• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ornamen Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh Kajian: Semiotika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ornamen Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh Kajian: Semiotika"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian mengenai makna semiotika sebelumnya telah dilakukan, di antaranya dengan judul:

1. Analisi Semiotika Pada Ornamen Masjid Raya Al-Ma’shun Medan oleh Nazwa Mustika (090704007), mahasiswi program S1 Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Hasil dari penelitian adalah terdapat 64 ornamen di Masjid Al-Ma’shun Medan. Tanda-tanda semiotika yang ditemukan pada ornamen Masjid Raya Al-Ma’shun Medan melingkupi tanda ikon, indeks dan simbol. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat 32 bentuk ornamen yang termasuk ikon, 32 ornamen yang termasuk indeks dan 32 ornamen yang termasuk simbol. 4 ornamen berada pada gerbang yang berbentuk geometris dan floralis (arabesque) yang terletak pada pintu, ventilasi, jendela dan langit-langit. 27 ornamen pada bangunan masjid yang bermotif gometris dan floralis serta ornamen bulan sabit yang terletak pada kubah. Lengkungan-lengkungan pada bangunan masjid yang berbentuk tapal kuda juga memiliki tanda semiotik berupa ikon, indeks dan simbol. Perbedaan penelitian (skripsi) tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah karena skripsi ini melakukan penelitian dengan objek yang berbeda. Selain daripada itu jika dilihat dari teori yang digunakan akan terlihat jelas perbedaannya, karena Nazwa Mustika menggunakan teori Semiotik Pierce, yaitu menggunakan trikotomi yang terdiri dari ikon (firstness), indeks (secondness), dan simbol (thirdness). Sedangkan penelitian ini menggunakan teori Roland Barthes yang mengemukakan tentang “order of signification”, yaitu denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang terlahir dari pengalaman kultural dan personal).

(2)

dengan pola tumbuh-tumbuhan, 13 buah ornamen dengan pola geometris dan 1 buah ornamen dengan pola alam atau kosmos. Adapun jenis-jenis ornamen tersebut yaitu, 10 buah ornamen Arab, 20 buah ornamen Melayu dan 1 buah ornamen China. Penelitian tersebut menggunakan teori Roland Barthes yaitu denotasi dan konotasi, yang mana teori ini juga yang akan peneliti gunakan untuk melakukan penelitian. Adapun perbedaan penelitian (skripsi) tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah objek yang diteliti berbeda, penelitian tersebut meneliti ornamen Masjid Azizi Langkat sedangkan objek yang peneliti ingin teliti adalah Masjid Raya Baiturrahman BandaAceh. Selain itu di Masjid Azizi Langkat lebih dominan ornamen Melayu dari pada ornamen Arab, dan juga terdapat jenis ornamen China. Sedangkan di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh hampir keseluruhan ornamennya jenis ornamen Arab atau Arabesque dan ornamen Aceh.

(3)

menggunakan teori trikotomi Pierce dan juga Denotasi dan Konotasi oleh Barthes. Demikian, nantinya hasil penelitian ini juga akan berbeda dengan hasil penelitian tesebut di atas, karena peneliti hanya menggunakan teori semiotik oleh Barthes.

Objek penelitian ini dilakukan pada Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Masjid Raya Baiturrahman, merupakan salah satu lambang kebanggaan masyarakat Aceh. Selain sebagai tempat ibadah, di masjid inilah syiar Islam bergema.Kota Banda Aceh dapat dilihat dari menara masjid. Masjid yang berada di jantung kota Aceh, tepatnya di Desa Kampung Baru, Kecamatan Baiturrahman, Kota madya Banda Aceh, Provinsi Aceh.

Menurut Grottanelli dalam Al-Faruqi (2003:412) menggambarkan ornamentasi sebagai komponen produk seni yang ditambahkan, atau dikerjakan pada produk seni itu, dengan tujuan menghiasnya. … [Ia] merujuk pada motif dan tema yang digunakan pada produk seni, gedung atau permukaan tanpa menjadi esensial bagi stuktur dan kegunaannya. … Seluruh ungkapan ini dipakai untuk tujuan ornamental.

