NAMA: Rahmat Surendra S. NIM: 15/385614/FI/04151
Topik: Filsafat Cina
Tema: Aksi Konkrit Sila ke-2 ditinjau melalui filsafat Cina
Judul: Aksi Konkrit Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Berdasarkan Ajaran Confucius
I. Latar Belakang Penelitian
Rasa kemanusiaan adalah sifat yang harusnya dimiliki oleh setiap manusia. Apalagi di Indonesia yang kemanusiaan itu sendiri dijadikan sebagai salah satu dasar negara, yakni sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab.”. Maka sudah sewajarnya rakyat Indonesia berperilaku berperikemanusiaan dan berperikeadilan.
Namun, pada kenyataannya cukup banyak masyarakat Indonesia yang seakan-akan tidak bisa berperilaku berkemanusiaan dan berkeadilan. Contoh saja konflik suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) menjadi momok paling menakutkan bagi bangsa Indonesia saat ini.1 Tentu hal ini sulit dihindari karena rakyat Indonesia sendiri merupakan masyarakat multikultural. Banyak yang bicara mengenai humanisasi tetapi cenderung mengabaikan berbagai kekerasan yang terjadi.2
Jauh sebelum Indonesia merdeka, seorang filsuf Cina yang bernama Confucius telah memberikan konsep penting kemanusiaan (Jen) dalam ajarannya. Beliau membagi cara mencapai Jen menjadi dua, Chung (positif) dan Shu (negatif). Contoh Chung adalah jika seseorang ingin sukses, dia juga harus membantu orang lain menuju sukses.3 Contoh Shu adalah tidak berlaku buruk pada orang lain sebagaimana dia tidak ingin diperlakukan buruk oleh orang lain.4
Dengan mempelajari ajaran Confucius khususnya mengenai Jen (kemanusiaan) diharapkan pembaca dapat memahami contoh konkrit mengenai perilaku kemanusiaan sehingga
1 Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, LKis Yogyakarta, Yogyakarta, 2001, hlm. 79
2 Patricius Mutiata Andalas, Agama dan Politik ditengah Krisis Kemanusiaan, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2008, hlm. 230
3 Ch’u Chai dan Winberg Chai, Confucianism, Barron’s Educational Series, Inc., New York, 1973, hlm. 36
pembaca terpicu untuk melakukan kegiatan sehari-harinya dilandaskan pada kemanusiaan dan keadilan.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan sebelumnya, penelitian ini dimaksudkan untuk mencari relevansi bentuk tindakan konkrit perilaku berkeadilan dan berkemanusiaan dengan menggunakan ajaran Confucius sebagai dasarnya. Penelitian ini mencoba menjawab bebera pertanyaan, antara lain:
a. Bagaimana Penjabaran Sila kedua dalam Pancasila?
b. Apa saja permasalahan kemanusiaan dan keadilan yang ada di Indonesia?
c. Bagaimana cara mencapai hidup berkemanusiaan dan berkeadilan dengan melihat ajaran Confucius sebagai contoh?
2. Keaslian Penelitian
Kajian mengenai butir-butir dan makna dalam Pancasila sudah banyak dilakukan. Berdasarkan penelusuran, penelitian mengenai Aksi Konkrit Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dari berbagai sumber belum ditemukan. Penelitian ini fokus kepada cara mencapai sifat berkemanusiaan yang adil dan beradab berdasarkan ajaran Confucius.
3. Manfaat Penelitian
a) Bagi Penulis, menambah ilmu mengenai filsafat Cina khususnya mengenai Confucius dan dapat memadukannya dengan filosofi bangsa yakni Pancasila
b) Bagi pengembangan sikap masyarakat Indonesia dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberi penjelasan akurat mengenai bagaimana bersikap berkemanusiaan dan berkeadilan dengan menggunakan filsafat Confucius
II. Tujuan Penelitian
Menjabarkan makna sila ke-2 dalam Pancasila
Menjelaskan ajaran Confucius tentang Jen
Menjelaskan contoh konkrit berkemanusiaan dan berkeadilan dengan memakai ajaran
Jen Confucius
III. Tinjauan Pustaka
Pancasila merupakan landasan berdirinya Indonesia. Kararakter bangsa akan ditampilkan sebagai nilai-nilai luhur yang digali dari khasanah Ibu Pertiwi dan mencerminkan tata nilai kehidupan nyata anak bangsa (Soedarsono:2008, 21). Darisitulah Pancasila dirumuskan. Di dalam Pancasila mengandung konsep umum yang bisa dijabarkan ke dalam butir-butir pancasila. Yang dibahas dalam karya ilmiah ini adalah mengenai sila ke-2 yakni Kemanusiaan yang adil dan beradab. Berikut adalah butir-butir Sila ke-2 yang diambil dari bphn.go.id/data/documents/butir-butir_pancasila_1.doc:
Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. Berani membela kebenaran dan keadilan.
