7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Pengertian pembelajaran telah dijelaskan dalam pasal 1 angka 20 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran harus didasarkan pada prinsip terjadinya interaksi secara optimal antara peserta didik dengan pendidik, peserta didik sendiri, serta peserta didik dengan aneka sumber belajar termasuk lingkungan (Miarso, 2007:154). Pembelajaran menurut Susanto (2013: 19) adalah bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses perolehan
ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, dkk, 2000: 24). Proses pembelajaran tentunya tidak lepas dari belajar.
Belajar adalah tingkah laku yang diubah melalui latihan atau pengalaman (Ismail, 2016: 33). Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan, kebiasaan atau sikap (Purwanto, 2002: 84).
Pada dasarnya, pembelajaran selalu melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran, guru mempunyai tugas antara lain mengajar siswa, melatih siswa dan mendidik siswa. Artinya, tugas guru tersebut mempunyai tujuan sendiri. Tujuan guru dalam mengajar siswa adalah menyampaikan materi dan mengajarkan kepada siswa melalui metode pembelajaran secara optimal sehingga siswa dapat mengetahui dan menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Selain mengajar, tugas guru adalah mendidik siswa terutama dalam membentuk sikap dan keyakinan para siswa agar menjadi pribadi yang lebih baik.
guru dan siswa yang mengakibatkan siswa memperoleh tambahan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, sikap dan keyakinan agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Ilmu Pengetahuan Alam atau yang biasa disingkat menjadi IPA juga bisa disebut Sains, istilah Sains berasal dari bahasa latin “scientia” yang berarti pengetahuan. IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya
secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah
seperti rasa ingin tahu, jujur, dan sebagainya. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati dengan indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera (Trianto, 2010: 136). Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah sebagai berikut:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. Mengembangkan rasa ingin tahu sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala keteraturan sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP (Permendiknas, 2007: 149).
melestarikan lingkungan alam. Artinya, tujuan mata pelajaran IPA tidak hanya menyentuh sisi akademik tetapi juga menyentuh sisi religius yang diwujudkan dengan diperolehnya keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu pengetahuan alam (IPA) juga disebut dengan sains. Kata sains berasal dari bahasa latin “scientia” yang berarti pengetahuan. Pelajaran IPA mempunyai peranan penting, hal ini terbukti dengan diujikannya mata pelajaran tersebut di ujian nasional (UN) dari mulai jenjang sekolah dasar (SD) sampai jenjang sekolah
menengah atas (SMA). Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan kehidupan sehari-hari (Purwanti, 2012:1). Dalam pelaksanaanya, pembelajaran IPA meliputi semua materi yang berhubungan dengan objek alam dan permasalahan yang ada.
Adapun ruang lingkup IPA untuk SD/MI meliputi: a) makhluk hidup dan proses kehidupannya, b) sifat dan kegunaan benda atau materi, c) energi dan perubahannya, d) bumi dan alam sekitarnya (Purwasari, 2013: 541). Dalam Kurikulum 2006 (Standar isi) ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, membahas tentang manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2) Sifat dan kegunaan benda atau materi meliputi: benda cair, benda padat, dan benda gas.
3) Energi dan perubahannya, meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam sekitarnya, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Dengan demikian, pembelajaran IPA mempunyai peranan yang sangat penting karena siswa dididik agar dapat memahami alam dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu siswa diwajibkan mempelajari IPA atau sains dengan berbagai alasan seperti berikut:
b) Sains mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Sebelum menemukan suatu konsep, siswa dihadapkan oleh suatu permasalahan yang harus dipecahkan melalui serangkaian proses penelitian. Sikap kritis dan rasa ingin tahu yang tinggi akan mendorong siswa untuk lebih aktif bertanya dan mencoba membuktikan kebenarannya. Setelah proses penemuan yang panjang ini, siswa akan menyimpannya dalam struktur kognitif siswa dalam waktu yang lebih lama
c) Sains mampu mengembangkan sikap ilmiah yang membentuk insan Indonesia berkepribadian luhur. Nilai-nilai pendidikan tercermin pada sikap ilmiah yang mulai muncul saat melakukan penelitian yang ditandai dengan munculnya rasa keingintahuan. Selanjutnya, mereka akan melalui serangkaian tahap penelitian dari proses mencari sumber literatur yang mendukung, menyusun hipotesis, praktikum, mencatat dan menganalisis data, menyimpulkan, sampai tahap pembuatan laporan penelitian. Serangkaian tahap inilah yang sering disebut dengan metode ilmiah. Peneliti harus tekun dan tidak mudah putus asa apabila hasil penelitian mereka gagal. Ketelitian dalam mengamati hasil penelitian sangat menentukan dalam menarik kesimpulan. Sesuatu yang dilihat, harus dikatakan dengan jujur, dan sesuai kenyataannya, di sinilah sikap objektif muncul. Dengan demikian, kepribadian yang luhur tercermin dari sikap ilmiah yang telah terbentuk dengan sendirinya melalui serangkaian proses penelitian (Desttya, 2016: 195).
Pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) yang diterapkan pada pendidikan sekolah dasar maupun pada perguruan tinggi tidak hanya menekankan pada
pemahaman mengenai alam, tetapi juga berperan dalam kemajuan bangsa dalam hal perkembangan teknologi. Selain itu, pembelajaran IPA juga mengajarkan
siswa untuk berpikir kritis dan bersikap ilmiah yang bobotnya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing.
2.1.3 Metode Pembelajaran Demonstrasi
digunakan guru agar siswa memperoleh ilmu melalui proses interaksi di lingkungan sekolah, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses (Roestiyah, 2001: 83). Selain itu metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan (Rusyan,
1993: 106). Metode demonstrasi yaitu, cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan suatu proses, situasi atau benda tertentu yang
sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang disertai dengan penjelasan lisan (Djamarah dan Zain, 2014: 90).
Metode pembelajaran demonstrasi merupakan suatu interaksi yang melibatkan guru dan siswa di lingkungan sekolah dimana guru berperan sebagai peraga untuk memperlihatkan suatu proses terjadinya peristiwa, benda, serta penampilan tingkah laku. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna (Djamarah dan Zain, 2014: 90). Agar tujuan pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat tercapai, dapat digunakan strategi yang dijelaskan oleh Huda (2013: 232) seperti berikut:
1. Merumuskan dengan jelas jenis kecakapan atau keterampilan yang diperoleh setelah demonstrasi dilakukan.
2. Menentukan peralatan yang digunakan, kemudian diuji coba terlebih dahulu agar pelaksanaan demonstrasi tidak mengalami kegagalan. 3. Menetapkan prosedur yang dilakukan, dan melalukan percobaan
sebelum demonstrasi dilakukan.
4. Menentukan durasi pelaksanaan demonstrasi.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan komentar pada saat maupun sesudah demonstrasi.
6. Meminta siswa untuk mencatat hal-hal yang dianggap perlu. 7. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa.
2.1.4 Keunggulan dan Kelemahan Demonstrasi
Menurut Miftahul Huda dalam bukunya yang berjudul Model-Model
Pembelajaran dan Pengajaran mengemukakan bahwa keunggulan metode
demonstrasi sebagai berikut:
1. Membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret 2. Memusatkan perhatian siswa.
3. Lebih mengarahkan proses belajar siswa pada materi yang sedang dipelajari.
4. Lebih melekatkan pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran dalam diri siswa.
5. Membuat siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. 6. Membuat proses pengajaran lebih menarik.
7. Merangsang siswa untuk aktif mengamati dan menyesuaikan antara teori dengan kenyataan.
8. Membantu siswa memahami dengan jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.
9. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
10.Memperbaiki kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya.
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang masalah, keterbatasan metode konvensional atau ceramah yakni perhatian siswa hanya terpusat pada guru sehingga siswa cenderung bosan dan jenuh mengikuti pelajaran. Metode demonstrasi dapat memperbaiki keterbatasan tersebut dengan berbagai keunggulan yang dimiliki diantaranya metode pembelajaran demonstrasi dapat membantu siswa lebih aktif, lebih tertarik dan termotivasi untuk mengikuti pelajaran terutama terhadap materi proses. Dengan kata lain siswa akan lebih fokus dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap apa yang dipelajari dengan demikian hasil belajar yang didapat siswa lebih meningkat. Dengan dihadirkannya objek yang berhubungan dengan materi pelajaran secara jelas dan konkret akan menciptakan suasana baru dalam kelas sehingga siswa lebih tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru. Ketertarikan siswa tentunya akan meningkatkan minat belajar dari siswa, dengan minat belajar yang tinggi, siswa
demikian, metode demonstrasi juga memiliki kelemahan. Adapun kelemahan seperti yang dikemukakan Huda (2013: 233) adalah sebagai berikut:
1. Mengharuskan keterampilan guru secara khusus.
2. Tidak tersedianya fasilitas-fasilitas pendukung, seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai di setiap kelas.
3. Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping waktu yang cukup panjang.
4. Kesulitan siswa terkadang untuk melihat jelas benda yang akan dipertunjukkan.
5. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
6. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai materi atau barang yang didemonstrasikan.
