1 KELIMPAHAN PLANKTON DI KAWASAN BUDIDAYA PERAIRAN TELUK CAROCOK TARUSAN KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR
SELATAN
Isendra Binata Eka Putra, Nawir Muhar, Lisa Deswati
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta E-mail : [email protected]
Abstrac
This study was conducted to determine Plankton Abundance, Relative Density and Frequency of Presence (FK). While the benefits of this research are as a guide or reference for the development of Marine Aquaculture region. This study uses purposive sampling method, samples were taken using a plankton net set at 5 stations are: Station I Carocok floating cages Tarusan PPP, station II floating cages Devil's Island, the station BBI Grouper Hatchery Mande III, IV station floating net Fishermen groups Mande, V station floating net cages PT. Dempu Fuyang River Aquatic Nyalo. From the results of the study found as many as 17 species of plankton type and consists of 5 classes. For phytoplankton there are 4 classes:
Cyanophyceae (blue algae) found one species of Oscillatoria sp and Crysophyceae (yelow
algae) found 1spesies Noticula sp and Dinophyceae (algae blonde) found three species of
Ceratium sp, Perinidium sp, and Dinophysis sp. To Basillaryophyceae (diatoms) found 10
species of Asterionella sp, Bacteriastrum sp, Bidulphia sp, Chaetoceros sp, Climacodium sp,
Coscinodiscus sp, Diploneis sp, Gyrosigma sp, Navicula sp and Triceratium sp and found 1
for zooplankton crustaceans found 2 species of Cyclops sp and Nauplius sp. Highest abundance of plankton found in the station I totaled 19.819 individuals / liter with Relative Density 1.19 to 17.26 individuals / liter and the lowest numbered station III 13.918 individuals / liter with a relative density of 1.67 to 17.02 individuals / liter with frequency presence of 40-100%. Carocok Tarusan gulf surrounded by mangrove forests so high abundance of plankton and avoid environmental pollution, the bay can be seen abundantly Carocok Tarusan including criteria mesotrof waters have an abundance greater than ten thousand. So it's pretty good for the growth of plankton and are very supportive for the development of marine aquaculture areas.
Keyword :plankton, Carocok Tarusan gulf, abundance, relative density, frequency of existence
Pendahuluan
Berkembangnya usaha perikanan
terutama dalam usaha budidaya
merupakan salah satu dampak dari pertambahan jumlah penduduk. Untuk meningkatkan kebutuhan gizi, maka dikembangkan usaha Keramba Jaring
Apung di perairan Teluk Carocok
Tarusan. Disamping untuk mencukupi kebutuhan gizi juga merupakan peluang
usaha dibidang perikanan yang berperan cukup besar bagi sosial ekonomi karena mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi Menurut Husen, 1999 dalam Syandri, 2006. Keramba Jaring Apung dapat meningkatkan pendapatan daerah
setempat, mengurangi jumlah
pengangguran dan meningkatkan
pendapatan nasional. Tingkat kesuburan perairan dapat dilihat dari kelimpahannya yaitu autotrof mempunyai kelimpan besar
2
dari seratus ribu sampai jutaan
individu/liter dan mesotrof mempunyai kelimpahan besar dari sepuluh ribu sampai seratus ribu individu/liter dan oligotrof mempunyai kelimpahan dibawah sepuluh ribu individu/liter, (Prescot,
dalam Deswati, L.2000). Perairan Teluk
Carocok Tarusan mempunyai kelimpahan diatas sepuluh ribu individu/liter yang didebut mesotrof. Kelimpahan plankton di perairan tersebut dapat dikategorikan tidak subur apabila kurang dari sepuluh ribu individu/liter dan kelimpahan plankton di suatu perairan juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor abiotik yaitu suhu,
kecerahan, kecepatan arus, salinitas, pH dan DO menurut Kennish dalam Adnan. Menurut Sachlan (1998), diatom sebagai plankton mempunyai peranan yang sangat
penting bagi perikanan, karena
fitoplankton yang banyak terdapat di perairan laut dan payau adalah dari golongan diatom, misalnya: Chaetoceros sp, Bacteriastrum sp, Rhizosolenia sp,
Coscinodiscus sp dan Thalassiothrix sp.
