• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian di Kantor Kecamatan Binjai Kota Kota Binjai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian di Kantor Kecamatan Binjai Kota Kota Binjai)"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang telah melakukan penguatan

demokrasi salah satunya dengan otonomi daerah yang seluas- luasnya,

memerlukan adanya aparatur yang handal dan efisien melaksanakan

penyelengaraan administrasi publik, dan pelayanan publik dalam

meningkatkan kesejahteraan umum. Kehandalan ini harus

diimplementasikan dalam bentuk budaya kerja oleh aparatur pemerintah

pada organisasi pemerintah di daerah.

Dalam kehidupan bernegara, masyarakat sebagai warga Negara

membutuhkan suatu wadah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya

baik itu yang diselengarakan oleh pemerintah maupun swasta. Pemerintah

selain berperan sebagai abdi Negara. Peran inilah yang menugaskannya

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa adanya

diskriminasi.

Jika kita berbicara mengenai pelayanan publik, ada banyak

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kualitas pelayanan suatu birokrasi

pemerintah baik itu yang bersifat internal organisasi seperti kewenangan

diskresi, sikap yang berorientasi terhadap perubahan, budaya kerja, etika

organisasi, sistem intensif maupun semangat kerja sama. Sedangkan faktor

(2)

politik, pengelolaan konflik lokal, kondisi sosial ekonomi dan kontrol yang

dilakukan oleh masyarakat dan organisasi lembaga swadaya masyarakat.1

Sudah sejak lama memang banyak kesan buruk yang disandang

aparat pemerintah (sektor publik) dalam hal pelayanan. Hal ini antara lain

dapat diindikasikan dari besarnya dana yang digunakan untuk membiayai

aparatur pemerintah, namun hal itu ternyata tidak diimbangi dengan Ada tiga masalah besar dalam pelayanan publik yaitu diskriminasi

pelayanan, tidak adanya kepastian pelayanan dan rendahnya tingkat

kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik. Fakta bahwa pelayanan

publik di Indonesia itu masih banyak yang menunjukkan kualitas yang

buruk sering menjadi bahasan, baik itu secara lisan maupun tulisan.

Kegagalan pemerintah dalam memberikan pelayanan publik yang

menghargai hak dan martabat warga Negara sebagai pengguna pelayanan

mengakibatan lemahnya legitimasi pemerintah bukan hanya di mata warga

Negaranya tetapi ini juga berdampak luas terhadap ketidak percayaan pihak

swasta dan pihak asing untuk menanamkan modal investasinya.

Salah satu penyebabnya adalah budaya birokrasi di Indonesia yang

banyak mengadopsi budaya Jawa, yang hierarkis, tertutup, sentralis dan

mempunyai nilai untuk menempatkan pimpinan sebagai pihak yang harus

dihormati. Selain itu sangat kental budaya dimana para pelayanan

berdasarkan kedekatan hubungan.

1

(3)

kualitas pelayanan yang maksimal. Ini menunjukkan bahwa budaya

pelayanan pada instansi pemerintahan masih belum berorientasi pada

kepuasan masyarakat selaku pelanggannya. Padahal masyarakat telah

bersedia mengorbankan sebagian sumber dayanya untuk Negara dengan

membayar berbagai macam pungutan, baik pajak, retribusi dan sebagainya.

Sudah sewajarnya jika masyarakat mengharapkan kepuasan (satisfaction)

yang maksimal atas pelayanan yang diberikan oleh Negara.

Oleh sebab itu diperlukan adanya suatu perubahan atmosfer kerja

berupa perubahan paradigma atau cara pandang, pola pikir dan cara

bertindak dalam menjalankan kegiatan oprasional. Dengan demikian,

program transformasi cultural di suatu organisasi dapat berjalan dengan

baik. Adapun suatu perusahaan yang telah menjalankan hal tersebut akan

memiliki ciri-ciri perubahan yang bersifat sangat mendasar, strategis dan

menyeluruh sehingga tujuan yang ditetapkan dalam bentuk visi dan misi

dapat terlaksana.

Budaya kerja adalah suatu filsafah dengan didasari pandangan

hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong

yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap

menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan tindakan yang terwujud

sebagai kerja.

Budaya kerja yang berlaku di kecamatan Binjai Kota merupakan

(4)

program yang komprehensif dalam melakukan percepatan dalam upaya

pembaharuan kegiatan oprasional kerja secara lebih efesien dan efektif.

Kecamatan sebagai bagian dari struktur dan sistem penyelengaraan

pemerintah tingkat daerah, merupakan lapis kedua unit pelayanan

masyarakat terdepan setelah kelurahan dalam mengurusi berbagai

kepentingan publik. Hal ini disebabkan terdapatnya hubungan hirarkis

antara kecamatan dengan kelurahan. Melalui kewenangan yang

dilimpahkan oleh bupati /walikota (kewenagan delegatif), pemimpin

kecamatan dapat melaksanakan berbagai peran yang disesuaikan dengan

karakteristik ialah yang menuntut camat untuk dapat memahami kemudian

menerjemahkannya ke dalam unit-unit internal organisasi yang ada di

kecamatan.

Bahwa Surat Keterangan Kematian yang diterbitkan oleh

Kecamatan bukanlah dokumen final dalam penentuan status kematian atau

lahir mati seseorang, namun sifatnya adalah sebagai pelaporan pertama atas

peristiwa tersebut yang selanjutnya digunakan sebagai salah satu

persyaratan untuk pencatatan peristiwa kematian atau lahir mati oleh Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil.