Gustami(1980)dalam”Gorga” jurnal Ilmiah Seni dan Budaya menjelaskan bahwa : “Ornamen adalah komponen produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Disamping tugasnya menghiasi yang implisit menyangkut segi-segi keindahan.Misalnya untuk menambah indahnya sesuatu barang sehingga lebih bagus dan menarik, akibatnya mempengaruhi pula dalam segi penghargaannya baik dari segi spiritual maupun segi material/ finansial”.

Sedyawati (2012: 118) mendefinisikan istilah ornamen sebagai berikut: The term “ornamen” refer to any embellishment on the surface of a thing, be it a moveable or immovable object. Small objects such as containers, weapons, or book, may have ornamens on it. Those ornamens show certain characteristics that have become associated to Islam, such as the foliage, the interlaced lines, and the many styles of Arabic calligraphy.

(4)

yang berhubungan dengan Islam seperti daun-daunan, garis-garis yang menyilang dan banyak gaya-gaya kaligrafi Arab lainnya.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan ornamen adalah suatu karya seni yang dibuat sebagai hiasan sekaligus menambahkan keindahan. Fungsi ornamen adalah sebagai penghias suatu objek. Ornamen sering kita temukan sebagai hiasan pada bangunan baik bagian sisi dalam maupun luar bangunan, seperti ornamen masjid, candi,gereja, vihara ,museum, rumah, perkantoran, museum dan lain sebagainya.

Al-Faruqi(2013:412-417) mengatakandalam seni Islam, ornamentasi atau zukhruf (dekorasi) bukanlah sesuatu yang ditambahkan secara superfisial pada karya seni yang sudah selesai untuk sekedar menghias karya ini tanpa ada artinya. Ia juga bukan sarana untuk memuaskan selera orang-orang yang mencari kenikmatan semata. Ornamentasi tidak bisa dipandang sebagai pengisi ruang kosong semata.Justru, desain rumit yang indah dari objek seni yang dijumpai di setiap wilayah dan pada stiap abad sejarah Islam, memenuhi empat fungsi khusus dan penting yang mendefinisikan keutamaannya. Fungsi penting ornamentasi dalam seni Islam ada empat, yaitu:

a. Pengingat Tauhid b. Transfigurasi Material c. Transfigurasi Struktur d. Keindahan

Dalam ornamentasi ada pola tak terbatas Islam atau Arabesque yang merupakan salah satu aspek penting dalam seni Islam biasa menampilkan simbol-simbol seperti geometris dan floralis.

Pola geometris adalah pola yang menggunakan beraneka ragam unsur-unsur garis, seperti garis lurus, lengkung, zigzag, spiral, dan berbagai bidang seperti segi empat, persegi panjang, lingkaran, layang-layang, dan bentuk lainnya sebagai motifbentukdasarnya

(5)

pengertian-dan-jenis-jenis-ragam-hias.html/ di akses pada tanggal 10 Oktober 2016).

Secara keseluruhan, seni Arabesque ini memiliki fungsi sebagai pengingat tauhid, selanjutnya ornamentasi merupakan inti dari peningkatan spiritualitas. Seni Arabesque dikenal memiliki konsep dasar yaitu dengan adanya pola-pola yang menjadi karakteristik, fungsi dan struktur yang merupakan cikal bakal ide konsep perancangan seni hias tersebut (Pancawati dan Faqih, 2012: 2).

