TUGAS AKHIR -MN 141581
ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS INDUSTRI KOMPONEN
PERALATAN TANGKAP (FISHING GEAR) DALAM MENUNJANG
PROYEK PENGADAAN KAPAL IKAN KEMENTERIAN KELAUTAN
DAN PERIKANAN
Fakhriy Khairi Rizaldi
NRP 4112 100 090
Dosen Pembimbing :
Sri Rejeki Wahyu Pribadi, ST, MT
DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN
Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
TUGAS AKHIR -MN 141581
ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS INDUSTRI KOMPONEN
PERALATAN TANGKAP (FISHING GEAR) DALAM MENUNJANG
PROYEK PENGADAAN KAPAL IKAN KEMENTERIAN KELAUTAN
DAN PERIKANAN
Fakhriy Khairi Rizaldi
NRP 4112 100 090
Dosen Pembimbing :
Sri Rejeki Wahyu Pribadi, ST, MT
DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN
Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Analisa Teknis dan Ekonomis Industri
Komponen Peralatan Tangkap (Fishing Gear) dalam Menunjang Proyek Pengadaan Kapal Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, memotivasi dan membimbing penulis sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Sri Rejeki Wahyu Pribadi, ST, MT selaku Dosen Pembimbing atas segala bimbingan dan motivasi selama mengerjakan Tugas Akhir
2. Bapak Ir. Wasis Dwi Aryawan, M.SC., Ph,D., selaku Ketua Departemen Teknik Perkapalan ITS
3. Bapak Dr. Ir. Heri Supomo, M.Sc., Bapak Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc., Bapak Sufian Imam Wahidi, ST., M.Sc, Bapak M. Solikhan Arif, ST, MT, Bapak Imam Baihaqi, ST, MT selaku dosen program studi industri perkapalan sekaligus penguji sidang Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan dan ilmu dalam pengembangan akademik dan pengembangan diri di ITS
4. Ibu Septia Hardy Sujiatanti, S.T., M.T. selaku dosen penguji pada sidang Tugas Akhir 5. Ibu Ir. Hesty Anita Kurniawati, M.Sc. selaku Dosen Wali atas segala bimbingan,
motivasi dan pengembangan diri selama menempuh perkuliahan di ITS
6. Bapak Arif Sukma selaku owner CV. Citra Adi Sari dan Bapak Muhammad Arifin selaku pemilik bengkel permesinan tangkap di TPI Palang atas waktu dan ilmunya yang disediakan kepada penulis selama pengerjaan Tugas Akhir
7. Orang tua dan keluarga besar Mahjuddin yang telah membimbing, memotivasi, membiayai serta mendoakan selama menempuh perkuliahan di ITS
8. Agnesia Nely Sheila, Harisuddin Hawali, Pandu Heru Satrio atas kerjasama dan informasi yang diberikan selama pengerjaan Tugas Akhir
9. Keluarga Besar Pentol atas bantuan, motivasi dan kerjasama selama menempuh perkuliahan di ITS
10.Mahasiswa seluruh angkatan untuk keahlian bidang Industri di Departemen Teknik Perkapalan atas kerjasama, motivasi, bantuan yang diberikan selama pengerjaan Tugas Akhir dan menempuh perkuliahan di ITS
11.Seluruh angkatan di Departemen Teknik Perkapalan FTK ITS yang telah memberikan dukungan dan berbagi ilmu dalam menyelesaikan Tugas Akhir
Demikian penulis menyusun Tugas Akhir ini, apabila terdapat kesalahan sumber atau pengetikan, penulis mohon maaf. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membaca. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.
Surabaya, Januari 2017
ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS INDUSTRI KOMPONEN PERALATAN TANGKAP (FISHING GEAR) DALAM MENUNJANG PROYEK PENGADAAN
KAPAL IKAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Nama Mahasiswa : Fakhriy Khairi Rizaldi
NRP : 4112 100 090
Jurusan / Fakultas : Teknik Perkapalan / Teknologi Kelautan
Dosen Pembimbing : Sri Rejeki Wahyu Pribadi, ST, MT
ABSTRAK
Tujuan dari tugas akhir ini adalah mendapatkan informasi teknis dalam pembangunan industri komponen peralatan tangkap beserta kelayakan investasi dari pembangunan industri tersebut. Dalam hal ini diperlukan jumlah kebutuhan peralatan tangkap. Peralatan tangkap merupakan segala jenis peralatan yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan yang terdiri atas kapal, alat tangkap dan alat bantu tangkap. Tugas akhir ini difokuskan industri yang memproduksi jenis alat bantu tangkap berupa hauler yang terdiri dari 4 macam yakni net
hauler, line hauler, combined net&line hauler, dan powerblock. Penelitian diawali dengan
mengidentifikasi masalah yang terjadi, pengumpulan data primer & data sekunder, pengolahan data berupa forecasting dengan metode time series, dan menganalisa secara teknis pembangunan industri serta menganalisa secara ekonomis untuk kelayakan investasi pembangunan industri komponen peralatan tangkap. Penelitian ini menghasilkan beberapa informasi yakni jumlah kebutuhan komponen peralatan tangkap untuk line hauler sebanyak 874 unit, net hauler sebanyak 874 unit, combined net&line hauler sebanyak 356 unit dan
powerblock sebanyak 208 unit dimana disesuaikan dengan kebutuhan kapal ikan 6 GT – 30 GT.
Pembangunan industri komponen peralatan tangkap diperlukan luas tanah sebesar 4290 m2 dengan total luas bangunan tertutup sebesar 2689 m2 di Jalan Tuban-Gresik, Kemantren, Paciran, Kabupaten Lamongan. Produk-produk komponen peralatan tangkap merupakan jenis produk completely knocked down (CKD) dimana komponen-komponen utama setengah jadi dibeli baik impor maupun lokal dan dirakit di industri ini. Rangkaian aktivitas industri ini antara lain desain, fabrikasi & perakitan, pengecatan, instalasi elektrik & mekanik, inspeksi produk hingga pengiriman dan instalasi pada kapal. Biaya investasi pembangunan industri ini sebesar Rp 15.560.000.000,00 yang berupa biaya pembangunan, peralatan & permesinan, dan administrasi pendirian industri. Payback Period terjadi pada 5 tahun 5 bulan dengan ROI (return of investment) sebesar Rp 1.997.000.000,00 dengan Internal Rate of Retun (IRR) sebesar 14,67% dimana nilai IRR lebih besar dari suku bunga pinjaman yang ditetapkan sebesar 12% sehingga investasi ini dapat dikatakan layak.
iv
TECHNICAL AND ECONOMICAL ANALYSIS FISHING GEAR COMPONENT INDUSTRY IN SUPPORTING THE FISHING VESSEL PRODUCTION PROJECT OF
MARINE AND FISHERIES MINISTRY
Author : Fakhriy Khairi Rizaldi
ID No. : 4112 100 090
Dept. / Faculty : Naval Architecture & Shipbuilding Engineering / Marine Technology Supervisors : Sri Rejeki Wahyu Pribadi, ST, MT
ABSTRACT
The purpose of this final project is to obtain technical information in building fishing gear components industry along with investment feasibility of the building the industry. In this case, it required the number of fishing gear needed. Fishing gear is all types of equipment used in fishing operations consisting of boats, fishing equipment and fishing tools. This final project is focused on industry that produce the type of fishing tools in the form of hauler that consists of four types namely net hauler, line hauler, combined net & line hauler, and powerblock. The study begins by identifying the problems that occur, the collection of primary data and secondary data, data processing i.e forecasting by the method of time series, and analyzing technically the construction industry as well as economically analyze for feasibility of fishing gear component industry investment. The results of research give some information that the required amount of fishing gear component on line hauler as many as 874 units, net hauler as many as 874 units, the combined net & line hauler as many as 356 units and powerblock as many as 208 units of which adapted to the needs of fishing vessels from 6 GT - 30 GT. Fishing gear component industry required land area of 4290 m2 with a total building area of 2689 m2 on Jalan Tuban-Gresik, Kemantren, Paciran, Lamongan. The products of fishing gear component are type of completely knocked down (CKD) product in which some main components that half-finished purchased both local & import and assembled in this industry. The series of industrial activities include design, fabrication and assembly, painting, installation of electrical and mechanical, product inspection until delivery and installation on ships. The investment cost from building the industry in amount of Rp 15.560.000.000,00 which consist of development costs, equipment and machinery cost, and administration cost of industrial establishments. Payback Period occurs in 5 years and 5 months along with ROI in amount of Rp 1.997.000.000,00 and Internal Rate of Retun (IRR) at 14.67% which it higher than fixed loan interest rate at 12 % so that the investment is feasible
