i
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE
ROLE PLAYING
PADA KOMPETENSI DASAR SIKLUS
AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN
PEMAHAMAN SISWA
Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Angela Sri Handayani NIM: 091334036
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya yang sederhana ini ku persembahkan untuk :
Tuhan Yesus yang telah memberikan kekuatan, berkat dan
anugrah kepadaku.
Bapakku Ych Mudadi S. Ap dan Ibuku Kasilda
Terima kasih atas kasih sayang, doa, pengorbanan, perhatian
dan dukungan kalian.
Kakakku Benedictus Herru dan Adikku Stefanus Wahyu
Terima kasih atas doa dan pengertian kalian selama ini.
Almamaterku,
Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Akuntansi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Percayalah kepada Tuhan Dengan Segenap hatimu
dan janganlah bersandar kepada pengertianmu
sendiri, karena Tuhanlah yang akan menjadi
sandaranmu dan menghindarkan kakimu dari jerat
(Amsal 3:5,26)
Berdoa Dan Berusaha Karena Semuanya Pasti
Ada Jalan Bagi Yang Mau Berusaha.
Pertimbangkanlah Pikiran Orang lain, Jangan
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 05 Juli 2013 Penulis
Angela Sri Handayani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Angela Sri Handayani
Nomor Mahasiswa : 091334036
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROLE
PLAYING PADA KOMPETENSI DASAR SIKLUS AKUNTANSI
PERUSAHAAN JASA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN SISWA. Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 05 Juli 2013 Yang menyatakan,
viii
ABSTRAK
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROLE
PLAYING PADA KOMPETENSI DASAR SIKLUS AKUNTANSI
PERUSAHAAN JASA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN SISWA
Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
Angela Sri Handayani Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2013
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan motivasi belajar siswa pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa khususnya pencatatan ke dalam jurnal umum melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing; (2) peningkatan pemahaman siswa pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa khususnya pencatatan ke dalam jurnal umum melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah 21 siswa kelas XI IPS 1 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam satu siklus yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, kuesioner, tes, wawancara, dan dokumentasi. Data analisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara signifikan (rerata sebelum penelitian = 54,51 dan rerata sesudah penelitian = 62,53; sig. (2-tailed) = 0,000 < α = 0,05); (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing dapat meningkatkan pemahaman siswa secara signifikan (rerata pre-test = 52,18 dan rerata post-test = 79,32; sig. (2-tailed) = 0,000 < α = 0,05).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL ROLE PLAYING TYPE ON ACCOUNTING CYCLE OF SERVICE
COMPANY BASE COMPETENCE AS EFFORT TO IMPROVE
STUDENT’S LEARNING MOTIVATION AND UNDERSTANDING
A Classroom Action Resarch Conducted in the eleventh
Grade Students of The Social Science Department of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta
Angela Sri Handayani Sanata Dharma University
Yogyakarta 2013
The aims of this research are to find out: (1) the improvement of student’s
learning motivation on accounting cycle of service company material especially in general journal entries through cooperative learning model role playing type;
(2) the improvement of student’s understanding on cycle of service company
material especially in general journal entries through cooperative learning model role playing type.
This research is a classroom action research. The participants of this research were 21 students of Eleventh Grade Students of the Social Science Department of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta. There was one cycle of this research. There were four stages, they were planning, action, observation, and reflection. Data gathering was gathered by using observation, questionnaire, test, interview, and documentation methods. The researcher used descriptive and comparative analysis to analyze the data.
The result of this research shows that: (1) the implementation of cooperative learning model role playing type improves student’slearning motivation significantly (the average before the implementation = 54,51 and the average after the implementation = 62,53; sig. (2-tailed) = 0.000 < α = 0.05); (2) the implementation of cooperative learning model role playing type improves
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua karunia dan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skipsi ini. Skripsi dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif
tipe Role Playing Pada Kompetensi Dasar Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi dan Pemahaman Siswa” ini disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Akuntansi di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari beberapa pihak yang telah memberikan bantuan moril, materil, dukungan, bimbingan maupun kerja sama kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan, dan arahannya dalam penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Seluruh dosen Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjadi mahasiswa Pendidikan Akuntansi.
6. Sr. Fidelis Budiriastuti, CB, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan PTK.
7. Bapak Y. Himawan Indaryanto, S.Pd. selaku Guru Akuntansi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data.
8. Para siswa kelas XI IPS 3 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang bersedia bekerja sama membantu peneliti untuk menelitinya.
9. Mbak Aris selaku staf sekretariat Pendidikan Akuntansi yang selama ini telah membantu melayani dalam administrasi.
10. Bapak Mudadi dan Ibu Kasilda selaku orang tua yang selalu memberikan motivasi dan nasihat-nasihat untuk kemajuan hidup penulis.
11. Lek Giyanto dan Lek Marwisah yang selalu memberiku motivasi dan nasihat-nasihat untuk kemajuan hidup penulis. Terima kasih atas semua yang telah diberikan kepada penulis.
12. Masku Benedictus Herru dan Adik ku Stefanus Wahyu selaku saudara penulis yang selalu menghibur penulis.
xii
14. Sahabat-sahabatku Lita Rahayuningrum, Ginanjar Putri Utami, Wahyu Prasetya, Mbak dira, Mentari, Mbak Vj, Mbak Rossa, dan Alex. Terima kasih atas segalanya.
15. Teman-teman Kost Pondok Daun terima kasih atas semangat dan pengertian yang telah diberikan.
16. Teman-temanku seperjuangan bimbingannya bapak Laurentius Saptono, Bowo, Vincent, Puni, Lita, Ratih, Yenica, Riki, Prila terima kasih atas bantuan-bantuan yang kalian berikan, kebersamaan kita sungguh mengajarkan banyak hal.
17. Teman-temanku yang telah membantu selama proses penelitian Anggita Yuda, Dwi, Priam, Agustina Lestari, Agnes, dan Arjun. Terima kasih atas bantuannya.