Mitchel dalam Pancawati dan Faqih (2012: 2) memberikan pemaknaan terhadap ornamen jenis Arabesque sebagai berikut:

Bentuk Makna

Symbol of eternity, perfect expression of justice

Symbol of human, consciousness and the principle of harmony

Symbol of physical experience and the physical world of materiality

Symbol of the God light, spreading the Islamic faith

Symbol of heaven

(6)

Dari tabel diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

- Symbol of eternity, perfect expression of justice. Lambang keabadian, ungkapan yang sempurna untuk keadilan. Makna dari ornamen bentuk lingkaran inimemiliki arti keabadian tanpa ujung tanpa akhir, bahwa Tuhan tidak berawal dan berakhir. Seperti dalam Al-Quran surat Al-Ikhlassebagai berikut:

}

ٌﺪَﺣَﺃ ُﷲ َﻮُﻫ ْﻞُﻗ

lam yakun llahu kufuwan aḥad/ “Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (1) Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (2) Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan (3) Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia (4)”.

- Symbol of human, consciousness and the principle of harmony. Lambang dari manusia, tentang kesadaran dan dasar-dasar keselarasan. Dalam ornamen bentuk segitiga terdapat 3 (tiga) sisi yang sejajar dan saling terhubung menjelaskan karakteristik manusia yang seimbang, saling terhubung antara Tuhan, lingkungan dan manusia.

- Symbol of physical experience and the physical world of materiality.

Lambang dari pengalaman fisik ( sesuatu yang dirasakan secara fisik) dan yang bersifat nyata. Makna dari ornamen bentuk persegi dengan keempat sisi yaitu menunjukkan simbol fondasi, saling menyokong dan terhubung yang melambangkan inspirasi(fondasi dasar), keseimbangan, kesiagaan dan spiritualitas melambangkan urutan alam semesta.

(7)

dirasakan oleh semua makhluk yang tersebar di alam semesta ini. Allah berfirman dalam Al-Quran surat An-Nur ayat 35:

ۖ ٍﺔَﺟﺎَﺟُﺯ ﻲِﻓ ُﺡﺎَﺒْﺼِﻤﻟﺍ ۖ ٌﺡﺎَﺒْﺼِﻣ ﺎَﻬﻴِﻓ ٍﺓﺎَﻜْﺸِﻤَﻛ ِﻩِﺭْﻮُﻧ ُﻞْﺜِﻣ ِۚﺽْﺭَﻷﺍَﻭ ِﺕﺍَﻭﺎَﻤﱠﺴﻟﺍ ُﺭﻮُﻧ ُﷲ

durriyyun yūqadu min syajaratin mubārakatin jaitūnatin lā syarqiyyatin

wa lā garbiyyatin yakādu zaitahā yuḍī’u wa law lam tamsashu

nārun//nūrun ʻalā nūrin//yahdī allāhu linūrihi man yasyā’u//wa yaḍribu

allāhu al-amṡālu linnāsi//wa allāhu bikulli syay’in ʻalīmun/

“Allah(pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” - Symbol of heaven. Lambang surga. Segi enam disebut sebagai simbol

utopia, yaitu negeri yang sempurna. Ornamen ini melambangkan kesuburan dengan 6 (enam) segi yang menopang kehidupan muslim, lambang kesempurnaan juga dapat diartikan sesuatu yang bersifat khayalan. Segi enam juga diibaratkan rukun iman yang apabila dijalani dengan baik akan mendapatkan balasan surga.

(8)

ditemukan dan dikenali dalam karya seni Islam yang tercipta di seluruh dunia muslim selama empat belas abad yang lalu. Berikut ini macam-macam bentuk ornamentasi yang tersebar di seluruh dunia:

- Kaligrafi

- Bentuk Geometris 1. Rektilinear

a. Poligon

b. Bintang dan salib

c. Swastika dan bingkai

d. Pilinan sudut

i.Pilinan kunci ii. Pilinan lencana

(9)

e. Pola lencana

f. Pola kisi-kisi, catur, silang, titik

2. Kurva (curvilinear)

a. Lingkaran (tunggal, konsentris, saling berpotongan)

b. Berumbai

c. Jalinan kurva dan kurva S i. Pita atau berombak

(10)

iii. Guilloche

iv. Spiral

Planar tiga-dimensi 3. Campuran

a. Pola-pola bolak-balik

Sudut

(11)

