• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Asnawati (2013), bisnis internasional adalah bisnis yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Asnawati (2013), bisnis internasional adalah bisnis yang"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perdagangan Internasional

Menurut Asnawati (2013), bisnis internasional adalah bisnis yang kegiatan-kegiatannya melewati batas-batas negara. Definisi inti tidak hanya termasuk perdagangan internasional dan pemanufakturan di luar negeri, tetapi juga industri jasa yang berkembang di bidang-bidang seperti transportasi, pariwisata, perbankan, periklanan, konstruksi, perdagangan eceran, perdagangan besar, dan komunikasi massa. Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa perdagangan internasional adalah bagian dari bisnis internasional. Perdagangan Internasional merupakan kegiatan bisnis yang dilakukan antara negara yang satu dengan negara yang lain.

Suatu negara melakukan perdagangan internasional karena dua alasan utama yang masing-masing menyumbangkan keuntungan perdagangan bagi mereka. Alasan pertama, negara-negara berdagang karena setiap negara berbeda satu sama lain. Bangsa-bangsa, sebagaimana individu dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan-perbedan mereka melalui suatu pengaturan dimana setiap pihak melakukan sesuatu dengan relatif baik. Alasan kedua, negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai skala ekonomis dalam produksi, maksudnya jika setiap negara menghasilkan sejumlah barang tertentu maka mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien dibandingkan jika negara tersebut mencoba untuk memproduksi

(2)

segala jenis barang. Motif inilah dalam dunia nyata merupakan cerminan interaksi perdagangan internasional

Alasan untuk melaksanakan perdagangan internasional adalah berupa spesialisasi antar bangsa bangsa, yang dalam hubungannya dengan keunggulan atau kekuatan tertentu beserta kelemahannya itu maka suatu negara haruslah menentukan pilihan strategis untuk memproduksikan suatu komoditi yang strategis yaitu :

a. Memanfaatkan semaksimal mungkin kekuatan yang ternyata benar-benar paling unggul sehingga dapat menghasilkannya secara lebih efisien dan paling murah di antara Negara-negara yang lain.

b. Menitik beratkan pada komoditi yang memiliki kelemahan paling kecil diantara Negara-negara yang lain.

c. Mengkonsentrasikan perhatiannya untuk memproduksikan atau menguasai komoditi yang memiliki kelemahan yang tertinggi bagi negerinya.

B. Pengertian Ekspor

Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan importir.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.146/MPP/IV/1999 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, telah dijelaskan : Ekspor adalah mengeluarkan barang dari daerah

(3)

pabean sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (UU Kepabeanan No.10 th.1995).

Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam ke luar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1990:306). Ekspor adalah perdagangan dengan mengeluarkan barang dan dalam keluar pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku (Punan, 1996:1).

Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan ekspor adalah perdagangan atau penjualan barang atau jasa ke luar negeri melalui daerah pabean di Indonesia dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang diberlakukan.

C. Tahapan-tahapan Ekspor

Tahapan ekspor adalah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh eksportir apabila melakukan ekspor. Menurut sumber (Hamdani, 2003:50) tahapan ekspor adalah sebagai berikut :

1. Eksportir melaksanakan promosi

Promosi dapat dilakukan baik secara langsung/direct promotion/dengan mengikuti pameran dagang di dalam dan di luar negeri maupun tidak langsung/indirect promotion/melalui media cetak dan media elektronik.

2. Korespondensi

Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir luar negeri untuk menawarkan dan menegosiasikan komoditi yang akan dijualnya.

(4)

Dalam surat penawaran kepada importir harus dicantumkan jenis barang, mutunya, harganya, kemasan, syarat-syarat pengiriman, dan sebagainya. 3. Pembuatan kontrak dagang (Sales Contract)

Pembuatan kontrak dagang dapat dilakukan apabila eksportir menyetujui penawaran yang diajukan oleh eksportir maka importir dan eksportir membuat dan menendatangani kontrak dagang. Dalam kontrak dagang dicantumkan hal-hal yang disepakati bersama.

4. Penerbitan Letter of Credit (L/C)

Penerbitan L/C dapat dilakukan setelah kontak dagang ditanda tangani oleh pihak importir dan eksportir. L/C diterbitkan oleh pihak importir melalui bank korespondensi di negaranya dan mengirim L/C tersebut ke bank devisa di negara eksportir. Kemudian bank devisa yang ditunjuk memberitahukan diterimanya L/C atas nama eksportir kepada eksportir.

5. Eksportir menyiapkan barang ekspor

Eksportir mempersiapkan barang-barang yang dipesan importir setelah diterimanya L/C. Keadaan barang-barang yang disiapkan harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam kontrak dagang dan L/C. 6. Eksportir mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

Eksportir mendaftarkan Pemberitahan Ekspor Barang (PEB) ke Bea dan Cukai di pelabuhan muat dengan melampirkan uraian barang yang dikapalkan sampai diperoleh Nota Pelayanan Ekspor (NPE).