18. Semua teman-teman dari prodi Pendidikan Akuntansi 2009 kebersamaan kita selalu mengajarkan penulis banyak hal mulai pengetahuan ilmu, belajar bersama dan lain-lain.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, Juni 2013 Penulis
Angela Sri Handayani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... . i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMA PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah... 3
C. Rumusan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian ... 3
E. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Tindakan Kelas... 6
B. Pembelajaran Kooperatif ... 14
C. Model Role Playing………... 19
D. Motivasi ... 27
E. Pemahaman ... 29
F. Jurnal Umum ... 30
xiv BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 38
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 38
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 39
D. Prosedur Penelitian... 39
E. Instrumen Penelitian... 48
F. Teknik Pengumpulan Data ... 57
G. Teknik Analisis Data ... 59
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat... 65
B. Visi Misi Tujuan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta ... 68
C. Sistem Pendidikan Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta ... 71
D. Struktur Kurikulum SMA Stella Duce 2 Yogyakarta ... 71
E. Peraturan Akademik SMA Stella Duce 2 Yogyakarta ... 74
F. Pejabat Struktural Tahun Pelajarn 2012-2013 ... 81
G. Sumber Daya Manusia SMA Stella Duce 2 Yogyakarta ... 88
H. Siswa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta ... 89
I. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta ... 90
J. Fasilitas Pendidikan dan Latihan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta .... 92
K. Majelis Sekolah/ Dewan Komite/ Komite Sekolah ... 94
L. Hubungan antara Sekolah dengan Instansi lain ... 94
M. Usaha-usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 96
N. Tata Tertib Guru ... 102
O. Tata Tertib Siswa ... 103
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 111
B. Analisis Data ... 142
C. Pembahasan ... 152
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
B. Keterbatasan Penelitian ... 157 C. Saran ... 157
DAFTAR PUSTAKA 159
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi ... 50
Tabel 3.2 Pemberian Skor pada Kuesioner ... 51
Tabel 3.3 Rangkuman Pengujian Uji Validitas Motivasi Belajar ... 51
Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa ... 52
Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Pre-test dan Post-test Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa ... 53
Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Pengujian Uji Validitas Soal Pre-test ... 54
Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Pengujian Uji Validitas Soal Post-test ... 56
Tabel 3.8 Penilaian Acuan Patokan PAP Tipe II untuk yang Motivasi Belajar ... 60
Tabel 3.9 Penilaian Acuan Patokan PAP Tipe II untuk yang Pemahaman Siswa ... 60
Tabel 3.10 Data Skor Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan PTK ... 61
Tabel 3.11 Komparasi Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran tipe Role Playing ... 61
Tabel 3.12 Data Skor Pre-test dan Post-test Siswa ... 62
Tabel 3.13 Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran tipe Role Playing ... 62
Tabel 4.1 Struktur Kurikulum ... 72
Tabel 4.2 Kenaikan Kelas X ke kelas XI ... 77
Tabel 4.3 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 81
Tabel 4.4 Daftar Wali Kelas ... 82
Tabel 4.5 Data Siswi tiap Kelas ... 89
Tabel 4.6 Data Sarana dan Prasarana Sekolah ... 91
Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru ... 111
Tabel 5.2 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa di Kelas ... 115
Tabel 5.3 Analisis Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penelitian ... 117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Tabel 5.4 Hasil Observasi Kondisi Kelas dalam Proses
Pembelajaran Sebelum Penelitian ... 118 Tabel 5.5 Daftar Pembagian Kelompok ... 121 Tabel 5.6 Deskripsi Awal Pemahaman Siswa Sebelum Penelitian ... 124 Tabel 5.7 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Model
Pembelajaran Tipe Role Playing ... 128 Tabel 5.8 Deskripsi Variabel Pemahaman Siswa Kelas XI IPS 3 dari
Post-test ... 130 Tabel 5.9 Analisis Motivasi Belajar Siswa Sesudah Penelitian ... 131 Tabel 5.10 Lembar Observasi Aktivitas Guru selama Menerapan
Model Pembelajaran Role Playing... 132 Tabel 5.11 Lembar Observasi Siswa selama Menerapan Model
Pembelajaran Role Playing ... 135 Tabel 5.12 Lembar Observasi Kelas selama Menerapkan Model
Pembelajaran Role Playing ... 137 Tabel 5.13 Instrumen Refleksi Kesan Guru Mitra terhadap Perangkat dan
Model Pembelajaran Role Playing... 141 Tabel 5.14 Analisis Komparatif Motivasi Siswa Sebelum dan Sesudah
PTK ... 143 Tabel 5.15 Rekap Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum dan
Sesudah Implementasi Tindakan ... 144 Tabel 5.16 Hasil Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan
Sesudah PTK ... 145 Tabel 5.17 Rekap Hasil Komaparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan
Sesudah Implementasi ... 146 Tabel 5.18 Pengujian Normalitas Berdasarkan One Sample Kolmogorov
Smirnov ... 148 Tabel 5.19 Hasil Pengujian Rata-rata Berdasarkan Paired Sample Test ... 149 Tabel 5.20 Pengujian Normalitas Pemahaman Siswa Berdasarkan
xviii
DAFTAR GAMBAR
Tabel 2.1 Model Penelitian Tindakan ... 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Observasi ... 161
Lampiran 2 Refleksi ... 185
Lampiran 3 Kuesioner ... 192
Lampiran 4 Daftar Kelompok, Materi Pembelajaran, dan RPP ... 199
Lampiran 5 Pre-test dan Post-test ... 217
Lampiran 6 Kunci jawaban ... 232
Lampiran 7 Pedoman wawancara siswa dan guru ... 239
Lampiran 8 Media Pembelajaran ... 243
Lampiran 9 Daftar data tabulasi... ... 257
Lampiran 10 Skenario ... 292
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jurnal berasal dari kata jour (bahasa Perancis) yang artinya hari. Pengertian jurnal atau buku harian adalah formulir khusus yang dipakai
untuk mencatat setiap bukti pencatatan secara kronologis menurut nama
akun dan jumlah yang harus di debit dan kredit (Moelyati, 2011:33).
