McMurray, 2001).

Sedangkan dampak positif dari rendah atau tidak adanya burnout berupa

meningkatnya motivasi kerja karyawan sehingga berpengaruh terhadap kinerja

karyawan untuk mencapai target sesuai standar yang telah ditetapkan perusahaan

(Rahmawati, 2013).

Dewanti (2010) menyebutkan bahwa burnout tidak lepas dari berbagai

faktor yang mempengaruhinya seperti faktor eksternal dan faktor internal. Faktor

eksternal burnout terdiri dari ambiguitas peran, konflik peran, beban kerja, dan

dukungan sedangkan faktor internal dari burnout terdiri dari faktor demografi

(jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, dan masa kerja) dan

faktor kepribadian salah satunya adalah locus of control.

Menurut Rotter (1966) salah satu faktor individual yang mengendalikan

peristiwa kehidupan seseorang adalah locus of control yang ada pada dirinya.

Locus of control juga memberikan gambaran pada keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilakunya. Locus of control dibagi menjadi dua jenis, yaitu

(14)

5

internal locus of control dan external locus of control. Lebih lanjut pendapat Rotter tersebut kemudian dikembangkan oleh Levenson (1981) yang menyatakan

bahwa locus of control adalah keyakinan individu mengenai sumber penyebab

dari peritiwa-peristiwa yang dialami dalam hidupnya dengan pengelompokkan

orientasi locus of control internal (internality) dan orientasi locus of control

eksternal (powerful others and chance).

Menurut Levenson (1981), individu yang berorientasi pada locus of

control internal lebih yakin bahwa peristiwa yang dialami dalam kehidupan mereka terutama ditentukan oleh kemampuan dan usahanya sendiri. Individu yang

berorientasi pada locus of control eksternal dikelompokkan menjadi dua kategori,

yaitu powerful others dan chance. Individu dengan orientasi powerful others

meyakini bahwa kehidupan mereka ditentukan oleh orang-orang yang lebih

berkuasa yang ada disekitarnya, sedangkan mereka yang berorientasi pada chance

meyakini bahwa kehidupan dan kejadian yang dialami sebagian besar ditentukan

oleh takdir, nasib, keberuntungan, dan kesempatan.

Hal ini berarti individu yang memiliki locus of control eksternal lebih

mudah merasa tertekan dan mudah terkena burnout dalam bekerja dikarenakan

merasa tidak mampu mengontrol kesuksesan atau kegagalannya. Mereka

cenderung menganggap bahwa kesuksesan dan kegagalan mereka lebih ditentukan

oleh faktor-faktor yang berasal dari luar diri mereka seperti takdir, nasib, dan

keputusan yang ditentukan orang lain. Sebaliknya orang-orang dengan locus of

control internal lebih melihat bahwa kesuksesan, usaha dan kegagalan semata-mata disebabkan dari dalam diri mereka sendiri (Tiarasari, 2017).

(15)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2017) yang mengemukakan

bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara locus of control

internal terhadap burnout pada perawat, semakin tinggi locus of control internal maka akan semakin rendah pula burnout, demikian sebaliknya semakin rendah

locus of control internal maka akan semakin tinggi burnout. Hal ini juga serupa dengan penelitian terdahulu dari Sari (2015) yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara locus of control dengan burnout syndrome

dengan nilai p value sebesar 0,000 (p value < 0,05). Sebagian besar responden

memiliki locus of control internal yaitu 41 orang (77,4%) dan hanya 12 orang

(22,6%) yang memiliki locus of control eksternal. Adanya hubungan antara kedua

variabel ini disebabkan karena adanya kesinambungan antara kecenderungan

burnout syndrome dengan jenis locus of control. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jaya dan Rahmat (2005) terhadap karyawan tetap Biro Rektor USU Medan

memperlihatkan bahwa adanya perbedaan burnout yang sangat signifikan pada

locus of control internal dan locus of control eksternal dimana karyawan dengan locus of control eksternal lebih tinggi burnout-nya dibandingkan karyawan dengan locus of control internal. Lain halnya, penelitian yang dilakukan oleh

Restiningrum (2015), menyatakan bahwa locus of control tidak berpengaruh

signifikan terhadap burnout yang dialami oleh tenaga kerja perawat di Rumah

Sakit Paru Jember.

