• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

4

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Titis Efrindu Bawono (2012) menganalisa kinerja dan kepentingan karakteristik parkir di luar badan jalan pada Hotel Sunan Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapat pengunjung terhadap sistem pelayanan ruang parkir, memperoleh karakteristik parkir yang berpengaruh penting terhadap pengunjung, dan mengetahui tingkat kebutuhan parkir pengunjung. Metode analisa yang digunakan adalah Importance Performance Analysis (IPA),

Customer Satisfaction Index (CSI), dan analisa deskriptif. Hasil analisa Customer Satisfaction Index (CSI) menunjukkan pengunjung merasa puas dengan tingkat kepuasan 74,06 %. Melalui analisa IPA maka pengelola parkir perlu memperhatikan pelayanan dari karakteristik lebar gang parkir, tarif parkir, ketersediaan rambu, kemiringan ramp, lebar ramp, dan kemudahan parkir/ aksesibilitas.

Iput Rahmat Dwi Tanto (2011) melakukan penelitian tentang kapasitas parkir Solo Grand Mall. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja dari fasilitas parkir off street Solo Grand Mall dalam pemenuhan kebutuhan parkir dan ketersediaan ruang parkir Solo Grand Mall, dan mengetahui pendapat biaya parkir dalam satu hari itu berdasarkan sistem tarif progresif yang diberlakukan Solo Grand Mall. Dari serangkaian analisis yang dilakukan diketahui kondisi daya tampung keseluruhan area parkir Solo Grand Mall pada hari puncak. Pada area parkir kendaraan rod empat, yaitu lantai 4, 4A, dan 5 masih tersedia ruang parkir sebanyak 45 kendaraan dari satuan ruang parkir.

(2)

commit to user

Sanyoto Achmad Jayadi (2014) melakukan kajian area parkir off street di Surakarta ( Studi Kasus : Solo Grand Mall dan Hartono Lifestyle Mall ). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi desain area parkir, nilai parameter karakteristik parkir, serta sistem antrian yang terjadi di pintu keluar dan tarif yang diberlakukan. Penelitian dilakukan dengan melakukan survai langsung dilapangan untuk mendapatkan data-data primer dan melakukan wawancara dengan manajemen pengelola parkir untuk mendapatkan data sekunder. Dari penelitian ini didapatkan hasil pada tinjauan parkir mobil di Solo Grand Mall akumulasi parkir mencapai 186 kendaraan dan indeks parkir yang hanya 40,879% sedangkan kapasitas parkir yang tersedia ialah 455 kendaraan, ini berarti masih sangat banyak tersedia lahan parkir yang kosong di dalam area parkir yang disediakan. Ini bisa disebabkan oleh banyaknya kendaraan yang memilih untuk parkir di luar area parkir yang disediakan.

Emilia Cahyanti Kusriana Ningrum (2013) menganalisa kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan parkir di Singosaren Plaza Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan parkir yang berdampak pada pilihan pelanggan untuk parkir on street ataupun pada gedung parkir yang tersedia. Metodelogi penelitian ini pada tahap awal adalah penentuan jumlah sampel untuk penyebaran kuisioner, kepuasan pengguna dengan metode

Importance Performance Analysis (IPA), dan kesenjangan yang terjadi akan harapan dan kinerja pengelola parkir dengan Gap Analysis. Tingkat kepuasan yang ditunjukkan dengan masih banyaknya variabel yang berada di kuadran A, maka kinerja pelayanan on street parking dan off street parking dinilai belum memberikan pelayanan yang maksimal sehingga pengguna belum merasakan tingkat kepuasan yang sesuai dengan harapannya.

(3)

commit to user

Lidia Chronika, dkk (2008) menganalisa kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan parkir di Mega Mall A. Yani Pontianak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan parkir sesuai dengan skala prioritas. Selain itu juga untuk mengetahui sejauh mana pengaruh fasilitas dan pelayanan parkir. Metode penelitian berupa pembagian kuesioner terhadap pengunjung parkir. Kuesioner disusun dari tiga kategori yaitu, data responden, kemudahan parkir, dan kualitas pelayanan parkir. Perhitungan skala prioritas dilakukan dengan cara memberi skala penilaian pada variabel yang akan diuji. Hasil penelitian ini berupa peringkat elemen pelayanan ruang parkir di Mega Mall A. Yani adalah sebagai berikut; Peringkat 1: kinerja petugas parkir, peringkat 2: keamanan, peringkat 3: geometri ruang parkir, peringkat 4: kenyamanan, peringkat 5: tarif parkir, peringkat 6: kemudahan parkir. Berdasarkan pendapat responden, ternyata responden merasakan kualitas kinerja petugas parkir di Mega Mall A. Yani merupakan pelayanan parkir yang paling memuaskan, khusunya untuk kecekatan petugas karcis dalam memberikan karcis masuk. Sedangkan elemen kemudahan parkir menempati peringkat terakhir, khususnya dalam hal informasi ketersediaan ruang parkir. Secara umum peringkat elemen pelayanan dari paling tinggi kualitasnya adalah kinerja petugas parkir, keamanan, geometrik ruang parkir, kenyamanan, tarif parkir, dan yang terakhir adalah kemudahan parkir.

