• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini penulis akan menganalisis, konsep agama pada karate, khususnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini penulis akan menganalisis, konsep agama pada karate, khususnya"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 3 Analisis Data

Dalam bab ini penulis akan menganalisis, konsep agama pada karate, khususnya ajaran Budha, yakni ”jalan arya beruas delapan” pada karate dan juga menganalisis konsep ritual pada karate. Sebelum menganalisis konsep ritual pada karate, penulis menganalisis konsep ajaran Budha pada karate, yang terbagi menjadi dua, yakni pada etika atau aturan dalam karate dan pada gerakan dalam karate.

3.1 Analisis Konsep Agama Pada Karate

Donath (2005:5), mengatakan bahwa agama sebagai suatu bentuk kebudayaan yang istimewa, yang pengaruhnya meresapi tingkah laku manusia penganutnya baik tingkah laku lahiriah maupun batiniah sehingga sistem sosialnya untuk sebagian terdiri dari kaidah-kaidah yang dibentuk oleh agama.

Menurut analisis penulis seseorang yang menjalani kehidupan sebagai seorang karateka harus memiliki jiwa sosial, yakni dilarang untuk menggunakan teknik karate yang diperoleh untuk melukai seseorang dengan sengaja, kecuali untuk mempertahankan nyawanya atau orang yang dikasihi dalam keadaan tertentu.

Dalam agama Budha terdapat nilai-nilai yang terdapat juga di dalam karate yaitu sikap sosial yaitu tidak boleh menyakiti orang lain dengan teknik dan gerakan yang ada di dalam karate. Misalkan yang terdapat di dalam sumpah dojo (dojo kun) butir keempat dan kelima yakni :

(2)

1. Kami akan melatih jiwa dan raga kami untuk menciptakan semangat yang tak tergoyahkan.

2. Kami akan menjiwai arti yang sebenarnya dari beladiri, serta selalu waspada 3. Kami akan memelihara semangat percaya diri

4. Kami akan bersikap sopan santun, dan menjauhkan diri dari kekerasan 5. Kami akan bersikap rendah hati

6. Kami akan mendalami kebijakan dan kekuatan

7. Kami akan melaksanakan jalan kyokushin. Yakni jalan yang telah ditetapkan di dalam aturan perguruan kyokushin.

3.1.1 Analisis Konsep Ajaran Budha Pada Etika Atau Aturan Dalam Karate Di dalam olahraga karate itu terdapat beberapa unsur etika atau aturan yang harus dilakukan, yakni mengetahui kelebihan dan kekurangan kita terlebih dahulu, memfokuskan pada teknik-teknik latihan dan tidak membiarkan pikiran atau mata berkeliaran, bertingkah laku serta betutur kata yang baik dan sopan, atau dengan kata lain dilarang untuk menggunakan bahasa kotor baik di dalam lingkungan sekolah karate maupun di dojo itu sendiri, harus membantu membersihkan dojo setelah selesai latihan, dan dilarang memulai suatu perkelahian dengan menggunakan teknik karate. Dalam sub bab berikut ini, penulis akan menganalisis konsep ajaran Budha dalam ”jalan arya beruas delapan” yakni, konsep pandangan benar, konsep konsentrasi benar, konsep perkataan benar, konsep kesadaran benar, konsep usaha benar pada etika atau aturan dalam karate, yang telah penulis sebutkan di atas.

(3)

3.1.1.1. Analisis Konsep Pandangan Benar Dalam Ajaran Budha Pada Etika atau Aturan Dalam Karate

Menurut Oyama (2006:298), dalam mempelajari karate kita harus mengetahui kelebihan atau kekurangan diri sendiri terlebih dahulu, apakah kita sehat dan kuat bila melakukan latihan karate yang akan dilakukan. Seperti di dalam diri terdapat penyakit apa yang dapat membahayakan jiwa. Jika kita dapat mengetahuinya sedini mungkin sebelum memulai latihan, maka kita dapat menghindari dari hal – hal yang membahayakan diri sendiri.

Menurut Sudarman (1998:43), pandangan benar adalah pengetahuan mengenai usaha untuk memahami diri sendiri sebagaimana adanya. Pandangan benar sangat penting dan merupakan hal utama yang harus dipelajari terlebih dahulu sebelum kita lebih lanjut lagi mempelajari ajaran agama Budha. Oleh karena itu pandangan Benar dapat disebut sebagai tingkatan yang pertama dalam ajaran agama Budha.

Menurut analisis penulis yang dimaksud pandangan benar dalam karate ialah kita harus lebih dalam lagi mengenal diri kita sendiri, seperti kita mempunyai sesuatu kelebihan yang dapat kita pergunakan dengan baik di dalam kehidupan sehari – hari atau bahkan kita mempunyai kekurangan yang suatu saat nanti dapat merugikan diri sendiri. Jika kita dapat lebih dalam lagi mengetahui dan mengenal kelebihan maupun kekurangan yang terdapat dalam diri kita sendiri. Maka kita dapat mengatasi kekurangan kita itu dengan merubahnya, bukan untuk menjadikan alasan bahwa kekurangan kita itu membuat kita lemah.

Oleh karena itu untuk merubah kekurangan tersebut kita harus melakukan latihan dengan sungguh – sungguh dan teratur, sehingga seseorang secara bertahap akan

(4)

menjadi lebih kuat. Keinginan untuk mengalahkan semua kekurangan yang dimiliki sesorang akan mendapat kekuatan untuk mengubah kekurangan menjadi kekuatan itu sendiri. Dengan semua kekurangan yang dimilikinya, orang yang berlatih karate untuk menjadi sehat dan bertenaga. Dengan bersenjatakan kemauan yang kuat orang dapat merubah kekurangannya yang ada dengan latihan yang kuat dan benar serta memiliki ketetapan hati.

Latihan karate yang dilakukan secara teratur dalam kehidupan sehari – hari secara terperinci akan memberikan banyak manfaat yaitu, mengetahui batas kemampuan kita, mampu mempertahankan kebugaran tubuh, mampu lebih konsentrasi dan lebih tenang, dan tidak gampang lelah sehingga tidak menderita stress.

3.1.1.2 Analisis Konsep Konsentrasi Benar Dalam Ajaran Budha Pada Etika atau Aturan Dalam Karate

Di dalam mempelajari seni bela diri karate diperlukan sebuah etika atau aturan yang ada di dalam dojo, yakni yang dijelaskan oleh Oyama (2006:200), bahwa selama dalam latihan karate para murid harus memfokuskan pada teknik-teknik latihan dan tidak membiarkan pikiran atau mata berkeliaran.

Menurut Sudarman (1998:44), di dalam ajaran Budha konsentrasi berarti meditasi dengan cara memusatkan pikiran. Meditasi mempunyai arti proses yang dilakukan dengan memfokuskan obyek utama secara tetap.

Menurut analisis penulis, terdapat konsep konsentrasi benar dalam ajaran Budha pada karate, yakni seseorang yang belajar karate diharuskan untuk memfokuskan diri dalam setiap melakukan latihan, tidak diperbolehkan bercanda yang akan

(5)

mengakibatkan kurang konsentrasi atau melakukan kesalahan gerakan karate. Oleh karena itu pada waktu latihan, para karateka harus tetap fokus sehingga akan cepat menghafal dan mempraktekan gerakan-gerakan yang dipelajari dengan baik dan benar. Menurut Oyama (2006:298), tujuan utama mempelajari karate adalah melatih diri guna menempa kematangan kepribadian dengan berkonsentrasi, mempertajam kepekaan sosial, meningkatan keberanian, menguasai teknik, dalam kesadaran dan keseimbangan jiwa. Lewat proses latihan itu dapat terwujud kepercayaan diri yang penuh etika moral dan semangat tinggi dalam menghadapi segala permasalahan hidup, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam diri. Ada ajaran beladiri lain yang sama pentingnya yang mengajarkan bahwa jika tidak mengenal diri kita sendiri terlebih dahulu, kita tidak akan dapat mengenali musuh kita. Untuk lebih meningkatkan kemampuan diri agar menjadi suatu hal yang mudah, sebaiknya secara rutin dan tekun kita berusaha melatih diri dengan cara mempertahankan ketenangan hati.

Menurut analisis penulis selama dalam latihan karate ini harus selalu menjaga sikap tenang, dan jangan mengajak temannya berbicara karena dapat menggangu pengarahan-pengarahan dari pelatih. Sehingga apa yang akan diajarkan tidak dapat tersampaikan atau tersalurkan dengan baik. Para karateka yang sedang berlatih dituntut untuk konsentrasi penuh dalam melakukan latihan, karena jika suatu gerakan dilakukan dengan baik dan penuh perhatian dengan apa yang diajarkan oleh pelatih, maka gerakan itu akan mampu diserapnya dengan baik. Jadi mengurangi kesalahan fatal yang mungkin saja terjadi. Kesusahaan hati dapat memberikan pengaruh buruk pada kestabilan mental. Keadaan ini dapat diatasi dengan memusatkan perhatian pada latihan. Untuk meningkatkan konsentrasi, kita perlu melakukan secara berulang – ulang dengan

(6)

landasan rasa percaya diri, kemampuan menyesuaikan perilaku dengan kondisi, dan mencoba teknik kreatif tanpa takut gagal dan tanpa terpengaruh oleh kekecewaan yang diakibatkan oleh kegagalan masa lalu.

Penguasaan teknik akan berpengaruh terhadap ciri khas hidup kita. Di antaranya, timbulnya kepercayaan diri dalam menghadapi permasalahan hidup dan terciptanya kematangan jiwa dalam memecahkan suatu permasalahan. Kepercayaan dan kematangan itulah yang akan membentuk kebijakan jiwa yang selalu tercemin dalam perilaku keseharian.

3.1.1.3 Analisis Konsep Perkataan Benar Dalam Ajaran Budha Pada Etika atau Aturan Dalam Karate

Menurut Oyama (2006:208), dalam berlatih karate khususnya di dalam dojo para murid selain dituntut untuk penuh konsentrasi mereka juga dituntut untuk bertingkah laku serta betutur kata yang baik dan sopan. Secara tradisi dojo adalah suatu tempat yang dihormati, dianggap suci, oleh karena itu para murid seharusnya tidak mengenakan topi, sepatu atau sejenisnya di dalam dojo. Di dojo pun para murid dilarang untuk menggunakan bahasa kotor baik di dalam lingkungan sekolah karate maupun di dojo itu sendiri.

Menurut analisa penulis dalam ajaran agama Budha juga melarang kita untuk bertutur kata yang kotor dan menghina. Semua yang berkaitan dengan mengatakan sesuatu yang tidak benar, mencaci maki, kata-kata yang kasar dan kotor. Ada pepatah umum mengatakan bahwa kuman masuk melalui mulut, bencana muncul melalui mulut juga. Pepatah tadi dapat diartikan dengan segala sesuatu berawal dari mulut, baik

(7)

sesuatu yang buruk maupun sesuatu yang baik, karena jika kita berkata sesuatu yang buruk tentang seseorang bukan hanya orang yang kita bicarakan yang merugi, namun kita juga bisa mendapat dampak dari itu semua. Oleh karena itu kita harus berbicara dengan baik serta hati-hati, karena hal tersebut merupakan suatu hal yang sangatlah penting.

Untuk meningkatkan kemampuan teknik karate, dibutuhkan pengalaman dan pemikiran. Namun, hidup kita yang terbatas mengharuskan kita mendalami dan mempelajari apa yang diperoleh senior kita. Jika kita berlatih dengan seseorang, sopan santun merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki, dan secara langsung mempengaruhi kemampuan teknis dan mental kita dalam menerima pelajaran.

Menurut Donath (2005:12), di dalam ajaran agama Budha pun dijelaskan perbuatan yang dilarang untuk dilakukan oleh ucapan yaitu suatu larangan perbuatan yang dilakukan melalui ucapan. Terdapat empat perbuatan yang dilarang yaitu, pertama tidak berdusta, tidak berdusta di sini mengajarkan agar kita senantiasa beterus terang dan bersikap konsekuen terhadap sesuatu yang diucapkan. Kedua, tidak menyebarkan isu-isu yang tidak benar, ini mempunyai makna agar kita dapat memiliki rasa toleransi dan kesabaran yang tinggi. Ketiga, tidak mengucapkan kata-kata kotor, hal ini mengajarkan kita agar dapat bersikap sopan santun, sabar dan berwibawa. Keempat, tidak melakukan pembicaraan yang sia-sia, maksudnya ialah agar kita dapat bersikap dewasa dan penuh pengertian.

