• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM PERSPEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM PERSPEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM JURNAL"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM PERSPEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM

JURNAL

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum

Oleh:

Rifqi Fadillah 140200321

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 8

(2)

ABSTRAK

KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM PERSPEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM

Rifqi Fadillah*) Rosnidar Sembiring**)

Syaiful Azam***)

Pernikahan bagi umat manusia adalah sesuatu yang sangat sakral dan mempunyai tujuan yang sangat sakral pula, dan tidak terlepas dari ketentuanketentuan yang ditetapkan syariat agama. Adapun permasalahan dalam penelitian ini bentuk pengaturan ijab kabul melalui whatsapp. Keabsahan Pernikahan Secara Online Menurut Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Keabsahan pernikahan secara online menurut hukum Islam

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, Sifat penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan studi kepustakaan (library research dan Penelitian lapangan (field research), dengan metode kualitatif.

Bentuk pengaturan ijab kabul melalui whatsapp, yaitu ijab kabul dilakukan dalam satu majelis pada syarat pertama, adalah ijab dan kabul terjadi dalam satu waktu. Suatu akad ijab dan kabul dinamakan satu majelis jika setelah pihak wali selesai mengucapkan ijab, calon suami segera mengucapkan kabul. Ijab kabul tidak boleh ada jeda waktu yang lama, karena jika ada jeda waktu lama antara ijab dan kabul, kabul tidak dianggap sebagai jawaban terhadap ijab. Ukuran jeda waktu yang lama, yaitu jeda yang mengindikasikan calon suami menolak untuk menyatakan kabul, antara ijab dan kabul tidak boleh diselingi dengan perkataan yang tidak terkait dengan nikah sekalipun sedikit, juga sekalipun tidak berpisah dari tempat akad, kemudian semua aspek perkawinan terpenuhi antara lain rukun,syarat sah, syarat-syarat perkawinan, tidak terdapat unsur rekayasa atau tipu daya. Keabsahan pernikahan secara online menurut Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan, hukum positif Indonesia tidak ada hukum yang mengatur secara formal, mengenai pernikahan melalui telepon atau online.

Keabsahan pernikahan secara online menurut hukum Islam. Praktek ijab kabul secara online dapat dianggap sah jika satu majelis dalam prosesi akad hanya menyangkut kesinambungan waktu antara pengucapan ijab kabul, pendapat ini dikemukakan oleh madzhab Hanafi, namun apabila satu majelis menyangkut kesinambungan waktu dan diharuskan untuk bersatu majelis atau dalam satu tempat para pihak yang melakukan akad dalam hal ini kedua calon mempelai dan juga wali dari calon mempelai perempuan, kalau menganut hal ini maka pernikahan melalui telepon atau online tidak bisa diterima keabsahannya, karena sudah jelas bahwasannya proses ijab kabul kedua mempelai tidak dalam satu tempat, pendapat ini dikemukakan oleh imam Syafi‟i. dan apabola semua rukun dan syarat terpenuhi, ijab kabul melalui whatsaap, maka hal tersebut dibolehkan.

Kata Kunci : Keabsahan Ijab Kabul, Kompilasi Hukum Islam, Whatsaap

*) Rifqi Fadillah Mahasiswa Fakultas Hukum USU

**) Dosen Pembimbing I

***) Dosen Pembimbing II

(3)

ABSTRACT

IJAB KABUL VALIDITY THROUGH WHATSAPP IN THE PERSPECTIVE OF ISLAMIC LAW COMPILATION

Rifqi Fadillah*) Rosnidar Sembiring**)

Syaiful Azam***)

Marriage for mankind is something very sacred and has a very sacred purpose as well, and not apart from the provisions set by the religious shari'a. The problems in this study form the regulation of kabul kabul through whatsapp.

Validity of Marriage Online According to Law No.1 of 1974 on Marriage. The validity of marriage online according to Islamic law

This type of research is normative legal research, the nature of descriptive research. Data collection techniques used library study (library research and field research (field research), with qualitative methods.

