MAKALAH MAKALAH
ASUHAN PADA IBU HAMIL DENGAN
ASUHAN PADA IBU HAMIL DENGAN
PRE EKLAMSIA
PRE EKLAMSIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Patofisiologi Disusun Untuk Memenuhi Tugas Patofisiologi
Dosen : Teguh Tri Sutarno P.,
Dosen : Teguh Tri Sutarno P., dr., M.M.RS.dr., M.M.RS.
Disusun Oleh : Disusun Oleh : Nama
Nama : : APRIYANIAPRIYANI Kelas
Kelas : : Reguler Reguler 11
PROGRAM D IV KEBIDANAN PROGRAM D IV KEBIDANAN
POLTEKES BHAKTI PERTIWI HUSADA CIREBON POLTEKES BHAKTI PERTIWI HUSADA CIREBON
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Segala puji penyusun ucapkan Kehadirat Allah SWT yang telah Segala puji penyusun ucapkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rakhmat dan hidayah_Nya sehingga dapat terselesaikannya makalah memberikan rakhmat dan hidayah_Nya sehingga dapat terselesaikannya makalah ini dengan judul “
ini dengan judul “Asuhan Pada Ibu Hamil Dengan Pre EklamsiaAsuhan Pada Ibu Hamil Dengan Pre Eklamsia”.”.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini hingga selesai. Tidak lupa penyusun telah membantu penyusunan makalah ini hingga selesai. Tidak lupa penyusun mengharapkan kritik dan saran yang dapat memperbaiki dalam pembuatan mengharapkan kritik dan saran yang dapat memperbaiki dalam pembuatan makalah selanjutnya.
makalah selanjutnya.
Akhir kata penyusun mengucapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat Akhir kata penyusun mengucapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
bagi kita kita semua semua khususnya khususnya bagi bagi penyusun penyusun dan dan umumnya umumnya bagi bagi para para pembacapembaca sekalian. Amiiin sekalian. Amiiin Cirebon, Juli 2017 Cirebon, Juli 2017 Penyusun Penyusun
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan Penulisan ... 3 BAB II ISI A. Contoh Kasus ... 4 B. Anatomi Fisiologi ... 4 C. Definisi ... 6 D. Etiologi ... 7 E. Faktor resiko ... 8 F. Patofisiologi ... 10
G. Tanda & Gejala ... 12
H. Pemeriksaan Penunjang ... 12
I. Asuhan dan Pelaksanaan ... 13
J. Prognosis ... 16
BAB III KESIMPULAN ... 18 DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi pada kehamilan adalah penyakit yang sudah umum dan merupakan salah satu dari tiga rangkaian penyakit yang mematikan, selain perdarahan dan infeksi, dan juga banyak memberikan kontribusi pada
morbiditas dan mortalitas ibu hamil.
Meskipun telah dilakukan penelitian yang intensif selama beberapa dekade, hipertensi yang dapat menyebabkan atau memperburuk kehamilan tetap menjadi masalah yang belum terpecahkan. Secara umum, preeklamsi merupakan suatu hipertensi yang disertai dengan proteinuria yang terjadi pada kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul setelah minggu ke-20 usia kehamilan dan paling sering terjadi pada primigravida. Jika timbul pada multigravida biasanya ada faktor predisposisi seperti kehamilan ganda, diabetes mellitus, obesitas, umur lebih dari 35 tahun dan sebab lainnya.
Morbiditas janin dari seorang wanita penderita hipertensi dalam kehamilan berhubungan secara langsung terhadap penurunan aliran darah efektif pada sirkulasi uteroplasental, juga karena terjadi persalinan kurang bulan pada kasus-kasus berat. Kematian janin diakibatkan hipoksia akut, karena sebab sekunder terhadap solusio plasenta atau vasospasme dan diawali dengan pertumbuhan janin terhambat (IUGR). Di negara berkembang, sekitar 25% mortalitas perinatal diakibatkan kelainan hipertensi dalam kehamilan.
Mortalitas maternal diakibatkan adanya hipertensi berat, kejang grand mal, dan kerusakan organ lainnya.
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia disamping pendarahan adalah pre-eklampsia atau eklampsia dan penyebab kematian perinatal yang tinggi. Pre-eklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Pada kondisi berat pre-eklamsia
dapat menjadi eklampsia dengan penambahan gejala kejang-kejang.
Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit, yakni yang langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal ini terjadi, istilah kesatuan penyakit diartikan bahwa kedua peristiwa dasarnya sama karena eklampsia merupakan peningkatan dari pre-eklamsia yang lebih berat dan berbahaya dengan tambahan gejala-gejala tertentu. Pre-eklampsia berat dan eklampsiamerupakanrisikoyang membahayakan ibu di samping membahayakan janin melalui placenta.Setiap tahun sekitar 50.000 ibu meninggal di dunia karena eklampsia. Insidens eklampsia di negara berkembang berkisar dari 1:100 sampai1:1700.