Berdasarkan pro dan kontra yang terjadi pada fenomena penelitian diatas

dan penelitian mengenai locus of control dengan burnout pada karyawan di

(16)

7

control dengan burnout pada karyawan produksi yang terjadi di dalam suatu perusahaan, khususnya pada karyawan produksi di PT. Semacom Integrated

Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Burnout

1. Pengertian Burnout

Maslach dan Jackson (1986) menjelaskan bahwa burnout

merupakan sindrom dari seseorang yang bekerja atau melakukan

sesuatu, dengan ciri-ciri mengalami kelelahan emosional, sikap sinis,

dan pengurangan sosialisasi juga penghargaan diri sendiri. Pines dan

Aronson (dalam Enzman & Schaufeli, 1998) mendefinisikan burnout

sebagai kelelahan secara fisik, emosional, dan mental sebagai akibat dari

keterlibatan diri dalam jangka waktu yang panjang terhadap situasi yang

penuh dengan tuntutan emosional.

Menurut Cherniss (dalam Shaufeli & Buunk, 1996), burnout

merupakan perubahan sikap dan perilaku dengan penarikan diri secara

psikologis, menjaga jarak dengan orang lain, suka sinis dengan orang

lain, sering membolos, sering terlambat, dan memiliki keinginan untuk

berhenti kerja.

Berdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa

burnout merupakan suatu bentuk kelelahan fisik, mental maupun emosi yang dialami oleh seseorang karena adanya tuntutan pekerjaan secara

(17)

terus menerus dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan

sikap sinis terhadap lingkungan organisasi dan rendahnya penghargaan

terhadap diri sendiri.

2. Dimensi Burnout

Menurut Maslach, Jackson, dan Leiter (1996) dimensi burnout dibagi

menjadi 3, yaitu:

a. Kelelahan (Exhaustion)

Kelelahan mengacu pada kehabisan energi atau kelelahan

fisik dan perasaan secara emosional. Dalam keadaan ini seseorang

akan merasa lelah, baik secara fisik (mual, sakit kepala, tidak

bertenaga), mental (gagal, tidak berharga, tidak bahagia), dan

emosional (bosan, sedih, tertekan). Rasa lelah muncul begitu saja

tanpa sebelumnya didahului dengan pengeluaran energi yang

berarti. Selain itu, rasa lelah tidak dapat hilang meskipun individu

tersebut sudah melakukan istirahat selama beberapa hari.

b. Sinis (Cynicism)

Mencerminkan ketidakpedulian atau sikap menjaga jarak

serta sikap negatif terhadap pekerjaan yang mengacu pada

pekerjaan itu sendiri dan hubungan pribadi di tempat kerja. Hal

tersebut diwujudkan dalam bentuk sinis terhadap rekan kerja,

pekerjaannya atau orang-orang yang berada dalam lingkup

(18)

9

cenderung tidak ingin terlibat dengan pemasalahan yang

berhubungan dengan pekerjaan yang terjadi. Perilaku tersebut

diperlihatkan untuk melindungi diri dari perasaan kecewa.

c. Kemampuan Pencapaian Profesional (Proffesional Efficacy)

Mencakup aspek sosial dan non-sosial dari pencapaian

organisasi dan berfokus pada harapan, termasuk pencapaian di

masa lalu dan sekarang serta harapan akan efektivitas yang

berkelanjutan di tempat kerja.

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Burnout

Faktor-faktor yang memengaruhi burnout secara garis besar dibagi

menjadi dua yaitu, faktor eksternal dan faktor internal. Lee dan Ashfort

(dalam Dewanti, 2010), menyebutkan bahwa ada beberapa faktor

eksternal yang mempengaruhi burnout syndrome, yaitu ambiguitas peran

(keadaan yang terjadi pada saat seorang pekerja tidak mengetahui apa

yang harus dilakukan, bingung serta tidak yakin karena kurangnya

hak-hak dan kewajiban yang dimiliki), konflik peran (konflik yang terjadi

karena seseorang mengemban lebih dari satu peran yang saling

bertentangan), beban kerja (intensitas pekerjaan yang meliputi jam kerja,

jumlah individu yang harus dilayani, serta tanggung jawab yang harus

dipikul, secara kualitatif dilihat dari kesulitan pekerjaan tersebut untuk

dikerjakan), dukungan (dibagi menjadi dukungan dari atasan, dukungan

(19)

internal yang dapat mempengaruhi burnout syndrome menurut Farber

(dalam Dewanti, 2010), meliputi faktor demografi (jenis kelamin, usia,

tingkat pendidikan, status pernikahan, dan masa kerja) dan faktor

kepribadian (terdiri dari tipe kepribadian, harga diri, dan locus of

control).

B. Locus of Control

1. Pengertian Locus of Control

Robbins (2008) mengemukakan bahwa locus of control merupakan

tingkat keyakinan individu bahwa ia adalah penentu nasibnya sendiri.

Definisi tersebut sejalan dengan pendapat Ivancevich, Konopaske, dan

Matteson (2007), yang menyatakan bahwa locus of control menentukan

tingkat keyakinan individu bahwa perilakunya mempengaruhi apa yang

terjadi pada dirinya.

