• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE NUMERIK SISTEM PERSAMAAN ALJABAR LINIER (SPL) SIMULTAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE NUMERIK SISTEM PERSAMAAN ALJABAR LINIER (SPL) SIMULTAN."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

METODE NUMERIK

SISTEM PERSAMAAN ALJABAR LINIER (SPL) SIMULTAN

(2)

Sistem Persamaan Linier

 Misal terdapat SPL dengan n buah variabel bebas

Matriks:                                                  n n nn n n n n n C C C C x x x x a a a a a a a a a a a a           3 2 1 3 2 1 2 1 3 32 31 2 22 21 1 12 11 n n mn m m m n n n n C x a x a x a x a C x a x a x a x a C x a x a x a x a                    3 3 2 2 1 1 2 2 3 23 2 22 1 21 1 1 3 13 2 12 1 11 2

(3)

Penyelesaian Sistem

Persamaan Linier (SPL)

 Algoritma Gauss Naif

 Algoritma Gauss Jordan  Algoritma Gauss Seidel

(4)

Algoritma Gauss Naif

1. Membagi persamaan pertama dengan

koefisien a11. Langkah tersebut disebut

normalisasi. Tujuan normalisasi ini adalah agar koefisien dari x1 berubah menjadi 1.

2. Kalikan persamaan yang telah dinormalisasi

(dalam hal ini persamaan pertama) dengan koefisien pertama dari persamaan kedua (yaitu a21).

3. Mengurangkan baris kedua dan ketiga

dengan baris pertama.

(5)

Algoritma Gauss Naif

4. Kalikan persamaan pertama yang sudah

dinormalisasi dengan koefisien tertentu sehingga a11 = a31.

5. Kurangkan persamaan ketiga dengan hasil

dari yang didapat dari langkah 4.

6. Baris kedua dibagi dengan koefisien a22.

Langkah ini disebut NORMALISASI untuk persamaan kedua. Tujuannya adalah agar

(6)

Algoritma Gauss Naif

7. Kalikan persamaan kedua yang sudah

dinormalisasi pada langkah ke-6 dengan suatu koefisien tertentu sehingga a22 = a32.

8. Kurangkan persamaan ketiga dengan

persamaan kedua hasil dari langkah ke-7.

(7)

Algoritma Gauss Naif (Ex.)

 Diketahui SPL: 2x1 + 2x2 + x3 = 4 3x1 - x2 + x3 = 1 x1 + 4x2 - x3 = 2  Bagaimana penyelesaiannya?

(8)

Algoritma Gauss Naif (Ex.)

 Matriks yang terbentuk:

 Langkah: 1.                                  2 1 4 1 4 1 1 1 3 1 2 2 3 2 1 x x x                                   2 1 2 1 4 1 1 1 3 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 x x x b 8

(9)

Algoritma Gauss Naif (Ex.)

2. dan 3. 4. dan 5.                                        2 5 2 1 4 1 2 1 4 0 2 1 1 1 3 3 2 1 1 2 x x x b b                                      0 5 2 3 3 0 2 1 4 0 2 1 1 1 3 2 1 1 3 x x x b b

(10)

Algoritma Gauss Naif (Ex.)

6. 7. dan 8.                                     04 5 2 2 3 3 0 8 1 1 0 2 1 1 1 4 1 3 2 1 2 x x x b                                        4 154 5 2 8 15 0 0 8 1 1 0 2 1 1 1 3 3 2 1 2 3 x x x b b 10

(11)

Algoritma Gauss Naif (Ex.)

 Hasil: 2 4 15 8 15 3 3      x x

 

2 1 8 1 4 5 4 5 8 1 2 3 2      x x x

 

2

0 2 1 1 2 2 2 1 1 3 2 1         x x x x

(12)

Algoritma Gauss Jordan

 Dengan metode Gauss Jordan matriks A diubah

sedemikian rupa sampai terbentuk identitas dengan cara :

diubah menjadi

C* merupakan matriks C yang sudah mengalami beberapa kali transformasi, sehingga:

A | I

XC

I | A1

X  C                                                       n n C C C C x x x x A            3 2 1 3 2 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1       n n C x C x C x 2 2 1 1 12

(13)

Algoritma Gauss Jordan (Ex.)

 Diketahui SPL: 2x1 + 2x2 + x3 = 4 3x1 - x2 + x3 = 1 x1 + 4x2 - x3 = 2  Bagaimana penyelesaiannya?

(14)

Algoritma Gauss Jordan (Ex.)