Beberapa kasus memperlihatkan keadaan yang tetap ringan sepanjang kehamilan. Pada stadium akhir yang disebut eklampsia, pasien akan mengalami kejang, Jika eklampsia tidak ditangani secara cepat akan terjadi kehilangan kesadaran dan kematian karena kegagalan jantung, kegagalan ginjal, kegagalan hati atau perdarahan otak. Oleh karena itu kejadian kejang pada penderita eklampsia harus dihindari. Karena eklampsia menyebabkan
B. Tujuan Penulisan
Setelah selesainya makalah ini mahasiswa diharapkan mengetahui dan mengerti tentang :
1. Anatomi Fisiologi Preeklamsia 2. Definisi Preeklamsia
3. Etiologi Preeklamsia 4. Patofisiologi Preeklamsia 5. Tanda & Gejala Preeklamsia
6. Pemeriksaan Penunjang Preeklamsia 7. Asuhan dan Pelaksanaan Preeklamsia 8. Prognosis Preeklamsia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Contoh Kasus Preeklamsia
Seorang Ibu usia 25 tahun, hamil pertama usia kehamilan 27 minggu, datang klinik bidan dengan keluhan penglihatan kabur, nyeri kepala berat, lelah, nyeri di daerah uluhati, serta bengkak pada tangan, kaki dan muka.
Setelah dilakukan pengkajian didapatkan TD 150/100 mmHg, S : 36,5oC janin presentasi kepala, kepala belum masuk PAP, punggung di kiri, denyut jantung janin (DJJ) (+) 144 x/m, His (-), taksiran berat janin 2300 g.
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi organ reproduksi wanita
Organ reproduksi wanita terbagi atas organ genitalia interna dan organ genitalia eksterna. Organ genitalia interna terdiri dari Uterus, Tuba Falopii, dan Ovarium. Dan organ genitalia eksterna terdiri dari Vulva, Mons Veneris, Labia Mayora, Labia Minora, Klitoris, Vestibulum, Bulbus Vestibuli, Introitus Vagina, dan Perineum. Organ genitalia eksterna adalah untuk senggama, sedangkan organ genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan sel telur, transportasi blastokis, implantasi dan tumbuh kembang janin (Wiknjosastro, 2007).
Gambar 2.1 Organ Reproduksi Eksterna (Wiknjosastro, 2007)
Gambar 2.2 Organ Interna wanita (Wiknjosastro, 2007) 2. Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada preeklamsia
Sirkulasi darah ibu pada kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke placenta uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar darah pula, mamae dan alat lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Tekanan darah akan turun selama 24 minggu pertama kehamilan akibat terjadi penurunan dalam perifer vaskuler resistensi yang disebabkan oleh pengaruh pergangan otot halus oleh progesteron. Selama kehamilan normal cardiac output meningkat
sekitar 30-50 % dan mencapai level maksimumnya selama trimester pertama atau kedua tetap tinggi selama persalinan.
Pada usia kehamilan 16 minggu mulai jelas terjadi hemodilusi. Setelah 24 minggu tekanan darah sedikit demi sedikit naik kembali pada tekanan darah sebelum aterm. Hemodilusi penambahan volume darah sekitar 25% dengan puncak pada usia kehamilan 32 minggu, sedangkan hematokrit mencapai level terendah pada minggu 30-32 minggu (Kusmiyati, 2008).
C. Definisi Preeklampsia
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan, prpre-eklampsia berat, pre-eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama.
D. Etiologi Preeklampsia
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Secara teoritik urutan urutan gejala yang timbul pada preeklamsi ialah edema, hipertensi, dan terakhir proteinuri. Sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas dapat dianggap bukan preeklamsi.
Dari gejala tersebut timbur hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang paling penting. Namun, penderita serinhkali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut.
Penyebab pre eklamsia dan eklamsia sampai sekarang belum diketahui, tetapi dewasa ini banyak ditemukan sebab pre eklamsia adalah iskemia placenta dan kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus, arteriola,
retensi natrium dan air juga koagulasi intravaskuler (Wiknjosastro, 2007). Telah terdapat teori yang mencoba menerangkan sebab musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang
memuaskan. Teori yang dapat diterima antara lain :
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidromnion, dan molahidatidosa
2. Sebab bertambahnya, frekuensi dan makin tuanya kehamilan
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus
E. Faktor Risiko Preeklamsia
Faktor predisposisi pre eklamsia yang harus diwaspadai menurut Hanifa
(2008), antara lain : Nuliparitas, riwayat keluarga dengan eklamsia dan pre
eklamsia, kehamilan ganda, diabetes, hipertensi kronis dan molahidatidosa.