Levenson (1981) menyatakan locus of control adalah keyakinan

individu mengenai sumber penyebab dari peritiwa-peristiwa yang

dialami dalam hidupnya. Seseorang dapat memiliki keyakinan bahwa ia

mampu mengatur kehidupannya atau justru orang lainlah yang mengatur

kehidupannya, dapat pula seseorang tersebut berkeyakinan bahwa faktor

nasib, keberuntungan, dan kesempatan yang mempunyai pengaruh besar

dalam kehidupannya.

Sejalan dengan Levenson, Larsen dan Buss (2002) menjelaskan

(20)

11

seseorang meletakkan tanggung jawab atas dirinya, apakah secara

internal dalam diri mereka sendiri atau eksternal yaitu nasib,

keberuntungan, atau kesempatan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa locus of

control adalah tingkat keyakinan individu terhadap keberhasilan ataupun kegagalan yang terjadi pada diri sendiri dalam hidup disebabkan oleh

kendali dalam dirinya (internal) atau kendali di luar dirinya (eksternal)

yang meliputi kekuasaan orang lain, nasib, keberuntungan, dan

kesempatan.

2. Aspek-aspek Locus of Control

Levenson (1981) menjelaskan aspek-aspek locus of control yang

terdiri dari 2 aspek, yaitu:

a. Aspek internal

Aspek internal mencakup keyakinan seseorang bahwa

kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh

kemampuan dirinya sendiri.

b. Aspek eksternal

Aspek eksternal mencakup keyakinan seseorang bahwa

kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh kekuatan di luar

dirinya yang terdiri dari:

1) Powerful others, yaitu keyakinan seseorang bahwa

(21)

2) Chance, yaitu keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian

dalam hidupnya terutama ditentukan oleh nasib, peluang, dan

keberuntungan.

C. Hubungan antara Locus of Control dengan Burnout Pada Karyawan

Burnout merupakan sindrom dari seseorang yang bekerja atau melakukan sesuatu, dengan ciri-ciri mengalami kelelahan emosional, sikap sinis, dan

pengurangan sosialisasi juga penghargaan diri sendiri. Burnout dapat terjadi

karena stres berkepanjangan yang tidak dapat diatasi lagi. Salah satu faktor

individu yang berpengaruh terhadap burnout adalah salah satunya locus of control.

Locus of control berpengaruh terhadap pemilihan strategi koping individu. Selain itu, kecenderungan locus of control pada karyawan akan mempengaruhi

karakteristik pekerjaan yang sesuai dengan dirinya (Sukarti, 2007). Indvidu

dengan locus of control eksternal lebih rentan terhadap burnout dibandingkan

dengan individu yang memiliki locus of control internal. Hal ini berarti individu

dengan locus of control eksternal lebih mudah merasa tertekan dalam bekerja

dikarenakan merasa tidak mampu mengontrol hidup dan lingkungannya.

Seseorang dengan locus of control internal akan lebih resisten dan mempunyai

kapabilitas koping yang lebih baik terhadap tekanan dan stressor dibandingkan

dengan seseorang dengan locus of control eksternal. Sehingga mereka akan

menunjukkan tingkat performa dan kepuasan kerja yang lebih tinggi (Fuqua &

(22)

13

D. Hipotesis

1. Adanya hubungan positif antara locus of control eksternal dengan burnout

pada karyawan produksi di PT. Semacom Integrated Bogor (semakin

tinggi locus of control eksternalnya maka semakin tinggi burnout pada

karyawan produksi, sebaliknya semakin rendah locus of control

eksternalnya maka semakin rendah juga burnout pada karyawan produksi).

2. Adanya hubungan negatif antara locus of control internal dengan burnout

pada karyawan produksi di PT. Semacom Integrated Bogor (semakin

tinggi locus of control internalnya maka semakin rendah burnout pada

karyawan produksi, sebaliknya semakin rendah locus of control

internalnya maka semakin tinggi juga burnout pada karyawan produksi).

METODE PENELITIAN

Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua variable yang akan diteliti oleh peneliti

yaitu:

Variabel Bebas : Locus of Control

Variabel Terikat : Burnout

Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2011) populasi adalah wilayah yang terdiri atas objek

atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

(23)

dalam penelitian ini berjumlah 54 karyawan produksi PT. Semacom Integrated

Bogor dengan menggunakan teknik sampling jenuh, dimana semua anggota

populasi dijadikan sebagai anggota sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah

populasi relative kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin membuat

generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Penelitian ini dilaksanakan pada

tanggal 24 April 2018 di PT. Semacom Integrated berkordinasi dengan supervisor

HRD dan kepala produksi.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dan

metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode angket atau skala psikologi yang diberikan langsung kepada responden.

Angket ini terdiri dari dua skala, yaitu skala locus of control dan skala burnout.

