i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI ANALISIS
BUKTI TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI
TRANSAKSI DALAM JURNAL KHUSUS
Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas XII Sosial 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
OLEH:
Richardo Eko Widyono NIM 091334030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
iv
PERSEMBAHAN
Karya yang sederhana ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus, Bapak, ibu, adik, kakek, nenek, pakde, bulik, dan seluruh keluarga yang selalu menyayangi,
memberikan kepercayaan, dan perhatian kepadaku
Almamaterku,
Program Studi
Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi
Universitas Sanata Dharma
v
MOTTO
You Can If You Think You Can
Jenius adalah 1% inspirasi dan 99%
keringat.
Tidak ada yang dapat menggantikan
kerja keras.
Keberuntungan adalah sesuatu yang
terjadi ketika kesempatan bertemu
dengan kesiapan.
vi
viii
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI ANALISIS
BUKTI TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI
TRANSAKSI DALAM JURNAL KHUSUS
Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas XII Sosial 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta
Richardo Eko Widyono Universitas Sanata Dharma
2013
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatkan pemahaman materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus pada siswa kelas XII Sosial 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe role playing.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah 31 siswa kelas XII Sosial 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam satu siklus yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data analisis dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis komparatif, dan uji beda mean.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe role playing dapat meningkatkan pemahaman siswa materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus pada siswa kelas XII Sosial 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta siswa secara signifikan (rata-rata skor pre-test = 56,77, dan rata-rata skor post-test = 84,73; Sig. (2-tailed) = 0,000 <
= 0,05).
ix ABSTRACT
THE APPLICATION OF A COOPERATIVE LEARNING
MODEL ROLE PLAYING TYPE AS AN ATTEMPT TO
IMPROVE STUDENTS’ UNDERSTANDING ON THE
EVIDENCE TRANSACTION ANALYSIS AND LISTING
MATERIALS IN THE SPECIAL JOURNAL
A Classroom Action Research on the Twelfth Class of Two Social Department Students of SMA Negeri 11 Yogyakarta
Richardo Eko Widyono Sanata Dharma University
2013
The purpose of this research is to know the students’ understanding improvement on the evidence transaction analysis and listing in the special journal for the Twelfth Class of Two Social Department Students of SMA Negeri 11 Yogyakarta through the application of a cooperative learning model role playing type.
This research is a classroom action research. The subjects of the research were the 31 students of Twelfth Class of Two Social Department Students of SMA Negeri 11 Yogyakarta. This classroom action research is conducted in one cycle that consists of four steps, which are a planning, an action, an observation, an evaluation, and reflection. The techniques of gathering the data were observation method, an interview, and documentation. The data were analyzed by descriptive and comparative analysis, and comparative mean test.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua karunia dan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Materi
Analisis Bukti Transaksi Dan Pencatatan Bukti Transaksi Dalam Jurnal Khusus” ini disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari beberapa pihak yang telah memberikan bantuan moril, matriel, dukungan, bimbingan maupun kerja sama kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan, dan arahannya dalam penyusunan skripsi ini. 5. Seluruh dosen Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan ilmunya selama
penulis menjadi mahasiswa Pendidikan Akuntansi.
xi
6. Ibu Dra. Baniyah selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 11 Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan PTK.
7. Bapak Ruswidaryanto, S.Pd selaku Guru Akuntansi SMA Negeri 11 Yogyakarta yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data.
8. Para siswa kelas XII Sosial 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta yang bersedia bekerja sama membantu peneliti untuk menelitinya.
9. Mbak Aris selaku staf sekretariat Pendidikan Akuntansi yang selama ini telah membantu melayani dalam administrasi.
10. Bapak Marcus Gunaryono dan ibu A.E. Widiastuti selaku orang tua yang selalu memberikan doa, motivasi, kepercayaan, dan nasihat-nasihat untuk kemajuan penulis.
11. Pakde Gum beserta keluarga yang selalu membantu dengan memberi nasihat-nasihat untuk kemajuan penulis. Terima kasih atas semua yang telah diberikan kepada penulis.
12. Adikku Arnold Dwihattomo Widyono dan Dismas Violano Triatmojo Widyono selaku saudara yang telah memberi motivasi tersendiri dalam menghibur penulis. FORZA WIDYONO !
13. Teman-teman Pendidikan Akuntansi 2009 terimakasih atas kerjasamanya selama ini. You are the best.
xii
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK... .... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian... 4
E. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6
A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 6
B. Pembelajaran Kooperatif ... 9
C. Ruang Lingkup Model Pembelajaran Role Playing ... 13
D. Pengertian Pemahaman... 17
E. Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang ... 18
F. Kerangka Berpikir ... 20
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
xiv
F. Organisasi Sekolah Satuan Pendidikan SMA Negeri 11 Yogyakarta ... 47
G. Sumber Daya Manusia Satuan Pendidikan SMA Negeri 11 Yogyakarta .. 52
H. Siswa Satuan Pendidikan SMA Negeri 11 Yogyakarta ... 55
I. Kondisi Fisik dan Lingkungan Satuan Pendidikan SMA Negeri 11 Yogyakarta ... 55
J. Proses Belajar Mengajar Satuan Pendidikan SMA Negeri 11 Yogyakarta . 57
K. Fasilitas Pendidikan dan Latihan SMA Negeri 11 Yogyakarta ... 60
L. Majelis Sekolah/ Dewan Sekolah/ Komite Sekolah SMA Negeri 11 Yogyakarta ... 62
M. Hubungan antara Satuan Pendidikan SMA Negeri 11 Yogyakarta dengan Instansi lain ... 62
N. Usaha-Usaha Peningkatan Kualitas Lulusan SMA Negeri 11 Yogyakarta 64
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
e. Wawancara pada siswa ... 72
2. Pelaksanaan Tindakan Kelas... 75
a. Perencanaan Tindakan ... 75
b. Tindakan ... 78
c. Observasi ... 88
d. Evaluasi dan refleksi ... 94
B. Analisis Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Metode Role Playing ... 98
1. Analisis Komparatif... 98
2. Pengujian Hipotesis... 99
C. Pembahasan ... 101
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 103
A. Kesimpulan ... 103
B. Keterbatasan Penelitian ... 103
C. Saran ... 104
DAFTAR PUSTAKA... 105
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Soal Pre-Test ... 28
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Soal Post-Test ... 29
Tabel 3.3 Tabel Komparasi Pemahaman Sebelum dan Sesudah Penerapan Role Playing... 37