Pemikiran ini tidak lepas dari pertimbangan, bahwa sejalan dengan

perkembangan era globalisasi dan persaingan yang semakin terbuka, peran

(5)

mudah. Peran organisasi kecamatan dari waktu ke waktu akan semakin

besar dan kompleks. Beberapa perubahan struktural dari fenomena ini

diperlukan , mulai dari stuktur, sistem, strategi, staf, gaya manajemen,

hingga budaya kerja menjadi subjek perhatian perubahan organisasi

pemerintahan secara komprehensif. Kinerja pelayanan yang baik untuk

merelisasikannya, akan memerlukan waktu yang tidak sebentar dan energi

yang tidak sedikit, satu aspek yang perlu mendapat penekanan dan

pelatihan, dimana dengan fokus terhadap permasalahan ini, semua aspek

dapat ikut terangkum dalam upaya perbaikan kinerja pelayanan adalah

melalui proses pembelajaran didalam lingkungan organisasi.

Melihat pentingnya peranan dan fungsi dari kecamatan, penulis

melihat masih adanya permasalahan yang dihadapi diantaranya kurangnya

budaya kerja di kantor kecamatan yaitu dengan adanya ketidak pastian

jadwal dalam menyelesaikan surat yang diminta oleh masyarakat dan

pelayanan yang kurang dalam kehadiran dan jadwal kedatangan para

pegawainya sehingga para masyarakat kesulitan dalam menyelesaikan

urusannya dikarenakan lamanya pelayanan di kantor kecamatan tersebut.

Aspek budaya kerja adalah nilai yang menjadi pedoman sumber

daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha

penyesuaian integrasi kedalam perusahaan, sehingga anggota organisasi

(6)

bertindak atau berprilaku.2

1. Seberapa Besar Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kualitas

Pelayanan Publik (Studi Tetang Pelayanan Surat Keterangan

Kelahiran Dan Kematian pada Kantor Kecamatan Binjai Kota Kota

Binjai)?

Apabila budaya kerja tersebut berjalan dengan

baik maka akan mendorong timbulnya kinerja karyawan yang baik pula.

Melihat pentingnya peranan budaya kerja terhadap kualitas pelayanan

publik bagi masyarakat maka penulis terdorong untuk meneliti tentang “

Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi

Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran Dan Kematian Pada Kantor

Kecamatan Binjai Kota Kota Binjai).

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

penulis mengemukakan permasalahan yaitu:

2. Apakah Budaya Kerja memiliki pengaruh yang signifikan dan

positif terhadap kulitas pelayanan publik di Kecamatan Binjai Kota?

2

(7)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui Budaya Kerja yang ditetapkan di Kecamatan Binjai

Kota.

2. Menganalisis tentang pengaruh budaya kerja terhadap kualitas

pelayanan publik di Kecamatan Binjai Kota.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penelitian, sebagai sarana dalam menerapkan teori yang

telah didapatkan saat mengikuti perkuliahan dan

menerapkannya.

2. Bagi instansi, sebagai tambahan informasi bagi manajemen

perusahaan yang berhubungan dengan usaha peningkatan

kualitas pelayanan publik.

3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan alternatif untuk penelitian

selanjutnya mengenai peranan budaya kerja didalam organisasi

yang mendorong pada upaya peningkatan kuliatas pelayanan

publik.

4. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan atau informasi

bagi pihak pemerintah Daerah Kota Binjai dalam pembuatan

kebijakan untuk mendukung kualitas pelayanan publik di

(8)

1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Pengertian Budaya

Budaya berasal dari kata buddayah (bahasa Sanskerta) yang artinya

budi (hati nurani) dan akal (intelegensi). Suatu bangsa dikatakan berbudaya

tinggi dapat dlihat dari tingginya budi dan akal para warganya, dalam

bentuk keanekaragaman hasil budayanya (keiindahan seni tari, seni patung,

seni bangunan, serta kemajuan ilmu dan teknologinya).

Budaya merupakan konsep penting dalam memahami masyarakat

dan kelompok manusia untuk waktu yang lama.

Berikut ini adalah pendapat para ahli mengenai budaya.3

A. Budaya adalah sebagai gabungan kompleks asumsi, tingkah laku, cerita,

mitos, metafora dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk

menentukan apa arti menjadi organisasi masyarakat tertentu.

B. Budaya adalah suatu pola semua susunan baik materi maupun perilaku

yang sudah diadopsi masyarakat sebagai suatu cara tradisional dalam

memecahkan masalah-masalah para anggotanya. Budaya didalamnya

juga termasuk cara yang telah diorganisasi, kepercayaan, norma,

nilai-nilai budaya, serta premis-premis yang mendasar dan mengandung

suatu perintah.

3

(9)

Sedangkan pendapat yang lain yaitu:4

A. Budaya mempunyai pengertian teknografis yang luas meliputi ilmu

pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan berbagai

kemampuan dan kebiasaan lainnya yang didapat sebagai anggota

masyarakat (Edward Burnett).

B. Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan dan

dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk

mengatasi masalah adaptasi eksternal dan intergrasi internal yang resmi

dan terlaksanan dengan baik dan oleh karena itu diajarkan/diwariskan

kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami,

memikirkan dan merasakan terkait dengan masalah-masalah tersebut

(Schein).