1. Skala Locus of Control

Skala locus of control yang menjadi acuan dalam penelitian ini

adalah skala yang dikembangkan oleh Levenson (1981). Skala tersebut

dikenal dengan nama Internal-Power-Chance Scale (IPCS) yang terdiri

dari 24 aitem pernyataan dengan menggunakan aspek internal (internality)

dan eksternal (powerful others dan chance). Untuk mengetahui kategori

locus of control internal atau eksternal, nilai pada tiap aspek dijumlahkan lalu ditambahkan 24 poin. Selanjutnya dapat diketahui dari ketiga aspek

locus of control yang mendapatkan skor tertinggi masuk pada kategori locus of control internal atau eksternal.

(24)

15

Pada perhitungan uji diskriminasi aitem terdapat 9 aitem yang

gugur dalam putaran pertama, sedangkan pada putaran kedua terdapat 1

aitem yang gugur, sehingga terdapat 14 aitem yang tidak gugur dalam dua

putaran yang memiliki daya diskriminasi baik sesuai dengan batas

koefisien korelasi aitem total ≥ 0, 25 (Azwar, 2012). Dan hasil yang

didapatkan skor reliabilitas sebesar 0,759 pada 14 aitem yang terdapat

dalam skala locus of control. Maka dapat dikatakan bahwa skala locus of

control sangat reliabel.

Tabel 1

Blueprint Item Skala Locus of Control

No. Aspek Indikator Item Pernyataan Jumlah

1. Internal (I) Keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh kemampuan dirinya sendiri 1*,4,5*,9*,18*,19,2 1,23* 3 2 Powerful Others (P) Keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh orang yang berkuasa 3,8,11,13*,15*,17,2 0,22* 5 3 Chance (C) Keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam 2,6,7,10*,12*,14,16 ,24 6

(25)

hidupnya terutama ditentukan oleh nasib, peluang, dan

keberuntungan

Total 14

Ket: (*) aitem yang gugur

2. Skala Burnout

Skala burnout yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah

skala yang disusun oleh Maslach, Leiter, dan Jackson (1996). Skala

tersebut dikenal dengan nama Maslach Burnout Inventory General Survey

(MBI-GS) yang terdiri dari 16 aitem pernyataan dengan menggunakan tiga dimensi yaitu kelelahan (exhaustion), sinis (cynicism), dan kemampuan

pencapaian professional (professional efficacy).

Pada perhitungan uji diskriminasi aitem terdapat 1 aitem yang

gugur dalam putaran pertama. Sehingga terdapat 15 aitem yang tidak

gugur dalam satu putaran yang memiliki daya diskriminasi baik sesuai

dengan batas koefisien korelasi aitem total ≥ 0, 25 (Azwar, 2012). Dan

hasil yang didapatkan skor reliabilitas sebesar 0,856 pada 15 aitem yang

terdapat dalam skala burnout. Maka dapat dikatakan bahwa skala burnout

(26)

17

Tabel 2

Blueprint Item Skala Burnout

No. Dimensi Indikator Butiran Aitem Jumlah

F UF

1. Kelelahan

(Exhaustion)

Mengacu pada kehabisan energi atau kelelahan fisik dan perasaan secara emosional 1,2,3,4,6 5 2. Sinis (Cynicism) Mencerminkan ketidakpedulian atau sikap menjaga jarak serta sikap negatif terhadap pekerjaan yang mengacu pada pekerjaan itu sendiri dan hubungan pribadi di tempat kerja 8,9,13*,1 4,15 4 3. Kemampuan pencapaian professional (Proffesional Efficacy) Mencakup aspek sosial dan non-sosial dari pencapaian organisasi dan berfokus pada harapan, termasuk pencapaian di masa lalu dan sekarang serta harapan akan

5,7,10, 11,12,16

(27)

efektivitas yang berkelanjutan di tempat kerja

Total 15

Ket: (*) aitem yang gugur

HASIL PENELITIAN

A. ANALISIS DESKRIPTIF

1. Locus of Control

Tabel 3

Kategori Locus of Control

Kategori Frekuensi Presentase

Locus of control internal 36 66.7%

Locus of control eksternal 18 33.3%

Total 54 100%

Data tabel di atas menunjukkan bahwa dari 54 partisipan, sebanyak

36 partisipan (67%) memiliki locus of control internal sedangkan 18

partisipan (33%) memiliki locus of control eksternal. Berdasarkan kategori

yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa karyawan produksi PT.

Semacom Integrated Bogor memiliki locus of control internal yang tinggi

dan locus of control eksternal yang rendah.

2. Burnout

Kategorisasi variabel burnout dibuat dengan skor tertinggi adalah

105 dan skor terendah adalah 15, dengan aitem yang memiliki daya

(28)

19

dengan 7. Pada penelitian ini, kategori burnout dibagi menjadi 4 (sangat

tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah) dengan interval 22,5.