Tabel 4.1 Tenaga Edukatif ... 52
Tabel 4.2 Karyawan dan Bidang Tugas ... 54
Tabel 4.3 Keadaan Fasilitas Sekolah ... 56
Tabel 5.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Sebelum Penerapan Role Playing ... 66
Tabel 5.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Sebelum Penerapan Role Playing ... 70
Tabel 5.3 Pemahaman Siswa Berdasarkan Hasil Pre-Test PAP II... 80
Tabel 5.4 Pemahaman Siswa Berdasarkan Hasil Post-Test PAP II ... 84
Tabel 5.5 Hasil Refleksi Siswa Sesudah Penerapan Role Playing ... 85
Tabel 5.6 Hasil Observasi Perilaku Guru Saat Penerapan Role Playing ... 88
Tabel 5.7 Hasil Observasi Perilaku Siswa Saat Penerapan Role Playing ... 91
Tabel 5.8 Hasil Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Role Playing ... 92
Tabel 5.9 Hasil Refleksi Guru Sesudah Penerapan Role Playing ... 96
Tabel 5.10 Hasil Pemahaman Sebelum dan Sesudah Penerapan Role Playing ... 98
Tabel 5.11 Hasil Pengujian Normalitas Kolmogorof-Smirnov Test ... 100
Tabel 5.12 Hasil Uji Beda Rata-Rata Paired Smples Test ... 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Aktivitas Guru Di Kelas ... 109
Lampiran 2 Lembar Observasi Keadaan Kelas ... 112
Lampiran 3 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 113
Lampiran 4 Instrumen Wawancara Guru dan Siswa ... 114
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 115
Lampiran 6 Kisi-Kisi Soal ... 120
Lampiran 7 Soal Pre-Test dan Post-Test ... 121
Lampiran 8 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Saat Role Playing ... 137
Lampiran 9 Instrumen Observasi Kelas Saat Role Playing ... 139
Lampiran 10 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Saat Role Playing ... 140
Lampiran 11 Instrumen Refleksi Guru ... 141
Lampiran 12 Instrumen Refleksi Siswa ... 142
Lampiran 13 Instrumen Wawancara Guru dan Siswa Sesudah Role playing ... 143
Lampiran 14 Role Of The Game Role Playing ... 144
Lampiran 15 Skenario Pembelajaran ... 146
Lampiran 16 Hasil Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Sebelum Penerapan Role Playing ... 147
Lampiran 17 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Sebelum Penerapan Role Playing ... 150
Lampiran 18 Catatan Anecdotal Observasi Keadaan Kelas Sebelum Penerapan Role Playing... 151
Lampiran 19 Wawancara Pada Guru Sebelum Tindakan ... 152
Lampiran 20 Wawancara Pada Siswa Sebelum Tindakan ... 153
Lampiran 21 Daftar Kelompok... 154
Lampiran 21a Daftar Kelompok Saat Pelaksanaan Role Playing ... 155
Lampiran 22 Papan Nama ... 156
Lampiran 23 Uang-Uangan ... 157
Lampiran 24 Instruksi Masing-Masing Peran ... 158
xviii
Lampiran 26 Buku Akuntansi ... 172
Lampiran 27 Buku Kas ... 175
Lampiran 28 Hasil Pre-Test ... 176
Lampiran 29 Hasil Observasi Aktivitas Guru Saat Penerapan Role Playing ... 183
Lampiran 30 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Saat Penerapan Role Playing ... 185
Lampiran 31 Hasil Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Role Playing ... 186
Lampiran 32 Hasil Refleksi Siswa Sesudah Penerapan Role Playing ... 187
Lampiran 33 Wawancara Pada Siswa Sesudah Tindakan... 194
Lampiran 34 Hasil Refleksi Guru Sesudah Penerapan Role Playing ... 195
Lampiran 35 Wawancara Pada Guru Sesudah Tindakan ... 196
Lampiran 36 Hasil Post-Test ... 198
Lampiran 37 Analisis Pre-Test Post-Test ... 204
Lampiran 38 Hasil Pengujian Normalitas Kolmogorof-Smirnov Test ... 205
Lampiran 39 Hasil Uji Beda Rata-Rata Paired Smples Test ... 206
Lampiran 40 Surat Ijin Penelitian ... 207
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa sekolah menengah atas program ilmu sosial kelas XII pada semester gasal adalah memahami materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus pada siklus akuntansi perusahaan dagang. Bukti transaksi adalah dokumen atau surat yang menandai bahwa transaksi yang sah telah terjadi (Suwardjono, 2002:131). Bukti transaksi harus dianalisis. Analisis bukti transaksi merupakan kegiatan mengidentifikasi dokumen-dokumen otentik berisi data transaksi yang telah dilakukan. Kemampuan siswa dalam melakukan analisis bukti transaksi sangatlah penting, karena benar atau salahnya analisis akan menentukan benar atau salahnya pencatatan ke dalam buku jurnal dan proses alat ukurnya. Idealnya agar tujuan pembelajaran dapat dicapai, guru harus memiliki metode pembelajaran yang tepat.
2
memiliki pemahaman yang baik terhadap materi pembelajaran akuntansi. Nilai ulangan harian siswa menunjukkan cukup banyak siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Guru perlu memiliki metode yang tepat dalam pembelajaran. Pada materi pembelajaran analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus idealnya pembelajaran dikemas secara menarik dan kontekstual. Salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih adalah role playing (bermain peran). Role playing atau bermain peran/sosiodrama adalah suatu model mengajar di mana
guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (Djajadisastra, 1982:34). Dalam pembelajaran akuntansi, role playing dapat dilakukan dengan mengajarkan siswa memainkan peran sebagaimana yang ada dalam perusahaan dagang. Siswa akan berperan sebagai pihak yang mengambil peranan bagian penjualan dan pembelian, bagian keuangan, dan bagian akuntansi. Melalui cara ini siswa diharapkan lebih mampu mengenal proses akuntansi perusahaan dagang, khususnya analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus.
Siswa akan belajar dengan bermain peran layaknya seorang yang bekerja dalam suatu perusahaan dagang. Ada yang bertindak sebagai bagian penjualan dan pembelian, bagian keuangan, dan bagian akuntansi. Pada setiap bagian perusahaan siswa berlatih membuat bukti transaksi, mengenal hubungan di antara bagian-bagian, menganalisis bukti transaksi, dan melakukan pencatatan akuntansi. Setiap siswa memiliki tugas atau kewenangan masing-masing sesuai dengan bagiannya.
Melalui cara pembelajaran demikian, siswa mengalami pembelajaran yang bersifat kontekstual yang berujung kepada pemahaman siswa yang lebih komprehensif tentang siklus akuntansi perusahaan dagang pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi ke dalam jurnal khusus.
Berdasarkan masalah di atas, maka penulis akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Role Playing Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Materi Analisis Bukti Transaksi Dan Pencatatan Bukti Transaksi Dalam Jurnal Khusus” Studi Kasus Siswa Kelas XII Sosial 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini difokuskan untuk memaparkan rancangan dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe role playing untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas XII Sosial 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus.
C. Rumusan Masalah
4
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatkan pemahaman materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus pada siswa kelas XII Sosial 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe role playing.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe role playing ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus pada siswa kelas XII Sosial 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta.
2. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu alternatif bagi guru dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus pada siswa kelas XII Sosial 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi bagi guru dalam menjalankan PTK di sekolah. Hal demikian diharapkan agar upaya perbaikan proses pembelajaran dapat diwujudkan di sekolah.
4. Bagi Perguruan Tinggi
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Menurut Lewin (Arifin, 2011:96), PTK merupakan cara guru untuk mengorganisasikan pembelajaran berdasarkan pengalamannya sendiri atau pengalamannya berkolaborasi dengan guru lain (kompetensi profesional). Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan di kelasnya sendiri dengan cara: (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Kusumah & Tagama, 2009:9).
proses penyelidikan ilmiah dalam bentuk refleksi diri yang melibatkan guru dalam situasi pendidikan tertentu dengan tujuan memperbaiki pemahaman dan keadilan tentang praktik yang dilakukan, dan situasi-situasi dimana praktik itu dilaksanakan (Arifin, 2011:98).
Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa PTK adalah suatu tindakan yang terjadi di kelas untuk perbaikan mutu pembelajaran yang menghasilkan peningkatan kualitas pendidikan.
2. Karakteristik PTK
Menurut Rochman Natawidjaya (Mulyasa, 2009:14), karakteristik PTK sebagai berikut:
a. Merupakan prosedur penelitian di tempat kejadian yang dirancang untuk menanggulangi masalah nyata di tempat yang bersangkutan;
b. Ditetapkan secara kontekstual, artinya variabel-variabel atau faktor-faktor yang ditelaah selalu terkait dengan keadaan dan suasana penelitian;
c. Terarah pada perbaikan atau peningkatan mutu kinerja guru di kelas; d. Bersifat fleksibel (disesuaikan dengan keadaan);
e. Banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung dari pengamatan atas perilaku serta refleksi peneliti;
f. Menyerupai “penelitian eksperimental”, namun tidak secara ketat
mempedulikan pengendalian variabel; dan
g. Bersifat situasional dan spesifik, umumnya dilakukan dalam bentuk studi kasus.
3. Tujuan PTK
Secara umum, menurut Rochman Natawidjaya (Suwandi, 2010:15), tujuan PTK adalah sebagai berikut:
a. Untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi guru dan tenaga kependidikan, terutama yang berkenaan dengan masalah pembelajaran dan pengembangan materi pengajaran;
8
c. Untuk melaksanakan program latihan, terutama pelatihan dalam jabatan guru, yaitu sebagai salah satu strategi pelatihan yang bersifat inkuiri agar peserta lebih banyak menghayati dan langsung menerapkan hasil pelatihan tersebut;
d. Untuk memasukkan unsur-unsur pembaharuan dalam sistem pembelajaran yang sedang berjalan dan sulit untuk ditembus oleh pembaharuan pada umumnya;
e. Untuk membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara praktisi (guru) dengan para peneliti akademik, dan;
f. Untuk perbaikan suasana keseluruhan sistem atau masyarakat sekolah, yang melibatkan administrasi pendidikan, guru, siswa, orang tua, dan pihak lain yang bersangkutan dengan pihak sekolah.
4. Kelebihan dan Kekurangan PTK
Kelebihan PTK yakni (Arifin, 2011:107):
a. Hasil PTK kolaboratif dapat dijadikan feedback bagi sistem pembelajaran dengan cara yang lebih substansional dan kritis
b. Mendorong guru untuk berbagi masalah pembelajaran dengan pihak-pihak yang terkait
c. Dapat memberdayakan potensi guru
d. Tumbuhnya rasa memiliki melalui kolaborasi tim dalam PTK
e. Tumbuhnya berpikir kritis dan kreatif, sistematis, dan logis melalui interaksi terbuka yang bersifat reflektif-evaluatif dalam PTK
f. Adanya upaya saling mendorong untuk berubah dalam kerjasama
g. Meningkatnya kesepakatan melalui kerja sama secara demokratis dan dialogis
h. Timbulnya semangat dan motivasi kerja dalam dinamika kelompok. Kekurangan PTK antara lain (Arifin, 2011:108):
a. Sulitnya mencapai keharmonisan kerja sama antara orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda
b. Kurangnya pengetahuan peneliti dalam metode peneliti karena terlalu banyak berusaha tentang hal-hal praktis
c. Rendahnya efisiensi waktu karena di satu pihak, guru sebagai peneliti harus terlibat dalam proses tindakan sedangkan di pihak lain guru harus melakukan tugas rutin
d. Adanya tuntutan pemimpin kelompok untuk bertindak secara demokratis dan memiliki kepekaan tinggi
e. Memiliki validitas dan reliabilitas yang rendah.
B. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sugiyanto, 2009:37). Sedangkan Artzt dan Newman (Trianto, 2009:56) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi setiap siswa di dalam anggota kelompok memiliki tanggung jawab bersama untuk keberhasilan kelompoknya. Lie (2008:23) menyatakan bahwa ada tiga pilihan model pembelajaran, yaitu kompetisi, individual, dan cooperative learning. Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan suatu metode pembelajaran yang menekankan pada kerja sama dalam sebuah team, menurut Lie (2008:29)
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang terdiri dari beberapa siswa dalam suatu kelompok atau team dengan menggunakan unsur kerja sama dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif
10
membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif (Sugiyanto, 2009:42). Sementara menurut Zamron (Trianto, 2009:56), manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di samping itu pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan solidaritas antar siswa.
3. Unsur-unsur dan Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Trianto, 2009:60):
a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa merasa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya sukses juga. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok.
c. Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.
d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa juga dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa pada kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus. e. Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses
kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
Rusman (2011:204) mengatakan ada 4 hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif :
a. adanya peserta didik dalam kelompok b. adanya aturan main dalam kelompok
c. adanya upaya belajar dalam kelompok
d. adanya kompetensi yang harus dicapai dalam kelompok
Berkenaan dengan pengelompokan siswa dapat ditentukan berdasarkan Rusman (2011:204):
a. minat dan bakat siswa
b. latar belakang kemampuan siswa
c. perpaduan antara minat dan bakat siswa dengan latar belakang kemampuan siswa.
Hal itu berarti bahwa untuk pembagian kelompok guru tidak bisa seenaknya, tetapi guru harus menentukan sendiri anggota-anggota dari kelompok tersebut karena gurulah yang mengetahui minat, bakat maupun tingkat kecerdasan dari masing masing siswa.
Dari pendapat di atas dapat disimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajarn yang menekankan pada peran aktif siswa dalam belajar dalam kelompok secara kolaboratif. Pembagian kelompoknya pun tidak asal-asalan tetapi harus memperhatikan tingkat kecerdasan siswa. Model pembelajaran kooperatif ini dilaksanakan dalam bentuk sharing sehingga dapat membentuk pemahaman diantara para siswa itu sendiri. Dalam pembelajaran ini siswa tidak belajar dari guru tetapi siswa menyimpulkan sendiri apa yang dikatakan oleh teman-temannya dan menggabungkan dengan apa yang ia pikirkan.
