23
Menurut Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2008:16), model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral dengan melalui beberapa siklus tindakan dan terdiri dari empat komponen yaitu yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Model spiral ini merupakan model siklus berulang berkelanjutan,
dengan harapan pada setiap tindakan menunjukkan peningkatan sesuai perubahan dan perbaikan yang ingin dicapai. Gambar bagan rencana tindakan model spiral pada penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut:
Gambar 3.1 Bagan Rencana Tindakan
Model spiral penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc Taggart
3.2. Seting dan Karakteristik Subyek Penelitian
penelitian. Seting tempat akan membahas lokasi atau tempat dilaksanakannya penelitian, selanjutnya seting waktu membahas mengenai penentuan waktu/jadwal penelitian, sementara pada karakteristik subjek penelitian akan dibahas mengenai kondisi siswa kelas 5 yang dijadikan sebagai subjek penelitian.
3.2.1 Seting Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri Susukan 01 yang terletak di Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Letak sekolah sangat strategis dipinggir jalan Sruwen-Karang Gede sehingga dapat dijangkau dengan
mudah baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Sarana dan prasarana di SD Negeri Susukan sudah lengkap. Prasarana fisik yang dimiliki sekolah ini yaitu 6 ruang kelas, 1 ruang kantor guru dan kepala sekolah, 1 ruang dapur sekolah, 4 toilet, 1 perpustakaan sekolah, tempat parkir serta
halaman sekolah yang cukup luas untuk menunjang setiap aktivitas siswa. 3.2.2. Seting Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada semester II, tahun ajaran 2014/2015 di SD Negeri Susukan 01. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah karena Penelitian Tindakan Kelas memerlukan beberapa siklus, masing-masing siklus dilaksanakan minimal dalam 3 kali pertemuan. Materi pembelajaran yang dilakukan yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pokok bahasan Sifat-sifat cahaya. Rincian alokasi waktu penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian Tindakan Kelas SD Negeri Susukan 01 Tahun Pelajaran 2014/2015
Waktu
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Observasi
Persiapan
Pelaksanaan : Siklus I :
a. Pertemuan 1 b. Pertemuan 2 c. Pertemuan 3 Silkus 2 : a. Pertemuan 1 b. Pertemuan 2 c. Pertemuan 3 Analisis Data Penyusunan
Berdasarkan tabel 3.1 diketahui bahwa penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan selama 4 bulan yaitu dari bulan Januari sampai dengan April 2015. Pada bulan Januari dipergunakan oleh peneliti untuk melakukan observasi. Perencanaan lain terkait dengan penelitian dilakukan peneliti pada bulan Maret, seperti menyusun instrumen dan uji validitas soal yang dilakukan di SDN Susukan 01 pada minggu ke-3 bulan Maret. Selanjutnya pada bulan Maret minggu ke-4 peneliti mulai melaksanakan penelitian tindakan kelas siklus I, dilanjutkan pelaksanaan siklus II pada bulan April minggu pertama. Pelaksanaan tindakan penelitian siklus II mengacu kepada hasil refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I, pelaksanaan kegiatan observasi oleh guru observer dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan penelitian. Selanjutnya pada bulan April minggu ke-2 sampai minggu ke-4 peneliti mengolah data hasil penelitian dan menyusun laporan penelitian.