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...i
LEMBAR REVISI ...i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ...iv
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Perumusan Masalah ... 2
I.3 Batasan Masalah dan Asumsi-Asumsi... 2
I.4 Tujuan Penelitian ... 3
I.5 Manfaat Penelitian ... 3
I.5.1 Manfaat untuk Akademisi ... 3
I.5.2 Manfaat untuk Praktisi ... 3
I.6 Hipotesis ... 4
I.7 Sistematika Penulisan Laporan ... 4
BAB II STUDI LITERATUR ... 5
II.1 Karakter Industri ... 5
II.2 Klasifikasi Industri Penunjang Perkapalan ... 7
II.3 Fishing Gear... 8
II.3.1 Klasifikasi Alat Tangkap ... 8
II.3.2 Macam-macam peralatan bantu ... 14
II.4 Konsep dan dasar Ekonomi Teknik ... 18
vii
II.6 Kapasitas Produksi ... 21
II.7 Biaya Produksi ... 22
II.8 Harga Pokok Produksi (HPP) ... 24
II.9 Harga Penjualan Produk ... 25
II.9.1 Penentu Harga Jual ... 25
II.9.2 Tujuan Penentuan Harga Jual ... 26
II.9.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Jual ... 26
II.9.4 Cara Penghitungan Harga Jual ... 26
II.9.5 Metode Penentu Harga Jual ... 27
II.10 Forecasting ... 27
II.11 Investasi ... 33
II.11.1 Kriteria Investasi ... 34
II.11.2 Metode Penilaian Investasi ... 35
II.12 Kriteria penentuan Lokasi Industri ... 38
II.12.1 Kondisi Lahan ... 38
II.12.2 Ketersediaan Tenaga Kerja ... 38
II.12.3 Ketersediaan Bahan Baku ... 39
II.12.4 Pemasaran ... 39
II.12.5 Rencana Tata Ruang Terkait Penetuan Lokasi ... 40
II.12.6 Kecukupan Infrastruktur ... 40
II.12.7 Modal... 40
II.13 Perencanaan Tata Letak Pabrik ... 41
II.14 Penentuan Struktut Organisasi ... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51
III.1 Jenis Metodologi Penelitian ... 51
III.2 Jenis dan Sumber Data ... 51
III.2.2 Sumber Data ... 51
III.3 Proses Pengerjaan ... 52
III.3.1 Tahap Latar Belakang Masalah ... 52
III.3.2 Tahap Perumusan Masalah ... 52
III.3.3 Tahap Pengumpulan Data ... 52
III.3.4 Tahap Pengolahan Data ... 53
III.3.5 Tahap Analisis Teknis ... 53
III.3.6 Tahap Analisis Ekonomis ... 53
III.3.7 Tahap Kesimpulan dan Saran ... 53
III.4 Bagan Alir ... 53
BAB IV ANALISA PASAR INDUSTRI PERALATAN TANGKAP ... 55
IV.1 Kondisi Existing Industri Peralatan Tangkap ... 55
IV.1.1 Perlengkapan Tangkap yang Terpasang pada Kapal Ikan ... 55
IV.1.2 Kondisi Industri Komponen Peralatan Tangkap ... 65
IV.1.3 Produk Permesinan Tangkap Dalam Negeri ... 66
IV.2 Potensi Pasar Industri Peralatan Tangkap ... 68
IV.2.1 Peta Pelabuhan Perikanan Indonesia ... 69
IV.2.2 Data Jumlah Penggunaan Alat Tangkap Berdasarkan Jenisnya ... 71
IV.2.3 Jumlah Armada Kapal Ikan ... 72
IV.2.4 Data Rencana Pembangunan Kapal Ikan ... 73
IV.2.5 Proyeksi Jumlah Permintaan Pasar Industri Fishing Gear ... 73
BAB V PERENCANAAN INDUSTRI PERALATAN TANGKAP ... 79
V.1 Analisis Teknis ... 79
V.1.1 Pemilihan Lokasi Industri Fishing Gear ... 79
V.1.2 Perencanaan Produk ... 119
V.1.3 Proses Pembuatan Produk ... 124
ix
V.1.5 Peralatan dan Mesin ... 136
V.1.6 Kapasitas Produksi ... 159
V.1.7 Penjadwalan Produksi ... 166
V.1.8 Perencanaan Layout Industri ... 172
V.1.9 Standar Keselamatan Kerja ... 179
V.2 Analisa Ekonomis ... 181
V.2.1 Analisa Investasi Pembangunan Industri Komponen Peralatan Tangkap ... 181
V.2.2 Analisa Biaya Operasional Industri Komponen Peralatan Tangkap ... 186
V.2.3 Analisa Penentuan Harga Pokok Produksi ... 187
V.2.4 Analisa Penentuan Harga Penjualan Produk ... 191
V.2.5 Analisa Target Produksi dan Pendapatan ... 192
V.2.6 Analisa Kelayakan Investasi ... 194
V.2.7 Analisa Pesaing Usaha ... 196
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 201
VI.1 Kesimpulan ... 201
VI.2 Saran ... 201
DAFTAR PUSTAKA... 202
LAMPIRAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI
LAMPIRAN PERHITUNGAN HPP DAN HARGA PENJUALAN PRODUK LAMPIRAN ANALISA KELAYAKAN INVESTASI
LAMPIRAN HASIL FORECASTING DENGAN MINITAB 17 LAMPIRAN LAYOUT INDUSTRI
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Alat Tangkap Purse Seine ... 8
Gambar II.2 Alat tangkap beach seine ... 9
Gambar II.3 Pukat hela dasar (Bottom Trawls)... 10
Gambar II.4 Boat Dredges ... 10
Gambar II.5 Jaring angkat berperahu ... 11
Gambar II.6 Cast Net ... 11
Gambar II.7 Macam-macam gill net ... 12
Gambar II.8 Alat penangkap ikan perangkap berupa bubu ... 13
Gambar II.9 Alat tangkap ikan huhate... 13
Gambar II.10 Tombak dan mata tombak ... 14
Gambar II.11 Net hauler ... 16
Gambar II.12 Line Hauler ... 16
Gambar II.13 Power Block ... 17
Gambar II.14 Combine Net and Line Hauler ... 17
Gambar II.15 Grafik demand... 18
Gambar II.16 Kegiatan ekonomi pandangan sistem produksi... 19
Gambar II.17 Siklus ekonomi berdasarkan sifat perputaran uang... 19
Gambar II.18 Skema pembagian metode peramalan ... 29
Gambar II.19 Grafik komponen permintaan berdasarkan pola tren ... 30
Gambar II.20 Grafik komponen permintaan berdasarkan pola musiman ... 30
Gambar II.21 Grafik komponen permintaan berdasarkan pola siklik ... 31
Gambar III.1 Alur Pengerjaaan Tugas Akhir ... 54
Gambar IV.1 Perlengkapan Kapal Ikan Purse Seine ... 56
Gambar IV.2 Perlengkapan Kapal Ikan Trawl... 57
Gambar IV.3 Perlengkapan Kapal Ikan Dredger ... 58
Gambar IV.4 Perlengkapan Kapal Ikan Lift Net ... 59
Gambar IV.5 Perlengkapan Kapal Ikan Falling Gear ... 60
Gambar IV.6 Perlengkapan Kapal Ikan Gill Netter ... 61
Gambar IV.7 Perlengkapan Kapal Ikan Pole & Line ... 62
Gambar IV.8 Perlengkapan Kapal Ikan Tonda ... 63
Gambar IV.9 Perlengkapan Kapal Ikan Longline ... 64
Gambar IV.10 Bengkel permesinan tangkap di TPI Palang, Tuban ... 65
Gambar IV.11 Bengkel permesinan tangkap di Pelabuhan Benoa ... 66
xi
Gambar IV.13 Permesinan tangkap (line hauler) di pelabuhan Benoa, Bali ... 68
Gambar IV.14 Peta Pelabuhan Perikanan Indonesia ... 69
Gambar IV.15 Grafik jumlah jenis alat tangkap di Jawa Timur ... 72
Gambar IV.16 Grafik Jumlah Armada Kapal Ikan ... 76
Gambar V.1 Lokasi lahan Jalan Raya Bakalan, Cangkringmalang, Beji Pasuruan ... 81
Gambar V.2 Peta Lokasi Pertama ... 81
Gambar V.3 Jumlah Pengangguran Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur 2011-2015 ... 82
Gambar V.4 Peta Rencana Tata Ruang Kabupaten Pasuruan tahun 2029 ... 88
Gambar V.5 Data panjang jalan berdasarkan kondisi dan permukaan di wilayah Pasuruan tahun 2014 ... 91