4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
12
a. Penjelasan Materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (tim).
b. Belajar dalam Kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pembelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan ini bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender, latar belakang agama, sosial-ekonomi, dan etnik serta perbedaan kemampuan akademik. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Anita Lie menjelaskan beberapa alasan lebih disukai pengelompokan heterogen. Pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnis, dan gender. Melalui pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk melakukan tukar-menukar (sharing) informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat.
c. Penilaian
Penilain dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individu maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.
d. Pengakuan Tim
Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi kelompok lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.
C. Ruang Lingkup Model Pembelajaran Role Playing
1. Pengertian role playing
Menurut Hisyam (2008:98), model pembelajaran role playing dikenal dengan nama model pembelajaran bermain peran. Pengorganisasian kelas secara berkelompok, masing-masing kelompok memperagakan/menampilkan skenario yang telah dibuat guru. Siswa diberi kebebasan berimprovisasi namun masih dalam batas-batas skenario dari guru. Metode role playing atau metode bermain peran/sosiodrama adalah suatu metode mengajar di mana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (Djajadisastra, 1982:34). Dengan metode role playing siswa menggambarkan atau mengekspresikan suatu penghayatan dalam keadaan seandainya ia menjadi tokoh yang sedang diperankannya itu.
Menurut Ulinbukit Karo-Karo (1981:60), role playing adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan atau mempertontonkan kepada pelajar untuk mencapai tujuan pengajaran. Bahan-bahan yang disajikan dengan metode role playing ini adalah hubungan-hubungan sosial (isi hubungan sosial, konflik-konflik sosial, cara-cara orang mengambil keputusan, peranan orang tua dan sebagainya). Sedangkan Yahya (http://apa de-finisi-nya. Blog-spot.com/2008/05/ kumpulan metode pembelajaran pen-dampin-ga. html) menjelaskan bahwa role playing pada prinsipnya merupakan metode untuk
14
„pertunjukan peran‟ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan
sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian.
Berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode role playing adalah sebuah metode pembelajaran dimana guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk bermain peran dalam batasan skenario yang diberikan oleh guru. Serta peran-peran yang dilakukan oleh siswa adalah peran yang terjadi di dunia nyata dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas yang menjadi bahan refleksi untuk sebuah penilaian dalam belajar.
2. Asumsi dasar role playing
Menurut Mulyasa (2004:141), sebagaimana dikutip Dindayu (http:// dindayu. wordpress. com/2010/06/17/ model-bermain-peran-role-playing/), terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran role playing untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai sosial, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:
a. Secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi “di sini pada saat ini”. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogi mengenai situasi kehidupan nyata. Terhadap analogi yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons orang lain. b. Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk
paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan dari pada bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.
c. Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang terlalu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.
d. Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan, dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para peserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.
3. Fase-Fase dalam Role Playing
Menurut Hisyam (2008:104-116), role playing dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu: perencanaan, interaksi, dan refleksi atau evaluasi. Berikut ini adalah uraian ketiga tahap tersebut:
a. Perencanaan dan persiapan
Sebelum kita melakukan suatu kegiatan maka kita harus membuat perencanaan yang baik. Karena perencanaan yang baik akan dapat memberikan hasil yang baik pula. Dalam role playing ada beberapa perencanaan yang harus dilakukan yaitu:
1) Mengenal peserta didik
16
didik, minat dan kemampuan peserta didik, dan kemampuan peserta didik untuk melakukan kolaborasi.
2) Menentukan tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran harus didefinisikan secara jelas agar memiliki fokus kerja yang jelas. Selain dirumuskan dengan jelas hendaknya tujuan pembelajaran tersebut diungkapkan kepada peserta didik atau siswa. 3) Mengidentifikasi skenario dan penempatan peran
Dari masalah yang ada di sekitar peserta didik yang akan diangkat dalam role playing maka harus disusun dalam bentuk skenario. Skenario yang ada tersebut akan memberikan informasi tentang apa yang harus diketahui oleh peserta didik. Setelah kita membuat skenario untuk suatu materi tertentu maka kita akan menempatkan beberapa peran yang sesuai dengan skenario yang telah kita buat.
4) Menentukan posisi guru
Dalam hal ini guru harus menentukan posisinya, apakah dia akan ikut berperan atau menjadi pengamat dalam proses role playing.
5) Mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik
Sebelum dilaksanakan role playing maka kita harus benar-benar memperhatikan hambatan-hambatan yang berasal dari piranti fisik seperti ketersediaan ruangan, kondisi kelas, dan sebagainya.
6) Merencanakan waktu
Pelaksanaan role playing akan sangat tergantung dari jenis role playing yang diterapkan. Namun sekiranya perbandingan waktu yang sering digunakan antara pendahuluan, interaksi, dan evaluasi adalah 1:3:2. 7) Mengumpulkan sumber informasi yang relevan
Setelah semua hal-hal yang pokok telah diperhatikan maka kita juga memerlukan tambahan informasi untuk memperkuat skenario yang telah kita buat.
b. Interaksi
Adapun langkah-langkah pengimplementasian rencana ke dalam aksi adalah:
1) Membangun aturan dasar.
2) Mengeksplisitkan tujuan pembelajaran. 3) Membuat langkah-langkah yang jelas. 4) Mengurangi ketakutan di depan publik. 5) Mengambarkan skenario atau situasi. 6) Memulai role playing.
c. Refleksi dan evaluasi 1) Refleksi
Setelah kita melakukan serangkain kegiatan role playing maka harus diadakan refleksi. Dari kegiatan pembelajaran yang baru saja dilakukan ada banyak hal yang ditemukan oleh peserta didik maupun guru. Dalam refleksi ini peserta didik maupun guru mengemukakan manfaat dan pengetahuan yang diperoleh serta perasaan mereka selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan role playing.
2) Evaluasi
Evaluasi ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses pembelajaran role playing berlangsung. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memberikan masukan mengenai hal-hal apa saja yang masih harus diperbaiki dalam pembelajaran role playing dan hal mana yang harus dipertahankan.
4. Kelebihan dan kelemahan role playing
Menurut Djajadisastra (1988:41-43), ada beberapa kelebihan dan kekurang role playing:
a. Kelebihan metode role playing
1) Peserta didik belajar untuk memecahkan permasalahan sosial menurut pendapatnya sendiri.
2) Memperkaya peserta didik dalam berbagai pengalaman situasi sosial. 3) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengekspresikan
perasaannya.
4) Memberi kesempatan bagi peserta didik untuk belajar mengungkapkan pendapat dengan jelas dan dimengerti oleh orang lain.