Dari defenisi budaya di atas, dapat diketahui bahwa unsur-unsur

yang terdapat dalam budaya terdiri dari ilmu pengetahuan, kepercayaan,

seni, moral, hukum, adat istiadat, perilaku/kebiasaan (norma) masyarakat,

asumsi-asumsi dasar, sistem nilai, pembelajaran/pewarisan, masalah

adaptasi eksternal dan integrasi internal serta cara mengatasinya.

1.5.2 Pengertian Kerja

Kerja merupakan sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai

profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Kerja dapat

juga diartikan sebagai pengeluaran energi untuk kegiatan yang dibutuhkan

4

(10)

oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Dr. Franz Von Magnis di dalam Anogara (2009:11),

pekerjaan adalah kegiatan yang direncanakan.

Sedangkan Hegel didalam Anogara (2009:12) menambahkan bahwa

inti pekerjaan adalah kesadaran manusia.

Menyatakan bahwa tujuan kerja adalah untuk hidup.5

Budaya kerja didefinisikan bahwa budaya kerja adalah seperangkat

asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan

dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi

anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi

internal.

Dengan

demikian mereka yang menukarkan kegiatan fisik atau kegiatan otak

dengan sarana kebutuhan hidup berarti bekerja.

1.5.3 Pengertian Budaya Kerja

6

Dalam rentang dua puluh Tahun terakhir, topik budaya kerja

menarik perhatian banyak orang, khususnya mereka yang mempelajari

masalah perilaku kerja. Budaya kerja mulai dipandang sebagai sesuatu hal

yang memiliki peranan penting dalam mencapai tujuan akhir suatu

perusahaan. Lingkungan yang berbeda akan memberi dampak pada pola

dan warna budaya, karena itu terjadi pola dan warna budaya yang tebal dan

5

Anogara, Pandji, manajemen bisnis, Jakarta: Pt. Rineka Cipta, 2009

6

(11)

tipis. Dalam budaya yang tebal terdapat kesepakatan yang tinggi dari

anggotanya untuk mempertahankan apa yang diyakini benar dari berbagai

aspek sehingga dapat membina keutuhan, loyalitas dan komitmen

perusahaan. Kesepakatan bersama ini diwariskan dari satu generasi ke

generasi berikutnya. Jadi ada proses dalam mengadaptasi budaya kepada

aparatur pemerintah.

Budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan

hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan

pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau

organisasi, kemudian tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan,

cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja.7

Budaya kerja pada umumnya merupakan pernyataan filosofis, dapat

difungsikan sebgai tuntutan yang mengikat pada karyawan karena dapat

diformulasikan secara formal dalam berbagai peraturan dan ketentuan

perusahaan. Secara individu maupun kelompok seseorang tidak akan

terlepas dari budaya yang ada dalam perusahaan. Pada umumnya mereka

akan dipengaruhi oleh keanekaragaman sumberdaya-sumberdaya yang ada

sebagai stimulus sehingga seseorang dalam perusahaan mempunyai

perilaku yang spesifik bila dibandingkan dengan kelompok organisasi atau

perusahaannya.8

7

Triguna, Prasetya, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2003

8

(12)

Sebenarnya budaya kerja sudah lama dikenal manusia, namun

belum disadari bahwa sebuah keberhasilan kerja berakar pada nilai-nilai

yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaan. Nilai-nilai tersebut

bermula dari adat-istiadat, agama, norma dan kaidah yang menjadi

keyakinan pada diri pelaku kerja atau organisasi. Nilai-nilai yang menjadi

kebiasaan tersebut dinamakan budaya kerja9

Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga

perilaku sumber daya manusia yang ada agar dapat meningkatkan

produktivitas kerja untuk menhadapi berbagai tantangan di masa yang akan

datang. Adapun manfaat nyata dari penerapan suatu budaya kerja yang baik

dalam suatu lingkungan organisasi adalah meningkatkan jiwa gotong .

1.5.4 Manfaat Budaya Kerja

Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti yang sangat dalam,

karena akan merubah sikap dan perilaku SDM untuk mencapai

produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa

depan. Manfaat yang didapat antara lain menjamin hasil kerja dengan

kualitas yang lebih baik, membuka seluruh jaringan komunikasi,

keterbukaan, kebersamaan, kegotong royongan, kekeluargaan, menemukan

kesalahan dan cepat memperbaiki, cepat menyesuaikan diri dari

perkembangan dari luar (faktor eksternal seperti pelanggan, teknologi,

sosial, ekonomi dan lain-lain).

9

(13)

royong, meningkatkan kebersamaan, saling terbuka satu sama lain,

meningkatkan jiwa kekeluargaan, meningkatkan rasa kekeluargaan,

membangun komunikasi yang lebih baik, menigkatkan produktivitas

kerja.10

Budaya kerja yang dibangun dan dipertahankan ditunjukkan dari

filsafat pendiri atau pimpinannya. Selanjutnya budaya itu sangat

dipengaruhi oleh kriteria yang digunakan dalam mempekerjakan karyawan.