 Langkah: 1. 2.                                  2 1 4 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 4 1 2 1 3 2 3 2 1 x x x                                    2 1 2 1 0 0 0 1 0 0 0 2 1 1 12 1 4 1 1 1 3 1 2 1 3 2 1 1 x x x b 14

(15)

Algoritma Gauss Jordan (Ex.)

3. 4. 1 3 1 2 3 b b b b                                          0 5 2 1 0 2 1 0 1 2 3 0 0 2 1 2 32 12 1 3 4 1 0 0 1 3 2 1 x x x                                    04 5 2 1 0 1 0 4 1 8 3 0 0 2 1 38 12 1 3 1 1 0 0 1 4 1 3 2 1 2 x x x b

(16)

Algoritma Gauss Jordan (Ex.)

5. 6. 2 3 2 1 3b b b b                                          154 4 54 3 1 4 3 8 13 0 4 1 8 3 0 4 1 8 1 8 158 18 3 0 1 0 0 0 1 3 2 1 x x x                                        24 54 3 15 8 15 6 15 13 0 4 1 8 3 0 4 1 8 1 18 18 3 0 1 0 0 0 1 15 8 3 2 1 3 x x x b 16

(17)

Algoritma Gauss Jordan (Ex.)

7. Jadi: x1 = 0, x2 = 1, x3 = 2 3 2 3 1 8 1 8 3 b b b b                                       2 1 0 15 8 15 6 15 13 15 1 5 1 15 4 5 1 5 2 5 21 1 0 0 0 1 0 0 0 1 3 2 1 x x x

(18)

Algoritma Gauss Seidel

 Sering dipakai untuk menyelesaikan persamaan

yang berjumlah besar.

 Dilakukan dengan suatu iterasi yang memberikan

harga awal untuk x1 = x2 = x3 = ... = xn = 0.

 Metode ini berlainan dengan metode Gauss Jordan

dan Gauss Naif karena metode ini menggunakan iterasi dalam menentukan harga x1, x2, x3, ..., xn.

 Kelemahan metode eliminasi dibandingkan metode

iterasi adalah metode eliminasi sulit untuk

digunakan dalam menyelesaikan SPL berukuran besar.

(19)

Algoritma Gauss Seidel

1. Beri harga awal x1 = x2 = x3 = ... = xn = 0

2. Hitung Karena x2 = x3 = x4 = ... = xn = 0, maka

11 1 4 14 3 13 2 12 1 1 a x a x a x a x a C x        n n 11 1 1 a C x 

(20)

Algoritma Gauss Seidel

3. x1 baru yang didapat dari tahap 2 digunakan untuk

menghitung x2. Baris 2  a21x1 + a22x2 + a23x3 + ... + a2nxn = C2 22 2 3 23 1 21 2 2 a x a x a x a C x       n n 22 1 21 2 2 a x a C x   20

(21)

Algoritma Gauss Seidel

4. Menghitung x3 Baris 3  a31x1 + a32x2 + a33x3 + ... + a3nxn = C3 a33x3 = C3 – a31x1 – a32x2 – … – a3nxn 33 3 4 34 2 32 1 31 3 3 a x a x a x a x a C x        n n 2 32 1 31 3 3 a x a x a C x   

(22)

Algoritma Gauss Seidel

5. Cara ini diteruskan sampai ditemukan xn.

6. Lakukan iterasi ke-2 untuk menghitung x1,

x2, x3, ..., xn baru   nn n n n n n n n n a x a x a x a x a C x a x a x a x a C x a x a x a x a C x 1 1 1 3 13 2 12 1 11 22 2 3 23 1 21 2 2 11 1 3 13 2 12 1 1                       22

(23)

Algoritma Gauss Seidel

7. Mencari kesalahan iterasi |a| dengan cara:

8. Iterasi diteruskan sampai didapat | | < | |

        % 100 % 100 ) ( ) (         baru n lama n baru n a n baru i lama i baru i a i x x x x x x x x

(24)

Algoritma Gauss Seidel (Ex.)

 Diketahui SPL: x1 + 7x2 – 3x3 = –51 4x1 – 4x2 + 9x3 = 61  12x1 – x2 + 3x3 = 8 dan a = 5 %                                   8 61 51 3 1 12 9 4 4 3 7 1 3 2 1 x x x 24

(25)

Algoritma Gauss Seidel (Ex.)

 Iterasi ke-0 x1 = x2 = x3 = 0  Iterasi ke-1 51 1 51 1     x

66,25 4 51 4 61 4 4 61 1 2          x x

 

58 , 184 3 25 , 66 51 8 3 12 8 1 2 3          x x x

(26)

Algoritma Gauss Seidel (Ex.)