(4)
(5)

commit to user 2.2. Dasar Teori

2.2.1. Transportasi Berkelanjutan

Transportasi atau pengangkutan didefinisikan sebagai suatu proses pergerakan atau perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan suatu teknik atau cara tertentu untuk maksud dan tujuan tertentu (Miro, 1997). Pada dasarnya sistem transportasi terbagi atas 3 elemen utama yaitu kendaraan, prasarana lintasan dan terminal. Lalu-lintas berjalan menuju suatu empat tujuan dan setelah mencapai tempat tersebut kendaraan membutuhkan suatu tempat pemberhentiaan. Tempat pemberhentian tersebut kemudian disebut sebagai ruang parkir. Agar sistem transportasi kendaraan menjadi lebih efisien maka pada tempat-tempat yang dianggap dapat membangkitkan pergerakan perjalanan harus menyediakan fasilitas pelayanan yang memadai. Penyediaan fasilitas parkir juga dapat berfungsi sebagai salah satu alat pengendali lalu lintas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka pada kawasan-kawasan tertentu dapat disediakan fasilitas parkir untuk umum yang diusahakan sebagai suatu kegiaatan usaha yang berdiri sendiri dengan memungut bayaran. Fasilitas tersebut dapat berupa gedung parkir dan taman parkir. Penyediaan fasilitas parkir ini dapat pula merupakan penunjang kegiatan ataupun bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan pokok misalnya gedung pertokoan ataupun perkantoran.

2.2.2. Cara dan Jenis Parkir

Secara umum ada beberapa cara dan jenis parkir, antara lain : 1) Berdasarkan letak parkir.

a) Parkir menggunakan badan jalan (on street parking).

Parkir di tepi jalan mengambil tempat di sepanjang jalan dengan atau tanpa melebarkan jalan untuk pembatas parkir. Parkir menggunakan badan jalan ini merupakan parkir yang umum digunakan masyarakat karena berbagai kemudahan dan praktis bagi pengunjung yang ingin dekat dengan tujuannya.

(6)

commit to user

b) Parkir di luar badan jalan (Off Street Parking)

Parkir ini mengambil tempat di pelataran parkir umum, tempat parkir khusus yang terbuka untuk umum dan tempat parkir khusus yang terbatas untuk keperluan sendiri seperti kantor, hotel, dan sebagainya. Sistem parkir di luar badan jalan dapat berupa pelataran atau taman parkir dan bangunan bertingkat khusus untuk parkir.

Tipe fasilitas parkir di luar badan jalan :

 Pelataran parkir.

 Parkir mobil bertingkat : a) Parkir atap.

b) Parkir mekanis. c) Parkir bawah tanah.

 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam desain parkir mobil bertingkat menurut O’Flaherty (1997):

- Jenis dan kemiringan ramp sangat berpengaruh pada tata letak parkir. Kemiringan ramp yang digunakan pada umumnya berkisar antara 10% - 12% sedangkan batas maksimumnya adalah 15% (AASHTO, 1992).

- Ketinggian antar lantai (floor to floor), berkisar antara 10ft (3,05m) (multi storey car park, 1990).

- Tinggi bebas (vertical clereance), berkisar antara 7ft (2,13m) (multi storey car park, 1990).

- Jarak antar kolom, umumnya diantara dua kolom dapat diisi 3 kendaraan dengan perhitungan lebar kendaraan sebesar 1,80m dan jarak antar kendaraan sebesar 0,525m, dan ukuran kolom diperkirakan sebesar 0,5m. Sehingga didapat jarak antar kolom sebesar 0,81m ( (1,8x3) + (0,525x4) + 0,5 =8,1 m ) (multi storey car park, 1990).

 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam desain parkir mobil bertingkat menurut F.D. Hobbs (1979):

(7)

commit to user

- Sistem tanjakan (ramp) dibangun dengan maksimum kemiringan 12%, tetapi pada umumnya kemiringan ini tidak boleh lebih dari 10% jika jalannya lurus, dan 8% jika melengkung dengan radius putaran dalam minimum 5,5 m .Tanjakan dapat dipercuramphingga 14%.

- Kemiringan lantai harus tidak lebih dari 5%, dan datar lebih baik.

- Tinggi ruang (tinggi bebas) harus dibatasi hingga 2,25 m. - Tinggi pada lantai bawah (tinggi antar lantai) sebaiknya

disediakan tinggi 3,75m.

- Garasi bertingkat perlu dibatasi hingga lima tingkat saja dengan pertimbangan lama perjalanan dan ketidaknyamanan pengguna.

- Pencahayaan tempat parkir minimal dilakukan dengan pemasangan lampu 40 W.

2) Berdasarkan jenis kendaraan. Menurut jenis kendaraan:

a) Parkir untuk kendaraan roda dua tidak bermotor. b) Parkir untuk kendaraan roda dua bermotor.

c) Parkir untuk kendaraan roda tiga, empat, atau lebih.

3) Berdasarkan kepemilikan lahan parkir.

Parkir berdasarkan kepemilikan dibagi menjadi tiga : a) Kepemilikan dan pengoperasian pribadi.

b) Kepemilikan umum tetapi pengoperasian pribadi. c) Kepemilikan dan pengoperasian umum.

(8)

commit to user 2.2.3. Tujuan Parkir

Menurut pedoman teknis penyelenggaraan parkir Dirjen Perhubungan Darat,1996 , tujuan parkir adalah :

1) Memberikan tempat istirahat kendaraan. 2) Menunjang kelancaran arus lalu lintas.

2.2.4 Karakteristik Ruang Parkir 2.2.4.1 Satuan Ruang Parkir ( SRP )

SRP adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan (mobil penumpang, bus, truk, atau sepeda motor) termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. Ukuran satuan ruang parkir merupakan unit ukuran yang diperlukan untuk memarkir kendaraan.

Untuk mengukur kebutuhan parkir digunakan SRP. Menurut pedoman teknis penyelenggaraan parkir Dirjen Perhubungan Darat, 1996, penentuan besar SRP didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut :

a) Dimensi Kendaraan Standar

Dimensi kendaraan standar merupakan ruang batas arah lateral dan memanjang yang diperlukan untuk memarkirkan suatu kendaraan. Gambar 2.1 berikut menjelaskan bagian kendaraan yang diperhitungkan untuk menentukan dimensi kendaraan standar.