Tindakan pimpinan akan sangat berpengaruh terhadap perilaku yang dapat

diterima atau tidak. Namun secara perlahan nilai-nilai tersebut dengan

sendirinya akan terseleksi dan terjadi perubahan yang akhirnya akan

muncul budaya kerja yang diinginkan. Dengan uraian tersebut dapat 1.5.5 Terbentuknya Budaya Kerja

Budaya kerja terbentuk begitu satuan kerja atau organisasi itu

berdiri. Pembentukan budaya kerja itu terjadi takala lingkungan kerja atau

organisasi belajar menghadapi masalah, baik yang menyangkut

perubahan-perubahan eksternal maupun internal yang menyangkut persatuan dan

keutuhan organisasi. Diperlukan waktu yang cukup lama untuk membentuk

budaya kerja. Pembentukan budaya kerja diawali oleh pemilik atau

pimpinan paling atas (Top Management) atau pejabat yang ditunjuk dimana

besarnya pengaruh yang dimiliki akan menentukan suatu cara tersendiri

yang dijalankan dalam satuan kerja yang dipimpinnya.

10

(14)

disimpulkan bahwa perubahan dalam budaya kerja itu sangat penting,

karena masalah budaya kerja terletak pada diri kita masing-masing dan

musuh budaya kerja adalah diri kita sendiri.11

Selain perilaku dan sikap budaya positif seperti yang digambarkan

di atas, rakyat Indonesia juga ditandai dengan perilaku dan sikap yang

negatif. Kebiasaan negatif yang seolah-olah merupakan bagian dari

kehidupan bersifat kontraproduktif. Beberapa perilaku negatif yang sering Di indonesia terdapat perilaku dan sikap budaya yang tercermin dari

perilaku dan norma-norma kehidupan sehari-hari, hal ini tidak terlepas dari

akar budaya yang dianut masyarakat atau bangsa yang bersangkutan.

Perilaku dan sikap budaya dimaksud ada yang bersikap positif dan ada

yang bersifat negatif bila dikaitkan dengan aktifitas dan atau pekerjaan

seseorang.

1.5.6 Perilaku Dan Sikap Budaya Positif

Masyarakat Indonesia dikenal memiliki perilaku ramah tamah,

budaya gotong royong yang sampai saat ini masih sangat dominan terutama

di daerah perdesaan. Sikap budaya positif inilah yang akan dibawa

karyawan atau aparatur negara dalam bekerja di perusahaan atau di

pemerintahan dimana adanya budaya asli Indonesia dalam setiap

kegiatannya.

1.5.7 Perilaku Dan Sikap Budaya Negatif

11

(15)

terjadi adalah sebagai berikut.12

A. Perilaku tidak disiplin dan tidak jujur

Hampir semua bagian lapisan masyarakat pada berbagai kasus dan

intensitas yang berbeda melakukan tindakan tidak disiplin dan tidak jujur,

melakukan pelanggaran hukum/peraturan pemerintah maupun terhadap

tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Perilaku tidak

disiplin dan tidak jujur yang dilakukan tersebut akan mempengaruhi kinerja

dan berdampak merugikan bangsa dan masyarakat.

B. Perilaku tidak tegas dan tidak percaya diri

Perilaku yang tidak tegas dan tidak percaya diri juga merupakan

faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang. Orang yang tidak tegas akan

selalu berbasa-basi, ragu-ragu dalam mengambil keputusan sehingga akan

berakibat buruk bagi keputusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Tidak percaya diri membuat seseorang tidak mampu berfikir yang

berdampak tidak dapat mengoprasikan pekerjaannya/ melaksanakan

tugasnya secara maksimal dan sebagai implikasinya tujuan organisasi tidak

tercapai.

12

(16)

1.5.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budaya Kerja

Faktor-faktor utama yang menentukan kekuatan budaya kerja

adalah kebersamaan dan intensitasi.13

1. Kebersamaan

Kebersamaan adalah sejauh mana anggota organisasi mempunyai

nilai-nilai inti dianut secara bersama. Derajat kebersamaan dipengaruhi

oleh unsur orientasi khususnya anggota baru maupun melalui

program-program latihan. Melalui program-program orientas, anggota-anggota baru orgnisasi

diberi nilai-nilai budaya yang perlu dianut secara bersama oleh

anggota-anggota organisasi. Di samping orientasi kebersamaan, juga dipengaruhi

oleh imbalan dapat berupa kenaikan gaji, jabatan (promosi), hadiah-hadiah,

tindakan-tindakan lainnya yang membantu memperkuat komitmen

nilai-nilai inti budaya kerja.

2. Intensitas

Intensitas adalah derajat komitmen dari anggota-anggota

perusahaan kepada nilai-nilai inti budaya kerja. Derajat intensitas bisa

merupakan sutu hasil dari struktur imbalan. Oleh karena itu, pimpinan

perusahaan perlu memperhatikan dan mentaati struktur imbalan yang

diberikan kepada anggota-anggota perusahaan guna menanamkan

nilai-nilai budaya kerja.

1.5.9 Perbedaan Budaya Kerja Dengan Budaya Organisasi

13

(17)

Budaya Kerja adalah suatu filsafah dengan didasari pandangan

hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong

yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap

menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang

terwujud sebagai kerja.

Budaya kerja adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh

pegawai dalam suatu organisasi, pelanggaraan terhadap kebiasaan ini

memang tidak ada sangsi tegas, namun dari pelaku organisasi secara moral

telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang

harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.14

Terbentuknya Budaya kerja berbeda antara organisasi satu dengan

yang lainnya, hal itu dikarenakan landasan dan sikap perilaku yang

dicerminkan oleh setiap orang dalam organisasi berbeda. Budaya kerja

yang terbentuk secara positif akan bermanfaat karena setiap anggota dalam

suatu organisasi membutuhkan sumbang saran, pendapat bahkan kritik

yang bersifat membangun dari ruang lingkup pekerjaannya demi kemajuan

di lembaga pendidikan tersebut, namun budaya kerja akan berakibat buruk

jika pegawai dalam suatu organisasi mengeluarkan pendapat yang berbeda

hai itu dikarenakan adanya perbedaan setiap individu dalam mengeluarkan

pendapat, tenaga dan pikirannya, karena setiap individu mempunyai

kemampuan dan keahlian sesuai bidangnya masing –masing.