Jurnal merupakan pembelajaran dasar setelah siswa mempelajari
persamaan dasar akuntansi, yang setelah itu akan berlanjut ke posting buku besar, serta pembuatan laporan keuangan. Oleh sebab itu penting bagi
siswa untuk memahami materi pencatatan dalam buku jurnal agar siswa
lebih mudah melanjutkan proses pencatatan selanjutnya. Paham atau
tidaknya siswa terhadap materi tersebut selain tergantung dari siswanya
tetapi juga pada gurunya sendiri, yakni bagaimana cara guru
menyampaikan materi tersebut sehingga siswa dapat lebih mudah dan
tertarik untuk mempelajari materi tersebut. Dalam hal ini guru seharusnya
menggunakan metode pembelajaran yang tepat agar siswa lebih tertarik
dan lebih mudah untuk memahami materi siklus akuntansi perusahaan jasa
khususnya pada jurnal umum.
Berdasarkan hasil observasi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta,
tampak bahwa motivasi belajar dan pemahaman siswa tentang materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jurnal umum masih rendah. Rendahnya motivasi siswa dapat ditunjukkan
dari kurangnya antusiasme siswa selama proses pembelajaran. Buktinya
adalah siswa yang merasa bosan selama proses pembelajaran sehingga
berdampak pada pemahaman siswa yang dibuktikan dengan hasil ulangan
siswa yang cenderung rendah pada materi sebelumnya sehingga rerata
hasil ulangan siswa di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan.
Fakta pembelajaran tersebut di atas perlu segera diatasi. Rendahnya
pemahaman siswa diduga kuat karena rendahnya motivasi siswa dalam
pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu ditempuh pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat lebih kreatif dan menyenangkan bagi siswa.
Salah satu model pembelajaran akuntansi yang dapat dipilih untuk
mewujudkan hal tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing.
Role Playing merupakan suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik
(Zaini, 2008:98). Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing
siswa akan bermain peran sebagaimana praktik di dunia nyata. Ada siswa
yang berperan menjadi staf bagian pembelian dan penjualan, staf bagian
akuntansi, dan staf bagian keuangan. Pembagian ini memungkinkan siswa
mengenal bukti transaksi, bagaimana cara membuat bukti transaksi, serta
mencatat transaksi tersebut ke dalam jurnal umum. Dengan menggunakan
3
meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa dalam pembelajaran
akuntansi pada materi jurnal umum.
Berdasarkan fenomena yang terjadi di SMA Stella Duce 2
Yogyakarta, maka penulis bersama guru mitra melakukan suatu penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Implementasi Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing pada Kompetensi Dasar
Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa sebagai Upaya Meningkatkan
Motivasi Belajar Dan Pemahaman Siswa.” Penelitian dilaksanakan
pada siswa kelas XI IPS 3 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Ada banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran akuntansi. Penelitian ini memfokuskan pada upaya
meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa dalam siklus
akuntansi perusahaan jasa, melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Role Playing.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu bagaimana peningkatan motivasi belajar dan
pemahaman siswa kelas XI IPS 3 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta pada
kompetensi dasar siklus akuntansi perusahaan jasa melalui implementasi
model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana
peningkatan motivasi dan pemahaman siswa kelas XI IPS 3 SMA Stella
Duce 2 Yogyakarta pada kompetensi dasar siklus akuntansi perusahaan
jasa melalui implementasi metode Role Playing.
E. Manfaat Penulisan Makalah
1. Bagi Siswa
Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing
diharapkan meningkatkan pemahaman dan motivasi siswa dalam
belajar siklus akuntansi perusahaan jasa.
2. Bagi Guru
Melalui penelitian ini diharapkan guru mendapatkan pengalaman
dalam pembelajaran materi jurnal umum dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Role Playing di kelas. Di samping itu guru diharapkan terinspirasi untuk menerapkan model-model pembelajaran yang kreatif
dan inovatif.
3. Bagi Sekolah
Dengan hasil penelitian ini diharapkan sekolah terpacu untuk
meningkatkan mutu pada pembelajaran yang bermuara pada
peningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa dalam
5
diharapkan guru bidang studi lainnya pun terinspirasi untuk melakukan
hal yang serupa.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi bagi
mahasiswa lain untuk melakukan penelitian tindakan kelas, guna
meningkatkan mutu pembelajaran.
5. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau bahan
referensi untuk kegiatan penelitian selanjutnya dengan terus
memperbaiki proses PTK dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas (Wijaya Kusumah 2010:9). Dalam perspektif lain, penelitian tindakan kelas adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan sikap wawas diri. Kemmis dan Mc Taggart (1988) dalam Masnur (2009:8).
7
mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.
Jadi dalam penelitian tindakan kelas ada tiga unsur sendiri atau konsep, yakni penelitian, tindakan, dan kelas (Kunandar, 2011:45). Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah. Tindakan dapat diartikan suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu masalah dalam proses belajar mengajar. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru (Kunandar, 2011:45).
2. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa prinsip dasar penelitian tindakan kelas menurut Wijaya Kusumah (2010:11), antara lain:
a. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang
tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.
c. Kegiatan peneliti yang merupakan bagian integral dari pembelajaran harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah.
d. Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil merisaukan tanggung jawab profesional dan komitmen terhadap diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan.
f. Cakupan permasalahan penelitian tindakan kelas tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar kelas.
3. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian formal (konvensional) pada umumnya. Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik sebagai berikut, Kunandar (20011:58-63):
a. On-the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah
masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti).
b. Problem-solving oriented (berorientasi pada pemecahan
masalah).
c. Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu).
d. Cliclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam penelitian
tindakan kelas diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical).
e. Action oriented. Dalam penelitian tindakan kelas selalu
didasarkan pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.
f. Pengkajian terhadap dampak tindakan.
g. Specifics contextual. Aktivitas penelitian tindakan kelas dipicu
oleh permasalahan praktis yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar di kelas.
h. Partisipatory (collaborative). Penelitian tindakan kelas
dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat.
i. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi. j. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus,
dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi
9
Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2007:108-109) menyebutkan beberapa prinsip penelitian tindakan kelas antara lain:
a. Problema yang diangkat adalah problema yang dihadapi oleh guru kelas.
b. Pendidik sejak awal menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapi di kelas.
c. Dapat dilakukan secara kolaboratif.
d. Adanya tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.
e. Adanya perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan secara positif.
f. Inkuiri reflektif, bahwa kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tugas (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven). g. Reflektif yang berkelanjutan, artinya lebih menekankan pada
proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian. 4. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Dapat dikatakan semua penelitian dapat memecahkan masalah, namun khusus penelitian tindakan kelas di samping memecahkan masalah tujuan utamanya adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses belajar. Menurut Mulyasa (2009:89-90), secara umum tujuan penelitian tindakan kelas adalah:
a. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran.
b. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran, khususnya layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima.
c. Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Memberikan kesempatan kepada guru mengadakan pengkajian secara bertahap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan.
e. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, dan jujur dalam pembelajaran.
Menurut Kunandar (2011:63-64), tujuan dari penelitian tindakan kelas yaitu sebagai berikut:
a. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesional guru dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan para guru.
b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat. c. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui
peningkatan proses pembelajaran.
d. Sebagai alat training in-service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru, mempertajam kekuatan analisisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.
e. Sebagai alat untuk memasukan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap sistem pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi dan perubahan.
f. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatnya motivasi belajar siswa.
g. Meningkatkan sikap profesional pendidik tenaga kerja pendidikan.
h. Menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.
i. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses pembelajaran di samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga ditunjukkan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di dalamnya.
5. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
11
a. Manfaat umum PTK
1) Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran 2) Meningkatkan profesionalitas guru
3) Meningkatkan rasa percaya diri guru
4) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya
b. Manfaat khusus PTK
1) Menumbuhkan kebiasaan menulis 2) Menumbuhkan budaya meneliti 3) Menggali ide baru
4) Melatih pemikiran ilmiah 5) Mengembangkan keterampilan
6) Meningkatkan kualitas pembelajaran kelas
Menurut Kunandar (2011:68), manfaat penelitian tindakan kelas dapat dilihat dari dua aspek akademis dan aspek praktis, yaitu:
a. Manfaat aspek akademis adalah untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan yang sahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek.
b. Manfaat praktis dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas antara lain:
1) Merupakan pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah. Peningkatan mutu dan perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin merupakan wahana pelaksanaan inovasi pembelajaran.
2) Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, artinya dengan guru melakukan penelitian tindakan kelas maka guru telah melakukan implementasi kurikulum dalam tataran praktis, yakni bagaimana kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi, sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
6. Kelebihan Penelitian Tindakan Kelas
Shumsky (1982) dalam Suwarsih (2006) dalam Kunandar (2011:69) menyatakan bahwa kelebihan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Kerja sama dalam penelitian tindakan kelas menimbulkan rasa memiliki.
b. Kerja sama dalam penelitian tindakan kelas mendorong kreativitas dan pemikiran kritis dalam hal ini guru yang sekaligus sebagai peneliti.
c. Melalui kerja sama, kemungkinan untuk berubah meningkat. d. Kerja sama dalam penelitian tindakan kelas meningkatkan
kesepakatan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. 7. Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas
Kelemahan dari penelitian tindakan kelas menurut Kunandar (2008:69) antara lain:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian tindakan kelas pada pihak peneliti (guru). Penelitian tindakan kelas yang lazimnya dilakukan oleh guru, pelatih, pengelola, pengawas, kepala sekolah, widyaiswara dan pihak-pihak lainnya yang selalu peduli akan ketimpangan atau kekurangan yang ada dalam situasi kerjanya dan berkehendak untuk memperbaikinya. Karena para praktisi ini biasanya berurusan dengan hal-hal yang praktis, mereka kurang dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan tentang teknik dasar penelitian tindakan kelas. Hal ini diperparah oleh perasaan bahwa kegiatan penelitian hanya layak dilakukan oleh masyarakat kampus yang bergelut dalam kegiatan ilmiah, sehingga para praktisi (guru) pada umumnya kurang tertarik untuk melakukan penelitian.
b. Berkenaan dengan waktu, karena penelitian tindakan kelas memerlukan komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya, faktor waktu ini dapat menjadi kendala yang cukup besar. Ini disebabkan belum optimalnya pembagian waktu antara untuk kegiatan rutinnya dan aktivitas penelitian tindakan kelas. 8. Fokus dan Komponen Penelitian Tindakan Kelas
Objek yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas antara lain menurut Kunandar (2008:66-67):
a. Siswa, yang dapat mencermati ketika siswa tersebut sedang melaksanakan aktivitas di kelas, lapangan, laboratorium, bengkel, kebun, lingkungan sekitar, dan lain sebagainya.
13
tour), sedang mendampingi siswa yang sedang melakukan penelitian sederhana dan berbagai aktivitas guru yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, baik di dalam ruangan kelas maupun di luar ruangan kelas.
c. Media atau alat peraga pendidikan yang dapat dicermati ketika guru sedang menggunakan media atau alat peraga dalam proses belajar mengajar.
d. Hasil pembelajaran, yang dapat dicermati peningkatan hasil belajar siswa, baik yang bersifat akademis maupun non akademis sebagai salah satu indikator mutu atau kualitas proses belajar mengajar.
e. Sistem evaluasi dan hasil pembelajaran.
f. Lingkungan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sementara itu, komponen yang dapat dijadikan kajian penelitian tindakan kelas adalah siswa, guru, materi pelajaran, media atau alat peraga, hasil pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan proses belajar mengajar.
9. Tahapan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Tahapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas menurut Wijaya Kusumah (2010:25):
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita.
b. Tindakan (acting)
Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan
(acting) dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya.
c. Pengamatan (observing)
Selanjutnya diadakan pengamatan (observing) yang teliti terhadap proses pelaksanaannya.
d. Refleksi (reflecting)
Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi
(reflecting) dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi
dalam kelasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Adapun bagan model penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2006:16):
Gambar 2.1
Siklus Penelitian Tindakan Kelas
B. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
15
menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik.