Penerapan metode pembelajaran demonstrasi jufa memungkinkan adanya kelemahan ataupun keterbatasan. Metode pembelajaran demonstrasi memerlukan
keterampilan guru secara khusus. Misalnya dalam hal menentukan benda yang akan didemonstrasikan karena pada dasarnya tidak semua benda dapat
didemonstrasikan. Selain itu, guru juga dituntut untuk merencanakan pembelajaran secara matang, termasuk mengatur agar bagaimana siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk melihat benda yang dipertunjukkan secara jelas karena hal ini berhubungan dengan dimensi waktu atau jam mengajar guru. Penggunaan metode pembelajaran demonstrasi juga memerlukan fasilitas pendukung seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai. Peran guru sangat vital dalam penggunaan metode ini, karena apabila guru tidak terampil dalam merencanakannya siswa akan kesulitan memahami materi yang disampaikan. 2.1.5 Hasil Belajar
Kegiatan akhir dalam pembelajaran adalah proses evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar yang telah diperoleh siswa (Sulihawati dkk, 2014: 7). Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah Ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011: 22). Sedangkan menurut Hamalik (2004: 28) hasil belajar yang utama adalah perubahan tingkah laku yang bulat. Selanjutnya Supratiknya (2012: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar yang menjadi objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan baru yang
Hasil belajar yang utama adalah perubahan tingkah laku. Hasil belajar didapat setelah siswa mengalami pengalaman belajar dan evaluasi dari guru. Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa sumber di atas adalah perubahan tingkah laku atau kemampuan-kemampuan setelah menerima pengalaman belajarnya. Perubahan dalam hal ini maksudnya adalah perubahan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Penilaian hasil belajar sangat berhubungan dengan tujuan proses pembelajaran yang ingin dicapai. Pada umumnya, tujuan pembelajaran mengikuti
pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan oleh Bloom 1965, yaitu ranah cognitive, affective, dan psychomotor (Majid, 2014: 44). Kemudian Bloom dalam
(Majid, 2014: 44-45) mengelompokkan kemampuan manusia ke dalam dua ranah (domain) utama, yaitu ranah kognitif dan ranah non kognitif. Ranah non kognitif dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ranah afektif dan ranah psikomotor. Setiap ranah diklasifikasikan secara berjenjang dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
1. Ranah kognitif
Ranah yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual. Ranah ini terdiri dari:
a. Pengetahuan (knowledge), dalam jenjang ini seseorang dituntut dapat mengenal atau mengetahui adanya konsep.
b. Pemahaman (comprehension), kemampuan ini menuntut siswa memahami atau mengerti atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain.
c. Penerapan (aplication), adalah jenjang kognitif yang menuntut kesanggupan menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret.
d. Analasis (analysis), adalah tingkat kemampuan yang menuntut seseorang untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuknya.
e. Sintesis (synthesis), jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor.
2. Ranah Afektif
Ranah yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi. Ranah ini terdiri dari:
a. Menerima (receiving), mengacu pada kepekaan siswa terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu.
b. Menjawab (responding), siswa tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan siswa untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan.
c. Menilai (valuing), diharapkan siswa dapat menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu dengan cukup konsisten. d. Organisasi (organzation), tingkat ini berhubungan dengan
menyatukan nilai-nilai yang berbeda,
menyelesaikan/memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai.
3. Ranah Psikomotorik
Ranah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan atau keterampilan motorik. Kata-kata operasional untuk aspek psikomotor harus menunjuk pada aktualisasi kata-kata yang dapat diamati, yang meliputi:
a. Muscular or motor skill; mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan dan menampilkan.
b. Manipulations of materials or objects; mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk.
c. Neuromuscular coordination; mengamati, menerapkan,
menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik, dan menggunakan
Ranah yang dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah ranah kognitif pada aspek pengetahuan (knowledge), pemahaman (Comprehension) yang dinilai melalui tes formatif berupa pilihan ganda.
Ranah kognitif merupakan ranah yang mencakup kegiatan mental (otak), seperti kemampuan berpikir, memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisa, mensintesa, dan kemampuan siswa yang berorientasi kepada kemampuan berpikir.
Dalam ranah kognitif terdapat beberapa tingkatan kemampuan berpikir salah satunya yang dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah aspek pengetahuan (knowledge). Aspek pengetahuan merupakan tingkatan yang paling rendah dalam
2.1.5.1Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2010: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor-faktor intern meliputi:
a) Faktor jasmani yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh. b) Faktor psikologi, yaitu
(1) Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. (2) Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya.
(3) Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.
(4) Bakat
Bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik.
(5) Motif Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik
(6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang
(7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi c) Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan, tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
Adapun faktor eksternal meliputi: 1) Faktor keluarga
2) Faktor sekolah 3) Faktor masyarakat
Dari beberapa pernyataan di atas, dapat dinyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni faktor internal dan eksternal yang akan dijelaskan sebagai berikut:
Faktor internal, adalah faktor yang bersumber dari dalam diri siswa. Faktor internal meliputi:
Siswa yang tidak sehat atau sedang sakit pada saat mengikuti proses pembelajaran akan cepat mengalami kelelahan, sehingga siswa tidak akan maksimal dalam memperhatikan materi yang diajarkan oleh guru. Hal ini akan berdampak pada penurunan hasil belajar, karena siswa yang sedang sakit akan cenderung mengantuk dan tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban bagi
semua siswa untuk menjaga kesehatan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.
b) Psikologi 1) Intelegensi
Intelegensi dapat juga diartikan kecerdasan yang ada pada diri siswa. Kecerdasan siswa akan sangat mempengaruhi terhadap cepat lambatnya siswa memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dalam proses belajar mengajar berlangsung.