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain
manusia sebagai mahluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hal ini mengandung suatu pengertian bahwa hakikat manusia harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap lingkungan serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Namun, walaupun isi Pancasila selalu dibahas dan dikaji, prakteknya di masyarakat saat ini masih cukup rendah. Seperti kasus SARA dan pelanggaran HAM contohnya yang jelas bertentangan dengan sila kedua. JH Sihombing dalam penelitiannya mengenai perkembangan HAM di Indonesia yang di-upload dalam e-journal.uajy.ac.id/1774/2/1HK08474.pdf,
menjabarkan beberapa kasus pelanggaran HAM di Indonesia. Diantaranya:
a) Penembakan misterius “Petrus” (1982-1985). Korbannya sebagian besar adalah tokoh kriminal, residivis atau mantan kriminal. Operasi militer ini bersifat illegal dan dilakukan tanpa identitas institusi yang jelas.
b) Kasus dukun santet Banyuwangi (1998). Adanya pembantaian terhadap tokoh masyarakat yang dituduh dukun santet.
c) Penembakan mahasiswa Trisakti (1998). Penembakan aparat terhadap mahasiswa Trisakti yang berdemonstrasi
Ada juga konflik lain yang juga berhubungan dengan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yakni konflik SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan). Ada kasus yang sangat menonjol berkaitan dengan konflik antarsuku yang memiliki eskalasi luas dan menimbulkan kerugian yang cukup besar, yaitu konflik etnis di Maluku antara sukubangsa Ambon dan para pendatang yang kebanyakan berasal dari Bugis-Buton-Makasar (BBM) (Asgart:2013, 6).
IV. Landasan Teori
Confucius merupakan salah satu filsuf yang sangat berpengaruh di Cina. Dia memiliki konsep-konsep filsafat yang cukup banyak. Ajaran Confucius secara garis besar adalah sebagai berikut: ajaran perbaikan masyarakat, jen, yi, Tao, cheng-ming, chun tzu, li, chih, intelektual
Konsep Jen atau dalam bahasa Indonesia berarti kemanusiaan disini berarti perasaan hati dan realitas manusia dan keberadaannya di antara manusia-manusia. Ia ada dalam masyarakat, menyusup ke dalam peradaban, tempat manusia mengembangkan dirinya (Piere Do Dink, 1969: 111).
Manuel B. DY JR. menulis paper berjudul The Confucian Jen, A Critical Hermeneutics yang di dalamnya dijelaskan dengan cukup lengkap mengenai ajaran Jen ini. Beliau menggambarkan bahawa Jen merupakan bentuk pertanggung jawaban terhadap diri sendiri dan orang lain. Ada dua aspek dalam Jen, yaitu Chung dan Shu. Shu disini mengandung makna altruisme, yang intinya “Jangan melakukan hal yang kamu tidak ingin hal itu dilakukan orang lain padamu”. Sedangkan Chung berarti sifat berhati-hati. Intinya Chung mengajarkan “Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan demikian oleh orang lain”.
V. Metode Penelitian
Penelitian tentang Aksi Konkrit Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Berdasarkan Ajaran Confucius ini merupakan kajian kepustakaan. Objek material penelitian ini adalah Sila kedua dalam Pancasila. Objek formalnya adalah ajaran Jen Confucius.
1. Bahan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang fokusnya adalah mengenai penerapan sila kedua dengan menggunakan filsafat Confucius sebagai sudut pandangnya. Materi pokok penelitian ini terdiri dari 2 materi, yaitu buku berjudul Confucianism karya Ch’u Chai dan Winberg Chai, dan Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM No. 4 Vol. 21 Oktober 2014 karya Despan Heryansyah.
2. Jalan Penelitian
a. Pengumpulan data. Di bagian ini bahan-bahan mengenai nilai-nilai Pancasila dan filsafat Confucius dikumpulkan.
b. Klasifikasi data. Di bagian ini data-data yang berkaitan dengan tujuan penelitian dikelompokkan. Bahan yang dikelompokkan antara lain Sila kedua beserta butir-butir dan penjelasannya, dan Ajaran Jen Confucius, sehingga terdapat gambaran jelas mengenai hubungan antara Sila kedua dengan ajaran Jen Confucius.
c. Analisis data. Di bagian ini data yang sudah diklasifikasi itu dianalisis menurut ajaran kemanusiaan Confucius.
d. Interpretasi data. Di bagian ini data yang telah dianalisis itu diinterpretasi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang contoh berkemanusiaan yang adil dan beradab berdasarkan filsafat Confucius.
e. Sintesis. Hasil penelitian sebagai pedoman berkemanusiaan yang adil dan beradab dengan didasarkan ajaran Confucius.
3. Analisis Hasil
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode hermeneutik-filsafati, dengan unsur-unsur metodis sebagai berikut:
a. Deskripsi. Memaparkan tentang aksi konkrit kemanusian yang adil dan beradab berdasarakan ajaran Confucius yang dihimpun dari berbagai bahan.
b. Korelasional. Melakukan uji hipotesis, prediksi, dan mencari hubungan antara Sila kedua dengan ajaran Jen Confucius.
c. Heuristik. Menemukan contoh konkrit berkemanusiaan yang adil dan beradab berdasarkan ajaran Jen Confucius
VI. Daftar Pustaka
Heryansyah, Despan, 2014, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM No. 4 Vol. 21
Soedarsono, Soemarno, 2008, Membangun Kembali Jati Diri Bangsa, Jakarta: PT. Elex Media Computindo
Asgart, Sofian Munawar, 2003, Politisasi SARA: Dari Masa Orde Baru ke Masa Transisi Demokrasi, Jakarta: ISAI
Wang, Miaoyang .dkk, 2009. Chinese Culural Traditions and Modernization
Sihombing, Joseph Hasudungan, 2010, Pandangan Kritis Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor 06/PUU-IV/2006 Tentang Putusan Pembatalan Undang-undang No. 27 Tahun 2004 Serta Implikasinya Terhadap Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat di Masa Lalu
Sudibyo, Agus, 2001, Politik Media dan Pertarungan Wacana, Yogyakarta: LKis Yogyakarta