• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Titrasi Bebas Air

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Titrasi Bebas Air"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS FARMASI

O L E H

KELOMPOK : I (SATU) GOLONGAN : II (DUA)

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

JURUSAN FARMASI FIKES

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR SAMATA – GOWA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Titrasi bebas air adalah titrasi yang tidak menggunakan air sebagai pelarut tetapi digunakan pelarut organik. Seperti yang telah diketahui asam dan basa yang bersifat lemah seperti halnya asam-asam organik atau diklorida. Cara titrasi dalam lingkungan berair tidak dapat dilakukan karena disamping sukar larut dalam air.

Cara penetapan titran bebas air seringkali menimbulkan kesalahan-kesalahan dan dengan cara ini dapat dihindari dengan cara membuat zat dapar dan reaktif dalam air. Metode ini memiliki beberapa kentungan misalnya basa-basa organik dapat dalam pelarut dimana zat-zat itu dapat segera larut. Titrasi berguna terutama untuk penetapan kadar obat-obatan yang bersifat asam atau basa yang sangat lemah hingga titik akhir tidak akan terionisasi.

Pelarut yang digunakan dalam titrasi bebas air yaitu dibagi atas dua golongan yaitu golongan protolisis mislanya benzene, nitrobenzene. Sedangkan golongan amfiprotolisis misalnya asam asetat glasial. Adapun indikatornya yaitu berupa senyawa organik.

Adapun hubungan percobaan ini dengan dunia farmasi yaitu dalam hal penentuan kadar suatu sediaan obat yang sukar larut di dalam air, misalnya obat sulfa- SO2-NH- (Asam) dengan alkali metoksida (basa) dalam pelarut benzen-metanol atau difenil fermamida.

(3)

B. Maksud dan tujuan 1. Maksud percobaan

Mengetahui dan memahami pembakuan suatu zat dengan metode volumetri.

2. Tujuan percobaan

Menentukan kadar papaverin HCl dengan metode titrasi bebas air C. Prinsip percobaan

Penentuan kadar papaverin HCl dengan metode titrasi bebas air berdasarkan reaksi netralisasi dimana sampel dilarutkan dengan asam asetat glasial dan raksa (II) asetat. Kemudian dititrasi dengan HClO4 menggunakan indikator Kristal violet dengan titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari ungu menjadi hijau zamrud.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSATAKA A. Teori umum

Larutan standar biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret. Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap disebut titrasi dan zat akan ditetapkan, dititrasi. Titik (saat) pada masa reaksi itu tepat lengkap disebut titik ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis (atau titik akhir titrasi stoikiometri). Lengkapnya titrasi, lazim harus terdeteksi oleh suatu perubahan yang dapat disalah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar itu sendiri (misalnya KMnO4) atau lebih lazim lagi oleh penambahan suatu reagensia penambahan pembantu yang dikenal sebagai indikator. Setelah reaksi antara zat dan larutan standar praktis lengkap,indikator harus memberi perubahan visual yang jelas (entah suatu perubahan warna dan pembentukan endapan) dalam larutan yang sedang dititrasi. Titik (saat) pada mana ini terjadi disebut titik akhir titrasi. Pada titrasi yang ideal,titik akhir yang terlihat akan terjadi berbarengan dengan titik akhir stoikiometri akan teoritis. Namun dalam praktik biasanya akan terjadi perbedaan yang sangat sedikit ini merupakan kesalahan (errot) titrasi. Indikator dan kondisi-kondisi eksperimen harus dipilih sedemikian, sehingga perbedaan antara titik akhir terlihat dan titik ekivalen hanyalah sekecil mungkin. (Besset. 1994; 159)

Reagensia dengan konsetrasi yang diketahui itu disebut titran dan zat yang sedang dititrasi disebut titer. Untuk digunakan dalam analisis titrimetri. Suatu rekasi harus memenuhi kondisi-kondisi berikut:

1. Harus ada suatu reaksi yang sederhana,yang dapat dinyatakan dalam suatu penamaan kimia, zat yang akan ditetapkan harus bereaksi lengkap dengan reagensia dalam proporsi yang stoikiometri atau ekuivalen

(5)

2. Reaksi harus berlangsung dengan sekejap atau berjalan dengan sangat cepat sekali (kebanyakan reaksi ionic memenuhi kondisi ini). Dalam beberapa keadaan,penambahan suatu katalis akan menaikkan kecepatan reaksi itu.