Tabel 4

Kategori Skor Burnout

No Interval Kategori Frekuensi % Mean

1. 82,5 ≤ x ≤ 105 Sangat Tinggi 0 0 50.83 2. 60 ≤ x < 82,5 Tinggi 19 35.19 3. 37,5 ≤ x < 60 Rendah 22 40.74 4. 15 ≤ x < 37,5 Sangat Rendah 13 24.07  total 54 100

Dari tabel di atas menunjukkan tingkat burnout dari 54 partisipan

yang berbeda-beda, mulai dari tingkat sangat rendah, rendah, tinggi, dan

sangat tinggi. Tidak ada partisipan yang memiliki tingkat burnout yang

tergolong pada kategori sangat tinggi. Sebanyak 19 partisipan (35,19%)

tergolong dalam kategori tinggi, 22 partisipan (40,74%) tergolong dalam

kategori rendah, dan 13 partisipan (24,07%) tergolong dalam kategori

sangat rendah. Mean / rata-rata perhitungan dalam burnout adalah 50,83.

Berdasarkan mean yang diperoleh, burnout yang dimiliki oleh karyawan

produksi PT. Semacom Integrated Bogor berada pada kategori rendah.

B. UJI ASUMSI

1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan metode

Kolmogorov Smirnov dalam program SPSS 16.0. Menurut Sugiyono (2006), data yang dapat dikatakan berdistribusi normal adalah data yang

memiliki nilai signifikansi p > 0,05. Hasil uji normalitas adalah sebagai

(29)

Tabel 5

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

LOC burnout

N 54 54

Normal Parametersa Mean 2.37 50.83

Std. Deviation 12.638 16.742 Most Extreme Differences Absolute .094 .099 Positive .051 .061 Negative -.094 -.099 Kolmogorov-Smirnov Z .690 .731

Asymp. Sig. (2-tailed) .727 .659

Hasil perhitungan uji kolmogorov-smirnov Z pada locus of control

diperoleh nilai dari kolmogorov-smirnov Z sebesar 0,690 dengan nilai sig.

= 0,727 (p > 0,05), dan nilai kolmogorov-smirnov Z pada burnout yang

diperoleh adalah sebesar 0,731 dengan nilai sig. = 0,659 (p > 0,05). Dari

data tersebut dapat diartikan bahwa kedua variabel tersebut berdistribusi

normal.

2. Uji Linearitas

Pengujian linearitas diperlukan untuk mengetahui apakah dua

variabel yang sudah ditetapkan, memiliki hubungan yang linear atau tidak

secara signifikan. Kedua variabel dapat dikatakan linier bila memiliki nilai

signifikansi deviation from linearity lebih besar dari 0,05. Pengujian

(30)

21 Tabel 6 ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. burnout * LOC Between Groups (Combined) 10254.000 33 310.727 1.351 .242 Linearity 992.409 1 992.409 4.313 .051 Deviation from Linearity 9261.591 32 289.425 1.258 .299 Within Groups 4601.500 20 230.075 Total 14855.500 53

Berdasarkan hasil yang terdapat dalam tabel di atas dapat dilihat

bahwa nilai deviation from linearity antara locus of control dan burnout

sebesar 1,258 dengan Sig. = 0,299 (P>0,05) yang berarti terdapat linearitas

antara locus of control dan burnout pada karyawan produksi PT. Semacom

Integrated Bogor.

C. UJI HIPOTESIS / UJI KORELASIONAL

a. Pengujian korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel locus of control eksternal dan burnout. Hasil perhitungan uji

korelasi product moment-Pearson dengan bantuan SPSS 16.0

didapatkan r = 0,333 dengan sig. = 0,007 (p < 0,01) untuk korelasi

antara locus of control eksternal dengan burnout. Artinya locus of

control eksternal berkorelasi positif signifikan dengan burnout. Hasil

(31)

Tabel 7

Correlations

LOCex Burnout

LOCex Pearson Correlation 1 .333**

Sig. (1-tailed) .007

N 54 54

Burnout Pearson Correlation .333** 1

Sig. (1-tailed) .007

N 54 54

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

b. Pengujian korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel locus of control internal dan burnout. Hasil perhitungan uji

korelasi product moment-Pearson dengan bantuan SPSS 16.0

didapatkan r = -0,090 dengan sig. = 0,258 (p < 0,05) untuk korelasi

antara locus of control internal dengan burnout. Artinya locus of

control internal tidak berkorelasi dengan burnout. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 8

Correlations

LOCin Burnout

LOCin Pearson Correlation 1 -.090

Sig. (1-tailed) .258

N 54 54

Burnout Pearson Correlation -.090 1

Sig. (1-tailed) .258

(32)

23

PEMBAHASAN

Berdasarkan dari hasil perhitungan korelasi product moment person antara

variabel locus of control eksternal dengan burnout r = 0,333 dengan sig. = 0,007

(p < 0,01), yang berarti bahwa hipotesis penelitian adanya hubungan positif antara

locus of control eksternal dengan burnout pada karyawan produksi PT. Semacom Integrated Bogor diterima. Semakin tinggi locus of control (eksternal), maka

semakin tinggi pula burnoutnya. Sebaliknya, semakin rendah locus of control

(eksternal), maka semakin rendah pula burnoutnya.