Gambar V.6 Lokasi lahan Jalan Tuban-Gresik, Kemantren, Paciran, Kabupaten Lamongan ... 94
Gambar V.7 Peta Lokasi Kedua ... 94
Gambar V.8 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan tahun 2011-2031 ... 101
Gambar V.9 Pelanggan listrik wilayah Brondong/Paciran di Kabupaten Lamongan tahun 2015 ... 103
Gambar V.10 Perkembangan Sarana Air Minum di Kabupaten Lamongan tahun 2010-2015 ... 104
Gambar V.11 Kondisi dan permukaan jalan wilayah Kabupaten Lamongan tahun 2014 ... 105
Gambar V.12 Lokasi lahan Jalan Raya Deandles No.33, Wotan, Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur... 107
Gambar V.13 Peta Lokasi Ketiga ... 108
Gambar V.14 Kondisi angkatan kerja pada Kabupaten Gresik Tahun 2010-2013 ... 108
Gambar V.15 Kondisi dan permukaan jalan wilayah Kabupaten Gresik tahun 2015 ... 116
Gambar V.16 Perencanaan produk electric line hauler ... 120
Gambar V.17 Perencanaan produk Hydraulic Line Hauler ... 121
Gambar V.18 Perencanaan produk Combined Line & Net Hauler ... 122
Gambar V.19 Perencanaan produk Hydraulic Net Hauler... 123
Gambar V.20 Perencanaan produk Power Block ... 124
Gambar V.21 Alur produksi komponen peralatan tangkap ... 125
Gambar V.22 Contoh gambar spesikasi power block ... 126
Gambar V.23 Hasil pemotongan pelat untuk main frame pada winch ... 127
Gambar V.24 Proses fabrikasi dan assembly ... 129
Gambar V.25 Persiapan komponen permesinan ... 132
Gambar V.26 Flow Chart Aliran Material ... 134
Gambar V.27 Personal Computer ... 138
Gambar V.28 Tampilan Autodesk Fusion 360 ... 139
Gambar V.29 Tampilan AutoCAD 2017 ... 140
Gambar V.30 Mesin Rol ... 142
Gambar V.32 Hydraulic Bending Machine ... 144
Gambar V.33 Abrassive Cutoff Machine ... 145
Gambar V.34 Mesin Gerinda Tangan ... 146
Gambar V.35 Mesin Bor Meja ... 147
Gambar V.36 Electric Hand Drilling Machine ... 148
Gambar V.37 Bench Vice Clamp ... 149
Gambar V.38 Mesin Ampelas ... 150
Gambar V.39 Mesin Las SMAW ... 151
Gambar V.40 Mesin Las GTAW ... 152
Gambar V.41 Kompresor Udara ... 153
Gambar V.42 Spray Gun ... 154
Gambar V.43 Forklift Kapasitas 5 ton ... 155
Gambar V.44 Manual Stacker ... 156
Gambar V.45 Overhead Crane ... 157
Gambar V.46 Mobile Gantry Crane ... 158
Gambar V.47 Struktur Organisasi ... 172
Gambar V.48 Activity Relationship Diagram ... 175
Gambar V.49 Space Relationship Diagram... 176
Gambar V.50 Denah Production Area/Hangar ... 178
Gambar V.51 Layout Industri Industri Peralatan Tangkap ... 178
Gambar V.52 Aliran Material pada Layout Pabrik ... 179
Gambar V.53 Peralatan safety operator ... 180
Gambar V.54 Masker untuk perlindungan painter ... 180
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Metode Penentuan Harga Jual ... 27
Tabel IV.1 Jumlah Pelabuhan Perikanan tiap Kelasnya di Perairan Indonesia ... 70
Tabel IV.2 Data jumlah unit penangkapan di laut menurut jenis alat tangkap di Jawa Timur ... 71
Tabel IV.3 Jumlah Armada Kapal Ikan di Jawa Timur Tahun 2006-2015 ... 72
Tabel IV.4 Proyeksi Pembangunan Kapal Ikan sesuai dengan Proyek Pengadaan Kapal Ikan oleh KKP ... 73
Tabel IV.5 Hasil forecast dengan Minitab beserta indikatornya ... 74
Tabel IV.6 Hasil Peramalan Jumlah Armada Kapal Ikan Tahun 2016-2025 ... 75
Tabel IV.7 Estimasi Kebutuhan Komponen Peralatan Tangkap per tahun ... 77
Tabel IV.8 Jumlah Produksi dengan Market Share Sebesar 20% ... 78
Tabel V.1 Kriteria kesesuaian berdasarkan kemampuan lahan pada lokasi pertama ... 80
Tabel V.2 Kriteria kesesuaian berdasarkan penggunaan lahan lokasi pertama pada lokasi pertama ... 80
Tabel V.3 Status Pendidikan Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin di Kota Pasuruan Tahun 2008-2014 (Persen) ... 82
Tabel V.4 Daftar Perguruan tinggi di sekitar Pasuruan ... 83
Tabel V.5 Kriteria ketersediaan tenaga kerja pada lokasi pertama ... 83
Tabel V.6 Ketersediaan bahan baku pada lokasi pertama ... 84
Tabel V.7 Ketersediaan bahan baku berdasarkan kuantitas bahan baku pada lokasi pertama ... 85
Tabel V.8 Ketersediaan bahan baku berdasarkan kontinuitas bahan baku pada lokasi pertama ... 85
Tabel V.9 Ketersediaan bahan baku berdasarkan jarak bahan baku pada lokasi pertama ... 86
Tabel V.10 Pemilihan lokasi berdasarkan jarak lokasi klien pada lokasi pertama ... 87
Tabel V.11 Pemilihan lokasi berdasarkan data tata ruang terkait pada lokasi pertama ... 88
Tabel V.12 Data pengguna, pemakaian, dan nilai penjualan listrik di wilayah Pasuruan ... 89
Tabel V.13 Kecukupan listrik dan telepon pada lokasi pertama ... 90
Tabel V.14 Data pelanggan, jumlah penyaluran, nilai penjualan air di wilayah Pasuruan ... 90
Tabel V.15 Kecukupan air bersih pada lokasi pertama ... 90
Tabel V.16 Kecukupan jaringan jalan pada lokasi pertama ... 91
Tabel V.17 Kriteria lokasi berdasarkan harga tanah pada lokasi pertama... 92
Tabel V.18 Kriteria kesesuaian berdasarkan kemampuan lahan pada lokasi kedua ... 92
Tabel V.19 Kriteria kesesuaian berdasarkan penggunaan lahan lokasi pada lokasi kedua... 93
Tabel V.20 Penduduk Berumur >15 Tahun Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2013 ... 95
Tabel V.21 Daftar Perguruan tinggi di wilayah Lamongan ... 96
Tabel V.23 Ketersediaan bahan baku pada lokasi kedua ... 97
Tabel V.24 Ketersediaan bahan baku berdasarkan kuantitas bahan baku pada lokasi kedua ... 98
Tabel V.25 Ketersediaan bahan baku berdasarkan kontinuitas bahan baku pada lokasi kedua ... 98
Tabel V.26 Ketersediaan bahan baku berdasarkan jarak bahan baku pada lokasi kedua ... 99
Tabel V.27 Pemilihan lokasi berdasarkan jarak lokasi klien pada lokasi kedua ... 100
Tabel V.28 Pemilihan lokasi berdasarkan data tata ruang terkait pada lokasi kedua ... 102
Tabel V.29 Kecukupan listrik dan telepon pada lokasi kedua ... 103
Tabel V.30 Kecukupan air bersih pada lokasi kedua ... 104
Tabel V.31 Kecukupan jaringan jalan pada lokasi kedua ... 105
Tabel V.32 Kriteria lokasi berdasarkan harga tanah pada lokasi kedua ... 105
Tabel V.33 Kriteria kesesuaian berdasarkan kemampuan lahan pada lokasi ketiga ... 106
Tabel V.34 Kriteria kesesuaian berdasarkan penggunaan lahan lokasi pada lokasi ketiga ... 107
Tabel V.35 Daftar Perguruan tinggi di wilayah Gresik ... 109
Tabel V.36 Kriteria ketersediaan tenaga kerja pada lokasi ketiga ... 109
Tabel V.37 Ketersediaan bahan baku pada lokasi ketiga ... 110
Tabel V.38 Ketersediaan bahan baku berdasarkan kuantitas bahan baku pada lokasi ketiga ... 111
Tabel V.39 Ketersediaan bahan baku berdasarkan kontinuitas bahan baku pada lokasi ketiga ... 111
Tabel V.40 Ketersediaan bahan baku berdasarkan jarak bahan baku pada lokasi ketiga ... 112
Tabel V.41 Pemilihan lokasi berdasarkan jarak lokasi klien pada lokasi ketiga ... 113
Tabel V.42 Pemilihan lokasi berdasarkan data tata ruang terkait pada lokasi ketiga ... 114
Tabel V.43 Informasi Kelistrikan Kabupaten Gresik Tahun 2015 ... 114
Tabel V.44 Kecukupan listrik dan telepon pada lokasi ketiga ... 115
Tabel V.45 Jumlah Pelanggan PDAM Menurut Jenis Konsumen di Kabupaten Gresik Tahun 2015 . 115 Tabel V.46 Kecukupan air bersih pada lokasi ketiga ... 116
Tabel V.47 Kecukupan jaringan jalan pada lokasi ketiga ... 116
Tabel V.48 Kriteria lokasi berdasarkan harga tanah pada lokasi ketiga... 117
Tabel V.49 Aspek Pertimbangan dan Pembobotan dalam Pemilihan Lokasi ... 118
