SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan
Dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi
Pr ogr am Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan
Diajukan oleh
HANNIEF FIQIRYANSYAH W. PUTRA
0711010028 / FE / IE
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
Disusun oleh :
HANNIEF FIQIRYANSYAH W. PUTRA
0711010028 / FE / IE
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal :
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dr. Ririt Iriani, SE, ME, AK Dr s. Ec. Ar ief Bachtiar , Msi NIP. 19650208 199002 2001 NIP. 19610104 199303 1001
Sekr etaris
Dr. Rir it Iriani, SE, ME,AK NIP. 19650208 199002 2001
Anggota
Dr s. Ec. Wiwin Priana, MT NIP. 19600810 199003 1001
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan segala rahmat, karunia dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi yang
berjudul “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengar uhi Indeks Harga
Saham Gabungan Di Bur sa Efek Indonesia” dapat terselesaikan dengan lancar.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
mahasiswa jenjang pendidikan Strata-1 (Sarjana) Jurusan Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur guna memperoleh gelar kesarjanaan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan tanpa
adanya bantuan, bimbingan serta saran – saran dari berbagai pihak, oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, Mp., selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs.Ec. H. R.A. Suwaidi, MS selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Drs. Ec. Niniek Imaningsih, MP, selaku Kaprogdi Fakultas Ekonomi
Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Pembangunan
6. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “ Veteran” Jawa Timur, khususnya program studi Ilmu Ekonomi
Studi Pembangunan yang telah membekali kami dengan
pengetahuan-pengetahuan yang sangat berguna dan berharga.
7. Kedua Orang Tua saya, terutama ayah saya yg sedang sakit keras sewaktu itu
yang telah memberikan dukungan moral maupun materiil serta doa hingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
8. Kakak dan Adik tercinta serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan
doa dan dukungan baik secara maril maupun materiil selama ini.
9. Kezia Chistanti tercinta yang selama ini telah memberikan dukungan,
semangat, menemani dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.
10.Teman – teman Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan angkatan 2007,
khususnya Evan Sinyo, Bayu, Andre serta Kuro (untuk translate bahasa
inggrisnya) terima kasih atas dukungan dan doanya.
11.Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kesalahan
dan kekurangan yang masih perlu diperbaiki, maka kami mengharapkan kritik dan
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 9
2.2 Landasan Teori ... 10
2.2.1 Pengertian Pasar Modal ... 10
2.2.1.1 Manfaat Pasar Modal ... 11
2.2.1.2 Jenis-Jenis Pasar Modal ... 13
2.2.1.3 Pelaku Pasar Modal ... 16
2.2.1.4 Instrumen Pasar Modal ... 18
2.2.3.1 Tingkat Inflasi ... 24
2.2.3.2 Kurs Valuta Asing ... 28
2.2.3.3 Tingkat Suku Bunga Deposito ... 30
2.2.3.4 Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)... 33
2.2.4 Kerangka Pikir ... 37
2.2.5 Hipotesis ... 39
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 40
3.1 Jenis dan Sumber Data ... 40
3.2 Metode Pengumpulan Data ... 40
3.3 Definisi Operasional dan Variabel ... 41
3.4 Metode Analisis Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 48
4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ... 48
4.1.2 Tujuan Penggabungan BEJ dan BES...51
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian…...52
4.2.1 Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan ... 53
4.2.2 Perkembangan Tingkat Inflasi ... 53
4.3.1 Autokorelasi ... .59
4.3.2 Multikolinier ... 61
4.4 Analisis dan Pengujian Hipotesis...63
4.4.1 Uji Hipotesis Secara Simultan...65
4.4.2 Uji Hipotesis Secara Parsial...67
4.5 Pembahasan...68
BAB V Kesimpulan dan Sar an ... 76
5.1 Kesimpulan ... 76
5.2 Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA
ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK J AKARTA
ABSTRAK
Suatu negara membutuhkan dana investasi yang tidak sedikit untuk berkembang oleh karena itu dibutuhkan sumber pendanaan yang berasal dari dana perhimpunan masyarakat. Salah satu indikatornya adalah pasar modal dan yang dapat menunjukkan indikasi perkembangan perekonomian suatu negara adalah Indeks Harga Saham Gabungan yang dapat mengalami fluktuasi karena faktor mikro dan makro. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah kurs valas, inflasi, dan tingkat suku bunga deposito mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dan variabel mana yang lebih dominan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
Metode penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia. Variabel penelitian yang digunakan adalah tingkat inflasi (X1), kurs valas (X2), tingkat suku bunga deposito (X3) suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (X4) dan Indeks harga saham gabungan (Y) dianalisis menggunakan regresi linier berganda dan uji hipotesis nya menggunakan uji t dan uji F.
Dari pengujian hipotesis secara parsial diperoleh hasil bahwa Inflasi, Kurs Valas dan Suku Bunga SBI tidak berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Sedangkan Suku Bunga Deposito berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan terbukti kebenarannya. Hal ini dikarenakan apabila tingkat bunga deposito meningkat maka para investor yang semula melakukan investasi saham akan terpengaruh untuk mengalihkan investasinya ke dalam bentuk deposito dan sebaliknya apabila tingkat suku bunga deposito turun maka para investor akan melakukan investasi dalam bentuk saham sehingga mempengaruhi semua investasi pasar modal
Keywords : Pasar modal, Tingkat Inflasi, Kurs Valas, Tingkat Suku Bunga
1.1. Latar Belakang Masalah
Adanya krisis ekonomi global memiliki dampak yang signifikan terhadap
perkembangan pasar modal di Indonesia. Dampak krisis keuangan yang terjadi di
Amerika pada akhir tahun 2008 jelas-jelas sangat berpengaruh terhadap Indonesia.
Salah satu dampak yang paling berpengaruh dari krisis ekonomi global adalah
nilai tukar mata rupiah terhadap dollar, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),
dan kegiatan ekspor yang terhambat karena kurangnya permintaan pasar global itu
sendiri.
Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun
eksternal. Pengaruh-pengaruh eksternal seperti pergerakan tingkat suku bunga
begitu juga dengan indeks saham luar negeri dipercaya telah menjadi faktor
dominan yang mempengaruhi IHSG. Serta faktor internal lebih dipengaruhi oleh
peristiwa dalam negeri seperti ekspektasi rasional investor serta pergerakan
beberapa variabel ekonomi makro lainnya seperti Kurs rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat, tingkat inflasi, suku bunga deposito, Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) dan jumlah uang beredar. (www.bi.go.id)
Pembangunan nasional yang sedang berlangsung dewasa ini pada dasarnya
merupakan usaha yang berkesinambungan untuk mewujudkan kondisi masyarakat
lancar maka semua aspek di dalamnya meliputi pemerintah, masyarakat, dan
dunia usaha diharapkan dapat berperan secara aktif dan bekerjasama.
Menyadari bahwa pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi
yang tidak sedikit, maka diperlukan upaya untuk mengeksplortasi sumber-sumber
dan pembangunan lewat instrument yang bermuara pada efisiensi dan mutlak
dilaksanakan secara serasi sehingga menciptakan akselerasi dalam pembangunan.
Jadi masalah penyediaan dana pembangunan tersebut perlu mendapat
perhatian yang serius dari semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat
(swasta), dimana untuk mencapai target rata-rata pertumbuhan ekonomi yang
telah ditargetkan, dana tersebut diharapkan berasal dari tabungan pemerintah.