- Tumbuhan a. Rosettes

b. Bunga

c. Daun

(12)

- Campuran a. Lampu

b. Kerang

c. Pita, tali, dan kepang

(13)

e. Pita awan

f. Motif air dan riak

- Motif Arsitektural

a. Kubah (terbuka dan tertutup)

Segi empat Setengah lingkaran Kuncup Ladam

(14)

c. Kolom pilar (dengan atau tanpa peran struktural)

d. Kubah besar dan kubah kecil

e. Crenellation/Merlons

f. Ceruk

(i) Dua-dimensi

(ii) Tiga-dimensi (muqarnas)

(15)

Pola-pola ornamen di atas tersebar di seluruh dunia muslim. Karena pengaruh masuknya bangsa Arab ke seluruh wilayah, pola-pola ornamen di atas juga masuk ke wilayah Indonesia. Akan tetapi beberapa bentuk ornamen telah diberi nama sesuai dengan bahasa daerah di wilayah tersebut. Begitu pula di wilayah Aceh banyak ornamen yang diadaptasi dari ornamen Arab lalu dikolaborasi dengan ukiran yang terdapat di Aceh, kemudian diberi nama sesuai dengan bahasa Aceh. Berikut ini macam-macam bentuk ornamen yang telah diberi nama dengan bahasa Aceh:

Taloe ie (tupat) Taloe ie (likok) Gambar 2: Ornamen Taloe ie (tupat) danTaloe ie (likok)

(sumber : Amir Husin, 2003:29-31)

Ornamen di atas bernama Taloe ie(tupat) (tali air(lurus)) dan Taloe ie (likok) (tali air(berliku)). Ornamen di atas diadaptasi dari ornamen bentuk geometris, jalinan kurva berpola pita atau berombak.

Gigoe daruet Gigoe buya

Gambar 3: OrnamenGigoe daruet dan Gigoe buya (sumber : Amir Husin, 2003:29-31)

Ornamen di atas bernama Gigoe daruet (gigi belalang) dan gigoe buya (gigi buaya). Ornamen di atas diadaptasi dari ornamen bentuk geometris, rektilinear berpola lencana.

Rante

Gambar 4: OrnamenRante

(16)

Ornamen di atas bernama rante(rantai), diadaptasi dari bentuk belah ketupat disusun menyamping yang merupakan bagian ornamen bentuk geometris,rektilinear berpola poligon.

Puta taloe (versi 1) Puta taloe (versi 2)

Gambar 5: Ornamen Puta taloe (versi 1) dan Puta taloe (versi 2) (sumber : Amir Husin, 2003:29-31)

Ornamen di atas bernama Puta taloe(pintalan tali), diadaptasi dari bentuk kurva berpola guilloche.

Awan meucanek

Gambar 6: Ornamen Awan meucanek (sumber : Amir Husin, 2003:29-31)

Ornamen diatas bernama Awan meucanek (awan berombak), diadaptasi dari bentuk kurva berpola bergelombang.

Bungong meusingklet

Gambar 7: Ornamen Bungong meusingklet (sumber : Amir Husin, 2003:29-31)

Ornamen di atas bernama Bungong meusingklet, ornamen ini tidak memiliki arti khusus tetapi kata Bungong meusingklet ini menunjukkan bentuk sulur yang bersambung. Ornamen ini diadaptasi dari ornamen Arab bentuk tumbuhan jenis daun.

(17)

Bungong jeumpa Pucok paku On paku

Gambar 8: Ornamen Bungong seulanga, bungong meulu 1, bungong meulu 2, bungong jeumpa, pucok paku dan on paku

(sumber : Amir Husin, 2003:29-31)

Ornamen-ornamen di atas bernama Bungong seulanga (bunga kenanga),Bungong meulu 1(bunga melati 1), Bungong meulu 2 (bunga melati 2), Bungong jeumpa(bunga cempaka), Pucok paku (pucuk pakis) dan On paku(daun pakis). Ornamen-ornamen di atas adaptasi dari ornament Arab bentuk bunga. Ornamen-ornamen ini sering digunakan untuk dikolaborasi dengan bentuk ornamen lainnya agar menjadi karya seni Aceh yang indah.