Tabel V.50 Penilaian Calon Lokasi Industri Komponen Fishing Gear ... 118
Tabel V.51 Cheklist pemeriksaan produk ... 135
Tabel V.52 Checklist pengujian produk ... 136
Tabel V.53 Spesifikasi CPU ... 138
Tabel V.54 Spesifikasi Monitor... 139
Tabel V.55 Spesifikasi Autodesk Fusion 360 ... 140
Tabel V.56 Spesifikasi Autodesk AutoCAD 2017 ... 141
Tabel V.57 Spesifikasi Mesin Rol ... 143
Tabel V.58 Spesifikasi Mesin Potong... 144
xv
Tabel V.60 Spesifikasi Abrassive Cutoff Machine ... 146
Tabel V.61 Spesifikasi Mesin Gerinda Tangan ... 147
Tabel V.62 Spesifikasi Mesin Bor Meja ... 148
Tabel V.63 Spesifikasi Electric Hand Drill ... 149
Tabel V.64 Spesifikasi Vice Clamp ... 150
Tabel V.65 Spesifikasi Mesin Ampelas ... 151
Tabel V.66 Spesifikasi Mesin Las SMAW ... 152
Tabel V.67 Spesifikasi Mesin Las GTAW ... 153
Tabel V.68 Kompresor Udara ... 154
Tabel V.69 Spesifikasi Spray Gun... 155
Tabel V.70 Spesifikasi Forklift ... 156
Tabel V.71 Spesifikasi Manual Stacker ... 157
Tabel V.72 Spesifikasi Overhead Crane ... 158
Tabel V.73 Spesifikasi Mobile Gantry Crane ... 159
Tabel V.74 Waktu untuk Proses Desain Satu Unit Peralatan Tangkap ... 160
Tabel V.75 Jumlah permintaan peralatan tangkap per tahun ... 160
Tabel V.76 Jumlah Kebutuhan Lembaran Pelat Tiap Produk ... 161
Tabel V.77 Berat Konsumsi Pemakaian Pelat tiap produk ... 161
Tabel V.78 Konsumsi material untuk setiap produk per tahun ... 162
Tabel V.79 Perhitungan untuk Cutting Machine ... 162
Tabel V.80 Perhitungan untuk Overhead Crane... 163
Tabel V.81 Perhitungan untuk Bending Machine ... 163
Tabel V.82 Perhitungan untuk Rolling Machine... 164
Tabel V.83 Perhitungan untuk Welding Machine ... 164
Tabel V.84 Perhitungan untuk Compressor... 165
Tabel V.85 Pehitungan untuk Tahap Electrical & Mechanical ... 165
Tabel V.86 Rekapitulasi jumlah pekerja keseluruhan di Production Area ... 166
Tabel V.87 Penjadwalan Produksi Electric Line Hauler ... 167
Tabel V.88 Penjadwalan Produksi Hydraulic Line Hauler ... 168
Tabel V.89 Penjadwalan Produksi Combined Line & Net Hauler ... 169
Tabel V.90 Penjadwalan Produksi Hydraulic Net Hauler ... 170
Tabel V.91 Penjadwalan Produksi Power Block... 171
Tabel V.92 Kode untuk Tiap Skala Prioritas ... 173
Tabel V.93 Kode Aktivitas Produksi ... 173
Tabel V.94 Activity Relationship Table ... 174
Tabel V.95 Rekapitulasi Area dari Space Relationship Diagram ... 177
Tabel V.97 Biaya Pembelian Tanah di daerah Lamongan ... 182
Tabel V.98 Biaya Instalasi Pendukung Industri Peralatan Tangkap ... 182
Tabel V.99 Rincian Peralatan untuk Aktivitas Desain Produk ... 182
Tabel V.100 Rincian Peralatan untuk Handling&Transporting ... 183
Tabel V.101 Rincian Peralatan Manual ... 183
Tabel V.102 Rincian Peralatan dan Mesin Mekanik ... 183
Tabel V.103 Rincian Peralatan dan Mesin Painting ... 184
Tabel V.104 Rician Biaya Peralatan Kantor ... 184
Tabel V.105 Rincian Peralatan Keselamatan ... 185
Tabel V.106 Rekapitulasi Total Biaya Administrasi dan Kelengkapan Lainnya ... 185
Tabel V.107 Rekapotulasi Total Investasi Intangible Assets ... 186
Tabel V.108 Rincian Gaji Karyawan yang Direncanakan ... 187
Tabel V.109 Rincian Biaya Tagihan Listrik, PDAM, Telepon, dan Internet ... 187
Tabel V.110 Rekapitulasi Luasan Dimensi dan Kebutuhan Bahan Baku ... 188
Tabel V.111 Rincian Biaya Pengecatan Produk ... 189
Tabel V.112 Rincian Komponen yang Terinstalasi ... 189
Tabel V.113 Pembebanan Biaya Overhead berdasarkan Waktu Penggunaan Mesin ... 190
Tabel V.114 Pembebanan Biaya Tenaga Kerja Langsung ... 191
Tabel V.115 Target produksi per Tahun ... 192
Tabel V.116 Target Produksi dalam 10 tahun ... 192
Tabel V.117 Daftar Harga Produk Industri Komponen Peralatan Tangkap ... 193
Tabel V.118 Jumlah Pendapatan Tahun 2016-2025 ... 194
Tabel V.119 Rekapitulasi Cash Flow Industri Komponen Fishing Gear ... 195
Tabel V.120 Rekapitulasi Perhitungan Kelayakan Investasi ... 195
Tabel V.121 Industri Skala Internasional untuk Komponen Peralatan Tangkap ... 197
Tabel V.122 Perbandingan Harga Produk Electric Line Hauler ... 198
Tabel V.123 Perbandingan Harga Produk Hydraulic Line Hauler ... 198
Tabel V.124 Perbandingan Harga Produk Combine Net&Line Hauler ... 198
Tabel V.125 Perbandingan Harga Produk Hydraulic Net Hauler ... 199
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Laut merupakan harta terpendam yang dimiliki Indonesia. Dengan keadaan geografis Indonesia yang didominasi oleh laut sebanyak 70% dari luas wilayah Negara, Indonesia menyimpan kekayaan laut yang berlimpah. Menurut Direktur Indonesia Maritime Institute (IMI), Dr. Yulius Paonganan, M.Sc, potensi laut Indonesia diperkiran mencapai Rp. 7.200 triliun per tahun, atau empat kali lipat dari dana APBN 2014 (Indonesia, 2014). Penjelasan tersebut memperlihatkan besarnya keuntungan yang seharusnya didapatkan Indonesia dari alamnya. Sayangnya, Indonesia masih belum dapat mengoptimalkan pendapatan dari sektor kelautan.
Nelayan, salah satu mata pencaharian di Indonesia yang seharusnya makmur dengan keadaan kelautan yang ada, tidak mendapatkan hasil yang diharapkan. Menurut Dr. Ir. M. Ahsin
Rifa’I, hingga tahun 2012 sekitar 1,5 juta nelayan tangkap memutuskan meninggalkan laut (Rifa’i, 2015). Hal ini diperburuk dengan kondisi kapal ikan yang dimiliki nelayan kalah saing
dengan kapal-kapal dari perusahan swasta yang bergerak di Indonesia. Dari data KKP tahun 2010, hanya sekitar 2 % dari armada Kapal Indonesia yang tergolong modern dengan kapasitas diatas 30 GT (Kalituri, 2015). Fakta ini menunjukkan salah satu kemunduran Indonesia dalam mempertahankan kesejahteraan rakyatnya di sektor maritim.
Untuk menanggulangi hal tersebut, sesuai dengan visi dari Presiden Republik Indonesia, Kementrian Perikanan dan Kelautan melakukan pengadaan sebanyak 3.500 unit kapal ikan. Pengadaan ini juga dikhusukan kepada industri dalam negeri guna mendongkrak industri galangan di Indonesia. Dalam mendukung program pengadaan ini, semua sarana prasarana terkait produksi kapal tersebut harus disiapkan baik dari SDM, teknologi produksi, industri pendukung dan lain-lain agar proyek kapal ikan ini tetap berjalan untuk jangka panjang. Salah satu hal penting yang harus dikembangkan adalah industri pendukung. Umumnya sebagian besar permasalahan bengkaknya biaya produksi yang terjadi di Indonesia disebabkan komponen-komponen peralatan dan raw material yang dibutuhkan masih diimpor dari luar negeri. Ketersediaannya juga tidak menentu sehingga menambah lama waktu produksi. Oleh karena itu, kemandirian dalam pengadaan barang-barang tersebut harus segera dipersiapkan.
Salah satu komponen yang berpontesial memiliki tingkat kebutuhan yang tinggi adalah komponen peralatan tangkap (fishing gear). Alat tangkap membagi kapal menjadi 3 jenis yakni kapal yang menggunakan tombak, kapal yang menggunakan pancing dan kapal yang menggunakan jaring (net). Dengan tiga macam variasi jenis kapal ini, komponen peralatan tangkap yang dibutuhkan pun akan beragam menyesuaikan dengan jenis alat tangkap, ukuran kapal dan wilayah perairan yang dituju. Didukung dengan adanya proyek 3.500 unit kapal dari KKP, permintaan komponen peralatan tangkap (fishing gear) akan meningkat baik untuk pemasangan baru, pergantian ataupun perbaikan.
