• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Kajian Pustaka - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Melalui Mind Mapping untuk Meningkatan Hasil Belajar IPA Siswa SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II Kajian Pustaka - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Melalui Mind Mapping untuk Meningkatan Hasil Belajar IPA Siswa SD"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

Kajian Pustaka

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA

Menurut Laksmi Prihantoro dkk, 1986 (dalam Trianto, 2010: 137) mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.

Menurut Sutrisno dkk, (2007: 1.29) IPA merupakan salah satu dari banyak jenis ilmu pengetahuan, mempunyai tiga aspek yaitu sebagai proses, sebagai prosedur dan sebagai produk.

a. IPA sebagai proses

Memahami IPA berarti memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk menginterpretasikannya. Para ilmuan mempergunakan berbagai prosedur empirik dan analitik dalam usaha mereka untuk memahami alam semesta

ini. Prosedur-prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains. b. IPA sebagai prosedur

Yang dimaksud IPA sebagai prosedur adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu atau penelitian pada umumnya yang lazim disebut model ilmiah

c. IPA sebagai produk

IPA sebagai produk diartikan sebagai hasil proses yang berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah maupun luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan.

(2)

kenampakan-kenampakan alam sekitar mereka dan memahami fakta-fakta untuk menginterprestasikanya. Hal tersebut perlu arahan guru agar siswa mampu

menemukan fakta-fakta secara ilmiah. Sebuah penemuan yang telah diperoleh melalui proses dan prosedur yang berupa pengetahauan perlunya arahan guru untuk menunutn siswa untuk menuliskanya pada catatan menggunakan Mind Mapping, agar lebih mudah untuk siswa mengingat kembali penemunanya dan sebagai bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan.

Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (Depdiknas, 2003: 2 dalam dalam Trianto, 2010: 138) adalah sebagai berikut:

a. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. b. Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.

c. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi.

d. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Hakekat IPA meliputi IPA sebagai proses yaitu proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, berupa pengetahuan yang sebelumnya belum didapatkan, bisa berupa pengetahuan yang diperoleh

(3)

2.1.1.1 Pemebelajaran IPA di SD

Menurut Standar Isi SD/MI Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Menurut Standar Isi, mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

(4)

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.2 Model Kooperatif

2.1.2.1 Pengertian Model kooperatif

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok, terdapat unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Seperti yang dikatakan Suprijono (2014:73) pembelajaran kooperatif merupakan suatu bentuk pembelajaran yang mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Menurut Slavin dalam Etin (2007:4) model pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 sampai 6 orang. Tidak jauh berbeda pendapat Agus (2010:61) model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan kemammpuan sosial.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pelajaran yang dilakukan

(5)

2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi. Menurut Rusman (2014: 209) pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu:

a. Hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif digunakan untuk mencapai hasil belajar kompetensi akademik dan model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

b. Penerimaan terhadap keragaman, untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama, kolaborasi dan saling bergantung satu dengan yang lainnya di dalam masyarakat yang beragam.

c. Pengembangan keterampilan sosial, untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun

komunikasi antaranggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antaranggota.

2.1.2.3 Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Anita Lie (2010:31), untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan:

1. Saling ketergantungan positif. Keberhasilan suatu pembelajaran sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Semua anggota bekerja demi tercapainya satu tujuan yang sama.

2. anggung jawab perseorangan. Setiap siswa harusbertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik demi kelancaran pembelajaran dalam kelompok. 3. Tatap muka. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap

muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini memberikan kesempatan

(6)

terwujud sikap untuk saling menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing siswa.

4. Komunikasi antaranggota. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengar dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

5. Evaluasi proses kelompok. Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Berdasarkan pendapat di atas, model pembelajaran kooperatif memberikan hal-hal positif di dalam kelompok bertanggungjawab demi kelompoknya, memberikan kesempatan kepada siswa yang satu dengan yang lain agar saling menghargai atas berbagai pendapat, sehingga dapat saling bertukar pengalaman untuk menyelesaikan masalah.

2.1.3 Model Mind Mapping

(7)

2.1.3.1 Pengertian Mind Mapping

Teknik mencatat peta dalam pikiran (Mind Mapping) merupakan salah satu teknik yang dikembangkan oleh Tony Buzan. Menurut Tony dalam Miftahul (2010:307) Seseorang biasanya memulainya dengan menulis gagasan utama ditengah halaman dan dari situlah, ia bisa membentangkanya keseluruh arah untuk menciptakan semacam diagram yang terdiri dari kata kunci-kata kunci, frasa-frasa, konsep-konsep, fakta-fakta, dan gambar-gambar.

Mind Mapping

bisa digunakan untuk membantu penulisan esai atau

tugas-tugas yang berkaitan dengan penugasan konsep. Ia merupakan strategi ideal untuk melejitkan pemikiran siswa. Tony (2004:122).