Data perhimpunan dana masyarakat menunjukan bahwa perbankan dan
pasar modal merupakan lembaga keuangan dengan kemampuan terbesar dalam
mobilisasi dana masyarakat Indonesia. Menurut data perhimpunan dana
masyarakat perbankan memobilisasi dana masyarakat sebanyak Rp. 214.764
milyar dan pasar modal sebanyak Rp. 44.089 milyar, sehingga kedua lembaga
keuangan ini menguasai 91% dari hasil mobilisasi dana masyarakat yang
dilakukan sistem keuangan Indonesia.
Dalam rangka itu pemerintah berupaya untuk mengusahakan pemanfaatan
dana sebaik mungkin dengan jalan memberikan alternatif bagi masyarakat
melalui berbagai cara yang dapat menunjang proses pembangunan nasional.
Sektor swasta adalah merupakan andalan bagi pemerintah guna mengumpulkan
dana yang diperlukan bagi suatu proses pembangunan, sektor swasta dapat
dibandingkan dengan volume investasi pemerintah itu sendiri. Oleh karena itu
keputusan investasi harus diambil dengan melihat dan memperhatikan kondisi
pasar modal sekarang ini atau saat yang akan datang. Dana yang bersumber dari
dalam negeri ini dapat berupa tabungan masyarakat, tabungan pemerintah dan
penerimaan devisa dari luar negeri. Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk menabung, pihak pemerintah mengusahakan efektifitas pengerahan
tabungan masyarakat itu kepada sektor-sektor yang produktif. Berdasarkan
pertimbangan diatas perlu dibentuk pasar modal yang merupakan intitusi dalam
usahanya menghimpun dana masyarakat untuk pembangunan. Semakin tinggi
modal yang tersedia semakin tinggi pula potensi pertumbuhan perekonomian
suatu negara. Salah satu upaya alternatif yang telah dan terus dilakukan
pemerintah adalah meningkatkan peranan pasar modal, hal ini mengingat pasar
modal adalah sumber pembiayaan alternatif terbaik sesudah perbankan, ini
dibuktikan dengan kontribusinya dalam mobilisasi dana masyarakat sebesar Rp.
44.089 milyar atau sebesar 15,5% pada tahun 2011 dari seluruh jumlah yang
bersangkutan berkaitan dengan usaha memobilisasi dana dalam masyarakat
melalui pasar modal. Selain melihat volume perdagangan, kapitalisasi pasar serta
jumlah perusahaan yang listing dibursa, dikenal indikator lain untuk menilai suatu
kinerja pasar modal yaitu dengan melihat besar kecilnya angka indeks dari harga
saham yang tercatat dibursa yang bersangkutan, dimana ada BEJ dikenal dengan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Seperti terlihat pada kondisi
dan terkadang juga turun (melemah) namun posisinya yang penting sebagai
indikator kepercayaan investor terhadap kondisi perekonomian bagi pemerintah
tetap merupakan untuk dapat menyerap dana yang ada dimasyarakat guna
membantu pembiayaan pelaku bisnis kita.
Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah
sebuah bursa saham di Jakarta, Indonesia. Bursa Efek Jakarta merupakan salah
satu bursa tempat dimana orang memperjualbelikan efek di Indonesia. Pada 1
Desember 2007 Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya melakukan merger
(pengabungan usaha) yang secara efektif mulai beroperasi pada 1 Desember 2007
dengan nama baru Bursa Efek Indonesia. Dari hasil pengkajian yang dilakukan
menunjukkan kinerja BES semakin membaik jika digabung dengan BEJ.
Penggabungan ke dua bursa tersebut merupakan salah satu langkah BAPEPAM
untuk memperkuat pasar modal di Indonesia.
Bursa Efek Surabaya (BES) memberikan persetujuan untuk di merger
dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 30 Oktober 2007. BEJ dan BES
menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) paling lambat 30 November 2007.
Selanjutnya BEI mulai aktif pada tanggal 30 Desember 2007 dan aka nada masa
transisi untuk kedua bursa sampai tahun 2008.(Pasaribu, 2007)
Merger BEJ dan BES bertujuan meningkatkan efisiensi dan likuiditas
transaksi saham di pasar modal, sehingga bursa Indonesia memiliki daya saing
yang kuat. Hasil kajian dari Lembaga Manajemen UI yang telah diserahkan
jauh meningkat jika perseroan bergabung dengan BEJ karena akan terjadi efisiensi
dan itu terlihat dari berkurangnya beban kerja.
Tabel 1.1 Kajian Kelayakan Penggabungan BEJ dan BES M anfaat ekonom is penggabungan BEJ dan BES
Efisiensi biaya
1. Pengurangan biaya t eknologi Inf ormasi
2. Pengurangan beberapa biaya SDM yang sama
Peningkat an pendapat an Peningkat an pendapat an jasa
t ransaksi perdagangan
Opt malisasi perm odalan Peningkat an sumber daya t anpa
perubahan st t rukt ur modal
Sumber : Laporan akhir kajian kelayakan penggabungan BEJ dan BES oleh Lembaga Manajemen Universitas Indonesia tahun 2010
Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal tahun 2013
diwarnai kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) di tengah krisis ekonomi
global sepanjang tahun di level 4.316,69. Dihitung dari penutupan akhir tahun
2012, IHSG BEI di tutup naik 34,83 poin atau 0,81 persen. Berikut adalah tabel
pergerakan IHSG di BEI pada awal tahun 2013.
Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu Negara.
Karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana
jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Selain
itu, pasar modal juga merupakan representasi untuk menilai kondisi
perusahaan-perusahaan disuatu negara. Karena hampir semua industri disuatu Negara
terwakili oleh pasar modal. Pasar modal yang sedang mengalami peningkatan
(Bullish) atau mengalami penurunan (Bearish) terlihat dari naik turunnya
harga-harga saham yang tercatat yang tercermin melalui suatu pergerakan indeks atau
lebih dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG merupakan
nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham
(perusahaan/emiten) tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kepentingan untuk mengetahui dan mengamati perubahan angka indeks
harga saham sebagai indikator kinerja pasar modal, memiliki manfaat. Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) digunakan sebagai indikator resmi pasar modal
Indonesia, dengan mengamati Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat
diketahui keadaan atau kecenderungan haraga saham yang terjadi di pasar modal.
Pada suatu saat pasar modal dapat dikatakan sedang mengalami masa bull market,
yaitu iklim perdagangan surat berharga dimana harga-harga cenderung naik.
Gerakan harga bagaikan banteng atau tanduk banteng saat berlaga. Gerakan
tersebut berbeda dengan Bear Market, dimana harga-harga saham bergerak turun
Seperti uraian diatas, bahwa IHSG digunakan sebagai indikator resmi di
dalam kinerja pasar Indonesia. Disamping itu, perkembangan IHSG di BEJ
sepanjang sejarah pasar modal Indonesia selalu mengalami fluktuasi. Fluktuasi
indeks harga saham gabungan yang terjadi tersebut, disamping dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang berkaitan dengan perusahaan emiten (faktor mikro) juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar emiten (faktor makro) dimana hal tersebut
merupakan resiko sistematis dalam investasi saham.
Resiko sistematis adalah resiko yang ditimbulkan oleh faktor makro
sehingga mempengaruhi semua perusahaan yang go public meliputi pertumbuhan
ekonomi, tingkat bunga deposito, inflasi, kurs valas, harga emas dan
kebijaksanaan pemerintah dibidang ekonomi.