Bungong kalimah

Gambar 9: Bungong kalimah (Sumber : Barbara Leigh, 1989: 82-83)

Ornamen Bungong kalimah(kaligrafi) diadaptasi dari kaligrafi Arab atau biasa disebut khat. Ornamen ini biasa dijumpai di masjid dan di sekitar madrasah.

Bungong sagoe Bungong awan si tangke

(18)

Ornamen Bungong sagoe(bunga sudut) dan Bungong awan si tangke(bunga awan setangkai) diadaptasi dari bentuk-bentuk ornamen bunga pada ornamen Arab.

Bungong pucok reubongBungong ajoe-ajoe

Gambar 11: Bungong pucok reubong dan bungong ajoe-ajoe (Sumber : Barbara Leigh, 1989: 82-83)

Ornamen di atas bernama Bungong pucok reubong(bunga pucuk rebung) dan Bungong ajoe-ajoe. Ornamen Bungong ajoe-ajoe tidak memiliki arti khusus, ornamen-ornamen di atas juga diadaptasi dari bentuk-bentuk ornamen bunga pada ornamen Arab.

Al-Faruqi menjelaskan dalam bukunya Atlas Dunia Islam(2003) bahwa ada empat jenis struktur dalam ornamentasi, dari empat kategori sruktural dasar pola tak terbatas Islam yang terlihat dalam banyak karya, ada dua yang pada dasarnya terputus (munfashillah)dalam penyusunan, sementara dua lagi pada dasarnya bersambung (muttashillah). Empat struktur tersebut yaitu:

a. Struktur Munfashilah Multiunit

(19)

b. Struktur Mutadakhilah atau Struktur Berpotongan

Struktur kedua yang lazim dijumpai sebagai prinsip pengatur dasar di balik pola ornamentasi Islam, disebut “saling berpotongan” atau mutadakhillah. Di sini, sejumlah modul digabungkan; namun saling penetrasi(mutadakhillah) unsur-unsur desain shasil dari perpaduan unit-unit ini menggantikan penjajaran aditif sederhana desain multiunit. Pengulangan dan keragaman titik-titik focus juga penting di sini, untuk memberikan kesan suksesi tanpa akhir.

Kedua struktur terputus, struktur multiunit dan struktur saling berpotongan terdiri dari penyusunan sejumlah modul yang mempertahankan identitasnya yang khas dan terpisah terlepas dari kombinasinya untuk menjadi entitas artistic yang lebih besar. Kedua struktur memenuhi tuntutan pola tak terbatas akan keanekaragaman titik fokus dalam pola berulangannya, dan memberikan kesan kontinuitas tanpa akhir. Keduanya menonjolkan enam karakteristik dasar seni Islam: abstraksi, modul, kombinasi berturut-turut, pengulangan, dinamisme, dan kerumitan.

Struktur ketiga dan keempat yang dipakai untuk seni Islam, digolongkan sebagai “bersambung” bukannya “terputus”.Struktur ini juga merupakan contoh pola tak terbatas.Tetapi, struktur ini memberikan ekpresi visual estetis tauhid yang lebih memperlihatkan kontinuitas daripada pemutusan. c. Struktur Berjalin

Srtuktur bersambung (muttashilah) yang pertama dan kurang rumit adalah arabesque “berjalin”, di mana suksesi kaligrafi, daun, bunga, sulur, dan bentuk abstrak yang kelihatannya tak berujung, saling menyusul. Tetapi, struktur ini tak terpisah atau khas dari arabesque multiunit.Motifnya dapat dibubuhkan pada tumbuhan merambat.