Menurut Lie (2008:29), model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Jadi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran (Tukiran, 2011:56).
2. Tipologi pembelajaran kooperatif
Menurut Slavin (2008:26-28), ada enam tipologi pembelajaran kooperatif, yaitu :
a. Tujuan kelompok
Kebanyakan metode pembelajaran kooperatif menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok. Dalam metode pembelajaran tim siswa, ini bisa berupa sertifikat atau rekognisi lain yang diberikan kepada tim yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Tanggung jawab individu
Yang dilaksanakan dengan dua cara, pertama dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata individu atau penilaian lainnya, seperti dalam model pembelajaran siswa. Kedua, merupakan spesialisasi tugas. Cara kedua ini siswa diberi tanggung jawab khusus untuk sebagian tugas kelompok. c. Kesempatan sukses yang sama
Yang merupakan karakteristik unik metode pembelajaran tim siswa, yakni penggunaan skor yang memastikan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam timnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Kompetisi Tim
Sebagai sarana untuk motivasi siswa untuk bekerja sama dengan anggota timnya.
e. Spesialisasi tugas
Tugas untuk melaksanakan sub tugas terhadap masing-masing anggota kelompok.
f. Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok
Metode ini akan mempercepat langkah kelompok. 3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson (Lie, 2008:31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Maka ada lima unsur model pembelajaran gotong-royong harus diterapkan, yang meliputi:
a. Saling ketergantungan positif, artinya bahwa keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. b. Tanggung jawab perseorangan, artinya setiap siswa akan
merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. c. Tatap muka, maksudnya bahwa setiap kelompok harus
diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. d. Komunikasi antar anggota, artinya agar para pembelajar
dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi.
e. Evaluasi proses kelompok, pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya dapat bekerja lebih efektif.
4. Ciri-ciri Belajar Kooperatif
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Lie (2004) dalam Sugiyanto (2010:40) yaitu:
a. Saling ketergantungan positif b. Interaksi tatap muka
c. Akuntabilitas individual
17
5. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994:50). Menurut Depdiknas tujuan pembelajaran kooperatif, (http://ipotes.wordpress.com dalam Tukiran, 2011:60) yaitu:
a. Meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. b. Pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat
menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan itu antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, tingkat sosial.
c. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, maksudnya antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide, atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. 6. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran diantaranya (Wina Sanjaya, 2011:247-249):
a. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan, kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. c. Pembelajaran kooperatif membantu anak untuk respek pada
orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d. Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. e. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu energi yang cukup
ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
f. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemapuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
g. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
Di samping keunggulan, pembelajaran kooperatif juga memiliki keterbatasan, diantaranya (Wina Sanjaya, 2006:247-249): a. Untuk memahami dan mengerti filosofi pembelajaran
kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat pembelajaran kooperatif. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
b. Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pembelajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
c. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
d. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran dalam berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dalam hal ini tidak mungkin tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.
19
secara individual. Oleh karena itu, idealnya dalam pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.
7. Model-model Pembelajaran Kooperatif
Model-model pembelajaran kooperatif antara lain (Suyatno 2009:115-131):
a. Model Student Team-Achievement Division b. Model Picture And Picture
c. Model Nubered Head Together d. Model Cooperative Script
e. Model Student Teams-Achievement Divisions f. Model Jigsaw
g. Model Problem Based Learning h. Model Artikulasi
i. Model Mind Mapping j. Model Make-A Match
k. Model Think Phair And Share l. Model Debat
m. Model Role Playing
n. Model Group Investigation o. Model Talking Stick p. Model Bertukar Pasangan q. Model Snowball Throwing
r. Model Facilitator And Explaining s. Model Course Review Horay t. Model Demonstration
u. Model Explicit Intruction
v. Model Cooperative Integrated Reading And Composition w. Model Inside-Outside-Circle
x. Model Tebak Kata y. Model Word Square
C. Pembelajaran Kooperatif Model Role Playing
1. Pengertian Role Playing
Role Playing adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif dimana siswa diajak untuk bermain peran sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perannya masing-masing. Role Playing juga merupakan suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik dalam Zaini, dkk (2008:98).
Role Playing berdasar pada tiga aspek utama dari pengalaman
peran dalam kehidupan sehari-hari dalam Zaini, dkk (2008:98) yaitu sebagai berikut:
a. Mengambil peran (Role-taking), yaitu tekanan ekspektasi-ekspektasi sosial terhadap pemegang peran, contohnya berdasarkan hubungan keluarga (apa yang harus dikerjakan anak perempuan), atau berdasarkan jabatan (bagaimana seorang agen polisi harus bertindak), dalam situasi-situasi sosial (Goffman, 1976).
b. Membuat peran (Role-making), yaitu kemampuan pemegang peran untuk berubah secara dramatisir dari satu peran ke peran yang lain dan menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-waktu diperlukan (Robert, 1991).
c. Tawar-menawar peran (Role-negotiation), yaitu tingkat dimana peran-peran dinegosiasikan dengan pemegang-pemegang peran yang lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial. Dalam Role Playing, peserta melakukan tawar menawar antara peran-peran tertentu, dan tingkat dimana orang lain dapat menerima pandangan mereka itu. Sebagaimana peserta didik yang memiliki pengalaman peran dalam kehidupannya biasanya dapat melakukan role playing. Menurut Zaini, dkk (2008:99) dalam proses Role Playing peserta diminta untuk:
a. Mengandaikan suatu peran khusus, apakah sebagai mereka sendiri atau sebagai orang lain.
b. Masuk dalam suatu situasi yang bersifat simulasi atau skenario, yang dipilih berdasar relevansi dengan pengetahuan yang sedang dipelajari peserta atau materi kurikulum.
21
tersebut adalah peran-peran mereka sendiri (Jones:1980) dan bertindak berdasar asumsi tersebut (Milroy:1982).
d. Menggunakan pengalaman-pengalaman peran yang sama pada masa lalu untuk mengisi gap yang hilang dalam suatu peran singkat yang ditentukan (Lowe & Lewis:1994).