Dengan penelitian untuk pengembangan industri pendukung komponen peralatan tangkap (fishing gear) ini, diharapkan industri berkaitan yang telah ada di dalam negeri bisa disinkronkan menjadi industri yang terintegrasi dengan menggunakan standar yang sama dan dapat mendukung Industri galangan kapal Nasional dalam memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri terutama untuk masyarakat pesisir.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa permasalahan yang akan diselesaikan adalah sebagai berikut :
1. Berapa jumlah permintaan komponen perlengkapan tangkap (fishing gear) untuk kebutuhan di Indonesia?
2. Bagaimana analisis teknis pembangunan industri komponen perlengkapan tangkap (fishing gear) di Indonesia ?
3. Bagaimana analisis ekonomis pembangunan industri komponen perlengkapan tangkap (fishing gear) di Indonesia ?
I.3 Batasan Masalah dan Asumsi-Asumsi
Adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian tugas akhir ini antara lain :
1. Komponen fishing gear yang dipakai merupakan komponen-komponen yang umum dipakai oleh nelayan di luar kepentingan sport/olahraga
2. Komponen utama fishing gear seperti jaring, kail, dan benang serta komponen alat bantu elektronik untuk navigasi seperti fish finder, GPS dan lain-lain tidak termasuk
3. Harga material, alat dan bahan-bahan lain disesuaikan dengan harga pasar atau standar yang di Indonesia
3 4. Proses produksi yang dimaksud adalah proses assembly komponen
Dalam pengerjaan tugas akhir ini ditentukan juga asumsi-asumsi agar hasil sesuai dengan yang diharapkan, sebagai berikut :
1. Kurs Dollar yang digunakan dalam penelitian ini sebesar Rp 13.726 sesuai dengan nilai tukar rupiah Bank Indonesia pada tanggal 29 Desember 2015
2. Selama penelitian, faktor eksternal (kondisi perekonomian, politik, dan sosial) diasumsikan dalam keadaan stabil.
I.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Mendapatkan peramalan jumlah kebutuhan komponen perlengkapan tangkap (fishing gear) di Indonesia
2. Mendapatkan analisis teknis untuk pembangunan industri komponen perlengkapan tangkap (fishing gear) di Indonesia
3. Mendapatkan analisis ekonomis pembangunan industri komponen perlengkapan tangkap (fishing gear) di Indonesia.
I.5 Manfaat Penelitian
I.5.1Manfaat untuk Akademisi
Manfaat penelitian dari tugas akhir ini bagi akademisi :
1. Memberikan informasi mengenai detail komponen perlengkapan tangkap (fishing gear). 2. Memberikan informasi mengenai proses pembuatan komponen perlengkapan tangkap
(fishing gear)
3. Memberikan informasi mengenai proses pembangunan sebuah industri komponen perlengkapan tangkap di Indonesia
I.5.2Manfaat untuk Praktisi
Manfaat penelitian dari tugas akhir ini bagi Praktisi :
1. Memberikan informasi terhadap investasi pembangunan industri komponen perlengkapan tangkap (fishing gear) di Indonesia.
I.6 Hipotesis
Pembangunan industri komponen peralatan tangkap (fishing gear) layak direalisasikan dalam menunjang kebutuhan dalam negeri.
I.7 Sistematika Penulisan Laporan
Laporan Tugas Akhir ini disusun menjadi 6 bab dimana bab-bab tersebut dijabarkan sebagai berikut:
BAB. 1 Pendahuluan
Bab ini menjabarkan mengenai latar belakang Tugas Akhir, perumusan masalah, batasan masalah beserta asumsi, tujuan penelitan, manfaat penelitian, hipotesis dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir.
BAB. 2 Studi Literatur
Bab ini menjabarkan hasil review dari beberapa referensi terkait dengan judul penelitian Tugas Akhir meliputi karakter industri, klasifikasi industri penunjang, penjelasan fishing gear dan macamnya, konsep dan dasar ekonomi teknik, teori biaya produksi, teori harga penjualan produk, teori forecasting, teori investasi, teori penentuan lokasi dan perencanaan tata letak pabrik.
BAB 3. Metodologi Penelitian
Bab ini menjabarkan metode penelitian dari tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, tahap analisis dari penelitian Tugas Akhir ini dilengkapi dengan bagan alir yang menggambarkan pengerjaan Tugas Akhir ini.
BAB 4. Analisa Pasar Industri Peralatan Tangkap
Bab ini menjabarkan kondisi existing beserta analisa pasar dari Industri Peralatan Tangkap yang menjadi sorotan dalanm penelitian ini.
BAB 5. Perencanaan Industri Peralatan Tangkap
Bab ini menjabarkan analisis teknis dan ekonomis dalam pembangunan Industri Peralatan Tangkap
BAB 6. Kesimpulan dan Saran
Bab ini menjabarkan kesimpulan dari hasil penelitian Tugas Akhir ini serta rekomendasi dan saran untuk penelitian selanjutnya.
5
BAB II
STUDI LITERATUR
II.1Karakter Industri
Industri merupakan suatu bentuk usaha yang diarahkan pada proses produksi barang/jasa dengan menghasilkan suatu nilai tambah atas produk barang/jasa yang dihasilkan. Industri tersebut pada umumnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen/masyarakat dengan mengantisipasi keinginan dan daya beli konsumen. Ditinjau dari segi proses produksinya, secara umum dikenal ada 2 (dua) jenis industri utama, yaitu:
1. Mass-Product Oriented Industri
2. Project Oriented Industri
Kedua jenis industri tersebut mempunyai karakter yang berbeda, antara lain: 1. Mass-Product Oriented Industri
Ditinjau dari segi produk, maka jenis industri ini menghasilkan suatu produk yang tetap secara massal dengan jumlah produksi tertentu. Produk ini juga merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat, dan mempunyai product life-cycle yang relatif singkat. Atau keluaran (output) dari industri ini sering merupakan suatu bahan baku (input) bagi pembuatan produk dari jenis industri yang lain.
Ditinjau dari dari segi pemasaran, maka produk yang dihasilkan sangat dibutuhkan oleh masyarakat umum, dan sangat peka terhadap gejolak keinginan dari masyarakat. Sehingga untuk meningkatkan usaha pemasaran dari produk ini, maka pembentukan selera masyarakat secara teratur sangat dipelukan, pemakaian jargon-jargon/ungkapan yang menarik juga akan sangat mempengaruhi masyarakat. Sehinga bentuk pemasaran melalui iklan di media massa akan merupakan pilihan yang sangat tepat serta secara langsung dapat meningkatkan omset penjualan.
Ditinjau dari segi produksi, maka proses produksi yang dipilih umumnya sederhana dan bersifat rigid/kaku, sehingga produk yang dihasilkan tidak dapat diubah menjadi suatu bentuk produk yang lain. Proses produksi yang digunakan umumnya menggunakan proses otomatis dengan ban berjalan, sehingga tenaga kerja yang diperlukan untuk menunjang proses produksi tersebut masing-masing mempunyai keahlian yang sangat spesifik.
Ditinjau dari segi manajemen dan organisasi, maka industri tersebut mempunyai titik berat organisasi pada departemen pemasaran, mengingat kapasitas produksi/jumlah
produk yang dihasilkan serta dengan harga jual yang se-minimum mungkin, sehingga departemen litbang juga akan merupakan departemen yang penting.
Ditinjau dari segi permodelan, maka nilai investasi awal yang diperlukan sangat tinggi dan merupakan suatu paket pembiayaan yang lengkap. Nilai investasi tersebut harus dilaksanakan secara sekaligus dan merupakan peryaratan minimum yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk yang kapasitas tertentu. Biaya produksi yang diperlukan untuk selanjutnya akan bersifat relatif tetap dan yang perlu diperhatikan adalah biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi yang rusak.
Contoh: Industri pemrosesan bahan mentah (penyulingan minyak kelapa sawit, pabrik gula, pabrik tepung terigu, dll), industru makanan (mie, coklat, kue-kue, dll), industri kebutuhan rumah tangga (sabun, sampo, sikat gigi, dll), industri pakaian/garmen, industri sepatu, dll.
2. Project Oriented Industri
Ditinjau dari segi produk, maka jenis industri ini mempunyai suatu keluaran produk yang mempunyai suatu spektrum yang luas/beragam dan akan sangat bergantung pada pesanan (Order Oriented). Produk yang dihasilkan sangat spesifik dan membutuhkan suatu rancang bangun yang khusus.
Ditinjau dari segi pemasaran, maka jenis jenis industri ini memiliki pasar yang sangat spesifik. Jenis produk yang dihasilkan bukan untuk konsumsi masyarakat banyak dan hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan kelompok/golongan tertentu saja. Sehingga strategi pemasaran yang diperlukan adalah bentuk pendekatan khusus seperti melalui forum seminar, pameran industri, ekshibisi, kunjungan kerja, kerja sama, dll.
Ditinjau dari segi produksi, maka jenis industri ini mempunyai suatu proses produksi yang tidak tetap, tergantung pada jenis produk yang diinginkan oleh konsumen. Proses produksi bisa bersifat sengat fleksibel, sehingga tenaga kerja yang mendukung proses produksi harus mempunyai spectrum keahlian yang cukup luas (multi trade). Jenis peralatan yang digunakan-pun harus bersifat general, sehingga mampu digunakan untuk menghasilkan produk-produk yang berbeda. Disamping itu, jenis industri ini sangat mudah dikembangkan menjadi bentuk industri lain yang menghasilkan produk yang berbeda pula, sebagai contoh: industri perkapalan juga mampu dikembangkan menjadi industri general engineering/steel construction yang menghasilkan keluaran berupa peralatan-peralatan pabrik.
7 Ditinjau dari segi manajemen dan organisasi, maka titik berat organisasi perusahaan adalah pada departemen produksi dan rancang bangun, mengingat bentuk keluaran atau produk yang dihasilkan sangat beragam, pekerjaan perancangan menjadi cukup penting, serta sumber daya yang diperlukan untuk mendukung proses produksi semakin besar pula. Mengingat begitu banyaknya faktor yang dapat berpengaruh pada proses produksi, maka konsentrasi kegiatan bertumpu pada departemen produksi.