The form of the consent of the kabul through whatsapp, ie the consent of kabul done in one assembly on the first condition, is the consent and the kabul occurs at a time. A contract and a kabul is called an assembly if after the guardian completes the recital, the prospective husband immediately utters a kabul. Ijab Kabul should not be a long time lag, because if there is a long time lag between the consent and the kabul, kabul is not considered as the answer to the consent.

The size of the long time lag, the pause that indicates the prospective husband refuses to declare Kabul, between the consent and the kabul should not be interspersed with words that are not related to the marriage even if a little, even though not separated from the place of the contract, then all aspects of marriage are met, among others, , legal requirements, terms of marriage, no engineering or deception elements. The legitimacy of marriage online according to Law No. 1 of 1974 on Marriage, Indonesia's positive law there is no formal law governing marriage by phone or online. The validity of marriage online according to Islamic law. The online consent practice may be considered valid if one assembly in the procession of the contract expects only the continuity of time between the expression of a kabul permit, this opinion is expressed by the Hanafi school, but if one council concerns the continuity of time and is required to unite the assembly or in one place the parties that do contract in this case the two bride and groom as well as the guardian of the prospective bride, if adheres to this then the marriage via phone or online is not acceptable legitimacy, because it is clear that the process of permissiveness of the second bridegroom is not in one place, this opinion was expressed by the imam Syafi 'i. and apabola all the pillars and conditions are met, the consent of kabul through whatsaap, then it is permissible.

Keywords: Validity of Ijab Kabul, Compilation of Islamic Law, Whatsaap

*) Rifqi Fadillah Student of Faculty of Law USU

**) Supervisor I

***) Supervisor II

(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan.1 Semua makhluk tersebut terdiri dari dua jenis yang berpasang-pasangan. Bagi alam nabati dan hewani, ada jenis jantan dan betina dan pada alam insani, ada jenis pria dan wanitanya. Adapun hikmah agar diciptakan oleh Tuhan segala jenis alam atau makhluk itu berpasang-pasangan yang berlainan bentuk dan sifat, agar masing- masing jenis saling butuh membutuhkan, saling memerlukan, sehingga dapat hidup berkembang selanjutnya.2

Pernikahan bagi umat manusia merupakan sesuatu yang sangat sakral dan mempunyai tujuan yang sangat sakral pula, dan tidak terlepas dari ketentuanketentuan yang ditetapkan syariat agama. Orang yang melangsungkan sebuah pernikahan bukan semata-mata untuk memuaskan nafsu birahi yang bertengger dalam tubuh dan jiwanya, melainkan untuk meraih ketenangan, ketentraman dan sikap saling mengayomi di antara suami istri dengan dilandasi kasih sayang yang mendalam. Di samping itu, untuk menjalin tali persaudaraan di antara keluarga dari pihak suami dan pihak istri dengan berlandaskan pada etika dan estetika yang bernuansa ukhuwah, basyariyah dan islamiyah.3

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya disebut Undang-Undang Perkawinan) tidak mengatur tentang akad perkawinan bahkan tidak membicarakan akad sama sekali. Mungkin Undang-Undang Perkawinan menempatkan akad perkawinan itu sebagaimana perjanjian atau kontrak biasa dalam tindakan perdata. Penempatan seperti ini sejalan dengan pandangan ulama Hanafiyah yang menganggap akad nikah itu tidak memerlukan wali selama yang bertindak telah dewasa dan memenuhi syarat, namun dalam Kompilasi Hukum Islam (selanjutnya disebut KHI) secara jelas mengatur akad

1 Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2010 , hal 10

2 Amir Taat Nasution, Rahasia Perkawinan Dalam Islam, Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1994, hal 1.

3 Mohammad Asmawi, Nikah, Yogyakarta, Darussalam, 2004, hal 17

(5)

perkawinan dalam Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29 yang keseluruhannya mengikuti apa yang terdapat dalam fiqh.4