2) Perhatian
Untuk dapat memperoleh hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap materi pelajaran yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga siswa tidak lagi suka belajar. 3) Minat
Minat merupakan kecenderungan dari siswa untuk memperhatikan, mengingat, memahami terhadap suatu hal. Siswa dengan minat yang tinggi akan lebih fokus memperhatikan materi pelajaran dari pada siswa dengan minat yang rendah. Selanjutnya,
dengan fokusnya siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru, maka siswa akan dengan mudah memahami materi pelajaran sehingga hasil belajar yang didapat lebih meningkat
4) Bakat
atau kemampuan siswa, maka siswa akan senang dan dalam mempelajari materi pelajaran tersebut.
5) Motivasi
Motivasi sangat erat hubungannya dengan minat. Artinya siswa yang menaruh minat yang tinggi pada suatu materi pelajaran akan merasa termotivasi untuk lebih rajin dalam belajar, sehingga
pemahaman mengenai materi pelajaran yang diperoleh lebih meningkat dan akan meningkatkan hasil belajar yang diperoleh
siswa tersebut.
6) Kesiapan dan Kematangan
Setiap upaya belajar akan lebih berhasil jika dilakukan dengan tingkat kematangan siswa, karena kematangan sangat berhubungan dengan masalah minat dan kebutuhan anak.
c) Kelelahan
Cara belajar yang digunakan siswa juga berpengaruh terhadap hasil belajar. Artinya, cara belajar yang digunakan siswa harus tepat, misalnya dengan cara memahami materi bukan menghafal, merangkum materi pelajaran dengan mencatat poin-poin penting mengenai materi pelajaran. Selain itu, siswa yang dengan cara belajar secara terus menerus dan memaksa otak untuk berpikir juga akan berdampak pada hasil belajar. Otak yang kelelahan akan kurang maksimal apabila digunakan untuk berpikir maupun memahami materi pelajaran.
Faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor
eksternal meliputi: a) Keluarga
contoh ada orang tua yang hanya mementingkan pekerjaan atau karir tanpa memperhatikan keadaan psikis anaknya.
b) Sekolah
Kualitas pengajaran dan kemampuan belajar siswa di sekolah juga akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Apabila kualitas pengajaran dan kemampuan belajar siswa di sekolah tinggi maka hasil
belajar yang didapat juga tinggi. Selain itu, pergaulan dengan di lingkungan sekolah juga merupakan salah satu faktor. Apabila siswa
tidak pintar dalam bergaul di lingkungan sekolah, dikhawatirkan akan mengakibatkan siswa ikut terjerumus ke dalam pergaulan yang sifatnya negatif.
c) Masyarakat
Pergaulan siswa dengan lingkungan sekitar juga merupakan pengaruh besar karena tidak semua lingkungan masyarakat dapat memberikan dampak positif bagi anak pada saat menjalankan peran sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri.
2.1.6 Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Demonstrasi
Agar pelaksanaan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan semestinya, Suprijono (2009: 149) menjelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan metode demonstrasi sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dibahas. a. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.
b. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
c. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisisnya. d. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman
siswa didemonstrasikan. e. Guru membuat kesimpulan.
Dari penjabaran langkah-langkah PBL yang diuarikan oleh Suprijono (2009: 149) di atas, selanjutnya peneliti akan menyusun langkah-langkah metode demonstrasi berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses seperti pada tabel di bawah ini.
Dalam tahap persiapan yang dilakukan guru adalah:
a. Guru mengajak siswa berdo’a dengan dipimpin oleh ketua kelas. b. Guru melakukan absensi kehadiran.
c. Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai setelah pembelajaran berakhir dan menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.
d. Guru menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran. Namun, guru
harus terlebih dahulu menguji coba alat dan bahan yang akan digunakan untuk demonstrasi sehingga dapat diketahui segala kemungkinan yang dapat terjadi.
2. Pelaksanaan (implementation)
a. Guru mendemonstrasikan di depan kelas dengan alat dan bahan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b. Siswa memperhatikan dan mencatat poin-poin penting materi pelajaran dalam pembelajaran menggunakan metode demonstrasi. c. Guru melibatkan salah satu siswa untuk melakukan demonstrasi. d. Setiap siswa mempresentasikan hasil
3. Evaluasi (evaluation)
a. Guru mengukur hasil belajar siswa selama metode demonstrasi diimplementasikan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam proses pembelajaran. Pengukuran hasil belajar dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes formatif di akhir pembelajaran. Dengan metode demonstrasi di depan kelas akan dapat memberikan
pengalaman dan kesan dari pembelajaran pertunjukan dari suatu peristiwa atau fenomena, dengan tujuan siswa dapat menemukan konsep melalui pemusatan perhatian terpadu antara siswa dengan guru (Kholifudin, 2012: 148).
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang Implementasi metode demonstrasi pernah dilakukan oleh Sri Kusni (2012) Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Penggunaan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pangonan 01 Tlogowanguu Pati Tahun Ajaran 2012/2013. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Permasalahan yang ada pada siswa kelas IV SD Negeri Pangonan
Tlogowangu Pati Tahun Ajaran 2012/2013 adalah rendahnya nilai harian ulangan IPA yang belum mencapai KKM yaitu 6,3. Nilai rata-rata peserta didik adalah 4,3
dengan jumlah 18 peserta didik. Solusi yang telah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri Pangonan 01 Tlogowangu Pati Tahun Ajaran 2012/2013 adalah dengan menggunakan metode demonstrasi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN Pangonan 01. Adapun peningkatan hasil belajar ditunjukkan dengan perolehan nilai hasil tes setiap siklus. Pada prasiklus presentase ketuntasan hasil belajar siswa 56% atau 8 siswa. Pada siklus 2 meningkat sebesar 79% atau 16 siswa. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Erhan Rizki Aprian dkk (2012) Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Melalui metode Demonstrasi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV A Sekolah Dasar Negeri Nyalindung Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor, yang terdiri dari dari 40 siswa, dengan komposisi 18 perempuan dan 22 orang laki-laki. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Bentuk dari penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas (PTK).
penguasaan materi di atas KKM 64. Solusi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan metode pembelajaran demonstrasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada siklus pertama memperoleh nilai 42,5 dengan persentase sebesar 61,37 dan pada siklus kedua memperoleh nilai 85,9 dengan persentase sebesar 94,5%. Begitu pula
dengan hasil observasi perilaku siswa menunjukkan adanya peningkatan pada siklus pertama memperoleh yaitu 51,5% dan siklus kedua memperoleh nilai 94%.
Fathorrasi Fathorrasi dan Hasan Muchtar Fauzi (2012) Penerapan Metode Demonstrai Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Materi Pokok Sifat-Sifat Benda Kelas 3 Semester Ganjil di SDN 01 Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo Tahun Ajaran 2012/2013. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi Kelas III SDN 1 Dawuan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 21 siswa.
Permasalahan yang terjadi adalah kegiatan pembelajaran yang kurang bervariasi seringkali membuat siswa menjadi jenuh dan mengantuk, sehingga siswa Kelas 3 Semester Ganjil di SDN 01 Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo enggan untuk memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Siswa lebih suka berbicara dan bergurau dengan teman sebangkunya. Solusi yang telah diambil adalah dengan merubah metode ceramah yang selama ini digunakan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan
metode demonstrasi pada pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat benda ini efektif karena dapat meningkatkan minat belajar siswa, kemampuan akademik dan aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar. Persentase hasil tes formatif mengalami peningkatan pada siklus I sampai dengan siklus II dari 81% menjadi 90,5%.
Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Taopa Kabupaten Parigi Moutong. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Taopa Kabupaten Parigi Moutong yang berjumlah 17 siswa yang terdiri dari 11 orang perempuan dan 6 orang laki-laki. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK).
Permasalahan yang terjadi adalah hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Taopa Semester Genap Tahun Pelajaran (2013/2014) masih tergolong rendah
dengan rata-rata nilai 54,44 nilai belum mencapai standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan 65%. Untuk mengatasi fenomena tersebut maka
seorang guru harus dapat memilih metode yang sesuai dengan materi IPA seperti metode demonstrasi.
Implementasi metode demonstrasi pada siswa kelas V SDN Taopa terbukti dapat meningkatkan hasil belajar. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil evaluasi hanya 12 atau 71,18% dari jumlah siswa secara keseluruhan yang berhasil mencapai ≥ 70% terhadap penguasaan materi pelajaran. Berdasarkan hasil observasi siklus II, aktivitas siswa mencapai kualifikasi Sangat Baik. hal ini sesuai dengan hasil tes siklus II, yakni 17 siswa atau 85,88%. Hasil evaluasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 20% atau 5 orang yang berhasil mencapai ≥ 70% terhadap penguasaan materi pelajaran. Jika dilihat dari aktivitas siswa, indikator proses sudah berhasil.
Tri Handayani (2016) Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Gerak Benda Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas I SDN Ngampal 1. Jenis penelitian yang dilakukan oleh Tri Handayani yakni penelitian tindakan kelas (PTK).
Permasalahan yaitu hasil belajar mata pelajaran IPA materi Gerak benda
masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari data hasil observasi dari pembelajaran prasiklus teridentifikasi bahwa Siswa yang mampu menyerap materi tentang Gerak benda dalam mata pelajaran IPA di Kelas I hanya 2 siswa (22%) dari 9 siswa yang mendapat nilai baik. Solusi yang telah ditemukan adalah dengan cara menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran.
Komputer Di Kelas X TKJ 2 SMKN 1 Abang. Jenis peneltian yang dilakukan
oleh Gusti Lanang adalah penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ 2 SMK Negeri 1 Abang.
Permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang diperoleh siswa masih tergolong rendah yaitu sekitar 70 % siswa tidak tuntas. Untuk menyikapi permasalahan tersebut diperlukan suatu metode yang
tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran perakitan komputer, yakni dengan cara mengimplementasikan metode demonstrasi dalam
kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gusti Lanang adalah siswa yang dinyatakan tuntas pada siklus I sebanyak 22 orang siswa dan meningkat pada siklus II menjadi 32 orang
Sri Yanti (2016) Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Materi Menulis Melalui Metode Demonstrasi. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau (Classroom Action Research). Subyek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas I SD Negeri Kalijurang 03 Kecamatan Tonjong ajaran 2014/2015 yang sejumlah 20 siswa yaitu terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
Permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini berupa rendahnya hasil belajar siswa kelas I SD Negeri Kalijurang 03 Kecamatan Tonjong. Hal tersebut bisa dilihat dari hasil belajar siswa yang kurang memuaskan, dari jumlah siswa kelas I SD Negeri Kalijurang 03 Kecamatan Tonjong yang berjumlah 20 siswa, hanya 3 siswa yang berhasil (15%) dalam menulis dan menghitung dan sisanya sekitar 17 siswa dinyatakan belum berhasil (85%). Berawal dari permasalahan tersebut, solusi alternatif yang digunakan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar adalah dengan cara menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran.
siswa yang tidak tuntas pada siklus I ada 14 siswa, jumlah nilai siklus I ada 1260, rata-rata nilai siklus I adalah 63 dengan kategori cukup baik, dan persentase ketuntasan siklus I adalah 45%. Dari hasil tes evaluasi siswa melalui lembar evaluasi pada siklus II diperoleh rata-rata nilai sebesar 84. Jumlah siswa yang tuntas adalah 20 siswa, sedangkan yang belum tuntas ada 2 siswa. Persentase ketuntasan yang dicapai pada siklus II mencapai 90% , sehingga hasil dikatakan
tuntas.
Kanti Sukowati (2014) Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA
Materi Gaya dan Gerak Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas VIA SDN Darungan 01 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian siswa kelas VI A SD Negeri Darungan 01 semester I tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 32 siswa yaitu 14 laki-laki dan 18 perempuan.
Permasalahan yang diselesaikan dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa dan pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat, sehingga siswa kurang memahami materi pelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang ditetapkan. Berangkat dari permasalahan tersebut, telah ditemukan solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIA SD Negeri Darungan 01 semester I tahun pelajaran 2012/2013 yakni melalui implementasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Dari penelitian menunjukkan nilai yang diperoleh siswa dari 32 siswa ada 0 siswa (0%) yang memperoleh nilai antara 0-50, 8 siswa (25%) mendapat nilai antara 51-60, 10 siswa (31%) mendapat nilai antara 61-70, dan 6 siswa (19%) mendapat nilai diatas 70. Kemudian, hasil belajar menunjukkan adanya kemajuan
dimana ada ada 8 siswa (25%) yang mendapat nilai ulangan harian dibawah 70, dan ada 24 siswa (75%) yang mendapat nilai ulangan harian diatas 70.
Agus Andriyanto. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sifat-Sifat Cahaya Melalui Metode Demonstrasi Di Kelas V Sdn 5 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo yang didasarkan pada data hasil belajar tahun 2011/2012 di kelas V SDN 5 Telaga kecamatan Telaga kabupaten Gorontalo berjumlah 34 siswa. 8 siswa mencapai ketuntasan (23.53 %), dan terdapat 26 siswa yang belum tuntas (76.47%). Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa tersebut, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasill belajar adalah menerapkan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar kelas V
SDN 5 Telaga kecamatan Telaga kabupaten Gorontalo.
Hasil penelitian dari implementasi metode demonstrasi adalah hasil belajar
siswa mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada pembelajaran siklus I diperoleh data dari 34 orang siswa. Siswa yang belum tuntas ada 13 orang siswa atau 38.23% dan yang tuntas ada 21 orang siswa atau 61.77%. sedangkan pada siklus II meningkat dimana siswa yang belum tuntas ada 3 orang siswa atau 8.82% dan yang sudah tuntas menjadi 31 orang siswa atau 91.18%.
Fartati (2014) Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Penyebab Benda Bergerak Di Kelas II SD No. 1 Polanto Jaya. Penelitian yang dilakukan oleh Fartati ini berjenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Persoalan yang ditemukan pada tahap observasi awal dalam penelitian ini adalah sebagaian besar nilai siswa Kelas II SD No. 1 Polanto Jaya belum mencapai KKM. Hanya ada 30% siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM dan sisanya berada di bawah KKM IPA. Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah mengubah metode ceramah yang selama ini digunakan oleh guru menjadi metode demonstrasi.
Hasil penelitian penerapan metode demonstrasi menunjukkan bahwa terjadi
Kambe dkk (2015) Penelitian yang berjudul Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 1 Balingara Pada Materi Volume Kubus Dan Balok. Subyek PTK ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Balingara yang berjumlah 15 orang yang tercatat pada tahun 2014-2015. Persoalan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa mengalami kesulitan pada materi volume kubus dan balok. Selain itu kurangnya pengetahuan
dan pengalaman guru terhadap metode pembelajaran yang tepat, menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menentukan volume kubus dan balok.
Berdasarkan persoalan tersebut, metode demonstrasi diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar terhadap siswa Kelas V SDN 1 Balingara Untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pada materi volume kubus dan balok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas V SD Negeri 1 Balingara pada materi volume kubus dan balok. Pada tes awal siswa yang tuntas 5 orang (Presentase tuntas klasikal 33,33%) dan (daya serap klasikal 57%). Pada siklus I siswa yang tuntas 13 orang (Presentase tuntas klasikal 86,66%). Pada siklus II meningkat menjadi yang tuntas 14 orang (Presentase ketuntasan klasikal 93,33% ), dan daya serap klasikal 81,33%. Rata-rata hasil observasi aktifitas siswa dalam pembelajran siklus I 73,33% dan pada siklus II 85%. Sedangkan presentase aktifitas guru dalam pembelajaran siklus I 78,66% dan pada siklus II 88%.
Subrata (2016) Penerapan Metode Demonstrasi Pada Materi Asam Basa Garam Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik. Bentuk dari penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
dilaksanakan di kelas VII B SMP Negeri 15 Semarang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
dalam satu kelas menunjukkan bahwa hasil belajar IPA pada kelas VII B masih rendah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh subrata menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat berdasarkan penilaian diri dan pengamat pada siklus I dan siklus II yaitu dari 87,3% menjadi 96,3%.Sedangkan peningkatan ketuntasan belajar klasikal pada
siklus I dan II yaitu dari 59,4% menjadi 87,5%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan penggunaan metode demonstrasi dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Lina Amelia dan Teuku Nailul Munadi (2016) Penerapan Metode Demontrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siwa Kelas IV SD Negeri Ulee Gle Mata Pelajaran Sains Materi Perubahan Wujud Benda. Subjek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa kelas IV SDN Ulee Glee sebanyak 25 orang siswa, sedangkan objek penelitian adalah penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perubahan wujud benda. Permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa yang disebabkan oleh guru lebih banyak berceramah, kurang menggunakan media menarik (media yang baru) dalam menyajikan pelajaran, dengan alasan kurangnya keahlian menggunakan media teknologi seperti, internet, sehingga media yang akan ditampilkan saat pembelajaran berlangsung hanya seadanya saja. Dengan alasan tersebut, metode demonstrasi diterapkan guna meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Ulee Gle.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai ke siklus II. Hal ini dapat dilihat dari skor
perubahan wujud benda. Pada siklus I, siswa mendapatkan nilai rata-rata kelas sebesar 67,60 dengan ketuntasan 16 orang siswa (64%) dan pada siklus II, nilai rata-rata yang dicapai sebesar 75,60 dengan ketuntasan sebanyak 24 orang siswa (96%).
Susilorini (2015) Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Penjumlahan dan Pengurangan Dengan Menggunakan Metode Belajar Demonstrasi Pada Siswa
Kelas 1 SDN 01 Bendoagung Kecamatan Kampak Trenggalek Tahun Semester II 2013/2014. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN I Bendoagung
Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek. Obyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas I Semester II SDN I Bendoagung Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek Tahun Pelajaran 2013/2014 yang kelasnya berjumlah 21 siswa. Permasalahan yang timbul dalam PTK ini yaitu rendahnya prestasi belajar siswa Kelas I semester II SDN I Bendoagung Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014, masih banyak siswa berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 70,00 untuk Matematika. Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas I semester II SDN I Bendoagung Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014 adalah dengan menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran.
Hasil dari implementasi metode demonstrasi pada siswa Kelas I semester II SDN I Bendoagung Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014 menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pada siswa Kelas I SDN I Bendoagung Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek sebelum siklus: 68,57 dengan ketuntasan belajar hanya sebesar 38,10%, pada siklus I : 76,43 dengan ketuntasan belajar naik menjadi 52,38% dan
siklus II : 86,90 dengan ketuntasan belajar mencapai 85,71%.
Persoalan yang terdapat dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya banyak siswa yang tidak memperhatikan saat guru menerangkan teknik renang gaya dada pada saat pembelajaran berlangsung, guru hanya memberikan penjelasan kepada siswa tentang bagaimana teknik yang benar dalam melakukan gerakan renang gaya dada tanpa memberikan contoh langsung di kolam renang tentang bagaimana gerakan
yang benar saat melakukan teknik renang gaya dada kepada siswa. Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 MAN
Cikarang Utara Kabupaten Bekasi pada materi renang gaya dada adalah dengan mengimplementasikan metode demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran.