Faktor-faktor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung
mengakibatkan IHSG mengalami kenaikan dan penurunan seiring
perubahan-perubahan yang terjadi pada kondisi makro dinegara yang bersangkutan.
Melihat fenomena yang menarik diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti
masalah yang berkaitan dengan pasar modal Indonesia dengan judul : Analisis
Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa
Efek Jakarta. (www.bi.go.id)
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah :
pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek
Indonesia ?
2. Faktor manakah yang paling dominan pengaruhnya terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia ?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dikemukakan pada bagian sebelumnya tujuan
yang ingin di capai dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Menganalisis pengaruh tingkat inflasi, kurs valas, tingkat suku bunga
deposito, dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia secara parsial dan
simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek
Indonesia.
2. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh sebagai berikut :
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pasar modal
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek
Indonesia.
3. Sebagai bahan studi komparatif bagi peneliti lain yang berkaitan dengan
Faktor-faktor yang mempengaruhi Indek Harga Saham gabungan di Bursa
2.1 Hasil Penelitian Ter dahulu berpengaruh negatif, inflasi berpengaruh positif, tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif. Hasil regresi jangka panjang kurs rupiah berpengaruh positif, inflasi berpengaruh positif tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif,
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan timbal balik yg signifikan antara inflasi dan suku bunga SBI, sebaliknya tidak ada hubungan signifikan antara suku bunga SBI dan eksternal yang mempengaruhi pergerakan IHSG adalah Indeks Bursa Asing ( Indeks Dow Jones, Hang Seng, KLSE) dan harga minyak dunia. sedangkan faktor internal dari dalam negeri yang mempengaruhi jumlah uang beredar, inflasi, Indeks Dow Jones berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sedangkan Kurs tengah BI tidak berpengaruh signifikan terhadap
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Pasar Modal
Secara formal pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai
instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan
baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh
pemerintah maupun perusahaan swasta.(Husnan, 2003)
Umaran (1986) menyebutkan 3 pengertian (definisi) mengenai pasar modal
sebagai berikut :
1. Definisi dalam arti yang luas
Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisir, termasuk
bank-bank komersil an semua investasi di bidang keuangan, serta surat-surat
kertas berharga/ klaim, jangka panjang dan jangka pendek, primer dan tidak
langsung.
2. Definisi arti menengah
Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang
meperdagangkan warkat-warkat kredi (jangka waktu lebih dari 1tahun)
termasuk saham-saham, obligasi, pinjaman berjangka dan tabungan serta
deposito berjangka.
3. Definisi dalam arti sempit
Pasar modal adalah tempat pasar terorganisir yang memperdagangkan
saham-saham dan obligasi-obligasi dengan memakai jasa para makelar, komisioner,
Sedangkan menurut Darmadji (2008), pasar modal (capital market)
merupakan pasar untuk berbagi keuangan jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrument derivatif
maupun dalam bentuk modal sendiri. Pasar modal merupakan sarana pendanaan
bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi
kegiatan berinvestasi. Dengan demikian pasar modal memfasilitasi berbagai
sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Di Indonesia, pengertian pasar modal adalah sebagaimana tertuang di dalam
keputusan presiden (kepres) no.52 tahun 1976 tentang pasa modal Bab I pasal 1
dimana disebutkan “pasar modal” adalah bursa efek seperti yang dimaksud dalam
undang-undang no.15 tahun 1952 (lembaran negara, tahun 1957 no.67). jadi pasar
modal adalah bursa-bursa perdagangan di Indonesia yang didirikan untuk
perdagangan uang dan efek. Sedangkan bursa adalah gedung atau ruang yang
ditetapkan sebagai kantor dan tempat kegiatan perdagangan efek.
Dari definisi-definisi diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
pasar modal adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka
panjang dalam bentuk surat-surat berharga yang umumnya berupa saham atau
obligasi yang oleh suatu perusahaan yang lebih dikenal dengan nama efek.
2.2.1.1 Manfaat Pasar Modal
Manfaat pasar modal bisa dirasakan baik oleh investor, emiten, pemerintah
maupun penunjang (PAU-UGM, 27-28 Januari 1991)
2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.
3. Tidak ada “Convenant” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam
pengolahan dana/ perusahaan.
4. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan.
5. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.
Sedangkan manfaat pasar modal bagi investor adalah sebagai berikut :
1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi, peningkatan
tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang mencapai capital
gain.
2. Memperoleh deviden bagi mereka yang memiliki/ memegang saham dan
bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi.
3. Mempunyai hak suara dalam Rups bagi pemegang saham, mempunyai hak
suara dalam RUPO bila diadakan bagi pemegang obligasi.
4. Dapat dengan mudah mengubah instrumen investasi, misal dari saham A ke
saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi resiko.
Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mengurangi
investasi. (Anoraga dkk, 2001)
Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang :
1. Menuju kearah profesional di dalam memberikan pelaynannya sesuai dengan
bidang dan tugas masing-masing.
2. Sebagai pembentuk harga dalam bursa paralel.
3. Semakin memberikan variasi pada jenis lembaga penunjang.
Sedangkan manfaat pasar modal bagi pemerintah :
1. Mendorong laju pertumbuhan ekonomi
2. Mendorong investasi
3. Penciptaan lapangan kerja
4. Memperkecil debt service ratio (DSR)
5. Mengurangi beban anggaran bagi BUMN
2.2.1.2 J enis Pasar Modal
Lembaga-lembaga keuangan menjembatani jurang pemisah antara pihak
yang menggunakan dana dan pihak penyediaan dana. Tanpa lembaga-lembaga
perantara sesungguhnya pasar modal tidak akan dapat berfungsi secara baik dan
akan merusak pembangunan ekonomi. Demikian juga apabila pasar modal tidak
berkembang maka lembaga perantara juga tidak akan berkembang dengan baik.
Di pasar modal ada istilah pasar perdana, pasar sekunder dan bursa paralel
yang meliputi pasar ketiga dan keempat. Untuk lebih jelasnyan mengenai istilah
ini bisa dilihat uraian berikut :
a. Pasar Perdana
Pasar perdana adalah penjualan perdana efek atau sertifikat atau penjualan
yang dilakukan sesaat sebelum perdagangan di bursa atau pasar sekunder. Pada
pasar ini efek atau sertifikat diperdagangkan dengan harga emisi, yang dimaksud
harga emisi disini adalah harga saham yg pertama kali ditawarkan kepada investor
dalam penawaran umum perdana. Pada pasar perdana perusahaan akan
Selanjutnya perusahaan dapat menggunakan dana hasil emisi tersebut
untuk menambah barang modal dan seterusnya digunakan untuk memproduksi
barang dan jasa. Artinya pasar perdana ini sangat penting untuk pertumbuhan
ekonomi. (Pakarti dkk, 2001)
Menurut Sunariyah (2003) pasar perdana adalah penawaran saham dari
perusahaan yang menerbitkan saham kepada investor selama waktu yang
ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan
di pasar sekunder.
b. Pasar Sekunder
pasar sekunder adalah penjualan efek atau sertifikat setelah pasar perdana
berhasil. Pada pasar ini efek diperdagangkan dengan harga kurs (Danareksa, PT
1986). Menurut pasar sekunder merupakan pasar dimana surat berharga dijual
setelah pasar perdana. (Darmadji dkk, 2001)
Ditinjau dari sudut investor, pasar sekunder harus dapat menjamin
likuiditas dari efek. Artinya investor menghendaki dapat membeli kembali
sekuritas jika ia punya dana dan juga menghendaki menjual sekuritas untuk
memperoleh uang tunai atau dapat mengalihkan kepada investor lain.