3.2.3. Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Negeri Susukan 01 tahun pelajaran 2014/2015. Siswa kelas 5 SD Negeri Susukan 01 berjumlah 30 siswa terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan dengan karateristik
ada pula beberapa siswa yang memiliki kemampuan tinggi di atas rata-rata. Latar belakang siswa berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah kebawah, kebanyakan orang tua siswa bekerja sebagai petani, pedagang dan kuli bangunan sehingga sebagian besar waktunya dipergunakan untuk bekerja, kondisi yang demikian menjadikan siswa kurang mendapat perhatian dari orang tua khususnya dalam hal mengatur jam belajar di rumah, kontrol orang tua terhadap kegiatan siswa di rumah juga sangat kurang sehingga sering kali porsi waktu yang digunakan siswa untuk bermain jauh lebih banyak daripada waktu untuk belajar. Pada saat kegiatan belajar di kelas siswa merasa takut karena
mereka tidak menguasai materi yang guru berikan dengan baik, hal yang demikian menjadikan mereka kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga berdampak pada perolehan hasil belajar yang cenderung rendah.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian didefinisikan sebagai faktor yang apabila diukur memberikan nilai yang bervariasi. Adapula yang mendefinisikan variabel sebagai suatu karakteristik dari orang, objek atau gejala yang memiliki nilai yang berbeda-beda (Slameto, 2012: 138). Adapun variabel yang digunakan dalam analisis data ini adalah sebagai berikut :
3.3.1. Variabel bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab timbulnya variabel lain (dalam Slameto, 2012: 140). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model Make A Match berbantuan Power Point. Dalam model pembelajaran ini, siswa bekerja dalam permainan mencari pasangan untuk memecahkan suatu permasalahan sesuai dengan materi sifat-sifat cahaya dan merangcang karya dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya.
3.3.2. Variabel tergantung (Y)
Variabel tergantung adalah variabel yang timbul sebagai akibat langsung dari manipulasi dan pengaruh variabel bebas (Slameto, 2012: 140). Dalam
dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pengukuran variebel ini dilakukan dengan tes yang dilakukan diakhir pembelajaran.
3.4. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan 3 tahapan, yaitu 1) Perencanaan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (action) dan pengamatan (observation), dan 3) refleksi (reflection).
Perencanaan tindakan
Rencana tindakan dilaksanakan 2 (dua) siklus, siklus 1 (satu) dilaksanakan Maret minggu ke 3 (tiga). Pemberian tindakan pada siklus 1 didasarkan pada hasil observasi awal. Observasi awal dilakukan oleh peneliti sebelum penelitian ini dilaksanakan, maksudnya untuk mendapatkan data-data awal yang ada di lapangan (tempat penelitian). Data-data inilah yang nantinya akan digunakan oleh peneliti untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan pada langkah-langkah selanjutnya. Dari hasil observasi awal dilakukan perencanaan awal sebagai berikut :1) Merumuskan tujuan pembelajaran; (2) menyiapkan materi pelajaran yang akan diajarkan; (3) menyiapkan alat dan bahan; (4) merencanakan pembelajaran dengan model make a match berbantuan power point dan menyiapkan RPP; (6) membuat lembar observasi untuk melihat kondisi pembelajaran di kelas; (7) membuat lembar kerja dan tes untuk melihat hasil yang telah dilakukan.
Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah implementasi RPP dan observasi. Pelaksanaan tindakan siklus 1 dan siklus 2 dilaksanakan sesuai dengan perencanaan awal yang telah dilakukan yaitu: (1) melaksanakan
peneliti terhadap guru melalui lembar observasi yang sudah dibuat pada perencanaan awal; (3) melakukan tes formatif untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran tiap siklus. Apabila terdapat peningkatan maka perlu dilakukan tindak lanjut pada siklus 2 (dua) yang akan dilaksanakan pada bulan April minggu pertama.
Pengamatan
Proses pengamatan dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan memberikan lembar observasi kepada observer. Pengisian lembar observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung.
Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan untuk memahami dan memaknai segala sesuatu yang berkaitan dengan proses dan hasil yang diperoleh akibat tindakan yang dilakukan. Pada tahap ini dilakukan analisis yang berkaitan denagn
hambatan dan kekurangan yang dijumpai selama tindakan berlangsung. Kelebihan akan tetap dipertahankan, sedangkan kekurangan akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
Siklus Penelitian Siklus I
Siklus 1 dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, peneliti harus menyusun perangkat pembelajaran pada materi sifat-sifat cahaya meliputi RPP, materi ajar tentang sifat-sifat cahaya,kartu soal-jawaban, media pembelajaran berupa power point dengan alat LCD dan laptop,alat dan bahan yang digunakan dalam menjelaskan materi berupa senter, gelas bening,kertas,pensil,gunting serta cermin, kisi-kisi soal evaluasi, soal evaluasi, dan lembar penilaian dengan menggunakan model pembelajaran make a match berbantuan Power point. Kompetensi Dasar pada
menembus benda bening, dapat dipantulkan, dapat dibiaskan, dan dapat diuraikan). Selanjutnya menyiapkan lembar observasi untuk mengamati guru serta menyiapkan alat dokumentasi yaitu kamera digital/HP untuk mengambil gambar proses pembelajaran berupa foto.
2. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan siklus 1 dalam pembelajaran terdapat kegiatan awal,kegiatan inti yang meliputi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi serta kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru melaukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya sesuai dengan
materi yang akan dipelajari. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta memberikan motivasi kepada siswa dan menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model make a
match berbantuan power point. Pada kegiatan inti yang pertama yaitu eksplorasi. Dalam kegiatan eksplorasi, guru menyampaikan materi pelajaran sifat-sifat cahaya dari sumber buku dan power point serta memberikan contoh-contoh soal sifat-sifat cahaya. Selanjutnya yang kedua yaitu elaborasi. Dalam kegiatan elaborasi, guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi soal dan jawaban. Kemudian membagi siswa menjadi 2 kelompok yaitu kelompok soal dan kelompok jawaban. Guru membagikan kartu pada tiap kelompok secara acak dan menjelaskan cara penggunaan kartu yang akan dimainkan dalam permainan mencari pasangan dislide power point. Lalu setiap siswa diberi waktu 2 menit untuk mencari pasangan yang sesuai dengan kartu soal atau kartu jawaban yang dipegangnya. Kemudian
menunjukkan pada guru. Siswa yang dapat menemukan pasangannya sebelum batas
waktu yang ditentukan diberi poin. Kemudian siswa yang dapat menemukan
pasangan mempresentasikan kartu yang didapat sedangkan siswa yang belaum
mendapat pasangan akan diberikan hukuman menyanyi di depan kelas. Guru
memberikan hasil pencocokan antara kartu soal-jawaban yang sesuai di slide power point. Setelah itu, siswa dan guru membuat simpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Siswa mengerjakan tes formatif. Kemudian guru menganalisa hasil tes
3. Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran. Pengumpulan data diperoleh melalui lembar observasi guru dan
lembar observasi siswa siklus 1 beserta indikatornya. 4. Refleksi
Refeksi siklus 1 pertemuan 1, peneliti menilai keberhasialan mengajar guru dan menilai hasil aktivitas pembelajaran siswa. Pada refeksi siklus 1 pertemuan 2, peneliti menilai keberhasilan mengajar guru setelah proses pembelajaran berlangsung dan juga menilai hasil aktivitas siswa.Pada Refelksi siklus 1 pertemuan 3, peneliti menilai hasil tes evaluasi siswa serta membahas kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran pada siklus 1. Dari hasil diskusi ini peneliti dapat menentukan perbaikan untuk siklus 2.
Siklus II
Adapun tindakan perbaikan pembelajaran dalam siklus II, yang peneliti lakukan adalah melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, peneliti harus menyusun perangkat pembelajaran pada materi merancang karya atau model dengan menerapkan sifat-sifat cahaya meliputi RPP, materi ajar tentang Dalam tahap perencanaan, peneliti harus menyusun perangkat pembelajaran pada materi merancang karya atau model dengan menerapkan sifat-sifat cahaya meliputi RPP, materi ajar tentang merancang karya atau model dengan menerapkan sifat-sifat cahaya,kartu soal-jawaban, media pembelajaran berupa power point dengan alat LCD dan laptop,alat dan bahan yang digunakan dalam menjelaskan materi berupa 1 buah
sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya dengan indikator mengidentifikasikan manfaat sifat-sifat cahaya melalui suatu karya / model periskop, cakram warna dan lup, membuat suatu karya atau model periskop, cakram warna dan lup dari bahan sederhana serta menguji dan menyempurnakan karya atau model yang dibuat. Selanjutnya menyiapkan lembar observasi untuk mengamati guru serta menyiapkan alat dokumentasi yaitu kamera digital/HP untuk mengambil gambar proses pembelajaran berupa foto.
2. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan siklus II dalam pembelajaran terdapat kegiatan
awal,kegiatan inti yang meliputi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi serta kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru melaukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai serta memberikan motivasi kepada siswa dan menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model make a match berbantuan power point. Pada kegiatan inti yang pertama yaitu eksplorasi. Dalam kegiatan eksplorasi, guru menyampaikan materi pelajaran merancang karya atau model dengan menerapkan sifat-sifat cahaya dari sumber buku dan media power point melalui pembuatan lup, cakram warna dan periskop sederhana serta memberikan contoh-contoh soal sifat-sifat cahaya. Selanjutnya yang kedua yaitu elaborasi. Dalam kegiatan elaborasi, guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi soal dan jawaban. Kemudian membagi siswa menjadi 2 kelompok yaitu kelompok soal dan kelompok jawaban. Guru membagikan kartu pada tiap kelompok secara acak dan menjelaskan cara penggunaan kartu yang akan dimainkan dalam permainan mencari pasangan di slide power point. Lalu setiap siswa diberi waktu 2 menit untuk mencari pasangan yang sesuai dengan kartu soal atau kartu jawaban yang dipegangnya. Kemudian menunjukkan pada guru. Siswa yang dapat menemukan pasangannya sebelum batas waktu yang ditentukan diberi poin. Kemudian siswa yang dapat menemukan pasangan mempresentasikan kartu
kartu soal-jawaban yang sesuai di slide power point. Setelah itu, siswa dan guru membuat simpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Siswa mengerjakan tes formatif. Kemudian guru menganalisa hasil tes formatif.
3. Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran. Pengumpulan data diperoleh melalui lembar observasi guru dan lembar observasi siswa siklus II beserta indikatornya.
4. Refleksi
Refeksi siklus II pertemuan 1, peneliti menilai keberhasialan mengajar guru dan menilai hasil aktivitas pembelajaran siswa. Pada refeksi siklus II pertemuan 2, peneliti menilai keberhasilan mengajar guru setelah proses pembelajaran berlangsung dan juga menilai hasil aktivitas siswa. Pada Refelksi siklus II pertemuan 3, peneliti menilai hasil tes evaluasi siswa. Apabila menunjukkan hasil tes yang signifikan, maka penulis tidak melanjutkan perbaikan pembelajaran pada tahap berikutnya.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan beberapa teknik yaitu tes dan observasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SD Negeri Susukan 01 khususnya pada pokok bahasan Sifat-sifat cahaya. Selain itu pengumpulan data juga dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan aktivitas guru dan siswa selama tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Make A Match berbantuan
Power Point. 3.5.1. Tes
dilakukan dalam kondisi yang relatif sama. Sedangkan tes tertulis adalah tes yang soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis.
Pada penelian ini, peneliti menggunakan tes tertulis sebagai alat pengumpulan data hasil belajar siswa mata pelajaran IPA dengan kompetensi dasar menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model.
3.5.2. Observasi
Menurut Sudjana (2011 : 84) Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun
proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dapat mengukur atau menialai hasil dan proses belajar, misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru pada saat mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa
dalm simulasi, dan penggunaan alat peraga pada waktu mengajar.
Dalam penelitian ini peneliti mengamati dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data tentang bentuk penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berbantuan power point dalam pembelajaran IPA yang disesuaikan dengan hasil belajar siswa berkaitan dengan pemahaman siswa terhadap pelajaran dan sikap atau perilaku siswa setelah menerima pelajaran.
3.6. Intrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk lembar observasi dan soal tes formatif untuk siklus I dan siklus II.
3.6.1 Observasi
Observasi penerapan model Make A Match difokuskan pada aktivitas guru maupun aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Lembar observasi diisi oleh observer dengan melingkari skor pada setiap indikator penilaian aktivitas guru dan siswa. Jawaban dibuat dalam bentuk skala (skala likert) yaitu skor 4-1,
masing-masing indikator penilaian observasi dilakukan oleh guru dan siswa dengan sangat baik, skor 3 apabila pernyataan pada masingmasing indikator penilaian observasi dilakukan oleh guru dan siswa dengan baik, skor 2 apabila pernyataan pada masing-masing indikator penilaian observasi dilakukan oleh guru dan siswa dengan cukup, dan skor 1 apabila pernyataan pada masing-masing indikator penilaian observasi dilakukan oleh guru dan siswa dengan kurang Adapun kisi-kisi observasi mengunakan acuan skala Likert yang digunakan untuk mengukur aktifitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Skala likert biasa digunakan untuk memberikan penilaian terhadap sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial. Skala Lickert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono 2009 :
134-135).