Sumber : Dirjen Perhubungan Darat (1996)

(9)

commit to user b) Ruang bebas kendaraan parkir

Ruang bebas kendaraan parkir berupa arah lateral dan longitudinal kendaraan. Ruang bebas arah lateral ditetapkan pada posisi kendaraan dibuka dan diukur dari ujung paling luar pintu ke badan kendaraan yang ada di sampingnya pada saat penumpang turun dari kendaraan. Jarak bebas arah lateral sebesar 5 cm dan jarak bebas arah longitudinal sebesar 30 cm dengan rincian bagian depan 10 cm dan bagian belakang sebesar 20 cm. Gambar 2.2 menjelaskan kriteria ruang bebas pada satuan ruang parkir.

Keterangan:

B : Lebar Total kendaraan (170 cm)

L : Panjang (470cm)

a1,a2 : Jarak Bebas Arah Longitudinal (10, 20 cm) O : Lebar Bukaan Pintu (65cm)

R : Jarak Bebas Arah (50 cm) Bp: Lebar (250cm) Lp : Panjang SRP (500cm)

Sumber: Dirjen Perhubungan Darat (1996)

Gambar 2.2. Lebar Bukaan Pintu

Ukuran peruntukkan ruang parkir suatu tempat parkir akan berbeda-beda kebutuhannya berdasarkan jenis peruntukkan parkir. Besarnya satuan ruang parkir (SRP) sangat penting dalam perencanaan fasilitas parkir karena besarnya satuan ruang parkir berkaitan langsung dengan besarnya daya tampung lokasi parkir tersebut.

(10)

commit to user c) Kebutuhan ruang parkir

Standar kebutuhan ruang parkir berbeda antara suatu lahan parkir dengan lahan parkir lain. Tergantung kepada beberapa hal antara lain, pelayanan, tarif, ketersediaan ruang parkir, tingkat kepemilikan kendaraan bermotor, dan tingkat pendapatan masyarakat. Pada pedoman teknis penyelenggaraan parkir Dirjen Perhubungan Darat, 1996, kebutuhan SRP dijabarkan pada Tabel 2.2 hingga Tabel 2.6, sebagai berikut:

Tabel 2.2. Kebutuhan SRP pada Pusat Perdagangan a) Kebutuhan SRP pada pusat perdagangan.

Luas Areal

10 20 50 100 500 1000 1500 2000

Total (100 m2)

Kebutuhan (SRP) 59 67 88 125 415 777 1140 1502

Sumber: Dirjen Perhubungan Darat (1996)

Tabel 2.3. Kebutuhan SRP pada Pusat Perkantoran. b) Kebutuhan SRP pada pusat perkantoran.

Jumlah karyawan

(orang) 1000 1500 2000 2500 3000 4000

Kebutuhan (SRP) Administrasi 235 237 239 240 242 246

Pelayanan

Umum 288 290 291 293 295 298

Sumber: Dirjen Perhubungan Darat (1996)

Tabel 2.4. Kebutuhan SRP pada Pasar Swalayan c) Kebutuhan SRP di pasar swalayan.

Luas Areal

50 75 100 150 200 300 400 500 1000

Total (100 m2)

Kebutuhan (SRP) 225 250 270 310 350 440 520 600 1050

(11)

commit to user

Tabel 2.5. Kebutuhan SRP di Perguruan Tinggi. d) Kebutuhan SRP di perguruan tinggi.

Jumlah Mahasiswa

30 40 50 60 70 80 90 100 110 120

(100 orang)

Kebutuhan (SRP) 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240

Sumber: Dirjen Perhubungan Darat (1996)

Tabel 2.6. Kebutuhan SRP di Hotel / Tempat Penginapan. e) Kebutuhan SRP hotel / tempat penginapan

jumlah kamar (buah) 100 150 200 250 350 400 550 600 Tarip Standar ($) < 100 154 155 156 158 161 162 165 167 100-150 300 450 476 477 480 481 484 487 150-200 300 450 600 798 799 800 803 806 200-250 300 450 600 900 1050 1119 1122 1425

Sumber: Dirjen Perhubungan Darat (1996)

Selain standar dari Dirjen Perhubungan Darat ,1996 , masih terdapat standar lain untuk menentukan ukuran kebutuhan ruang parkir, seperti yang disajikan pada Tabel 2.7 berikut;

Tabel 2.7 Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir

Peruntukkan

Satuan : SRP (Satuan untuk mobil penumpang)

Kebutuhan Ruang Parkir Pusat Perdagangan

-Pertokoan SRP/ 100 m2 luas lantai efektif 3,5-7,5 -Pasar swalayan SRP/ 100 m2 luas lantai efektif 3,5-7,5

(12)

commit to user Pusat perkantoran

-Pelayanan bukan

umum SRP/ 100 m2 luas lantai efektif 1,5-3,5

-Pelayanan umum SRP/ 100 m2 luas lantai efektif 1,5-3,5

-Sekolah SRP/ Mahasiswa 0,7-1

-Hotel/ penginapan SRP / kamar 0,2-1

-Rumah sakit SRP / tempat tidur 0,2-1,3

-Bioskop SRP/ tempat duduk 0,1-0,4

Sumber: Naasra 1998

2.2.4.2 Posisi/Sudut Parkir

Bila ditinjau posisi parkir dapat dibagi menjadi parkir sejajar dengan sumbu jalan atau yang bersudut 1800 (Gambar 2.4.), parkir bersudut 300 (Gambar 2.5.), parkir bersudut 450 (Gambar 2.6.), parkir bersudut 600 (Gambar 2.7.), serta parkir tegak lurus terhadap sumbu jalan atau bersudut 900 (Gambar 2.8.). Parkir dengan sudut tegak lurus mampu menampung kendaraan lebih banyak dari parkir sejajar atau bersudut di bawah 900, tetapi lebih banyak mengurangi lebar jalan. Gambar dan ketentuan-ketentuan untuk berbagai sudut parkir ditunjukkan dalam gambar 2.3, gambar 2.4, gambar 2.5, dan Gambar 2.6.

a) Parkir paralel

Sumber: Dirjen Perhubungan Darat (1996)

Gambar 2.3. Parkir Paralel pada Daerah Datar Tabel 2.7 (lanjutan) Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir

(13)

commit to user

b) Parkir Menyudut

 Lebar ruang parkir, ruang parkir efektif, dan ruang manuver berlaku untuk jalan kolektor dan lokal.