Dari sudut pandang perusahaan, pasar sekunder merupakan wadah untuk
menghimpun para investor baik investor lembaga maupun investor perorangan.
Apabila pasar sekunder tidak cukup likuid, tentunya investor tidak akan membeli
efek-efek pada pasar perdana. Di dalam hal ini, lembaga-lembaga pasar sekunder
meliputi para broker dan dealers yang membeli dan menjual surat berharga untuk
sepenuhnya memenuhi persyaratan listing, yang dimaksud persyaratan listing
yaitu proses mendaftarkan barang suatu perusahaan ke dalam website. Emisi pada
pasar perdana dan perdagangan pada hakikatnya adalah saling memerlukan satu
sama lain. Pasar perdana membutuhkan pasar sekunder untuk menjamin likuiditas
sekuritas dan sebaliknya, pasar sekunder membutuhkan pasar perdana di dalam
menambah sekuritas untuk di perdagangkan.
c. Pasar Ketiga (Third Market)
Dalam pasar ketiga ini tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang
dinamakan lantai bursa atau floor trading. Operasi pada pasar ketiga berupa
pemusatan informasi yang disebut “Trading Information”. Informasi yang di
berikan dalam pasar ini meliputi harga-harga saham, jumlah transaksi, dan
keterangan lainnya mengenai surat berharga yang bersangkutan. Dalam sistem
perdagangan ini pialang dapat bertindak dalam kedudukan sebagai perdagangan
efek maupun sebagai perantara pedagang.(Sunariyah, 2003)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar
bursa (over the counter market) di Indonesia, pasar ketiga ini disebut dengan
bursa paralel. Bursa pasar paralel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang
terorganisir di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yangdiatur dan
diselenggarakan oleh perserikatan perdagangan uang dan efek-efek (PPUE),
dengan dibina dan diawasi oleh badan pengawas pasar modal (BAPEPAM).
(Anoraga dkk, 2001)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar investor atau
dengan kata lain pengalihan saham dari suatu pemegang saham ke pemegang
saham lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk transaksi dalam
perdagangan ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar. Tetapi transaksi antar
investor tetap harus dicatat pula pada bursa efek.
(Sunariyah, 2003)
2.2.1.3 Pelaku Pasar Modal
Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana
yang di harapkan untuk meningkatkan partisispasi aktif masyarakat di dalam
pengerahan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional, pasar
modal melibatkan banyak pihak.
Menurut Sunariyah (2003) pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan pasar
modal Indonesia sesuai dengan SK Menteri Keuangan RI Nomor
1548/KMK.013/1990 tentang pasar modal yaitu :
a. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
Sesuai dengan keputusan menteri keuangan Republik Indonesia nomor
503/kmk 01/1997, Badan Pengawas Pasar Modal adalah pelaksana tugas di
bidang pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan pasar modal yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Keuangan
dan dipimpin oleh seorang ketua.
b. Pelaksana Bursa
Pelaksana bursa adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem
c. Perusahaan yang Go Public (emiten)
Emiten adalah pihak yang melakukan emisi atau yang telah melakukan
penawaran umum surat berharga.
d. Perusahaan Efek
Perusahaan efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai
penjamin emisi efek, perantara pedagang efek dan atau manager investasi (UU
Pasar Modal).
e. Lembaga kliring dan penyelesaian penyimpanan
Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan penyelesaian
transaksi yang terjadi di bursa efek. Penyimpanan efek serta penitipan harta
untuk pihak lain.
f. Reksa Dana (Investment Fund)
Mengacu pada Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995, pasal 1 ayat
(27). Di definisikan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di
investasikan dalam portofolio efek oleh manager investasi.
g. Lembaga Penunjang Pasar Modal
Lembaga penunjang pasar modal meliputi tempat penitipan harta, biro
administrasi efek, wali amanat atau penanggung yang menyediakan jasanya.
h. Profesi Penunjang Pasar Modal
Terdiri dari akuntan, notaris, perusahaan penilai dan konsultan hukum.
Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam
efek-efek yang diperdagangkan dalam pasar modal.
2.2.1.4 Instr umen Pasar Modal
Menurut Anoraga dkk 2001 yang dimaksud dengan instrumen pasar modal
adalah semua surat-surat berharga (securities) yang di perdagangkan di bursa
efek. Instrumen pasar modal ini pada umumnya bersifat jangka panjang. Dengan
ini instrumen yang sudah ada di pasar modal terdiri dari :
a. Saham
b. Obligasi
c. Sertifikat
(Anoraga dkk, 2001)
Sekuritas yang diperdagangkan di bursa efek adalah saham, obligasi,
sedangkan sertifikat di perdagangkan di luar bursa melalui bank pemerintah. Dari
berbagai jenis saham yg di kenal di bursa, yang di perdagangkan yaitu saham
biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock).
Saham biasa (common stock) adalah saham yang tidak memperoleh hak
istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh deviden
sepanjang perseroan memperoleh keuntungan sedangkan saham preferen
merupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan deviden atau
bagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi lebih dahulu dari saham biasa,
di samping itu mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi
Sedangkan Saham preferen (preferred stock) adalah saham yang pemiliknya
akan memiliki hak lebih dibanding hak pemilik saham biasa. Pemegang saham
preferen akan mendapat dividen lebih dulu dan juga memiliki hak suara lebih
dibanding dengan pemilik saham biasa, seperti hak suara dalam pemilihan direksi.
Dan pemegang saham preferen akan memiliki hak utama atas harta pada saat
perusahaan dilikuidasi. (www.bisnisinvestasisaham.com)
Obligasi adalah surat berharga yang bersifat hutang. Lebih jauh lagi dapat
didefinisikan bahwa bukti pengakuan hutang dari perusahaan yang hendak
memperoleh modal. Keuntungna dari membeli obligasi diwujudkan dalam bentuk
kupon. Berbeda dengan saham, obligasi tidak mempunyai hak terhadap
manajemen dan kekayaan perusahaan. Artinya perusahaan yang mengeluarkan
obligasi hanya mengakui memiliki hutang kepada pemegang obligasi sebesar
obligasi yang dimiliknya. Oleh karena itu, dalam struktur modal perusahaan yang
terlihat dalam neraca, obligasi dimasukkan dalam modal asing atau utang jangka
panjang dan akan dilunasi apabila telah sampai tenggang waktunya. Derivatif dari
efek adalah efek-efek yang ada kaitannya dengan efek seperti saham dan obligasi.
(Koetin, 2002)
2.2.2. Tinjauan Teoritis Tentang IHSG
2.2.2.1. Indeks Harga Saham Gabungan
Situasi pasar secara umum baru dapat diketahui jika kita mengetahui Indeks
Harga Saham Gabungan. Untuk perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan ini,
stabil. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan semua saham yang
tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Tanggal 10 Agustus 1982
ditetapkan sebagai hari dasar (nilai indeks = 100).