Hasil dari implementasi metode demonstrasi terhadap siswa kelas XI IPA 3 MAN Cikarang Utara Kabupaten Bekasi menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Nilai rata-rata pembelajaran renang gaya dada pada kondisi awal siswa adalah 22,2% atau hanya 8 orang siswa yang tuntas dari 36 siswa, rata-rata nilai pada siklus I peningkatannya menjadi 50% atau 18 orang siswa yang tuntas dari 36 siswa, terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus I yaitu sebesar 27,8% dan rata-rata nilai pada siklus II peningkatannya menjadi 94,4% atau sebanyak 34 siswa yang tuntas dari 36 orang siswa, terjadi lagi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 44,4%, sehingga peningkatan hasil belajar siswa dari mulai kondisi awal sampai ke siklus II yaitu dari 22,2% menjadi 94,4% atau sebesar 72,2% diukur dari nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu 65,00.
Supriyanto (2017) Peningkatan Prestasi Belajar Sumber Daya Alam Melalui Metode Demonstrasi Siswa Kelas 4 SD. Penelitian ini berjenis Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian ini yakni siswa kelas IV di SDN 2 Suko Kidul.
meningkatkan rendahnya hasil belajar siswa kelas IV di SDN 2 Suko Kidul telah dilakukan dengan menerapkan metode demonstrasi.
Hasil penelitian yang menerapkan metode demonstrasi tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SDN 2 Suko Kidul. Pada siklus 1, nilai rata-rata siswa adalah 63,84 dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 80. Jumlah siswa yang mendapat nilai diatas 60 ada 12 Siswa,
yang berarti 50% dari sejumlah 24 siswa memiliki nilai atas taraf penguasaan konsep yang diberikan. Pada siklus 2, nilai rata-rata siswa adalah 72,4 dengan
nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 95. Jumlah siswa yang mendapat nilai diatas 60 ada 22 siswa, yang berarti 91,67 % dari sejumlah 24 siswa memiliki nilai diatas taraf penguasaan konsep yang diberikan.
Nunung Sulistianingsih (2013) Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas V SD Bogo Wijirejo Pandak Bantul Tahun Pelajaran 2013/2014. lui metode demonstrasi pada siswa kelas V di SD Bogo Wijirejo Pandak Bantul Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dilakukan di SD Bogo Wijirejo Pandak Bantul pada tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD Bogo Wijirejo Pandak Bantul yang berjumlah 25 siswa dengan siswa laki-laki sebanyak 16 siswa dan perempuan sebanyak 9 siswa. Obyek penelitian ini adalah metode demonstrasi.
Alasan dilakukannya penelitian tersebut adalah diperoleh data bahwa hasil ulangan harian mata pelajaran IPA masih ada siswa yang masih dibawah KKM. Dari 25 siswa kelas V SD Bogo, masih 13 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM 76. Data tersebut diperoleh dari hasil ulangan harian di semester II. Ini
Dari implementasi metode demonstrasi dalam pembelajaran diperoleh hasil berupa meningkatnya hasil belajar siswa kelas V SD Bogo. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata pada kelas V SD Bogo Wijirejo Pandak Bantul pada Pra Siklus sebesar 70,88 dengan ketuntasan belajar sebesar 48% setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi meningkat pada siklus I nilai rata-rata menjadi 74,08 dengan ketuntasan belajar mencapai 54,17%. Pada siklus
II nilai rata-rata menjadi 85,2 dengan ketuntasan belajar sebesar 88%.
Dari fakta-fakta penelitian yang relevan di atas dapat ditemukan celah berupa
tidak dideskripsikannya langkah-langkah metode demonstrasi dalalm rangka meningkatkan hasil belajar. Untuk itu, peneliti mendeskripsikan langkah-langkah metode pembelajaran demonstrasi dalam penelitian ini, karena menurut peneliti pemahaman siswa akan lebih meningkat jika mereka diberikan “pengalaman” bukan hanya “pengetahuan” terkait materi pelajaran. Penelitian di atas meskipun berbeda dalam hal subyek, dan hasil tetapi masih berhubungan dengan penelitian ini, sehingga penelitian di atas dapat mendukung penelitian ini.
Pada dasarnya ada materi yang jelas atau konkret yang bisa dilihat maupun diamati oleh siswa secara langsung, dari adanya kejelasan materi ini maka pemahaman siswa bisa meningkat, dengan cara melekatkan kesan yang lebih kuat melalui perabaan beberapa indra. Artinya, dengan jelasnya materi yang disampaikan oleh guru maka tingkat pemahaman siswa juga akan bertambah,, sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Dari beberapa penelitian di atas dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka Berpikir
siswa tidak hanya mengetahui tetapi juga mengalami sehingga siswa benar-benar dapat mengingat apa yang dialami mengenai materi untuk kemudian dapat memahami materi secara optimal. Apabila siswa dapat memahami materi pelajaran secara optimal maka hasil belajar yang didapat juga akan meningkat dan KKM terpenuhi.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian tindakan kelas dirumuskan sebagai berikut:
1. Diduga hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Watu Agung 02 Tuntang akan meningkat apabila model pembelajaran demonstrasi diterapkan.