3. Harus ada perubahan yang mencolok dalam energi bebas, yang dapat menimbulkan perubahan dalam beberapa sifat fisika atau kimia larutan pada titik ekuivalen

4. Harus tersedia suatu indikator, yang oleh perubahan sifat-sifat fisika (warna atau pembentukan endapan), harus dengan tajam menetapkan titik akhir titrasi. Jika tak tersedia indikator yang dapat dilihat mata untuk mendeteksi titik ekuivalen. Titik ekuivalen ini sering dapat ditetapkan dengan mengikuti hal-hal berikut selama jalannya titrasi :

a. Potensial antara sebuah elektroda, indikator dan sebuah elektroda pembanding (elektroda referensi) titrasi potensiometri

b. Perubahan dalam konduktivitas (daya hantar jenis) listrik larutan itu atau disebut juga titrasi konduktometri

c. Arus listrik yang mengalir melalui sel titrasi antar sebuah elektroda indikator (misalnya elektroda merkurium menetes).dan sebuah elektroda pembanding yang telah dipolarisasi (misalnya elektroda kalomel jenuh).

d. Perubahan absorbans larutan (titrasi spektrofotometri).

Titrasi bebas air (TBA) merupakan prosedur titrimetri yang paling umum digunakan untuk uji-uji dalam farmkaope. Metode ini mempunyai dua keuntungan yaitu :

1. Metode ini cocok untuk titrasi asam atau basa yang sangat lemah 2. Pelarutyang digunakan adalah pelarut organik yang juga mampu

(6)

Prosedur-prosedur yang paling digunakan untuk titrasi basa organik adalah dengan menggunakan titrasi asam perklorat dalam asam asetat.

Titrasi beba air sangat singkat, yaitu sebagai berikut; air dapat bersifat asam lemah atau basa lemah.Oleh karena itu, dalam lingkungan air, air yang dapat berkompetensi dengan asam atau basa yang sangat lemah dalam hal menerima atau memberi proton sebagaimana ditunjukkan dibawah ini :

H2O + H+ H3O+

Akan berkompetisi dengan RNH2 + H+ RNH3+ H2O + B OH- + BH+

Akan berkompetisi dengan ROH + B RO- + BH+

Kompetisi air dengan basa lemah dan asam lemah untuk memberi atau menerima proton. (Jenkis; 1967)

Adanya prilaku kompetisi ini berakibat pada kecilnya titik infeksi pada kurva titrasi asam sangat lemah dan basa sangat lemah sehingga mendekati batas pH 0 dan 14. Oleh karenaitu, deteksi titik akhir titrasi sangat sulit. Sebagai aturan umum : basa-basa dengan pKa <7 atau asam-asam dengan pKa>7 tidak dapat ditentukan kadarnya secara tepat pada media air. Berbagai macam pelarut organik dapat digunakan untuk mengambil air karena pelarut-pelarut ini kurang berkompetisi secara efektif dengan anlit dalam hal menerima atau memberi proton.

1. Titrasi bebas air basa-basa lemah

Asam asetat merupakan penerima proton yang sangat lemah sehingga tidak berkompetisi secara efektif dengan basa-basa lemah dalam hal menerima proton. Hanya asam yang sangat kuat yang mampu memprotonasi asam asetat.

Asam perklorat dalam larutan asam asetat merupakan asam yang paling kuat diantara asam-asam umum yang digunakan untuk titrasi basa lemah dalam medium bebas air. Dalam titrasi bebas air biasanya ditambahkan dengan asam asetat anhidrida dengan tujuan

(7)

untuk menghilangkan air yang ada dalam asetat perklorat. Adapun reaksi yang terjadi yaitu :

H2O + (CH3CO)2O 2CH3COOH

Sebagai indicator dapat digunakan : Oraset biru, kuinaldin merah, dan Kristal violet.

2. Titrasi bebas air asam-asam lemah

Untuk titrasi bebas air (TBA) asam lemah pelarut yang digunakan adalah pelarut yang tidak berkompetisi secara kuat dengan asam lemah dalam hal yang memberikan proton. Alcohol dan pelarut aprotik digunakan sebagai pelarut. Pelarut aprotik merupakan pelarut yang dapat menurunkan ionisasi asam dan basa.