Ada 3 cara dalam mehitung IHSG :
1.Menghitung rata-rata (Arithmatic mean)harga saham yag masuk dalam
anggota indeks
2.Menghitung (geometric mean) dari indeks individual saham yang masuk
anggota indeks
3.Menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar
Angka IHSG menunjukan diatas 100 berarti kondisi pasar sedang ramai,
sedangkan pada saat IHSG menunjukan dibawah 100 berarti kondisi pasar sedang
lesu, IHSG menunjukan nilai 100 berarti pasar dalam keadaan stabil. (Anoraga
dkk. 2001)
Indeks Harga Saham setiap hari di hitung menggunakan harga saham
terakhir yang terjadi di Bursa Efek. Dua macam indeks yang digunakan di bursa
adalah indeks harga saham individual yang mencerminkan perkembangan harga
suatu saham dan indeks saham gabungan yang mencerminkan perkembangan
pasar secara keseluruhan. Harga saham yang digunakan dalam perhitungan indeks
di bursa adalah harga saham yang terjadi di pasar reguler.
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan memang secara signifikan di
pengaruhi oleh pergerakan atau perubahan harga saham-saham dengan kapitalisasi
besar, sebaliknya dalam indeks yang di hitung berdasarkan rata-rata tertimbang
berdampak pada Indeks Harga Saham Gabungan. Hal tersebut dikarenakan
timbangan bobot masing-masing saham yang berbeda, sehingga tidak
mengherankan jika pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan sangat di tentukan
oleh saham-saham dengan kapitalisasi besar.
Nilai kapitalisasi pasar adalah nilai seluruh saham yang dihitung
berdasarkan harga yang terakhir terjadi. Nilai dasar adalah nilai yang dihitung
berdasarkan harga perdana dari masing-masing saham atau berdasarkan harga
yang telah dikoreksi jika perusahaan telah melakukan pemberian saham bonus
atau deviden saham. (Darmadji dkk, 2001)
Pergerakan nilai indeks akan menunjukan perubahan situasi pasar yang
terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif, ditunjukkan
dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan. Kondisi inilah yang
biasanya menunjukan keadaan yang dinginkan. Keadaan stabil ditunjukkan
dengan indeks harga saham yang tetap, sedangkan pasar yang lesu ditunjukkan
dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan.
Karena waktu dasar merupakan komponen yang penting dalam penentuan
indeks harga saham, maka untuk menentukan waktu dasar harus dilakukan dengan
benar karena akan dipakai sebagai patokan. Waktu dasar dipilih pada saat situasi
sedang stabil. Pada saat waktu dasar sedang tidak stabil, misalkan pada saat
indeks harga saham sedang tinggi, untuk penentuan indeks harga saham
selanjutnya kurang valid, karena akan menunjukan indeks harga saham akan
saham gabungan sangat penting, khususnya bagi calon investor dalam penentuan
jenis saham yang akan dibelinya. (Supranto, 2002)
Indeks harga saham gabungan tidak akan berubah jika pasar saham tersebut
tidak berubah. Hal ini disebabkan karena harga dasar bersifat tetap. Besarnya
harga dasar harga ini akan tetap, sepanjang tidak ada perubahan harga pasar akibat
dari harga teoritis baru suatu saham sebagai hasil perhitungan dari pengaruh aksi
emiten.
Dalam menentukan Indeks Harga Saham Gabungan merupakan cara yang
sederhana (tertimbang). Indeks tertimbang merupakan indeks yang
mempertimbangkan faktor-faktor yang akan mempengaruhi naik turunnya angka
indeks tersebut. Besar kecilnya bobot tergantung dari besarnya pengaruh
perubahan harga saham terhadap keseluruhan harga saham yang ada. Saham yang
berperan besar besar dalam mempengaruhi harga pasar akan diberi beban besar.
Sedangkan untuk saham yang berperan kecil dalam mempengaruhi pasar akan
diberi bobot kecil.
Metode perhitungan angka indeks dengan menggunakan timbangan
(pembobotan) di kemukakan oleh Laspeyres dan Paasche. Kedua orang ini
menggunakan faktor timbangan yang berbeda. Layspeyres mendasarkan pada
jumlah saham pada waktu dasar. Sedangkan Passche menggunakan jumlah saham
2.2.2.2 J enis-jenis Resiko Investasi Saham yang Mempengar uhi Indeks
Harga Saham Gabungan
Menurut Tandelilin, Eduardus (2001) terdapat beberapa sumber resiko
saham adalah sebagai berikut :
a. Resiko suku bunga atau tingkat bunga, merupakan ketidakpastian yang terjadi
dimasa yang akan datang terhadap nilai pasar yang disebabkan oleh adanya
fluktuasi tingkat bunga pasar. Perubahan suku bunga yang akan
mempengaruhi harga saham dan surat berharga lainnya dengan tingkat atau
suku bunga, yang berarti apabila suku bunga atau tingkat bunga meningkat
maka harga saham cenderung turun. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan
bahwa harga saham merupakan cerminan dari nilai sekarang dan pendapatan
saham di masa akan datang.
b. Resiko pasar, merupakan fluktuasi pasar secara keseluruhan yang biasanya
ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan.
Perubahan pasar dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti munculnya resesi
ekonomi, kerusuhan ataupun perubahan politik.
c. Resiko inflasi atau daya beli, merupakanketidakpastian terhadap daya beli dan
pendapatan yang diterima di masa yang akan datang. Resiko ini disebabkan
karena adanya inflasi.
d. Resiko bisnis, merupakan resiko yang timbul dari kondisi operasional suatu
perusahaan, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi bersifat internal
dan efisiensi operasi. Faktor eksternal berupa siklus usaha yang
mempengaruhi kinerja perusahaan.
e. Resiko nilai tukar mata uang, resiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar
mata uang domestic (negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang
negara lainnya, yang disebabkan karena adanya fluktuasi nilai tukar.
2.2.3. Faktor -faktor yang mempengaruhi IHSG
2.2.3.1. Tingkat Inflasi
Definisi inflasi adalah proses kenaikan harga umum barang-barang secara
terus-menerus selama satu periode tertentu. Kenaikan harga-harga tersebut tidak
tergantung besar atau kecilnya prosentase meskipun terjadi kenaikan dalam
prosentase yang besar tetapi hanya sekali saja ini terjadi bukan merupakan
inflasi.(Iswardono, 1996) bahwa yang dimaksud dengan inflasi adalah suatu
kenaikan harga terus-menerus dari barang-barang dan jasa secara umum (bukan
suatu macam barang saja dan sesaat). Menurut definisi ini kenaikan harga suatu
barang yang sporadis bukan dikatakan sebagai inflasi.
Inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi yang menunjukan suatu
kecenderungan harga-harga yang meningkat secara umum dan terus-menerus
(Boediono, 2001). Inflasi yang meningkat menyebabkan daya beli suatu mata
uang suatu negara menjadi semakin menurun.
Meningkatnya laju inflasi mengakibatkan keengganan para investor untuk
menginvestasikan dananya dalam bentuk saham, mereka cenderung untuk
atau real estate dimana investasi jenis ini dapat melindungi investor dari kerugian
yang disebabkan oleh inflasi.