Korelasi signifikan antara locus of control eksternal dengan burnout pada

karyawan produksi PT. Semacom Integrated Bogor. Hal ini didukung oleh hasil

penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2016) yang menyatakan bahwa variabel

locus of control eksternal mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap variabel burnout. Dengan demikian, semakin rendah locus of control eksternal

tingkat burnout juga semakin rendah. Individu dengan locus of control eksternal

yang rendah cenderung membuat mereka lebih kuat dan mampu menangani

stresor karena mereka berusaha untuk mengubah faktor yang menyebabkan stress

di tempat kerja yang pada akhirnya berdampak pada burnout. Koeske dan Kirk

(1995) mengatakan bahwa seseorang dengan locus of control eksternal yang

rendah akan lebih mungkin untuk memikul tanggung jawab situasional dan

menggunakan pemecahan masalah serta strategi koping praktis lainnya dengan

cara yang positif.

Sedangkan hasil uji perhitungan korelasi product moment person antara

(33)

0,258 (p < 0,05) yang berarti bahwa hipotesis penelitian adanya hubungan negatif

antara locus of control internal dengan burnout pada karyawan PT. Semacom

Integrated Bogor ditolak.

Temuan peneliti ini berkebalikan dengan peneliti sebelumnya, Prestiana

dan Trias (2013) yang menunjukkan hasil locus of control internal berpengaruh

negatif yang signifikan dengan burnout pada guru honorer Sekolah Dasar Negeri

di Bekasi Selatan. Perbedaan hasil yang ditemukan peneliti dengan Prestiana dan

Trias dikarenakan adanya perbedaan pada alat ukur yang digunakan dan profesi

subjek. Pada penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur IPC Scale yang

dikembangkan oleh Levenson (1981) dimana pada aspek eksternal diperoleh dari

penjumlahan aspek powerful others dan chance, sehingga faktor eksternal

memiliki jumlah item yang lebih banyak daripada faktor internal. Adanya

perbedaan item ini berdampak pada total skor. Meskipun skoring dari alat ukur ini

telah dibuat sedemikian rupa, tetap perbedaan total skor dan perbedaan profesi

subjek dikhawatirkan yang mempengaruhi hipotesis untuk locus of control

internal dengan burnout ditolak. Namun, hasil penelitian ini memiliki kesamaan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kalantarkousheh (2013) yaitu internal

locus of control tidak memiliki pengaruh dengan burnout.

Karyawan produksi PT. Semacom Integrated memiliki locus of control

eksternal yang rendah dan pada burnout berada pada kategori rendah. Berdasarkan

hasil uji korelasi adapun sumbangan efektif yang diberikan locus of control

eksternal sebesar 11,1% dengan burnout yang ditunjukkan oleh koefisien

(34)

25

faktor-faktor lain yang mempengaruhi burnout selain faktor locus of control

eksternal. Hal ini sesuai dengan Lee dan Ashfort (dalam Dewanti, 2010) yang

berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor-faktor lain yang mempengaruhi

burnout selain locus of control, antara lain ambiguitas peran, konflik peran, beban kerja, dukungan, faktor demografi, tipe kepribadian, dan harga diri.

Burnout muncul akibat kondisi internal seseorang yang ditunjang oleh faktor-faktor lingkungan yang berupa tekanan yang berlarut-larut. Karyawan yang

memiliki penilaian positif dalam menghadapi tekanan-tekanan dalam bekerja

memandang kerja sebagai usaha untuk memperoleh kemajuan dan akan

menghambat lajunya tingkat burnout (Sihotang, 2004). Penilaian positif terhadap

tekanan di tempat kerja pada karyawan seperti adanya dukungan atasan apabila

bekerja dengan baik, interaksi sosial karyawan yang kondusif dan menerima

pekerjaan yang menjadi kewajiban dengan sepenuh hati, serta manajemen kontrol

diri yang baik merupakan hal-hal yang berhubungan dengan hasil penelitian ini.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif mengenai kategorisasi burnout

karyawan produksi di PT. Semacom Integrated Bogor diketahui terdapat 0%

partisipan yang tergolong dalam kategori sangat tinggi. Selain itu, terdapat

(35,19%) partisipan yang tergolong dalam kategori tinggi. Sebagian besar

(40,74%) partisipan memiliki burnout yang berada pada kategori rendah, dan

sisanya (24,07%) terdapat dalam kategori sangat rendah. Namun, berdasarkan

perhitungan rata-rata/mean, tingkat burnout pada karyawan produksi PT.