(5)

7. Inspeksi barang ekspor

Inspeksi barang ekspor dilakukan oleh pembeli (importir) untuk menginspeksi barang-barang yang sudah siap di ekspor, sebelum barang dimuat kedalam container. Inspeksi biasanya dilakukan oleh pihak yang ditunjuk pembeli (importir).

8. Pemesanan ruang kapal

Eksportir memesan ruang kapal dengan mengirim Shipping Instruction ke perusahaan pelayaran. Perusahaan pelayaran melakukan pengecekan kesediaan ruang kapal, kemudian memberikan D/O (Delivery Order) untuk mengambil container di depo container yang ditunjuk. Sedangkan untuk Less Than Container Load (LCL) barang dikirimkan ke Container Freight Station (CFS).

9. Pengiriman barang ke pelabuhan

Eksportir sendiri dapat mengirim barang ke pelabuhan. Pengiriman dan pengurusan barang ke pelabuhan dan kapal dapat juga dilakukan oleh perusahaan jasa pengiriman barang (Freight Forwarding/ EMKL). Dokumen-dokumen disertakan dalam pengiriman barang ke pelabuhan dan ke kapal.

10. Pemeriksaan Bea Cukai

Di pelabuhan dokumen ekspor diperiksa oleh pihak Bea Cukai. Apabila diperlukan barang-barang yang akan di ekspor diperiksa juga oleh Bea Cukai. Apabila barang dan dokumen telah sesuai dengan ketentuan maka Bea Cukai menandatangani pernyataan persetujuan muat yang ada pada PEB.

(6)

11. Pemuatan barang ke kapal

Pihak Bea Cukai menandatangani pernyataan muat yang ada di PEB kemudian barang dimuat ke atas kapal. Pihak pelayaran akan menerbitkan Bill of Lading (B/L) yang kemudian diserahkan pada eksportir.

12. Eksportir melengkapi dokumen ekspor

Eksportir mengurus semua dokumen ekspor yang diminta/dibutuhkan pembeli/importir sebagaimana yang tercantum dalam Sales Contract (SC) atau Letter of Credit (L/C).

13. Pencairan L/C

Dokumen ekspor yang sudah lengkap dan benar sesuai Sales Contract (SC) atau Letter of Credit (L/C) kemudian disampaikan ke Bank Devisa, untuk memperoleh pembayaran dari Bank (pencairan L/C).

14. Pengiriman barang ke importir

Selama barang dalam perjalanan dari pelabuhan muat ke pelabuhan tujuan, Bank Devisa mengirim dokumen ekspor ke bank importir. Di samping itu eksportir mengirim satu set lengkap copy dokumen kepada importir.

D. Ketentuan dan Persyaratan Ekspor

Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 01/MDAG/PER/1/2007 tanggal 22 Januari 2007, ekspor dapat dilakukan oleh setiap perusahaan atau perorangan yang telah memilki :

(7)

1. Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP)/ Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP).

2. Ijin Usaha dari Departemen Teknis/Lembaga Pemerintah non Departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

4. Izin Khusus Lainnya dari Departemen Teknis/Lembaga Pemerintah non Departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

E. Pengelompokan Barang Ekspor

Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 01/MDAG/PER/1/2007 Tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, barang-barang ekspor digolongkan menjadi 4 (empat) bagian, yaitu :

1. Barang yang Diatur Ekspornya

Pengaturan ekspor dilakukan sejalan dengan ketentuan perjanjian internasional, bilateral, regional maupun multilateral dalam rangka : a. Menjamin tersedianya bahan baku bagi industri dalam negeri. b. Melindungi lingkungan dan kelestarian alam.

c. Meningkatkan nilai tambah.

d. Memelihara prinsip-prinsip Kesehatan. Keamanan, Keselamatan, Lingkungan, dan Moral Bangsa (K3LM).

e. Meningkatkan daya saing dan posisi tawar. 1) Persyaratan :

(8)

b) Memenuhi persyaratan khusus sesuai dengan barang yang diatur.

c) Mendapat pengakuan sebagai Eksportir Terdaftar dari Menteri Perdagangan dalam hal ini Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri.

Contoh :

1) Eksportir Terdaftar Kopi (ETK). 2) Eksportir Terdaftar Maniok (ETM). 3) Eksportir Terdaftar Rotan (ETR).

4) Eksportir Terdaftar Produk Industri Kehutanan (ETPIK). 5) Eksportir Terdaftar Timah Batangan (ETTB).

6) Eksportir Terdaftar Prekursor (ETP). 2. Barang yang Diawasi Ekspornya

Penetapan terhadap barang yang diawasi ekspornya lebih disebabkan karena barang-barang tersebut sangat dibutuhkan di dalam negeri, hal ini dilakukan guna :

a. Menjaga stabilitas pengadaan, dan konsumsi dalam negeri. b. Menjaga kelestarian alam.

c. Memenuhi kebutuhan dan mendorong perkembangan industri di dalam negeri..

1) Persyaratan :

Eksportir yang akan mengekspor barang yang diawasi ekspornya, harus :

(9)

b) Memenuhi persyaratan khusus, yaitu telah mendapat rekomendasi dari Direktur Pembina Teknis yang bersangkutan dan/atau Instansi/Departemen lain yang terkait. c) Mendapat persetujuan ekspor dari Menteri Perdagangan atau

pejabat yang ditunjuk. Contoh :

1) Kelapa Sawit. 2) Bibit Sapi.

3) Benih Ikan Bandeng. 4) Emas, Ikan Bandeng, dll. 3. Barang yang Dilarang Ekspornya

Penetapan ketentuan terhadap barang yang dilarang ekspornya dikarenakan :

a. Untuk menjaga kelestarian alam. b. Tidak memenuhi standar mutu.

c. Untuk menjamin kebutuhan bahan baku bagi industri kecil/pengrajin. d. Peningkatan nilai tambah.

e. Merupakan barang bernilai sejarah dan budaya. 1) Dasar Hukum

a) Peraturan Bersama Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan dan Menteri Kehutanan Nomor 08/MIND/PER/2/2006, Nomor 01/M-DAG/PER/2/2006 dan Nomor P.08/Menhut-VI/2006 tanggal 1 Februari 2006 tentang Pencabutan Keputusan Bersama Menteri Kehutanan dan

(10)

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/Menhut-VI/2004 dan Nomor 598/MPP/Kep/9/2004 tanggal 24 September 2004 tentang Larangan Ekspor Bantalan Rel Kereta Api dari Kayu dan Kayu Gergajian.

b) Keputusan Bersama Menteri Kehutanan dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 1132/KPTS11/2001 dan Nomor 292/MPP/Kep/10/2001 tanggal 8 Oktober 2001 tentang Penghentian Ekspor Kayu Bulat dan Bahan Baku Serpih.

Contoh :

1) Kayu bulat serpihannya, kayu ramin, biji timah hitam.

2) Anak ikan arwana, ikan arwana, benih ikan sidat, udang galak air tawar.

3) Tanah liat, pasir, top soil (tanah humus). 4. Barang yang Bebas Ekspornya

Penetapan terhadap barang yang bebas ekspornya lebih disebabkan karena barang-barang tersebut bayak beredar atau tersedia di dalam negeri. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan diversifikasi pasar.

F. Dokumen Ekspor

Berikut ini akan dijelaskan bagaimana peranan dari masing-masing dokumen yang sangat penting bagi terlaksananya kegiatan ekspor. Di antaranya adalah :

(11)

1. Invoice

Invoice adalah nota perincian tentang keterangan barang-barang yang dijual dan harga dari barang-barang tersebut. Invoice ditujukan oleh penjual/exportir kepada pembeli/importir yang nama dan alamatnya sesuai dengan yang tercantum dalam L/C dan ditandatangani oleh orang yang memiliki hak untuk menandatangani.

Invoice dapat dibedakan menjadi 3, menurut (Hutabarat, 1990 : 93-100): a. Proforma Invoice : merupakan penawaran dari penjual kepada calon

pembeli atas barang yang dimilikinya.

b. Commercial Invoice : biasa disebut faktur dagang yaitu merupakan nota rincian tentang keterangan barang-barang yang dijual dan harga barang-barang tersebut.

c. Consular Invoice : adalah invoice yang dikeluarkan oleh instansi resmi, yakni kedutaan (konsulat).

Hal-hal yang tercantum dalam invoice: a. Nama dan alamat perusahaan pemasok.

b. Nama dan alamat pelabuhan muat, dan tanggal keberangkatan kapal. c. Nama dan alamat pelabuhan bongkar.

d. Nama dan alamat importir. e. Nama pengirim.

f. Nomor dan tanggal invoice. g. Nama kapal pengangkut. h. Jenis dan jumlah barang.

(12)

j. Merk dan nomor pengepakan. k. No dan tanggal L/C.

l. Bank pembuka L/C.

m. Jenis pembayaran yang digunakan. n. List harga untuk masing-masing barang. 2. Packing List/ Weight List

Packing list adalah dokumen yang menjelaskan tentang daftar isi barang yang dipak, dibungkus atau diikat dalam peti, kaleng, kardus dsb, yang fungsinya untuk memudahkan pemeriksaan oleh Bea dan Cukai pada waktu pembongkaran di negara tujuan. Isi pokok dari packing list antara lain : uraian barang, jenis bahan pembungkus, cara pengepakan, jumlah dan berat barang, serta isi dari masing-masing pembungkusan. Daftar isi barang tersebut dibuat oleh penjual atau eksportir.

Hal-hal yang tercantum dalam packing list, di antaranya adalah : a. Nama dan alamat importir.

b. Jenis dan jumlah barang untuk tiap-tiap kemasan. c. Berat kotor dan berat bersih.

d. Nama dan alamat perusahaan pengirim barang. e. Nama dan tanggal packing list.