Selain itu hampir semua hewan laut memulai kehidupannya sebagai plankton terutama pada tahap masih berupa telur dan larva (Nontji, 2001). Sedangkan kelimpahan tertinggi plankton umumnya terdapat di perairan estuaria, teluk dan pintu muara air laut (Nontji, 1996).
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kelimpahan plankton,
kerapatan relatif (KR) dan frekuensi keberadaan plankto (FK) di perairan
Teluk Carocok Tarusan. Manfaat
penelitian ini adalah sebagai pedoman atau acuan untuk pengembangan kawasan budidaya pantai di Teluk Carocok Tarusan Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dimulai pada tanggal 12 Mei sampai Juni 2013 di Perairan
Teluk Carocok Tarusan kenagarian
Carocok Anau Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.
Penelitian ini menggunakan
metoda Purposive Sampling yaitu
menetapkan 5 stasiun Penelitian di kawasan budidaya perairan Teluk Carocok Tarusan yaitu:
A. Stasiun I Keramba Jaring Apung
Pelabuhan Perikanan Pantai
Carocok Tarusan.
B. Stasiun II berada di Keramba Jaring Apung Pulau Setan.
C. Stasiun III berada di Hatchery BBI Kerapu Mande.
D. Stasiun IV berada di Keramba Jaring Apung Kelompok Mande.
3
E. Stasiun V berada di Keramba Jaring Apung PT.Dempo Fuyang Aquatic Sungai Nyalo.
Tabel I. Pengukuran parameter kimia dan fisika perairan:
Parameter Alat/Metode Satuan
Suhu Salinitas DO pH CO₂ Nitrat Phospat Kecerahan Termometer Air Raksa Refraktometer Titrasi pH meter pH digital Titrasi Titrasi Seichi ⁰C ppt ppm - ppm ppm ppm Meter
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini :
Larutan Formalin
MnSO₄ 50% (Mangan Sulfat) KOK + KI (Potasium Iodit) H₂SO₄ (Asam Sulfat pekat) Na₂S₂O₃25 N (Tiosulfat)
Amilum 1% (Larutan Pati) dan larutan NaOH 0,01 N
Peralatan yang digunakan adalah: Mikroskop Plankton net Botol sampel Buret Standar buret Erlemeyer Spuit Pipet hisap Selotipe Ember
Termometer air raksa
Kertas pH, label, tulis, dan lain-lain.
Spead Boat
Lapangan
Pada ke lima stasiun penelitian
diambil sampel menggunakan net
plankton dengan metode kualitatif yaitu menyaring air laut secara vertikal dengan ke dalaman 10 meter. Kemudian Sampel dimasukan ke dalam tabung sampel dan
dicampur 3 tetes formalin untuk
diawetkan kemudian sampel diamati di Laboratorium Biologi Universitas Bung Hatta
Laboratorium
Sampel diamati diLaboratorium Biologi Universitas Bung Hatta dengan
menggunakan metode Direct Count
perhitungan lansung. Pengamatan
menggunakan mikroskop dengan
pembesaran 10 x 10 dan 10 x 40. Sampel diiidentifikasi menggunakan buku acuan
(Sachlan) dan (Odum, 1971).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian diperoleh kelimpahan plankton, kerapatan relatif (KR) dan faktor keberadaan (KR) di
Perairan Teluk Carocok Tarusan
4
Pesisir Selatan seperti pada tabel 2 dibawah ini:
Tabel 2. Rata-rata Kelimpahan Plankton (Ind/L), Kerapatan Relatif (KR) (%), Frekuensi Keberadaan (%) (FK).