 Lebar ruang parkir, ruang parkir efektif, dan ruang manuver berbeda berdasarkan besar sudut sebagai berikut:

Sumber: Dirjen Perhubungan Darat (1996)

Gambar 2.4 Parkir Menyudut dengan Sudut 300

Sumber: Dirjen Perhubungan Darat Darat (1996)

Gambar 2.5 Parkir Menyudut dengan Sudut 450

Sumber: Dirjen Perhubungan Darat (1996)

(14)

commit to user

Sumber: Dirjen Perhubungan Darat (1996)

Gambar 2.7 Parkir Menyudut dengan Sudut 900 2.2.4.3 Lebar Gang Parkir

Lebar gang parkir adalah lebar jalur masuk dan keluar ruang parkir. Menurut pedoman teknis penyelenggaraan parkir Dirjen Perhubungan Darat, 1996, patokan umum yang dipakai adalah:

- Panjang sebuah jalur gang tidak lebih dari 100 meter.

- Jalur gang yang dimaksudkan untuk melayani lebih dari 50 kendaraan dianggap sebagai jalur sirkulasi.

Tabel 2.8 Standar Ukuran Lebar Jalur Gang

SRP

Lebar Jalur Gang (m)

<30o <45o <60o 90

1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah SRP mobil pnp 2,5m x 5,0m 3,0* 6,0* 3,0 6,0* 5,1* 6,0* 6,0* 8* 8** SRP mobil pnp 2,5m x 5,0m 3,5** 6,5** 3,5** 6,5** 5,1** 6,5** 6,5** 8* 8** SRP sepeda motor 0,75 m x 3,0 m 3,0* 6,0* 3,0 6,0* 4,6* 6,0* 6,0* 1,6* 1,6** SRP bus/truk 3,4 m x 12,5 m 3,5** 6,5** 3,5** 6,5** 4,6** 6,5** 6,5** 9,5

Keterangan: * = lokasi parkir tanpa fasilitas pejalan kaki ** = lokasi parkir dengan fasilitas pejalan kaki Sumber : Dirjen Perhubungan Darat (1996)

(15)

commit to user 2.2.4.4 Ramp

Ramp merupakan lantai yang memiliki derajat kemiringan tertentu. Ukuran standar ramp telah dijelaskan pada sub bab 2.2.1 dalam hal yang perlu diperhatikan pada parkir gedung bertingkat. Gambar 2.8 di bawah ini merupakan kumpulan gambar dari bermacam jenis ramp yang dapat digunakan pada gedung bertingkat.

Sumber: Dirjen Perhubungan Darat (1996)

Gambar 2.8. Berbagai Macam Bentuk Ramp

Adapun beberapa sistem ramp yang sering digunakan antara lain: 1) Continous Sloping Floors.

Merupakan struktur area parkir yang paling sederhana bila dibandingkan dengan lainnya. Sistem ini berupa lantai-lantai datar dan miring menerus tiap lantai yang berfungsi sebagai area parkir dan sebagai akses kendaraan untuk masuk dan keluar area parkir.

2) Continous Sloping Floors with Clearway Exit.

Sistem ini menyediakan akses khusus bagi kendaraan yang ingin keluar dari area parkir. Dengan begitu akan menghindari kemacetan yang mungkin terjadi akibat penyatuan akses masuk dan keluar.

3) Continous Sloping Floors with Crossing Between Interlocking Floors.

Sistem ini menghubungkan tiap-tiap lantai parkir dengan ramp sebagai jalur masuk dan keluar kendaraan yang dibangun di tengah lantai parkir. Karena strukturnya tersebut sistem ini dirasa kurang menguntungkan bagi

(16)

commit to user

pengguna parkir karena mereka akan kesulitan menemukan tempat parkir yang kosong.

4) Level Floor wtth Straight Ramps.

Merupakan area parkir berupa lantai datar yang dihubungkan oleh ramp lurus di bagian luar maupun di tengah lantai sebagai akses masuk dan keluar kendaraan. Kelemahan dari sistem ini adalah luas area parkir yang akan banyak berkurang dan keamanan dan kenyamanan kendaraan saat akan masuk dari ramp ke area parkir dan sebaliknya.

5) Level Floor with Spiral Ramps.

Sistem yang sama seperti sebelumnya hanya saja akses untuk masuk dan keluar kendaraan dibangun berbentuk spiral. Dengan begitu sistem ini dapat menutupi kelemahan pada sistem sebelumnya. Akan tetapi dengan jalan akses yang berbentuk spiral akan lebih banyak memakan waktu para pengguna bila dibandingkan dengan ramplurus.

6) One-Way Ramps.

Pada sistem ini dipisahkan antara rampuntuk kendaraan yang masuk dengan rampuntuk kendaraan yang ingin keluar. Dengan begitu akan mempercepat kendaraan yang akan masuk dan keluar area parkir sehingga sirkulasi kendaraan di dalam area parkir menjadi lebih lancar.

2.2.4.5 Tarif Parkir

Tarif parkir adalah biaya/retribusi yang dibebankan kepada pengguna lahan parkir. Penetapan tarif parkir adalah salah satu cara pengendalian lalulintas yang besarannya ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/ Kota berdasarkan UU tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang selanjutnya ditetapkan di tingkat Kabupaten/Kota dengan Peraturan Daerah.