14

(18)

Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang

dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari

organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah

sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.

Budaya organisasi adalah sistem nilai bersama dalam suatu

organisasi yang menentukan tingkat bagaimana para karyawan melakukan

kegiatan unntuk mencapai tujuan organisasi.15

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan

dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau

melebihi harapan. Terdapat 5 (lima) sumber kualitas yang dijumpai yaitu: Terbentuknya Budaya Organisasi karena munculnya

gagasan-gagasan atau jalan keluar yang kemudian tertanam dalam suatu budaya

dalam organisasi bisa bermula dari mana pun, dari perseorangan atau

kelompok, dari tingkatan bawah atau puncak.

1.6 Kualitas Pelayanan Publik

1.6.1 Pengertian Kualitas

16

1. Program, kebijakan, dan sikap yang melibatkan komitmen dari

manajemen puncak.

15

Robins, Stephen P, Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. Indeks, 2006

16

(19)

2. Sistem informasi yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif

produk sebelum dilepas ke pasar.

3. Desain produk yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif

produk sebelum dilepas ke apsar.

4. Kebijakan produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan yang

terpelihara dengan baik, pekerja yang terlatih dengan baik dan

penemuan penyimpangan secara cepat.

5. Manajemen yang menekankan kualitas sebagai sasaran utama.

Selain itu menurutnya, pasa prinsipnya konsep kualitas memiliki

dua dimensi, yaitu dimensi produk dan dimensi hubungan antara produk

dan pemakai. Dimensi produk memandang kualitas barang dan jasa dari

perspektif derajat konformitas dengan spesifikasinya yaitu yang

memandang kualitas dari sosok yang dapat dilihat jasat mata dan dapat di

identifikasikan melalui pemeriksaan dan pengamatan. Sedangkan perspektif

hubungan anatra produk dan pemakai merupakan suatu karakterisktik

lingkungan di mana kualitas produk adalah dinamis, sehingga produk harus

disesuaikan denggan tuntutan perubahan dari pemakai produk. Untuk

menjamin kualitas barang dan jasa yang cacat tidak dijual, namun kalau

masih memungkinkan akan dilakukan perbaikan.

Dari pengertian tersebut, kualitas mengandung elemen-elemen yang

meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan yang mencakup

produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan serta merupakan kondisi

(20)

1.6.2 Pengertian Pelayanan Publik

Diindonesia, penggunaan istilah pelayanan publik dianggap

memiliki kesamaan arti dengan istilah pelayanan umum atau pelayanan

masyarakat. Oleh karenanya ketiga istilah tersebut dipergunakan secara

dapat ditukarkan dan dianggap tidak memiliki perbedaan mendasar.

Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas

orang lain secara langsung. Pelayanan yang diperlukan manusia pada

dasarnya ada 2 (dua) jenis yaitu layanan fisik yang sifatnya pribadi sebagai

manusia dan layanan administratif yang diberikan oleh orang lain selaku

anggota organisasi, baik itu organisasi massa atau negara.17

Karakterisktik khusus dari pelayanan publik yang membedakannya

dari pelayanan swasta adalah:

Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara (Meneg

PAN) Nomor 63/KEP/M..PAN/7/2003 memberikan pengertian pelayanan

publik yaitu segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh

penyelengaraan pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan

peraturan perundang-undangan.

18

a) Sebagian besar layanan pemerintah berupa jasa dan barang tak nyata.

Misalnya perijinan, sertifikat, peraturan, informasi keamanan,

ketertiban, kebersihan, transportasi dan lain sebagainya.

17

Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995

18

(21)

b) Selalu terkait dengan jenis pelayanan-pelayanan yang lain dan

membentuk sebuah jalinan sistem pelayanan yang berskala regional

atau bahkan nasional. Contohnya dalam hal pelayanan transportasi,

pelayanan bis kota akan bergabung dengan pelayanan mikrolet, bajai,

ojek, taksi dan kereta api untuk membentuk sistem pelayanan angkutan

umum di Jakarta.

c) Pelanggan internal cukup meninjol, sebagai akibat dari tatanan

organisasi pemerintah yang cenderung birokratis. Dalam dunia

pelayanan berlaku prinsip utamakan pelanggan eksternal lebih dari

pelanggan internal. Namun situasi nyata dalam hal hubungan antar

lembaga pemerintahan sering memojokan pertugas pelayanaan agar

mendahulukan pelanggan internal.

d) Efisiensi dan efektivitas pelayanan akan meningkat seiring dengan

peningkatan mutu pelayanan. Semakin tinggi mutu pelayanan bagi

masyarakat, maka semakin tinggi pula kepercayaan masyarakat kepada

pemerintah. Dengan demikian akan semakin tinggi pula peran serta

masyarakat dalam kegiatan pelayanan.

e) Masyarakat secara keseluruhan diperlakukan sebagai pelanggan tak

langsung yang sangat berpengaruh kepada upaya-upaya pengembangan

pelayanan. Desakan untuk memperbaiki pelayanan oleh polisi bukan

dilakukan oleh hanya pelanggan langsung (mereka yang pernah

mengalami gangguan keamanan saja) akan tetapi juga oleh seluruh

(22)

Organisasi publik mempunyai ciri publik accuntability, yaitu setiap

warga negara mempunyai hak untuk mengevaluasi kualitaas pelayanan

yang mereka terima. Sangat sulit utuk menilai kualitas suatu pelayanan

tanpa mempertimbangkan peran masyarakat sebagai penerima pelayanan.