2. Pendekatan Role Playing
Role Playing dapat membuktikan diri sebagai suatu media
pendidikan yang ampuh, di mana saja terdapat peran-peran yang dapat didefinisikan dengan jelas, yang memiliki interaksi yang mungkin dieksplorasi dalam keadaan yang bersifat simulasi (skenario). Menurut Zaini, dkk (2008:101-104), ada empat Role
Playing yang pokok yang digunakan di kelas yaitu:
a. Pendekatan berbasis keterampilan (skills-based)
Dalam pendekatan berbasis keterampilan, peserta diminta untuk:
1) Memperoleh suatu keterampilan, kemampuan atau sikap yang sering melalui perilaku model dengan seperangkat kriteria.
2) Melatih sifat-sifat ini sampai benar-benar terinternalisasi dengan mengikuti kriteria yang ada.
3) Mendemonstrasikan sifat tersebut kepada yang lain biasanya dengan tujuan penilaian/evaluasi (Rowntree, 1987:1994). Contohnya menjadi model peran seorang ahli farmasi
b. Pendekatan berbasis isu (issues-based)
Dalam pendekatan berbasis isu, peserta diminta untuk:
1) Meneliti sikap, kepercayaan dan nilai-nilai yang mengelilingi suatu isu.
2) Meneliti sikap, kepercayaan yang dianut oleh agen/ manusia tertentu.
3) Mengambil pendirian khusus terhadap suatu isu.
4) Masuk pada suatu skenario dimana pendirian ini diungkapkan, diartikulasikan, mungkin dipertahankan dan dievaluasi, relasi terhadap posisi yang sama atau yang berbeda direpresentasikan oleh pemain Role Playing lain. 5) Menjadikan dirinya berpihak pada pemeran yang
memegang posisi yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6) Berunding atau berdebat dengan mereka yang memegang posisi berbeda.
7) Mungkin mengambil pendirian yang bertentangan dengan suatu isu. Contohnya membangun jalan bebas jembatan. c. Pendekatan berbasis problem (problems-based)
Dalam suatu pendekatan berbasis problem peserta diminta untuk:
1) Menarik pengetahuan dari suatu wilayah disiplin ilmu tertentu.
2) Menggunakan pengetahuannya sendiri secara tepat.
3) Menerapkan pengetahuan ini dalam serangkaian tantangan. 4) Mereaksi secara tepat terhadap problem yang muncul. 5) Mencapai solusi yang telah dipertimbangkan dengan
berdasar pada alasan yang dibenarkan.
d. Pendekatan berbasis spekulasi (speculative-based)
Dalam suatu pendekatan berbasis spekulasi peserta diminta untuk:
1) Membangkitkan pengetahuan untuk mengisi „gap‟ antara informasi yang diketahui dengan yang tidak diketahui. 2) Menggunakan „bukti‟ untuk membuat penilaian yang
berdasar.
3) Merekonstruksi kemudian merepresentasikan interaksi kemanusiaan tertentu yang dirancang untuk menganalisis peristiwa. Contohnya „kematian karena kecelakaan‟ misalnya dalam konser musik yang kacau.
3. Tahap-tahapan Penerapan Model Pembelajaran Role Playing. Menurut Zaini, dkk (2008:104-116), sebagian besar Role
Playing dibagi pada tiga fase yang berbeda yaitu:
a. Perencanaan dan persiapan
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh guru/dosen sebelum masuk kelas dan memulai Role Playing (COIC 1985) 1) Mengenal peserta didik
Semakin guru mengenal peserta didik, akan semakin besar kemungkinan untuk memperkenalkan Role Playing dengan relevan dan berhasil. Perlu dipertimbangkan:
a) Jumlah peserta didik. Pastikan tersedia ruang yang cukup sebelum Role Playing dimulai, dan ceklah bahwa ada peran yang tersedia atau tugas-tugas observasi bagi semua peserta didik.
23
diskusi, pemeranan dan refleksi mereka. Bagaimana cara informasi ini akan diberikan?
c) Pengalaman terdahulu tentang Role Playing. Peserta didik yang lebih berpengalaman mungkin dapat menghandel peran-peran yang lebih kompleks, sementara mereka yang pengalamannya kurang, membutuhkan bimbingan yang lebih bertahap ke dalam aktivitas.
d) Kelompok umur. Peran yang berbeda mungkin menuntut tingkat pengalaman hidup yang berbeda pula.
Role Playing menuntut pentingnya hubungan dengan
pengalaman hidup peserta didik.
e) Latar belakang peserta. Terdapat kebutuhan untuk mengetahui pengalaman masa lalu dan pengalaman
Role Playing peserta didik yang dapat mempengaruhi
persepsi tentang peran-peran tertentu.
f) Minat dan kemampuan. Adalah sangat bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana minat dan kemampuan peserta didik berkesesuaian dengan materi yang akan dieksplorasi melalui Role Playing.
g) Kemampuan peserta didik untuk berkolaborasi. Adalah sangat bermanfaat untukk mengetahui sejauh mana peserta didik dapat bekerja sama dalam berpasangan, kelompok atau dalam keseluruhan kelas.
2) Menentukan tujuan pembelajaran
Penting untuk mendefinisikan tujuan pembelajaran, mungkin sewaktu-waktu ada tujuan yang tentatif, atau tujuan yang berbeda dengan tujuan yang dicanangkan, akan tetapi tujuan yang ditulis masih tetap diperlukan agar memiliki fokus kerja yang jelas. Di samping itu tujuan-tujuan tersebut harus eksplisit bagi peserta didik sejak awal. 3) Kapan menggunakan Role Playing
Role Playing merupakan suatu media pembelajaran aktif,
maka sangat penting bahwa problem atau fokus yang akan dikerjakan membawa pada eksplorasi yang bersifat praktis. 4) Pendekatan Role Playing
Ketika seorang guru atau dosen berkeinginan untuk menggunakan salah satu pendekatan yang ada, hendaknya pilihan pendekatan serta opsi yang tersedia didasarkan pada persepsi peserta didik, tujuan pendidikan, serta jumlah waktu yang tersedia. Berikut ini tiga pendekatan yang umum terdapat dalam Role Playing:
a) Role Playing sederhana
b) Role Playing latihan
c) Role Playing yang diperpanjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5) Mengidentifikasi skenario
Pilihan skenario akan tergantung pada minat, fokus materi serta pengalaman guru/dosen dan peserta didik. Konstruksi skenario harus mendapatkan perhatian yang seksama untuk menghindari orang atau peristiwa yang meniru.