Banyaknya pernikahan dilakukan oleh sebagian orang menggunakan media online merupakan fenomena dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam pelaksanaan ijab kabul, seperti pada kasus-kasus video pernikahan online, ijab kabul via ponsel Kamis 12 Mei 2016 pasangan X dan Y ini menjadi buah bibir di dunia maya usai melangsungkan pernikahan yang terbilang tak lazim. Memanfaatkan kecanggihan teknologi, pasangan ini melaksanakan ijab kabul via online. Lazimnya prosesi ijab kabul yang sakral dilakukan secara langsung dengan tatap muka antara calon pasangan pengantin, penghulu, saksi-saksi dan wali nikah.5

Kasus lain Rita Sri Mutiara Dewi (50 tahun) dan Wiriadi Sutrisno (52 tahun) dikarenakan jarak memisahkan, kedua mempelai melangsungkan pernikahan secara virtual di internet. Rita di Bandung, sementara Wiriadi bekerja di Amerika Serikat.Bila cinta sudah bicara, dan keinginan untuk menikah sudah tak kuasa dibendung, ternyata jarak ribuan mil tak jadi penghalang. Pasangan Rita dan Wiriadi bisa membuktikannya. Dengan bantuan video conference lewat jaringan Voice over Internet Protocol (VoIP), keduanya melangsungkan pernikahan yang dinyatakan sah oleh penghulu. Rita yang berprofesi sebagai guru di Malaysia, sengaja kembali ke kampung halamannya di Bandung, untuk melangsungkan pernikahannya demi disaksikan keluarga dan penghulu, sedangkan Wiriadi yang asli Sumatera Utara, berprofesi sebagai Fisioterapis yang bekerja di salah satu rumah sakit di California, Amerika Serikat. Saat menikah, Wiriadi tetap berada di tempatnya bekerja, dan hanya disaksikan satu rekannya.

Pernikahan tersebut berlangsung Rabu 11 Desember 2006. Keduanya belum pernah bertemu secara fisik. Pertemuan mereka pun diawali dengan berkenalan di salah satu chatroom. 6

4Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta, Prenada Media, 2006, hal. 63

5 https://news.okezone.com/read/2016/05/12/337/1386637/heboh-video-pernikahan- online-ijab-kabul-via-ponsel, diakses tanggal 11 April 2018.

6 https://inet.detik.com/cyberlife/d-518858/pasangan-indonesia-nikah-di-internet,, diakses tanggal 11 April 2018.

(6)

Akad nikah dinyatakan sah apabila memenuhi dua rukun yaitu ijab kabul, merupakan keridhaan dan persetujuan laki-laki dan perempuan untuk menikah.

Nikah dapat dilangsungkan dengan berbagai macam redaksi yang dapat dipahami oleh kedua bela pihak yang melakukan. Intinya, ucapan yang disampaikan menunjukkan keinginan untuk melangsungkan pernikahan, dan ucapan itu dipahami oleh kedua orang saksi. Misalnya, untuk menerima pernikahan itu calon suami berkata saya setuju atau saya menerimannya atau saya meridhainya”. Lafaz ijab, wali nikah boleh mengatakan “saya nikahkan engkau‟, atau “saya kawinkan engkau”.7 Islam berkata, akad nikah dianggap sah dengan bahasa, ucapan, dan perbuatan apa saja yang dianggap sah oleh orang banyak.8

Berdasarkan uraian yang telah diuraikan di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul Keabsahan Ijab Kabul Melalui Whatsapp Dalam Perspektif Kompilasi Hukum Islam.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk pengaturan ijab kabul melalui whatsapp?

2. Bagaimana keabsahan pernikahan secara online menurut Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan?

3. Bagaimana keabsahan pernikahan secara online menurut hukum Islam?

C. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yuridis normatif yang disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku (law as it is written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan (law it is decided by the judge through judicial process).9

7 Mufliha Burhanuddin. Akad Nikah Melalui Video Call Dalam Tinjauan Undangundang Perkawinan dan Hukum Islam Di Indonesia, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Uin Alauddin Makassar 2017, hal 4

8 Ibid.

9 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2006, hal. 118.

(7)

2. Spesifikasi penelitian

Berdasarkan dengan identifikasi masalah dan tujuan penelitian, maka sifat penelitian yang sesuai adalah deskriptif. Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat deskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat deskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum.10

3. Sumber data

a. Penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara mengumpulkan literatur yang kemudian diambil hal-hal yang penting guna membahas dan memperjelas permasalahan yang diteliti.

1) Bahan hukum primer, mengacu kepada penelitian lapangan

2) Bahan hukum sekunder, mengacu pada buku-buku, jurnal, makalah dan artikel yang berisi tentang teori-teori dan pandangan hukum terkait keabsahan ijab kabul melalui whatsapp dalam persepktif Kompilasi Hukum Islam.

3) Bahan tersier, yang berasal dari makalah-makalah, internet, surat kabar dan yang sejenisnya seperti surat keputusan dari dinas atau departemen terkait, serta segala informasi yang dapat mendukung bahan hukum primer dan tersier sehingga masalah tersebut dapat dipahami secara komprehensif.

b. Penelitian lapangan (field research)

Penelitian lapangan merupakan studi dengan mengadakan penelitian langsung yang dilakukan untuk memperoleh data primer berupa fakta yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

4. Alat Pengumpul data

Sarana yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah menggunakan metode kuesioner kepada M. Amar Adly Komisaris MUI Kota Medan. MS.

Albani Sekretaris MUI Kota Medan dan Hasan Matsum Wakil Ketua MUI Kota Medan. Tujuannya untuk mengumpulkan informasi mengenai permasalahan. Data

10 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Prenada Media, 2008, hal. 22.

(8)

yang telah terkumpul melalui kegiatan pengumpulan data ini, kemudian dianalisis untuk dapat ditarik kesimpulan bagi tujuan penelitian.

5. Analisis data

Sesuai dengan metode pendekatan yang digunakan, maka data yang diperoleh untuk penulisan hukum selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan analisis yuridis kualitatif, dalam arti bahwa dalam melakukan analisis terhadap data yang diperoleh tidak diperlukan perhitungan statistik namun menekankan pada penyusunan abstraksi-abstraksi berdasarkan data yang telah terkumpul dan dikelompokkan secara bersama-sama melalui pengumpulan data selama penelitian lapangan di lokasi penelitian.

(9)

II. PEMBAHASAN

A. Bentuk Pengaturan Ijab Kabul Melalui Whatsapp

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi informasi saat ini, antara satu dengan lainnya dapat berkomunikasi secara mudah melalui suara dan gambar menggunakan hand phone yang mempunyai fasilitas video whatsapp dengan jaringan 4,5 G. Berkaitan dengan hal tersebut, bagaimakah hukumnya melakukan ijab kabul antara wali dengan pihak mempelai pria yang jaraknya berjauhan melalui video whatssap. Ijab kabul sah bila secara syar’i, memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya. Menurut MS. Albani sekretaris MUI Kota Medan berpendapat bahwa rukun-rukun nikah harus terpenuhi antara lain adanya calon mempelai pria, adanya calon mempelai wanita, adanya wali nikah, hadirnya dua orang saksi, dan akad ijab kabul. Masing-masing rukun tersebut ada syaratnya. Khusus masalah ijab kabul, ada empat syarat yang harus dipenuhi, antara lain

1. Ijab kabul dilakukan dalam satu majelis

2. Kesesuaian antara ijab kabul. Misalnya wali mengatakan: “Saya nikahkan anda dengan putri saya Maimunah..”, selanjutnya calon suami menjawab:

“Saya terima nikahnya Nurlela ...”, maka nikahnya tidak sah, karena antara ijab kabul tidak sesuai.

3. Yang melaksanakan ijab (wali) tidak menarik kembali ijabnya sebelum kabul dari calon suami, jika sebelum calon suami menjawab wali telah menarik ijabnya, maka ijab kabul seperti ini tidak sah.

4. Berlaku seketika, maksudnya nikah tidak boleh dikaitkan dengan masa yang akan datang, jika wali mengatakan: “Saya nikahkan anda dengan putri saya Maimunah besok atau besok lusa”, maka ijab kabulnya tidak sah.

Menurut pendapat M. Anwar Adly dosen/PNS Ijab kabul dilakukan dalam satu majelis harus memenuhi syarat, syarat pertama yaitu, adalah ijab kabul terjadi dalam satu waktu. Suatu akad ijab kabul dinamakan satu majelis jika setelah pihak wali selesai mengucapkan ijab, calon suami segera mengucapkan kabul. Ijab kabul tidak boleh ada jeda waktu yang lama, apabila ada jeda waktu lama antara ijab kabul, kabul tidak dianggap sebagai jawaban terhadap ijab. Ukuran jeda

(10)

waktu yang lama, yaitu jeda yang mengindikasikan calon suami menolak untuk menyatakan kabul, antara ijab kabul tidak boleh diselingi dengan perkataan yang tidak terkait dengan nikah sekalipun sedikit, juga sekalipun tidak berpisah dari tempat akad.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, ijab kabul tidak harus dilakukan antara dua pihak dalam satu tempat/majelis. Para ulama imam madzhab sepakat tentang sahnya akad ijab kabul yang dilakukan oleh dua pihak yang berjauhan melalui sarana surat atau utusan. Misalnya ijab kabul dilakukan melalui surat atau utusan dari wali yang dikirimkan kepada calon suami, jika ijab kabul melalui surat, yang dimaksud dengan majelis akad yaitu tempat suami membaca surat yang berisi ijab dari wali dihadapan para saksi, dan jika calon suami setelah membaca surat yang berisi ijab dari wali segera mengucapkan kabul, maka akad dipandang dilakukan dalam satu majelis. Apabila akad ijab kabul melalui utusan, yang dimaksud dengan majelis akad yaitu tempat utusan menyampaikan ijab dari wali pada calon mempelai pria di hadapan para saksi, dan jika setelah utusan menyampaikan ijab dari wali, calon mempelai pria segera mengucapkan kabul, maka akad dipandang telah dilakukan dalam satu majelis.

Dewasa ini, alat komunikasi berkembang pesat dan jauh lebih canggih ketimbang zaman dahulu, akad antara dua pihak yang berjauhan hanya terbatas melalui alat komunikasi surat atau utusan. Seseorang dapat berkomunikasi melalui internet, telepon, atau melalui whatsaap secara langsung dari dua tempat yang berjauhan. Alat komunikasi telepon atau hand phone (HP), dahulu hanya dapat dipergunakan untuk berkomunikasi lewat suara dan short massage service (SMS:

pesan singkat tertulis), saat ini teknologi HP semakin canggih, di antaranya merupakan fasilitas jaringan 4,5G. 4,5G atau four generation merupakan istilah yang digunakan untuk sistem komunikasi mobile generasi saat ini. Sistem ini akan memberikan pelayanan yang lebih baik dari apa yang ada saat ini, yaitu pelayanan suara, teks dan data. Jasa layanan yang diberikan oleh 4,5G ini merupakan jasa pelayanan video dan akses ke multimedia, dengan menggunakan 4,5G, yakni dengan whatsapp, seseorang dapat berkomunikasi langsung lewat suara dan melihat gambar lawan bicara dimanapun berada.

(11)

Sesuai dengan pendapat Hasan Matsum jika akad ijab kabul melalui surat atau utusan disepakati kebolehannya oleh ulama madzhab, maka akad ijab kabul menggunakan fasilitas jaringan 4,5G, yakni melalui whatsaap diperbolehkan.

Dengan surat atau utusan sebenarnya ada jarak waktu antara ijab dari wali dengan kabul dari calon suami. Sungguhpun demikian, akad melalui surat dan utusan masih dianggap satu waktu (satu majelis), sedangkan melalui whatsaap, akad ijab kabul benar-benar dilakukan dalam satu waktu. Dalam akad ijab kabul melalui surat atau utusan, pihak pertama yakni wali tidak mengetahui langsung terhadap pernyataan kabul dari pihak calon suami, sedangkan melalui whatsaap, lebih baik dari itu, yakni pihak wali dapat mengetahui secara langsung (baik mendengar suara maupun melihat gambar) pernyataan kabul dari pihak calon suami, demikian pula sebaliknya. Kelebihan whatsapp yang lain, para pihak yakni wali dan calon suami mengetahui secara pasti kalau yang melakukan akad ijab dan kabul betul- betul pihak-pihak terkait kemudian semua aspek perkawinan terpenuhi antara lain rukun,syarat sah, syarat-syarat perkawinan, tidak terdapat unsur rekayasa atau tipu daya.