Sebuah teknik pembuatan catatan dan pengorganisasian pemikiran yang didiasin untuk memenuhi kebutuhan seluruh otak harus menyertakan tidak hanya kata-kata, angka, susunan, rangkaian, dan garis-garis, tetapi juga warna, gambar-gambar, dimensi, simbol-simbol, irama visual, dan lain-lain dengan kata lain peta pikiran.

Mind Mapping bisa digunakan untuk membentuk, menvisualisasi, mendesain, mencatat, memecahkan masalah, membuat keputudan, merevisi, dan mengklarifikasi topik utama, sehingga siswa bisa mengerjakan tugas-tugas yang banyak sekalipun. Pada hakikatnya, Mind Mapping digunakan untuk mempercepat arus pemikiransuatu topik sekaligus menjadi strategi ampuh bagi belajar siswa.

2.1.3.2 Manfaat Mind Mapping

Mind Mapping bisa digunakan untuk membantu penulisan esai atau

tugas-tugas yang berkaitan dengan konsep. Mind Mapping adalah strategi ideal untuk melejitkan pemikiran siswa. bisa digunakan untuk membentuk, memvisualisasi, mendesain, mencatat, memecahkan masalah, membuat keputusan, merevisi, dan mengklarifikasi topik utama, sehingga siswa dapat mengerjakan tugas-tugas yang banyak sekalipun.

(8)

pikiran, ingatan, rencana atau kreativitas dilibatkan. Penerapan peta pikiran ini biasanya untuk penulisan pidato, penulisan esai, model ujian, rapat dan

komunikasi, dan untuk membuat catatan pembelajaran.

2.1.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Mind Mapping

a) Kelebihan Mind Mapping

Membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga dapat menciptakan suatu produk yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkunganya. Motivasi yang tinggi dapat menambahkan kepercayaan diri siswa, sehingga siswa tidak ragu dan malu dalam mengembangkan

potensi-potensi yang terdapat dalam dirinya terutama potenssi yang berhubungan dengan kreativifatas

b) Kekurangan Mind Mapping

Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan Mind Mapping akan relatif lebih lama dan memerlukan banyak peralatan dan warna, Diperlukan imajinasi dan kreatifitas yang tinggi untuk menghasilkan Mind Mapping yang baik. Tetapi semakin kita banyak berlatih hal ini dapat diatasi, disamping guru memberikan lingkungan yang positif dan motivasi kepada anak.

2.1.3.4 Langkah-langkah Mind Mapping

Mind Mapping merupakan salah model pembelajaran Kooperatif dimana konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk

bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Menurut Rahayu Ratri, dkk (2012: 48) langkah-langkah pembelajaran

menggunakan Mind Mapping antara lain sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan materi dan tujuan yang ingin dicapai.

2. Peserta didik diminta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang peserta didik.

(9)

4. Tiap kelompok diminta untuk memaparkan hasil diskusi di depan kelas secara serentak (Mapping).

5. Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkap oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

Untuk menggunakan mind map, ada beberapa langkah-langkah persiapan Mind Map oleh Miftahul (2013:307)

1. Mencatat hasil ceramah dan menyimak poin-poin atau kata kunci dari ceramah tersebut.

2. Menunjukan jaringan-jaringan dan relasi-relasi di antara berbagai poin/gagasan/kata kunci yang terkait dengan materi pelajaran.

3. Membrainstorming semua hal yang sudah diketahui sebelumnya tentang topik tersebut.

4. Merencanakan tahap-tahap awal pemetaan gagasan dengan memvisualisasikan semua aspek dari topik yang dibahas.

5. Menyusun gagasana dan informasi dengan membuatnya bisa diakses dalam satu lembar saja.

6. Menstimulasi pemikiran dan solusi kreatif atas permasalahan-permasalahan.

7. Mereview pwlajaran untuk mempersiapkan tes atau ujian.

Langkah pembelajaran Mind Mapping, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran Mind Mapping yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Peserta didik diminta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang peserta didik.

2. Guru menyampaikan materi dan tujuan yang akan dicapai.

(10)

a. Mencatat hasil ceramah dan mentimak poin-poin atau kata kunci dari ceramah tersebut.

b. Menujukan jaring-jaring dan relasi-relasi di antara berbagai poin/gagasan/kata kunci yang terkait dengan materi pelajaran. c. Menyusun gagasan dan informasi dengan membuatnya bisa

diakses dalam satu lembar saja.