Semacom Integrated Bogor termasuk dalam kategori rendah, dengan jumlah

(35)

produksi PT. Semacom Integrated Bogor (33%) memiliki locus of control

eksternal yang rendah dan sebesar (67%) memiliki locus of control internal yang

tinggi.

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Locus of control eksternal memiliki hubungan positif yang signifikan

dengan burnout pada karyawan produksi PT. Semacom Integrated.

Semakin tinggi locus of control eksternal, maka semakin tinggi pula

burnoutnya. Semakin rendah locus of control eksternal, maka semakin rendah pula burnoutnya.

2. Locus of control internal tidak memiliki hubungan dengan burnout pada

karyawan produksi PT. Semacom Integrated Bogor.

3. Hasil kategorisasi karyawan produksi PT. Semacom Integrated Bogor

memiliki locus of control eksternal yang lebih rendah daripada locus of

control internalnya dan memiliki burnout yang tergolong rendah.

4. Peranan atau sumbangan efektif dari variabel locus of control eksternal

terhadap burnout pada karyawan produksi PT. Semacom Integrated

Bogor sebesar 11,1%.

B. SARAN

1. Bagi Perusahaan

Perusahaan diharapkan ikut menjaga dan mempertahankan

(36)

27

dapat membantu karyawan yang cenderung memiliki locus of control

eksternal supaya dapat mengubah pemahamannya dalam menghadapi

stressor di tempat kerja agar tidak terjadi peningkatan burnout pada

karyawan. Walaupun burnout yang ada di PT. Semacom Integrated Bogor

tergolong rendah namun tetap harus dikontrol agar dapat terus

dipertahankan. Perusahaan juga diharapkan untuk membuka konseling

untuk karyawan produksi secara berkala agar karyawan dapat mengatasi

stresor dalam bekerja sehingga dapat meminimalisir burnout.

2. Bagi Karyawan Produksi

Karyawan produksi PT. Semacom Integrated Bogor diharapkan

dapat mempertahankan keyakinannya terhadap peristiwa-peristiwa yang

terjadi ditentukan oleh kemampuan dan usahanya sendiri sehingga ketika

dihadapkan dengan burnout di tempat kerja dapat dengan mudah

mengatasinya serta dapat menjaga keefektivan dalam bekerja. Karyawan

juga dapat melakukan relaksasi dan melakukan konsultasi apabila merasa

ada yang mengganjal baik dalam bidang pekerjaan atau dalam kehidupan

karyawan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian selanjutnya dapat bekerjasama dengan pihak

yang bersangkutan dalam pengambilan dan pengawasan pengisian

kuesioner supaya memperoleh data yang lebih akurat. Penelitian

(37)

lain selain locus of control, misalnya ambiguitas peran, konflik peran, beban kerja, dukungan, faktor demografi, tipe kepribadian, dan harga diri.

(38)

29

DAFTAR PUSTAKA

Andriansyah, H., & Alimatus, S. (2014). Hubungan bullying dengan burnout pada karyawan. Jurnal Psikologi Tabularasa, 9(2).

Azwar, S. (2004). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Butar-Butar, I. (2015). Hubungan antara burnout dengan prestasi kerja insurance agents Prudential cabang kantor Graha Prestasi Medan. Skripsi diterbitkan. Medan: Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen Medan.

Chen, S., & McMurray, A. (2001). “Burnout” in intensive care nurses. J Nurs Res, 9, 152-164.

Dalli, N., Nur, A., & Dwi, F. (2017). Pengaruh kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual (ESQ) dan lokus pengendalian (locus of control) terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit (studi pada Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Sulawesi Tenggara). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 2(2).

Dewanti, F.R. (2010). Burnout yang terjadi pada perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD). Skripsi diterbitkan. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.

Hamedoglu, A., Kantor, J., & Gulay, E. (2012). The effect of locus of control and culture on leader preferences. International Online Journal of Educational Sciences, 2.

Hapsari, D., & Yuwono, S. (2014). Hubungan antara motivasi kerja dengan burnout pada karyawan CV. Ina Karya Jaya Klaten. Skripsi diterbitkan. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hermawan, F. & Dicky, F.K. (2014). Pengaruh locus of control terhadap kinerja karyawan (studi pada karyawan di PT X). Jurnal Manjemen dan Bisnis, 5(1).

Jaya, E., & Rahmat, I. (2005). Burnout ditinjau dari locus of control internal dan eksternal. Majalah Kedokteran Nusantara,38(3).

Kalantarkousheh, S.M. (2013). Locus of control and academic burnout among Allameh Tabataba’I University students. International Journal of Physical and Social Sciences, 3(12).

Karimi, R., & Alipour, F. (2011). Reduce job strees in organization, role of locus of control. International Journal of Bussines and Social Science, 2(18).

(39)

Koeske, G., & Kirk, S. (1995). Direct and buffering effects of internal locus of control among mental health professionals. Journal of Social Service Research, 20(3/4).

Levenson, H. (1981). Differentiating among internality, powerful others, and chance. Research With The Locus of Control Construct, 1.

Maslach C. (1993). Burnout, a multidimensional perspective. In: Schaufeli W, Maslach C, Merek T, eds. Professional Burnout: Recent Development in Theory And Research (pp. 19-32). New York: Taylor & Francis.

Maslach, C., Schaufeli, W.B., Leiter, M.P. (2001). Job burnout. Annual review of psychology, 52, 397-422.

Maslach, C., Jackson, S. E., & Leiter, M. P. (1996). Maslach burnout inventory, (3rd ed). Palo Alto, CA: Consulting Psychologists Press.

Muchinsky, P. (2000). Emotions in the workplace: The neglect of organizational behavior. Journal of Organizational Behavior, 21(7).

Prestiana, N. D., & Trias, X. A. (2013). Internal locus of control dan job insecurity terhadap burnout pada guru honorer sekolah dasar negeri di Bekasi Selatan. Jurnal Soul, 6(1).

Puspita, P. (2017). Hubungan antara locus of control internal dengan burnout pada perawat. Skripsi diterbitkan. Surakarta: Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rahmawati, Y. (2013). Hubungan antara stres kerja dengan burnout pada karyawan bagian operator PT. Bukit Makmur Mandiri Utama. Skripsi diterbitkan. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2008). Perilaku organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

Romadhoni, L.C., Asmony, T., & Suryatni, M. (2015). Pengaruh beban kerja, lingkungan kerja, dan dukungan sosial terhadap burnout pustakawan di Kota Mataram. Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, 3(2).

Rotter, J.B. (1966). Genaralized expectancies for internal versus external control of reinforcement. Pshycologycal Monographs,80(69).

(40)

31

Sari, N. L. (2015). Hubungan beban kerja, faktor demografi, locus of control dan harga diri terhadap burnout syndrome pada perawat pelaksana IRD RSUP Sanglah. COPING Ners Journal, 3(02).

Sihotang, I.M. (2004). Burnout pada karyawan ditinjau dari persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis dan jenis kelamin. Jurnal Psyche, 1(1).

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukarti, J.W. (2007). Hubungan antara locus of control dengan coping pada remaja. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Suryani, Andy, Z., & Abdul, R. (2016). Pengaruh kesejahteraan spiritual (spiritual well being) dan letak kendali (locus of control) terhadap burnout kerja perawat perawat di RS Unhas Makassar. JST Kesehatan, 6(2).

Susanto, W. (2013). Hubungan komitmen organisasi dan burnout pada karyawan PT. GGP. Skripsi diterbitkan. Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Tiarasari, D. E. (2017). Burnout pada perawat ditinjau dari locus of control internal dan eksternal. Skripsi diterbitkan. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.

Widjaja, K., & Karel. (2016). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan kecenderungan burnout pada karyawan bagian pemasaran. Jurnal Psikologi Ulayat, 3(1).

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara Internal Locus Of Control dengan Stres Kerja pada Karyawan PT Nusantara Surya Sakti Demak benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang

Artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara locus of control eksternal dengan perilaku konsumtif pada remaja putri tingkat akhir. Sedangkan tingkat locus

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah locus of control dan kepribadian berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan General Repair pada PT AUTO 2000 Raden Intan

Lain halnya pada karyawan yang berorientasi locus of control eksternal, apabila dihadapkan pada situasi konflik antara perannya di pekerjaan dan keluarga, maka ia

Lain halnya pada karyawan yang berorientasi locus of control eksternal, apabila dihadapkan pada situasi konflik antara perannya di pekerjaan dan keluarga, maka ia

Hasil pengujian H 2.2 membuktikan bahwa variabel locus of control secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, pengaruh locus of control

Pada penelitian ini yang akan dilakukan peneliti adalah untuk mengidentifikasi hubungan locus of control dengan burnout perawat di ruang rawat inap dengan rutinitas yang

Dengan menggunakan locus of control, perilaku kerja bisa dijelaskan melalui penilaian karyawan terhadap hasil mereka baik secara internal maupun eksternal, dimana