Observasi aktivitas guru difokuskan pada pengamatan aktivitas guru dalam mengajar pada mata pelajaran IPA materi menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegitan membuat suatu karya atau model dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya melalui penerapan model Make A Match berbantuan power point.
Aktivitas guru dalam mengajar di kelas melalui penerapan model Make A Match berbantuan power point. Adapun kisi-kisi observasi aktivitas guru pada tabel 3.2 sebagai berikut :
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Lembar Aktivitas Guru
No Aspek Indikator No Item Jumlah
Item 1. Persiapan 1.Mempersiapkan ruang, alat dan
kesiapan siswa.
2.Menyampikan apersepsi dan tujuan.
1,2
3,4
4
mengaitkan dengan realitas kehidupan dan mengatur pembelajaran
4.Menampilkankan power point, mengunakan media secara efisien dan melibatkan siswa.
5.Mengunakan bahasa secara jelas, benar dan dengan gaya yang sesuai.
8,9,10
11,12,13
3. Pelatihan 6. Membimbing siswa pada saat siswa mencari pasangan kartu soal-jawaban dan menunjukkan hasil kartu soal-jawaban yang tepat
14,15,16,
17 4
4. Penampilan hasil
7. Melakukan refleksi, membuat kesimpulan dan tindak lanjut
18,19,20
3
Jumlah 20
Observasi aktivitas siswa difokuskan pada pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA materi menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegitan membuat suatu karya atau model. Adapun kisi-kisi observasi aktivitas siswa pada tabel 3.3 sebagai berikut :
Tabel 3.3
Kisi- Kisi Observasi Aktivitas Siswa
No Aspek Indikator No. Item Jumlah
3. Pengalaman 1. Melakukan pengamatan 2. Menyimpulkan hasil
pengamatan
4
5,6,7 4
4. Interaksi 1. Mencari pasangan kartu
soal-jawaban sifat cahaya.
5. Komunikasi 1. Mengemukakan pendapat 11,12,13 3
6. Refleksi 1. Menyimpulkan pembelajaran
yang telah dipelajari.
2. Siswa mengerjakan soal evaluasi
14
15
2
Jumlah 15
Untuk menghitung rentang kriteria skor aktivitas, baik guru maupun siswa digunakan rumus Sturges (Sugiyono, 2011:36) dengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut:
a. Menghitung rentang data
R = Skor Maksimal – Skor Minimal
Skor Maksimal dihitung dengan mengalikan jumlah indikator penilaian observasi aktivitas guru atau siswa dengan skala penilaian tertinggi (4), sementara skor minimal diperoleh dengan mengalikan jumlah indikator penilaian observasi aktivitas guru atau siswa dengan skala penilaian terendah (1).
b. Menghitung Jumlah Kelas Interval K = 1 + 3, 3 log n
n merupakan jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian. c. Menghitung Panjang Kelas
Berdasarkan langkah-langkah perhitungan tersebut dapat diketahui kriteria skor aktivitas guru dan aktivitas siswa sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kriteria Skor Aktivitas Guru
Rentang Kriteria
20 – 31 Sangat kurang
32 – 43 Kurang
44 – 55 Cukup baik
56 – 67 Baik
68 – 80 Sangat baik
Tabel 3.5
Kriteria Skor Aktivitas Siswa
Rentang Kriteria
15 – 23 Sangat kurang
24 – 32 Kurang
33 – 41 Cukup aktif
42 – 50 Aktif
51 – 60 Sangat Aktif
3.6.2. Tes
Soal tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa dalam memahami materi menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model dengan menerapkan model Make A Match berbantuan power
Tabel 3.6
Kisi-Kisi Butir Soal Siklus I
Standar Kompetensi 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/ model
Kompetensi Dasar 6.1 Mendiskripsikan sifat-sifat cahaya
Materi Pelajaran Sifat –sifat cahaya
Indikator Jenis soal No soal
1. Mengidentifikasikan 5 sifat cahaya (merambat lurus, me- nembus benda bening,dapat dipantulkan, dapat dibiaskan, dan dapat diuraikan)
Pilihan ganda
3,7,8,10,11,13, 14,15,17,18
2. Menunjukan 5 sifat cahaya (merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipan- tulkan, dapat dibiaskan, dan dapat diuraikan)
Pilihan ganda
1,2,4,5,6,9,12,16,19,20
Jumlah skor
Tabel 3.7
Kisi-Kisi butir soal Siklus II
Kompetensi Dasar 6.2 Membuat suatu karya atau model , misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.