Ditinjau dari segi permodalan, maka jenis industri ini membutuhkan suatu investasi awal yang sangat bervariasi, tergantung dari tersedianya dana yang mendukung. Bentuk investasi dapat dilaksanakan secara bertahap tanpa mengganggu proses produksi yang telah ditetapkan. Biaya terbesar yang dibutuhkan selanjutnya adalah biaya produksi dan pemeliharaan.
Memperhatikan penjelasan tentang kedua jenis industri tersebut diatas, maka dapat diperhatikan bahwa masing-masing industri memiliki karakter tersendiri, yang terutama sangat diperngaruhi produk yang dihasilkan. Karakter tersebut akan sangat berpengaruh terhadap pola kerja dan permodalan yang diperlukan.
Contoh: Industri perkapalan (bangunan baru dan reparasi), industri pembuatan bangunan lepas pantai, industri kereta api, industri pesawat terbang, industri mobil mewah, industri konstruksi bangunan, dll. (Subroto, 2010)
II.2Klasifikasi Industri Penunjang Perkapalan
Supplyer atau pemasok merupakan salah satu bagian penting dari proses pengadaan
material atau komponen. Peranan industri penunjang perkapalan yang berperan sebagai
supplyer dalam memasarkan produknya sangatlah penting bagi industri perkapalan. Dari
industri penunjang tersebut galangan kapal dapat menentukan pilihan produk-produk komponen kapal yang akan digunakan untuk pembangunan kapal.
Industri penunjang ini dapat dapat berupa industri manufaktur langsung maupun agen dari suatu industri yang memasarkan produknya. Untuk agen biasanya menawarkan produk impor beserta layanan perawatannya. Sedangkan industri manufaktur langsung adalah industri yang langsung memasarkan produknya.
Untuk melihat besar kecilnya suatu industri penunjang dapat ditentukan dari penggolongan industri menurut Biro Pusat Statistik (BPS). Mereka menggunakan jumlah
pekerja sebagai kriteria untuk membedakan antara berbagai industri. Penggolongan industri menurut BPS adalah sebagai berikut (Statistik, 2015):
1. Industri Besar: Industri yang mempekerjakan 100 orang pekerja atau lebih 2. Industri Sedang: Industri yang mempekerjakan 20 sampai 99 orang pekerja 3. Industri Kecil: Industri yang mempekerjakan 5 hingga 19 orang pekerja
4. Industri Rumah Tangga: Industri yang mempekerjakan 1 hingga 4 orang pekerja
II.3Fishing Gear
Fishing Gear merupakan segala macam jenis peralatan yang digunakan dalam proses
penangkapan ikan termasuk kapal, alat tangkap dan alat bantu penangkapan.
II.3.1Klasifikasi Alat Tangkap
Sesuai dengan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor 6 tahun 2010, alat tangkap menurut jenisnya dibagi menjadi 10 kelompok yaitu :
1. Kelompok alat jaring lingkar (Surrounding Nets)
Kelompok alat penangkapan ikan jaring lingkar adalah kelompok alat penangkapan ikan berupa jaring berbentuk empat persegi panjang yang terdiri dari sayap, badan, dilengkapi pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah dengan atau tanpa tali pengerut dan salah satu bagiannya berfungsi sebagai kantong yang pengoperasiannya melingkari gerombolan ikan pelagis.
Contoh alat penangkap jenis kelompok ini antara lain jaring lingkar bertali kerut (purse seine) yang ditunjukkan pada Gambar II.1 beserta susunannya dan lampara.
Gambar II.1 Alat Tangkap Purse Seine
9 2. Kelompok alat penangkapan ikan pukat tarik (Seine Nets)
Kelompok alat penangkapan ikan pukat tarik adalah kelompok alat penangkapan ikan berkantong (cod-end) tanpa alat pembuka mulut jaring, pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan (schooling) ikan dan menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh jangkar atau ke darat/pantai melalu kedua bagian sayap dan tali selambar.
Contoh alat penangkap jenis kelompok ini antara lain pukat tarik pantai (Beach
seines) seperti yang ditunjukkan ada Gambar II.2, pukat tarik berkapal (boat or vessel seines), payang, cantrang, dan lampara dasar
Gambar II.2 Alat tangkap beach seine
Sumber: (FAO, 2015)
3. Kelompok alat penangkapan ikan pukat hela (Trawls)
Kelompok alat penangkapan ikan pukat hela adalah kelompok alat penangkapan ikan terbuat dari jaring berkantong yang dilengkapi dengan atau tanpa alat pembuka mulut jaring dan pengoperasiannya dengan cara dihela di sisi atau di belakang kapal yang sedang melaju
Contoh alat penangkap jenis kelompok ini antara lain pukat hela dasar (Bottom
Trawls) yang ditunjukkan pada Gambar II.3, pukat hela pertengahan (Midwater trawls), pukal hela kembar berpapan, pukat dorong
Gambar II.3 Pukat hela dasar (Bottom Trawls)
Sumber : (Wikipedia, 2016)
4. Kelompok alat penangkapan ikan penggaruk (dredges)
Kelompok alat penangkapan ikan pukat hela adalah kelompok alat penangkapan ikan berbingkai kayu atau besi yang bergerigi atau bergancu di bagian bawahnya dilengkapi atau tanpa jaring/bahan lainnya, dioperasikan dengan cara menggaruk di dasar perairan dengan atau tanpa perahu.
Contoh alat penangkap jenis kelompok ini yakni boat dredges dan hand dredges dapat dilihat pada Gambar II.4 dibawah ini :
Gambar II.4 Boat Dredges
Sumber : (FAO, 2015)
5. Kelompok alat penangkapan ikan jaring angkat (Lift nets)
Kelompok alat penangkapan ikan pukat hela adalah kelompok alat penangkapan ikan berbingkai kayu atau besi yang bergerigi atau bergancu di bagian bawahnya dilengkapi atau tanpa jaring/bahan lainnya, dioperasikan dengan cara menggaruk di dasar perairan dengan atau tanpa perahu.
Contoh alat penangkap jenis kelompok ini yakni anco dan jaring angkat berperahu yang dapat dilihat pada Gambar II.5.
11
Gambar II.5 Jaring angkat berperahu
Sumber : (FAO, 2015)
6. Kelompok alat penangkapan yang dijatuhkan (falling gears)
Kelompok alat penangkapan yang dijatuhkan adalah kelompok alat penangkapan ikan terbuat dari jaring, besi, kayu, dan/atau bambu yang cara pengoperasiannya dijatuhkan/ditebarkan untuk mengurung ikan pada sasaran yang terlihat maupun tidak terlihat
Contoh alat penangkap jenis kelompok ini antara lain cast net dapat dilihat pada Gambar II.6.
Gambar II.6 Cast Net
7. Kelompok alat penangkapan jaring insang (gill nets)
Kelompok alat penangkapan yang dijatuhkan adalah kelompok jaring yang berbentuk empat persegi panjang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat dan/atau terpuntal dioperasikan di permukaan, pertengahan dan dasar secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujaun menangkap ikan pelagis dan demersal
Contoh alat penangkap jenis kelompok ini antara lain jaring insang hanyut, jaring insang tetap, encircling gill net yang dapat dilihat pada Gambar II.7.
Gambar II.7 Macam-macam gill net
Sumber : (FAO, 2015)
8. Kelompok alat penangkapan ikan perangkap (traps)
Kelompok alat penangkapan ikan perangkap adalah kelompok alat penangkapan ikan yang terbuat dari jaring, dan/atau besi, kayu, bambu, berbentuk silinder, trapesium dan bentuk lainnya dioperasikan secara pasif pada dasar atau permukaan perairan, dilengkapi atau tanpa umpan
Contoh alat penangkap jenis kelompok ini antara lain sero, stow nets, bubu, belat, dan lain-lain yang dapat dilihat pada Gambar II.8
13
Gambar II.8 Alat penangkap ikan perangkap berupa bubu
Sumber : (FAO, 2015)
9. Kelompok alat penangkapan ikan pancing (hooks and lines)
Kelompok alat penangkapan ikan pancing adalah kelompok alat penangkapan ikan yang terdiri dari tali dan mata pancing dan atau sejenisnya
Contoh alat penangkap jenis kelompok ini antara lain pancing ulur, pancing berjoran, huhate, squid-jigging, dan lain-lain dapat dilihat pada Gambar II.9.
Gambar II.9 Alat tangkap ikan huhate
Sumber : (FAO, 2015)
10.Kelompok alat penangkapan ikan penjepit dan melukai (grappling and
wounding)
Kelompok alat penangkapan ikan penjepit dan melukai adalah kelompok alat penangkapan ikan yang terbuat dari batang kayu, besi atau bahan lainnya yang mempunyai satu atau lebih bagian runcing/tajam, yang pengoperasiannya dengan
cara mencengkram, mengait/menjepit, melukai dan/atau membunuh sasaran tangkap.
Contoh alat penangkap jenis kelompok ini antara lain tombak, ladung dan panah yang dapat dilihat pada Gambar II.10.