Cara Penetapan tarif parkir

1. Flat atau sama sepanjang hari, cara ini masih banyak ditemukan di kota Indonesia, biasanya diterapkan untuk parkir di pinggir jalan.

2. Berdasarkan waktu, banyak diterapkan dinegara maju berdasarkan maju, dihitung persatuan waktu 5, 10 atau 15 menit ataupun 1 jam.

(17)

commit to user

3. Berdasarkan zona, biaya tarif berbeda menurut zona, zona pusat kota merupakan zona dimana tarif yang ditetapkan paling mahal

4. Tarif postal, merupakan tarif yang besarannya tergantung waktu dengan tarif minimal tertentu, misalnya Rp 2.000 untuk 2 jam pertama dan kemudian setiap jam atau bagian jam berikutnya ditambah Rp 1.000. Dasar penetapan retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah Undang-undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana juga diatur tentang pengenaan pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor . Besarnya pajak terhadap penyelenggara parkir di luar jalan paling tinggi 30 persen yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Berikut tarif parkir di Solo berdasarkan zona.

 Tarif parkir zona C (Jl. Slamet Riyadi) Sepeda = Rp 500,00

Sepeda motor = Rp 2.000,00 Mobil penumpang = Rp 3.000,00

 Tarif parkir zona D (17 ruas jalan seperti Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Kapten Mulyadi, Jl. Rajiman, dst)

Sepeda = Rp 500,00 Sepeda motor = Rp 1.500,00 Mobil penumpang = Rp 2.000,00

 Tarif parkir zona E (semua ruas di tepi jalan umum selain zona C dan D)

Sepeda = Rp 500,00 Sepeda motor = Rp 1.000,00 Mobil penumpang = Rp 1.500,00

Ket: Parkir maksimal satu jam. Tiap kelebihan satu jam dikenai tambahan 100% dari retribusi yang ditetapkan.

(18)

commit to user 2.2.4.6 Kemudahan Parkir

Kemudahan parkir meliputi kemudahan untuk mendapatkan ruang parkir yang kosong dan kemudahan untuk melakukan manuver pada ruang parkir pada saat memarkirkan kendaraan..

2.2.4.7 Fasilitas Parkir

1) Marka dan Rambu Jalan

Marka dan rambu jalan berfungsi sebagai pemandu dan penunjuk bagi pengemudi pada saat parkir. Marka dan rambu jalan harus dijaga agar tetap dapat terlihat jelas.

2) Pencahayaan / Lampu Penerangan

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek secara jelas dan cepat. Banyak faktor risiko di lingkungan kerja yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja salah satunya adalah pencahayaan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.

3) Ventilasi/Pertukaran udara

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan pengeluaran udara kotor dari sesuatu ruangan tertutup secara alamiah maupun makanis. Tersedianyan udara segar dalam ruangan amat dibutuhkan manusia. Fungsi utama ventilasi adalah sebagai lubang masuk dan keluar angin sekaligus sebagai lubang pertukaran udara. Bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi mekanis untuk membuang udara kotor dari dalam.

4) Keamanan

Keamanan terhadap pencurian kendaraan bermotor ataupun terhadap barang yang ada di dalam kendaraan harus terjamin. Keamanan ruang parkir harus sangat diperhatikan untuk menghilangkan kekhawatiran pengguna akan keamanan kendaraannnya. Pengawasan dan pencahayaan yang memadai

(19)

commit to user

sangat penting untuk keamanan pengguna kendaraan. Keamanan pada ruang parkir bisa berupa petugas keamanan maupun kamera pengawas.

5) Estetika/Keindahan

Estetika pada ruang parkir yaitu tata ruang yang diatur sedemikian rupa oleh pengelola untuk menambah kenyamanan pengguna kendaraan.. Ketersediaan tanaman, kerapian taman, pemilihan warna cat, dan sebagainya.

6) Kebersihan Ruang Parkir

Menurut pedoman teknis penyelenggaraan parkir Dirjen Perhubungan Darat, 1996, Salah satu cara memelihara ruang parkir pelataran adalah dengan menjaga kondisi ruang parkir tetap baik. Pemeliharaan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut;

1) Sekurang-kurangnya setiap pagi hari pelataran parkir dibersihkan agar bebas dari sampah dan air yang tergenang.

2) Pelataran parkir yang sudah berlubang-lubang atau rusak ditambah atau diperbaiki.

3) Secara rutin pada saat tertentu, pelapisan (Overlay) pada perkerasan pelataran parkir perlu dilakukan.

2.2.5. Kapasitas Parkir

Kapasitas ruang parkir dapat diartikan sebagai jumlah maksimum kendaraan dapat diparkir pada suatu areal parkir dalam waktu dan kondisi tertentu. Kapasitas ruang parkir merupakan suatu nilai yang menyatakan jumlah seluruh kendaraan yang termasuk beban parkir, yaitu jumlah kendaraan tiap periode waktu tertentu yang biasanya menggunakan satuan per-jam atau per-hari (Hobbs, 1995).

F.D. Hobbs (1979) membagi karakteristik parkir menjadi empat bagian yaitu: 1) Akumulasi Parkir

Akumulasi parkir merupakan jumlah kendaraan yang parkir di suatu tempat pada waktu tertentu dan dapat dibagi sesuai dengan kategori jenis maksud perjalanan. Integrasi dari kurva akumulasi parkir selama periode tertentu, menunjukkan beban parkir (jumlah kendaraan parkir) dalam satuan jam kendaraan (vehicle hours) per periode waktu tertentu.