6) Menempatkan peran
Membuat daftar peran yang mungkin sangat berguna dalam mengidentifikasi interaksi yang memungkinkan, jalur komunikasi yang pokok, serta perspektif untuk melihat isu. 7) Pengajar berpartisipasi sebagai pemeran dan atau
mengamati saja
Guru/dosen membuat keputusan apakah ia akan mengandaikan suatu peran tertentu (hanya partisipan), mengatur jalannya pemeranan dan mengamati (hanya pengamat) atau kombinasi dari dua pendekatan tadi (pengamat-partisipan).
8) Mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik
Role Playing harus mempertimbangkan dulu berbagai
keadaan yang berkenaan dengan piranti yang bersifat fisik. Hal-hal tersebut antara lain apakah ruangan cukup luas, apakah kursi dan meja bisa dipindah, apakah tidak akan membuat bising tetangga kelas dan seterusnya.
9) Merencanakan waktu yang baik
Role Playing bisa berlangsung antara lima menit untuk
yang sederhana sampai satu hari atau lebih. Akibatnya semua menuntut jumlah waktu untuk persiapan yang berbeda. Dianjurkan bahwa pengalokasian waktu bagi diskusi pendahuluan, pemeranan dan refleksi adalah 1:2:3. 10) Mengumpulkan sumber informasi yang relevan
Sumber informasi yang relevan dapat memberi peserta didik stimulus yang cukup.
b. Interaksi
Berikut ini adalah langkah-langkah mengimplementasikan rencana ke dalam aksi:
1) Membangun aturan dasar
Aturan dasar untuk pelaksanaan Role Playing harus dirundingkan oleh semua pihak sejak awal, dan akan lebih bagus lagi jika dicatat untuk jadi rujukan nanti.
2) Mengeksplesitkan tujuan pembelajaran
25
3) Membuat langkah-langkah yang jelas
Menjelaskan tujuan yang menyokong penggunaannya dalam konteks pembelajaran ini serta menjelaskan garis besar langkah-langkahnya.
4) Mengurangi ketakutan tampil di depan publik
Penting bagi guru/dosen untuk menghilangkan kecemasan peserta didik tentang hubungan antara Role Playing dan pertunjukan.
5) Menggambarkan skenario atau situasi
Skenario dibuat untuk memungkinkan pendidik mencari pengetahuan untuk dirinya sendiri yaitu, sesuatu yang dapat diperoleh dengan cara berpartisipasi di dalamnya.
6) Mengalokasikan peran
Pengalokasian biasanya dilakukan dengan misalnya, pemegang peran kunci diberikan kepada peserta didik yang paling berpengalaman.
7) Memberi informasi yang cukup
Menurut Jones dan Palmer (1987), terdapat empat tipe informasi yang harus diberikan guru/dosen:
a) Informasi yang dibutuhkan semua peserta
b) Tambahan informasi bagi orang atau kelompok tertentu saja
c) Informasi yang diberikan saat Role Playing berlangsung d) Informasi tentang macam hubungan diantara
orang-orang yang terlibat
8) Menjelaskan peran pengajar dalam Role Playing
Guru/dosen harus menjelaskan keterlibatannya terlebih dahulu, kapan ia mulai berakting dan kapan ia menjadi observer.
9) Memulai Role Playing secara bertahap
Guru/dosen mungkin dapat memulai sesi dengan cara: a) Melibatkan peserta didik dalam “ice breaker”
(Jones:1991) atau game (Brandes:1977)
b) Peserta didik bekerja tanpa peran, baik melibatkan seluruh kelas, kelompok kecil atau berpasangan untuk mendiskusikan suatu isu tertentu.
c) Separuh peserta didik memegang peran tertentu dan separuh lagi memerankan dirinya sendiri.
d) Semua peserta didik mengandaikan peran sejak dari permulaan.
10) Menghentikan Role Playing dan memulai kembali jika perlu
Guru/dosen mungkin ingin menghentikan aktivitas Role
Playing untuk:
a) Berhubungan dengan problem yang mempengaruhi semua orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b) Mengambil suatu tindakan tertentu c) Melakukan pertukaran peran d) Dan lain-lain
11) Bertidak sebagai pengatur waktu
Ketika Role Playing dimulai kemukakan pada peserta didik waktu yang disediakan sekian menit dan seterusnya. Dan ketika waktu sudah berakhir berikanlah kode sesuai dengan yang telah disepakati sebelumnya.
c. Refleksi dan evaluasi
Tahap yang terakhir ini dalam proses Role Playing sering dinamakan “debriefing” mengikuti istilah yang biasa digunakan dalam militer (Van Ments:1994). Hal ini dapat dilihat dari enam langkah sederhana:
1) Membawa peserta didik keluar dari peran yang dimainkannya.
2) Meminta peserta didik secara individual mengekspresikan pengalaman belajarnya.
3) Mengkonsolidasikan ide-ide.
4) Menfasilitasi suatu analisis kelompok.
5) Memberi kesempatan untuk melakukan evaluasi. 6) Menyusun agenda untuk masa depan.
4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Model Role Playing Menurut Djamarah (2006:88), kelebihan dari pembelajaran model Role Playing adalah sebagai berikut:
a. Memotivasi siswa untuk terlibat aktif secara penuh dalam proses pembelajaran.
b. Melibatkan seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam proses belajar mengajar agar siswa memiliki kesempatan untuk bekerja sama.
c. Siswa bebas untuk mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
Menurut Djamarah (2006:88) kelemahan dari pembelajaran model Role Playing adalah sebagai berikut:
a. Siswa tidak dapat memainkan semua peran yang ada. Siswa lebih difokuskan pada satu peran saja.