Gambar II.10 Tombak dan mata tombak
Sumber : (FAO, 2015)
II.3.2Macam-macam peralatan bantu
Peralatan tangkap juga meliputi peralatan bantu dalam operasi penangkapan ikan untuk memaksimalkan hasil tangkap dan keamanan selama operasi. Peralatan tangkap dibagi beberapa kelompok sesuai fungsinya, yakni :
1. Peralatan navigasi
Peralatan navigasi berfungsi sebagai penunjuk arah menuju suatu titik sasaran yang dengan tepat, hemat dan efisien juga sebagai keamanan selama operasi pelayaran. Macam-macam peralatan navigasi yang umum digunakan oleh nelayan antara lain : a. GPS
GPS yaitu alat bantu navigasi yang bekerja berdasarkan penerimaan gelombang radio dari beberapa satelit yang mengorbit untuk mengetahui posisi, merekam arah haluan dan kecepatan kapal.
b. RDF
RDF (Radio Direction Finder) yaitu alat bantu navigasi yang bekerja berdasarkan penerimaan gelombang radio untuk mengetahui arah dan perkiraaan jarak pemancar. Suara yang dipancarkan akan mengalami penurunan energi maka sampai pada target (penerima suara) sudah tidak sekuat dari yang terdepan.
c. SART
SART yaitu suatu alat yang disyaratkan dalam GMDSS (Global Maritime Distress
15 X-Brand atau Radar 3 cm) bila alat ini diaktifkan. Gunanya untuk pencarian kapal dalam marabahaya.
d. Fish finder atau echosounder
Fish finder yakni alat bantu navigasi yang bekerja berdasarkan pemancaran
gelombang bunyi untuk mendeteksi kedalaman perairan, mendeteksi suatu obyek dalam perairan arah vertikal. Untuk tujuan perikanan sensitifitasnya ditingkatkan sehingga mampu mendeteksi adanya ikan dibawah permukaan air.
e. Sonar
Sonar yaitu alat bantu navigasi yang bekerja berdasarkan prinsip kerja energi akustik, pemancaran gelombang bunyi untuk mendeteksi suatu obyek dalam perairan arah horizontal dan vertical. Sonar dapat memberikan gambaran dan informasi tentang kedalaman, keadaan alami dasar serta konfigurasi bentuk dasar perairan kemudian pada kapal ikan digunakan untuk memperoleh informasi tentang ukuran, densitas, distribusi, kecepatan dan arah renang fish schools, serta mengetahui bentuk dan kedudukan jaring di dalam air, mengetahui ikan yang masuk ke dalam jaring
2. Permesinan tangkap
Permesinan tangkap berfungsi sebagai penarik atau penebar baik jaring ataupun tali secara mekanis dalam operasi penangkapan ikan. Permesinan tangkap yang umumnya digunakan oleh nelayan antara lain :
a. Net hauler/Net drum
Net hauler/net drum adalah alat bantu dalam penarikan jaring yang telah ditebar di
laut sehingga jaring lebih ringan ditarik dan mudah disusun untuk dipakai kembali.
Net hauler umumnya digunakan untuk kapal ikan yang menggunakan alat tangkap
berbasis jaring seperti kelompok surrounding nets, seine nets, trawls, dan gill nets dimana digambar pada Gambar II.11.
Gambar II.11 Net hauler
Sumber: (Spencer Carter, 2016)
b. Line hauler
Line hauler adalah alat bantu penarik tali seperti pada Gambar II-12. Peralatan ini
digunakan karena ketidakmungkinan menarik tali yang sudah ditebar di lautan secara manual karena bobot tali yang sangat berat juga memerlukan waktu yang panjang. Line hauler umumnya digunakan untuk kapal ikan yang menggunakan alat tangkap berbasis rangkaian tali seperti kelompok hook & line khususnya alat tangkap long line/rawai
Gambar II.12 Line Hauler
Sumber: (VIRHYDRO, 2016)
c. Power block
Power block merupakan mesin bantu yang digunakan untuk menarik jaring dari
dalam air ke atas deck kapal yang dapat dilihat pada Gambar II.13. Umumnya digunakan untuk alat tangkap jaring dengan skala besar dan alat terinstalasi pada suatu untuk memudahkan pengambilan jaring.
17
Gambar II.13 Power Block
Sumber: (Marco Global, 2016)
d. Combined net and line hauler
Combinet net and line hauler merupakan mesin bantu kombinasi dari net hauler dan
line hauler yang terinstalasi menjadi satu bagian. Permesinan ini terbilang moderen, belum digunakan di perairan Indonesia. Salah satu pembuat permesinan ini adalah Hookline Fish Company, perusahaan dari Amerika, dengan produknya electric nets
+ pots hauler NLH200 dapat dilihat pada Gambar II.14.
Gambar II.14 Combine Net and Line Hauler
II.4Konsep dan dasar Ekonomi Teknik
Subjek baik perseorangan atau berkelompok yang secara simultan melakukan kegiatan transaksi ekonomi disebut pelaku ekonomi (economic entity). Sementara itu, kegiatannya disebut transaksi ekonomi. Kegiatan atau transaksi ekonomi akan terjadi sekurang-kurangnya bila ada dua pihak yaitu pihak penyedia barang (produsen/industri pendukung) dan pihak pemakai (konsumen/galangan). Transaksi ekonomi adalah suatu konsep aktivitas yang berorientasi pada proses didapatkannya keuntungan ekonomis (profit) dengan adanya perbedaan waktu, tempat, fisik atau kepemilikan terhadap objek tersebut.
Nilai ekonomi dari suatu objek sangat tergantung dari hokum kebutuhan dan ketersediaan (supply and demand). Dimana jika supply banyak demand kecil, maka harganya jadi turun dan sebaliknya jika supply sedikit perminyaan banyak, maka harga naik. Untuk lebih kelasnya lihat grafik demand. Setiap pelaku ekonomi perlu memahami dan mengetahui kondisi
supply demand tersebut secara baik dan memanfaatkan situasi sebagai peluang dalam
mendapatkan keuntungan ekonomisnya secara optimal
Gambar II.15 Grafik demand
Sumber: (Ramdani, 2015)
Keterangan: Harga dari suatu produk (P), ditentukan oleh keseimbangan antara tingkat produksi pada harga tertentu (yaitu penawaran: S) dan tingkat keinginan dari orang-orang yang memiliki kekuatan membeli pada harga tertentu (yaitu permintaan: D). Grafik pada Gambar II.15 memperlihatkan adanya peningkatan permintaan, dari D1 ke D2, seiring dengan peningkatan harga dan kuantitas (Q) produk yang terjual.
19
Gambar II.16 Kegiatan ekonomi pandangan sistem produksi
Sumber: (Pratama, 2014)
Kegiatan ekonomi pada sebuah perusahaan adalah keuntungan usaha yang diperoleh pada siklus kegiatan dan transaksi usaha. Siklus kegiatan usaha dapat digambarkan seperti pada Gambar II.16:
Gambar II.17 Siklus ekonomi berdasarkan sifat perputaran uang
Sumber: (Pratama, 2014)
Perusahaan (corporate) hanyalah sebuah simbol formal dari kegiatan usaha, modal
(capital) diperlukan perusahaan untuk peneneman investasi pada setiap unit aktivitas usaha
(fasilitas produksi). Pada Gambar II.17, Cash Out dihasilkan setelah melewati proses dan faktor produksi dengan hasil produk. Produk yang dijual akan menghasilkan Cash In pada unit produksi. Siklus itu dijalankan secara silmultan, dimana tiap awal kemungkinan cash in < cash
out, namun dalam jangka panjang kondisinya akan berbalik sehingga dihasilkan selisih positif
(profit). Profit inilah yang dikembalikan pada perusahaan secara periodic dalam bentuk ROI (Return of Investment). Pada tahap berikutnya ROI dipakai oleh perusahaan untuk mengembalikan modal dalam bentuk ROC (Return of Capital).
Jika ROI > ROC, perusahaan akan memperoleh profit atau keuntungan. Namun, jika kejadian sebaliknya, perusahaan akan merugi. Oleh karena itu, kondisi finansial perushaan perlu dijaga dengan ROI yang besar disbanding dengan ROC. Macam-macam kondisi usaha yang dapat dilakukan pada perusahaan, antara lain:
1. Memperbaiki ROC-Financial Management
2. Memperbaiki ROI-Meningkatkan produktivitas fasilitas produksi dan penambahan investasi baru (revitalisasi, rekapitulasi, reinvestasi, konversi dan sebagainya) agar mendapat ROI gabungan yang bertambah baik
3. Investasi baru dapat dilakukan dalam rangka: intensifikasi, diversifikasi, membuka usaha baru, dan sebagainya
4. Menutup perusahaan (likuidasi) jika perbaikan usaha tidak memungkinkan lagi
II.5Penjadwalan Produksi
Penjadwalan merupakan proses penentuan pekerjaan yang akan dilakukan. Penjadwalan produksi adalah suatu tahapan dari pengawasan produksi yang menetapkan pekerjaan dalam urutan-urutan yang sesuai dengan prioritasnya dan kemudian dilengkapi dengan pelaksanaan rencana tersebut pada waktu yang tepat dan urutan yang bener sehingga berhubungan dengan kapan suatu pekerjaan akan dilaksanakan pada suatu bagian produksi (Bethel, 1979).
Menurut K. R. Baker, tujuan penjadwalan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan produktivitas mesin, yaitu dengan mengurangi waktu mesin mengganggur
2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi dengan jalan mengurangi jumlah rata-rata pekerjaan yang menunggu dalam antrian suatu mesin karena mesin tersebut sibuk 3. Mengurangi keterlambatan suatu pekerjaan. Setiap pekerjaan mempunyai batas waktu
(due date) penyelesaian, jika pekerjaan tersebut diselesaikan melewati batas waktu yang ditentukan maka pekerjaan tersebut dinyatakan terlambat. Dengan metode penjadwalan, maka keterlambatan ini dapat dikurangi, baik waktu maupun frekuensi.