4. Tiap kelompok diminta untuk memaparkan hasil diskusi di depan kelas secara serentak (Mapping).

5. Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkap oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

2.1.4 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perkembangan mental siswa yang lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi siswa sebelum belajar. Poerwanti (2008:137)

mengungkapkan bahwa, hasil belajar merupakan suatu kualitas pemahaman siswa terhap materi pembelajaran, untuk mengetahui hasil belajar siswa, guru diharuskan memberi kuantitas yang berupa angka-angka pada kualitas dari suatu gejala yang bersifat abstrak. Sedangkan hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa. semakin tinggi proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa (Sudjana, 2010:22)

(11)

Berdasarkan pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru pada akhir kegiatan

pembelajaran atau akhir program untuk menentukan angka hasil belajar peserta didik. Dengan demikian, hasil belajar diharapkan agar dapat membentuk pribadi yang mau belajar dan mendapatkan nilai lebih baik lagi.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang terdahulu yang menggunakan model pembelajaran mind mapping untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan, salah satunya dilakukan oleh Yoga Dwi Prasojo pada tahun 2012 yang berjuddu “Upaya peningkatan hasil Belajar Siswa menggunakan Model Pembelajaran Mind Mapping Pada Siswa Kelas 5 SDN Dadapayam 02 Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013” dengan menerapkan model Mind Mapping untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa. hasil penelitian juga menunjukan bahwa spenerapan model Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPA yaitu ditunjukan dari nilai rata-rata pra siklus dengan ketuntasan 37,5% meningkat pasa siklus I yaitu 50% dan siklus kedua meningkat lagi dengan ketuntasan 100%. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan, dengan menerapkan model yang sama yaitu Mind Mapping untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Silverius Novie Paranso pada tahun 2013 dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ipa Menggunakan Model Pembelajaran Mind Mapping Siswa Kelas 5 SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2012/2013” penerapkan model Mind Mapping untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5. Hasil yang di peroleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar IPA dari tiap siklus

(12)

pembelajaran siklus II presentase kelulusan meningkat menjadi 100%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian ynng akan dilakukan, yaitu dengan menerapkan model mind mipping yang diharapkan dapat meningkatkan hasil pembelajaran IPA di kelas 5 SD.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Petra Suci Indriyani pada tahun 2013 dengan judul “Upaya Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar IPA Materi Energi dan Perubahanya Melalui Model Pembelajaran Mind Mapping Siswa Kelas 4 SD Negeri Tambakboyo 02 Ambarawa Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013” penerapkan model pembelajaran mind mapping untukk menigkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas 4. Hasil dalam penelitian ini terjadi peningkatan hasil belajar dari tiap siklus. Dengan presentase ketuntasan hasil belajar pra siklus adalah 32% menjadi 93,3% hasil belajar siswa tuntas pada siklus I. Pada tahap pembelajaran siklus II presentase ketuntasa meningkat menjadi 100%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan hasil pemeblajaran IPA.

Penelitian yang akan dilakukan memiliki perbedaan dengan

penelitian sebelumnya, karenana penggunaan model kooperatif penerapan model pembelajaran Mind Mapping. Sehingga akan menarik perhatian siswa, sehingga suasana pembelajaran akan lebih aktif dan menarik.

2.3 Kerangka Pikir

Menggunakan model mind mapping berbantuan media gambar, pembelajaran ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam penjelasan model pembelajaran mind mapping berbanuan media gambar

(13)

memaksimalkan informasi yang dimiliki tentang materi ini, dapat hasil belajar IPA siswa.

Tabel 2.1 Skema Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka hipotesisi penelitian ini adalah :

Diduga upaya penigkatan hasil belajar IPA dengan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif melalui Mind Mapping dapat meingkatkan hasil belajar siswa IPA kelas 5 SD Negeri 01 Jumo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan semester I tahun pelajaran 2017/2018.

Kondisi

Mind Mapping, siswa pasif dan kurang aktif mencatat hasil belajar

Guru menggunakan Model hasil belajar siswa kelas 5 SD

Gambar

Tabel 2.1 Skema Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian di atas, agar siswa mempunyai hasil belajar IPA khususnys tentang rangka yang baik sesuai dengan harapan siswa dan guru, salah satunya di dalam proses pembelajaran

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui pembelajaran

Penelitian yang dilakukan oleh Shinta Citra Dewi (2016) dalam Penelitian Tindak Kelas dengan judul “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Picture and

Penelitian yang telah dilakukan oleh Kusnan tahun 2012 dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran

Pada tahap perencanaan disiapkan seluruh kebutuhan untuk melaksanakan peningkatan hasil belajar IPA siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning

data yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan penelitian. Kegiatan ini dilakukan oleh guru kelas yang berperan sebagai.. observer pada waktu bersamaan dalam

Penelitian yang dilakukan oleh Crecentia (2013) dengan judul “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa

Sejalan dengan uraian diatas dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, salah satunya upaya peningkatan kinerja guru perlu adanya peran dari kepala sekolah, sebagai