Menurut Hasan Matsum, Wakil Ketua MUI Kota Medan berpendapat bahwa akad ijab kabul melalui whatsaap sah secara syar’i, dengan catatan memenuhi syarat-syarat akad ijab dan kabul yang lain, serta memenuhi rukun- rukun dan syarat-syarat sah nikah yang lain, apabila akad ijab kabul melalui video call/whatsaoo sah antara wali dengan calon suami, maka sah juga untuk akad tawkil (mewakilkan) dari pihak wali kepada wakil jika wali mewakilkan akad nikah pada orang lain. Bahkan sah juga akad ijab kabul melalui whatsaap antara wakil dengan mempelai pria.

Sekalipun demikian, alangkah baiknya ijab kabul dilakukan secara normal dengan bertemunya masing-masing pihak secara langsung. Ijab kabul dilakukan whatsaap apabila memang diperlukan, karena jarak yang berjauhan dan tidak memungkinkan untuk masing-masing pihak bertemu secara langsung.

Pelaksanaan akad nikah didasarkan atas unsur saling ridla atau rela, oleh karena perasaan semacam ini adalah hal yang sangat tersembunyi, maka sebagai perwujudan keabstrakan dari akad nikah ini adalah dengan adanya ijab kabul, karena itulah, ijab kabul merupakan unsur mendasar bagi keabsahan akad nikah.

(12)

ijab diucapkan oleh wali sebagai pernyataan rela menyerahkan anak perempuannya kepada calon suami, sedangkan kabul diucapkan oleh calon suami sebagai pernyataan rela mempersunting calon istrinya. Ijab berarti menyerahkan amanah Allah kepada calon suami, dan kabul berarti sebagai lambang kerelaan menerima amanah Allah tersebut. Adanya ijab kabul ini, maka akan menjadi halal sesuatu yang tadinya haram. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda bahwa dihalalkannya wanita sebagai istri, adalah dengan kalimat Allah.11

Perkawinan dapat dinyatakan sah apabila tidak terdapat unsur rekayasa atau tipu daya oleh perkawinan tersebut menurut pendapat Hasan Matsum Wakil Ketua MUI Kota Medan.

B. Keabsahan Pernikahan Secara Online Menurut Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan

Dalam Kamus Bahasa Indonesia keabsahan adalah absah yang berarti

„‟sah‟‟ sah berarti sesuai menurut hukum (undang-undang, peraturan) yang berlaku namun dengan penambahan awalan ke menjadi keabsahan maka didefenisikan adalah sesuatu yang sesuai dengan hukum yang berlaku. 12

Perkembangan teknologi informasi akhir-akhir ini tidak dapat dipungkiri lagi keberadaannya, pasalnya sampai ada pihak yang melakukan akad nikah melalui media elektronik seperti telepon, vedio call, teleconference, whatsapp atau media lainnya, dengan berbagai alasan, secara faktual alat komunikasi modern yang dipergunakan untuk melakukan akad terbagi menjadi dua. Pertama, alat-alat yang memindah suara dan kata-kata, kedua, alat alat yang memindah tulisan. Bagian pertama meliputi telepon, radio, televisi, dan alat komunikasi tanpa kabel, sedang bagian kedua meliputi telegrap,teleks dan faksimili.

Normalnya proses ini dilakukan dalam satu majelis, artinya, ijab kabul dilakukan pada saat yang bersamaan dan disaksikan oleh dua orang saksi. Abdul Moqsith Ghazali, peneliti The Wahid Institute mengistilahkan ijab kabul dalam satu majelis tersebut artinya, dalam satu ruang dan waktu.13

11 A. Fauzi Aziz. Analisis Hukum Akad Perkawinan Melalui Media Elektronik dalam perspektif Hukum Islam Istinbat Tafaqquh-Volume 5, Nomor 1, Juni 2017, hal 104

12 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 2008, hal 3

13 Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Cet. 111, Jakarta, Kencana, 2010, hal. 3.

(13)

Berkenaan dengan konsep dasar tentang keabsahan suatu perkawinan yang dilaksanakan menurut hukum perkawinan nasional, hal itu tertuang pada rumusan Pasal 2 ayat (1) dari Undang-Undang Perkawinan dengan redaksi “perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.” Pada Pasal 4 KHI disebutkan “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang- Undang Perkawinan.”14

Agar ditemukan dan didapatkan pemahaman yang pas tentang bagaimana konsep keabsahan perkawinan itu menurut hukum nasional, maka lebih dahulu harus dipahami dari kata "perkawinan" dalam konsep Undang-Undang Perkawinan dan juga KHI.

1. Perkawinan dalam konsep Undang-Undang Perkawinan dan KHI:

a. Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.15 b. Perkawinan menurut hukum Islam merupakan pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqon gholidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.16

Hukum positif Indonesia memang tidak ada hukum yang mengatur secara formal, sebagai bahan pertimbangan peraturan hukum dari Perdata Mesir yang mengatakan: “akad menggunakan telepon atau melalui alat apa saja yang menyamainya disamakan dengan akad yang bertemu langsung ditinjau dari segi waktunya, dan disamakan dengan akad orang yang tidak bertemu ditinjau dari segi tempatnya”.17

Berdasarkan penjelasan di atas di atas dapat disimpulkan bahwasannya menurut pandangan hukum positif, pernikahan melalui online hukumnya disamakan dengan akad nikah orang yang bertemu langsung mengenai aspek waktunya, namun ada masalah dengan tempat pelaksanaan akad bila di bandingkan dengan orang bertemu langsung mengalami perbedaan.

14 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam

15 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Pasal 1

16 Kompilasi Hukum Islam Pasal 2

17 Muhyiddin al-qurahdaghi, Fiqih Digital, Yogyakarta, Qonun-Prisma Media, 2003, hal.48

(14)

Keabsahan suatu redaksi dapat dipastikan dengan cara mendengarkannya, akan tetapi, bahwa redaksi itu benar-benar asli diucapkan oleh kedua orang yang sedang melakukan akad, kepastiannya hanya dapat dijamin dengan jalan melihat para pihak yang mengucapkan itu dengan mata kepala. Pendapat ini yang dipegangi (mu’tamad) dikalangan ulama ulama mujtahid, terutama kalangan syafi‟iyah.18

C. Keabsahan Pernikahan Secara Online Menurut Hukum Islam.

Ijab kabul itu didasarkan atas suka sama suka, atau rela sama rela itu merupakan hal yang sulit untuk diungkapkan, maka sebagai sarana untuk mengungkapkan hal itu adalah ijab kabul, oleh karena itu, ijab kabul merupakan unsur yang mendasar bagi keabsahan akad nikah. Ijab diucapkan oleh wali atau yang mewakilinya, sebagai pernyataan rela menyerahkan anak perempuannya kepada calon suami, sebagai pernyataan rela mempersunting calon istri. Ijab berarti menyerahkan amanah Allah kepada calon suami, dan kabul merupakan sebagai lambang, bagi kerelaan menerima amanah Allah tersebut. Dengan ijab kabul menjadi halal sesuatu yang tadinya haram.

Sebagai fuqoha dalam mengemukakan hakekat perkawinan hanya menonjolkan aspek lahiriyah yang bersifat normatif. Seolah-olah akibat sahnya sebuah perkawinan hanya sebatas timbulnya kebolehan terhadap sesuatu yang sebelumnya sangat dilarang, yakni berhubungan badan antara laki-laki dengan perempuan. Dengan demikian yang menjadi inti pokok pernikahan itu merupakan ijab kabul yaitu serah terima antara orang tua calon mempelai wanita dengan calon mempelai laki-laki, para fuqoha sepakat inti dari keabsahan akad nikah yaitu dari adanya ijab kabul yang dilakukan kedua mempelai. Sejalan dengan berjalannya waktu dan kemajuan alat komunikasi, ada sebagian masyarakat yang memanfaatkan media telepon atau media online untuk melakukan ijab kabul dengan berbagai alasan mengapa masyarakat melakukan ijab kabul dengan media online adakalanya dia sedang studi, sehingga tidak ada biaya untuk pulang pergi dalam melakukan pernikahan tersebut.