Untuk ukuran keberhasilan penjadwalan sendiri dapat melihat beberapa faktor antara lain: 1. Berkurangnya rata-rata waktu alir (Mean Flow Time)
2. Berkurangnya makespan, yakni total waktu proses yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
3. Berkurangnya rata-rata keterlambatan (Mean Tardiness) 4. Berkurangnya pekerjaan yang terlambat
5. Berkurangnya jumlah mesin yang mengganggur 6. Berkurangnya jumlah persediaan
21 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penjadwalan produksi adalah sebagai berikut:
1. Jumlah pekerjaan yang akan dijadwalkan 2. Jumlah mesin yang dapat digunakan
3. Ukuran dari keberhasilan pelaksanaan penjadwalan 4. Cara pekerjaan dating
5. Jenis aliran proses produksi
II.6Kapasitas Produksi
Kapasitas adalah suatu tingkat keluaran, suatu kuantitas keluaran dalam periode tertentu, dan merupakan kuantitas tertinggi yang mungkin selama periode waktu itu. Untuk berbagai keperluan, kapasitas dapat disesuaikan dengan tingkat penjualan yang sedang berfluktuasi yang dicerminkan dalam jadwal produksi induk (master production schedule). Jadwal produksi yang realistik menjadi keberhasilan operasi suatu perusahaan yang mengakibatkan seluruh jenis sumberdaya terikat untuk memuaskan kebutuhan kuantitasnya dan komitmen hari pengiriman. Dalam hal ini, kapasitas juga berarti jumlah masukan sumberdaya-sumberdaya yang tersedia relatif untuk kebutuhan keluaran pada waktu tertentu.
Tingkat kapasitas didapat melalui proses perancangan yang menghasilkan volume output yang tinggi dengan biaya rata-rata per unit minimum.
Definisi-definisi lain tentang kapasitas produksi, dirinci sebagai berikut :
a. Design capacity, yaitu perusahan merancang jumlah output yang dapat
dihasilkan per satuan waktu.
b. Rated capacity, yaitu jumlah output yang dapat dihasulkan oleh perusahaan per
satuan waktu dengan didukung kemampuan fasilitas untuk memproduksi. (Biasanya lebih besar dari design capacity karena perbaikan periodik dilakukan pada mesin-mesin atau proses-proses)
c. Standart capacity, yaitu tingkat output per satuan waktu yang telah ditetapkan
sebagai sasaran operasi sebagai dasar dalam penyusunan anggaran. Kapasitas standar adalah sama dengan rated capacity dikurangi dengan cadangan keperluan pribadi standar, tingkat sisa (scrap) standar, berhenti untuk pemeliharaan standar, cadangan untuk pengawasan kualitas, dsb.
d. Actual dan/atau operating capacity, yaitu tingkat output rata-rata per satuan
waktu selama periode-periode waktu yang telah lewat. Ini adalah kapasitas standar ± cadangan-cadangan, penundaan, tingkat sisa nyata, dsb.
e. Peak capacity, yaitu jumlah output per satuan waktu (mungkin lebih rendah
daripada rated, tetapi lebih besar daripada standart) yang dapat dicapai melalui maksimisasi keluaran, dan akan dilakukan dengan kerja lembur, menambah tenaga kerja, menghapuskan penundaan-penundaan, mengurangi-mengurangi jam istirahat, dan sebagainya.
Kapasitas atau tingkat keluaran ini pada umumnya dinyatakan dalam satuan-satuan sebutan persamaan , seperti batang, ton, kilogram, meter, atau jam kerja yang tersedia. Sedangkan satuan-satuan waktu yang sangat penting bagi perencanaan kapasitas, dapat dinyatakan dalam satuan seperti jam, hari, minggu, atau bulan. Bila informasi ini tidak tersedia,
rated capacity digunakan dan dapat diperkirakan dengan rumusan :
Rated Capacity = jumlah mesin x jam kerja mesin x persentase penggunaan x efesiensi sistem . ... (2.1) Sebagai contoh, suatu pusat kerja beroperasi 6 hari per minggu dengan basis dua shift (8 jam per shift) dan mempunyai 4 mesin dengan kemampuan sama. Bila mesin-mesin digunakan 75 % dari waktu pada tingkat efisiensi sebesar 90%, tingkat keluaran dalam jam kerja standar per minggu dapat dihitung sebagai berikut :
Rated Capacity = (4) (8 x 6 x 2) (0,75) (0,90) = 259 jam kerja standar/minggu
Kapasitas yang dinyatakan dalam rate tesebut (misal, jam standar per minggu) dipengaruhi oleh berbagai faktor ; baik faktor-faktor yang dapat dikendalikan (controllable) seperti tanah, tenaga kerja, fasilitas alternatif urutan pengerjaan, pemeliharaan preventif, dan sebagainya, maupun faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) seperti kerusakan mesin, tingkat absensi, kekurangan bahan, pengerjaan kembali dan sisa produksi, prestasi tenaga kerja, dan masalah-masalah peraltan yang tidak biasa. (Handoko, 1999)
II.7Biaya Produksi
Dalam suatu biaya sebenarnya diketahui ada 2 istilah atau terminology biaya yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
1. Biaya (cost) yang dimaksud dengan pengertian biaya adalah semua pengorbanan yang dibutuhkan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang diukur dengan nilai uang
2. Pengeluaran (expence) yang dimaksud dengan expence ini biasanya berkaitan dengan sejumlah uang yang dikeluarkan atau dibayarkan dalam rangka mendapatkan suatu hasil yang diharapkan. (Yamit, 2003)
23 Dalam kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya (cost) memiliki pengertian yang jauh lebih lengkap dan mendalam dari pengeluaran
Klarifikasi Biaya
Konsep dan istilah berkembang selaras dengan kebutuhan disiplin keilmuan dan profesi (ekonom, insinyur, akuntan, dan desainer) sehingga dalam pengklarifikasian biaya banyak pendekatan yang dapat detemui. Oleh karena itu klasifikasi biaya dapat terbagi menjadi:
1. Biaya berdasarkan waktu Biaya berdasarkan waktu, meliputi:
a. Biaya masa lalu (hystorical cost), yaitu biaya yang secara rill telah dikeluarkan dan dapat dibuktikan dengan catatan historis pengeluaran kegiatan
b. Biaya perkiraan (predictive cost), yaitu perkiraan biaya yang akan dikeluarkan bila kegiatan itu dilaksanakan
c. Biaya actual (actual cost), yaitu biaya yang dikeluarkan sebenarnya diwaktu sekarang
2. Biaya berdasarkan kelompok sifat penggunaannya Biaya berdasarkan kelompok sifat penggunaannya, meliputi:
a. Biaya investasi (investment cost), yaitu biaya yang ditanamkan dalam rangka mempersiapkan kebutuhan usaha untuk siap beroperasi dengan baik. Biaya ini dikeluarkan pada awal-awal kegiatan usaha dengan jumlah relatif besar dan berdampak jangka panjang. Biaya investasi sering disebut juga sebagai modal usaha.
b. Biaya operasional (operational cost), yaitu biaya yang dikeluarkan saat menjalankan aktivitas usaha. Biaya operasional bersifat periodik dan dikeluarkan secara rutin selama usaha itu masih berjalan
c. Biaya perawatan (maintenance cost), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk merawat, menjaga, menjamin performa kerja suatu fasilitas dan peralatan usaha agar selalu baik dan siap digunakan
3. Biaya berdasarkan produknya Biaya berdasarkan produknya, meliputi:
a. Biaya Fabrikasi (factory cost), yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat proses produksi. Biaya fabrikasi terbagi menjadi 3 unsur, yaitu biaya langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.
b. Biaya komersial (commercial cost), yaitu akumulasi biaya yang dibutuhkan untuk membuat produk dapat dijual diluar biaya produksi dan dipergunakan untuk perhitungan harga jual produk. Biaya komersial terdiri dari biaya umum, biaya pemasaran, dan pajak usaha.
4. Biaya berdasarkan volume produk Biaya berdasarkan volume produk, meliputi:
a. Biaya tetap (fixed cost), biaya yang dikeluarkan relatif sama walaupun volume produksinya berubah dalam batas tertentu
b. Biaya variable (variable cost), biaya yang berubah besarnya secara proposional dengan jumlah produk yang dibuat
c. Biaya semi variable (semi variable cost), biaya yang berubah tidak proposional dengan perubahan volume.
II.8Harga Pokok Produksi (HPP)
Harga Pokok Produksi (HPP) adalah penjumlahan dari tiga unsur biaya produksi yaitu bahan baku, upah langsung dan overhead pabrik (Machfoedz, 1995). Dalam menentukan harga pokok produksi, informasi dari biaya yang dikeluarkan selama proses produksi sangat penting. Ada dua metode pendekatan dalam menentukan harga pokok produksi, yaitu:
1. Full Costing
Metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang bersifat variabel maupun tetap.
2. Variable Costing
Variable costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan
biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. (Mulyadi, 2005)