5) Belajar untuk menerima pendapat orang lain sehubungan dengan pemecahan masalah ketika memutuskan suatu peran.
b. Kelemahan role playing
1) Suatu pemecahan yang pernah diperankan dalam role playing belum tentu cocok untuk memecahkan masalah secara nyata.
2) Kecenderungan untuk membenarkan suatu tindakan atau keputusan. 3) Peserta didik yang belum memiliki kematangan psikis sulit untuk
menghasilkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. 4) Kekurangan pengalaman dalam menghadapi situasi sosial yang ada. 5) Keterbatasan waktu yang digunakan dalam bermain peran.
6) Rasa malu akan menghambat proses bermain peran.
D. Pengertian Pemahaman
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwodarminto,1984:694), paham memiliki arti pengertian, pendapat pikiran, dan mengerti benar. Hal tersebut juga sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Pusat Bahasa (2008:998) dimana kata paham diartikan sebagai pengertian, pendapat pikiran. Pemahaman berasal dari dasar kata
18
menjadi kata pemahaman. Pemahaman sendiri diartikan sebagai proses berbuat memahami atau memahamkan.
Tingkat pemahaman siswa dapat dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh selama proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dinilai melalui evaluasi pembelajaran. Evaluasi atau penilaian adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan kriteria tertentu (Purwanto, 2009:3). Prestasi belajar diukur dari evaluasi pembelajaran berdasarkan nilai atau skor yang diperoleh siswa. Siswa dikatakan paham apabila nilai atau skor pada evaluasi pembelajaran berada di atas standar kelulusan yang telah ditetapkan. Sebaliknya apabila skor atau nilai siswa dibawah standar kelulusan maka dapat dikatakan belum paham.
Menurut Arikunto (2007:241-243), ada beberapa skala penilaian yang dapat mengukur pemahaman atau keberhasilan siswa dalam mempelajari materi mata pelajaran, yaitu:
1. Skala bebas adalah skala penilaian yang tidak tetap. Ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali 25, lain kali 50. Ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal. 2. Skala 0-10 adalah skala penilaian untuk angka 0 adalah angka terendah dan
angka 10 adalah angka tertinggi.
3. Skala 0 – 100 adalah skala penilaian yang lebih halus dibanding skala 0 -10, karena skala ini menilai dalam bilangan bulat.
4. Skala huruf adalah skala penilaian yang menggunakan huruf A, B, C, D, dan E.
E. Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang
Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan utamanya membeli, menyimpan, dan selanjutnya menjual barang dagang dengan tidak merubah bentuk barang yang diperjualbelikannya tersebut lebih dahulu (Mulyadi, 2011:3). Pada siklus akuntansi perusahaan dagang, materi yang diajarkan terkait satu siklus akuntansi mulai dari mengidentifikasi dan menganalisis bukti transaksi,
pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus, posting ke buku besar, pembuatan neraca saldo, dan pembuatan laporan keuangan.
Langkah pertama dalam siklus atau proses akuntansi adalah mengidentifikasi transaksi. Menurut Harnanto (2007:81), transaksi adalah kejadian atau peristiwa yang mempengaruhi atau mengakibatkan perubahan posisi keuangan perusahaan, dan dapat diukur secara obyektif. Akuntan harus secara sistematik mengidentifikasi dan menganalisis setiap transaksi yang terjadi, sehingga dapat dicatat sebagaimana mestinya (Harnanto, 2007:63). Identifikasi keabsahan fisik bukti transaksi artinya menentukan pihak mana yang mengeluarkan serta meneliti kebenaran identitas fisik bukti transaksi yang bersangkutan (http:/ pretty-nyul. blogspot.com/2012/11/kegiatan-analisis-bukti-transaksi. html?m=1). Sedangkan analisis bukti transaksi adalah kegiatan menentukan efeknya terhadap posisi keuangan perusahaan dengan mengacu pada persamaan neraca, yang secara sistematis dinyatakan sebagai berikut; aktiva = kewajiban + ekuitas (Harnanto, 2007:63).
20
F. Kerangka Berpikir
Djajadisastra (1982:34) mengungkapkan bahwa metode bermain peran atau berperan adalah suatu metode mengajar di mana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu seperti yang yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (sosial). Sedangkan menurut Hisyam (2008:98), role playing merupakan suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. Tujuan dari pembelajaran role playing adalah agar siswa mampu meningkatkan pemahaman dari materi yang dipelajari. Dengan role playing siswa mampu berperan aktif di dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas, dengan memainkan peran layaknya yang terjadi dalam dunia nyata.
Pada pembelajaran siklus akuntansi perusahaan dagang siswa diharapkan mampu menganalisis bukti transaksi, pencatatan ke dalam jurnal, posting ke buku besar, pembuatan neraca saldo, dan pembuatan laporan keuangan. Siklus akuntansi tersebut melibatkan beberapa pihak yang terpisah tetapi saling berkaitan. Pihak-pihak tersebut antara lain bagian akuntansi, bagian keuangan, dan bagian penjualan dan pembelian. Dalam pembelajaran role playing siswa diajak untuk bermain peran seperti layaknya seorang yang bekerja pada bagian tersebut dalam perusahaan. Siswa yang berperan sebagai pelaksana transaksi bertugas untuk melakukan transaksi yang terjadi di dalam perusahaan dan berhubungan secara langsung dengan pihak di luar perusahaan. Siswa yang berperan sebagai bagian keuangan bertugas untuk mengurus keluar dan masuknya uang perusahaan, dan membuat bukti transaksi yang diperlukan. Siswa yang
berperan sebagai akuntan bertugas untuk mencatat transaksi ke dalam jurnal khusus sampai dengan pembuatan laporan keuangan. Siswa yang berperan sebagai pihak yang ada di luar perusahaan pertugas untuk menyediakan bukti transaksi atas transaksi yang dilakukan perusahaan. Setiap siswa harus benar-benar memahami tugas dari tiap peran sehingga role playing dapat berjalan sesuai dengan praktik akuntansi yang nyata.
