• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

30 BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di Koperasi Kredit Kosayu yang beralamat di Jalan Candi Kalasan No.3, Blimbing, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian ysng berkenaan dengan suatu kondisi atau fase yang dimiliki karakteristik yang khas dengan subjek penelitian dapat saja individu, kelompok, masyarakat maupun lembaga (Ali and Kadir, 2014:64).

C. Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah 7 aspek untuk menilai tingkat kesehatan koperasi kredit kosayu. Kesehatan koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, dalam pengawasan, atau dalam pengawasan khusus dilihat dari 7 aspek yaitu permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan koperasi, dan jatidiri koperasi.

1. Permodalan

Penilaian aspek permodalan untuk memberikan informasi tentang kecukupan modal koperasi dalam menunjang jalannya kegiatan operasional.

Penilaian terhadap aspek permodalan koperasi didasarkan pada tiga rasio yaitu

(2)

pertama, rasio modal sendiri terhadap total aset yaitu menilai kemampuan modal sendiri koperasi dalam membantu pendanaan terhadap total aset yang dimilikinya. Kedua, rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan berisiko yaitu menilai kemampuan modal sendiri koperasi dalam menutup risiko atas pemberian pinjaman yang tidak didukung dengan jaminan yang memadai.

Ketiga, rasio kecukupan modal sendiri yaitu menilai kemampuan modal sendiri terimbang koperasi dalam menerima kerugian akibat penurunan aset yang dimilikinya.

2. Kualitas Aktiva Produktif

Penilaian aspek kualitas aktiva produktif untuk menilai kualitas kekayaan koperasi yang dapat memberikan penghasilan bagi koperasi.

Penilaian terhadap aspek kualitas aktiva produktif koperasi didasarkan pada empat rasio yaitu pertama, rasio volume pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman yang diberikan yaitu menilai kemampuan koperasi dalam memenuhi seluruh pinjaman anggota. Kedua, rasio risiko pinajaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan untuk menilai besarnya risiko pinjaman bermasalah dari seluruh pinjaman yang diberikan. ketiga, rasio cadangan risiko terhadap pinjaman bermasalah untuk menilai kualitas cadangan risiko dalam menutup risiko kerugian akibat pinjaman yang tidak dapat ditagih. Keempat, rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman yang diberikan untuk menilai besarnya pinjaman yang tidak didukung dengan jaminan yang memadai dari seluruh pinjaman yang diberikan.

(3)

3. Manajemen

Penilaian manajemen untuk memahami peranan manajemen koperasi dalam pengelolaan koperasi agar kegiatan koperasi berjalan dengan baik.

Penilaian aspek manajemen koperasi meliputi lima komponen yaitu pertama, manajamen umum untuk menilai kemampuan koperasi dalam mengelola kegiatan koperasi. Kedua, manajemen kelembagaan untuk menilai kemampuan koperasi dalam mengelola SDM dan sistem kerja koperasi.

Ketiga, manajemen permodalan untuk menilai kemampuan koperasi dalam mengelola modal sendiri. Keempat, manajemen aktiva untuk menilai kemampuan koperasi dalam mengelola pinjaman atau pengkreditan dari aset yang dimiliki. Kelima, manajemen likuiditas untuk menilai kemampuan koperasi dalam mengelola asetnya untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

4. Efisiensi

Penilaian aspek efisiensi ini untuk mengukur kemampuan koperasi dalam mengendalikan pengeluaran biaya operasional. Penilaian terhadap aspek efisiensi koperasi didasarkan pada tiga rasio yaitu pertama, rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto untuk mengetahui besarnya beban operasi anggota yang dikeluarkan koperasi dalam memperoleh partisipasi bruto. Kedua, rasio beban usaha terhadap SHU kotor untuk mengetahui besarnya beban usaha yang dikeluarkan koperasi dalam memperoleh SHU kotor. Ketiga, rasio efisiensi pelayanan untuk mengetahui besarnya biaya

(4)

karyawan yang dikeluarkan koperasi dalam menjalankan kegiatan simpan pinjam.

5. Likuiditas

Penilaian aspek likuiditas untuk mengetahui kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penilaian terhadap aspek likuiditas koperasi dilakukan terhadap dua rasio yaitu pertama, rasio kas dan bank terhadap kewajiban lancar untuk menilai kemampuan koperasi dalam membayar hutang jangka pendeknya dengan menggunakan kas dan bank yang dimiliki koperasi. Kedua, rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima untuk menilai kemampuan koperasi dalam memberikan pinjaman kepada anggota maupun calon anggota dengan menggunakan dana yang diterima.

6. Kemandirian dan Pertumbuhan Koperasi

Penilaian kemandirian dan pertumbuhan koperasi untuk mengetahui seberapa besar kemandirian dan pertumbuhan koperasi jika dilihat dari kemampuannya mendapatkan laba dan operasional pelayanannya. Penilaian terhadap aspek kemandirian dan pertumbuhan koperasi didasarkan pada tiga rasio yaitu pertama, rasio rentabilitas aset untuk menilai kemampuan koperasi dalam memperoleh SHU dengan menggunakan total aset yang dimilikinya.

Kedua, rasio rentabilitas modal sendiri untuk menilai kemampuan koperasi dalam membalas jasa kepada anggota yang telah berkontribusi dalam menanamkan modalnya berupa simpanan-simpanan. Ketiga, rasio

(5)

kemandirian operasional pelayanan untuk mengukur kemampuan koperasi dalam membiayai beban usaha dan beban perkoperasian.

7. Jatidiri Koperasi

Penilaian jatidiri koperasi untuk mengukur kemampuan koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu mempromosikan ekonomi anggota. Penilaian terhadap aspek jatidiri koperasi didasarkan pada dua rasio yaitu pertama, rasio rentabilitas asset untuk mengukur kemampuan koperasi dalam memperoleh SHU dengan memanfaatkan total aset yang dimilikinya. Kedua, rasio promosi ekonomi anggota untuk mengukur kemampuan koperasi dalam memberikan manfaat efisiensi partisipasi dan manfaat efisiensi biaya koperasi.

D. Sumber Data 1. Sumber Data

a. Data Primer

Menurut Sugiyono (2017:137) data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer yang diperoleh berupa wawancara secara terstruktur yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari aspek manajemen.

b. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2017:137) data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari dokumen perusahaan, laporan, buku, artikel, jurnal dan informasi lainnya yang mempunyai hubungan dan relevan dengan masalah yang

(6)

dibahas dalam penelitian ini. Sumber data pada penelitian ini dari laporan pertanggungjawaban pengurus, khususnya yang terkait dengan laporan keuangan dari tahun 2016-2019.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk pengumpulan data di mana peneliti mengajukan pertanyaan atau pernyataan terkait dengan dengan aspek manajemen berdasarkan kepada pertanyaan yang ada pada Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 06/Per/Dep.6/IV/2016 (daftar pertanyaan terlampir).

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan Koperasi Kredit Kosayu selama tahun 2016- 2019.

F. Teknis Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif evaluatif dengan berpedoman pada Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementeriam Koperasi dan UKM Nomor 06/Per/Dep.6/IV/2016 tentang pedoman penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi. Penilaian dari masing-masing aspek terhadap penilain kesehatan koperasi yaitu diawali dengan menghitung rasio-rasio dari masing-masing aspek.

(7)

Hasil dari perhitungan rasio akan digunakan untuk mencari skor masing-masing aspek. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Permodalan

a. Rasio modal sendiri terhadap total aset

Penilaian rasio modal sendiri terhadap total aset dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Setelah dilakukan penilaian rasio dengan rumus tersebut, maka langkah selanjutnya melakukan penskoran sesuai dengan tabel berikut ini:

Tabel 3.1: Standar Perhitungan Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor

1-20 25 6 1,50

21-40 50 6 3,00

41-60 100 6 6,00

61-80 50 6 3,00

81-100 25 6 1,50

Sumber: Lampiran 2

b. Rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang berisiko

Penilaian rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang berisiko dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

(8)

Table 3.2: Standar Perhitungan Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman Diberikan yang Berisiko

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor

0-10 0 6 0

11-20 10 6 0,6

21-30 20 6 1,2

31-40 30 6 1,8

41-50 40 6 2,4

51-60 50 6 3,0

61-70 60 6 3,6

71-80 70 6 4,2

81-90 80 6 4,8

91-100 90 6 5,6

>100 100 6 6,0

Sumber: Lampiran 2

c. Rasio kecukupan modal sendiri

Penilaian rasio kecukupan modal sendiri dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Setelah dilakukan penilaian rasio dengan rumus tersebut, maka langkah selanjutnya melakukan penskoran sesuai dengan tabel berikut ini:

Tabel 3.3: Standar Perhitungan Rasio Kecukupan Modal Sendiri

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor

< 4 0 3 0

4 ≤ x < 6 50 3 1,50

6 ≤ x < 8 75 3 2,25

> 8 100 3 3,00

Sumber: Lampiran 2

(9)

2. Kualitas aktiva produktif

a. Rasio Volume Pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman diberikan

Penilaian rasio volume pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman yang diberikan dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Setelah dilakukan penilaian rasio dengan rumus tersebut, maka langkah selanjutnya melakukan penskoran sesuai tabel berikut ini:

Tabel 3.4: Standar Perhitungan Rasio Volume Pinjaman pada Anggota terhadap Total Pinjaman Diberikan

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor

≤ 25 0 10 0

26 – 50 50 10 5,00

51 – 75 75 10 7,50

> 75 100 10 10,00

Sumber: Lampiran 2

b. Rasio Resiko Pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan Penilaian rasio volume pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman yang diberikan dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Setelah dilakukan penilaian rasio dengan rumus tersebut, maka langkah selanjutnya melakukan penskoran sesuai tabel berikut ini:

(10)

tabel 3.5: Standar Perhitungan Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah terhadap Pinjaman yang Diberikan.

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor

≥ 45 0 5 0

40 < x < 45 10 5 0,5

30 < x < 40 20 5 1,0

20 < x < 30 40 5 2,0

10 < x < 20 60 5 3,0

0 < x < 10 80 5 4,0

0 100 5 5,0

Sumber: Lampiran 2

c. Rasio cadangan resiko terhadap pinjaman bermasalah

Penilaian rasio cadangan risiko terhadap pinjaman bermasalah dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Setelah dilakukan penilaian rasio dengan rumus tersebut, maka langkah selanjutnya melakukan penskoran sesuai dengan tabel berikut ini:

Tabel 3.6: Standar Perhitungan Rasio Cadangan Risiko terhadap Pinajman Bermasalah

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor

0 0 0

1-10 10 5 0,5

11-20 20 5 1,0

21-30 30 5 1,5

31-40 40 5 2,0

41-50 50 5 2,5

51-60 60 5 3,0

61-70 70 5 3,5

71-80 80 5 4,0

81-90 90 5 4,5

91-100 100 5 5,0

Sumber: Lampiran 2

(11)

d. Rasio Pinjaman yang beresiko terhadap yang diberikan

Penilaian rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman yang diberikan dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Setelah dilakukan penilaian rasio dengan rumus tersebut, maka langkah selanjutnya melakukan penskoran sesuai dengan tabel berikut ini:

Tabel 3.7: Standar Perhitungan Rasio Pinjaman Berisiko terhadap Pinjaman yang Diberikan

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor

> 30 25 5 1,25

26-30 50 5 2,50

21-26 75 5 3,75

< 21 100 5 5,00

Sumber: Lampiran 2 3. Manajemen

Penilaian aspek manajamen didasarkan pada hasil penelitian atas jawaban pertanyaan wawancara terstruktur terhadap seluruh komponen dengan komposisi pertanyaan (pertanyaan terlampir). Penilaian aspek manajemen koperasi secara lebih rinci dijelaskan dalam tabel dibawah ini:

a. Manajemen Umum

Tabel di bawah ini menunjukkan perhitungan nilai yang didasarkan pada hasil penilaian terhadap jawaban atas pertanyaan aspek manajemen umum, dimana manajemen umum memiliki 12 pertanyaan yang diberi bobot 3 atau 0,25 nilai untuk setiap jawaban pertanyaan “ya”.

(12)

Tabel 3.8: Standar Perhitungan Manajemen Umum

Jumlah Jawaban Ya Skor

1 0,25

2 0,50

3 0,75

4 1,00

5 1,25

6 1,50

7 1,75

8 2,00

9 2,25

10 2,50

11 2,75

12 3,00

Sumber: Lampiran 2 b. Manajemen Kelembagaan

Tabel di bawah ini menunjukkan perhitungan nilai yang didasarkan pada hasil penilaian terhadap jawaban atas pertanyaan aspek kelembagaan, dimana manajemen kelembagaan memiliki 6 pertanyaan yang diberi bobot 3 atau 0,5 nilai untuk setiap jawaban pertanyaan “ya”.

Tabel 3.9: Standar Perhitungan Manajemen Kelembagaan

Jumlah Jawaban Ya Skor

1 0,50

2 1,00

3 1,50

4 2,00

5 2,50

6 3,00

Sumber: Lampiran 2 c. Manajemen Permodalan

Tabel di bawah ini menunjukkan perhitungan nilai yang didasarkan pada hasil penilaian terhadap jawaban atas pertanyaan aspek permodalan, dimana manajemen permodalan memiliki 6 pertanyaan yang diberi bobot 3 atau 0,6 nilai untuk setiap jawaban pertanyaan “ya”.

(13)

Tabel 3.10: Standar Perhitungan Manajemen Permodalan

Jumlah Jawaban Ya Skor

1 0,60

2 1,20

3 1,80

4 2,40

5 3,00

Sumber: Lampiran 2 d. Manajemen Aktiva

Tabel di bawah ini menunjukkan perhitungan nilai yang didasarkan pada hasil penilaian terhadap jawaban atas pertanyaan aspek manajemen aktiva, dimana manajemen aktiva memiliki 5 pertanyaan yang diberi bobot 3 atau 0,3 nilai untuk setiap jawaban pertanyaan “ya”.

Tabel 3.11: Standar Perhitungan Manajemen Aktiva

Jumlah Jawaban Ya Skor

1 0,30

2 0,60

3 0,90

4 1,20

5 1,50

6 1,80

7 2,10

8 2,40

9 2,70

10 3,00

Sumber: Lampiran 2 e. Manajemen Likuiditas

Tabel di bawah ini menunjukkan perhitungan nilai yang didasarkan pada hasil penilaian terhadap jawaban atas pertanyaan aspek manajemen likuiditas, dimana manajemen likuiditas memiliki 5 pertanyaan yang diberi bobot 3 atau 0,6 nilai untuk setiap jawaban pertanyaan “ya”.

(14)

Tabel 3.12: Standar Perhitungan Manajemen Likuiditas

Jumlah Jawaban Ya Skor

1 0,60

2 1,20

3 1,80

4 2,40

5 3,00

Sumber: Lampiran 2 4. Efisiensi

a. Rasio Beban Operasional Pelayanan terhadap Partisipasi Bruto

Penilaian rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Setelah dilakukan penilaian rasio dengan rumus tersebut, maka langkah selanjutnya melakukan penskoran sesuai dengan tabel berikut ini:

Tabel 3.13: Standar Perhitungan Rasio Beban Operasi Anggota terhadap Partisipasi Bruto

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor

> 100 0 4 1

95 < x < 100 50 4 2

90 ≤ x < 95 75 4 3

< 90 100 4 4

Sumber: Lampiran 2

b. Rasio Beban Usaha terhadap SHU Kotor

Penilaian rasio beban usaha terhadap SHU kotor dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Setelah dilakukan penilaian rasio dengan rumus tersebut, maka langkah selanjutnya melakukan penskoran sesuai dengan tabel berikut ini:

(15)

Tabel 3.14: Standar Perhitungan Rasio Beban Usaha terhadap SHU Kotor

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor

> 80 25 4 1

60 < X < 80 50 4 2

40 < X < 60 75 4 3

< 40 100 4 4

Sumber: Lampiran 2 c. Rasio Efisiensi Pelayanan

Penilaian rasio efisiensi pelayanan dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Setelah dilakukan penilaian rasio dengan rumus tersebut, maka langkah selanjutnya melakukan penskoran sesuai tabel berikut ini:

Tabel 3.15: Standar Perhitungan Rasio Efisiensi Pelayanan

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor

< 5 100 2 2,0

5 < X < 10 75 2 1,5

10 < X < 15 50 2 1,0

> 15 0 2 0,0

Sumber: Lampiran 2 5. Likuiditas

a. Rasio Kas dan Bank terhadap Kewajiban Lancar

Penilaian rasio kas dan bank terhadap kewajiban lancar dapat digunakan rumus berikut ini:

Setelah dilakukan penilaian rasio dengan rumus tersebut, maka langkah selanjutnya melakukan penskoran sesuai tabel berikut ini:

(16)

Tabel 3.16: Standar Perhitungan Rasio Kas terhadap Kewajiban Lancar

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor

< 10 25 10 2,5

10 < X < 15 100 10 10

15 < X < 20 50 10 5,0

> 20 25 10 2,5

Sumber: Lampiran 2

b. Rasio Pinjaman yang Diberikan terhadap Dana yang Diterima

Penilaian rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Setelah dilakukan penilaian rasio dengan rumus tersebut, maka langkah selanjutnya melakukan penskoran sesuai dengan tabel berikut ini:

Tabel 3.17: Standar Perhitungan Rasio Pinjaman yang diberikan terhadap Dana yang Diterima

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor

< 60 25 5 1,25

60 < X < 70 50 5 2,50

70 < X < 80 75 5 3,75

80 < X < 90 100 5 5

Sumber: Lampiran 2 6. Kemandirian dan Pertumbuhan

a. Rasio rentabilitas aset

Penilaian rasio rentabilitas aset dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Setelah dilakukan penilaian rasio dengan rumus tersebut, maka langkah selanjutnya melakukan penskoran sesuai dengan tabel berikut ini:

(17)

Tabel 3.18: Standar Perhitungan Rasio Rentabilitas Aset

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor

< 5 25 3 0,75

5 < X < 7,5 50 3 1,50

7,5 < X < 10 75 3 2,25

>10 100 3 3,00

Sumber: Lampiran 2

b. Rasio Rentabilitas Modal Sendiri

Penilaian rasio rentabilitas modal sendiri dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Setelah dilakukan penilaian rasio dengan rumus tersebut, maka langkah selanjutnya melakukan penskoran sesuai dengan tabel berkut ini:

Tabel 3.19 : Standar Perhitungan Rasio Rentabilitas Modal Sendiri

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor

< 3 25 3 0,75

3 < X < 4 50 3 1,50

4 < X < 5 75 3 2,25

>5 100 3 3,00

Sumber: Lampiran 2

c. Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan

Penilaian rasio rentabilitas modal sendiri dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Setelah dilakukan penilaian rasio dengan rumus tersebut, maka langkah selanjutnya melakukan penskoran sesuai dengan tabel berkut ini:

(18)

Tabel 3.20 : Standar Perhitungan Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor

≤ 100 0 4 0

> 100 100 4 4

Sumber: Lampiran 2 7. Jatidiri Koperasi

a. Rasio Partisipasi Bruto

Penilaian rasio partisipasi bruto dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Setelah dilakukan penilaian rasio dengan rumus tersebut, maka langkah selanjutnya melakukan penskoran sesuai dengan tabel berikut ini:

Tabel 3.21: Standar Perhitungan Rasio Partisipasi Bruto

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor

< 25 25 7 1,75

25 < X < 50 50 7 3,50

50 < X < 75 75 7 5,25

>75 100 7 7

Sumber: Lampiran 2

b. Rasio Promosi Ekonomi Anggota

Penilaian rasio promosi ekonomi anggota dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Setelah dilakukan penilaian rasio dengan rumus tersebut, maka langkah selanjutnya melakukan penskoran sesuai dengan tabel berikut ini:

(19)

Tabel 3.22: Standar Perhitungan Rasio Promosi Ekonomi Anggota

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor

< 5 0 3 0

5 < X < 7,5 50 3 1,50

7,5 < X < 10 75 3 2,25

>10 100 3 3

Sumber: Lampiran 2 G. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan yaitu berdasarkan dua macam metode sebagai berikut:

1. Metode Analisis Cross Section

Metode analisis cross section merupakan metode tolak ukur yang digunakan untuk mengategorikan sehat tidaknya posisi keuangan perusahaan yang dilakukan dengan cara membandingkan rasio keuangan rata-rata industrinya pada periode yang bersangkutan (Warsono, 2003:31). Pengujian hipotesis menggunakan metode Cross Section karena pada penelitian ini menguji kepada hasil perhitungan penilaian terhadap tujuh komponen dimana akan diperoleh skor masing-masing dan secara keseluruhan. Berdasarkan tujuh aspek, komponen untuk mendapat predikat tingkat kesehatan koperasi simpan pinjam koperasi dibagi dalam empat kategori, seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.23: Penetapan Predikat Tingkat Kesehatan KSP/USP Koperasi

Skor Predikat

80,00 ≤ X < 100 0 Sehat

66,00 ≤ X < 80,00 Cukup Sehat

51,00 ≤ X < 66,00 Dalam Pengawasan

< X < 51,00 Dalam Pengawasan Penuh Sumber: Lampiran 2

(20)

Pada tabel di atas dapat digunakan untuk tolok ukur penilaian tingkat kesehatan koperasi. Skor tersebut didapat dari besarnya jumlah skor yang telah dihitung berdasarkan pada perhitungan setiap aspek tiap tahunnya.

2. Metode Time Series

Metode lintas waktu (Time Series) merupakan metode tolak ukur analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara membandingkan suatu rasio keuangan perusahaan dari suatu periode tertentu dengan periode sebelumnya (Warsono, 2003:30). Metode Time Series digunakan untuk mengetahui posisi keuangan pada tahun tertentu (ke-t) sehat atau tidak, maka rasio keuangan pada tahun tersebut dibandingkan dengan rasio keuangan pada tahun sebelumnya yaitu tahun t-1. Secara sistematis dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Keterangan:

RKit : rasio keuangan koperasi i pada periode t

RKit-1 : rasio keuangan koperasi i pada periode t

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat kemampuan seseorang berbeda-beda dalam hal menyesuaikan diri. Namun proses penyesuaian diri tidak selalu berjalan begitu saja tanpa adanya kendala ataupun

Komponen tersebut adalah tujuan, materi, metode atau strategi pembelajaran, media dan evaluasi.” Tujuan merupakan komponen utama yang paling penting dalam kegiatan

(5) Pengangkatan kembali dalam Jabatan Fungsional Asisten Agen Intelijen sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilakukan dengan menggunakan Angka Kredit terakhir yang

Ketika telah selesai dalam pembuatan sebuah game, ada satu proses yang nantinya akan menentukan apakah game yang telah dibuat sudah dapat atau layak untuk digunakan, dimainkan

a) Suara (sound), dibedakan pula menjadi media siar (telecommunication) dan media rekam (recording). b) Visual, dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis, dan symbol

Sedangkan pada sintesis asam p- Asetamidobenzoat, asam p-Aminobenzoat, dan benzokain rendemen kurang dari 100 % hal ini karena adanya kesalahan-kesalahan selama percobaan

Dan menurut hasil penelitian (Setiono, 2010 ) diperoleh dengan menggunakan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Dapat meningkatkan aktivitas siswa,hasil belajar siswa

Dalam penelitian ini akan dilakukan suatu analisis kefektivitasan kebijakan BLT menggunakan sebuah instrumen pemodelan dinamis yang dapat digunakan oleh pembuat kebijakan