No Kelas dan Jenis Plankton
Kelimpahan Plankton Kerapatan Relatif (KR) (FK)
(Individu/Liter) (Individu/Liter) (%) T1 T2 T3 T4 T5 T 1 T 2 T3 T4 T5 I Cyanophyceae 1 Oscillatoria sp 354 944 1533 590 944 1,79 5,89 11,01 3,96 5,56 100 II Crysophyceae 2 Noctiluca sp - - - 236 826 - - - 1,57 4,86 40 III Dinophyceae 3 Ceratium sp 1062 708 1062 - 1297 5,36 4,41 7,63 - 7,64 80 4 Dinophysis sp 590 1062 590 944 472 2,98 6,62 4,24 6,3 2,78 100 5 Perinidium sp 236 354 708 472 1062 1,19 2,21 5,09 3,15 6,25 100 IV Basillaryophyceae sp 6 Asterionella sp - 590 236 590 1180 - 3,68 1,69 3,94 6,95 80 7 Bacteriastrum sp 2005 708 1297 1651 1769 10,12 3,68 9,32 11,02 10,41 100 8 Bidulphia sp 1180 1180 472 590 590 5,95 7,35 3,39 3,94 3,47 100 9 Chaetoceros sp 3185 2359 1651 2241 2241 16,07 14,7 11,86 14,96 13,19 100 10 Climacodium sp - 236 236 354 118 - 1,47 1,69 2,36 0,69 80 11 Cosinodiscus sp 1180 1062 - - 826 5,95 6,62 - - 4,86 60 12 Diploneis sp - 236 - 354 - - 1,47 - 2,36 - 40 13 Gyrosigma sp 826 1533 2005 826 1415 4,17 9,56 14,4 5,51 8,33 100 14 Naviculla sp 1533 472 - 708 1180 7,74 2,94 - 4,73 6,95 80 15 Triceratium sp 826 - 236 - - 4,17 - 1,69 - - 40 V Crustacea 16 Cyclops sp 3421 1415 1533 2595 1533 17,26 8,82 11,01 17,32 9,02 100 17 Nauplius sp 3421 3185 2359 2831 1533 17,26 19,85 17,02 18,89 9,02 100 18 Total Jenis 13 15 13 15 15 19 Total Individu 19.819 16.042 13.918 14.980 16.985
Ket: T = Stasiun pengambilan sampel KR = Kerapatan Relatif
FK =Frekuensi Keberadaan
Dari tabel 2 ditemukan plankton sebanyak 17 spesies terdiri dari 5 kelas. Untuk Phytoplankton ada 4 kelas yaitu: kelas Cynaophyceae (alga biru) ditemukan 1 spesies yaitu: Oscillatoria sp dan kelas Crysophyceae (alga kuning) ada 1 spesies
yaitu: Noticulla sp dan kelas Dinophyceae (alga pirang) ditemukan 3 spesies yaitu:
Ceratium sp, Dinophysis sp, Perinidium
sp dan kelas Basillaryophyceae (diatom) ditemukan 10 spesies yaitu: Asterionella sp, Bacteriastrum sp, Bidulphia sp,
5 Chaetoceros sp, Climacodium sp,
Cosinodiscus sp, Diploneis sp,
Gyrosigma sp, Navicula sp, Triceratium
sp dan untuk jenis Zooplankton ditemukan
1 kelas Crustacea (udang-udangan)
ditemukan 2 spesies yaitu: Cyclops sp dan
Nauplius sp. Dari kelima kelas yang
terbanyak ditemukan kelas
Basillaryophyceae (diatom) 10 spesies. Menurut (Tomas dalam Isnita 1997) jumlah kelas Basillaryophyceae (diatom) cukup banyak memiliki sebaran yang luas, dapat hidup pada berbagai tipe habitat yang berbeda-beda dan keberadaannya cenderung mendominasi perairan laut terbuka, teluk dan estuaria.
Pada tabel 2, rata-rata kelimpahan plankton, kerapatan relatif (KR) dan
frekuensi keberadaan(FK) adalah
kelimpahan plankton tertinggi ditemukan pada stasiun I dengan jumlah total 19.819 individu/liter terdapat 13 jenis spesies yang didominasi kelas Crustacea yaitu:
Cyclops sp dan Nauplius sp dengan
jumlah sama 3.421 individu/liter dan diikuti oleh kelas Basilaryophyceae yaitu:
Chaetoceros sp dengan jumalh 3.180
individu/liter. Selanjutnya, stasiun V dengan jumlah total 16.985 individu/liter terdapat 15 jenis spesies yang didominasi
kelas Basillaryophyceae yaitu:
Chaetoceros sp dengan jumlah 2.241
individu/liter dan diikuti oleh kelas
Crustacea yaitu Cyclops sp dan Nauplius
sp dengan jumlah sama 1.533
individu/liter. Selanjutnya, stasiun II dengan jumlah total 16.042 individu/liter terdapat 15 jenis spesies yang didominasi kelas Crustacea yaitu Nauplius sp dengan jumlah 2.359 individu/liter dan diikuti
kelas Basilaryophyceae yaitu:
Chaetoceros sp dengan jumlah 2.359
individu/liter. Selanjutnya, stasiun IV dengan jumlah total 14.980 individu/liter terdapat 14 jenis spesies yang didominasi kelas Crustacea yaitu: Nauplius sp 2.831 dan diikuti oleh kelas Basilaryophyceae yaitu Chaetoceros sp dengan jumlah 2.241 individu/liter. Selanjutnya, stasiun III dengan jumlah total 13.918 individu/liter terdapat 13 jenis spesies yang didominasi kelas Crustacea yaitu: Nauplius sp 2.359 individu/liter dan diikuti oleh kelas Basillaryophyceae yaitu: Gyrosigma sp dengan jumlah 2.005 individu/liter dan merupakan kelimpahan plankton yang terendah dari ke lima stasiun.