d. Struktur berkembang

(20)

dalam pola tak terbatas, meski bukan satu-satunya. Batas demi batas, figure demi figure, berturut-turut ditambahkan ke inti sentral itu, baik lewat kreasi seniman atau lewat persepsi pemandangnya. Tiap tambahan memberikan komposit baru dan visi baru arabesque. Akhirnya, batas halaman, tepi piring, ujung panel dinding, tampak depan bangunan tercapai, dan polanya harus dipotong, tanpa penyelesaian atau akhir. Ketidakselesaian itu tidak akandisamakan atau dihindari. Sesungguhnya, esensi pola Islam adalah bahwa melalui ketidakselesaian ini, desain menuntut kesinambungan di luar batas empirisnya dari imajinasi pemandangnya. Pada akhirnya, pikiran tak mampu melanjutkan proses ini dan harus menyadarinya. Dalam estetis ini, dalam pengalaman pesona yang ditimbulkannya, pemandangnya mendapatkan pemahaman bahwa ada satu realitas yang tak dapat dijelaskan, yang berada di luar ruang-waktu, tetapi Sumber dan Penentu semua meliputi ciptaan.

Dalam setiap cabang seni Islam, ornamentasi mempunyai makna dan dapat dilihat sebagai salah satu unsur terpenting dalam tradisi estetis masyarakat Muslim. Ornamentasi nukan tambahan berlebihan pada objek seni yang dapat dibuat atau dikurangi tanpa konsekuensi estetis. Justru, ornamentasi adalah esensi seni Islam itu sendiri, suatu esensi yang menentukan pemakaian material, yang memola persepsi bentuk-bentuk, dan melahirkan serangkaian struktur yang dapat dilihat dalam setiap cabang produksi artistik. Karena itu, unsur esensial ini bukanlah semata-mata hasil dari faktor dan pengaruh sosiologis, ekonomi, atau geografis.Ia bukan semata-mata komponen dari produksi seni “untuk tujuan menghias”. Agaknya, ornamentasi merupakan hasil dari motivasi yang mendasarinya, alasan seluruh budaya dan peradaban masyarakat Muslim. Ornamentasi diharuskan dan ditentukan oleh pesan tauhid.

(21)

Dan Wibowo juga menyebutkan bahwa semiotika secara terminologis dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.

Sedangkan menurut Zoest (1993: 1) Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda. Semiotika digunakan untuk meneliti banyak bidang ilmu, antara lain sastra misalnya puisi, novel dan prosa, kemudian dapat pula meneliti tentang kebudayaan misalnya kesenian dan lain sebagainya.

Ada sebuah istilah lain untuk menyebutkan pengertian yang sama dengan semiotik atau semiotika, yaitu adalah “semiologi”. Secara prinsip tidak ada perbedaan mendasar tentang dua istilah tersebut. hanya saja penggunaan salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya menunjukkan pemikiran pemakainya: mereka yang bergabung dengan Peirce menggunakan kata semiotika, dan mereka yang bergabung dengan Saussure menggunakan kata semiologi. Namun istilah semiologi kian jarang digunakan dibanding dengan penggunaan istilah semiotik. Serta istilah semiotik lebih populer daripada istilah semiologi (Sobur, 2004: 12).

(22)

semiotika adalah ilmu yang mempelajari simbol-simbol secara umum.Dan merupakan salah satu cabang ilmulinguistik”.

Semiologi merupakan nama lain dari semiotik dan memiliki arti yang sama. Menurut Barthes (1968: 9) semiologi mempresentasikan rangkaian bidang kajian yang sangat luas, mulai dari seni, sastra, antropologi, media massa, dan sebagainya. Secara sederhana, semiologi bisa didefiniskan sebagai ilmu yang mempelajari tentang tanda dan makna dalam bahasa, seni, media massa, musik dan setiap usaha manusia yang dapat direproduksi atau direpresentasikan untuk seseorang atau audien.

Semiologi diperkenalkan pertama kali oleh Ferdinand de Saussure, bapak linguistik modern, dalam bukunya yang menjadi klasik dalam bidang linguistik, Course de linguistique générale. Saussure telah meramalkan akan timbulnya suatu ilmu baru yang menerapkan metode linguistik strukturalis dalam ilmu-ilmu sosial lain di luar bahasa, yang disebutnya “semiologi”.

