• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning Berbantuan Media Gambar Siswa Kelas III SD Negeri 4 Jambangan Kabupaten Grobogan Semester II Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning Berbantuan Media Gambar Siswa Kelas III SD Negeri 4 Jambangan Kabupaten Grobogan Semester II Tahun "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1.Pembelajaran IPA di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu. IPA (sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berfikir ilmiah. Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka di mana mereka hidup.

Untuk mencapai tujuan dan memenuhi pendidikan IPA itu, pendekatan yang digunakan dalm proses belajar mengajar IPA antara lain ialah: a) Pendekatan lingkungan, b) Pendekatan keterampilan proses, c) Pendekatan penyelidikan, d) Pendekatan terpadu (terutama di SD).

(2)

2.1.2. Hakikat IPA

Menurut Ahmad Susanto (2013:167) sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.

Ilmu pengetahuan alam merupakan pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya Hendro Darmojo (Usman Samatowa, 2011:2)

Menurut Winaputra (dalam Usman Samatowa,2011:6)” mengemukakan bahwa tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah”.

Menurut Laksmi Prihantoro dkk (dalam Trianto, 2014:137)” mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi”. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Dalam suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan IPA adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam secara sistematis, untuk sebuah penemuan.

2.1.3. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Depdiknas (2007: 484 - 485) Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.

(3)

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.4. Ruang Lingkup Bahan Kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Depdiknas (2007: 485) Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. b. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan

gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

2.1.5. Hasil Belajar IPA

(4)

pembelajaran khususnya telah dicapai oleh siswa secara individu maupun kelompok.

Menurut Sukardi (2008:2) hasil belajar merupakan pencapaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Pencapaian belajar ini dapat dievaluasi dengan menggunakan pengukuran melalui hasil tes siswa.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari proses belajar mengajar, karena hasil belajar menjadi tolak ukur keberhasilan seorang guru yang telah melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. Sehingga dapat diketahui apakah siswa telah meguasai materi pelajaran dengan baik atau tidak.

2.1.6. Model Pembelajaran Discovery Learning

Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Menurut Wilcox (Hosnan, 2014) dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagaian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Menurut Bell (Hosnan, 2014:281), belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merupakan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif atau proses deduktif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.

(5)

mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.

Pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Dalam Permendikbud Nomer 81A Tahun 2013 pada lampiran menyatakan bahwa untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada siswa,(2) mengembangkan kreativitas siswa, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai,etika, estetika,logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

Di dalam pembelajaran, siswa didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan zaman, tempat dan waktu ia hidup.

2.1.7. Tujuan Pembelajaran Discovery Learning

Menurut Bell (Hosnan, 2014:284) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan yakni sebagai berikut.

a. Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. b. Siswa belajar dalam situasi konkret maupun abstrak.

c. Siswa dapat merumuskan strategi tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat.

(6)

e. Pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.

f. Pembelajaram lebih mudah ditransfer dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.

g. Siswa dapat menemukan sendiri yang ada di dalam lingkungan sekitar.

2.1.8. Karakteristik Discovery Learning

Menurut Hosnan (2014:284-285) terdapat sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu :

a. Mendorong siswa untuk mandiri, inisiatif, melakukan penyelidikan, dan mengembangkan rasa ingin tahu secara alami.

b. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.

c. Belajar merupakan suatu proses pada prinsip-prinsip kognitif seperti predeksi, inferensi, kreasi, dan analisis, bukan menekankan pada hasil.

d. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.

e. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.

Berdasarkan pendapat tentang cirri-ciri proses pembelajaran

kontruktivisme disimpulkan bahwa dalam diskusi kelompok siswa dapat menemukan sendiri sehingga mendorong untuk berfikir, memecahkan suatu masalah, dan terlibat secara aktif.

2.1.9. Langkah-langkah Model Pembelajaran Discovery Learning

Adapun langkah-langkah penerapan pembelajaran penemuan menurut Syah dalam Hosnan (2014: 289-291):

a. Stimulation (stimulasi/pemberian rasangan), berarti siswa dapat menyelidiki sendiri pengetahuan yang akan dipelajari secara generalisasi.

(7)

c. Data Collection (pengumpulan data), berarti siswa mengumpulkan informasi untuk membuktikan hipotesis.

d. Data Processing (pengolahan data), kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh siswa.

e. Verification (pembuktian), berarti siswa membuktikan hipotesis dan dihubungkan dengan hasil data processing.

f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi), berarti siswa menarik kesimpulan berdasarkan pembuktian hipotesis yang sudah dilakukan.

2.1.10. Kelebihan dan Kekurangan Penerapan Discovery Learning

Menurut Hosnan (2014;287-288), kelebihan penerapan discovery learning yaitu:

a. Membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan dan proses kognitif.

b. Meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah. c. Menguatkan pengertian ingatan siswa.

d. Memungkinkan siswa berkembang sesuai dengan kecepatannya sendiri.

e. Memotivasi dan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar.

f. Membantu siswa memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

g. Berpusat pada siswa.

h. Membantu siswa menghilangkan keragu-raguan.

Menurut Hosnan (2014:288-289), kekurangan discovery learning yaitu: a. Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalah

pahaman antara guru dengan siswa. b. Siswa mudah jenuh

c. Menyita waktu banyak d. Menyita pekerjaan guru.

(8)

2.1.11. Media Gambar

Media gambar merupakan salah satu bahasa yang memungkinkan terjadinya komunikasi. Media gambar juga merupakan bahasa yang diekspresikan lewat tanda atau simbol, dan sering digunakan untuk tujuan dokumen, hiburan dan pendidikan. Gambar membantu mendorong siswa untuk dapat meningkatkan minat siswa. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berbahasa dan membantu mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks.