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa kelimpahan plankton tertinggi ditemukan pada stasiun I karena lokasi dekat
pemukiman penduduk dan banyak
ditemukan sampah - sampah anorganik dan organik kemudian dasar perairan stasiun I banyak lumpur. Selain itu,
kawasan ini merupakan tempat
6
terbawah oleh pengikisan air laut dan sungai juga arus pasang surut karena lumpur yang mempengaruhi faktor kimia dan fisika dalam perairan tersebut dengan pH yang cukup serta kadar CO₂ yang
memungkinkan plankton dapat
berkembang biak secara masal dengan waktu yang relatif cepat. Seperti yang diungkapkan oleh Michael dalam Muhar N, 1997. nitrat dan pospat merupakan dua unsur hara yang dibutuhkan oleh plankton untuk pertumbuhannya dan merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan plankton. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Adnan (1998) yang menyatakan bahwa tingginya kosentrasi plankton disebabkan oleh berbagai hal seperti: buangan limbah rumah tangga, zat hara yang terbawah arus air dari hulu sungai dan hembusan air yang keras sehingga nutrisi-nutrisi terbebas dari perairan.
Kelimpahan plankton juga
disebabkan kadar Oksigen terlarut yang terdapat pada stasiun 1 mencapai 4,3 ppm
akan sangat mendukung tingginya
pertumbuhan plankton pada stasiun ini. Disamping itu, kadar CO₂ pada stasiun I juga sangat baik untuk pertumbuhan plankton yaitu sekitar 3,8 ppm. bahwa daerah pantai merupakan zona yang mula-mula menerima masukan limbah di perairan, sehingga zona ini subur dan mempunyai kelimpahan plankton Stasiun
I berada di pinggir pantai yang merupakan zona pertama sekali menerima masukan limbah air payau, sedangkan stasiun II, III, IV dan V berada agak ketengah. Nontji (1993) juga berpendapat bahwa plankton dengan kelimpahan tertinggi umumnya terdapat diperairan mulut muara
sungai. Kelimpahan plankton pada
stasiunm V merupakan lokasi yang dekat dengan hutan bakau (mangrove) yang mempengaruhi tingkat kesuburan perairan dan kelimpahan plankton diperairan.
Kelimpahan plankton yang terendah terdapat pada stasiun III yang disebabkan oleh faktor arah arus yang kuat dan menentang arah hempasan gelombang sehingga plankton tidak dapat bertahan untuk menetap. Karena arus merupakan faktor utama yang membatasi penyebaran biota dalam perairan (Odum, 1971). Menurut Jakson dalam Isniati (1997) berbendapat bahwa arus laut dapat membawa larva plantonik jauh dari habitat induknya menuju ke tempat mereka menetap dan berkembang. Selain itu, Soeseno (1996) juga berpendapat bahwa plankton pada umumnya peka terhadap perubahan lingkungan apabila terjadi perubahan pH, pergerakan air dan cahaya matahari akan mempengaruhi tingkat kesuburan plankton. Kelimpahan Plankton dapat dilihat grafik dibawah ini.
7
Gambar 1. Histrogram rata-rata
kelimpahan plankton.
Jika kelimpahan plankton
meningkat maka kondisi biota perairan
tersebut akan meningkat pula jika
produksi plankton menurun maka jumlah biota selanjutnya akan menurun pula (Baso, 2005).