Evaluasi yang berasal dari pengguna pelayanan merupakan elemen pertama

dalam analisis adalah kemudahan suatu pelayanan untuk dikenali baik

sebelum, dalam proses atau setelah pelayanan itu diberikan.

1.6.3 Bentuk, Makna dan Tujuan Pelayanan Publik

Dikatakan bahwa pelayanan umum yang dilakukan oleh siapapun,

bentuknya tidak terlepas dari 3 (tiga) macam yaitu:19

1. Layanan secara lisan

Layanan secara lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang

hubungan masyarakat bidang informasi dan bidang-bidang lain yang

tugasnya memberikan penjelasan dan keterangan kepada siapapun yang

memerlukan agar setiap layanan berhasil sesuai dengan yang

diharapkan. Maka perlu diperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi

oleh pelaku layanan yakni dengan memahami benar masalah yang

termasuk dalam bidang tugasnya, mampu memberikan penjelasan

tentang apa yang perlu degan lancar, singkat tetapi cukup jelas sehingga

memuaskan pelayanan.

2. Layanan melalui tulisan

19

(23)

Merupakn bentuk layanan yang paling menonjol dalam pelaksanaan

tugas, tidak hanya dari segi jumlah tetapi juga dari segi peranannya,

pada umumnya layanan melalui tulisan cukup efesien bagi layanan

jarak jauh karena faktor biaya agar layanan dalam bentuk tulisan dapat

memuaskan pihak yang dilayani perlu diperhatikan faktor kecepatan

baik dalam pengolahan masalah-masalah maupun proses

penyelesaiannya.

3. Layanan dengan perbuatan

Pada umumnya layanan dalam bentuk perbuatan 70-80% dilakukan

oleh petugas tingkat menengah dan bawah. Karena itu faktor keahlian

dan keterampilan petugas tersebut sangat menentukan terhadap hasil

pekerjaan,

Dalam Kep. Menpan No: 63/KEP/M.Pan/7/2003 tentang pedoman

umum penyelenggaraan pelayanan publik, pengelompokan pelayanan

publik secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan administratif

2. Pelayanan barang

3. Pelayanan jasa

Tujuan pelayanan publik adalah memuaskan atau sesuai dengan

keinginan masayarakat/pelanggan pada umumnya. Untuk mencapai hal ini

diperlukan kualitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

dengan kenyataan. Dari hakekat dari pelayanan publik adalah pemberian

(24)

kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.20

Asas pelayanan publik yaitu:

21

1. Transparan

Bersifat terbuka mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membutuhkan dan disediakna secara memadai serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas

Dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

3. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima

pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efektivitas dan efisiensi

4. Parsifatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan

publik dengan memperhatikan aspiratif, kebutuhan dan harapan

masyarakat.

5. Kesamaan hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan sukuu, ras, agama,

golongan gender dan status ekonomi.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban

20

Juliantara, Dadang, Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan Publik, Yogyakarta: Pembaruan, 2005

21

(25)

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan

kewajiban masing-masing pihak.

1.6.4 Indikator Kualitas Pelayanan Publik Yang Ideal

Dasar untuk menilai suatu kualitas pelayanan selalu berubah dan

berbeda. Apa yang dianggap sebagai suatu pelayanan yang berkualitas saat

ini tidak mustahil dianggap sebagai suatu pelayanan yang tidak berkualitas

pada saat yang lain. Maka kesepakatan terhadap kualitas sangat sulit untuk

dicapai.

Berkaitan dengan kualitas, diyakini bahwa harapan pelanggan

mempunyai peranan yang besar dalam menentukan kualitas barang dan jasa

karena pada dasarnya hubungan yang erat antara penentuan kualitas dan

kepuasan pelanggan. Karena pelanggan adalah orang yang menerima hasil

pekerjaan seseorang atau suatu organisasi, maka hanya pelangganlah yang

dapat menentukan kualitasnya seperti apa dan hanya mereka pula yang

dapat menyampaikan apa dan bagaimana kebutuhan mereka.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur No.63

Tahun 2003 tentang pedoman umum penyelengaraan pelayanan publik

dinyatakan bahwa hakekat pelayanan publik adalah pemberian pelayanaan

prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur

pemerintah sebagai abdi masyarakat. Pernyataan tersebut menguatkan

peranan pemerintah senagai instansi yang memberi pelayanan yang priam

kepasda masyarakat karena pada dasarnya konsumen/masyarakat adalah

(26)

pemerintah sebagai instansi yang memberikan pelayanan harus dapat

memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya sesuai denagn

perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam

keputusan menteri pemberdayaan aparatur negara No.63/KEP/M.Pan/2003

yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang relevan, valid dan

reliebel, sebagai unsur yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks

kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur

pelayanan.

2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan adminsitrative yang

diperlukan untuk mendapat pelayanan sesuai dengan jenis

pelayanannya.