 Iterasi ke-2

 

78 , 3407 3 55 , 1366 49 , 966 12 8 3 12 8 55 , 1366 4 58 , 184 9 49 , 966 4 61 4 9 4 61 49 , 966 1 58 , 184 3 25 , 66 7 51 1 3 7 51 2 1 3 3 1 2 3 2 1                            x x x x x x x x x 26

(27)

Algoritma Gauss Seidel (Ex.)

 Iterasi ke-3

 Perhitungan x , x , x diteruskan sampai

            11 , 70189 3 94 , 27522 19 , 19840 12 8 3 12 8 94 , 27522 4 78 , 3407 9 19 , 19840 4 61 4 9 4 61 19 , 19840 1 78 , 3407 3 55 , 1366 7 51 1 3 7 51 2 1 3 3 1 2 3 2 1                                 x x x x x x x x x

(28)

Algoritma Gauss Seidel (Ex.)

Iterasi ke- Nilai x a

0 x1 = 0 x2 = 0 x3 = 0 1 x1 = 51 x2 = 66,25 x3 = 184,58 2 x1 = 966,49 x2 = 1366,55 x3 = 3407,78 a = 105,28 % a = 104,85 % a = 105,42 % 3 x1 = 19840,19 x2 = 27522,94 x3 = 70189,11 a = 104,87 % a = 104,97 % a = 104,86 % 28

(29)

Koefisien Relaksasi ()

 Tujuan:

Perbaikan konvergensi dalam Gauss Seidel.

 Biasanya koefisien relaksasi dipilih sendiri

berdasarkan masalah yang dihadapi.

 Jika SPL tidak konvergen,  yang bernilai antara 0

s/d 1 disebut Under Relaksasi.

  antara 1 dan 2 biasanya digunakan untuk

mempercepat konvergensi suatu sistem persamaan yang konvergen, disebut Over Relaksasi.

(30)

Koefisien Relaksasi ()

 Rumus (nilai SPL) dengan menggunakan 

lama i baru i i

x

x

x

1

30

0<<2

1

(31)

Solusi perbaikan dengan Koefisien Relaksasi () pada metode Gauss Seidel

x1 x2 u v x1(target) x2 (target) x1 x2 u v x1(target) x2`(target)

(32)

Koefisien Relaksasi () (Ex.)

Iterasi ke- Nilai x dengan  (1,5) 0 x1 = 0 x2 = 0 1 x1 = 10 x2 = 15 2 x1 = 6 x2 = 7,5 x1 baru = 4 x2 baru = 3,75 3 x1 = 4 x2 = 3,75 Contoh perhitungan : x1 baru = 1,5 . 6 + (1 – 1,5) . 10 = 9 + (–0,5) . 10 = 4 32

Referensi

Dokumen terkait

Langkah- 1: Langkah pertama pada eliminasi Gauss pada matriks gandengan adalah mempertahankan baris ke-1 (disebut mengambil baris ke-1 sebagai pivot ) dan membuat suku pertama

Dalam paper ini akan dikaji dua metode numerik untuk menyelesaikan sistem persamaan linier yaitu metode langsung (seperti eliminasi Gauss dan dekomposisi LU )

Sistem Persamaan Aljabar Linier; Overview Aljabar Matriks; Metode Eliminasi Gauss; Metode Gauss-Jordan; Metode Iteratif (Gauss-Seidel &amp; Jacobi); Metode Thomas.. #

Jika entri baris pertama kolom paling kiri (pertama) a, maka kalikan 1/a pada baris pertama untuk memperoleh 1 utama pada baris pertama.. Tambahkan kelipatan yang

Contoh: Carilah solusi dari sistem persamaan berikut ini dengan menerapkan operasi baris dasar.. hingga memperoleh sistem persamaan baru yang mudah untuk

Dengan asumsi bahwa semua elemen pada matrik yang diperbesar telah diketahui, maka algoritma prosedur penyelesaian sistem persamaan linier simultan dengan metoda

Pertama , tiga elemen nol dalam baris atau kolom berbeda, cara perhitungan determinan sama dengan cara satu elemen nol. Kedua, dua elemen nol dalam baris yang sama, gunakan cara

 Dalam metode Heun, suku turunan pertama dan kedua dalam deret Taylor dipertahankan, yang memberikan persamaan 2.7  Suku kedua pada persamaan 2.7 dapat menggunakan pendekatan