Menurut Saussure, semiologi sering digunakan dalam analisis teks, selain hermeneutik, kritik sastra, analisis wacana, dan analisis isi. Salah satu tokoh terpenting dalam semiologi adalah Roland Barthes (1915-1980). Ketika pertama kalinya membaca buku Saussure, Barthes melihat kemungkinan-kemungkinan untuk menerapkan semiologi atas bidang-bidang lain. Tapi, bertentangan dengan Saussure, Barthes beranggapan bahwa semiologi termasuk dalam bidang linguistik, bukan sebaliknya.

Teori semiologi atau semiotika oleh Barthes (1968) menyangkut dua tingkatan signifikasi, yaitu:

− Tingkatan pertama adalah denotasi –yakni relasi antara penanda dan petanda dalam sebuah tanda, serta tanda dengan acuannya dalam realitas eksternal, ini menunjuk pada common-sense atau makna tanda yang nyata (tanda yang tampak nyata, bukan makna yang terkandung dalam tanda)

(23)

Penanda juga merupakan aspek material dari suatu bahasan: apa yang dilihat, dikatakan atau didengar (Sobur, 2004: 31&46). Contohnya: Lampu Merah di sisi jalan.

Petanda yaitu suatu tanda yang menjelaskan ‘konsep’ atau ‘makna’. Dalam hal lain juga dijelaskan “petanda” merupakan “yang dimaknakan”. Petanda juga merupakan aspek mental dari suatu bahasan: gambaran mental, pikiran atau konsep (Sobur, 2004: 31&46). Contohnya: Lampu merah di sisi jalan menandakan kode atau isyarat kepada pengendara untuk berhenti menunggu pengendara di sisi jalan lain untuk bergerak bergiliran.

− Tingkatan kedua adalah bentuk konotasi, mitos, dan simbol. Barthes (1968) mengungkapkan bahwa konotasi sebagai suatu ekspresi budaya. Mitos merupakan suatu pesan yang di dalamnya ideologi berada(Barthes,1968:13). Simbol adalah suatu tanda atau gambar yang mengingatkan kita kepada penyerupaan benda yang komplek yang diartikan sebagai sesuatu yang dipelajari dalam konteks budaya yang lebih spesifik atau lebih khusus

Gambar

Table 1: Bentuk dan Makna Ornamen Arabesque
Gambar 1: Corak Seni Islam
Gambar 5: Ornamen Puta taloe (versi 1) dan Puta taloe (versi 2)
Gambar 10: Bungong sagoe dan bungong  awan si tangke
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk ornamen yang terdapat pada Masjid Raya Al-Mashun dan mengetahui tanda-tanda semiotika pada masjid Raya Al-Mashun.

Dimana hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa narasumber seperti tokoh masyarakat lokal, praktisi pariwisata, pemerintah, dan akademisi

Torang Naiborhu, M.Hum., selaku Sekretaris Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang selalu memberikan

Setiap detail pada bentuk, tekstur dan warna yang sengaja dimanfaatkan atau ditambahkan agar menarik bagi yang melihatnya ). Pemakaian ornamen pada karya

Saya masuk Islam bukan tertarik dengan Masjid Raya Baiturrahman, tetapi karena waktu itu saya menemukan ada yang lebih sempurna dari pada yang tidak saya pelajari, karena hanya di

c.. Jadi dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa renovasi berpengaruh terhadap wisatawan sehingga hipotesis awal yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara

fungsi murni estetis karena memperindah bagian resplang atas Masjid. Kiambang merupakan salah satu ornamen dengan bentuk Sulur yaitu.. Ornamen Kiambang ini terletak pada

Pada transformasi bentuk tampak diatas merupakan proses transformasi yang menggunakan teori (Laseau,1980) dalam (Ilah,2003) yang bersifat merancukan( distortion) dan