Materi Pelajaran Merancang karya atau model dengan Menerapkan sifat cahaya.
Indikator Jenis soal No soal
1.Mengidentifikasikan manfaat
sifat-sifat cahaya melalui
suatu karya / model periskop,cakram warna dan Lup.
1,4,5,7,8,9,10,11,17,19,20
2. Membuat suatu karya atau model periskop, cakram warna dan lup dari bahan sederhana
Pilihan ganda
2,3,6,12,13,14,15,16,18
Jumlah skor
Pada setiap jawaban bentuk tes pilihan ganda, setiap jawaban yang benar diberi skor satu atau bergantung pada keinginan guru namun pada
umumnya diberi skor satu (Sudjana, 2011:54). Pada PTK yang dilakukan di kelas 5 SD Negeri Susukan 01 setiap item soal pada tes evaluasi hasil belajar IPA melalui model pembelajaran Make A Match berbantuan Power Point diberi skor 1 dan perhitungan nilai tes evaluasi hasil belajar mata pelajaran IPA berpedoman pada perhitungan rumus sebagai berikut:
X = ∑
∑ x 100 Keterangan:
x = nilai tes evaluasi hasil belajar IPA ∑ S = jumlah skor
∑ SM = jumlah skor maksimum.
KKM yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah sebesar 70, sehingga berdasarkan perbandingan nilai KKM dan tes evaluasi hasil belajar IPA dapat diketahui bahwa siswa sudah tuntas belajar atau belum. Kriteria ketuntasan belajar siswa adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8
Kriteria Ketuntasana Belajar
Rentang Kriteria
X < 70 Belum memenuhi KKM atau tidak tuntas.
3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Menurut Sugiyono (2011 : 121), instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas perlu dilakukan agar instrumen yang dipakai dalam penelitian memang benar-benar mengukur kemampuan yang akan diukur.
Menurut Muhidin (2007:47), untuk menafsirkan hasil uji validitas, kriteria yang digunakan adalah :
a. Jika nilai hitung r lebih besar (>) dari r tabel maka item angket dinyatakan
valid dan dapat dipergunakan , atau
b. Jika nilai hitung r lebih kecil (<) dari nilai tabel r maka item angket dinyatakan tidak valid dan tidak dapat dipergunakan.
c. Nilai tabel r dapat dilihat pada a = 5% dan db = n-2
Menurut Sugiyono (2011 : 121), instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian harus diuji tingkat reliabilitasnya. Menurut George dan Mallerry (dalam Azwar 2005 : 29), tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan mengikuti ketentuan sebagai berikut
a ≤ 0,7 : tidak dapat diterima 0,7 < a ≤ 0,8 : dapat diterima 0,8 < a ≤ 0,9 : reliabilitas bagus a > 0,9 : reliabilitas memuaskan
3.7.1 Uji Validitas dan Reabilitas Tes
Langkah penting yang dilakukan oleh peneliti dalam menetapkan alat penilaian kepada siswa adalah menguji kualitas alat penilaian tersebut sebelum digunakan oleh peneliti. Instrumen yang digunakan dalam penelitian harus memenuhi kriteria ketepatan (validitas) dan keajegan (reliabilitas).
akan diukur dan instrumen tersebut merupakan instrumen yang tepat digunakan untuk mengukur suatu variabel penelitian.