Kerapatan Relatif
Berdasarkan pada tabel 2 untuk kerapatan relatif berkisar antara antara 0,69 – 17,26%. Pada stasiun I kerapatan relatif antara 1,19 - 17,26%. Pada stasiun II kerapatan relatif antara 1,47 – 19,85%. Pada stasiun III kerapatan relatif antara 1,69 – 14,40%. Pada stasiun IV kerapatan relatif antara 1,57 – 18,89%. Pada stasiun V kerapatan relatif antara 0,69 – 13,19%.
Dari kelima stasiun pengamatan
kerapatan relatif yang tertinggi terdapat pada stasiun I. Secara umum kerapatan relatif tertinggi ditempati oleh kelas Crustacea (udang-udangan) yaitu berkisar
antara 19,85% yaitu spesies Nauplius sp, diikuti oleh kelas Basillaryophyceae (diatom) yaitu berkisar antara 16,07% spesies Climacodium sp dan spesies
Chaetoceros sp, diikuti kelas Cyanophyceae (alga biru) yaitu berkisar antara 11,01% yaitu spesies Oscillatoria sp. Dan kelas Dinophyceae (alga kresik) yaitu berkisar antara 7,64% yaitu spesies
Perinidium sp dan Ceratium sp. Untuk
Masing–masing kerapatan relatif secara berurutan adalah spesies Nauplius sp berkisar antara 18,89%, dan diikuti sepsis
Chaetoceros sp berkisar antara 14,07%,
spesies Ocilatoria sp berkisar antara 11,01%, spesies Ceratium sp berkisar antara 7,4%, spesies Noticula sp berkisar antara 4,86%.
Frekuensi Keberadaan
Berdasarkan pada tabel 2
Frekuensi keberadaan berkisar 40-100% dan Frekuensi Keberadaan yaitu spesies
Oscillatoria sp, spesies Bacteriastrum sp,
spesies Bidulphia sp, spesies Chaetoceros
sp, spesies Gyrosigma sp, spesies
Dinophysisi sp, spesies Perinidium sp,
spesies Cyclops sp dan spesies Nauplius sp dengan frekuensi keberadan 100% dan
dilanjutkan spesies Asterionella sp,
spesies Climacodium sp, spesies Navicula sp dan spesies Ceratium sp dengan frekuensi keberadaan 80% dan dilanjutkan spesies Cosinodiscus sp dengan frekuensi
19819 16042 13918 14980 16985 0 5000 10000 15000 20000 25000 I II III IV V 0 stasiun Ju m lah in d iv id u /l
8
keberadaan 60% dan dilanjutkan spesies
Diploneis sp, spesies Noctiluca sp dan
spesies Triceratium sp dengan frekuensi keberadaan 40%.
Keadaan Kualitas Air
Sifat kimia dan fisika pada
prinsipnya mencerminkan kualitas
perairan dan lingkungannya. Air
merupakan media kehidupan bagi jasad – jasad renik diperairan, oleh karena itu air
akan mempengaruhi kehidupan organisme perairan, hasil pengukuran parameter kualitas air di perairan Teluk Carocok Tarusan Kecamatan Koto XI Tarusan
Kabupaten Pesisir Selatan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil analisa rata – rata kualitas air di perairan Teluk Carocok Tarusan. Parameter Lokasi Stasiun I Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Kimia pH 8,4 8,3 8,2 8,4 8,4 DO (ppm) 4,3 4,9 4,4 4,4 5,5 CO(ppm) 3,8 3,8 3,6 3,6 4,1 NH₃(ppm) 0,4 0,4 0,3 0,4 0,3 PO₄(ppm) 0,3 0,5 0,4 0,3 0,4 Salinitas ‰ 29 31 31 32 33 Fisika Kecerahan (m) 4 6 6 8 9 Suhu (⁰C) 30 31 30 30 30
Menurut Tait, (1981) dalam Yus’a 1998 menyatakan bahwa kisaran nilai pH optimum bagi pertumbuhan plankton adalah 5,6 – 9,4 ppm dan Suhu rata-rata yang dilihat di perairan Teluk Carocok Tarusan yaitu 30⁰C, hal ini sangat mendukung bagi kehidupan organisme di perairan tersebut. Effendi dalam DKP TKI Sumbar (2003) bahwa kisaran suhu yang optimum untuk pertumbuhan plankton diperairan adalah 20° - 30°C. Menurut Nurra (2001) berpendapat bahwa kisaran
suhu air yang optimum untuk