Inflasi adalah kecenderungan harga-harga naik secara umum secara terus
menenerus. Inflasi dapat dibagi menjadi 4 jenis , antara lain :
1. Inflasi ringan
Inflasi di suatu negara dapat dikategorikan inflasi ringan jika tingkat
% dalam setahun
2. Inflasi sedang
Inflasi di suatu negara dapat dikategorikan inflasi sedang jika tingkat
inflasi sebesar 10-30% dalam setahun
3. Inflasi berat
Inflasi di suatu negara dapat dikategorikan inflasi berat jika tingkat
inflasi sebesar 30-100% dalam setahun
4. Hiperinflasi
Inflasi di suatu negara dapat dikategorikan inflasi hiperinflasi jika
tingkat inflasi diatas 100% dalam setahun
(Boediono, 1995)
Inflasi dapat dibagi 2 menurut sebabnya :
a. Inflasi Permintaan (Demand-pull inflation)
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total sedangkan produksi
berada pada kesempatan kerja penuh, sehingga kenaikan permintaan total
Jadi, inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang
terlalu kuat.
Gambar 2.1 : Kurva Demand-pull Inflation
Harga S
H2
D2
H1 D1
Q1 Q2
Sumber : Boediono, 1995, Seri Sinopsis Penganter Ilmu Ekonomi Moneter, Edisi Keempat, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta, Hal 163.
Kurva diatas menggambarkan suatu kenaikan karena permintaan masyarakat akan
barang-barang bertambah (misal karena bertambahnya pengeluaran pemerintah
yang dibiayai dengan pencetakan uang atau kenaikan permintaan luar negeri akan
barang-barang ekspor atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena
kredit yang murah) maka kurva inflasi permintaan bergeser dari D1 ke D2
akibatnya tingkat harga umum naik dari H1 ke H2.
b. Inflasi Penawaran (Cost-push inflation)
Biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi dan inflasi
terjadi dibarengi resesi, karena adanya penurunan dan penawaran total
sebagai akibat dari kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi dapat
1.Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntut kenaikan upah.
2.Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manager dapat menggunakan
kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga (yang lebih tinggi).
3. Kenaikan harga bahan baku industri.
Gambar 2.2 : Kurva Cost-push Inflation
Harga S2
S1
H2
H1
D
Q1 Q2 Output
Sumber : Boediono, 1995 , Seri Sinopsis Penganter Ilmu Ekonomi Moneter, Edisi Keempat, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta.
Gambar pada kurva menunjukan biaya produksi naik (misal karena sarana
produksi yang didatangkan dari luar negeri atau karena kenaikan harga bahan
bakar minyak) maka kurva penawaran masyarakat bergeser dari S1 ke S2.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat inflasi yang
bergerak baik menurun maupun meningkat akan mempengaruhi harga saham
yang pada akhirnya akan mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan.
2.2.3.2 Kur s Valuta Asing
Kurs valuta asing adalah perbandingan antar mata uang suatu negara dengan
mata uang negara lain. Misal kurs Rupiah terhadap Dollar AS.
Menempatkan dana untuk diinvestasikan dalam valuta asing pada dasarnya
sama seperti investasi produk bank dalam satuan mata uang asing atau sama juga
dengan prinsip investasi ala saham. Sama dengan investasi bank karena adanya
penghitungan kurs jual dan kurs beli. Sedangkan sama dengan saham karena
mengharapkan fluktuasi harga (nilai) dan kedua-keduanya merupakan saran
investasi yang sangat sensitif tergadap perkembangan makro-mikro ekonomi.
Keuntungan yang diharapkan adalah selisih antara kurs jual dan kurs beli (capital
gain). (Hady, 2001)
Dengan melakukan penempatan dana investasi dalam bentuk valuta asing
dapat diperoleh keuntungan karena terjadinya kenaikan kurs dan investasi tersebut
sering dulakukan untuk berjaga-jaga dari kemungkinan terjadinya depresiasi.
Apabila masyarakat menduga akan terjadinya devaluasi atau depresiasi maka
kepercayaan masyarakat terhadap mata uang Rupiah akan menurun, maka dalam
keadaan yang demikian pemodal cenderung mengalihkan dananya ke dalam
valuta asing. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan terjadinya
fluktuasi kurs valuta asing baik meningkat maupun menurun dapat mempengaruhi
sikap dan ekspetasi investor terhadap pergerakan harga saham di masa yang akan
datang. Yang selanjutnya akan berpengaruh pula terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
1. Kurs Mengambang (Flexible Exchange Rate)
Di dalam sistem ini nilai mata uang semata-mata ditentukan oleh penawaran
dan permintaan mata uang tersebut. Yang terpenting adalah pemerintah
melalui sentral tidak campur tangan di dalam menjaga nilai tukar tersebut
pada tingkat yang diinginkan. Di dalam praktek tak ada satupun negara yang
mengikuti metode ini secara murni.
2. Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)
Dalam sistem ini pemerintah menetapkan nilai tukar tetap mata uangnya
terhadap mata uang lainnya. Untuk mempertahankan agara nilai mata uang
tersebut tetap pemerintah melakukan campur tangan setiap saat. Repotnya di
dalam sistem ini pemerintah harus selalu siap dengan cadangan devisa dalam
jumlah yang tetap. Agar lebih jelas di bawah ini digambarkan mekanisme
fixed exchange rate dalam bentuk kurva :
Gambar 2.3 : Kur va Kur s Tetap
A0 S
A1
D
Q3 Q0 Q2 Q1 Jumlah US$
besar dibandingkan penawarannya (Q3 Ql). Sehubungan dengan itu, agar
kurs tetap bertahan pada posisi Al, maka Bank sentral harus memasok dolar
sebesar Q3 Ql agar kelebihan (excess) permintaan terhadap penawaran dapat
ditutupi. Sebaliknya bila Pemerintah menetapkan US $ sebesar A0 maka
dolar akan terapresiasi. Akibatnya permintaan akan dolar mengecil menjadi
Q0 dan penawarannya meningkat menjadi Q2. Agar nilai tukar dapat
dipertahankan pada posisi A0 maka Bank sentral harus memberi kelebihan
penawaran terhadap permintaan dolar sebesar Q0 Q2.
3. Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Rate)
Sistem ini merupakan kombinasi antara flexible dan fixed exchange rate.
Nilai tukar ditentukan oleh Bank Sentral tetapi lebih flexible karena bisa berubah
setiap hari, tetapi di dalam kendali yang diinginkan oleh Pemerintah. Di dalam
sistem ini Pemerintah turut campur baik di dalam penentuan kurs maupun tingkat
intervensi yang dilakukan agar kurs tersebut tidak mengalami gejolak yang terlalu
besar. Bila permintaan akan Dolar sangat besar, akan mengganggu cadangan
devisa, maka bisa saja Pemerintah melakukan devaluasi atau merubah sistem nilai
tukar seperti yang dilakukan Pemerintah pada tanggal 14 Agustus 1997.
2.2.3.3 Tingkat Suku Bunga Deposito
Pengertian dasar dari bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk
jangka waktu tertentu, sedangkan secara klasik tingkat bunga adalah harga
loanable funds, yang berarti dana yang tersedia untuk di pinjamkan. (Boediono,
Dana yang dimaksud adalah dana investasi yang berasal dari pendapatan
masyarakat dan pendapatan tersebut melebihi apa yang mereka perlukan untuk
kebutuhan konsumsinya. Mereka adalah kelompok penabung. Bersama-sama,
jumlah seluruh tabungan mereka membentuk supply atau penawaran akan dana.
Di lain pihak, mereka adalah para pengusaha yang memerlukan dana untuk
operasi atau perluasan usahanya. Mereka adalah investor dan jumlah dari
keseluruhan akan dana. Kemudian para penabung dan para investor ini bertemu di
pasar dana dari proses tawar menawar di antara mereka akhirnya akan di hasilkan
keseimbangan dan kesepakatan. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi struktur
tingkat suku bunga dalam perekonomian. Milton Friedman mengungkapkan
implikasi teori kuantitas dalam teori permintan uang di dalam upaya
meningkatkan tingkat suku bunga dan tingkat harga. Friedman mengatakan bahwa
tingkat suku bunga adalah benar sebagai harga kredit, tapi bukan harga uang,
sehingga kenaikan jumlah kredit akan menaikan tingkat suku bunga.
Ekuilibrium tingkat suku bunga dalam perekonomian ini juga dipengaruhi
oleh adanya tingkat pendapatan, yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat
tabungan masyarakat. Sedangkan tingkat pendapatan itu sendiri dipengaruhi oleh
tingkat investasi, dan investasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dan pada
akhirnya interaksi tersebut membentuk keseimbangan di pasar perdana investasi.
(Boediono, 1995)
Menurut UU no. 7 tahun 1992, pengertian deposito berjalan sebagai
waktu yang ditentukan telah habis, maka deposan akan menarik deposito
berjangka tersebut atau memperpanjang dengan suatu periode yang diinginkan.
BI menjamin sepenuhnya pembayaran kembali deposito berjangka pada
waktu tanggal pelunasannya. Tetapi tidak sepenuhnya deposito berjangka dijamin
oleh BI. Deposito berjangka yang diterbitkan (dijual) oleh bank swasta nasional
tidak dijamin, kecuali di jual oleh bank-bank pemerintah. (Suyatno Thomas,
1990)
Pemerintah tidak akan mengenakan pajak kekayaan terhadap simpanan
deposito berjangka dan pajak pajak pendapatan terhadap bunga deposito.
Macam-macam deposito sebagai berikut : (Suyatno Thomas, 1990)
1. Deposito Valuta Asing Berjangka
Depostio berjangka valuta asing pada beberapa bank-bank pemerintah dapat
diterbitkan dalam Dollar AS atau mata uang (currency) lainnya yang terdaftar
pada Bursa Valuta Asing.
2. Sertifikat Deposito
Menurut UU No. 7 tahun 1992, sertifikat deposito adalah deposito berjangka
yang bukti simpanannya dapat di perdagangkan. Jadi sertifikat deposito yang
ditunjukkan harus dibayar oleh bank yang menerbitkan. Walaupun sertifikat
deposito diterbitkan dalam jangka waktu tertentu tetapi untuk mendapatkan
uang kembali atas dasar sertifikat deposito tersebut tidak begitu terikat akan
jangka waktu, sebab dalam pengertian sertifikat deposito dapat di
perjual-belikan atau dengan perkataan lain setiap sertifikat deposito dapat dijual
3. Deposit Oncall
Merupakan simpanan yang tetap berada di bank selama tidak
membutuhkannya. Deposito ini agak berbeda dengan deposito berjangka.
Melihat penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan
menurunnya tingkat suku bunga maka akan membuat pemilik modal cenderung
mengalihkan modalnya ke pasar modal, yang tentunya akan akan berakibat positif
dengan ditadainya kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan. Investor akan lebih
tertarik menanamkan modalnya ke dalam pasar modal karena return yang
diterima akan lebih besar daripada return yang diperoleh dari bunga deposito
walaupun dengan tingkat resiko yang lebih besar.
2.2.3.4 Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang
Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia melalui lelang. Maka Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3bulan) dengan sistem
diskonto/bunga. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank
Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan suatu paradigma
yang dianut yaitu, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang
berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual
oleh BI untuk mengelola kelebihan uang primer tersebut.
Dasar hukum penerbitan SBI adalah UU No.3 Tahun 1968 tentang Bank
BI No.6/2/PB I/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang BI - Scripless Securities
Settelement System.
SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless), dan seluruh kepemilikan maupun
transaksinya dicatat dalam sarana Bank Indonesia BI-SSSS. Pihak-pihak yang
dapat memiliki SBI adalah bank umum dan masyarakat. Bank dapat membeli SBI
di pasar perdana sementara masyarakat hanya diperbolehkan membeli di pasar
sekunder. Penerbitan SBI di pasar perdana dilakukan dengan mekanisme lelang
pada setiap hari Rabu atau hari kerja berikutnya (dalam hal hari dimaksud adalah
hari libur). SBI diterbitkan dengan jangka waktu (tenor) 1 bulan sampai dengan
12 bulan dengan satuan unit terkecil sebesar Rp1 juta. Saat ini Bank Indonesia
menerbitkan SBI dengan tenor 1 bulan dan 3 bulan. Penerbitan SBI tenor 1 bulan
dilakukan secara mingguan sedangkan SBI tenor 3 bulan dilakukan secara
triwulanan. Peserta lelang SBI terdiri dari bank umum dan pialang pasar uang
Rupiah dan Valas.(www.bi.go.id)
Metode lelang penerbitan SBI dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara
yaitu melalui Variable Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran
kuantitas dengan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia) dan
dengan Fixed Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas
dengan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia).
Sejak awal Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan mekanisme BI rate (suku
bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan oleh
Bank Indonesia untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini
pelelangan. Definisi BI rate sendiri menurut Bank Indonesia adalah suku bunga
instrument sinyaling Bank Indonesia yang ditetapkan pada Rapat Dewan
Gubernur triwulanan untuk berlaku selama triwulan berjalan, kecuali ditetapkan
berbeda oleh Rapat Dewan Gubernur bulanan dalam triwulan yang
sama.(www.bi.go.id)
BI rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi pengendalian
moneter untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI 1 bulan
hasil lelang operasi pasar terbuka berada di sekitar BI rate. Selanjutnya suku
bunga SBI 1 bulan diharapkan mempengaruhi suku bunga pasar uang antar bank
dan suku bunga jangka yang lebih panjang. Perubahan BI rate (SBI tenor 1 bulan)
ditetapkan secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin (bps).
BI rate ditetapkan oleh dewan gubernur dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Rekomendasi BI rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam
model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi
2. Berbagai informasi lainnya seperti indikator makro ekonomi, survey,
pendapat ahli, hasil-hasil riset ekonomi, dll.
Saat ini Bank Indonesia menggunakan tingkat suku bunga SBI sebagai salah
satu instrumen untuk mengedalikan inflasi. Apabila inflasi dirasakan cukup tinggi
maka Bank Indonesia akan menaikkan tingkat suku bunga SBI untuk meredam
kenaikan inflasi. Perubahan tingkat suku bunga
bunga. Perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi akan mendapatkan
banyak dampak berat terhadap kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga
ini dapat mengurangi profitabilitas perusahaan sehingga dapat memberikan
pengaruh terhadap harga saham perusahaan yang bersangkutan. (Sunariyah, 2006)
Selain kenaikan beban bunga, tingkat suku bunga SBI yang tinggi dapat
menyebabkan investor tertarik untuk memindahkan dananya ke deposito. Hal ini
terjadi karena kenaikan tingkat suku bunga SBI akan diikuti oleh bank-bank
komersial untuk menaikkan tingkat suku bunga simpanan. Apabila tingkat suku
bunga deposito lebih tinggi dari tingkat pengembalian yang diharapkan oleh
investor, tentu investor akan mengalihkan dananya ke deposito. Terlebih lagi
investasi di deposito sendiri merupakan salah satu jenis investasi yang bebas
resiko. Pengalihan dana oleh investor dari pasar modal ke deposito tentu akan
mengakibatkan penjualan saham besar-besaran sehingga akan menyebabkan
penurunan indeks harga saham.(Sunariyah, 2006)
Bagi masyarakat sendiri, tingkat suku bunga yang tinggi berarti tingkat inflasi
di negara tersebut cukup tinggi. Dengan adanya inflasi yang tinggi akan
menyebabkan berkurangnya tingkat konsumsi riil masyarakat sebab nilai uang
yang dipegang masyarakat berkurang. Ini akan menyebabkan konsumsi
masyarakat atas barang yang dihasilkan perusahaan akan menurun pula. Hal ini
tentu akan mengurangi tingkat pendapatan perusahaan sehingga akan
mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan, yang pada akhirnya akan
2.2.4 Kerangka Pikir
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya berjangka waktu waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang, hal inilah yang membuat pasar
modal sebagai sumber pembiayaan selain perbankan merupakan pilihan para
investor. Investor berharap akan mendapat keuntungan di masa-masa akan datang.
(Sunariyah, 2003)
Pengaruh suku bunga deposito, tingkat inflasi, kurs valuta asing, suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) menentukan flutuasi IHSG di pasar modal.
Kesimpulan berdasarkan dari para ahli ekonomi, sedangkan peranan pasar modal
itu sendiri sangat penting untuk meningkatkan pendapatan perkapita dan
pendapatan nasional. Kelima faktor makro tersebut sedikit banyak berpengaruh
terhadap fluktuasi IHSG di pasar modal. Maka peran pasar modal sebagai sumber
pembiayaan akan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
dan sebaliknya.
Mengingat keempat faktor ekonomi makro tersebut terhadap flutuasi IHSG
di pasar modal yang sangat penting bagi pertumbuhan pasar modal, maka penulis
akan menjelaskan hubungan dan pengaruh variabel ekonomi makro tersebut :
1. Tingkat inflasi mempunyai hubungan yang negatif terhadap IHSG.
Maka secara langsung akan mempengaruhi turunnya pendapatan riil
masyarakat, dan keengganan para investor untuk menginvestasikan dananya
logam mulia/ real estate yang dimana investasi tersebut dapat melindungi
investor dari kerugian.
2. Kurs valuta asing mempunyai hubungan yang negatif terhadap IHSG.
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan terjadinya fluktuasi kurs valuta
asing baik meningkat/ menurun dapat mempengaruhi sikap dan ekspetasi
investor dalam investasinya sehingga mengakibatkan turunnya nilai investasi.
(Istijanto, 2009)
3. Tingkat suku bunga deposito mempunyai hubungan yang negatif terhadap
IHSG.
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada saat tingkat bunga deposito
meningkat maka para investor yang semula melakukan investasi saham akan
terpengaruh untuk mengalihkan investasinya ke dalam bentuk deposito dan
sebaliknya apabila tingkat suku bunga deposito turun maka para investor akan
melakukan investasi dalam bentuk saham sehingga mempengaruhi semua
investasi pasar modal.(Istijanto, 2009)
4. Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mempunyai hubungan
yang negatif terhadap IHSG
Secara teoritis jika suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mengalami
kenaikan maka bank-bank yang ada terpaksa menaikkan suku bunga deposito.
Selain itu akibatnya dari stabilitas ekonomi, volume perdagangan saham
mengalami fluktuasi dengan turunnya harga saham karena berhubungan
Pengaruh keempat variabel ekonomi makro diatas terhadap IHSG di pasar
modal dapat diperjelas dengan menggunakan paradigma dibawah ini :
Gambar 2.4 : Kerangka Konseptual Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IHSG di BEJ
2.2.5 Hipotesis
Sesuai dengan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, dan landasan teori yang telah diuraikan terlebih dahulu, maka hipotesis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Diduga bahwa inflasi, nilai tukar, tingkat suku bunga deposito dan tingkat
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia mempunyai pengaruh terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan di BEI.
Diduga bahwa tingkat suku bunga deposito mempunyai pengaruh yang paling
3.1 J enis dan Sumber Data
Data diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel
(populasi), semua data yang ada gilirannnya merupakan variabel yang kita ukur,
dapat diklasifikasikan menjadi data kuantitatif atau data kualitatif.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu
data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). Data kuantitatif disini
berupa data berkala (time series) yaitu data yang disusun menurut waktu pada
suatu variabel tertentu.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan
oleh lembaga pengumpul data serta dipublikasikan pada masyarakat pengguna
data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil publikasi Badan Pusat Statistik
(BPS) yang meliputi data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), tingkat inflasi,
suku bunga deposito, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan kurs valas
berdasarkan kurun waktu triwulan (tiga bulanan) yang merupakan data tahunan
periode 2009 sampai 2012.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
metode dokumentasi, dimaksudkan untuk mendapatkan data sekunder yang
Surabaya mengenai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), tingkat inflasi, suku
bunga deposito, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan kurs valas
berupa data triwulan (tiga bulanan) periode tahun 2009 – 2012.
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Yang dimaksud dengan Definisi Operasional adalah salah satu definisi yang
diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan atau menspesifikasikan
kegiatan, ataupun memberikan sifat operational yang diperlukan untuk mengukur
variabel tersebut.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah suatu rangkain informasi
histori mengenai pergerakan harga saham gabungan sampai tanggal tertentu.
Indeks harga saham gabungan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi
sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek.
Pengukurannya dinyatakan dalam satuan point.
2. Tingkat inflasi
Tingkat Inflasi adalah proses kenaikan harga barang-barang secara
terus-menerus dalam periode waktu tertentu. Dan tingkat inflasi ini berdasarkan
perubahan harga indeks harga konsumen dengan tahun dasar 1998 selama
periode penelitian pada akhir triwulan Bank Indonesia. Pengukurannya
dinyatakan dalam satuan persen (%).
Suku bunga deposito merupakan rata-rata tingkat suku bunga deposito
berjangka 3 bulan yang berlaku di pasar menurut bank umum selama periode
penelitian pada tiap akhir triwulan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia
yang dinyatakan dalam bentuk persen (%).
4. Kurs valas adalah jumlah atau harga mata uang Rupiah terhadap mata uang
asing (dalam hal ini terhadap mata uang Dollar AS), yang terjadi dalam
hubungan lalu lintas perdagangan dan moneter antar negara. Pengukurannya
dinyatakan dalam satuan Rp terhadap US (Rp/US).
5. Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia adalah tingkat suku bunga yang
ditentukan oleh Bank Indonesia atas penerbitan Sertifikat Bank Indonesia
(SBI). Suku bunga Sertifikat bank Indonesia (SBI) yang digunakan adalah
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 bulan. Pengukuran yang
digunakan adalah satuan persen (%).
3.4 Metode Analisis Data
Untuk menaksir dan menganalisa hubungan yang diajukan dalam hipotesis
pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, tingkat inflasi, nilai tukar (kurs),
Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan diatas akan
dilakukan beberapa analisis yang mendukung tujuan dari penelitian.
Analisis Regresi Linier berganda dengan asumsi klasik BLUE (Best Linear
Unbiassed Estimator) yang bertujuan untuk menentukan arah dan kekuatan