3.7.1.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Siklus I
Uji coba instrumen siklus I dilakukan di kelas 6 SD Negeri Duren 03 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dengan jumlah 21 siswa maka nilai r 0,433. Hasil penghitungan validitas item pada instrumen soal tes siklus 1 dengan mengunakan SPSS 20.0 for Windows. Jadi instrumen soal valid jika koefisien corrected item to total correlation > 0,433
Hasil uji validitas diketahui dari 25 item yang diuji validitasnya ada 20 item (1,2,3,4,5,6,7,8, 10,11,12,13, 15,16, 18,19, 21,22,23, 25) yang valid dan 5 item (9,14,17,20,24) yang tidak valid. Istrumen soal setelah dikurangi item yang tidak valid diuji tingkat reliabilitasnya dengan Cronbach’s Alpha sebesar 0,932
dari 20 item yang diuji. Menurut George dan Mallery (dalam Azwar, 2005 : 29) ,Cronbach’s Alpha 0,932 termasuk memiliki reliabilitas yang memuaskan. Ini berarti bahwa instrumen reliabel sudah dapat digunakan untuk penelitian. Koefisisen uji validitas dan reliabilitas tes siklus I dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Koefisien Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Siklus I
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,932 20
3.7.1.2.Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Siklus II
Uji coba instrumen siklus ke II dilakukan di kelas 6 SD Negeri Duren 03
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dengan jumlah 21 siswa maka nilai r 0,433. Hasil penghitungan validitas item pada instrumen soal tes siklus 1 dengan
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 21 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 21 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in
mengunakan SPSS 20.0 for Windows. Jadi instrumen soal valid jika koefisien corrected item to total correlation > 0,433.Hasil uji validitas diketahui dari 25 item yang diuji validitasnya ada 20 item (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13, 15, 17,18, 20,21, 23, 25) yang valid dan 5 item (14,16,19,22,24) yang tidak valid. Instrumen soal setelah dikurangi item yang tidak valid diuji tingkat reliabilitasnya dengan Cronbach’s Alpha sebesar 0,932 dari 20 item yang diuji. Menurut George dan Mallery (dalam Azwar, 2005 : 29) ,Cronbach’s Alpha 0,932 termasuk memiliki reliabilitas yang memuaskan. Ini berarti bahwa instrumen reliabel sudah dapat digunakan untuk penelitian. Koefisisen uji validitas dan reliabilitas tes siklus II
dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10
Koefisien Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Siklus II
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,936 20
3.8. Uji Taraf Kesukaran
Crocker dan Algina (dalam Purwanto, 2013:99), menjelaskan bahwa tingkat kesukaran merupakan proporsi siswa yang menjawab benar. Nilai tingkat kesukaran (TK) suatu item instrumen dapat ditentukan dengan membagi antara jumlah siswa yang berhasil menjawab benar dengan jumlah
keseluruhan siswayang mengikuti tes. Dapat dirumuskan sebagai berikut:
TK = ∑ ∑
Keterangan:
TK = tingkat kesukaran
∑ B = jumlah siswa menjawab benar ∑ P = jumlah siswa peserta tes.
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 21 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 21 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
Nilai tingkat kesukaran suatu item instrumen merentang antara 0 sampai 1. Nilai 0 (nol) terjadi apabila siswa tidak menjawab dengan benar, sementara nilai 1 (satu) terjadi apabila siswa berhasil menjawab soal dengan benar. Proporsi butir soal dengan kategori sedang sebaiknya lebih banyak daripada butir soal dengan kategori sukar atau mudah, karena apabila butir soal dengan kategori mudah atau sukar jauh lebih banyak maka tidak dapat mengukur kemampuan siswa. Berikut pembagian kategori tingkat kesukaran ke dalam tiga kelompok menurut Purwanto (2013: 101) sebagai berikut:
Tabel 3.11
Kriteria Tingkat Kesukaran Instrumen
Rentang Kriteria
0,00 – 0,32 Sukar
0,33 – 0,66 Sedang
0,67 – 1,00 Mudah
Berikut hasil analisis tingkat kesukaran item soal yang diujikan pada siswa kelas 5 SD Negeri Susukan 01 dengan jumlah keseluruhan responden 30 siswa adalah sebagai berikut:
Tabel 3.12
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Siklus I
Rentang Kriteria Nomor Item Jumlah
0,00 – 0,32 Sukar 10, 11, 13, 15 4
0,33 – 0,66 Sedang 2, 5, 6, 9, 12, 16, 17, 19
8
0,67 – 1,00 Mudah 1, 3, 4, 7, 8, 14, 18, 20
8
Dari data tabel 3.12 hasil analisis tingkat kesukaran soal siklus I, dapat diuraikan bahwa hasil uji tingkat kesukaran soal pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 20 soal terdapat 4 soal dengan kategori sukar, 8 soal dengan kategori sedang, dan 8 soal dengan kategori mudah.