(20)

commit to user 2) Volume Parkir

Volume parkir menyatakan jumlah kendaraan yang termasuk dalam beban parkir (yaitu jumlah kendaraan per periode waktu tertentu, biasanya per hari). Waktu yang digunakan kendaraan untuk parkir, dalam satuan menit atau jam, menyatakan lama parkir.

3) Pergantian Parkir (Parking Turn Over)

Pergantian parkir menunjukkan tingkat penggunaan ruang parkir, dan diperoleh dengan membagi volume parkir dengan luas ruang parkir untuk periode waktu tertentu. Dalam analisa kebutuhan lahan parkir Andri Saribudi (2008) menggunakan rumus;

Tingkat Turn-over parking = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟

𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑥 100%...(2.1)

4) Indeks Parkir

Indeks parkir adalah ukuran yang lain untuk menyatakan penggunaan jalan panjang dan dinyatakan dalam persentase ruang yang ditempati oleh kendaraan parkir pada tiap panjang 6 meter yang tersedia di tepi jalan (secara teoritis). Dalam analisa kebutuhan lahan parkir Andri Saribudi (2008) indeks parkir merupakan presentase dari jumlah kendaraan pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikali 100%.

IP = 𝐽𝐾𝑃

𝐽𝑃𝑇𝑥 100% ……….(2.2)

Dimana;

IP = Indeks Parkir

JKP = Jumlah Kendaraan Parkir JPT = Jumlah Parkir Tersedia

(21)

commit to user

Perhitungan akumulasi dan volume parkir membutuhkan data dari durasi parkir tiap kendaraan. Durasi parkir adalah lama waktu seseorang menggunakan lahan parkir. Perhitungan durasi parkir didapatkan dari perhitungan jeda waktu antara waktu masuk hingga waktu keluar kendaraan.

2.2.6. Importance Performance Analysis ( IPA )

Metode Importance Performance Analysis (IPA) pertama kali diperkenalkan oleh Martilla dan James (1977) dengan melakukan penelitian menggunakan karakteristik kepentingan dan kinerja untuk menentukan sejauh mana karakteristik tersebut mempengaruhi kepuasan pelanggan (Kurt Martzler,dkk: 2003). Penelitian menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) bertujuan untuk melihat tingkat kepuasan pelanggan. Analisa ini lebih bagus daripada penelitian menggunakan Service performance ataupun Service quality. Karena IPA dapat memberikan nilai kepentingan pada variabel kepuasan yang akan diukur. IPA dapat diplot dalam grafik dengan menggunakan nilai pandangan pengunjung terhadap tingkat kinerja dan tingkat kepentingan suatu variabel. Singkatnya, IPA adalah alat evaluasi yang tepat untuk memprioritaskan suatu variabel kinerja suatu barang. Sehingga hasil dari evaluasi tersebut dapat digunakan untuk pengembangan kinerja yang sudah ada (Meng Seng Wong, dkk: 2010).

Metode Importance Performance Analysis (IPA) membutuhkan penilaian terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari obyek penelitian. Hasil penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dapat digunakan untuk melakukan perhitungan mengenai tingkat kepuasan antara tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan dari penyedia jasa pelayanan secara umum. Untuk mengukur nilai tersebut digunakan Customer Satisfaction Index. Pedoman interpretasi skor tingkat kepuasan responden secara umum disajikan dalam Tabel 2.9 berikut:

(22)

commit to user

Tabel 2.9 Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index

No Nilai CSI Keterangan

1 0% - 20% Sangat Tidak Puas

2 21% - 40% Tidak Puas

3 41% - 60% Cukup Puas

4 61% - 80% Puas

5 81% - 100% Sangat Puas

Sumber: R.W Oktaviani,2001

Berikut tahapan analisa perhitungan Customer Satisfaction Index ;

Langkah pertama, menentukan Mean Importance Score / Mean Satisfaction Score

(MIS/MSS) dengan rumus sebagai berikut :

MIS = (∑ 𝑌𝑖)

𝑛 ………(2.3)

MIS/MSS =Mean Importance Score / Mean Satisfaction Score

Yi = Nilai tingkat pandangan pengunjung terhadap kepentingan/ kinerja ruang parkir per variabel

n = Jumlah sampel

Langkah kedua, menghitung Weight Factors (WF) dengan rumus sebagai berikut :

WF = 𝑀𝐼𝑆𝑖

∑ 𝑀𝐼𝑆𝑖𝑥100% ……….. (2.4) WF = presentase nilai MIS per variabel dengan jumlah MIS total pada data pandangan pengunjung terhadap kepentingan.

Langkah ketiga, membuat Weight Score (WS) dengan rumus sebagai berikut : WSi = WFi x MSSi………..(2.5) Langkah keempat, menentukan Customer Satisfaction Index (CSI) dengan rumus sebagai berikut :

CSI = ∑ 𝑊𝑆𝑖

(23)

commit to user Tingkat Kepentingan Kinerja Tinggi Rendah Tinggi

HS = (Highest Scale) Skala tertinggi yang digunakan .

Martilla dan James (1977) mendefinisikan Importance Performence Analysis

(IPA) sebagai;

1) Kegiatan identifikasi terhadap aspek-aspek tertentu sesuai dengan kenyataan di lapangan.

2) Penilaian tingkat kepentingan terhadap kinerja dari pendapat responden sebagai bentuk saran ataupun keluhan.

3) Kegiatan identifikasi aspek kepentingan dan kinerja pada kenyataan di lapangan. Identifikasi diharapkan menghasilkan solusi penanganan terbaik di masa mendatang.

Analisa di dalam Importance Performence Analysis (IPA) berdasar pada dua hal (Kurt Martzler,dkk, 2003) yaitu;

1) Penilaian pengunjung terhadap kepentingan dari atribut pelayanan yang ada. 2) Penilaian pengunjung terhadap kinerja dari atribut pelayanan yang ada.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dibuat matriks dua dimensi sebagaimana tersaji pada Gambar 2.9 dibawah ini.

Sumber: Martilla dan James, 1977

Gambar 2.9 Matrik Importance Performence Analysis (IPA)

Kuadran II Concentrate here

Kuadran I Keep up the good

work

Kuadran III Low priority

Kuadran IV Possible overkill

(24)

commit to user

Secara umum langkah-langkah IPA adalah sebagai berikut (Martilla dan James: 1977):

1) Memilah elemen-elemen atau apek-aspek kritis dari kinerja yang akan dievaluasi.

2) Memisahkan variabel antara karakteristik kinerja dan karakteristik kepentingan. Hal ini dilakukan agar mencegah pencampuran pandangan responden terhadap pertanyaan yang diajukan.

3) Membuat axis x dan y pada grid berdasarkan nilai tengah dari skala yang digunakan.

4) Menghitung rata-rata tingkat kepentingan serta kinerja masing-masing elemen. Selanjutnya, membuat nilai tengah pada kuadran agar kuadran lebih spesifik.

5) Menganalisa tingkat kepentingan dan tingkat kinerja yang berada pada tiap kuadran.

6) Memisahkan nilai variabel tingkat kinerja dan tingkat kepentingan yang baik dan yang buruk.

Merujuk pada gambar 2.9, dua dimensional IPA dibagi menjadi empat kuadran dengan nilai dari kinerja variabel menjadi x axis dan nilai dari kepentingan variabel menjadi y axis. Empat kuadran itu diberi nama sebagai berikut, keep up the good work, concentrate here, low priority, dan possible overkill. Pembagian kuadran ini bertujuan untuk memberikan saran terhadap pengembangan kinerja variabel dengan cara membaginya ke dalam kuadran (Meng Seng Wong,dkk: 2010). Berikut pembagian empat kuadran beserta maskud dari pembagian kuadran IPA:

1) Kuadran I, ”Keep up the good work” : memiliki skor yang tinggi baik dari sisi

tingkat kepentingan maupun kinerjanya. Semua yang masuk ke dalam kuadran ini merupakan variabel unggulan dari variabel yang lain.

2) Kuadran II, ”Concentrate here” : memiliki skor yang tinggi dari sisi tingkat

(25)

commit to user

ke dalam kuadran ini membutuhkan perhatian khusus untuk pengembangan lebih lanjut dari sisi kinerja. Pelanggan berpendapat bahwa variabel dalam kuadran ini adalah variabel yang penting untuk diperhatikan.

3) Kuadran III, ’low priority” : baik skor tingkat kepentingan namun kinerja bernilai rendah. Variabel di dalam kuadran ini dianggap tidak penting dan tidak berpengaruh banyak terhadap kepuasan pelanggan.

4) Kuadran IV, ”possible overkill” : skor tingkat kepentingan rendah namun skor

kinerja tinggi. Variabel dalam kuadran ini menunjukkan terjadinya pelayanan berlebih terhadap variabel yang kurang dianggap penting oleh pelanggan. Perusahaan seharusnya melakukan penelitian apakah pelayanan terhadap variabel ini tetap dilakukan seperti biasa atau berkonsentrasi pada pelayanan pada kuadran I ataupun II.

Ada dua macam metode untuk menampilkan data IPA (Martinez: 2003) yaitu: pertama menempatkan garis perpotongan kuadran pada nilai rata-rata skala pengukuran sumbu tingkat kinerja dan sumbu tingkat kepentingan. Tujuannya untuk mengetahui secara umum penyebaran data pada kuadran. Kedua menempatkan garis perpotongan kuadran pada nilai rata-rata hasil pengukuran tingkat kinerja dan nilai rata-rata hasil pengukuran tingkat kepentingan dengan tujuan untuk mengetahui secara spesifik letak masing-masing faktor pada kuadran. Metode yang kedua lebih banyak dipergunakan oleh peneliti.

2.2.7. Teknik Pengambilan Sampel

Prof. DR. Sugiyono (2009) menyatakan bahwa pada dasarnya metode pengambilan sampel dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan

Non Probability Sampling. Probability Sampling meliputi simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random,dan area random. Non Probability Sampling meliputi sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental/insidental, purposive sampling, sampling jenuh,dan snowball sampling. Teknik pengambilan sampel paling sederhana adalah Simple random sampling karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak

(26)

commit to user

tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.

Berdasarkan konsep presisi, ukuran sampel dapat ditentukan dengan rumus sederhana (Yamane: 1976) sebagai berikut :

1 . 2   d N N n ...(2.7) Dimana : n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi yang diketahui d = Presisi yang ditetapkan

Menurut Roscoe (1982) sebaiknya sampel yang digunakan berkisar antara 30 sampai dengan 500 sampel.

2.2.8. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data meliputi wawancara melalui tatap muka, kuesioner, telepon, dan media elektronik lain: observasi individu dan peristiwa baik dengan atau tanpa videotape, atau rekaman audio dan beragam teknik lain (Uma Sekaran: 2006).

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Dalam pembuatan kuesioner, perlu diperhatikan bahwa kuesioner bertujuan untuk menampung data sesuai kebutuhan juga merupakan suatu kertas kerja yang harus disusun dengan baik.

Untuk memungkinkan responden menjawab dalam berbagai tingkatan bagi setiap butir kepuasan, maka dipergunakan skala Likert yang dikembangkan oleh R. S. Likert, dimana setiap skala mewakili suatu tanggapan. Format tipe likert

dirancang untuk memungkinkan responden menjawab dalam berbagai tingkatan pada setiap butir pertanyaan. Dalam penelitian ini digunakan skala likert yang tediri dari 5 tingkatan dan diasumsikan bahwa keempat tingkatan tersebut bisa mewakili seluruh tanggapan dalam hal ini para penumpang taksi.