Menurut analisis penulis walaupun seseorang itu adalah seorang karateka yang handal, dia tidak boleh sembarang bicara dan bersikap sombong serta tamak, sehingga mendorongnya untuk mengeluarkan perkataan yang kasar sehingga membuat seseorang

(8)

tersinggung. Karena hal demikian bukanlah mencerminkan sebagai seorang karateka yang baik.

3.1.1.4 Analisis Konsep Kesadaran Benar Dalam Ajaran Budha Pada Etika atau Aturan Dalam Karate

Menurut Oyama ( 2006:308 ), dalam berlatih karate murid-murid yang berlatih harus membantu membersihkan dojo setelah selesai latihan. Secara umum para murid tersebut harus selalu ikut menjaga dojo mereka sebagai tempat yang khusus dan yang disayangi. Hal ini bertujuan untuk mendidik murid – murid dalam menumbuhkan kepekaan dan kesadaraan tidak hanya tubuh yang harus bersih, tetapi juga pakaian yang dipakai serta kebersihan di dalam dojo. Di dalam konsep ajaran agama Budha kesadaran benar mempunyai arti yaitu kesadaran untuk menjaga agar kita memusatkan perhatian pada empat dasar kesadaran ( Sudarman,1998:45 ).

Menurut penulis yang dianalisa di sini hanya pada butir pertama dari empat dasar kesadaran yang terdapat di dalam konsep kesadaran benar yakni tubuh kita yang kotor dan tidak murni. Kita harus selalu rajin membersihkan diri baik kebersihan luar maupun dalam. Karena semua ajaran agama tidak terkecuali Budha mengajarkan kita untuk hidup bersih. Semua orang dituntut untuk memiliki kesadaran yang tinggi dalam segala hal termasuk merawat diri dan sekitar. Karena jika tubuh dan hati bersih maka dalam menjalani kegiatan akan menjadi lebih baik. Sesuatu yang dimulai dengan yang bersih-bersih maka akan menghasilkan hal yang bersih-bersih atau baik pula. Tidak hanya agama Budha yang mengajarkan hidup bersih, bahkan di semua agama pun mengajarkan hal

(9)

yang sama. Jelas sekali bahwa kebersihan sangat dianjurkan di dalam agama. Dengan kebersihan kita dapat menjalani sesuatu dengan tenang.

3.1.1.5 Analisis Konsep Usaha Benar Dalam Ajaran Budha Pada Etika atau Aturan Dalam Karate

Usaha benar adalah suatu ajaran yang mengajarkan agar kita berusaha untuk tidak memulai suatu permasalahan yang tidak perlu (Sudarman, 1998:44 ). Usaha benar memilki empat ruas yaitu : pertama, untuk suatu kejahatan yang tidak muncul biarlah tidak muncul. Maksud dari kalimat tadi ialah agar kita jangan memulai suatu permasalahan yang sebelumnya tidak ada lalu menjadi ada. Sebisa mungkin janganlah memulai suatu permasalahan terlebih dahulu. Kedua, untuk kejahatan yang muncul biarlah lenyap. Maksud dari kalimat tersebut ialah, walaupun suatu masalah itu telah muncul sebisa mungkin kita untuk menghindarinya sehingga tidak menjadi suatu permasalahan yang besar. Ketiga, untuk kebaikan yang tidak muncul biarlah muncul. Maksudnya ialah kita harus memulai suatu perbuatan dengan perbuatan yang baik. Keempat, untuk kebaikan yang muncul biarlah berlanjut. Maksudnya ialah, kita harus melanjutkan perbuatan yang baik dan sebisa mungkin menghindari hal-hal yang buruk dari luar.

Menurut Oyama ( 2006: 241 ). seseorang dapat menjalankan seluruh kehidupannya dengan tenteram dan damai serta tidak perlu menghadapi pertarungan yang tidak dapat dihindarkan. Seorang karateka harus sebisa mungkin menghindari diri dari sebuah pertarungan jika bisa diselesaikan tanpa kekerasan. Oleh karena itu, menurut analisis penulis seorang karateka dituntut untuk mampu mengontrol diri dengan baik. Namun

(10)

demikian, apabila perbuatan atau ucapan tersebut dapat melukai harga diri atau harga diri orang – orang yang kita hormati dan sayangi, maka waktunya untuk kita mengambil sebuah tindakan seperti bertarung dengan orang yang melukai harga diri kita. Menghindari pertarungan pada situasi seperti itu sangat memalukan. Oyama ( 2006:241 ), juga menekankan aturan – aturan di dalam dojo yakni, jangan menggunakan karate terlebih dahulu. Artinya ialah jangan memulai suatu perkelahian dengan menggunakan teknik karate.

3.1.2 Analisis Konsep Budha Pada Gerakan Kata Dalam Karate

Menurut Oyama ( 2006:81), kata mempunyai arti yakni, jurus atau bentuk yang resmi, adalah perpaduan dari rangkaian gerak dasar, pukulan - tangkisan - tendangan, menjadi satu kesatuan bentuk yang pasti (resmi). Sehingga kata dapat disimpulkan sebagai satu kesatuan gerak dasar yang digabungkan agar tercipta suatu gerakan yang indah. Penguasaan gerak yang baik sangat menunjang dalam pelaksanaan kata. Dalam sub bab ini penulis akan menganalisis konsep ajaran agama Budha ”delapan ruas jalan kemuliaan”, yang terdapat pada gerakan kata dalam karate, yakni pada gerakan yantsu, dan gerakan garyu.

3.1.2.1 Analisis Konsep Pikiran Benar Dalam Ajaran Budha Pada Gerakan Yantsu

Menurut Oyama (2006) yantsu adalah nama atase militer China di Okinawa pada abad ke-19. Dengan kata lain dapat diterjemahkan sebagai mempertahankan kemurnian. Yantsu merupakan gerakan dengan macam variasi yang banyak digunakan di perguruan

(11)

ilmu beladiri kungfu. Yantsu merupakan salah satu kata yang istimewa serta terkenal di dalam karate. Nama itu menunjukkan keharusan untuk mengatasi semangat yang menurun, dan menahan setiap keinginan untuk menyerah ketika berhadapan dengan kehidupan yang menantang.

Gambar 3.1 Gerakan Yantsu

Sumber : Teknik Oyama (2006)

Gambar di atas mempunyai arti, bahwa manusia harus berjuang setiap hari untuk mempertahankan hidup sehingga dapat mengatasi kelemahan diri dan tetap bersih dalam pikiran atau memiliki pikiran benar. Gerakan ke-1 sampai dengan ke-3 adalah pembukaan disertai dengan pernapasan. Gerakan ini adalah gerakan pembuka pada olahraga karate, biasanya setelah gerakan ke-1 sampai ke-3 dilakukan akan dilanjutkan gerakan ke-4 sampai ke-7 yaitu angkat kedua tangan ke atas dan langsung ditarik ke sisi dada kiri kanan dalam bentuk kepal dan lontarkan kepalan tengan ke arah depan atas lalu pukulan ke arah dada, segera ditarik kembali ke sisi dada, dan konsep ini dilakukan

(12)

Gerakan selanjutnya adalah gerakan ke-8 sampai ke-11 melontarkan punggung kepal bagian atas, yang pada dasarnya dalam gerakan ini mementingkan tindakan dalam pertahanan. Gerakan ke-12 sampai gerakan ke-19 tendangan dengan kaki kiri ke depan dan diletakkan kembali ke belakang, bentuk berdiri dengan telapak kaki kiri ke luar, lakukan tangkisan punggung tangan ke tengah dari arah dalam, kemudian pergelangan tangan di putar dan di dorong ke depan dalam bentuk berdiri tegak dengan gerak lambat. Gerakan ke-20 sampai ke-24 putar 180° berlawanan arah jarum jam dengan poros kaki kiri, tarik kaki kanan mendekati kaki kiri, maju kiri menghadap condong ke kiri lakukan pukulan keatas , tengah, dan bawah disertai teriakan. Gerakan ke-25 sampai ke-27 tendang ke arah depan dengan kaki kanan, dan diletakan ke belakang membentuk sikap berdiri dengan kaki di depan lalu melakukan tangkisan. Gerakan – gerakan tersebut terlihat lebih bersifat bertahan yang berguna untuk mempertahankan hidup. Dalam karate, kita selalu diingatkan bahwa musuh yang sesungguhnya adalah diri kita sendiri. Maksudnya adalah musuh atau gangguan terbesar ialah hawa nafsu dari diri kita sendiri. Seperti nafsu ingin membunuh.

Sesuai dalam konsep Budha yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya yakni konsep pikiran benar dengan latihan karate, kita dapat menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan kita untuk berpikir secara benar. Berpikir benar ialah kita sebelum melakukan sesuatu seharusnya menjernihkan pikiran terlebih dahulu, sehingga dapat terhindar dari hal – hal yang buruk yang dapat menimpa kita (Sudarman, 1998:43).

Menurut analisis penulis berpikir secara benar di sini ialah kita dituntut untuk bisa berpikir dengan benar dalam menjalankan dan menyelesaikan masalah. Berpikir positif

(13)

dan jauh melihat ke depan, serta tidak terlalu cepat mengambil keputusan yang nantinya bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain. Namun, harus bisa juga mengambil keputusan yang tepat tanpa menimbulkan rasa benci atau sakit hati terhadap diri orang lain. Mencoba untuk menghindar dari hal – hal yang negatif, seperti sikap serakah serta ingin mendapatkan semua dengan segala cara. Dalam ajaran karate pun kita harus dapat mengambil keputusan secepat dan setepat mungkin, karena bila di dalam sebuah pertarungan kita tidak dapat cepat dalam mengambil keputusan besar kemungkinan kita dapat terluka ataupun terbunuh bila di dalam pertarungan yang sesungguhnya.

Tujuan utama belajar karate adalah melatih jasmani dan rohani. Dengan latihan karate secara efektif, baik dengan teman maupun lawan. Diharapkan pikiran negatif yang ditimbulkan oleh ketidakstabilan jiwa dapat direduksi, sehingga bisa berkurang.

3.1.2.2 Analisis Konsep Perbuatan Benar Dalam Ajaran Budha Pada Gerakan Garyu

Menurut Oyama (2006) garyu dapat diartikan sebagai seorang hebat yang tetap hidup dalam kesederhanaan dan tidak menonjolkan diri. Maksudnya adalah seseorang yang mempelajari gerakan garyu diharapkan dapat bersikap sederhana dalam kehidupan sehari – hari maupun dalam kehidupan di dalam karate. Tidak boleh sombong walaupun dia sudah mempelajari karate pada tingkatan apapun. Gerakan garyu ini diciptakan sendiri oleh sosai Oyama, sedangkan garyu itu sendiri adalah nama julukan sosai Oyama.

(14)

Gambar 3.2 Gerakan Garyu

Sumber : Teknik Oyama (2006)

Gerakan dilihat dari kiri ke kanan lalu ke bawah kanan, begitu seterusnya. Gambar di atas mempunyai arti, gerakan ke-1 dan ke-2 melakukan tusukan dengan tusukan dengan lima jari ke depan kanan kiri. Gerakan ke-3 sampai ke-5 tarik kembali tangan ke sisi dada, lalu direntangkan ke samping kiri kanan tubuh, pandangan tajam ke depan. Gerakan ke-6 sampai ke-11 maju kanan berdiri condong ke depan kanan, kepalan tangan bagian depan ke tengah sambil berteriak, tarik kembali kaki kanan berdiri membentuk kaki kucing sambil telapak tangan kanan ditarik ke sisi dada dan meletakan tangan kebagian bawah. Gerakan ke-12 sampai ke-18 tarik kaki kanan berdiri membentuk telapak kaki mengarah keluar, kemudian maju kiri berdiri condong ke depan kiri mengepalkan tangan bagian depan ketengah sambil berteriak. Tarik kaki kiri membentuk telapak kucing. Gerakan ke-19 sampai ke-23 putar 90° searah jarum jam dengan poros kaki kanan, tarik kaki kiri mendekati kaki kanan membentuk telapak kaki, maju berdiri condong ke depan kanan, lakukan pukulan kombinasi atas, tengah,

(15)

bawah disertai teriakan. Gerakan ke-24 sampai dengan ke-28 tarik tangan ke dada lalu telapak tangan ke arah bagian bawah, lalu tekukan pergelangan tangan dan putar pergelangan tangan dan di dorong ke depan. Gerakan ke-29 sampai gerakan ke-33 putar 90° searah jarum jam dengan poros kanan, tarik kaki kiri membentuk telapak kaki mengarah keluar, lutut agak ditekuk, kedua telapak tangan ditempelkan dari atas dan diturunkan ke bawah dengan gerak lambat bersamaan luruskan lututnya. Buka kaki kanan sambil berdiri tegak selesai. Gerakan – gerakan tersebut dapat dilihat sebagai gerakan yang tidak menunggu sambil melancarkan serangan balik, hal ini dapat diartikan bahwa seorang karateka mengembangkan semangat kerendahan hati dan bersikap menahan diri, walaupun memiliki tenaga yang besar tapi memilih tidak menggunakannya untuk berbuat hal yang negatif. Hal ini dapat dilihat pada gerakannya yang lebih menggunakan gerakan yang bersikap bertahan.

Menurut analisis penulis di dalam ajaran karate kita dituntut untuk berkelakuan baik antar sesama, dan sebisa mungkin untuk menahan segala rasa amarah serta menyelesaikan masalah dengan cara yang baik. Seseorang yang belajar karate harus belajar lebih jauh mengenal teknik bertarung. Sekaligus dituntut berlaku sopan di dalam maupun di luar pertarungan. Menurut analisis penulis, ajaran karate tersebut terdapat dalam gerakan Garyu dan sesuai dengan konsep Budha yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya yakni perbuatan benar. Dimana seseorang dengan berlatih karate dapat menumbuhkan sikap rendah hati dan dapat melakukan perbuatan benar seperti membela yang lemah dan dapat menjaga diri (Sudarman,1998:44).

Kita harus bisa menghormati lawan atau setiap orang yang kita jumpai dalam kapasitas keseharian dengan sikap ketulusan yang murni tumbuh dari lubuk hati kita.

(16)

Menurut Sudarman (1988:45), di dalam agama Budha terdapat juga perbuatan yang dilarang untuk dilakukan oleh badan, terdapat tiga larangan yang melarang tubuh kita yaitu, tidak membunuh, tidak mencuri, dan tidak berzinah. Karena ketiga hal tersebut sangat di benci dalam agama Budha.

Tidak membunuh tersebut dapat dijabarkan dengan tidak membunuh ataupun menyiksa tubuh atau badan yang mengandung kehidupan, yang besar ataupun kecil, yang berdosa atau tidak berdosa, selama mahkluk itu masih hidup.Hal ini mengajarkan kita untuk selalu berbelas kasih dan kasih sayang terhadap semua mahkluk hidup. Tidak mencuri di sini dapat diartikan kita tidak boleh mengambil atau memiliki sesuatu apakah berharga ataupun tidak berharga apabila tidak diijinkan oleh pemiliknya. Hal demikian mengajarkan kita untuk puas dengan apa yang sudah kita miliki selama ini. Tidak melakukan zinah di sini diartikan tidak melakukan persetubuhan dengan pasangan yang sah. Hal ini juga mengajarkan kita agar tidak terjerumus dalam hawa nafsu birahi.

Ketiga larangan tersebut sedemikian mungkin harus dihindari oleh seorang karateka, karena dapat merusak nama baiknya sendiri dan juga dojo tempatnya berlatih. Karena perbuatan tersebut juga termasuk etika atau aturan larangan yang ada di dalam kehidupan serta filosofi di dalam karate. Nilai – nilai kebajikan itulah yang diharapkan menjadi landasan hidup bagi setiap orang.

3.2 Analisis Konsep Ritual Pada Karate

Karate termasuk dalam salah satu kebudayaan istimewa yang terdapat di Jepang. Teknik latihan karate yang membutuhkan latihan yang teratur dan terus menerus adalah

(17)

cerminan dari sikap disiplin. Latihan dalam karate yang membutuhkan kedisiplinan merupakan sebuah ritual untuk mencapai sesuatu yang belum pernah dialaminya dalam hidup.

Menurut Bustanudin (2006:3), ritual adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat, mencangkup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistik, kebiasaan, keahlian yang diperoleh bukan karena kretivitasnya sendiri melainkan warisan masa lampau yang didapat melalui pendidikan formal dan informal. Misalkan pada saat upacara pembukaan.

Menurut Donath (2005:6) seorang penganut agama Budha dalam upacara sembahyang, mengangkat kedua tangannya yang dikatupkan ke kening, mulut, dan dada. Itu melambangkan pengabdian dari batin, ucapan, dan jasmaniah kepada Yang Maha Tunggal dan Tak Terbatas.

Ritual adalah suatu konsep atau tatanan tertentu yang berupa warisan atau bawaan dari nenek moyang, yang harus ada di dalam suatu upacara baik yang mencangkup kepercayaan maupun adat istiadat. Menurut analisis penulis di dalam olahraga karate terdapat suatu ritual, yang di mana seorang yang ingin memulai latihan karate harus terlebih dahulu melakukan upacara ritual, yakni upacara pembukaan maupun penutupan latihan. Upacara tersebut ialah untuk menghormati senior – senior yang ada di dojo serta teman – teman seangkatan. Di dalam agama Budha pun sebelum melakukan suatu festival atau kebudayaan harus terlebih dahulu melakukan upacara atau sembahyang, yang bertujuan untuk meminta keselamatan serta penghormatan terhadap leluhur. Menurut Oyama (2006:310), pada waktu pembukaan latihan ada ritual upacara penghormatan yang harus dilakukan, yakni:

(18)

1. Para murid berbaris sesuai dengan tingkatan

2. Para murid berlutut dalam posisi duduk resmi setelah aba-aba dari pelatih 3. Pelatih memberi perintah untuk memberi hormat kepada leluhur sambil

menundukan kepala dan mengucapkan os.

4. Pelatih memberikan aba-aba mokuso yakni, semua memejamkan mata dan mencoba membersihkan pikiran serta berkonsentrasi pada latihan.

5. Setelah aba-aba berhenti semua membuka matanya

6. Aba-aba memberikan hormat kepada pelatih kepala (shihan) 7. Pelatih dan seluruh murid berdiri, latihan dimulai.

Dan adapun upacara penutupan latihan , yakni 1. Para murid siap dalam barisan

2. Pelatih memberikan aba-aba posisi duduk lutut dilipat. 3. Setelah itu memberikan hormat sambil duduk lutut dilipat.

4. Pelatih membacakan tujuh sumpah dojo, dan para murid mengulanginya 5. Pelatih memberikan aba-aba meditasi dimulai

6. Aba-aba Meditasi selesai

7. Selanjutnya aba-aba hormat kepada pelatih kepala

8. Pelatih menyuruh semua berdiri lalu kemudian para murid menyalami pelatih atau dengan berdiri di depan pelatih lalu sambil membungkuk mengucapkan osu.

9. Setelah upacara selesai para murid membantu membersihkan dojo.

Menurut analisis penulis seseorang yang menjalani kehidupan sebagai seorang karateka harus memiliki jiwa sosial, yakni dilarang untuk menggunakan teknik karate yang diperolehnya untuk melukai seseorang dengan sengaja, kecuali untuk

(19)

mempertahankan nyawanya atau orang yang dikasihi dalam keadaan tertentu. Sama halnya dengan di dalam agama Budha, terdapat nilai-nilai yang terdapat juga di dalam karate yaitu sikap sosial yang tidak boleh menyakiti orang lain dengan teknik dan gerakan yang ada di dalam karate.

Gambar

Gambar 3.1 Gerakan Yantsu
Gambar 3.2 Gerakan Garyu

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data menunjukkan bahwa subjek mampu : (1) mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan untuk penyelesaian masalah; (2) membuat dan

 Apresepsi: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran berkaitan dengan perangkat lunakapa saja yang digunakan dalam egolahan gambar..  Memotivasi peserta didik dengan

Memiliki kemampuan dalam menghitung dan mencatatkan piutang tak tertagih dengan metode cadangan serta perlakuan terhadap notes receivable9. Memiliki kemampuan utk

Sehingga pada makalah ini akan dijelaskan secara rinci tentang apa yang dapat terjadi pada molekul pada saat klimaks reaksi (keadaan yang mana akan mulai membentuk produk dalam

Desa Air Glubi merupakan pemekaran dari Desa Kelong Kecamatan Bintan Pesisir yang dicetuskan pada tanggal 20 Agustus 2007 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah

pemasran, untuk mencapai sasaran pasar yang dituju sekaligus mencapai tujuan dan sasaran perusahaan, keempat unsur atau variabel strategi bauran pemasaran

Fungsi terkait untuk menangani permasalahan tersebut biasanya pakai trigger mas, namun sepengetahuan saya, di MySQL kita tidak dapat memanipulasi row pada tabel yang

Gambar 12 Menunjukan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur kerupuk cekeremes akibat proporsi (tepung mocaf:tepung bungkil kacang:tepung tapioka) 40:30:30