Selanjutnya untuk data hasil analisis tingkat kesukaran item soal siklus II dengan jumlah 20 soal berbentuk pilihan ganda, hasilnya dilihat dari tabel 3.13 sebagai berikut:
Tabel 3.13
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Siklus II
Rentang Kriteria Nomor Item Jumlah
0,00 – 0,32 Sukar 7, 9, 16 3
0,33 – 0,66 Sedang 2, 4, 10, 11, 13, 14, 15, 20
8
0,67 – 1,00 Mudah 1, 3, 5, 6, 8, 12, 17, 18, 19
9
Total 20
Dari data tabel 3.13 hasil analisis tingkat kesukaran soal siklus II,
dapat diuraikan bahwa hasil uji tingkat kesukaran soal pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 20 soal terdapat 3 soal dengan kategori sukar, 8 soal dengan kategori sedang, dan 9 soal dengan kategori mudah.
3.9. Analisis Data
teknik analisis deskriptif kualitatif. Sedangkan untuk data nilai hasil belajar IPA dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif sehingga dapat dibandingkan nilai hasil belajar IPA setelah tindakan siklus I dan siklus II.
Analisis hasil belajar IPA siswa dilakukan dengan menghitung persentase ketuntasan belajar IPA secara klasikal dan rata-rata nilai siswa. perhitungan nilai tes evaluasi hasil belajar mata pelajaran IPA berpedoman pada perhitungan rumus sebagai berikut:
x = ∑
∑ x 100 Keterangan:
x = nilai tes evaluasi hasil belajar IPA ∑ S = jumlah skor
∑ SM = jumlah skor maksimum.
KKM yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah sebesar 70, sehingga berdasarkan perbandingan nilai KKM dan tes evaluasi hasil belajar IPA dapat diketahui bahwa siswa telah tuntas atau belum tuntas dalam pembelajaran IPA.
Sementara itu untuk mengukur nilai rata-rata siswa digunakan rumus sebagai berikut:
= ∑
Keterangan:
̅ = nilai rata-rata
∑ x = jumlah nilai yang diperoleh N = jumlah siswa
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar secara klasikal adalah sebagai berikut:
KB = x100%
Keterangan:
KB = ketuntasan belajar
Berdasarkan nilai persentase yang diperoleh, ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Make A Match berbantuan Power point dapat digolongkan menjadi lima kriteria. Kriteria ketuntasan belajar secara klasikal adalah sebagai berikut:
Tabel 3.14
Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal
Rentang Kriteria
1% - 20% Sangat kurang
21% - 40% Kurang
41% - 60% Cukup baik
61% - 80% baik
81% - 100% Sangat baik
Analisis hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Make A Match berbantuan Power point dilakukan dengan menghitung persentase jumlah pencapaian skor minimal secara klasikal. Rumus persentase hasil observasi guru dan siswa adalah sebagai berikut:
Persentase = x 100%
Tabel 3.15
Kriteria Hasil Observasi Klasikal
Rentang Kriteria
1% - 20% Sangat kurang
21% - 40% Kurang
41% - 60% Cukup baik
61% - 80% Baik
81% - 100% Sangat baik
3.10 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPA yang ditunjukkan dengan adanya kenaikan hasil evaluasi belajar IPA