pertumbuhan di daerah tropis berkisar antara 30⁰ - 31⁰C Derajat keasaman (pH) adalah 8,4. Perairan ini termasuk ke dalam batas normal. Selanjutnya “Kno, (2001) banyaknya plankton yang hidup pada salinitas 30 ppt seperti: Asterionella sp,
Chaetoceros sp, Cosinodiscus sp,
Ceratium sp dan Perinidium sp. Hal ini
sejalan dengan pendapat Wijaya (1998), jika derajat keasaman kurang dari 6 dan lebih dari 8,5 maka perairan tersebut sudah tercemar. Kadar oksigen terlarut di perairan Teluk Carocok Tarusan dengan
9
rata-rata 8,21 ppm Photosintesis
menghasilkan oksigen yang berguna untuk perobahan bahan organik Phytoplankton yang mati akan memerlukan oksigen dalam proses perobahan. Purnomo dan
Hanafi (1998) berpendapat bahwa
kandungan oksigen terlarut yang baik untuk perairan tidak boleh kurang dari 4,0 ppm. Selain itu CO₂ merupakan sumber utama karbon organik terlarut dalam air. Dari tabel 3 ini dapat disimpulkan bahwa kelimpahan plankton diteluk Carocok
Tarusan cukup baik belum terjadi
pencemaran.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tentang
kelimpahan plankton di perairan Teluk Carocok Tarusan Kecamatan Koto II Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Jenis plankton yang ditemukan
pada kelima stasiun yaitu 17 jenis terdiri dari 5 kelas yaitu: 4 kelas
phytoplankton dan 1 kelas
zooplankton. Dengan spesies
terbayak berada pada kelas yaitu Basilaryophyceae ada 10 spesies.
2. Kelimpahan plankton tertinggi
ditemukan pada stasiun I dengan jumlah 19.819 Individu/L dengan
kerapatan relatif 1,19-17,26
Invidu/L didominasi spesies
terbanyak Cycops sp dan Nauplius sp, dan yang terendah stasiun III dengan jumlah 13,918 Invidu/L dengan kerapatan relatif 1,67-17,02% Individu/L.
3. Frekuensi keberadaan plankton 40
– 100%.
4. Perairan Teluk Carocok Tarusan
tergolong kedalam perairan kriteria mesotrof dengan kelimpahan besar dari 10.000 cukup layak untuk kawasan budidaya perikanan laut.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Q. 1996. Studi perbandingan
komonitas phytoplankton di
Perairan Teluk Jakarta Antara
Muslim Barat dan Musim Timur. Lipi. Jakarta.
Anonymous, 2011. Kawasan Minapolitan di Carocok Tarusan. Proposal DKP TK II Pesisir Selatan.
Deswati, L. 2000. Komposisi dan Stuktur
Komunitas Fitoplankton Serta
Produktifitas Primer Perairan Danau
Maninjau. Tesis Program
Pascasarjana Universitas Andalas Padang.
Nyabaken, 1988. Bilologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Penerbit P.T Gramedia Jakarta.
Odum, E, 1981. Planktonologi. Penerbit Koresponden Cource Centre.
Purnomo. K dan Hanafi. 1985. Struktur
Komonitas Makro Zoobenthos
10
Aktivitas Manusia di Daerah Sungai Sikao Kabupaten Purwakarta Jawa Barat.
Restia, I 2010. Uji Kualitas Air Beserta Keberadaan Fitoplankton di Perairan Teluk Bungus kecamatan Teluk Kabung Kota Padang. Skiripsi Universitas Bung Hatta Padang. Sachlan,M. 1986. Plantonologi. Fakultas
Perikanan Institut Pertanian Bogor. Salijo, B. Dan Soemokil. 1971.
Oceanografi Umum dan Kondisi Oceanografi Perikanan Indonesia.
Penerbit Lembaga Penelitian
Perikanan Laut Jakarta.
Soeseno, 1996. Limnologi. Departemen
Pertanian Direktorat Jenderal
Perikanan SUMP Bogor.
Syandri, H dan Ariyani. Pengelolaan Budidaya Ikan Di Perairan Umum. Penerbit Bung Hatta University 2008.
Wijaya, T.S, 1998. Pencemaran
Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Yus’a, 1998. Distribusi phytoplankton Di lokasi Jala Apung Ikan Kerapu (Ephinepelus spp) di Teluk Buo Kodya Padang. Skiripsi Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta Padang.