27
D. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Menurut Uno (2011:3) istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif dapat dibedakan menjadi tiga macam (Uno, 2011:3) yaitu:
a. Motif biogenetis, yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya. b. Motif sosiogenetis, yaitu motif-motif yang berkembang berasal
dari lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada. c. Motif teologis, dalam motif ini manusia adalah sebagai
makhluk yang berketuhanan.
Menurut Winkel (Uno, 2011:3), motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Menurut Uno (2011:3), dari sudut sumber yang menimbulkan, motif dibedakan dua macam, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya sedangkan motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Uno (2011:23), motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Hakikat motivasi belajar yaitu dari dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Berikut klasifikasi indikator motivasi belajar menurut Uno (2011:23):
a. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan d. Adanya penghargaan dalam belajar
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik
Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran antara lain (Uno, 2011:27):
a. Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar b. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai
29
Beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut (Uno, 2011:34-37):
a. Pernyataan penghargaan secara verbal
b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan c. Menimbulkan rasa ingin tahu
d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa
f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar
g. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami
h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya
i. Menggunakan simulasi dan permainan
j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum
k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar
l. Memahami iklim sosial dalam sekolah
m. Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat n. Memperpadukan motif-motif yang kuat
o. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai p. Merumuskan tujuan-tujuan sementara
q. Memberikan hasil kerja yang telah dicapai
r. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa s. Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri
t. Memberikan contoh yang positif
E. Pemahaman
1. Pengertian Pemahaman
Menurut W.J.S Poerwodarminto (1994) dalam kamus Bahasa Indonesia, pemahaman berasal dari kata “Paham” yang
artinya mengerti benar tentang sesuatu hal (http://cirukem.org/pendidikan-cirukem/penelitian/). Suharsimi (1995:136), menyatakan pemahaman (comprehension) adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta–fakta atau konsep. Pembelajaran yang telah dilaksanakan lebih mengaktifkan siswa untuk telibat selama proses pembelajaran berlangsung. Interaksiantara guru dengan siswa lebih akrab sehingga guru lebih mengenal anak didiknya dengan baik.
Menurut Nasution (2006:49), ada tiga kemampuan pemahaman yang terdiri dari :
1. Menerjemahkan (translation) yang berarti kemampuan dalam menerjemahkan konsep abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang untuk mempelajarinya.
2. Menginterpretasi (interpretation) yang berarti kemampuan untuk mengenal dan memahami.
3. Mengektrapolasi (extrapolation) yang berarti kemampuan untuk memperluas persepsi dalam arti dimensi, kasus atau masalah.
F. Jurnal Umum
1. Pengertian Jurnal Umum
31
dapat diartikan sebagai media pencatatan sistematis yang menjadi sumber atau dasar untuk pencatatan dalam akun.
2. Fungsi Jurnal Umum
Terdapat beberapa fungsi jurnal sebagaimana akan diuraikan di bawah ini (Alam, 2006:203):
a. Fungsi pencatatan
Jurnal menentukan ke akun mana dan dengan jumlah berapa suatu transaksi dicatat.
b. Fungsi hitoris
Jurnal dicatat dengan mendahulukan transaksi yang lebih dulu dilakukan sesuai dengan urutan waktu terjadi. Misalnya, trasaksi tanggal 5 Januari lebih dahulu dicatat dari tanggal 10 Januari. Dengan mencatat transaksi lebih dahulu, berarti jurnal melakukan fungsi hitoris.
c. Fungsi analisis
Untuk menentukan nama akun, jumlah uang yang dicatat, dan di sisi mana (debet atau kredit) pencatatan dilakukan, bukti transaksi terlebih dahulu dianalisis. Hasil analisis itulah yang dicatat pada jurnal.
d. Fungsi instruktif
Jurnal merupakan suatu perintah atau instruksi. Akun harus diisi sesuai dengan apa yang tercatat pada jurnal. Jika instruksi jurnal tidak diikuti, maka pengisian akun akan salah.
e. Fungsi informatif
Jurnal menyajikan tanggal, nama akun, keterangan singkat mengenai transaksi, dan jumlah uang yang terlibat dalam suatu transaksi.
Menurut Suwardjono (2009:150), ada beberapa aspek yang menjadikan jurnal cukup bermanfaat diantaranya:
a. Aspek riwayat transaksi
Dengan buku jurnal, paling tidak dapat dipelajari riwayat operasi perusahaan melalui transaksi-transaksi yang dicatat secara runtut waktu. Dengan membaca jurnal, mungkin akan dapat memperoleh gambaran kegiatan perusahaan dalam periode tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Aspek deteksi kesalahan
Sebagai catatan yang mula-mula terpengaruh oleh transaksi, buku jurnal merupakan tempat yang paling logis untuk diperiksa lebih dahulu untuk mencari sebab-sebab kesalahan. c. Aspek pembagian kerja
Dengan adanya buku jurnal akan mudah untuk melakukan pembagian kerja yang mendorong efisiensi. Misalnya saja bila transaksi perusahaan sangat banyak maka tugas penjurnalan dapat diserahkan kepada orang yang berbeda dengan melakukan pengakunan.
d. Aspek pengendalian
Dengan adanya buku jurnal maka tersedia sarana untuk memverifikasikan bahwa suatu transaksi telah dianalisis dengan benar sesuai dengan buku pedoman akuntansi perusahaan. 3. Bentuk Jurnal
Bentuk jurnal umum dapat dilihat di bawah ini:
Halaman: Tanggal
No. Bukti Pembukuan
Akun/ Keterangan
Ref Debet Kredit
Dengan bentuk yang demikian, jurnal mampu memenuhi fungsinya seperti diuraikan sebelumnya, yaitu menentukan ke akun mana suatu transaksi dicatat.
4. Langkah-langkah Dalam Membuat Jurnal
Menurut Alam (2006:204), untuk menjaga agar tidak terjadi kesalahan dalam pencatatannya, perlu diperhatikan beberapa langkah berikut ini: