• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN KELINCAHAN DAN KECEPATAN LARI SPRINT 100M MENGGUNAKAN MODEL PAKEM SEBAGAI MEDIA LATIHAN. Dedi Kenedi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN KELINCAHAN DAN KECEPATAN LARI SPRINT 100M MENGGUNAKAN MODEL PAKEM SEBAGAI MEDIA LATIHAN. Dedi Kenedi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah

Vol. 11, No. 1, Januari - April 2021

ISSN 0854-2172

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN KELINCAHAN DAN KECEPATAN

LARI SPRINT 100M MENGGUNAKAN MODEL PAKEM

SEBAGAI MEDIA LATIHAN

Dedi Kenedi

SMA Negeri 1 Cirebon, Jawa Barat dedi.kenedi@gmail.com

Abstract

Learning to run the 100m sprint at the high school level encountered several obstacles in demonstrating the sprint run which included technical obstacles in the form of how to start, how to swing hands, how to swing legs, how to enter the finish, and achievement obstacles such as the results of the time records obtained. For this reason, it is necessary to implement an appropriate learning strategy, namely by applying the PAKEM model. The model is hypothesized to have a significant impact if applied. The purpose of this study is to determine the difference in the effect of the PAKEM game concept learning method with elements on the basic skills of Sprint Running. The method used in this study is the experimental method which consists of two classes, namely the control class and the experimental class. The technique used in this study was done quantitatively, namely comparing the test results between the pretest and posttest. Based on this, a t-test was then conducted to compare the results or determine the effect of the application of the PAKEM model. The results showed that there was a significant difference in the effect between the PAKEM game concept method and the elements in influencing the achievement of learning outcomes for sprinting. In general, the sprint learning outcomes achieved by students using the game model (PAKEM) were better than those students who studied using the element method.

Keywords: Sprint 100m; Learning model; PAKEM models.

Abstrak

Pembelajaran lari sprint 100m di tingkat SMA mengalami beberapa kendala dalam mendemonstrasikan lari sprint yang meliputi kendala teknis berupa cara start, cara mengayun tangan, cara mengayun tungkai kaki, cara masuk finish, dan kendala prestasi seperti hasil catatan waktu yang diperolehnya. Utnuk itu, perlu dilakukan strategi pembelajaran yang tepat yaitu dengan menerapkan model PAKEM. Model tersebut dihipotesiskan memiliki dampak yag signifikan jika diterapkan. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara metode belajar konsep permainan PAKEM dengan elemen terhadap keterampilan dasar Lari Sprint. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen yang terdiri atas dua kelas yaitu kelas kontrol dan eksperimen. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif yaitu membandingkan hasil tes antara

pretest dan posttes. Berdasarkan hal tersebut kemudian dilakukan uji-t untuk mengetahui perbandingan hasil atau mengetahui pengaruh dari penerapan model PAKEM. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode konsep permainan PAKEM dengan elemen dalam mempengaruhi pencapaian prestasi hasil belajar lari sprint. Secara umum hasil belajar lari sprint yang dicapai siswa dengan model permainan (PAKEM) lebih baik dari pada siswa yang belajar dengan metode elemen.

(2)

© 2021 Dinamika Kata Kunci: Lari Sprint 100m; Model Pembelajaran; Model PAKEM

PENDAHULUAN

Pesatnya perkembangan dan kemajuan prestasi cabang olahraga atletik dewasa ini membuktikan bahwa tingkat persaingan diantara para atlet khususnya nomor sprint sangat ketat dan sengit. Hal ini dibuktikan oleh semakin menajamnya prestasi dan hasil dalam kejuaraan atletik tingkat dunia. Namun hal itu, berbanding terbalik dengan prestasi olahraga atletik di tanah air yang sekarang belum dapat dibanggakan, belum memberikan kontribusi prestasi yang optimal, belum dapat mengangkat prestasi bangsa Indonesia di arena Internasional.

Hal tersebut, karena terdapat permasalahan yang belum terungkap dan belum mendapatkan perhatian secara optimal. Sehingga, cabang olahraga atletik kurang berkembang dan tidak dapat berprestasi secara maksimal di tanah air sampai saat ini. beragam permasalahan tersebut yaitu (1) Tujuan dan sarana pembinaan yang tidak jelas, (2) Pola pembinaan yang kurang tepat, (3) Proses seleksi dan penetapan atlet, (4) Kurangnya fasilitas sarana prasarana pendukung, (5) Dana yang dibutuhkan/disediakan, (6) Pelatih yang berkualitas, (7) Penetapan program latihan yang kurang tepat, (8) Penyusunan program latihan tidak tepat, (9) Minimnya ajang kompetisi atletik, (10) Kurang mendapat perhatian dan penghargaan (dibandingkan cabang olahraga lainnya), dan (11) belum mendapatkan perhatian yang serius untuk dicari jalan pemecahannya. Kendala-kendala tersebut merupakan tantangan dan permasalahan yang mendasar dan klasik dalam pembinaan olahraga di tanah air, dalam upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi cabang olahraga atletik guna mencapai prestasi tinggi yang diharapkan

Selain itu, Sekolah sebagai institusi masyarakat, sebenarnya diharapkan mampu memenuhi kebutuhan atlet lari sprint yang berprestasi. Namun kenyataannya pada mata pelajaran pendidikan jasmani ada beberapa masalah untuk mendukung tercapainya hal itu, diantaranya pembelajaran olahraga mendapat porsi yang kecil sehingga tidak ada artinya dalam perkembangan prestasi dan pada pembelajaran lari sprint diajarkan sebagai keterampilan motorik dasar dan olahraga perorangan,

Sebagai kelanjutan dari proses pembelajaran di sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama, seharusnya peserta didik memiliki kemampuan untuk melakukan gerakan lari sprint yang efisien, dan memiliki keterampilan teknis dan pengetahuan yang memadai untuk melakukannya. Namun, di sekolah menengah atas mereka masih menemui kendala apabila diminta oleh guru untuk mendemonstrasikan lari sprint saat mata pelajaran lari sprint yang meliputi kendala teknis seperti cara start, cara mengayun tangan dan tungkai kaki, cara masuk finish dan kendala prestasi seperti hasil catatan waktu yang diperolehnya. Padahal, Kompetensi tersebut sebenarnya sudah lama diajarkan oleh guru Penjas, mulai dari siswa berada ditingkat sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) sampai sekolah menengah atas (SMA), namun kenyataannya siswa belum mampu

mengaplikasikan teknik dasar lari sprint dengan baik.

Berangkat dari kondisi dan beberapa masalah pembelajaran tersebut, diperlukan adanya upaya guru secara kontinu dan sistematis untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran mata pelajaran pendidikan jasmani. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah perlu diterapkannya metode pembelajaran yang memberikan kesempatan secara luas kepada siswa dalam proses pembelajaran. Insani, Supraptono, & Hakim (2016, h.8) dalam penelitiannya menjelaskan supaya peserta didik dapat memperoleh hasil yang maksimal maka diperlukan pembelajaran yang memiliki inovasi untuk mengatasi berbagai masalah yang ada. Salah satu metode pembelajaran yang dapat

(3)

h.4) menjelaskan model pembelajaran PAKEM pada dasarnya merupakan suatu proses di mana guru dapat mempengaruhi siswa di dalamnya berisi serangkaian tindakan atau perilaku tertentu terhadap masing-masing siswa yang dipengaruhi.

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana demikian rupa sehingga siswa aktif berbuat, bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi.

Iru & Arihi dalam (Laksmi dkk, 2020, h.4) menjelaskan bahwa model pembelajaran PAKEM mempunyai kelebihan yaitu AKEM merupakan pembelajaran yang mengembangkan kecakapan hidup, dalam PAKEM siswa belajar bekerja sama, PAKEM mendorong siswa untuk menghasilkan karya kreatif, PAKEM mendorong siswa dalam meraih tujuan yang ingin dicapai, PAKEM menghargai potensi semua siswa, dan program untuk meningkatkan PAKEM di sekolah harus ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya. kelebihan tersebut, secara teoritis model pembelajaran PAKEM mampu membuat siswa lebih aktif

Metode konsep permainan pakem merupakan salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar mata pelajaran penjas. Metode pembelajaran konsep menekankan tentang bagaimana belajar konsep lari sprint sekaligus juga berkembang keterampilan tekniknya sehingga menghasilkan siswa yang berprestasi. Melalui media belajar yang menarik, yaitu dengan botol bekas air mineral maka diharapkan tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan hati yang gembira ini maka diharapkan siswa menyenangi pelajaran lari sprint dan akhirnya menghasilkan prestasi dalam proses belajarnya nanti.

Pengajaran lari sprint dengan media botol mineral diharapkan siswa dapat mentransfer pengalaman belajar waktu permainan lari dengan botol mineral ke dalam pelajaran lari sprint yang sesungguhnya. Karena botol bekas air mineral ini ringan maka siswa bertambah keberaniannya. Dengan demikian siswa lebih banyak mencoba lari dibandingkan dengan yang menonton. Cara mentransfer pengalaman belajar saat permainan ke dalam lari sprint yang sesungguhnya inilah yang disebut dengan pendekatan permainan dalam metode konsep.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan pemakaian model PAKEM yaitu Maknun & Kuntjoro (2018) dan Mustafa & Roesdiyanto (2021). Mustafa & Roesdiyanto (2020) dalam penelitiannya menemukan bahwa model PAKEM dapat digunakan dalam materi pembelajaran keterampilan gerak pada pembelajaran PJOK di mana pembelajaran tersebut adalah bagian dari pendidikan dengan ciri khas membelajarkan siswa melalui aktivitas gerak jasmani untuk mencapai tujuan kompetensi. Isi materi PJOK yang mengarah dalam keterampilan salah satunya adalah teknik dasar permainan dalam olahraga. Jadi dengan karakteristik pelajaran PJOK yang demikian, maka model PAKEM dapat dirancang oleh guru dengan cara menyajikan model-model pembelajaran keterampilan gerak yang membuat siswa aktif, kreatif, dan senang. Sehingga tujuan dari kompetensi gerak dapat dicapai atau tingkat keefektifan pembelajaran baik. Namun model PAKEM juga memiliki kelemahan, yaitu guru harus senantiasa bekerja keran untuk membuat variasi-variasi dalam pembelajaran mulai dari media, metode, dan sumber belajar.

Maknun & Kuntjoro (2018) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa model PAKEM berpengaruh dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar, besarnya pengaruh model pembelajaran PAKEM terhadap motivasi dan hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan pada siswa kelas XI AK 1 di SMK Prapanca 2 Surabaya yaitu sebesar 24,78%.

(4)

Dari berbagai penelitian tersebut, tentu kita sudah mengetahui bagaimana pengaruh positif penggunaan PAKEM dalam pembelajaran. Selain itu, dari berbagai penelitian yang dilakukan tentunya penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Jika penelitian sebelumnya meneliti bola voli dan gerak dengan menerapkan model PAKEM. Namun penelitian ini meneliti model PAKEM untuk diterapkan pada materi lari sprint degan menggunakan media botol.

Berdasarkan hal tersebut penelitian ini menjadi menarik untuk dikaji. Maka, penelitian ini mengambil judul “Keefektifan Pembelajaran Kelincahan Dan Kecepatan Lari Sprint 100m Menggunakan

Model Pakem Sebagai Media Latihan Siswa Kelas X Mipa Sma Negeri 1 Cirebon” Adapun penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara metode belajar konsep permainan PAKEM dengan elemen terhadap keterampilan dasar Lari Sprint, untuk mengetahui apakah ada peningkatan permainan PAKEM sebagai media latihan siswa terhadap kelincahan dan kecepatan lari sprint 100 m, dan untuk mengetahui berapakah peningkatan siswa terhadap kelincahan dan kecepatan lari sprint 100 meter. Sebagai catatan artikel ini disusun berdasarkan Laporan Penelitian Tindakan Kelas yang telah peneliti buat sebelumnya. Laporan tersebut berjudul “Keefektifan

Pembelajaran Kelincahan Dan Kecepatan Lari Sprint 100m Menggunakan Model Pakem Sebagai Media Latihan Siswa Kelas X Mipa Sma Negeri 1 Cirebon”

METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dan metode yang digunakan adalah eksperimen. Penelitian in digunakan untuk mengetahui pengaruh dari pembelajaran PAKEM terhadap Kelincahan dan Kecepatan Lari Sprint 100m. pada desain penelitian ini terdapat pretest dan

posttest. Pretest merupakan hasil pembelajaran tanpa menggunakan model atau pembelajaran secara konvensional, setelah melakukan tahap tersebut kemudian mulai diberi perlakuan menggunakan model PAKEM dan setelah itu dilanjutkan dengan pemberian posttest untuk mengetahui hasil pengaruh model PAEKM yang telah dilakukan. Kemudian untuk mengetahui keefektifan model tersebut dilakukan uji-t antara hasil pretest dan posttest.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cirebon. Sekolah tersebut memiliki akreditasi A dan kurikulum yang diterapkan yaitu kurikulum 2013. Selain itu, dilihat dari segi sarana prasarana yang ada meliputi ruang kelas, masjid, perpustakaan buku, perpustakaan elektronik, laboratorium biologi, laboratorium fisika, laboratorium kima, laboratorium komputer, laboratorium bahasa dan

hotspot area. Tidak hanya itu SMA Negeri 1 Cirebon memiliki radio yaitu smansa radio pada gelombang 107,4FM. Waktu penelitian dilaksanakan bulan Juli sampai dengan Agustus 2019. 3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA-3 SMA Negeri 1 Cirebon sebanyak 8 kelas. Sedangkan sampel penelitian ini diambil secara acak dengan teknik random sampling sebanyak 36 siswa. Untuk menjaga homogenitas maka komposisi untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing 19 putra dan 16 putri. Sehingga total sampel adalah 35 orang.

4. Teknik Analisis Data

Teknik yasng digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif yaitu membandingkan hasil tes antara pretest dan posttest. Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dianalisis dan disimpulkan untuk mengetahui apakah dad perbedaan atau pengaruh dari pembelajaran sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan menggunakan model PAKEM 5. Langkah Penelitian

Langkah dalam penelitian ini dilaksanakan menggunakan tiga tahapan. Pertama pendahuluan yaitu mempersiapkan bahan-bahan serta membuat rancangan pembelajaran. Kedua tahap pelaksanaan yaitu menetapkan secara random kelompok mana yang dijadikan kelas

(5)

eksperimen dan kelas kontrol. Dalam hal ini kelas eksperimen diberi pembelajaran lari sprint dengan metode konsep dengan pendekatan permainan, yaitu melalui pengembangan dimensi permainan, sedangkan kelas kontrol diberi pembelajaran lari sprint dengan metode elemen dengan pendekatan

drill. Ketiga tahap akhir yaitu melakukan test akhir eksperimen. Test lari sprint seperti yang dahulu diberikan lagi dan dicatat waktunya. Siswa diberi kesempatan dua kali untuk lari sprint dan yang waktu yang tercepat dicatat sebagai skornya. Kemudian dihitung nilai rata-rata dari tiap kelas eksperimen dan dibandingkan atau di uji-t dengan hasil pretest

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil penelitian yang berupa tes hasil belajar lari sprint dengan menerapkan metode mengajar konsep permainan dan elemen dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Hasil belajar siswa putra yang belajar dengan metode konsep permainan diperoleh selisih skor antara pre-test dan post-test yang tertinggi 2.00 detik dan skor terendah 0.20 detik, skor rata-rata

1.07 detik dan simpangan baku (SD) sebesar 0.728.

b. Hasil belajar siswa putri yang belajar dengan metode konsep permainan diperoleh selisih skor antara pre-test dan post-test yang tertinggi 2.10 detik dan skor terendah 0.10 detik, skor rata-rata

1.00 detik dan simpangan baku (SD) sebesar 0.537.

c. Hasil belajar siswa putra yang belajar dengan metode elemen diperoleh selisih skor antara pre-test dan post-test yang tertinggi 1.70 dan skor terendah 0.00, skor rata-rata 0.72 dan simpangan baku (SD) sebesar 0.728.

d. Hasil belajar siswa putri yang belajar dengan metode elemen diperoleh selisih skor antara pre-test dan post-test yang tertinggi 1.80 dan skor terendah 0.20, skor rata-rata 0.76 dan simpangan baku (SD) sebesar 0.537.

Dari data berupa waktu tersebut kemudian dirubah dalam bentuk T-score. Hal ini disebabkan karena skor lari sprint yang berupa waktu itu memiliki arti yang sebaliknya dimana waktu sedikit menunjukkan suatu prestasi yang baik dibandingkan dengan waktu yang banyak. Misalnya A dapat menempuh lari sprint 100 m dengan waktu 12 detik sedangkan B dapat mencapai jarak 100 m dengan waktu 13 detik. Kesimpulannya pelari A lebih baik daripada pelari B. Dari selisih skor

pre-test dan post-test setelah diubah dalam T-score maka hasilnya adalah sebagai berikut Tabel 1 Rangkuman Data Hasil Belajar Lari Sprint

Jenis Kelamin

Statistik Metode Mengajar Jumlah Konsep Elemen Putra N SD 40 2092 52.30 3790 9.734 40 1908 47.70 3748 9.68 80 4000 50 7538 9.707 Putri N SD 40 2126 53.150 4599.10 10.722 40 1865 46.625 2629.38 8.107 80 3991 49.887 7228.48 9.414

Dengan pengukuran sebelum dan sesudah eksperimen itu dapatlah diketahui kenaikan rata-rata yang dicapai oleh tiap-tiap kelompok. Kenaikan rata-rata-rata-rata ini dapat dilihat dari Mean pada akhir eksperimen dikurangi dengan Mean pada awal eksperimen. Untuk kenaikan rata-rata kelompok

(6)

eksperimen disingkat MA, dan untuk kelompok kontrol disebut saja MB. Jadi MA diperoleh dari

(MEA-MES) sedang MB = MKA-MKS.

Dari tabel tersebut dapat dilihat MEA=13.02 detik dan MES= 11.95 detik, sedangkan putri

dapat dilihat dari tabel 4 yaitu MEA=14.50 detik dan MES= 13.51 detik. Jadi rumus MA = (MEA-MES),

jika dimasukkan nilai Mean akhir dikurangi Mean dari kelompok eksperimen putra akan menjadi MA

= 13.02 – 11.95, maka hasilnya adalah 1.07 detik, sedangkan kelompok eksperimen putri MA =

14.50 – 13.51, maka hasilnya adalah 0.99 detik.

Sedangkan dari kelompok kontrol putra (MB ), dapat kita lihat dari tabel 5 bahwa nilai Pre-test

MKA= 13.00 detik dan nilai Post-test MKS = 12.28 detik, sedangkan kelompok kontrol putri dapat kita

lihat dari tabel 6 yaitu nilai Pre-test MKA= 14.61 detik dan nilai Post-test MKS = 13.85 detik. Jika

dimasukkan nilai Mean akhir dikurangi dengan Mean awal dari kelompok kontrol putra akan menjadi MB = 13.00 – 12.28, maka hasilnya adalah 0.72 detik, sedangkan untuk kelompok kontrol

putri akan menjadi MB = 14.61 – 13.85, maka hasilnya adalah 0.76 detik

Jika pengaruh treatmentt kelas eksperimen dan treatment kelas kontrol tidak ada bedanya, maka kenaikan rata-rata dalam kelas eksperimen tidak akan berbeda dengan kenaikan rata-rata dalam kelas kontrol. Atau dengan kalimat lain MA = MB, atau lebih khusus lagi disebut MA-MB = 0.

Namun dari hasil perhitungan Mean diatas menunjukkan bahwa untuk kelompok putra 1.07 – 0.72 = 0.35, sedangkan untuk kelompok putri 0.99 – 0.76 = 0.23. Hal ini menunjukkan bahwa antara pendekatan konsep permainan PAKEM dan pendekatan elemen tidak sama efektifnya untuk menghasilkan prestasi belajar pada lari sprint sehingga ada perbedaan kenaikan rata-rata oleh karena perbedaan treatmentt itu.

Dalam prakteknya perbedaan kenaikan rata-rata itu selalu ada dalam setiap metode pembelajaran. Tetapi masalahnya ialah, apakah kenaikan rata-rata itu bedanya cukup besar sehingga dapat dianggap sebagai perbedaan yang menyolok, meyakinkan, atau tidak. Untuk menjawab pertanyaan itu maka diadakan test signifikansi. Dari tabel 7 itu menunjukkan nilai-nilai hasil test akhir dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam lari sprint. Yang dinilai disini adalah perbedaan Mean, dan untuk menyelesaikan itu guna test signifikansinya dipakai t-test untuk sampel terpisah (uncorrelated samples). Adapun rumus t-test dapat dilihat pada halaman 27.

Derajad kebebasan atau db untuk tes signifikansi dalam t-test ini adalah (na + nb-2) atau

(40+40-2) = 78. Agar signifikansi atas dasar taraf signifikansi 5% maka nilai-t yang diperoleh itu harus sama atau melebihi dari t-tabel yaitu 2.021. Bilangan ini dapat dilihat pada tabel distribusi-t dalam lampiran 10. Dari nilai-nilai yang diperoleh dari hasil eksperimen di atas setelah kita hitung dapat kita catat hasil-hasil sebagai berikut

Tabel 2 Ringkasan nilai t-test untuk putra dan putri

Jenis Kelamin T-test T-tabel

Putra Putri 2.093 3.031 2.021 2.021

Ternyata bahwa nilai-t yang diperoleh itu jauh di atas t-tabel. Karena itu perbedaan Mean yang diobservasi dari eksperimen itu dapat dipandang signifikan (berarti atau meyakinkan). konsekuensinya dugaan yang mengatakan tidak ada perbedaan pengaruh antara metode konsep permainan Pakem dan metode elemen untuk mengajarkan mata pelajaran Lari Sprint di kelas eksperimen , ditolak atas dasar taraf signifikansi 5%. Dengan demikian maka pembelajaran Penjas dengan menggunakan permainan PAKEM ternyata lebih efektif untuk menghasilkan prestasi belajar lari sprint pada siswa kelas X MIPA-3 SMA Negeri 1 Cirebon.

(7)

PEMBAHASAN

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Permainan pakem seperti mengisi botol 1500 ml bekas air mineral seperti dalam treatmentt penelitian ini, menuntut siswa untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.

Permainan PAKEM dengan menggunakan berbagai alat bantu yaitu botol air mineral 240 ml dan 1500 ml dapat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar penjas khususnya lari sprint dengan semangat yang tinggi, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Akibatnya prestasi hasil belajar siswa dapat meningkat.

Selain itu, permainan pakem merupakan pembelajaran yang menekankan kooperatif dan

interaktif, termasuk cara belajar kelompok atletik yang kreatif. Sebab biasanya pembelajaran atletik di sekolah cenderung individual. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Ditinjau dari metode latihan, permainan pakem pada dasarnya hampir sama dengan metode latihan kecepatan yang biasanya diterapkan oleh para pelatih atletik (lari sprint) yaitu hollow sprint dan interval sprinting. Hollow sprint merupakan suatu bentuk latihan yang dilakukan berselang. Hollow

sprint merupakan penggunaan dua sprint dengan adanya periode selang lekukan kecepatan (hollow) dengan jogging atau berjalan. Misalnya, lari sprint (kecepatan maksimal) 25 meter, pelan, 25 meter sprint 25 meter, kemudian jalan 25 meter. Jadi pelaksanaannya dalam satu ulangan (repetisi) yaitu, cepat-pelan-cepat. Di antara ulangan yang dilakukan diselingi dengan periode istirahat. Sedangkan latihan interval adalah latihan yang dilakukan dengan diselingi istirahat di antara ulangan yang dilakukan. Ciri khas utama latihan interval adalah adanya periode waktu tertentu untuk beristirahat setelah menjalankan kerja (latihan). Tipe kerja latihan interval adalah intermitten, yaitu kerja sebentar dan istirahat yang dilakukan berselang-seling. Contoh : Lari cepat 30 – 80 m, repetisi 10 – 16 kali, dalam 3-4 seri, dan istirahat antar ulangannya 2-3 menit.

Permainan Pakem lari sprintnya dapat dilihat pada saat mengambil botol mineral dan mengambil air dalam ember, lari pelan (jogging) terlihat saat membawa air menuju botol besar dan membawa bersama-sama botol yang penuh air itu dengan berlari pelan menuju finish, serta waktu istirahatnya tampak pada saat mengisi botol besar dengan air. Jadi pelaksanaannya dalam satu ulangan yaitu cepat-cepat-pelan-istirahat-cepat-jogging. Prinsip kerja dan istirahat (recovery) yang tersirat dalam permainan Pakem ini sesuai dengan pendapat para ahli olahraga bahwa periode recovery itu sama pentingnya dengan periode latihan. Namun demikian suasana latihan yang menyenangkan, gembira dan kerja sama serta rasa kebersamaan yang terlihat dalam permainan pakem ini tidak terdapat pada latihan hollow sprint atau interval sprinting..

Hasil dalam penelitian ini juga memiliki relevansi dengan penelitian lain mengenai pembelajaran olahraga atau penjasorkes yaitu Putra (2014), Saputra & Subarjo (2018), Wakhid (2019), Sari & Sutapa (2020)

Putra (2014) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Terdapat perbedaan terhadap belajar

shooting bola basket sesudah penerapan model pembelajaran PAKEM dapat dilihat berdasarkan uji

Paired Samples Test, didapat nilai thitung lebih besar dari ttabel. penerapan model pembelajaran PAKEM mempengaruhi hasil belajar shooting bola basket pada siswa IX SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro. 2. Besarnya pengaruh untuk hasil belajar shooting bola basket pada kelompok eksperimen saat sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran PAKEM yaitu sebesar 26,56%.

Saputra & Subarjo (2018) dalam penelitiannya menjelaskan Setelah menerapkan metode PAKEM pada pembelajaran tolak peluru yang dilaksanakan dalam dua siklus, mengamati dan

(8)

menganalisis rubrik penilaian siswa dan lembar observasi terdapat peningkatan kemampuan pembelajaran tolak peluru siswa kelas V SD N 163/8 Sungai Jernih, Muara Tabir, kabupaten Tebo. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti membuat beberapa kesimpulan yaitu: Pembelajaran efektif tolak peluru metode PAKEM dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD N 163/8 Sungai Jernih, Muara Tabir dalam tiga aspek penilaian yaitu kognitif, afektif, psikomotor.

Sari & Sutapa (2020) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa penerapan model PAKEM dinilai efektif ditinjau dari pemahaman materi, penguasaan aplikasi, dan pemahaman materi. Untuk itu Pendidik harus membuat metode pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan rekreatif merangsang siswa untuk rela terlibat aktif dalam pembelajaran daring dan merasakan kebermaknaan dari pembelajaran

Wakhid (2019) dalam penelitiannya menyimpulkan pada hasil uji hipoteisi pre-test dan post-test dari kelompok eksperimen jika thitung & ttabel maka "Ha diterima" sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dan pada tes kelincahan memperoleh nilai 4,319 >1,708, tes koordinasi memperoleh nilai 2,775 >1,708, tes keseimbangan memperoleh nilai 1,315 >1,708, tes kecepatan memperoleh nilai 2,665 >1,708. Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap keterampilan motorik.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode konsep permainan Pakem dengan elemen dalam mempengaruhi pencapaian prestasi hasil belajar lari sprint. Secara umum hasil belajar lari sprint yang dicapai siswa yang belajar dengan metode konsep permainan lebih baik daripada siswa yang belajar dengan metode elemen.

Setelah dibandingkan hasil pre-test dan post-test lari sprint 100 meter, maka hasil akhir ada peningkatan kelincahan dan kecepatan lari sprint 100 meter. Peningkatan siswa terhadap kelincahan dan kecepatan lari sprint 100 meter dari 160 siswa, maka rata-rata siswa mengalami kenaikan 1.05 detik untuk putra, dan 1.04 detik untuk siswa putri. Proses cara latihan siswa terhadap kelincahan dan kecepatan lari sprint 100 meter salah satunya dengan permainan pakem. Permainan pakem sebagai media latihan siswa terhadap kelincahan dan kecepatan lari sprint 100 meter memiliki keunggulan yaitu (1) Melatih start, cara berlari dan finish, (2) Melatih kelincahan dan kecepatan, (3) Bersifat variatif, (4) Melatih daya tahan, kekuatan otot tungkai dan koordinasi, dan (5) Menerapkan teknologi pembelajaran yang komunikatif.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian di atas membuktikan bahwa metode mengajar konsep dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama untuk mata pelajaran pendidikan jasmani. Metode mengajar konsep dapat menjadi alternatif pilihan sehingga metode pembelajaran sangat bervariasi dan merangsang motivasi berprestasi siswa serta mengembangkan strategi kognitif siswa. Untuk metode elemen dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang bersifat informatif terutama dengan metode komando dan pemberian tugas.

Diperlukan kondisi kelas atau sekolah yang mendukung belajar siswa dalam mencari, mencoba dan menemukan pemecahan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan kemampuan dan rasa tanggung jawab siswa, sehingga siswa secara leluasa dan termotivasi untuk belajar lebih mendalam.

(9)

Diperlukan guru yang profesional, maksudnya memiliki kemampuan dan keterampilan memberikan motivasi, membimbing dan mengarahkan siswa dalam mencari, mencoba, dan menemukan pemecahan masalah yang dihadapi sesuai dengan cara berpikir ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA

Anggara P,F. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan (PAKEM) Terhadap Hasil Belajar Shooting Bola Basket (Studi Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro). Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, 2(1).

Insani, H., Supraptono, E., & Hakim, L. (2016). Penerapan Model CTL Berbantuan Media Visual Novel dalam Mengidentifikasi Kegunaan Program Aplikasi. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia, 1(2). Kaban, R. H., Anzelina, D., Sinaga, R., & Silaban, P. J. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran PAKEM

terhadap Hasil Belajar Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(1), 102-109.

Laksmi, N. & Putra, M. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran PAKEM Berbasis Tri Kaya Parisudha Terhadap Kompetensi Pengetahuan PPKN Siswa Kelas IV. Jurnal Adat dan Budaya Indonesia, 2(1). Maknun, A. C. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran PAKEM Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar

PJOK. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, 6(2).

Mustafa, P. S., & Roesdiyanto, R. (2021). Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme melalui Model PAKEM dalam Permainan Bolavoli pada Sekolah Menengah Pertama. Jendela Olahraga, 6(1), 50-56.

Saputra, D. I. M. (2018). Upaya Meningkatkan Pembelajaran Tolak Peluru Yang Efektif dengan Metode Pakem pada Siswa Kelas V SD N 163/8 Muara Tabir Tebo. Jurnal Muara Pendidikan, 3(2), 159-168. Sari, D. P., & Sutapa, P. (2020, August). Efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh dengan Daring Selama Pandemi

Covid-19 Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK). In Seminar Nasional

Olahraga (Vol. 2, No. 1).

Wakhid, A. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (Pakem) dalam Pendidikan Jasmani, Olahraga, Kesehatan Terhadap Keterampilan Motorik Siswa Kelas IV di SDN 1 Serut Tulungagung. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, 7(3).

Gambar

Tabel 1 Rangkuman Data Hasil Belajar Lari Sprint  Jenis
Tabel 2 Ringkasan nilai t-test untuk putra dan putri

Referensi

Dokumen terkait

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Tata Busana..

Berdasarkan hasil analisis, pengujian secara simultan dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa variabel inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap

Dalam pengadaan barang (Aset Tetap) PT Bank XXXX Medan sangat ketat sekali Pengendalian nya hal ini dapat dilihat dari setiap seluruh Aset Tetap baik yang pengadaannya dilakukan

an kegiatan praktikum Siswa dapat menyimpulk an hasil praktikum yang telah dilakukan tanpa bantuan guru Siswa dapat menyimpulkan hasil praktikum dengan sedikit

[r]

Dari keseluruhan program penanggulangan kemiskinan tersebut, diharap- kan pengentasan kemiskinan khususnya pada sektor pertanian dan kemiskinan di perdesaan secara bertahap

Setelah mempelajari arsip menurut kata, asal usul dari beberapa sumber diatas, maka dapat disimpulkan bahwa arsip adalah kumpulan data/warkat/surat/naskah berupa

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Firdaus (2013), yang menemukan bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen