• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Capaian Kinerja Triwulan I Tahun Asisten Deputi Penataan Ruang dan Pertanahan. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Laporan Capaian Kinerja Triwulan I Tahun Asisten Deputi Penataan Ruang dan Pertanahan. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Capaian Kinerja Triwulan I Tahun 2022 Asisten Deputi Penataan Ruang dan Pertanahan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

A. Capaian Kinerja Triwulan I Tahun 2022

Hasil pengukuran kinerja Asisten Deputi Penataan Ruang dan Pertanahan sampai dengan Triwulan I Tahun 2022 dapat ditampilkan pada Tabel 1, sebagai berikut:

Tabel 1. Ringkasan Capaian Kinerja Asisten Deputi Penataan Ruang dan Pertanahan Triwulan I Tahun 2022

No Indikator Kinerja Utama Satuan Target Tahun 2022

Realisasi Triwulan I

Capaian (%) I Sasaran Kegiatan 1. Terwujudnya

Kebijakan di Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan yang Berkualitas 1.1 Indikator 1.1 Persentase Pelaksanaan

Kompilasi, Integrasi, dan SInkronisasi IGT, serta penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin, dan/atau Hak Atas Tanah melalui Kebijakan Satu Peta (Perpres 23/2021 dan PP 43/2021)

% 85% (dari 34 Provinsi)

31,14%

(dari 34 Provinsi)

31,14%

(dari 34 Provinsi)

1.2 Indikator 1.2 Persentase Pelaksanaan Kebijakan/Regulasi dan debottlenecking dalam penyelenggaran Penataan Ruang (RTRWN, RTR Pualu, RTR KSN, RTRWP, RTRWK, dan RDTR) serta penyelenggaraan Pertanahan (Pengadaan Tanah, Hak Atas Tanah, Tanah Terlantar, Tanah TImbul dan Hasil Reklamasi, Bank Tanah) yang berkualitas

% 80% 27,59% 27,59%

1.3 Indikator 1.3 Persentase Pelaksanaan Reforma Agraria (Penetapan Objek TORA, Redistribusi TORA, Legalisasi Aset, Penyelesaian Konflik Agraria, Pemberdayaan Tanah dan Subjek RA) untuk mendukung Program Pemerataan Ekonomi (PPE)

% 85% 34,42% 34,42%

1.4 Indikator 1.4. Persentase Pelakansanaan Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan (Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun

% 75% 27,59% 27,59%

(2)

No Indikator Kinerja Utama Satuan Target Tahun 2022

Realisasi Triwulan I

Capaian (%) II Sasaran Kegiatan 2. Terwujudnya

Pelaksanaan Koordinasi, Sinkronisasi, dan Pengendalian di Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan yang Efektif 2.1 Indikator 2.1Indeks Kualitas Koordinasi,

Sinkronisasi, dan Pengendalian di Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan

Indeks 3 dari 4 N/A N/A

2.2 Indikator 2.2. Persentase Penyelesaian Analisis Kebijakan Penataan Ruang dan Pertanahan

% 75% 27,59% 27,59%

III

3.1

Sasaran Kegiatan 3. Terwujudnya Tata Kelola Asisten Deputi Penataan Ruang dan Pertanahan yang Baik

Indikator 3.1 Persentase ASN Asisten Deputi Penataan Ruang dan Pertanahan yang memenuhi Jam Pelajaran (JP) ASN

% 70 N/A N/A

3.2 Indikator 3.2 Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran Asisten Deputi Penataan Ruang dan Pertanahan

% 97% 40,88% 40,88%

Kinerja Asisten Deputi Penataan Ruang dan Pertanahan sampai dengan Triwulan I Tahun 2022 sebagaimana tercantum dalam ringkasan Tabel 1 dapat diuraikan sebagai berikut:

1

Sasaran Kegiatan 1: Terwujudnya Kebijakan di Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan yang Berkualitas

Pencapaian Sasaran Strategis 1: Terwujudnya Kebijakan di Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan yang Berkualitas ditunjukkan oleh pencapaian empat indikator kinerja yaitu:

1. Persentase pelaksanaan Kompilasi, Integrasi, dan Sinkronisasi IGT serta Penyelesaian

Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin, dan/atau Hak Atas Tanah melalui Kebijakan Satu Peta (Perpres 23/2021 dan PP 43/2021)

2. Persentase pelaksanaan Kebijakan/Regulasi dan debottlenecking dalam penyelenggaraan Penataan Ruang (RTRW, RTR Pulau, RTR KSN, RTRWP, RTRWK, dan RDTR) serta penyelenggaraan Pertanahan (Pengadaan Tanah, Hak Atas Tanah, Tanah Terlantar, Tanah Timbul dan Hasil Reklamasi, Bank Tanah) yang Berkualitas

3. Persentase pelaksanaan Reforma Agraria (Penetapan Objek TORA, Redistribusi TORA, Legalisasi Aset, Penyelesaian Konflik Agraria, Pemberdayaan Tanah dan Subjek RA) untuk mendukung Program Pemerataan Ekonomi (PPE)

4. Persentase pelaksanaan Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan (Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat serta Kawasan Batam, BIntan, Karimun)

Capaian indikator kinerja tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1.1. Persentase pelaksanaan

Kompilasi, Integrasi, dan Sinkronisasi IGT

Latar Belakang

Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta terdiri atas empat kegiatan utama berdasarkan Perpres 23/2021, yakni: a) Kompilasi dengan output berupa pengumpulan IGT dari 24 K/L Walidata dan Pemerintah Daerah di 34 Provinsi a. Integrasi dengan output

(3)

serta penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang,

Kawasan Hutan, Izin, dan/atau Hak Atas Tanah melalui Kebijakan Satu Peta (Perpres 23/2021 dan PP 43/2021)

IGT yang telah terintegrasi terhadap IGD dan standar pemetaan b. Sinkronisasi dengan ouput penyelesaian permasalahan tumpeng tindih pemanfaatan ruang c.

Berbagi Data dan IG dengan ouput produk kebijakan satu peta yang dapat dibagipakaian melalui Geoportal Kebijakan Satu Peta (KSP).

Dalam rangka melanjutkan pelaksanaan Percepatan Kebijakan Satu Peta (PKSP), melalui Perpres No. 23 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Perpres No. 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta pada tingkat ketelitian Peta Skala 1:50.000 dimana mengatur kegiatan utama dari PKSP yaitu Kompilasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Berbagi data dan Informasi Geospasial melalui Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) yang telah ditetapkan pada 6 April 2021, yang mengamanatkan untuk memperluas jumlah target Informasi Geospasial Tematik (IGT). Target pelaksanaannya diperluas mencakup 24 Kementerian/Lembaga dan 34 Provinsi serta penambahan 72 IGT menjadi 158 peta tematik yang mencakup tema perekonomian dan keuangan, kebencanaan serta kemaritiman. Selain itu juga dilakukan pemutakhiran terhadap 85 IGT.

Dengan demikian produk Kebijakan Satu Peta dapat dimanfaatkan di lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah secara luas untuk mendukung berbagai program prioritas nasional berbasis spasial serta mempercepat penyelesaian permasalahan tumpang tindih pemanfaatan ruang dengan mendahulukan hak- hak masyarakat dengan tetap memperhatikan kepastian berinvestasi di Indonesia melalui penyediaan platform berbagi pakai data antara K/L/P melalui Geoportal untuk memperluas pemanfaatan data Satu peta.

Berdasarkan Permenko Bidang Perekonomian No. 6 tahun 2021 yang melaksanakan amanat perpres No. 23 Tahun 2021 maka telah disusun rencana aksi Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta yang mengatur mekanisme dan tata kerja pelaksanaan Kebijakan Satu Peta serta terkait pemutakhiran dan perwujudan IGT dalam rangka memenuhi proses kompilasi dan integrasi Informasi Geospasial Tematik dan Informasi Geospasial Dasar.

Berdasarkan hasil sinkronisasi yang dilakukan oleh Kebijakan Satu Peta pada tahun 2019 diketahui bahwa telah terjadi permasalahan ketidaksesuaian yang terjadi antara Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin dan/atau Hak Atas Tanah yang saat ini telah dituangkan dalam Keputusan Menko Perekonomian No 222 s/d No 255 Tahun 2021 tentang Peta Indikatif Tumpang Tindih IGT (PITTI) Ketidaksesuaian Batas Daerah, Tata Ruang, dan Kawasan Hutan di 34 Provinsi di seluruh Indonesia pada tanggal 28 Oktober 2021. Permasalahan ketidaksesuaian tersebut dapat mempengaruhi proses perizinan berusaha dan investasi di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka di dalam Undang-Undang Cipta Kerja (UUCK) telah diatur pola mekanis penyelesaian permasalahan ketidaksesuaian tersebut dengan peraturan pelaksana berupa Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 2021 tentang Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin dan/atau Hak Atas Tanah.

PP 43/2021 merupakan peraturan pertama di Indonesia yang mengatur penyelesaian tumpang tindih pemanfaatan ruang dan lahan secara lintas sektor, karena penyelesaian permasalahan ketidaksesuaian dalam PP 43/2021 disusun dengan memperhatikan regulasi yang berlaku di setiap sektor, antara lain Rezim Kehutanan, Rezim Tata Ruang dan Pertanahan, dan Rezim Kelautan. Ruang lingkup penyelesaian Ketidaksesuaian mencakup Batas Daerah, Rencana Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin, Konsesi, Hak Atas Tanah, Hak Pengelolaan, Garis Pantai, Rencana Tata Ruang Laut (RTRL), Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu (RZ KSNT), Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah, Rencana Zonasi wilayah Pesisir dan pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K), dan/atau Perizinan terkait Kegiatan yang Memanfaatkan Ruang Laut. Dalam penyelesaian Ketidaksesuaian, PP 43/2021 menggunakan perspektif kronologis yaitu Keterlanjuran dan Pelanggaran. Keterlanjuran adalah kondisi di mana Izin, Konsesi, Hak Atas Tanah dan/atau Hak Pengelolaan yang diterbitkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang pada saat itu berlaku, namun

(4)

menjadi tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini, sedangkan Pelanggaran adalah kondisi dimana Izin, Konsesi, Hak Atas Tanah dan/atau Hak Pengelolaan yang diterbitkan tidak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hasil Pengukuran Kinerja

Hingga Triwulan I Tahun 2022, pelaksanaan Kompilasi Integrasi dan Sinkronisasi IGT serta penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin, dan/atau Hak Atas Tanah melalui Kebijakan Satu Peta (Perpres 23/2021 dan PP 43/2021) yang telah terealisasi adalah sebesar 31,14% (dari 34 Provinsi) dari target Tahun 2022 dengan ringkasan sebagai berikut:

Indikator Kinerja

Utama Satuan Target Realisasi % Kinerja IKU-1.1

Persentase

pelaksanaan Kompilasi Integrasi dan

Sinkronisasi, IGT serta Penyelesaian

Ketidaksesuaian Tumpang Tindih melalui Kebijakan Satu Peta (Perpres 23/2021 dan PP 43/2021)

%

85 % (dari 34 Provinsi)

31,14% 31,14%

Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan pada Triwulan I 2022, telah dilaksanakan kegiatan Pelaksanaan Kompilasi, Integrasi dan Sinkronisasi IGT serta penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin, dan/atau Hak Atas Tanah melalui Kebijakan Satu Peta (Perpres 23/2021 dan PP 43/2021) yang dilakukan melalui berbagai kegiata diantaranya:

a. Rapat koordinasi serta Klinik integrasi, kompilasi, dan sinkronisasi, b. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta (E-Monev) c. Rapat koordinasi serta Klinik Sinkronisasi Daerah

d. Pengembangan Sistem SIPPITI untuk e-monev Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang Kawasan Hutan, izin dan/atau Hak Atas Tanah

e. Monitoring dan Evaluasi Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang Kawasan Hutan, izin dan/atau Hak Atas Tanah

Pencapaian kinerja triwulan I tahun 2022 terealisasi dengan baik meskipun ruang gerak dan koordinasi dengan K/L dan Pemerintah Daerah masih dihadapkan pada pandemic Covid-19. Capaian Pelaksanaan Kompilasi, Integrasi dan Sinkronisasi IGT serta penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin, dan/atau Hak Atas Tanah melalui Kebijakan Satu Peta (Perpres 23/2021 dan PP 43/2021) diantaranya sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Integrasi, kompilasi, pemutakhiran dan Sinkronisasi Kebijakan Satu Peta

Terhadap 158 Target Kompilasi IGT dalam Renaksi, telah Terkompilasi 130 IGT atau 82 persen yang telah menyampaikan IGT kewenangannya kepada Sekretariat PKSP. Dalam rangka kompilasi perlu dilakukan percepatan, khususnya terhadap K/L walidata IGT yang belum menyampaikan IGT serta percepatan pemenuhan kelengkapan standar kompilasi data IGT (kamus/

struktur data, metadata, dokumen standar/ NSPK, dan dokumen penetapannya. Sedangkan Terhadap 158 Target Integrasi IGT dalam

(5)

Renaksi, telah Terintegrasi 65 IGT atau 47 persen yang telah memenuhi standar Format Data dan Sistem Koordinat. Dalam rangka integrasi perlu dilakukan percepatan pemenuhan standar Integrasi pada data IGT yang masuk dalam Renaksi serta percepatan proses Integrasi dimana masih terdapat 72 IGT dalam proses verifikasi/ perbaikan data IGT dan 21 IGT belum terkompilasi. Diperlukan Dukungan Penganggaran pada K/L Penanggungjawab Data untuk Pemenuhan Target Kebijakan Satu Peta, khususnya Pelaksanaan Kompilasi dan Integrasi IGT, serta pembuatan IGT sebagaimana terlampir dalam Renaksi PKSP.

2. Pemanfaatan Produk Kebijakan Satu Peta

Dalam rangka pemanfaatan Produk Kebijakan Satu Peta diantaranya agar optimalnya untuk mendukung implementasi berbagai program/kebijakan nasional dan Dalam rangka mendorong pemanfaatannya lebih luas maka perlu peninjauan kembali dan perubahan terhadap ketentuan berbagi data baik dalam Keppres 20/2018 tentang kewenangan Akses untuk Berbagi Data dan IG melalui JIGN dalam kegiatan percepatan pelaksanaan kebijakan satu penta serta Permenko 6/2018 tentang Klasfisikasi kewenangan akses untuk berbagi data dan IG melalui JIGN dalam kegiatan percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta dan Permenko 7/2018 tentang Tata Kelola berbagai data dan IG melalui JIGN dalam kegiatan Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta. Saat ini sedang dilakukan simulasi terkait dengan penambahan kolom Publik, klasifikasi akses IGT, baik IGT Pemutakhiran maupun IGT Perwujudan Baru oleh penanggung jawab IGT; Kewenangan akses kepada Publik perlu diperhatikan terhadap pengelompokkan seperti individu, organisasi, dan akademisi dan perlu penambahan tipe data dan length pada kolom entitas.

(6)

3. Kick off meeting Koordinasi penyelesaian PITTI Ketidaksesuaian Tatakan Kick off meeting Koordinasi penyelesaian PITTI Ketidaksesuaian Tatakan telah dilaksanakan pada bulan Januari 2022 dengan mengundang K/L terkait dan Pemerintah Daerah. Berdasarkan hasil kick off meeting tersebut menghasilkan rekomendasi dan penyempurnaan timeline rencana kerja 2022.

4. Penyepakatan Rencana Aksi Sinkronisasi Penyelesaian Tumpang Tindih Fasilitasi.

Penyepakatan Rencana Aksi telah dilakukan secara nasional, yang dibagi pelaksanaannya pada 6 (enam) Wilayah pada Bulan Februari-Maret 2022.

Agenda penyepakatan Rencana Aksi (1) Validasi terhadap data input PITTI Ketidaksesuaian Tatakan 2021 dan (2) Tindak lanjut terhadap Penyepakatan Penyelesaian Tumpang Tindih oleh Pemerintah Daerah.

(7)

Penyepakatan Renaksi dilakukan melalui Berita Acara Kesepakatan Renaksi Penyelesaian Ketidaksesuaian Tatakan untuk masing-masing 34 Provinsi di Indonesia. Berita acara didalamnya meliputi penyepakatan target kuantitatif dan jangka waktu pelaksanaan Renaksi, baik untuk: (a) Percepatan Penetapan Batas Daerah, (b) Revisi Peraturan Daerah RTRW Provinsi dan, (c) Percepatan Kegiatan Tata Batas dan Pengukuhan Kawasan Hutan.Berikut merupakan contoh Berita Acara Kesepakatan Provinsi Aceh

5. Pelaksanaan Rencana Aksi Sinkronisasi Penyelesaian Tumpang Tindih Pelaksanaan Rencana Aksi Sinkronisasi Penyelesaian Tumpang Tindih dilakukan berdasarkan tindaklanjut paska ditetapkannya Kepmenko PITTI Ketidaksesuaian dan dipilihnya Provinsi Prioritas, dan hasil penyepakatan Rencana Aksi Penyelesaian Ketidaksesuaian Tatakan yang disusun oleh Kementerian/Lembaga serta Pemerintah Daerah terkait dan dikoordinasikan

(8)

oleh Kemenko Perekonomian. Paska penyepakatan Rencana Aksi Bersama, selanjutnya Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah terkait wajib menyusun Rencana Aksi lanjutan sebagai acuan rencana kerja di setiap unit instansi yang dikoordinasikan oleh Tim Pelaksana, yakni oleh Pejabat Eselon 1 di Kementerian/Lembaga serta Sekda baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Berikut merupakan prioritisasi provinsi dalam pelaksanaan penyelesaian ketidak sesuaian tatakan.

6. Persiapan Regulasi terkait PITTI Ketidaksesuaian Izin dan/atau Hak Atas Tanah

Persiapan Regulasi terkait PITTI Ketidaksesuaian Izin dan/atau Hak Atas Tanah diantaranya telah disusun Rancangan Perpres tentang Kelembagaan dan Tata Kelola Penyelesaian Ketidaksesuaian sebagai turunan PP 43/2021 mengamanatkan Kpala Daerah, baik Gubernur, Bupati dan Wali Kota agar membentuk Tim Koordinasi penyelesaian Ketidaksesuaian di tingkat Daerah.

Berdasarkan hal tersebut untuk mendukung tugas Tim Koordinasi di Tingkat Pusat, dalam Pasal 2 ayat (8) Rancangan Perpres Kelembagaan dan Tata Kelola Penyelesaian Ketidaksesuaian, diamanatkan bahwa Gubernur, Bupati, dan Wali Kota dapat membentuk Tim Koordinasi Penyelesaian Ketidaksesuaian di Tingkat Daerah. Tim ini nantinya berfungsi mengawal pelaksanaan ketidaksesuaian di tingkat daerah dan melakukan percepatan debottlenecking bersama dengan Tim Koordinasi yang diketuai oleh Menko Perekonomian. Rperpres berdasarkan Surat Kemenkumhkam No PPE.4 PP.03.03-2267 perihal dinyatakan telah selesai proses pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rperpes dan melalui Surat Kemenko Perekonomian No IPW.1.2-26/M.EKON/01/2022 perihal permohonan penandatanganan RPerpres kepada Presiden. Berikut merupakan Raperpres tentang Kelembagaan dan Tata Kelola Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, izin, Konsensi, Hak Atas Tanah dan/atau Hak Pengelolaan.

(9)

7. Pengembangan DSS Penyelesaian Ketidaksesuaian (SIPITTI)

SIPITTI merupakan Sistem Informasi Pendukung Keputusan dalam Penyelesaian Ketidaksesuaian antar Kebijakan Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin, Konsesi dan/atau Hak Atas Tanah yang berbasis WebGIS. SIPITTI dibangun berdasarkan input dan mekanisme kerja dalam proses penyusunan Peta Indikatif Ketidaksesuaian sesuai amanat: • Perpres No. 9 Tahun 2016 dan Perpres No. 23 Tahun 2021 • PP No. 43 Tahun 2021, • Permenko No.1/2021 tentang Pedoman Penyusunan, Penetapan dan Pemutakhiran PITTI Ketidaksesuaian. Saat ini sedang dikembangkan Input data secara manual berdasarkan hasil overlay dari desktop mapping, otomasi proses dengan mengunakan SIPITTI, output berupa grafik, tabel, peta dan services (dalam proses).

(10)

8. Monev Pelaksanaan Sinkronisasi Penyelesaian Tumpang Tindih Proses penyelesaian ketidaksesuaian akan terus dilakukan Monitoring dan Evaluasi baik oleh Kemenko Perekonomian, baik melalui Form Perkembangan Renaksi, Konsinyasi hingga Dashboard Monitoring melalui Sistem Informasi PITTI atau SIPITTI. Saat ini masih dilakukan perbaikan dan penyempurnaan serta terdapat beberapa kendala dalam penyempurnaan database.

Berdasarkan Permenko No. 6 Tahun 2021 tentang Renaksi PKSP, Rencana Aksi Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta (PKSP) menjadi dasar untuk merancang system e-monnev One Map Policy. Kementerian/Lembaga wajib melaporkan progress dalam Renaksi secara berkala, yang kemudian progress ini akan dilaporkan kepada Presiden dalam Laporan kebijakan Satu Peta setiap 6 bulan sekali

Adapun kendala yang menyebabkan belum maksimalnya capaian kegiatan pada triwulan I diantaranya :

• Terkendalanya koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah karena Pandemi Covid-19.

• Belum kuatnya komitmen antara Kementerian/Lembaga Walidata dalam menyelesaikan gap integrasi IGT dan pemutakhiran IGT Rencana Aksi Kebijakan Satu Peta

• Diperlukan adanya pemutakhiran data IGT agar IGT Produk Kebijakan Satu Peta yang digunakan dan dimanfaatkan oleh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah telah mengikuti perubahan dan dinamika pembangunan yang terjadi.

• Adanya beberapa data penyusun PITTI Ketidaksesuaian Kegiatan Perkebunan dalam Kawasan Hutan belum terkompilasi danter- integrasi secara nasional

• Diperlukannya Penyesuaian Produk Hukum berupa perubahan produk hukum Permenko, Keputusan Presiden No. 20 tahun 2018 tentang Kewenangan Akses untuk Berbagi Data dan IG melalui JIGN dalam Kegiatan Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta, Permenko No. 7 Tahun 2018 tentangTata Kelola Berbagi Data dan IG melalui JIGN dalam Kegiatan Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta dan Permenko No. 6 Tahun 2018 tentang Klasifikasi Kewenangan Akses untuk Berbagi Data dan IG melalui JIGN dalam Kegiatan Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta

• Perlunya penguatan mekanisme pemutakhiran (updating) data dalam Geoportal untuk memastikan data yang tersedia selalu up-to-date.

• Keterbatasan SDM Pemerintah Daerah khususnya di bidang teknis spasial dan pemetaan dalam mendukung pelaksanaan Kebijakan Satu Peta di tingkat Daerah

Beberapa upaya yang telah dilakukan pada triwulan I untuk mendorong realisasi Pelaksanaan Kompilasi, Integrasi dan Sinkronisasi IGT serta penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin, dan/atau

(11)

Hak Atas Tanah melalui Kebijakan Satu Peta (Perpres 23/2021 dan PP 43/2021) ditriwulan berikutnya diantaranya dilakukan:

• Koordinasi yang yang lebih intensif dengan para Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah

• Optimalisasi kualitas Informasi Geospasial Dasar (IGD) untuk mendukung perwujudan dan pemutakhiran IGT serta Penyelesaian permasalahan tumpang tindih pemanfaatan ruang di wilayah provinsi prioritas yang ditetapkan dari 34 Provinsi.

• Perlunya percepatan Kompilasi dan Integrasi Data Izin Lokasi (ILOK) dan Izin Usaha Perkebunan (IUP) di tingkat daerah secara nasional sebagai data pendukung penyelesaian ketidaksesuaian dalam PITTI dengan menetapkannya sebagai Program Prioritas TA. 2022.

• Percepatan integrasi RTRW Provinsi dengan RZWP3K yang menjadi sangat penting guna percepatan penyusunan PITTI di sektor kelautan dalam rangka menjamin kepastian pemanfaatan ruang laut, menjamin kepastian investasi serta penyelesaian tumpang tindih di sektor kemaritiman.

Berdasarkan hasil capaian kinerja triwulan I dan upaya yang akan dilakukan di triwulan mendatang maka target kinerja tahun 2022 diproyeksikan dapat tercapai.

Pelaksanaan Rencana Aksi dan Capaian Kegiatan TW I

Koordinasi Kebijakan Kompilasi, Integrasi, Pemutakhiran dan SInkronisasi Penyelesaian Tumpang Tindih Pemanfaatan Ruang dalam Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta

No Output Kegiatan

Pagu Anggaran

Realisasi Anggaran

Realisasi Output Tw I

% Capaian

Output 1 Rekomendasi

Kebijakan Kompilasi, Integrasi, Pemutakhiran dan

Sinkronisasi Penyelesaian Tumpang Tindih Pemanfaatan Ruang dalam Pelaksanaan Percepatan Kebijakan Satu Peta

9.500.000.000 3.546.818.760 1 Rekomendasi

Kebijakan

31.14%

(12)

Persentase Pelaksanaan Kompilasi, Integrasi dan Sinkronisasi IGT serta penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin, dan/atau Hak Atas Tanah melalui Kebijakan Satu Peta (Perpres 23/2021 dan PP 43/2021)

No

Rencana Aksi TW I Status

Keterangan ( dapat berisikan Kendala &

Rekomendasi Perbaikan)

1

Pelaksanaan Integrasi, kompilasi, pemutakhiran dan Sinkronisasi Kebijakan Satu Peta di Provinsi Pulau Sumatera

Terlaksana

Telah dilaksanakan Integrasi, kompilasi, pemutakhiran dan Sinkronisasi Kebijakan Satu Peta di Provinsi Pulau Sumatera.

2 Pelaksanaan Pemutakhiran

42 IGT Terlaksana

Telah dilaksanakan Pemutakhiran IGT dan saat ini masih berproses untuk IGT-IGT lainnya

3

Pemanfaatan Produk

Kebijakan Satu Peta Terlaksana

Pemanfaatan Produk Kebijakan Satu Peta telah digunakan pada beberapa kegiatan untuk

penyusunan kebijakan strategis diantaranya AOI Food Estate, Rencana Induk Batam Bintan Karimun (BBK) dll. Selain itu sedang dilakukan simulasi terhadap berbagi pakai data untuk

pemanfaatan Produk Kebijakan Satu Peta kepada publik.

4

Monev Pelaksanaan Sinkronisasi Penyelesaian

Tumpang Tindih Terlaksana

Telah dilaksanakan dan masih berlangsung pada beberapa propinsi yang ditargetkan selesai pada tahun 2022 dan 2023.

(13)

5

Kick off meeting Koordinasi penyelesaian PITTI

Ketidaksesuaian Tatakan

Terlaksana

Telah dilaksanakan Kick off meeting penyelesaian PITTI ketidaksesuaian tatakan pada bulan Februari 2022

6.

Penyepakatan Rencana Aksi Sinkronisasi Penyelesaian Tumpang Tindih

Terlaksana

Telah dilaksanakan Penyepakatan Rencana Aksi pada 34 propinsi, yang dibagi

pelaksanaannya pada 6 (enam) Wilayah pada Bulan Februari-Maret 2022 dan disepakati dalam Berita Acara Kesepakatan Rencana Aksi Penyelesaian Ketidaksesuaian Batas Daerah, Tata Ruang dan Kawasan Hutan.

7.

Fasilitasi Pelaksanaan Rencana Aksi Sinkronisasi Penyelesaian Tumpang Tindih

Terlaksana

Telah dilaksanakan fasilitasi pelaksanaan rencana aksi sinkronisasi Penyelesaian Tumpang tindih pada beberapa propinsi yang sedang Menyusun RTRWP diantaranya Jawa Barat, Kalimantan Timur, Papua Barat, dll.

8.

Persiapan Regulasi terkait PITTI Ketidaksesuaian Izin

dan/atau Hak Atas Tanah Terlaksana

Telah dilaksanakan pembahasan dan saat ini dalam proses penyusunan regulasi terkait PITTI Ketidaksesuaian Izin dan atau Hak atas tanah, dan masih ada kendala diantaranya Diperlukan percepatan Kompilasi dan Integrasi Data Izin Lokasi (ILOK) dan Izin Usaha Perkebunan (IUP) di tingkat daerah secara nasional sebagai data pendukung

penyelesaian

ketidaksesuaian dalam

(14)

PITTI dengan

menetapkannya sebagai Program Prioritas TA.

2022. Hal tersebut termasuk juga untuk mewujudkan Rencana Aksi Kebijakan Satu Peta (Perpres 23/2021) khususnya terkait IGT IUP Perkebunan yang target Kompilasi dan Integrasi telah terlewat di

September 2021.

9.

Pengembangan DSS Penyelesaian

Ketidaksesuaian (SIPITTI) Terlaksana

Pengembangan DSS Penyelesaian

Ketidaksesuaian (SIPITTI) sedang disusun dan disempurnakan sehingga saat ini masih berproses.

1.2. Persentase Pelaksanaan Kebijakan/Regulasi dan debottlenecking dalam

penyelenggaraan Penataan Ruang (RTRWN, RTR Pulau, RTR KSN, RTRWP, RTRWK, dan RDTR) serta

penyelenggaran Pertanahan

(Pengadaan Tanah, Hak Atas Tanah, Tanah Terlantar, Tanah Timbul, dan Hasil Reklamasi, Bank Tanah yang Berkualitas

Latar Belakang

Pandemi Covid19 telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun hingga mencapai -5,3% pada Q2 Tahun 2020, namun dengan seiring membaiknya penanganan pandemic covid19 proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2021 diperkirakan tumbuh sebesar 4,4% hingga 4,7% dan akan terus bertambah menjadi 5,2% di tahun 2022. Akan tetapi, pandemi covid19 terus membayangi dengan potensi mutasi dari pada virus yang penyebarannya akan semakin massif sehingga akan kembali mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada khususnya dan ekonomi dunia pada umumnya. Salah satu upaya pemerintah untuk mencegah pertumbuhan ekonomi semakin memburuk karena covid19 yakni dengan meningkatkan jumlah investasi. Guna mendukung peningkatan jumlah investasi, Pemerintah telah menetapkan UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, dimana salah satu amanat dari pada Undang-Undang No 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja tersebut adalah peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha dengan melakukan penyederhanaan persyaratan dasar Perizinan Berusaha.

Penyederhanaan persyaratan dasar perizinan berusaha sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja, salah satunya adalah Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) yakni merupakan kesesuaian rencana lokasi kegiatan dan/atau usaha dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) berbentuk digital dan integrasi dalam sistem perizinan berusaha secara elektronik Online Single Submission (OSS). Untuk daerah yang belum memiliki RDTR maka KKPR diberikan melalui persetujuan dengan asas berjenjang dan komplementer berdasarkan RTRW Nasional, RTR Pulau/Kepulauan, RTR KSN, RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten/Kota, RZ KSNT, dan RZ KAW. Maka demikian diperlukan adanya Rencana Tata Ruang yang berkualitas. Untuk mendukung kemudahan perizinan, maka dibutuhkan adanya RDTR, namun saat ini masih terbatas keberadaannya. Ketersediaan RDTR menjadi salah satu program strategis dalam RPJMN 2020-2024 dimana total target dari pada RDTR adalah

(15)

sebanyak 2000. Namun, hingga tahun tahun 2021 baru terdapat 142 RDTR dan 56 diantaranya telah terintegrasi dalam sistem OSS. Maka demikian ketersediaan RDTR menjadi tantangan untuk mewujudkan kemudahan perizinan berusaha sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.

Dalam mewujudkan proses kemudahan perizinan berusaha dan investasi, tidak jarang proses KKPR terkendala dalam hal ketersediaan lahan/tanah. Oleh karena itu, kegiatan penyelenggaraan/pengadaan tanah menjadi salah satu kunci untuk keberhasilan mewujudkan kemudahan perizinan berusaha dan investasi. Beberapa permasalahan terkait dengan penyelenggaraan/pengadaan tanah antara lain:

Penolakan dari warga terhadap Penetapan Lokasi (Penlok) dan Nilai Uang Ganti Kerugian (UGK);

• Pelepasan tanah dengan karakteristik khusus (Tanah Wakaf, Tanah Kas Desa, dan Tanah Tegakan) karena bersinggungan dengan peraturan perundang – undangan sektoral terkait;

• Tuntutan warga yang menguasai tanah negara lebih dari 20 tahun, untuk mendapatkan santunan kerohiman bila ingin dilakukan relokasi;

• Penyelesaian Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah yang terdapat dalam Proyek Strategi Nasional (PSN) dan Non PSN;

• Penyelesaian dalam Penertiban Kawasan dan Tanah Terlantar serta integrasinya dalam penyelesaian dalam Badan Bank Tanah;

• Proses penyelesaian pengadaan tanah yang masih berada dalam Kawasan Hutan; dan

• Penanganan dampak sosial kemasyarakatan atas tanah teridentifikasi musnah dalam rangka pembangunan untuk kepentingan umum.

Dalam menyelesaikan permasalahan Penataan Ruang dan Penyelenggaraan Pertanahan, Asisten Deputi Penataan Ruang dan Pertanahan telah melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap implementasi kebijakan di bidang Penataan Ruang dan Pertanahan yang telah dikeluarkan pasca Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, seperti:

• Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah;

• Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum;

• Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan dan Tanah Terlantar;

• Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;

• Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan;

• Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2021 tentang Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin, dan/atau Hak Atas Tanah; dan

• Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2021 tentang Badan Bank Tanah.

• Untuk memperkuan dukungan Pemerintah dalam pelaksanaan Kegiatan Reforma Agraria saat ini telah dilakukan Revisi Peraturan Presiden No 86/2018 tentang Reforma Agraria, dan Peraturan Presiden No 88 Tahun 2017 tentang PPTKH

Berdasarkan berbagai macam permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan penyelenggaraan Penataan Ruang dan Pertanahan sebagaimana telah disebutkan di atas, maka Asisten Deputi Penataan Ruang dan Pertanahan akan melakukan berbagai macam kegiatan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dimaksud.

Beberapa kegiatan yang akan dilakukan mencakup:

• Koordinasi dan sinkronisasi berbagai kebijakan bidang Penataan Ruang dan Pertanahan;

(16)

• Koordinasi antar sektor/instansi terkait dan lintas wilayah untuk menghasilkan rekomendasi penyelesaian permasalahan didalam penyelenggaraan Penataan Ruang dan Pertanahan;

• Optimalisasi peran kelembagaan forum lintas sektor (pusat dan daerah) dalam hal penyelenggaraan Penataan Ruang dan Pengadaan tanah; dan

• Implementasi Rencana Kerja Pemerintah percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional

Hasil Pengukuran Kinerja

Hingga Triwulan I Tahun 2022, Persentase pelaksanaan Kebijakan/Regulasi dan debottlenecking dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang (RTRWN, RTR Pulau, RTR KSN, RTRWP, RTRWK, dan RDTR) serta penyelenggaraan Pertanahan (Pengadaan Tanah, Hak Atas Tanah, Tanah Terlantar, Tanah Timbul, dan Hasil Reklamasi, Bank Tanah) yang berkualitas yang telah terealisasi sebesar 27,59%

dari target Tahun 2022 dengan ringkasan sebagai berikut:

Indikator Kinerja

Utama Satuan Target Realisasi % Kinerja IKU-1.2

Persentase pelaksanaan Kebijakan/Regulasi dan debottlenecking dalam

Penyelenggaraan Penataan Ruang (RTRWN, RTR Pulau, RTR KSN, RTRWP, RTRWK dan RDTR) serta penyelenggaraan Pertanahan

(Pengadaan Tanah, Hak Atas Tanah, Tanah Terlantar Tanah Timbul, dan Hasil Reklamasi, Bank Tanah) yang berkualitas

% 80 27,59 27,59%

Untuk mewujudkan penyelenggaraan Penataan Ruang dan Pertanahan yang berkualitas di Indonesia diperlukan adanya pengaturan dalam pemanfaatan dalam penggunaan ruang yang diatur dalam Rencana Tata Ruang. Selaras dengan amanat Undang-Undang Cipta Kerja, Rencana Tata Ruang haruslah mengatur ruang dan pemanfaatannya secara komprehensif, efektif dan efisien. Oleh karena itu Undang-Undang Cipta Kerjamengamanatkan untuk mengintegrasikan Perencanaan Ruang Darat, Laut, Udara, dan Dalam Bumi menjadi satu kesatuan dan integrasi.

Dengan Rencana Tata Ruang yang terintegrasi antara matra darat, laut, udara, dan dalam bumi maka diharapkan penyelenggaraan pemanfaatan ruang dan pertanahan menjadi berkualitas, efektif dan efisien yang pada akhirnya dapat memberikan kesejahteraan masyarakat di seluruh Indonesia.

Pentingnya Rencana Tata Ruang, menjadikan Rencana Tata Ruang menjadi dasar dalam kegiatan pemanfaatan Tanah dan Perizinan Berusaha. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) menjadi operasionalisasi Rencana Tata Ruang dalam pemanfaatan dan penggunaan lahan. Saat ini dari 2000 RDTR yang ditargetkan dalam RPJMN,

(17)

baru tersedia 184 RDTR dan 56 diantaranya telah terintegrasi dalam system perizinan berusaha (OSS). Sehingga dibutuhkan percepatan dalam penyediaan RDTR untuk kemudahan Perizinan Berusaha dan pemanfaatan tanah.

Selain masih rendahnya ketersediaan RDTR untuk mengatur pemanfaatan tanah dan perizinan berusaha, permasalahan ketersediaan lahan/tanah menjadi isu lainnya yang dapat mempengaruhi pergerakan ekonomi. Karena begitu kompleksnya permasalahan pertanahan maka diperlukan adanya kontrol dan pengendalian dalam pemanfaatan penggunaan tanah/lahan. Salah satunya melakukan pengendalian melalui Rencana Tata Ruang.

Sebagaimana tugas dan fungsinya maka Asisten Deputi Penataan Ruang memiliki tugas dan fungsi melakukan koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian terhadap Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Pertanahan. Hingga Triwulan I, Asisten Deputi Penataan Ruang dan Pertanahan telah mengkoordinasinasikan pelaksanaan kebijakan/regulasi serta debottlenecking permasalahan dalam penyelenggaraan penataan ruang antara lain:

• Pelaksanaan percepatan penyusunan penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah

• Pelaksanaan percepatan penyusunan dan penetapan Rencana Detail Tata Ruang Wilayah

• Penyelesaian permasalahan dalam pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang

• Penyelesaian permasalahan dalam pengadaan tanah untuk PSN

• Penyelesaian konflik tenurial dan pemanfaatan tanah

Berdasarkan hasil capaian kinerja triwulan I dan upaya yang akan dilakukan di triwulan mendatang maka target kinerja tahun 2022 diproyeksikan dapat tercapai.

Pelaksanaan Rencana Aksi dan Capaian Kegiatan TW I

Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan / Regulasi dan debottlenecking dalam penyelenggaran Penataan Ruang (RTRWN, RTR Pulau, RTR KSN, RTRWP, RTRWK, dan RDTR) serta penyelenggaraan Pertanahan (Pengadaan Tanah, Hak Atas Tanah, Tanah Terlantar, Tanah TImbul dan Hasil Reklamasi, Bank Tanah) yang berkualitas

No Output

Kegiatan

Pagu Anggaran

Realisasi Anggaran

Realisasi Output Tw I

% Capaian

Output 1 Rekomendasi

Kebijakan Penataan Ruang

500.000.000 125.541.486 1 Rekomendasi

Kebijakan bidang Penataan

Ruang

25,54%

2 Rekomendasi Kebijakan Bidang Pertanahan

500.000.000 165.234.043 1 Rekomendasi

Kebijakan bidang Pertanahan

29,65%

(18)

Persentase pelaksanaan Kebijakan / Regulasi dan debottlenecking dalam penyelenggaraan Penataan Ruang (RTRWN, RTR Pulau, RTR KSN, RTRWP, RTRWK, dan RDTR) serta penyelenggaraan Pertanahan

(Pengadaan Tanah, Hak Atas Tanah, Tanah Terlantar, Tanah Timbul dan Hasil Reklamasi, Bank Tanah) yang berkualitas

No

Rencana Aksi TW I Status

Keterangan ( dapat berisikan Kendala & Rekomendasi

Perbaikan)

1 Koordinasi pelaksanaan Revisi RTRWN

Tertunda dan Tergeser

Untuk mewujudkan

Perencanaan Ruang Nasional yang Aman, Nyaman, Efektif, dan Berkelanjutan maka diperlukan proses peninjauan kembali dan revisi RTRWN untuk mengakomodir perkembangan perubahan pemanfaatan penggunaan lahan yang cukup signifikan.

Proses koordinasi Revisi RTRWN dilaksanakan pada TW II

2

Koordinasi percepatan penyusunan dan/atau Revisi RTR KSN

Terlaksana

Pada TW I dilakukan koordinasi percepatan penyusunan RTR KSN IKN.

Juga terdapat beberapa RTR KSN lainnya seperti RTR KSN Kawasan RTR KSN Candi Prambanan dan RTR KSN Perkotaan Metropolitan Banjarbakula

3

Koordinasi percepatan penetapan Perda RTRW dan RDTR

Terlaksana

Untuk mendukung kemudahan Perizinan Berusaha telah dilakukan koordinasi untuk mempercepatan penetapan perda RTRW khususnya untuk Kabupaten yang belum memiliki RTRW serta RDTR.

Saat ini telah dilakukan proses percepatan penyusunan dan penetapan RDTR melalui Bantek sejumlah 75 RDTR

4 Koordinasi Percepatan Integrasi

RTR dengan RZWP3K Terlaksana

Sebagaimana amanat UUCK untuk melakukan integrasi antara RTR dan RZWP3K agar menjadi satu kesatuan yang komprehensif. Maka telah dilakukan koordinasi untuk melaksanakan percepatan

(19)

integrasi RTR dengan RZWP3K

5

Koordinasi dalam pelaksanaan KKPR untuk Proyek Strategis Nasional

Terlaksana

untuk menjamin

keberlansungan pembangunan Proyek Strategis Nasional maka telah dilakukan koordinasi pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) antara lain untuk Bendungan Bagong, Bendungan Lausimeme KEK Galang Batang

6

Koordinasi penyelesaian permasalahan tumpeng tindih pemanfaatan ruang

Terlaksana

Telah dilaksanakan koordinasi dan audiensi dengan

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur untuk membahan penyelesaian permasalahan tumpang tindih dalam rangka percepatan proses revisi RTRW Kab.

Kotawaringin Timur

7

Monitoring dan evaluasi penetapan perda RTRW dan RDTR

Terlaksana

Program penetapan dan penyusunan RTRW dan RDTR merupakan salah satu program strategis sehingga dalam pelaksanaannya akan terus dimonitor dan evaluasi. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan penyelenggaraan penataan ruang yang berkualitas

8

Penetapan Peraturan Presiden Penanganan Dampak Sosial

Kemasyarakatan atas Tanah Teridentifikasi Musnah dalam rangka Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Terlaksana

Rancangan Peraturan Presiden tentang Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan atas Tanah yang

Diidentifikasi Musnah dalam Rangka Pembangunan untuk Kepentingan Umum akan ditetapkan pada Triwulan II.

9

Koordinasi dan Penetapan Revisi Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan

Terlaksana dengan Perubahan

Pada Rapat Koordinasi terkait Revisi Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri

(20)

Nomor 13/PMK.02/2013 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Keuangan Nomor 13/PMK.02/2013 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara disepakati bahwa tidak perlu dibuat payung hukum khusus mengatur biaya operasional dan biaya pendukung untuk pelaksanaan penanganan dampak sosial

kemasyarakatan atas tanah yang diidentifikasi musnah dalam rangka

pembangunan untuk kepentingan umum, berupa pembentukan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) baru atau perubahan PMK Nomor 13/PMK.02/2013 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

10 FGD Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum

Tertunda dan digeser

Belum terlaksana pada TW I dan direncanakan

dilaksanakan pada TW selanjutnya

11

Rapat Koordinasi peningkatan dan peran Bank Tanah dalam rangka Penyediaan Tanah bagi pembangunan untuk

kepentingan umum

Tertunda dan digeser

Tahun ini, Asdep Penataan Ruang dan Pertanahan sedang Menyusun Rancangan Peraturan Presiden Reforma Agaria.

Dalam Perpres Reforma Agraria yang ada, belum diatur tentang Bank Tanah.

Oleh karena itu, perlu

(21)

adanya pembahasan dengan kementerian terkait, dalam hal ini Kementerian ATR/BPN. Rencananya pembahasan ini akan dilakukan pada Triwulan II tahun 2022.

12

Rapat Koordinasi penyelesaian debottlenecking konflik

pertanahan

Terlaksana

Pada Triwulan I Tahun 2022, Asisten Deputi Penataan Ruang dan Pertanahan melakukan:

• Analisis Aset BMN di sepanjang poros jalan Pekanbaru – Dumai yang di atasnya diterbitkan Hak Atas Tanah. Terkait permasalahan tersebut telah dilakukan juga berbagai Rapat Koordinasi dan FGD dengan Akademisi dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Solusi terhadap penyelesaian

permasalahan tersebut akan didiskusikan dengan Direktur Jenderal Kekayaan

Negara dan

Kementerian ATR/BPN pada triwulan selanjutnya.

• Rapat Koordinasi Teknis terkait Penyelesaian Tumpang Tindih Lahan Pertambangan

Batubara PT. Baturona Adimulya dengan Lahan HGU Perkebunan Sawit PT. Musi Banyuasin Indah. Permasalahan tumpeng tindih tersebut menyebabkan PT.

Baturona tidak dapat

(22)

melakukan kegiatan Pertambangan pada lahan seluas +/- 60 Hektar yang terdapat tumpang tindih dengan HGU PT. Musi Banyuasin Indah walaupun PT. Baturona memiliki PKP2B.

Terhadap

permasalahan tersebut, kedua Perusahaan akan melakukan pertemuan bilateral dan peninjauan lapangan dengan didampingi Kementerian

ATR/BPN dan

Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian.

13

Koordinasi penyelesaian debottlenecking pertanahan dari kawasan Hutan untuk

pembangunan PSN dan non PSN

Terlaksana

Pada Triwulan I Asisten Deputi Penataan Ruang dan Pertanahan melakukan Rapat Koordinasi Teknis Permohonan Surat

Penetapan Kegiatan dalam rangka Pelepasan Kawasan Hutan di Kabupaten

Keerom, Pelepasan Kawasan Hutan tersebut dilakukan pada Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi dan akan dilakukan untuk rencana pembangunan Kolam Retensi dalam rangka mitigasi bencana alam banjir di Distrik Arso dan Arso Barat. Kegiatan Pelepasan Kawasan Hutan terkendala syarat

administratif berupa penerbitan Surat Penetapan Kegiatan Bencana Alam yang belum pernah diterbitkan

sebelumnya. Pada Rapat Koordinasi disepakati Surat Penetapan Bencana Alam

(23)

akan diterbitkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pemerintah Daerah Keerom wajib melengkapi

persyaratan yang disyaratkan oleh BNPB.

1.3. Persentase pelaksanaan Reforma Agraria (Penetapan Objek TORA, Redistribusi TORA, Legalisasi Aset, Penyelesaian Konflik Agraria Pemberdayaan Tanah dan Subyek RA) untuk

mendukung Program Pemerataan

Ekonomi (PPE)

Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 terdapat amanat untuk menyelesaikan permasalahan agraria khususnya di kawasan hutan dan melanjutkan Kebijakan Pemerataan Ekonomi (KPE). Sebagaimana disampaikan oleh Presiden Joko Widodo pada Rapat Terbatas Evaluasi PSN tanggal 29 Mei 2020, Reforma Agraria merupakan salah satu kegiatan Program Strategis Nasional yang harus diprioritaskan karena berdampak langsung bagi pemerataan dan penguatan ekonomi masyarakat, mengantisipasi dan mencegah konflik, serta penyediaan tanah untuk sektor-sektor krusial. Program Reforma Agraria juga memiliki leverage atau daya ungkit dalam memitigasi dampak ekonomi pandemi Covid-19, khususnya bagi rakyat kecil di pedesaan, petani, pekebun, dan nelayan.

Untuk mendukung Program Pemerataan Ekonomi (PPE) Pemerintah telah menetapkan target pelaksanaan Reforma Agraria sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2019-2024 sebagaimana berikut:

a. Target Legalisasi Aset seluas 4,5 juta Hektar, yang terdiri dari:

• Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap dengan target 3,9 juta Hektar; dan

• Sertipikasi Hak Milik Tanah Transmigrasi dengan target 0,6 juta Hektar.

b. Target Redistribusi Aset seluas 4,5 juta Hektar, yang terdiri dari:

• Penerbitan Sertipikat tanah dari Ex-Hak Guna Usaha (HGU), Tanah Terlantar, dan Tanah Negara lainnya dengan target 0,4 juta Hektar; dan

• Penerbitan Sertipikat tanah dari Pelepasan Kawasan Hutan sebagai sumber TORA dengan target 4,1 juta Hektar.

Salah satu kebijakan yang termasuk dalam Program Reforma Agraria adalah Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan (PPTKH) yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2017 mengenai Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan (PPTKH) yang merupakan salah satu skema untuk Penyediaan Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) dari Kawasan Hutan selain Pelepasan Hutan Produksi Konversi (HPK) Tidak Produktif. Pada Tahun 2021 telah terlaksana Rakor Tim Percepatan PPTKH Tahap IV tanggal 31 Agustus 2021 yang menetapkan pola penyelesaian untuk objek PPTKH seluas 70.665,15 Ha di 10 Provinsi yang telah direkomendasikan oleh para Gubernur. Ke-10 provinsi tersebut adalah Nusa Tenggara Timur, Maluku, Aceh, Bengkulu, Sumatera Selatan, Papua, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Selatan.

Hasil Pengukuran Kinerja

Hingga Triwulan I Tahun 2022, Presentase Pelaksanaan Reforma Agraria (penetapan Objek Tora, Redistribusi TORA, Legalisasi Aset, Penyelesaian Konflik Agraria, Pemberdayaan Tanah untuk Subjek RA) untuk mendukung Program Pemerataan Ekonomi (PPE) mencapai 34,42 % dari target yang ditetapkan Tahun 2022 sebesar 85% dengan ringkasan sebagai berikut:

(24)

Indikator Kinerja

Utama Satuan Target Realisasi % Kinerja IKU-1.3

Persentase

Pelaksanaan Reforma Agraria (Penetapan Objek TORA, Redistribusi TORA, Legalisasi Aset, Penyelesaian Konflik Agraria,

Pemberdayaan Tanah dan SUbjek RA) untuk mendukung Program Pemerataan Ekonomi (PPE)

% 85 34,42 34,42 %

Berdasarkan laporan yang didapatkan dari Kementerian ATR/BPN, capaian Reforma Agraria secara total sampai dengan Triwulan I Tahun 2022 telah melebihi target yang ditetapkan dalam RPJMN tahun 2014 – 2019 dan RPJMN 2019 – 2024 yaitu sebanyak 9.230.000 Hektar tanah dari target 9.000.000 Hektar tanah.

Besarnya capaian didukung dari capaian Legalisasi Aset terutama Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap yang telah dilakukan terhadap 7,68 juta Hektar dari target 3,9 juta Hektar atau sebesar 170,69%; dan Redistribusi Aset terutama penerbitan Sertipikat tanah dari Ex-HGU, Tanah Terlantar, dan Tanah Negara lainnya dengan capaian 1,15 juta Hektar dari target 0,4 juta Hektar atau sebesar 286,65%. Adapun realisasi perlaksanaan Reforma Agraria yang masih belum mencapain target adalah Legalisasi Aset Hak Milik Transmigrasi yang baru terlaksana sebanyak 0,11 juta Hektar dari target 0,6 juta Hektar atau sebesar 18,85% dan Redistribusi Aset Sertipikat tanah dari Pelepasan Kawasan Hutan yang baru terlaksana sebesar 301.569 Hektar dari target 4,1 juta Hektar (7,34%).

Dari total capaian Reforma Agraria tersebut, pelaksanaan Reforma Agraria pada Triwulan I Tahun 2022 mencapai 10,12% dengan dilakukannya sertipikasi terhadap 910.835 hektar. Capaian tersebut merupakan gabungan dari Legalisasi Aset sebesar 17,71% atau sebanyak 800.000 hektar tanah dan Redistribusi Aset sebesar 2,63% atau sebesar 110.835 hektar. Terhadap Legalisasi Aset, capaian terutama melalui program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) sebesar 20,51% atau sebanyak 800.000 hektar dan belum dilakukan pendataan sertipikasi tanah transmigrasi pada Triwulan I 2022. Sedangkan untuk Redistribusi Aset terdiri dari penerbitan Sertipikat tanah dari Ex-HGU, Tanah Terlantar, dan Tanah Negara Lainnya dengan capaian sebesar 12,28% atau sebanyak 52.522 hektar dan sertipikasi dari pelepasan Kawasan Hutan sebesar 0,46% atau sebesar 19.267 hektar.

Kendala yang menyebabkan capaian sertipikasi Tanah Transmigrasi dan penerbitan sertipikat dari pelepasan Kawasan Hutan tersebut sampai dengan Triwulan I Tahun 2022 belum mencapai target adalah:

a. Terhadap penerbitan sertipikat tanah transmigrasi, masih banyak lokasi transmigrasi yang tumpang tindih dengan Kawasan Hutan atau dengan Hak Guna Usaha Perusahaan sehingga tidak bisa langsung dilakukan penerbitan sertipikat dan harus melalui pelepasan Kawasan Hutan dan/atau penyelesaian lainnya;

b. Terhadap Redistribusi Aset khususnya penerbitan sertipikat tanah dari Pelepasan Kawasan Hutan terkendala pada penyediaan Tanah Objek

(25)

Reforma Agraria terutama pada proses Tata Batas dimana terdapat perbedaan Subjek dan Objek Redistribusi.

Pada Triwulan I Tahun 2022 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melalui Asisten Deputi Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan sedang menyiapkan Rancangan Peraturan Presiden Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria yang di dalamnya terdapat regulasi terkait penyelesaian konflik agraria, mekanisme redistribusi aset dari Alokasi 20% Pelepasan Kawasan Hutan untuk Perkebunan, dan Rencana Aksi percepatan pelaksanaan Reforma Agraria. Sampai dengan saat ini, progress penyusunan Rancangan Peraturan Presiden tersebut telah tercapai sebesar 25% dengan telah disusunnya batang tubuh dari Rancangan Peraturan Presiden dimaksud dalam rangkaian Rapat Koordinasi Pembahasan Batang Tubuh Rancangan Peraturan Presiden Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria. Adapun proses penetapan akan dilakukan setelah dilakukannya Rapat Koordinasi Tingkat Menteri.

Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden dan Rencana Aksi Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria tersebut juga merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk menaikkan capaian pada target yang belum tercapai. Selain itu, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian juga secara aktif mendorong dan melakukan koordinasi kepada Kementerian/Lembaga teknis terkait seperti Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

Berdasarkan hasil capaian kinerja triwulan I dan upaya yang akan dilakukan di triwulan mendatang maka target kinerja tahun 2022 yang belum tercapai diproyeksikan dapat tercapai.

Pelaksanaan Rencana Aksi dan Capaian Kegiatan TW I

Koordinasi Pelaksanaan Reforma Agraria (Penetapan Objek TORA, Redistribusi TORA, Legalisasi Aset, Penyelesaian Konflik Agraria, Pemberdayaan Tanah dan Subjek RA) untuk mendukung Program Pemerataan Ekonomi (PPE)

No Output

Kegiatan

Pagu Anggaran

Realisasi Anggaran

Realisasi Output Tw I

% Capaian

Output 1 Rekomendasi

Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria

1.000.000.000 324.906.718 1 Rekomendasi

Kebijakan

34,42%

(26)

Persentase pelaksanaan Reforma Agraria (Penetapan Objek TORA, Redistribusi TORA Legalisasi Aset, Penyelesaian Konflik Agraria, Pemberdayaan Tanah dan Sujek RA) untuk mendukung Program Pemerataan Ekonomi (PPE)

No

Rencana Aksi TW I Status

Keterangan ( dapat berisikan Kendala & Rekomendasi

Perbaikan)

1

Penyusunan dan penetapan RPerpres Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria (Revisi Perpres 86/2018 dan Perpres 88/2017)

Terlaksana dengan perubahan

Dalam rangka Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria, disusunlah Rancangan Peraturan Presiden tentang

Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria. Pada Triwulan I telah dilakukan berbagai Rapat Koordinasi terkait penyusunan substansi batang tubuh RPerpres tersebut. Sampai dengan akhir Triwulan I batang tubuh RPerpres telah berhasil disusun, sedangkan penetapannya masih menunggu Rapat Koordinasi Tingkat Menteri yang diharapkan dapat dilakukan pada Triwulan selanjutnya.

2

Penyusunan dan penetapan RPermenko tentang Survei Bersama

Terlaksana dengan perubahan

Dalam rangka percepatan kegiatan Redistribusi Aset terutama terhadap tanah yang berasal dari

Pelepasan Kawasan Hutan, diperlukan adanya Survei Bersama antara

Kementerian/Lembaga teknis terkait seperti Kementerian ATR/BPN dan Kementerian LHK untuk meminimalisir perbedaan subjek dan objek Reforma Agraria (penerima TORA, luasan tata batas, dll) yang tercantum pada SK

Perubahan Batas dari Kementerian LHK dan data penerima sertipikat di

(27)

Kementerian ATR/BPN.

Batang tubuh RPermenko Survei Bersama telah tersusun berdasarkan masukan dan Rapat Koordinasi yang dilakukan pada tahun sebelumnya.

Adanya RPerpres Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria

memberikan ruang untuk amanat pembentukan Survei Bersama tersebut, sehingga penetapan RPermenko akan dilakukan setelah penetapan

RPerpres Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria.

3

Rapat Koordinasi Peningkatan Peran dan Fungsi Bank Tanah dalam rangka Reforma Agraria

Tertunda dan digeser

Belum dapat terlaksana dan akan dilaksanakan pada Triwulan selanjutnya berdasarkan hasil klarifikasi dengan Kementerian ATR/BPN terkait alokasi Reforma Agraria dari aset Bank Tanah

1.4. Persentase pelaksanaan Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan (Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun)

Latar Belakang

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Pemerintah telah mengeluarkan beberapa Kebijakan untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi kawasan. Diantaranya adalah Perpres 79 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan Kendal-Semarang-Salatiga-Demak-Groboga, Kawasan Purworejo-Wonosobo-Magelang-Temanggung, dan Kawasan Brebes- Tegal-Pemalang dan Perpres 80 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi di Kawasan Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan, Kawasan Bromo-Tengger-Semere, serta Kawasan Selingkar Wilis dan Lintas Selatan. Pelaksanaankedua Perpres tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 2019. Kemudian pada Tahun 2021 Pemerintah menerbitkan Perpres No. 87/2021 tentang Percepatan Pembangunan Kawasan Rebana dan Kawasan Jawa Barat bagian Selatan. Ketiga peraturan presiden tersebut bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan cara pelaksanaan pembangunan infrastruktur serta sarana dan prasarana penunjang yang dapat meningkatkan investasi di Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, Perpres 79/2019 memiliki total 270 dimana 124 proyek diantaranya berstatus proyek prioritas 1 (P1) yang didorong pelaksanannya dan diharapkan dapat diselesaikan hingga tahun 2024. Sedangkan untuk Perpres 80/2019 terdapat 218 proyek dengan target penyelesaian proyek dengan status P1 sebanyak 64, dan untuk Perpres 87/2021 terdapat 34 proyek P1 yang didorong untuk selesai hingga tahun 2024.

(28)

Selain pengembangan ekonomi kawasan di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat saat ini tengah didorong percepatan pembangunan ekonomi di Kawasan Batam, Bintan dan Karimun yang saat ini tengah disusun Rencana Induk pengembangannya sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 41 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kawasan Perdangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Percepatan pembangunan dilakukan melalui pengintegrasian Kawasan Batam, Bintan, Karimun yang diharapkan dapat mendorong investasi dimana target pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021-2025 sebesar 6,5% dengan target nilai investasi mencapai 100 Triliun per tahun. Rencana Indup Pengembangan Kawasan Batam Bintan Karimun menjadi acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan yaitu dokumen Rencana Tata Ruang di Kawasan BBK, dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi, Kabupaten, Kota, serta Kebijakan Sektoral Kementerian/Lembaga.Selain itu, Rencana Induk Pengembangan KPBPB BBK juga menjadi acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Badan Pengusahaan sesuai kewenangannya untuk mengelola, mengembangkan, dan membangun Kawasan BBK serta bagi Pelaku Usaha untuk melakukan investasi, usaha dan/atau kegiatan di Kawasan BBK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam Pengembangan KPBPB BBK telah diinisiasi Penyusunan Rencana Rinci Pembangunan (Development Plan) di 23 Kawasan Strategis di KPBPB BBK yang lebih tanggap terhadap iklim investasi yang meliputi 15 Kawasan Strategis di Batam, 7 Kawasan Strategis di Bintan, dan 1 Kawasan Strategis di Karimun.

Pandemi Covid19 yang terjadi menjadi salah satu kendala yang membatasi dalam proses pelaksanaan pengembangan ekonomi kawasan tersebut. sehingga target capaian pelaksanaan kegiatan pembangunan ekonomi kawasan hanya ditargetkan sebesar 75%. Namun target penyelesaian akan meningkat pada tahun-tahun berikutnya seiring dengan perbaikan kondisi pasca pandemi Covid19. Target persentase dalam Indikator Kinerja mencerminkan kinerja yang mendukung target Pemerintah yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024, Program Prioritas Pemerintah serta arahan Presiden diantaranya untuk melakukan pengembangan ekonomi kawasan dengan membangun program/proyek strategis nasional guna meningkatkan nilai investasi.

Hasil Pengukuran Kinerja

Hingga Triwulan I Tahun 2022, Persentase pelaksanaan Percepatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Kawasan (Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun) telah terealisasi sebesar 27,59% dari target Tahun 2022 yang ditetapkan yakni sebesar 75%, dengan ringkasan sebagai berikut:

Indikator Kinerja

Utama Satuan Target Realisasi % Kinerja IKU-1.4

Persentase pelaksanaan percepatan pembangunan Ekonomi Kawasan (Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun)

% 75 27,59 27,59 %

(29)

Percepatan dan pemerataan ekonomi kawasan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan untuk menciptakan dan meningkatkan daya saing kawasan yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah dalam rangka mendukung peningkatan perekonomian secara nasional. percepatan dan pemerataan pembangunan ekonomi dilakukan secara berimbang untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antar daerah. Dalam rangka meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi kawasan yang berdampak pada perekonomian regional dan nasional, maka telah dilakukan percepatan pembangunan ekonomi kawasan antara lain di Jawa Tengah (Perpres 79/2019), Jawa Timur (Perpres 80/2019), Jawa Barat (Perpres 87/2021) dan Kawasan Batam Bintan Karimun.

Pengembangan ekonomi kawasan terutama dilakukan untuk membantu meningkatkan perekonomian selama masa pandemic covid19 dan pasca pandemi covid19. Diharapkan wilayah-wilayah tersebut dapat menjadi triger baik secara regional maupun nasional.

Pencapaian kinerja triwulan I tahun 2022 terealisasi cukup baik ditopang dengan perbaikan kondisi ekonomi yang semakin menguat dan pandemi covid-19 yang semakin terkendali. Berdasarkan hasil capaian kinerja triwulan I dan upaya yang akan dilakukan di triwulan mendatang maka target kinerja tahun 2022 diproyeksikan dapat tercapai.

Pelaksanaan Rencana Aksi dan Capaian Kegiatan TW I

Koordinasi pelaksasanaan Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan (Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun)

No Output Kegiatan Pagu Anggaran

Realisasi Anggaran

Realisasi Output Tw I

% Capaian

Output 1 Rekomendasi

Kebijakan Penataan Ruang

500.000.000 125.541.486 1 Rekomendasi

Kebijakan bidang Penataan

Ruang

25,54%

2 Rekomendasi Kebijakan Bidang Pertanahan

500.000.000 165.234.043 1 Rekomendasi

Kebijakan bidang Pertanahan

29,65%

Persentase Pelaksanaan Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan (Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kawasan Batam Bintan Karimun)

No

Rencana Aksi TW I Status

Keterangan ( dapat berisikan Kendala & Rekomendasi

Perbaikan)

1 Rapat Koordinasi Pelaksanaan

Perpres 79 Tahun 2019 Terlaksana Untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan proyek/program strategis

(30)

nasional dalam Perpres 79/2019 telah dilaksanan koordinasi yang mengundang K/L teknis terkait

2 Rapat Koordinasi Pelaksanaan

Perpres 80 Tahun 2019 Terlaksana

Untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan proyek/program strategis nasional dalam Perpres 80/2019 telah dilaksanan koordinasi yang mengundang K/L teknis terkait

3 Rapat Koordinasi Pelaksanaan

Perpres 87 Tahun 2021 Terlaksana

Untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan proyek/program strategis nasional dalam Perpres 87/2021 telah dilaksanan koordinasi yang mengundang K/L teknis terkait

4

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Perpres 79 Tahun 2019

Terlaksana

Telah dilaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap list proyek/program yang masuk dalam kategori prioritas 1 dalam Perpres 79/2019. Hal ini dilakukan agar proyek-proyek tersebut dapat terselesaikan hingga akhir tahun 2024

5

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Perpres 80 Tahun 2019

Terlaksana

Telah dilaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap list proyek/program yang masuk dalam kategori prioritas 1 dalam Perpres 80/2019. Hal ini dilakukan agar proyek-proyek tersebut dapat terselesaikan hingga akhir tahun 2024

6

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Perpres 87 Tahun 2021

Terlaksana

Telah dilaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap list proyek/program yang masuk dalam kategori prioritas 1 dalam Perpres 87/2021. Hal ini dilakukan agar proyek-proyek tersebut dapat terselesaikan hingga akhir tahun 2024

7

Penetapan Perpres Rencana Induk Pengembangan KPBPB BBK

Tertunda dan digeser

Saat ini RPerpres masih dalam tahap evaluasi sebelum pada akhirnya dapat ditetapkan oleh Presiden. Direncanakan akan

(31)

segera ditetapkan pada Triwulan selanjutnya

8

Penyusunan Permenko petunjuk teknis tata cara penyusunan Rencana Rinci Pembangunan Kawasan Strategis BBK

Terlaksana

Saat ini Petunjuk teknis tata cara penyusunan Rencana Rinci Pembangunan Kawasan Strategis BBK dalam tahap harmonisasi

9

Penetapan Permenko Petunjuk Teknis Tata Cara Penyusunan Rencana Rinci Pembangunan Kawasan Strategis BBK

Tertunda dan Digeser

Saat ini Pentunjuk Teknis Tata Cara Penyusunan Rencana Rinci Pembangunan Kawasan Strategis BBK masih dalam proses harmonisasi, sehingga proses penetapan tertunda dan direncanakan akan tercapai pada triwulan selanjutnya

10

Sosialisasi Perpres Rencana Induk Pengembangan KPBPB BBK

Tertunda dan digeser

Saat ini RPerpres Rencana Induk Pengembangan KPBPB BBK masih dalam tahap penetapan, sehingga proses Sosialisasi akan tertunda dan direncanakan akan

dilaksanakan pada Triwulan selanjutanya

11

Sosialisasi Permenko Petunjuk Teknis Tata Cara Penyusunan Rencana Rinci Pembangunan Kawasan Strategis BBK

Tertunda dan digeser

Saat ini Petunjuk Teknis Tata Cara Penyusunan Rencana Rinci Pembangunan Kawasan Strategis BBK masih dalam proses harmonisasi, sehingga pelaksanaan tertunda dan akan dilaksanakan pada Triwulan selanjutnya

(32)

2

Sasaran Kegiatan 2: Terwujudnya Pelaksanaan Koordinasi, Sinkronisasi, dan Pengendalian di Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan yang Efektif

Pencapaian Sasaran Strategis 2: Terwujudnya pelaksanaan Koordinasi, Sinkronisasi, dan Pengendalian di Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan yang Efektif ditunjukkan oleh pencapaian dua indikator kinerja yaitu:

1. Indeks Kualitas Koordinasi, Sinkronisasi dan Pengendalian di Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan

2. Persentase penyelesaian Analisis Kebijakan Penataan Ruang dan Pertanahan Capaian indikator kinerja tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

2.1 Indeks Kualitas Koordinasi, Sinkronisasi dan Pengendalian di Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan

Latar Belakang

Terwujudnya pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian kebijakan yang efektif merupakan sasaran strategis perspektif internal business process yang menjadi sarana untuk terwujudnya sasaran strategis perspektif stakeholder.

Sasaran strategis ini berfokus pada pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang mencakup (a)koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang perekonomian; (b)pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga terkait dengan isu di bidang perekonomian; (c) pengelolaan dan penanganan isu yang terkait dengan bidang perekonomian; (d) pengawalan program prioritas nasional dan kebijakan lain yang diputuskan oleh Presiden dan Sidang Kabinet; (e) penyelesaian isu di bidang perekonomian yang tidak dapat diselesaikan atau disepakati antar Kementerian/Lembaga dan memastikan terlaksananya keputusan dimaksud; (f) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden.

Sasaran strategis terwujudnya pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian selain menunjukkan bahwa unit organisasi telah melaksanakan tugas dan fungsinya juga merupakan sasaran strategis yang memiliki pengaruh pada ketercapaian sasaran strategis “Terwujudnya Kebijakan di Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan yang berkualitas”. Dengan kata lain, Kebijakan di Bidang berkualitas dapat tercapai apabila unit kerja mampu menjalankan proses bisnis dengan baik, serta produk yang dihasilkan dari proses bisnis tersebut dapat menunjang kualitas perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan.

Adapun indeks kualitas digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas dari proses koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan terkait dengan Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan untuk mendorong terciptanya kebijakan yang berkualitas

Hasil Pengukuran Kinerja

Adapun hasil pengukuran kinerja atas indeks kualitas Koordinasi, Sinkronisasi, dan Pengendalian di Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan yang Ditindaklanjuti belum tersedia, karena proses penilaian dilakukan pada Triwulan IV atau akhir tahun pelaksanaan kegiatan.

Indikator Kinerja

Utama Satuan Target Realisasi % Kinerja IKU-2.1

Indeks Kualitas Koordinasi, Sinkronisasi, dan

Indeks 3 dari 4

(Baik) N/A N/A

Gambar

Tabel 1. Ringkasan Capaian Kinerja Asisten Deputi Penataan Ruang dan Pertanahan                     Triwulan I Tahun 2022

Referensi

Dokumen terkait

• Pada 4 Maret 2022, telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Persiapan SPM di mana salah satu agendanya adalah pembahasan persiapan masing- masing Working Group (WG) serta

Realisasi pertumbuhan industri pengolahan non migas diterbitkan setiap triwulan oleh Badan Pusat Statistik. Akan tetapi sampai dengan April belum diketahui

Hingga Triwulan I Tahun 2022, Jumlah Kesepakatan pada Forum Bilateral di Kawasan Eropa, Afrika, dan Timur Tengah yang Diketuai dan Ditindaklanjuti Kemenko Bidang

Layanan program dan tata kelola yang berkualitas merupakan kondisi yang diharapkan dapat terwujud sebagai hasil akhir dari pelaksanaan kegiatan Asisten

Sesuai dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Asisten

Persentase paket rekomendasi kebijakan terkait bidang perekonomian daerah dan sektor riil meliputi dokumen-dokumen usulan kebijakan hasil dari kegiatan koordinasi

Berdasarkan hasil capaian triwulan III tahun 2021, Asisten Deputi Penguatan Daya Saing Kawasan memperkirakan bahwa target Jumlah Wilayah Metropolitan (WM) di Luar

Kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan implementasi strategi ketahanan kebencanaan dalam pengembangan wilayah, antara lain Koordinasi Pengembangan Pembiayaan Risiko