(Gandjar. 2007; 141-144)

Titrasi bebas air relatif sederhana dan dapat dilakukan secara tepat dan teliti. Asam hidroksi benzoate dan turunannya dapat ditetapkan secara titrasi bebas air. Dalam pelarut basa, gugus hidroksil fenol dapat dititrasi sebagai asam sebaik gugus karboksilat. Asam salisislat setelah dilarutkan dalam dimetil formamid dapat dititrasi dengan dengan natrium metoksida dengan indicator ozo violet atau secara potensiometri. Pada titrasi potensiometri, asam salisilat menunjukkan dua buah titik akhir karena baik gugus hidroksil maupumn karboksil keduanya tertitrasi. Untuk asam P hidroksil benzoat tidak dapat dititrasi dengan metode ini sebab membentuk endapan yang menyebabkan titik akhir pucat. Asam salisilat dapat dititrasi sebagai asam karboksilat dalam benzene-metanol dan dalam asetoniril dengan titran natrium metilat dalam benzen methanol dengan indicator biru timol.

Amonium, litium, dan natrium salisilat dapat dititrasi dalam asam asetat glasial dengan asam perklorat. Titik akhir dapat ditetapkan dengan indikator Kristal violet atau secara potensiometri. (Sudjaji.2008; 17)

Pada tablet asetofenidin dapat juga dianalisis dengan titrasi bebas air. Asetofenetidin dapat dititrasi sebagai basa setelah dihidrolisis menjadi

(8)

P-fenetidin. Setelah hidrolisis, amin bebas diekstraksi kedalam kloroform dan dititrasi secara potensiometri dengan menggunakan larutan baku asam perklorat 0,02 N dalam dioksan. Sistem electrode gelas kalomel digunakan dalam titrasi ini.

Jika kafein ada maka kafein juga ikut akan terekstraksi kedalam kloroform akan tetapi kafein tidak mengganggu titrasi. (Sudjaji. 2008; 46) B. Uraian bahan

1. Asam astetat glasial (Dirjen POM.1979;42)

Nama resmi : ACIDUM ACETICUM GLACIALE Nama lain : Asam asetat glasial

Berat molekul : 60,05 Rumus molekul : C2H4O5

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; bau khas; tajam Kelarutan : Dapat bercampur denga air; dengan etanol (95%) P

dan gliserol P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Asam perklorat (Dirjen POM.1979;651) Nama resmi : ACIDUM PERKLORAT Nama lain : Asam perklorat

Berat molekul : 100,459 Rumus molekul : HClO4

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna Kelarutan : Bercampur dengan air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Sebagai larutan baku

(9)

Nama resmi : GERTIAN VIO Nama lain : Kristal violet Berat molekul : 408

Rumus molekul : C25H30ClN3

Pemerian : Hablur berwarna hijau tua

Kelarutan : Sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%)P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : Sebagai indikator

4. Papaverin HCl (Dirjen POM.1979;472-473)

Nama resmi : PAPAVERIN HYDROCHLORIDUM Nama lain : Papaverin HCl

Berat molekul : 375,86

Rumus molekul : C20H12NO4.HCl

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur,putih,tidak berbau, rasa pahit kemudian pedas

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 40 bagian air dan dalam lebih kurang 120 bagian etanol (95%)P, larurt dalam kloroform,praktis tidaklarut dalam eter P.

5. Raksa (II) asetat (Dirjen POM.1979;124) Nama resmi : HYDRAGYRI ACETICUM Nama lain : Raksa (II) asetat

Berat molekul : 318,63

Rumus molekul : (CH3CO2) Hg Pemerian : Serbuk hablur putih

Kelarutan : Larut dalam air hangat, jika didinginkan terhidrolisis Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi C. Prosedur kerja ( Haeriah. 2011; 14)

(10)

1. Pembuatan dan Standarisasi Larutan Asam perklorat 0,1 N a. Pembuatan larutan baku HClO4

Campurkan 8,5 mL Asam perklorat (70%) p dengan 500 mL asam asetat glasial p dan 21 mL Asam asetat anhidrida p, dinginkan. Tambahkan asam asetat glasial hingga 1000 mL.

b. Standarisasi Larutan HClO4 0,1 N dengan Kalium biftalat

Timbang seksama 700 mg kalium biftalat yang telah dikeringkan pada suhu 120o selama 2 jam. Larutkan dalam 50 mL asam asetat glasial p, kemudian dititrasi dengan asam perklorat 0,1 N dengan menggunakan indikator Kristal violet hingga terjadi perubahan warna dari ungu menjadi coklat.

Tiap mL HClO4 0,1 N setara dengan 20,40 mg Kalium biftalat

2. Penetapan sampel

a. Penetapan kadar efedrin HCl

Timbang seksama lebih kurang 500 mg sampel, larutkan dalam 25 mL asam asetat glacial P. Tambahkan 10 mL raksa (II) asetat LP dan 2 tetes Kristal violet. Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N hingga warna hijau zamrud. Lakukan penetapan blanko. Ulangi perlakuan 2 kali lagi, hitung kadar efedrin HCl dalam sampel.

Tiap mL asam perklorat 0,1 N setara dengan 20,17 Efedrin HCl

b. Penetapan kadar kafeina

Timbang seksama 400 mg sampel kafeina,larutkan dalam 40 mL asam asetat anhidrida. Panaskan dan didinginkan. Tambahkan 20 mL benzene p. Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N menggunakan indikator Kristal violet. Titrasi dilakukan hingga terjadi warna hijau zamrud. Ulangi perlakuan 2 kali lagi, hitung kadar kafeina dalam sampel.

(11)

BAB III

METODE PERCOBAAN A. Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret, corong, gelas kimia, gelas ukur, klem, labu Erlenmeyer, neraca analitik, pipet tetes, dan statif.

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam asetet glasial 10 mL, asam perklorat 0,0956 N, Kristal violet 3 tetes, dan papaverin HCl 0,2077 dan 0,208 g.

B. Cara kerja

Ditimbang 0,2077 g sampel papaverin HCl lalu dilarutkan kedalam 10 mL asam asetat glacial dan 10 mL raksa (II) asetat. Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator Kristal violet, setelah itu dititrasi dengan asam perklorat hingga berubah warna menjadi hijau zamrud. Ulangi dengan perlakuan yang sama dengan 0,208 g sampel papaverin HCl. Dilakukan titrasi blanko.

(12)

BAB IV

HASIL PENGAMATAN A. Table pengamatan

1. Titrasi dengan sampel

No Berat sampel Volume titran Perubahan warna 1. 0,2077 2 mL Ungu kehijau zamrud 2. 0,208 0,7 mL Ungu kehijau zamrud

2. Titrasi blanko

No Volume titran Perubahan warna 1. 0,1 mL Ungu kehijau zamrud

B. Perhitungan

1. Mgrek papaverin HCl = Mgrek HClO4 Mg/BE = V.N

Mg = V (Titransampel - Titranblanko).N.BE

= (2 – 0,1) . 0,0956 . 375,86 = 68,271 mg = 0,068271 g %kadar =

×

100 % = 32,87 % 2. Mgrek papaverin HCl = Mgrek HClO4

Mg/BE = V.N

Mg = V(Titransampel - Titranblanko). N.BE

= (0,7 – 0,1). 0,0956. 375,86 = 21,559 mg

(13)

% kadar =

×

100 % = 10,36 % % kadar rata-rata = = 38,05 % C. Reaksi  2 HCl + (CH3CO2)2Hg HgCl2 + 2CH3COOH

 HClO4 + CH3COOH CH3COOH2+ + ClO4 CH3O CH2 N + CH3COOH2+ CH3O OCH3 OCH3 CH3O CH2 NH+ + CH3COOH CH3O OCH3 OCH3

(14)

BAB V PEMBAHASAN

Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air sebagai pelarut. Titrasi bebas air merupakan prosedur titrimetri yang paling umum digunakan untuk uji-uji dalam farmakope. Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu :

1. Metode ini cocok untuk titrasi asam-asam atau basa-basa yang lemah 2. Pelarut yang digunakan adalah pelarut organik yang juga mampu

melarutkan analit-analit organik. Prosedur yang paling umum digunakan untuk titrasi asam perklorat dalam asam asetat glasial.

Pelarut yang digunakan dalam titrasi lingkungan bebas air yang dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

1. Pelarut protolisis

Biasa disebut dengan pelarut inert. Proton-proton ini tidak memberikan atau menerima proton, misalnya benzena,nitrobenzene, klorobenzena, dan kloroform.

2. Pelarut amfiprotolisis

Pelarut ini dapa memberikan atau menerima proton, dengan dapat bersifat sebagai suatu basa atau bersifat sebagai suatu asam. Salah satu pelarut dari golongan ini yang terpenting dan terbanyak digunakan adalah asam cuka biang.

Pada percobaan kali ini, sampel yang digunakan adalah papaverin HCl. Adapun langkah awal dalam percobaan ini yakni menyiapkan semua alat yang akan digunakan. Kemudian menimbang sampel sebanyak dua kali yaitu 0,2077 g dan 0,208 g. Setelah itu ditambahkan 10 mL asam asetat glasial lalu ditambahkan 2-3 tetes indikator Kristal violet. Selanjutnya dititrasi dengan asam perklorat 0,0956 N samapai terjadi perubahan warna dari ungu kehijau zamrud.

(15)

Disini asam asetat glasial digunakan sebagai pelarut, karena ia termasuk pelarut amfiprotolisis yang mana pelarut ini dapat memberi atau menerima proton sehingga pelarut ini dapat bersifat asam ataupun basa. Selanjutnya penambahan indikator Kristal violet yang dapat memberikan perubahan warna dari ungu kehijau zamrud. Perubahan warna ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor yakni pelarut yang digunakan sebagai penitrasi, banyaknya pasangan ion lain yang ada dalam larutan. Dengan demikian, perubahan warna yang tidak terjadi pada suatu daerah pH yang ditentukan dengan perhitungan akan tetapi harus dilakukan pada percobaan-percobaan dengan titrasi secara potensiometri atau visual, untuk mengetahui apakah indicator tersebut dapat digunakan dalam titrasi lingkungan bebas air. Kemudian indikator Kristal violet bersifat basa lemah yang berkompetisi sangat efektif dengan asam asetat untuk proton.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi titrasi bebas air adalah suhu dan kandungan air. Suhu pada umumnya dilakukan pada suhu kamar, apabila bukan pada suhu kamar maka akan mempengaruhi volume titran sehingga perlu dilakukan koreksi. Kandungan air, adanya air akan mengurangi ketajaman titik akhir titrasi.

Selanjutnya hubungan titrasi bebas air dalam bidang farmasi yaitu untuk menetapkan kadar senyawa yang terkandung dalam suatu sediaan obat. Tekhnik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar senyawa asam atau basa lemah yang sukar larut dalam air.

(16)

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil yaitu kadar papaverin pada perlakuan I HCl adalah 32,87%, dan untuk perlakuan II adalah 10,36% serta kadar rata-rata dari sampel papaverin HCl adalah 38,05%.

Hasil yang diperoleh berbeda dengan literatur, dimana kadar papaverin HCl yaitu 99,0%.

B. Saran

1. Untuk laboratorium

Dimohon bahan yang akan digunakan bisa tersedia semua, agar praktikan bisa melakukan percobaan dengan sempurna.

2. Untuk asisten

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. R. C Denney, G. H. Jefferey. J. Menclham. Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1994

Dijen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta; Depkes RI. 1979

Gholib gandjar, Ibnu dan Rohman, Abdul. Kimia Farmasi Kuantitatif. Yogyakarta; Pustaka Pelajar. 2009

Susanti, Wunas Yenny. Analisis Farmasi Kuantitatif. Makassar; UNHAS. 1992

Sudjaji dan Roman, Abduh. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta; Gadjah Mada University Press. 2008

(18)

SKEMA KERJA 1. Pembuatan larutan baku HClO4

8,5 mL Asam perklorat (70%) P + 5000 mL Asam asetat glasial P

Campurkan

+ Asam asetat anhidrida P 21 mL

Dinginkan

+ Asam asetat glacial hingga 1000 mL 2. Pembuatan indikator violet

100 mg Kristal violet

Larutkan dalam 10 mL Asam asetat glasial P

Kocok-kocok 3. Penetapan kadar papaverin HCl

Timbang 200 mg papaverin HCl

+ 10 mL Asam asetat glasial

+ 2-3 tetes indikator Kristal violet

Titrasi dengan HClO4

Amati perubahan warna (Ungu hijau zamrud)

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian pada tabung reaksi yang kedua ditambah dengan pb-asetat, pada percobaan ini tidak terjadi perubahan warna atau pun tidak terdapat koagulasi ataupun endapan yang

Perubahan warna yang terjadi adalah menjadi kuning, kemudian terjadi perubahan warna lagi setelah larutan NaOH dan HCl ditetesi fenoftalein dari

Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah indikator yang mempuyai trayek perubahan warna pada pH sekitar 7, sebab pada saat asam kuat dan basa kuat telah tepat

Dari percobaan yang telah dilakukan dan perhitungan yang telah didapatkan, dapat diketahui bahwa nilai panjang gelombang dari warna merah menuju warna ungu

Daerah perubahan warna indikator bromokresol dari kuning menjadi biru ketika terjadi peningkatan pH dan fenolftalin tidak berwarna pada pH rendah menjadi

Dititrasi natrium thiosulfat dengan kalium iodide sampai terjadi perubahan warna kuning hamper hilang dan kemudian ditambahkan 1 ml indicator

Saran dari percobaan ini adalah sebaiknya pada percobaan berikutnya digunakan Saran dari percobaan ini adalah sebaiknya pada percobaan berikutnya digunakan

Titik akhir titrasi dari larutan HCl sampel ditentukan dengan cara melihat lonjakan perubahan pH yang terjadi secara drastis dengan perubahan volume pentiter