Arief S. Sadiman (2007:29) media gambar adalah media yang paling umum dipakai dan merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Dan media itu sangat membantu siswa untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

Menurut Edgar Dale dalam Sudjana (2005:41) gambar dapat mengubah tahap-tahap pembelajaran dari lambang kata beralih kepada tahapan yang lebih konkret yaitu lambang visual.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media gambar adalah perantara yang digunakan oleh siswa untuk menyampaikan pesan, menarik perhatian dan memperjelas sajian ide. Sehingga dapat mempermudah siswa dalam mengingat.

2.1.12.Keuntungan dalam Menggunakan Media Gambar

Nana Sudjana (2005: 45) mengemukakan tentang keuntungan dalam menggunakan media gambar yaitu:

a. Mudah dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar

b. Harganya lebih murah dari pada jenis media lain dan cara memperolehnya mudah.

c. Gambar dapat digunakan dalam banyak hal, untuk berbagai jenjang pelajaran dan disiplin ilmu

d. Gambar dapat menterjemahkan konsep atau gagasan abstrak menjadi lebih nyata.

(9)

f. Media gambar dapat mempermudah guru dalam mengajar dan siswa mudah menguasai materi dengan adanya media gambar. 2.1.13.Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar

Beberapa kelebihan media gambar atau foto adalah sebagai berikut (Musfiqon, 2012: 74):

a. Sifatnya konkret; gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa di kelas, dan tidak selalu bisa dibawa ke objek atau peristiwa tersebut.

c. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

d. Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja.

e. Gambar harganya murah dan gampang didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, gambar juga mempunyai kelemahan-kelamahan seperti (Musfiqon, 2012: 75):

a. Gambar hanya menekankan presepsi indera mata.

b. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

c. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. 2.1.14.Jenis Media Gambar

Ada beberapa jenis media gambar atau foto, antara lain (Usman, 2002: 51):

a. Gambar dokumentasi, yaitu gambar yang mempunyai nilai sejarah bagi individu maupun masyarakat.

b. Gambar aktual, yaitu menjelaskan sesuatu kejadian yang meliputi berbagai aspek kehidupan.

(10)

d. Gambar iklan atau reklame, yaitu gambar yang digunakan untuk memperngaruhi orang atau masyarakat konsumen.

e. Gambar simbolis, yaitu gambar yang menggunakan bentuk simbol atau tanda yang mengungkapkan pesan tertentu dan dapat mengungkapkan kehidupan manusia yang mendalam serta gagasan-gagasan atau ide-ide anak didik.

2.2.Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Banyak penelitian yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menerapkan metode discovery dalam pembelajaran akan tetapi berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan ini. Seperti penelitian yang dilakukan diantaranya oleh:

Yuana F (2008) bukunya “Peningkatan aktivitas belajar IPA Melalui Metode Discovery-Inquiry Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Kartasura”. Menyimpulkan bahwa hasil penelitian dengan menerapkan metode discovery dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 3 Kartasura. Dalam penelitiannya siswa terlibat aktif untuk melihat, mengamati, dan menganalisis proses terjadinya baik dalam menangani masalah atau mengemukakan pendapatnya atas inisiatif sendiri dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sendiri serta bersifat terbuka diharapkan nantinya akan tertanan konsep yang lebih mantap dalam diri siswa.

(11)

kategori tinggi yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 78,95, selanjutnya pada siklus 2 terjadi peningkatan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 83,75 dengan pencapaian ketuntasan 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV mata pelajaran IPA SD Negeri Seloprojo.

2.3. Kerangka Pikir

Proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru masih bersifat konvensional, yaitu menggunakan metode ceramah. Yang dimaksud dengan ceramah adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan. Guru masih menjadi pusat pembelajaran, sedangkan siswa kurang aktif, akibatnya siswa mudah jenuh dan bosan, siswa tidak terlibat dalam suatu diskusi, dan hasil belajar siswa masih banyak yang belum mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah.

Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa perlu adanya penggunaan model dan penggunaan media gambar. Penelitian ini menggunakan model discovery learning berbantuan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

(12)

Bagan kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

 Pembelajaran menjadi lebih

(13)

2.4.Hipotesis Tindakan

Menurut Sugiyono (2004:44), hipotesis adalah suatu proposional, kondisi atau prinsip yang untuk sementara waktu dianggap benar mungkin tanpa keyakinan supaya bisa ditarik suatu konsekuensi yang logis dan dengan cara ini kemudian diadakan pengujian tentang kebenarannya dengan menggunakan data empiris hasil penelitian.

Gambar

gambar juga
Gambar 1

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang mengkaji tentang “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Model Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Media Gambar Pada Siswa Kelas 4

Hasil tersebut mendukung kerangka teori yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa Model Discovery Learning Berbantuan Media Gambar membuat siswa aktif dalam pembelajaran

Berdasarkan pembahasan terhadap penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bawah penerapan model discovery learning berbantuan media GeoGebra mampu

Upaya Peningkatan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA melalui Model Discovery Learning Berbantuan Media Benda Konkret pada siswa kelas 5 SD Negeri 1

berjudl “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Berbantuan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa.. Kelas 4 SD Negeri

model Problem Based Learning berbantuan media gambar. c) Melakukan konsultasi kepada guru kelas mengenai rencana pelaksanaan. pembelajaran yang telah dirancang dengan

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan dilakukan, peneliti menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media Mind Mapping

model pembelajaran Discovery Learning dengan Media gambar dalam Peningkatan Pembelajaran IPA pada Siswa Kelas IV SD N 7 Kutosari Tahun. Ajaran 2014/2015