(27)

commit to user

1) Penilaian untuk kinerja

a) Jawaban sangat baik diberi bobot 5 b) Jawaban baik diberi bobot 4 c) Jawaban cukup baik diberi bobot 3 d) Jawaban kurang baik diberi bobot 2 e) Jawaban tidak baik diberi bobot 1 2) Penilaian untuk kepentingan

a) Jawaban sangat penting diberi bobot 5 b) Jawaban penting diberi bobot 4 c) Jawaban cukup penting diberi bobot 3 d) Jawaban kurang penting diberi bobot 2 e) Jawaban tidak penting diberi bobot 1

Skala likert yang digunakan adalah skala 5 seperti ditunjukkan pada Tabel 2.10 berikut ini;

Tabel 2.10 Skor Skala Likert

Pernyataan Nilai Likert

Sangat baik 5 Baik 4 Cukup baik 3 Kurang baik 2 Tidak baik 1 Sumber: R.S. Likert 2.2.9 Analisa Statistik 2.2.9.1 Uji Validitas

Koefisien korelasi menggambarkan tingkat kemampuan instrumen untuk mengungkap data atau informasi dari variabel yang diukur. Teknik pengujian validitas menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dengan tingkat signifikansi 1% atau 5 % untuk mengetahui keeratan pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pada

(28)

commit to user

kuesioner terhadap skor total. Bila korelasi lebih tinggi (katakanlah 0,75 atau lebih), kita dapat menduga apakah variabel yang berkorelasi adalah dua variabel berbeda dan akan meragukan validitas pengukuran (Uma Sekaran: 2006)

Rumus Pearson Product Moment adalah sebagai berikut :



 

  2 2 2 2 ) ( ) ( ) )( ( ) ( y y n x x n y x xy n r ...( 2.8 )

r = korelasi PearsonProduct Moment

n = cacah subyek uji coba

x = jumlah skor variabel x

y = jumlah skor variabel y

x2 = jumlah skor kuadrat variabel x

y2 = jumlah skor kuadrat variabel y

xy = jumlah perkalian skor variabel x dan y 2.2.9.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kemampuan suatu instrumen penelitian untuk dapatmengukur suatu variabel secara berulangkali dan mampu menghasilkan informasi atau data yang sama atau sedikit sekali variasi. Pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur apakah dapat diandalkan dan konsisten jika dilakukan pengukuran berulang dengan instrumen tersebut. Pengujian relibilitas berikut dengan menggunakan data yang ada pada contoh validitas. Pengujian relibilitas dalam hal ini menggunakan teknik belah dua (split half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown (1910).

Langkah dalam pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut :

1. Membagi butir-butir instrumen menjadi dua kelompok, yaitu kelompok butir item genap (2, 4, 6, ...) dan kelompok butir item ganjil (1, 3, 5, ...). 2. Menyusun skor data tiap kelompok tersendiri.

(29)

commit to user

Tabel 2.11 Skor Total Kelompok Genap

Var Skor item genap (j) Total

Skor (j) X2 X4 X6 X8 X10 X12 … n 1 2 3 4 5 … n ∑ ẋ

Tabel 2.12 Skor Total Kelompok Ganjil

Var Skor item ganjil (i) Total

Skor (i) X1 X3 X5 X7 X9 X11 X13 … n 1 2 3 4 5 … n ∑ ẋ

4. Mengitung korelasi antara skor total kelompok genap dan skor total kelompok ganjil.

(30)

commit to user

Tabel 2.13 Korelasi antara Skor Total Kelompok Genap dan Skor Total Kelompok Ganjil Var Total Skor (i) Total Skor (j) i*j i2 j2 1 2 3 4 5 … n ∑

Mencari nilai r dengan rumus sebagai berikut :

dan koefisien korelasi dimasukkan ke dalam rumus Spearman Brown (1910) sebagai berikut :

. . . (2.10)

2

2

Gambar

Tabel 2.2. Kebutuhan SRP pada Pusat Perdagangan
Tabel 2.5. Kebutuhan SRP di Perguruan Tinggi.  d)  Kebutuhan SRP di perguruan tinggi.
Gambar 2.3. Parkir Paralel pada Daerah Datar  Tabel 2.7 (lanjutan) Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir
Gambar 2.4 Parkir Menyudut dengan Sudut 30 0
+7

Referensi

Dokumen terkait

(1) Yang  dimaksud  dengan  Surat  Perjanjian  Kerja  Sama  ini  adalah  perjanjian  dimana  PIHAK  KESATU  mengikat  PIHAK  KEDUA    sebagaimana  pula  PIHAK 

Metode uji reaktivitas menggunakan HCl 0.05 N dengan waktu pengocokan hingga satu jam cukup baik digunakan untuk uji cepat penentuan kualitas bahan kapur dalam

Investasi dan Biaya Rata-rata Per Trip kapal penangkapan Tuna di Samudera Hindia. Berdasarkan sumber penelitian di Pelabuhan Benoa – Bali, investasi kapal

Akan tetapi jika produk gabungan tidak dapat diukur dengan satuan ukur dasar, maka unit gabungan harus dikonversikan pada suatu angka pembagi yang dapat dipakai

Hasil penelitian ini menunjukan kedisiplinan mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dalam melaksanakan shalat lima waktu tahun angkatan 2012 dengan kategori

Instruksi dikelompokkan sesuai dengan tingkat bahaya atau kerusakan yang mungkin terjadi jika produk digunakan secara tidak

Dari pembahasan tentang hakikat manusia dan alam di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ada empat aliran pemikiran yang berkaitan tentang masalah rohani dan

Berdasarkan hasil uji statistik terhadap volume perdagangan saham untuk ISRA tahun 2009 menunjukan adanya perbedaan antara sebelum dan setelah tanggal pengumuman