22
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dirumuskan hipotesis penelitian dalam penelitian ini:
Ha = terdapat perbedaan pemahaman siswa sebelum dan sesudah diterapkan
model pembelajaran role playing pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus
23 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan suatu pencermatan terhadap suatu kegiatan pembelajaran berupa tindakan yang sengaja diadakan dan terjadi di dalam suatu kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolaboratif antara guru mitra dan peneliti. Dengan PTK ini diharapkan masalah-masalah yang ada di dalam kelas dapat diatasi dan terjadi perbaikan kualitas pembelajaran akuntansi khususnya materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 11 Yogyakarta, Jl A.M. Sangaji No. 50
2. Waktu Penelitian
24
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas XII Sosial 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah peningkatan pemahaman siswa akan materi analisis bukti transaksi dalam jurnal khusus melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe role playing.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua tahapan yaitu kegiatan penelitian pendahuluan dan pelaksanaan tindakan pembelajaran. Secara rinci kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahapan sebagai berikut:
1. Kegiatan Penelitian Pendahuluan
Kegiatan awal sebelum penelitian adalah melakukan observasi awal yang berguna untuk mengetahui situasi pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan. Kegiatan observasi mencakup:
a. Observasi pada guru
membuka pembelajaran, penguasaan materi pelajaran, pendekatan strategi pembelajaran, pemanfaatan media pembelajaran/sumber belajar, pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa, kemampuan khusus dalam pembelajaran bidang studi, penilaian proses dan hasil belajar, penggunaan bahasa, refleksi dan rangkuman pembelajaran, dan pelaksanaan tindak lanjut.
b. Observasi pada siswa
Observasi pada siswa dilakukan untuk mengetahui kegiatan siswa pada proses pembelajaran di dalam kelas. Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas. Kegiatan siswa yang diobservasi meliputi kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, tanggapan siswa terhadap pembahasan materi, keseriusan dalam mengerjakan tugas, dan interaksi sesama siswa di kelas.
c. Observasi pada kelas
26
d. Wawancara pada guru
Wawancara pada guru dilakukan untuk mengetahui secara langsung tentang metode yang biasa digunakan guru pada saat mengajar, masalah yang dihadapi ketika melakukan proses belajar mengajar, dan pentingnya materi bagi siswa. Wawancara dilakukan secara langsung dengan guru.
e. Wawancara pada siswa
Wawancara pada siswa dilakukan untuk mengetahui secara langsung tentang masalah yang dialami siswa saat mengikuti pembelajaran di kelas dan pembelajaran seperti apa yang diinginkan oleh siswa. Wawancara dilakukan secara langsung dengan siswa.
2. Pelaksanaan Penelitian
Pada pelaksanaan ini, terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan antara lain:
a. Perencanaan tindakan (planning)
Peneliti bersama guru mitra mengidentifikasi permasalahan pembelajaran yang ditemukan saat observasi dan merencanakan tindakan berupa penyiapan model pembelajaran kooperatif tipe role playing, yang meliputi:
1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup, dan penilaian.
2) Pembagian kelompok
Peneliti dan guru mitra membagi siswa dalam kelompok. Satu kelompok terdiri dari 4 siswa setiap kelompok. Pembagian kelompok dilakukan berdasarkan nilai hasil ujian siswa pada materi sebelumnya. Dalam satu kelompok akan terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen.
3) Pembuatan media pembelajaran
Media pembelajaran terdiri dari papan nama, uang-uangan, instruksi masing-masing peran, bukti transaksi, buku akuntansi, buku kas, dan media pembelajaran lainnya.
4) Penyusunan instrumen observasi yang meliputi observasi guru, siswa, dan kelas.
5) Penyusunan instrumen refleksi yang meliputi refleksi guru dan siswa.
6) Penyusunan soal
28
yang dibuat benar-benar objektif pada saat digunakan untuk mengukur pemahaman siswa. Berikut hasil dari uji validitas soal pre-test:
Tabel 3.1
Hasil Uji Validitas Soal Pre-Test
Butir nilai Pearson Correlation yang lebih besar dari nilai koefisien teoritik (r = 0,4683). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa butir soal pre-test variabel pemahaman siswa adalah valid. Pengujian reliabilitas pre-test menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20) (Masidjo, 1995:233),yaitu:
Rumus:
rtt adalah koefisien reliabilitas n adalah banyaknya butir soal
adalah varians skor total p adalah indeks kesukaran q adalah 1-p
Perhitungan:
Dari semua butir soal pre-test pada variabel pemahaman siswa diperoleh nilai rtt sebesar 0,831. Kategori koefisien reliabilitas tersebut adalah sangat tinggi, mengingat nilai berada pada kisaran nilai 0,80 < rtt ≤ 1,00 (Guilford, 1956:145). Hal demikian berarti instrumen pre-test dikatakan andal. Berikut hasil dari uji validitas soal post-test:
Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas Soal Post-Test
Butir Pertanyaan
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed) N
Nilai
Kritis Kesimpulan
Butir 1 0,473 0,047 18 0,4683 Valid
Butir 2 0,648 0,004 18 0,4683 Valid
Butir 3 0,533 0,023 18 0,4683 Valid
Butir 4 0,529 0,024 18 0,4683 Valid
Butir 5 0,660 0,003 18 0,4683 Valid
30
Butir 7 0,497 0,036 18 0,4683 Valid
Butir 8 0,604 0,008 18 0,4683 Valid
Butir 9 0,559 0,016 18 0,4683 Valid
Butir 10 0,559 0,016 18 0,4683 Valid
Butir 11 0,626 0,005 18 0,4683 Valid
Butir 12 0,528 0,024 18 0,4683 Valid
Butir 13 0,542 0,020 18 0,4683 Valid
Butir 14 0,559 0,016 18 0,4683 Valid
Butir 15 0,525 0,025 18 0,4683 Valid
Dari tabel 3.2 menunjukkan bahwa setiap butir soal pertanyaan memiliki nilai Pearson Correlation yang lebih besar dari nilai koefisien teoritik (r = 0,4683). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua butir soal post-test variabel pemahaman siswa adalah valid. Pengujian reliabilitas post-test menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20) (Masidjo, 1995:233), yaitu:
Rumus:
rtt adalah koefisien reliabilitas n adalah banyaknya butir soal
adalah varians skor total p adalah indeks kesukaran q adalah 1-p
Perhitungan:
Dari semua butir soal post-test pada variabel pemahaman siswa diperoleh nilai rtt sebesar 0,845. Kategori koefisien reliabilitas tersebut adalah sangat tinggi, mengingat nilai berada pada kisaran nilai 0,80 < rtt ≤ 1,00 (Guilford, 1956:145). Hal demikian berarti instrumen post-test dikatakan andal.
b. Pelaksanaan tindakan (acting)
Dalam tahap ini guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran (RPP). Tahapan pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal Penelitian
a) Guru memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media.
b) Guru memeriksa kesiapan siswa.
c) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
d) Guru melakukan kegiatan apersepsi dan orientasi kegiatan pembelajaran.
e) Guru memberikan pre-test untuk mengetahui pemahaman siswa akan materi yang baru diajarkan.
2) Kegiatan Inti Penelitian Tindakan Kelas
32
b) Guru bersama fasilitator membagi media yang digunakan dalam role playing.
c) Guru membacakan informasi umum tentang kasus perusahaan dagang “HELM ELEVEN”.
d) Guru memulai permainan role playing. 3) Kegiatan Akhir Penelitian
a) Guru melaksanakan post-test.
b) Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi dan menarik kesimpulan pembelajaran.