3. Full set On Board Ocean Bill of Lading/ Airway Bill

Amir M.S (1980:42) menjelaskan, Bill of Lading adalah tanda terima barang yang telah dimuat di dalam kapal laut, yang juga merupakan documents of title yang berarti sebagai bukti atas pemilikan

(13)

barang, dan disamping itu merupakan bukti dari adanya perjanjian pengangkutan barang-barang malalui laut.

Bill of Lading merupakan bukti adanya perjanjian pengangkutan barang melalui laut dan dibuat sekurang-kurangnya rangkap 3 (full set B/L) yang penggunaannya satu lembar untuk pengirim barang (shipper) dan dua lembar untuk penerima barang (consignee).

Ada beberapa fungsi Bill of Lading. Di antaranya adalah : a. Bukti tanda penerimaan barang oleh carrier dari shipper.

b. Bukti kontrak pengangkutan dan penyerahan barang antara pihak pengangkut dan pengirim.

c. Bukti kepemilikan (document of title) yang menyatakan bahwa orang yang memegang B/L merupakan pemilik yang sah atas barang yang tercantum dalam B/L.

Sudijono dan Harimurti (2011:4) menjelaskan, terdapat beberapa jenis dari Bill of Lading berdasarkan kepemilikannya. diantaranya : a. Bearer Bill of Lading (B/L atas pemegang), setiap orang yang

memegang B/L ini dapat menagih barang-barang yang tersebut didalam B/L. Kata Bearer dicantumkan dibawah consignee.

b. Straight Bill of Lading (B/L atas nama), B/L ini mencantumkan nama consignee dengan menggunakan kata- consigned to

alamat consignee.

c. Order Bill of Lading (dibuat atas order), mencantumkan kata-kata consigned to order of to the order of to order depan atau di belakang nama consignee, sehingga B/L ini dapat

(14)

dipindah-tangankan. Pemindahan kepemilikan oleh consignee kepada orang lain dilakukan dengan endorsment, yaitu menandatangani dan cap belakang B/L tersebut.

Sudijono dan Harimurti (2011:5) menjelaskan, terdapat beberapa jenis dari Bill of Lading sesuai dengan fungsinya. Di antaranya :

a. Shipped Bill of Lading

Merupakan dokumen yang menunjukkan bahwa barang telah dimuat di kapal. B/L ini tidak ditandatangani, tetapi dikembalikan kepada shipper, sebelum barangnya dimuat di kapal yang akan mengangkutnya ke tempat tujuan.

b. Revieved for Shipment Bill of Lading

Dipakai oleh perusahaan pelayaran waktu menerima barang dari shipper di gudang pelayaran atau tempat dibawah pengawasan serta di Inland Container Depot (ICD).

c. Through Bill of Lading

Dipakai untuk muatan transhipment, dimana pengangkut pertama bertanggung jawab untuk pengangkutan melalui pengangkut kedua melalui perwakilannya dimana barang dibongkar dahulu untuk dikapalkan dengan pengangkut kedua hingga ke tempat tujuan. d. Combinet Transport Bill of Lading

Dokumen perjalanan barang yang meliputi pengangkutan barang dengan menggunakan lebih dari satu jenis alat transportasi. Dokumen B/L ini dapat diperdagangkan.

(15)

e. Groupage Bill of Lading

Dipakai oleh forwarder dengan mengumpulkan beberapa jenis barang dari berbagai shipper dan mengirimnya sebagai suatu kesatuan. Pemilik kapal mengeluarkan Groupage B/L terhadap forwarder selanjutnya untuk setiap shipper menerima House Bill of Lading dari forwarder.

f. House Bill of Lading

B/L yang digunakan untuk pengiriman barang dari beberapa shipper terutama yang menggunakan Less Container Load (LCL) dengan tujuan agar barang tidak tercampur dengan barang milik importir lain, untuk memudahkan importir menerima barangnya di pelabuhan bongkar tujuan. House B/L biasanya juga digunakan oleh beberapa kapal antar pulau di Indonesia yang pengirimannya tidak sampai satu container penuh.

Ada beberapa kondisi yang berhubungan dengan Bill of Lading, diantaranya dalah :

a. Clean Bill of Lading

Apabila B/L tersebut tidak terdapat catatan/coretan tentang shipped

b. Unclean/ Dirty/ Claused Bill of Lading

Apabila terjadi kekurangan, pengepakan yang tidak bagus, rusak dan Old Gunny Bags Stained

(16)

c. Stale Bill of Lading

B/L yang belum sampai kepada cosignee atau agennya ketika kapal sudah sampai di pelabuhan tujuan. Oleh karena itu stale B/L dapat dihindarkan dengan cara dikeluarkan.

d. Surrended Bill of Lading

B/L yang ditahan oleh pelayaran/agennya. Sedangkan untuk pengeluaran barang dari pelabuhan pihak pelayaran/agennya mengirim telex copy B/L. Yang menyatakan bahwa B/L tersebut ditahan dan sebagai gantinya importir dapat mengeluarkan barang dengan menggunakan telex copy tersebut.

Beberapa hal yang tercantum dalam Bill of Lading, adalah : a. Nama dan alamat pengirim barang (Shipper).

b. Nama dan alamat penerima barang (Consignee).

c. Nama kapal yang mengangkut, feeder dan atau Ocean Vessel. d. Tujuan akhir pengapalan.

e. Nama dan alamat pelabuhan. f. Nama dan alamat pembongkaran. g. Jumlah asli dari B/L.

h. Nomor container, seal, merk, dan nomor kemasan (Shipping Marks). i. Nama, jumlah, berat bersih, berat kotor, dan ukuran barang yang

dikirim.

j. Ongkos muat, cara, dan tempat pembayaran. k. Cap dan tanda tangan agen pelayaran.

(17)

4. Asuransi/ Insurance

Asuransi (insurance) adalah persetujuan dimana pihak penanggung berjanji akan mengganti kerugian sehubungan dengan kerusakan-kerusakan, kerugian atau kehilangan laba yang diharapkan oleh pihak tertanggung yang diakibatkan oleh suatu kejadian yang tidak disangka.

Dalam transaksi eskpor-impor asuransi dalam pengangkutan barang melalui laut diken Marine Insurance Dalam Kontrak FOB dan CNF importir yang bertanggung jawab atas asuransi barang-barang. Namun dalam Kontrak CIF eksportirlah yang berhak menutup asuransi atas barang yang diekspor.

Beberapa hal yang tercantum dalam asuransi adalah : a. Nama dan alamat perusahaan yang menerbitkan polis. b. Nama dan alamat yang mengasuransikan.

c. Jumlah nilai pengangkutan. d. Tanggal dan nomor L/C.

e. Nomor dan tanggal polis dibuka,

f. Jumlah dan nama barang yang diasuransikan. g. Nomor B/L dan invoice.

h. Nama kapal pengangkutan. i. Tanggal kapal mulai berlayar. j. Nama pelabuhan asal.

k. Nama pelabuhan tujuan. l. Besarnya premi.

(18)

m. Biaya untuk pengadaan polis. 5. Certificate of Origin (COO)

Sudiyono (2009/2010) menjelaskan, COO disebut juga dengan Surat Keterangan Asal (SKA). Merupakan dokumen yang berdasarkan kesepakatan dalam perjanjian Bilateral, Regional, Multilateral,Unilateral atau karena ketentuan sepihak dari suatu negara tertentu, wajib disertakan pada waktu barang ekspor Indonesia akan memasuki wilayah negara tertentu yang membuktikan bahwa barang tersebut berasal, dihasilkan, atau diolah di Indonesia. Untuk jenis-jenis COO di Indonesia sendiri tergantung pada jenis barang dan negara tujuan. COO terdiri :

a. COO / SKA Preferensi : yaitu COO yang memeroleh penurunan/ pembebasan bea masuk.

1) COO form A : digunakan untuk ekspor ke negara maju/ pemberi fasilitas Generalized System Preferensi (GSP) antara lain; Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), USA, Australia + New Zealand, Jepang, Switzerland, Kanada, dan Eropa Timur.

2) COO form D : COO khusus Common Effective Prefential Tariff (CEPT) untuk AFTA (Asean Free Trade Area).

3) COO form ACFTA : digunakan khusus untuk ASEAN-Cina. 4) COO form AK : digunakan khusus untuk ASEAN-Korea.

5) COO form CoA (Certificate of Authencity) : COO yang hanya bisa digunakan untuk keperluan ekspor tembakau ke Eropa. 6) COO form GSTP (Generalized System Tariff Preferensi) : hanya

(19)

7) COO form IJEPA (Indonesia-Jepang Ekonomic Partnership Agreement) : digunakan khusus untuk Indonesia-Jepang.

8) COO form Handicraft : COO yang hanya bisa digunakan untuk keperluan ekspor kerajinan tangan khusus Handicraft ke Eropa. 9) COO form ICC (Industrial Craft Certivicate) : COO yang hanya

bisa digunakan untuk keperluan ekspor kerajinan tangan khusus ke Australia.

10) COO form AI : digunakan khusus untuk ASEAN-India. b. COO / SKA Non-Preferensi

Selain yang disebut dalam COO preferensi, dibawah ini adalah jenis-jenis COO non-preferansi, diantaranya adalah :

1) COO form B : bersifat Unilateral. Bisa digunakan ke seluruh dunia, selain negara-negara yang tercantum dalam COO preferensi.

2) COO form TP (Textil Product) : COO khusus TPT (Textil dan Produk Textil) dengan tujuan ekspor ke Uni-Eropa.

3) COO form Amex 3 (M) : COO yang digunakan khusus dengan negara tujuan Mexico. COO jenis ini ditulis dengan menggunakan bahasa spanyol.

4) COO form ICO (International Coffe Organisation) : digunakan untuk ekspor produk kopi ke negara-negara anggota ICO. Dengan

Ghana, Indonesia, Panama, Philipine, Vietnam. Dan negara-negara importir dan konsumen kopi, diantaranya : Austria,

(20)

Belgia, Denmark, Perancis, Jerman, Italia, Belanda, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat.

Di bawah ini merupakan kode dari masing-masing negara ASEAN untuk pengisian COO form D :

a. Singapura : ... /01/... b. Malaysia : ... /02/... c. Thailand : ... /03/... d. Philipina : ... /04/... e. Brunei Darussalam : ... /05/... f. Vietnam : ... /06/... g. Laos : ... /07/... h. Myanmar : ... /08/... i. Kamboja : ... /09/... Contoh : 011/SMG/02/14 Keterangan :

011 : nomor unit COO

SMG : instansi penerbit COO (Semarang) 02 : negara tujuan Malaysia

14 : tahun terbit COO 6. Sertifikat Fumigasi

Sertifikat fumigasi adalah sertifikat yang dikeluarkan sebagai prasyarat ekspor dan merupakan keterangan bebas dari hama dan bakteri yang dapat merusak atau mengurangi kualitas barang yang akan di

(21)

ekspor. Larutan dalam fumigasi biasanya dengan memberi larutan Natrium Bromide (Na Br) atau tergantung atas permintaan importir. (Komala D.N., 2010:32).

7. Sertifikat Surveyor/

Sertifikat Surveyor ( ) merupakan keterangan tentang keadaan barang yang dibuat oleh independent surveyor, juru pemeriksa barang atau barang resmi yang disahkan oleh pemerintah dan dikenal oleh Badan Dunia Perdagangan Internasional (Hutabarat, 1990:114). di Indonesia PT. Sucofindo yang berstatus sebagai correspondent dari SGS (Societe Generate de Survaillance). Sertifikat ini memberi jaminan antara lain :

a. Mutu dan jumlah barang. b. Ukuran dan berat barang. c. Keadaan barang.

d. Pembungkusan dan pengepakan.

e. Banyaknya satuan isi masing-masing pengepakan. 8. Certificate of Quality (Sertifikat Mutu)

Certificate of quality atau serfifikat mutu merupakan syarat keterangan yang menyatakan tentang mutu barang ekspor. Sertifikat ini dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Industri yang disahkan oleh pemerintah suatu negara.

Sertifikat mutu di Indonesia dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : a. Surat Pernyataan Mutu (SPM) : diterbitkan oleh eksportir biasa.

(22)

b. Sertifikat Mutu (SM) : diterbitkan oleh laboratorium yang telah ditunjuk.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan Surat Pernyataan Mutu (SPM) adalah :

a. Surat Pernyataan Mutu (SPM) hanya untuk mata dagangan yang telah ditetapkan pengawasan mutu.

b. Surat Pernyataan Mutu (SPM) dilampirkan pada lembar asli PEB dan disampaikan kepada Bank Devisa.

c. Dokumen Surat Pernyataan Mutu (SPM) yang dilampirkan dalam PEB merupakan dokumen aslinya.

d. PEB akan ditolak oleh Bank Devisa apabila :

1) Lembar asli PEB tidak dilampirkan dengan lembar asli Surat Pernyataan Mutu (SPM).

2) Surat Pernyataan Mutu (SPM) tidak diisi secara lengkap.

3) Pernyataan pada PEB lain dengan Surat Pernyataan Mutu (SPM). 9. Sanitary Health and Veterinary Certificate

Sanitary Certificate diperlukan untuk menyatakan bahwa bahan baku ekspor, tanaman-tanaman atau bagian-bahian dari hasil-hasil tanaman telah diperiksa dan bebas dari hama-hama penyakit (Hutabarat, 1990:130)

Dalam dokumen ini dijelaskan juga tingkat daya tahan barang, kebersihan serta aspek kesehatan lainnya. Dokumen ini diterbitkan oleh jawatan resmi yang telah ditunjuk oleh pemerintah.

(23)

G. Lembaga yang Berkaitan dengan Penerbitan Dokumen Ekspor

Komala D.N. (2010 : 34-37) menjelaskan, dalam pelaksanaan ekspor ada beberapa pihak yang berkaitan dengan dokumen yang diterbitkan yang ikut memperlancar proses ekspor sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pihak-pihak tersebut antara lain :

1. Bea Cukai

Kantor wilayah Bea Cukai yang berada dibawah Departemen Keuangan selaku pejabat yang mengawasi keluar masuknya barang dari wilayah hukum Indonesia. Dokumen yang diterbitkan adalah PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang).

2. Bank Devisa

Bank Devisa baik yang berstatus swasta maupun yang berstatus pemerintah berfungsi memberikan jasa perbankan sebagai media perantara antara pembeli dan penjual yang berada dalam dua wilayah hukum yang berbeda yang belum saling mengenal/ mempercayai satu sama lain.

Dokumen yang diterbitkan oleh bank antara lain : a. L/C (Letter of Credit).

b. SPP (Surat Setoran Pajak). c. Surat Setoran Bea Cukai, dan

(24)

3. Departemen Perdagangan

Departemen Perdagangan juga memiliki peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan ekspor. Mulai dari penerbitan SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan) sampai surat keterangan asal barang (Certificate of Origin) atau SKA (Surat Keterangan Asal) yang diperlukan dalam rangka keringanan bea masuk pada saat barang masuk di Negara tujuan. Dokumen yang diterbitkan Depperindag antara lain :

a. SKA (Surat Keterangan Asal). b. APE (Angka Pengenal Ekspor). c. Angka Pengenal Impor Umum. d. Angka Pengenal Impor Terdaftar. 4. Shipping Company

Sebagai pihak pengangkut (carrier), tentu memiliki peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan transaksi ekspor. Perusahaan pelayaran/Shipping Company biasanya berasal dari lokal maupun yang berada di luar negeri yang diwakili oleh agennya yang terdapat di Indonesia.

Dokumen yang diterbitkan oleh Perusahaan Pelayaran adalah : a. Bill of Lading.

b. .

5. Perusahaan Asuransi

Dalam kaitan dengan transaksi ekspor, perusahaan asuransi berfungsi mengamankan transaksi ekspor. Artinya eksportir kita dapat

(25)

mengasuransikan transaksi perdagangan Internasional tersebut sesuai dengan besarnya resiko terhadap pembeli barang tersebut.

Dokumen yang diterbitkan oleh Perusahaan Asuransi adalah : a. Cover Note.

b. Insurance Policy. 6. Badan Usaha Transportasi

Perusahaan jasa transportasi barang ekspor disebut juga dengan Forwarding Agent, yang tugasnya menyelenggarakan pengepakan, sampai membukukan barang yang diperdagangkan.

Dokumen yang diterbitkan oleh Badan Uaha Transportasi antara lain : a. Packing List.

b. Measurement List. c. Weight Note.

7. Badan Pemeriksa/Surveyor

Di Indonesia, PT. Sucofindo yang berstatus sebagai correspondent dari SGS (Societe Generate de Survaillance). Sering dipergunakan jasanya untuk pemeriksaan komoditi ekspor baik yang bersifat Pure Inspection maupun pemeriksaan untuk pengembalian bea masuk atas bahan baku yang diproses untuk tujuan ekspor.

Dokumen yang diterbitkan oleh Badan Pemeriksa/Surveyor adalah : a. Certificate of Weight Note.

b. Survey Report.

(26)

8. Badan Pengajuan dan Sertifikasi Mutu Barang

Sertifikasi mutu barang umumnya dibuat oleh pabrik/balai pengujian barang yang diekspor termasuk tentang baru tidaknya barang, dan apakah telah memenuhi standar barang yang telah ditetapkan.

Dokumen yang diterbitkan oleh Badan Pengajuan dan Sertifikasi Mutu Barang antara lain :

a. Certificate of Quality. b. Test Certificate. c. Chemical Analysis. 9. Lembaga Fumigasi

Fumigasi merupakan pemberian suatu jenis obat dengan takaran tertentu terhadap barang yang akan dikirim, untuk menghindari kerusakan barang yang diakibatkan oleh hama perusak selama dalam pengangkutan. Dokumen yang diterbitkan adalah Sertifikat Bebas Hama atau Fumigasi.

10. Kantor Inspeksi Pajak

Wewenang pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor Inspeksi Pajak, adalah :

a. Melakukan pemeriksaan rutin terhadap Wajib Pajak yang terpilih untuk diperiksa atas dasar kriteria seleksi (yang bukan merupakan wewenang pemeriksaan Kantor Pusat atau Kantor Wilayah).

b. Melakukan pemeriksaan rutin terhadap Wajib Pajak yang terpilih atas dasar kriteria seleksi yang wewenang pemeriksaannya dilepaskan oleh Kantor Pusat atau Kantor Wilayah.

(27)

c. Melakukan pemeriksaan khusus terhadap Wajib Pajak tertentu atas perintah/Ijin Direktur Jenderal Pajak berdasarkan usul Kepala Inspeksi Pajak melalui Kakanwil.

d. Melakukan pemeriksaan khusus terhadap Wajib Pajak tertentu berdasarkan delegasi wewenang Kantor Pusat atau Kantor Wilayah.

Dokumen yang diterbitkan oleh Kantor Inspeksi Pajak adalah NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

11. Badan Revitalisasi Industri Kehutanan (BRIK)

BRIK (Badan Revitalisasi Industri Kehutanan) dibentuk pada tanggal 13 Desember 2002. Organisasi nirlaba mitra Departemen Kehutanan, Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan ini, bertujuan untuk meningkatkan kembali peran industri kehutanan.

Melalui aktifitasnya, BRIK sebagai organisasi yang melayani kepentingan publik menyediakan data dan informasi yang dapat mendukung kepentingan Pemerintah. Para pelaku industri kehutanan khususnya, dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan sektor kehutanan umumnya. Endorsment (Pengesahan Ekspor) adalah salah satu layanan yang diberikan oleh BRIK kepada ETPIK.

Selain endorsment, BRIK juga melakukan verifikasi/pemeriksaan industri yang menyangkut keabsahan dokumen perijinan, keberadaan perusahaan, aktivitas produksi dan ekspor bersama-sama instansi pemerintah yang terkait. Sosialisasi regulasi pemerintah, informasi yang bermanfaat bagi anggota, dan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan pihak-pihak terkait merupakan bagian dari kegiatan BRIK.

(28)

H. Eksportir Terdaftar Produk Industri Kehutanan (ETPIK)

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 64/M-DAG/PER/10/2012 Tentang Ekspor Produk Industri Kehutanan, bahwa produk industri kehutanan perlu didukung oleh sumber bahan baku yang legal dan dikelola secara lestari. Dalam rangka mendorong ekspor dan mencegah perdagangan kayu dan produk kayu ilegal, penyesuaian dengan penetapan sistem klasifikasi barang yang baru dan standard verifikasi legalitas kayu, perlu adanya aturan untuk ekspor produk industri kehutanan.

Produk industri kehutanan adalah produk kayu olahan dan turunannya serta barang jadi rotan. Dimana didalamnya produk furniture/meuble juga merupakan bagian dari produk industri kehutanan.

Eksportir Terdaftar Produk Industri Kehutanan yang kemudian disingkat ETPIK adalah perusahaan industri kehutanan yang telah mendapat pengakuan untuk melakukan ekspor produk industri kehutanan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 64/M-DAG/PER/10/2012 Tentang Ekspor Produk Industri Kehutanan, pasal 3, Ekspor produk industri kehutanan hanya dapat dilaksanakan oleh:

1. Perusahaan industri kehutanan yang telah mendapat pengakuan sebagai ETPIK; dan

2. Perusahaan perdagangan di bidang ekspor produk industri kehutanan yang telah mendapat pengakuan sebagai ETPIK Non-Produsen.

ETPIK dan ETPIK Non-Produsen diterbitkan langsung oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Departemen Perdagangan. Dimana untuk

(29)

mendapatkan pengakuan sebagai ETPIK, perusahaan industri kehutanan harus mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Departemen Perdagangan.

(30)

38 BAB III

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Umum Perusahaan

CV. Manggala merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Manufaktur Furniture (Meuble). CV. Manggala juga merupakan perusahaan keluarga, di mana pendiri sekaligus pimpinan adalah Bapak Wiyadi Wangso Manggolo.

Karier dimulai pada tahun 1981, ketika mendapat kesempatan untuk memasok kusen, daun pintu dan jendela ke sebuah perusahaan developer yang terbiasa membuat rumah mewah untuk para pejabat khususnya di jawa tengah.

Pada tahun 1985, perusahaan ini mendirikan workshop pekerjaan kayu untuk keperluan bangunan di Jatirejo dan Depo penjualan kayu, yang mana pada awal berdirinya, CV. Manggala memasok kebutuhan di wilayah Klaten, Solo, Yogyakarta

Setelah beberapa tahun mengalami perkembangan, yang terbukti dengan bertambahnya Produk-produk furniture yang dihasilkan dan diorder semakin meningkat, pada tahun 1995, CV. Manggala mendirikan

dengan tanah seluas 10.000 dengan sistem terintegrasi mulai dari pengelolaan bahan baku dan pengeringan kayu untuk menghasilkan furniture yang berkualitas standar ekspor. Dan pada tahun 1995 ini juga,

Referensi

Dokumen terkait

terealisasi ( realized ) atas Utang Luar Negeri dalam mata uang asing pada

Dampak negatif terjadi akibat terganggunya arus lalu lintas yang menimbulkan kerugian - kerugian pada pemakai jalan berupa berkurangnya kenyamanan,

Ada tiga faktor fundamental yang mempengaruhi integrasi pasar modal yaitu, portofolio asing yang diproksikan dengan nilai pembelian bersih saham investor asing

Tugas dan tanggung jawab guru dalam upaya pengembangan kurikulum dalam tugas ini guru selalu dituntut untuk mencari gagasan baru, menyempurnakan praktek pendidikan

- Perlu adanya landasan peraturan yang kuat dalam kerjasama antara Kota Surakarta dengan Kabupaten Karanganyar terutama dalam pelayanan air bersih agar konflik

Berdasarkan permasalahan yang ingin diteliti, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui besaran pengaruh pendapatan, tingkat

Variabel IRR secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa triwulan I tahun 2013 sampai

 Memberi Lembar Evaluasi Siswa sebagai pemantapan teori  Meminta siswa untuk mempelajari materi yang sudah diberikan.  PERTEMUAN KE :