Preeklampsia dapat ditemui pada sekitar 5-10% kehamilan, terutama
kehamilan pertama pada wanita berusia di atas 35 tahun. Frekuensi
pre-eklampsia pada primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan
multigravida, terutama pada primigravida muda. Diabetes mellitus, mola
hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, usia > 35 tahun, dan obesitas
merupakan faktor predisposisi terjadinya pre-eklampsia.
Penelitian berbagai faktor risiko terhadap hipertensi pada kehamilan /
pre-eklampsia / eklampsia, menurut Vivian dan Tri (2011) adalah sebagai
berikut :
a. Usia
Insidens tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua.
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat
Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi
laten
b. Paritas
Angka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun tua
primigravida tua risiko lebih tinggi untuk pre-eklampsia berat
c. Ras / golongan etnik
d. Faktor keturunan
Jika ada riwayat pre-eklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita, faktor risiko meningkat sampai + 25%
e. Faktor gen
Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait), yang ditentukan genotip ibu dan janin
f. Diet / gizi
Tidak ada hubungan bermakna antara menu / pola diet tertentu (WHO). Penelitian lain : kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadian yang tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang obese / overweight
g. Iklim / musim
Di daerah tropis insidens lebih tinggi h. Tingkah laku / sosioekonomi
Kebiasaan merokok : insidens pada ibu perokok lebih rendah, namun merokok selama hamil memiliki risiko kematian janin dan pertumbuhan janin terhambat yang jauh lebih tinggi. Aktifitas fisik selama hamil : istirahat baring yang cukup selama hamil mengurangi kemungkinan / insidens hipertensi dalam kehamilan.
i. Hiperplasentosis
Proteinuria dan hipertensi gravidarum lebih tinggi pada kehamilan kembar, dizigotik lebih tinggi daripada monozigotik.
k. Diabetes mellitus : angka kejadian yang ada kemungkinan
patofisiologinya bukan pre-eklampsia murni, melainkan disertai kelainan ginjal / vaskular primer akibat diabetesnya.
l. Mola hidatidosa : diduga degenerasi trofoblas berlebihan berperan menyebabkan pre-eklampsia. Pada kasus mola, hipertensi dan proteinuria terjadi lebih dini / pada usia kehamilan muda, dan ternyata hasil pemeriksaan patologi ginjal juga sesuai dengan pada pre-eklampsia.
m. Riwayat pre-eklampsia. n. Kehamilan pertama
o. Usia lebih dari 40 tahun dan remaja p. Obesitas
q. Kehamilan multiple r. Diabetes gestasional
s. Riwayat diabetes, penyakit ginjal, lupus, atau rheumatoid arthritis
F. Patofisiologi
Patofisiologi pre eklamsia setidaknya berkaitan dengan fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskuler sistemik, peningkatan curah jantung dan penuruan tekanan osmotik koloid pada pre eklamsia. Volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi ke unit janin utero plasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut
menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun (Prawirohardjo, 2007).
Penilaian klinik pre-eklampsia
Gejala / tanda lain Gejala / tanda lain
Nyeri kepala dan / atau Kejang Demam Trismus Nyeri Kepala Gangguan penglihatan Riwayat Kejang (+) Nyeri Kepala Spasme otot Gangguan dan / atau Demam (-) Kaku kuduk (+) muka Penglihatan Proteinuria dan / atau Kaku Kuduk (-) Disorlentasi Muntah
Koma Riwayat gejala
serupa Hipertensi Superimposed Kronik Preeclampsia
Tekanan Darah
Meningkat (TD ≥ 140/90 mmHg) Normal Epileps Malaria Serebral Meningitis Ensefalitis Tetanus MigraineHamil < 20 minggu Hamil > 20 minggu
Kejang (-) Kejang (+) Ringan Hi ertensi Berat Eklampsia Preeklampsia
G. Tanda dan Gejala
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun akan meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat.
Tanda gejala yang sering muncul yaitu tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam, Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam, Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu. Proteinuria 0,3 g atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada urine kateter atau urine aliran pertengahan.
H. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%)
2) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% ) 3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3) b. Urinalisis
c. Pemeriksaan Fungsi hati
4) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ) 5) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat 6) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
7) Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml )
8) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l )
9) Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl ) d. Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl ) 2. Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
b. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.
I. Asuhan dan Pelaksanaan
Prinsip dasar penatalaksanaan pre eklamsia menurut Vivian dan Tri (2011), adalah sebagai berikut :
2. Mencegah progresivitas penyakit menjadi ekslamsia
3. Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian
4. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah mataur atau imatur jika diketahui bahwa resiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.
Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, dan pemeriksaan untuk menentukan proteinuria. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini pre-eklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Karena para wanita biasanya tidak mengemukakan keluhan dan jarang memperhatikan tanda-tanda preeklampsia yang sudah terjadi, maka
deteksi dini keadaan ini memerlukan pengamatan yang cermat dengan masa-masa interval yang tepat.Kita perlu lebih waspada akan timbulnya pre-eklampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang telah diuraikan diatas. Walaupun timbulnya pre-eklampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita
a) Diet makanan.
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan protein dengan tambahan satu butir telus setiap hari. b) Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta
tidak mengalami gangguan. c) Pengawasan antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian: 1) Uji kemungkinan pre-eklampsia:
a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri
c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema d) Pemeriksaan protein urin
e) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, Gambaran darah umum, dan pemeriksaan retina mata.
2) Penilainan kondisi janin dalam rahim a) Pemantauan tingi fundus uteri
c) janin, pemantauan air ketuban
d) Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi.
e) Dalam keadaan yang meragukan, maka merujuk penderita merupakan sikap yang ha rus dipilah.
J. Prognosis
Kriteria Eden adalah kriteria untuk menentukan prognosis eklampsia. Kriteria Eden antara lain :
1. Koma yang lama ( prolonged coma) 2. Nadi diatas 120
3. Suhu 39,4°C atau lebih
4. Tekanan darah di atas 200 mmHg 5. Konvulsi lebih dari 10 kali
6. Proteinuria 10 g atau lebih
7. Tidak ada edema, edema menghilang
8. Bila tidak ada atau hanya satu kriteria di atas, eklampsia masuk ke kelas ringan; bila dijumpai 2 atau lebih masuk ke kelas berat dan prognosis akan lebih buruk.
9. Tingginya kematian ibu dan bayi di negara-negara berkembang disebabkan oleh kurang sempurnanya pengawasan masa antenatal dan natal. Penderita eklampsia sering datang terlambat sehingga terlambat memperoleh pengobatan yang tepat dan cepat.
10. Biasanya preeklampsia dan eklampsia murni tidak menyebabkan hipertensi menahun.
Kebanyakan wanita dengan preeklamsia ringan memiliki hasil kehamilan yang baik. Eklampsia merupakan kondisi serius dengan sekitar mortalitas (kematian) tingkat 2%.
Risiko kekambuhan preeklampsia bervariasi sesuai dengan onset dan keparahan kondisi. Wanita dengan preeklamsia berat yang memiliki onset kondisi awal kehamilan memiliki risiko kekambuhan tertinggi. Studi menunjukkan tingkat kekambuhan 25% sampai 65% untuk populasi ini. Hanya 5% sampai 7% dari wanita dengan preeklamsia ringan akan memiliki preeklamsia pada kehamilan berikutnya.
Wanita dengan preeklamsia mungkin pada peningkatan risiko untuk penyakit kardiovaskular di kemudian hari. Risiko ini terbesar pada wanita dengan onset awal preeklamsia berat. Penelitian ini sedang berlangsung untuk lebih memperjelas potensi risiko ini.
BAB III KESIMPULAN
Terjadinya preeklamsia akibat tekanan darah diastolik yang merupakan indikator dalam penanganan hipertensi dalam kehamilan, oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak tergantung pada keadaan emosional pasien.
Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik≥ 90 mmHg pada 2 pengukuran berjarak 1 jam atau lebih.
Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam:
1. Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan/atau dalam 48 jam post partum 2. Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20 minggu
Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi karena kehamilan, bahkan dapat membahayakan janin. Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karena kehamilan belum sepenuhnya terbukti, yang lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan cepat-tepat.
Kasus harus ditindak lanjuti secara berkala dan diberi penerangan yang jelas bilamana harus kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam rencana pendidikan, keluarga (suami, orang tua, mertua dll.) harus dilibatkan sejak awal. Pemasukan cairan terlalu banyak dapat mengakibatkan edema paru.
Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diasepam, dengan risiko terjadinya depresinafas pada neonatus.
DAFTAR PUSTAKA
Vivian Nany dan Sumiarsih, Tri (2011) Asuhan kehamilan untuk kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika.
Prawirohardjo. (2007). Ilmu Kandungan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hanifa Wiknjosastro. (2008). Ilmu Kandungan. Edisi 2. Jakarta : EGC
Devi Kurniasari dan Fiki Arifandini. (2014). Hubungan Usia, Paritas Dan Diabetes Mellitus Pada Kehamilan Dengan Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Holistik . Vol 9, No 3, Juli 2015: 142-150