3. Pengamatan (observing)
a. Peneliti menyiapkan lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar observasi keadaan kelas. b. Peneliti malaksanakan observasi secara langsung di kelas dan
mencatat kegiatan tersebut sebagaimana adanya. 4. Evaluasi dan refleksi (reflecting)
a. Evaluasi
1) Melakukan wawancara guru
a) Wawancara guru dilakukan sesudah pembelajaran.
b) Peneliti melakukan wawancara dengan bertanya pada guru berdasarkan instrumen wawancara yang telah disiapkan.
c) Guru menjawab pertanyaan sebagaimana adanya. 2) Melakukan wawancara siswa
b) Peneliti memilih siswa secara acak untuk melakukan wawancara.
c) Peneliti melakukan wawancara dengan bertanya pada siswa berdasarkan instrumen wawancara yang telah disiapkan.
d) Siswa menjawab pertanyaan sebagaimana adanya. b. Refleksi
1) Refleksi guru
a) Refleksi guru dilakukan sesudah pembelajaran.
b) Peneliti memberikan lembar refleksi guru kepada guru mitra. c) Guru mitra melakukan refleksi pada lembar refleksi guru
sebagaimana adanya. 2) Refleksi siswa
a) Refleksi siswa dilakukan diakhir pembelajaran. b) Peneliti membagikan lembar refleksi siswa.
c) Siswa melakukan refleksi pada lembar refleksi siswa sebagaimana adanya.
E. Instrumen Penelitian 1. Observasi pendahuluan
a. Instrumen observasi terhadap aktivitas guru (lampiran 1, halaman 109)
34
c. Instrumen observasi terhadap aktivitas siswa (lampiran 3 , halaman 113)
d. Instrumen wawancara terhadap guru (lampiran 4, halaman 114) e. Instrumen wawancara terhadap siswa (lampiran 4, halaman 114) 2. Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
a. Tahap perencanaan
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (lampiran 5, halaman 115)
2) Pembagian kelompok (lampiran 21, halaman 154) 3) Media Pembelajaran meliputi:
a) Papan nama (lampiran 22, halaman 156) b) Uang-uangan (lampiran 23, halaman 157)
c) Instruksi masing-masing peran (lampiran 24, halaman 158) d) Bukti transaksi (lampiran 25, halaman 166)
e) Buku akuntansi (lampiran 26, halaman 172) f) Buku kas (lampiran 27, halaman 176) g) Media pembelajaran lainnya
b. Tahap observasi
Pada tahap observasi instrumen yang dibutuhkan yaitu:
1)Instrumen observasi aktivitas guru di kelas saat role playing (lampiran 8, halaman 137)
2)Instrumen observasi keadaan kelas saat role playing (lampiran 9, halaman 139)
3)Instrumen observasi aktvitas siswa di kelas saat role playing (lampiran 10, halaman 140)
c. Tahap evaluasi dan refleksi 1) Evaluasi
a) Instrumen wawancara guru (lampiran 13, halaman 143) b) Instrumen wawancara siswa (lampiran 13, halaman 143) 2) Refleksi
a) Instrumen refleksi guru (lampiran 11, halaman 141) b) Instrumen refleksi siswa (lampiran 12, halaman 142)
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa cara diantaranya:
1. Metode Observasi
Menurut Margono dalam Zuriah (2005:173), observasi sebagai pencatatan dan pengamatan secara sistematis mengenai objek yang diamati. Observasi dilakukan oleh peneliti dan guru mitra untuk mengetahui secara langsung aktivitas guru, siswa, dan kondisi kelas saat proses belajar mengajar berlangsung. Observasi dilakukan secara langsung pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung.
2. Metode Wawancara
36
verbal antara peneliti dan responden. Melalui wawancara, peneliti memperoleh data mengenai pendapat siswa dan pendapat guru tentang penerapan model pembelajaran role playing. Wawancara dengan siswa bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai pemahamannya atas materi yang diajarkan. Sedangkan, wawancara dengan guru bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman siswa dengan penerapan model pembelajaran role playing. Wawancara ini dilakukan dalam situasi yang tidak formal.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sarwono (2006:225) adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dari surat-surat kabar, pengumuman, dan pernyataan tertulis lainnya. Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang diperlukan seperti data siswa dan hasil belajar siswa. Selain dokumentasi dalam bentuk seperti diatas kegiatan pembelajaran juga didokumentasikan dalam video recorder.
G. Teknis Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan komparatif. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan tingkat pemahaman siswa tentang materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus. 1. Analisis deskriptif
secara deskriptif, artinya data dideskripsikan berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas. Pemaparan dapat berupa cerita maupun rangkuman dalam sebuah tabel. Pemaparan berupa cerita meliputi hasil wawancara pada saat observasi awal dan wawancara setelah pelaksanaan tindakan. Pemaparan dalam tabel seperti hasil observasi sebelum pelaksanaan, hasil observasi saat pelaksanaan, dan hasil refleksi. Sedangkan pemahaman siswa dideskripsikan dengan tabel PAP II.
2. Analisis komparatif a. Analisis komparatif
Analisis komparatif adalah analisis data yang membandingkan antara beberapa data dalam penelitian. Analisis komparatif dimaksudkan untuk membandingkan skor nilai siswa pada saat pre-test dengan post–test untuk melihat apakah ada peningkatan
pemahaman siswa pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus melalui penerapkan model pembelajaran kooperatif tipe role playing.
Tabel 3.3
Tabel Komparasi Pemahaman Sebelum dan Sesudah Penerapan Role Playing
No Nama Pre-test Post- test KKM Kesimpulan 1
38
b. Pengujian hipotesis
1) Pengujian prasyarat analisis
Sebelum dilakukan uji mean, digunakan uji normalitas data. Uji normalitas data digunakan untuk menguji normal tidaknya data hasil pengukuran. Apabila data yang terjaring berdistribusi normal, maka analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Untuk mengetahui hal tersebut maka akan digunakan rumus Kolmogorov-Smirnov (Algifari, 2003:152):
D = Maks │Fe– Fo│
Keterangan :
D = Deviasi absolut yang tertinggi Fe = Frekuensi harapan
Fo = Frekuensi observasi
2) Rumusan hipotesis penelitian
Ho = tidak terdapat perbedaan pemahaman siswa sebelum dan
sesudah diterapkan model pembelajaran role playing pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus
Ha = terdapat perbedaan pemahaman siswa sebelum dan sesudah
diterapkan model pembelajaran role playing pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus
3) Pengujian hipotesis penelitian
dan sesudah diterapkan model pembelajaran role playing. Rumus untuk menguji hal tersebut (Sugiyono, 2008 : 122) :
Keterangan :
= Rata-rata sampel 1 = Rata-rata sampel 2
s1 = Simpangan baku sampel 1 s2 = Simpangan baku sampel 2
= Varians sampel 1 = Varians sampel 2
r = Korelasi antara dua sampel
Kriteria pengujian hipotesis yang digunakan yaitu apabila thitung
< ttabel maka Ho diterima, sebaliknya jika thitung > ttabel maka Ho
40
BAB IV
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. Sejarah SMA Negeri 1 1Yogyakarta
Gedung dibangun pada tahun 1897 dan digunakan sebagai gedung Kweekschool (Sekolah Guru Jaman Belanda). Tanggal 3-5 Oktober 1908
dijadikan sebagai ajang Konggres Boedi Utomo yang pertama dan menempati ruang makan Kweekschool (Aula). Tahun 1927 kompleks gedung ini digunakan sebagai sekolah guru 4 tahun dan 6 tahun (HIK). Selama penjajahan Jepang dipergunakan untuk SGL dan ditutup pada masa Revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Tahun 1946 sekolah dibuka kembali dengan nama SGB dan untuk memenuhi kebutuhan tenaga guru yang kependidikan 6 tahun pada bulan November 1947, pemerintah membuka sekolah guru A (SGA) sehingga kompleks gedung menjadi SGA/SGB dipimpin oleh bapak Sikun Pribadi. Clash II pecah, sekolah terpaksa ditutup kembali dan dibuka kembali ketika Yogyakarta kembali ke Pemerintah RI (Juni 1949).
SGA/B di buka kembali dengan menempati ruang-ruang STM Negeri karena kompleks SGA dipakai sebagai asrama tentara. Tahun 1950 dengan bantuan Sri Sultan HB IX, SGA/B kembali menempati kampus Jln. A.M Sangaji dan diadakan pemisahan yaitu SGB di Jln. A.M Sangaji 38 dan SGA di Jln. A.M. Sangaji 42.
Tahun 1959, SGA kembali menempati kampus Jln. A.M.Sangaji 38, karena SGB tidak menerima siswa baru lagi dan berubah fungsi menjadi SMP 6 Yogyakarta menempati Jln. Cemoro Jajar No.1. Dengan meningkatnya kebutuhan tenaga guru pada tahun 1953/1954 dibuka SGA II menempati lokasi yang sama SGA I tetapi masuk sore hari. Tahun 1959/1960 kedua SGA menjadi SGA I. Tahun 1967 diadakan Integrasi SGA dan SGTK menjadi SPG I dan SGTK menjadi SPG II.
Tahun 1970 SPG Negeri 1 Yogyakarta ditetapkan sebagai pusat latihan guru SD dan pada tahun 1971 dijadikan sebagai homebase I di DIY. Pada tahun 1979 di kompleks sekolah didirikan Perpustakaan Perintis. Pada tahun 1989 pemerintah mengalih fungsikan SPG menjadi SMA, SPG Negeri 1 menjadi SMA Negeri 11 Yogyakarta.
Kepemimpinan Sekolah Sejak 1947 sampai dengan sekarang :
a. 1947-1948 (SGA) : Sikun Pribadi b. Yogya Kembali : Ali Murni
c. 1952 : Supoyo
d. 1956-1959 : Slamet Warsito
e. 1959-1963 : R Sunaryo
f. 1963-1975 (SPG) : R Suharman
g. 1975-1980 : Drs. Lasmadi S
h. 1980-1987 : Drs. Soemarjono
42
j. 1989-1992 : Drs. Slamet Suwidyo ( masa peralihan SPG alih fungsi menjadi SMA 11 Yogyakarta tahun 1989)
k. 1993-1995 (SMA 11) : Drs. Gatut Sugiono l. 1995-1999 (SMU 11) : Eddy Sugiarto
m. 2000-2007 : Drs. H Randi Wijiatno
n. 2007-2009 : Dra. Dwi Rini Wulandari, MM o. 2009 - 2012 : Drs. Bambang Supriyono, MM p. 2012 – sekarang : Dra. Baniyah
B. Visi dan Misi SMA Negeri 11 Yogyakarta 1. Visi
Terwujudnya sekolah yang unggul serta memiliki intelektualitas, integritas, santun berwawasan kebangsaan, dan bercakrawala global.
2. Misi
a. Menerapkan sistem layanan pendidikan yang bermutu berpedoman pada 8 Standar Nasional Pendidikan.
b. Mengembangkan kemampuan akademik bercakrawala global dengan penerapan dan pengembangan kurikulum lokal, nasional, maupun internasional.
c. Mengembangkan potensi dan kreatifitas peserta didik secara optimal dan berakar pada nilai-nilai agama dan budaya nasional Indonesia sesuai dengan tuntutan globalisasi.
d. Menciptakan budaya sekolah yang sportif, kreatif, menyenangkan, dan santun dengan penuh rasa kekeluargaan.
e. Membangun kerjasama dengan pihak luar sekolah sesuai dengan tuntutan globalisasi.
C. Tujuan Satuan Pendidikan SMA Negeri 11 Yogyakarta
1. Membentuk peserta didik yang memiliki keimanan dan ketaqwaan, akhlak mulia, budi pekerti luhur berdasarkan nilai-nilai agama, dan budaya bangsa.
2. Mengoptimalkan potensi dan kreatifitas peserta didik untuk mencapai berbagai keunggulan dan mampu bersaing di tingkat local, nasional, dan internasional.
3. Membekali peserta didik agar memiliki kemampuan akademik dan non akademik, berwawasan global, berbasis teknologi infomasi, dan komunikasi.
4. Mewujudkan profesionalisme dan etos kerja penyelenggara pendidikan. 5. Menjadikan warga sekolah bersikap jujur, kreatif, inovatif, dan mandiri
serta tanggap terhadap tuntutan perubahan jaman.
D. Sistem Pendidikan Satuan Pendidikan SMA Negeri 11 Yogyakarta
44
semester ini, 1 tahun ajaran terdiri dari 2 penggalan yaitu; semester gasal dan semester genap.
E. Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Negeri 11 Yogyakarta 1. Stuktur Kurikulum
Stuktur kurikulum SMA negeri 11 Yogyakarta memuat kelompok mata pelajaran sebagai berikut ini:
a. Kelompok mata pelajaran Agama dan akhlak mulia.
b. Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan kepribadian. c. Kelompok mata pelajaran Ilmu pengetahuan dan teknologi. d. Kelompok mata pelajaran Estetika.
e. Kelompok mata pelajaran Jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Penyusunan Stuktur Kurikulum didasarkan atas standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).
Sekolah atas persetujuan Komite Sekolah dan memperhatikan keterbatasan sarana belajar serta minat peserta didik, menetapkan pengelolaan kelas sebagai berikut ini.
a. SMA Negeri 11 menerapkan sistem paket. Peserta didik mengikuti pembelajaran sesuai dengan yang telah diprogramkan dalam stuktur kurikulum.
b. Jumlah rombongan belajar: Kelas X: 9 rombongan belajar