3. Kejelasan tugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas

yang memberikan pelayanan (nama, jabatan, serta kewenangan dan

tanggung jawab).

4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam

memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan

tanggung jawab petugaas dalam penyelenggaraan pelayanan.

(27)

keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan

pelayanan kepada masyarakat.

7. Kecepatan pelayanan yaitu target pelayanan dapat diselesaikan sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan.

8. Keadilan mendapatkan pelayanan yaitu pelaksanaan pelayanan dengan

tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.

9. Kesopanan dan keramahan petugas yaitu sikap dan perilaku petugas

dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan

ramah serta saling menghargai.

10.Kewajaran biaya pelayanan, yatiu keterjangkauan masyarakat terhadap

pembiayaan yang ditetapkan oleh unit pelayanan.

11.Kepastian biaya pelayanan yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai

dengan waktu yang ditetapkan.

12.Kepastian jadwal yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan

waktu yang ditetapkan .

13.Kenyamanan lingkungan yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan

yang bersih rapi dan teratur sehingga memberikan rasa nyaman kepada

penerima pelayanan.

14.Keamanan pelayanan yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan

unit penyelenggaraan pelayanan ataupun sarana yang digunakan

sehingga masyarakat merasa senang untuk mendapatkan pelayanan

terhadap resiko-resiko yang akibatnya dari pelaksanaan.

(28)

menggunakan instrument kinerja pelayanan yang telah dikembangkan oleh

Zeithaml, Pasuraman dan Benny dalam buku mereka yang mereka beri

judul Delivering Quality Service. Menurut mereka ada 11 (sebelas)

indikator kinerja pelayanan, yaitu22

Pelayanan Publik tentunya sangat mempengaruhi oleh budaya kerja

manusia. Harus disadari pula bahwa budaya erat kaitannya dengan manusia.

Kuatnya budaya kerja akan terlihat dari bagaimana karyawan memandang

budaya kerja sehingga berpengaruh terhadap pelayanan publik yang 1. Kenampakan fisik

2. Reliabilitas

3. Responsivitas

4. Kompetensi

5. Kesopanan

6. Kredibilitas

7. Keamanan

8. Akses

9. Komunikasi

10. Pengertian

11. Akuntabilitas

1.7 Hubungan Budaya Kerja Dengan Kualitas Pelayanan Publik

22

(29)

digambarkan memiliki motivasi, dedikasi, kreatifitas, kemampuan dan

komitmen yang tinggi. Semakin kuat budaya kerja, semakin tinggi

komitmen dan kemampuan yang dirasakan oleh masyarakat.

Kualitas pelayanan publik adalah keseluruhan dari karakteristik

pelayanan yang diberikan oleh pemberi layanan (pegawai) kepada

penerima layanan (masyarakat) dalam suatu organisasi dengan menguatkan

rasa puas bagi penerima layanan tersebut.

Orang yang terlatih dalam budaya kerja akan menyukai kebebasan,

pertukaran pendapat, terbuka bagi gagasan baru dan fakta baru,

memecahkan permasalahan secara mandiri, berusaha menyesuaikan diri

antara kehidupan pribadi dan sosialnya.23

Dinyatakan bahwa hipotesis merupakan dugaan, kesimpulan atau

jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah dirumuskan di dalam

rumusan masalah sebelumnya. Dengan demikian hipotesis relevan dengan Alasan utama mempelajari budaya kerja adalah untuk mengetahui

cara para pimpinan bagaimana meningkatkan kemampuan pekerjaan

karyawan atau pekerja. Seseoraang yang mempunyai budaya kerja yang

baik maka akan membuat kualitas pelayanannya membaik juga sehingga

dapat memaksimalkan tenaganya dalam melayani masyarakat.

1.8 Hipotesis

23

(30)

rumusan masalah yakni, jawaban sementara terhadap hal-hal yang

ditanyakan pada rumusan masalah. Hipotesis disebut sementara karena

jawaban sebenarnya belum dikemukakan pada bagian ini, sebab belum ada

data apapun yang dikumpulkan peneliti.24

Konsep merupakan suatu gagasan yang dinyatakan dalam suatu

simbol atau kata.

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan penelitian

terdahulu diatas, maka hipotesis yang dikemukakan penelitian adalah

sebagai berikut:

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan dari budaya kerja terhadap

kualitas pelayanan publik pada Kecamatan Binjai Kota Kota Binjai.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari budaya kerja

terhadap kualitas pelayanan publik pada Kecamatan Binjai Kota Kota

Binjai.

1.9 Definisi Konsep

25

Definisi konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang

dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian,

24

Juliandi Azuar, Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Bisnis, Bandung: Ciptapustaka Media Perintis.

25

(31)

keadaan, kelompok atau individu tertentu.26

Defenisi operasional adalah penelitian yang memberitahukan

bagaimana carannya mengukur suatu masalah.

Tujuannya adalah untuk

menyederhanakan pemikiran dan menghindari terjadinya interprestasi

ganda dari variabel yang diteliti.

1. Budaya Kerja

Budaya kerja adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan,

nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan

pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah

adaptasi eksternal dan integrasi internal.

2. Pelayanan Publik

Pelayanan publik yaitu segala kegiatan pelayanan yang

dilaksanakan oleh penyelengaraan pelayanan publik sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan peraturan perundang-undangan.

1.10 Definisi Operasional

27

1. Variabel Bebas (X)

Defenisi operasional penelitian yang digunkan oleh penulis adalah:

Variabel Bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel

terikat (Jualiandi 2013:26). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

26

Singarimbu, Masri Dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1995

27

(32)

Budaya Kerja dapat diukur dengan indikator sebagai berikut:

a. Sikap terhadap pekerjaan yakin kesukaan akan kerja dibandigkan

kegiatan lain.

b. Kedisiplinan yakni perilaku yang senantiasa berijak pada peraturan

dan norma yang berlaku didalam maupun di luar kantor/badan.

c. Bekerja keras yakni kegiatan bekerja secara maksimal dengan

mencurahkan segala kemampuan yang dimiliki.

d. Saling membantu yakni kesediaan untuk saling memberi pertolongan

denagn orang lain atau sesama anggota organisasi dalam mencapai

sasaran dan target perusahaan.

e. Berdedikasi yaitu perilaku mengabdikan diri dengan mengorbankan

tenaga, pikiran dan waktu demi pencapaian tujuan organisasi/badan.

f. Bertanggung jawab merupakan suatu sikap bersedia menanggung

segala sesuatu yang mungkin terjadi atas setiap tindakan dan

keputusan yang diambil.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipegaruhi, terikat, tergantung

oleh variabel lain yakni variabel bebas.28 Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah kualitas pelayanan publik, dapat diukur dengan indikator sebagai

berikut:

28

(33)

a. Kemudahan Mengakses

1. Lokasi kantor yang mudah dijangkau oleh masyarakat.

2. Kemudahan menghubungi petugas untuk mendapatkan pelayanan.

3. Pemberian informasi pelayanan dengan mudah dan jelas.

4. Prosedur yang diterapkan tidak berbelit-belit.

b. Kredibilitas

1. Reputasi kantor/lembaga tersebut.

2.Kepastian waktu dan kewajaran biaya pelayanan.

3. Petugas yang selalu ada selama jam kerja.

c. Kesopanan

1. Keramah tamahan petugas dalam memberikan pelayanan.

2. Sikap petugas dalam menjelaskan prosedur untuk mendapatkan

pelayanan.

d. Kompetensi

1. Kesesuaian antara kemampuan petugas dan tugas/fungsi

2. Pengadaan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan aparat sesuai

dengan perkembangan/perubahan tugasnya.

1.11 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan dan pembahasan skripsi ini, disusun secara

sistematis yang terdiri dari 6 (enam) bab yang dilengkapi dengan sub-sub

(34)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam ini disajikan tentang keadaan secara umum, yang

terdiri dari: latar belakang penelitian, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan yang merupakan gambaran singkat dari penulis

laporan ini. Dan juga dalam bab ini disajikan mengenai

tinjauan pustaka, yang berisi kerangka teori-teori dan

referensi yang akan digunakan dan dikembangkan dalam

membahas hasil penelitian. Kerangka teori yang

dipergunakan adalah studi kepustakaan, berupa teori-teori

dan peraturan yang mendasari tentang masalah yang dibahas.

BAB II : METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi metode penelitian yang dipergunakan

dalam penyusunan laporan ini, terdiri dari bentuk penelitian,

lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan

data, dan teknik analisis data.

BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dalam bab ini penulis memuat gambaran lokasi penelitian,

sejarah umum lokasi penelitian, visi dan misi, struktur

(35)

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, disajikan mengenai hasil penelitian lapangan

dan pembahasan yang menghubungkan data yang diperoleh

dari hasil penelitian lapangan maupun studi pustaka

mengenai pelaksanaan budaya kerja terhadap kulaitas

pelayanan publik di kecamatan.

BAB V : ANALISIS DATA

Pada bab ini, disajikan data analisi data yang sudah ada

kemudian dihubungkan dan dicari pengaruh terhadap

variabel X dan variabel Y yaitu budaya kerja (X) dan

kualitas pelayanan public (Y). Dengan mengutip

pendapat-pendapat dari informan yang dianggap kredibel dan tidak

menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, sistematika

penyajian data dan pembahasan pokok-pokok permasalahan

yang ada.

BAB VI : PENUTUP

Pada Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

Kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan

masalahan yang dikemukakan dari hasil penelitian dan

pembahasan, serta landasan untuk mengemukakan saran

yang mungkin berguna bagi pihak-pihak yang terkait dalam

penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Suatu rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini

Frakalah ini selnnjutnya slim nembahas prosedur pe-. ng21;;lpulan data yang

Luas persegi panjang yang terjadi sama dengan luas

Sehingga tugas audit internal di bidang syariah sifatnya untuk membantu memudahkan tugas DPS dalam melakukan pengawasan operasional BMT Tumang agar sesuai dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui inovasi yang ada di SD Muhammadiyah 5 Surakarta dalam mewujudkan sekolah yang kondusif.. Jenis penelitian ini adalah

Analisis Bivariat Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Pasien LBP Dalam Jadwal Terapi Akupunktur. Hubungan Antara Dukungan Emosional Dengan Kepatuhan

Media penyampaian informasi dan pelayanan melalui situs WAP inilah yang tepat diterapkan pada Hotel Santika Jakarta berbagai fitur yaitu informasi dan pelayanan pemesanan kamar

terhadap metode yang digunakan. Kreativitas guru dalam penggunaan metode pembelajaran kolaboratif. dengan media pada mata pelajaran SKI di MTsN Tulungagung