Pelaksanaan perkawinan dalam hukum Islam haruslah dilakukan sesuai dengan rukun dan syarat sah perkawinan. Rukun didefinisikan sebagai sesuatu

18Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Jakarta, Kencana, 2004, hal. 6.

(15)

yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti membasuh muka untuk wudhu dan takbiratul ihram untuk shalat.19

Menurut Abdul Hamid Hakim, Mabadi Awwalliyyah, sebagaimana dikutip dalam Abdul Rahman Ghozali mengatakan bahwa pernikahan telah sah apabila rukun dan syaratnya terpenuhi. Adapun yang termasuk dalam rukun pernikahan, antara lain adalah:

1. nikah dilakukan oleh mempelai laki-laki dan wanita.

2. Adanya (shighat), yaitu perkataan dari pihak wali wanita atau wakilnya (Ijab) dan diterima oleh pihak laki atau wakilnya (kabul),

3. Adanya wali dari calon istri, dan 4. Adanya dua orang saksi.20

Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti menutup aurat untuk shalat. Dalam hal perkawinan, calon mempelai baik laki-laki maupun perempuan haruslah beragama Islam. Kemudian terkait dengan sah, yaitu sesuatu pekerjaan (ibadah) yang memenuhi rukun dan syarat.21

Kompilasi Hukum Islam (KHI) Buku I tentang Hukum Perkawinan dijelaskan bahwa untuk melaksanakan perkawinan harus ada calon suami, calon isteri, wali nikah, dua orang saksi, serta ijab kabul. Selanjutnya syarat-syarat perkawinan dalam KHI Buku I tentang perkawinan merupakan unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam setiap rukun perkawinan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.

Abdurrahman al-jaziri dalam kitabnya al-fiqh „ala mazahib al- arba‟ah menukilkan kesepakatan ulama mujtahid mensyaratkan bersatu majelis bagi ijab kabul. Apabila tidak bersatu antara majelis mengucapkan ijab dengan majelis mengucapkan kabulnya, ijab kabul dianggap tidak sah.22

19 Abdul Rahman Ghozali, Op.Cit., hal. 45-46.

20 Mufliha Burhanuddin, Op.Cit., hal 3

21 Abdul Rahman Ghozali, Op.Cit., hal 46

22 Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Jakarta, Kencana, 2004, hal:3.

(16)

Ittihad al-majelis merupakan ijab kabul harus dilakukan dalam jarak waktu yang terdapat dalam satu upacara ijab kabul, bukan dilakukan dalam dua jarak waktu secara terpisah, dalam arti bahwa ijab diucapkan dalam satu upacara, setelah upacara ijab bubar, kabulkan diucapkan pula pada acara berikutnya.

Dalam hal yang disebut terakhir ini, walaupun dua acara berturut-turut secara terpisah dapat jadi dilakukan dalam satu tempat yang sama, namun karena kesinambungan antara ijab kabul itu terputus, maka akad nikah tersebut tidak sah.

Dengan demikian, adanya persyaratan bersatu majelis, adalah menyangkut kaharusan kesinambungan waktu antara ijab kabul, bukan menyangkut kesatuan tempat, karena, seperti dikemukakan di atas, meskipun tempatnya bersatu, tetapi apabila dilakukan dalam dua waktu, dalam dua acara yang terpisah, maka kesinambungan antara pelaksanaan ijab dan pelaksanaan kabul sudah tidak dapat terwujud, dan oleh karena itu akad nikahnya tidak sah. Said sabiq dalam kitabnya Fiqh as- Sunnah dalam menjelaskan arti bersatu majelis bagi ijab dan Kabul, menkankan pada pengertian tidak boleh terputusnya antara ijab kabul.23

Kabul yang langsung diucapkan setelah ijab diucapkan wali, merupakan diantara hal-hal yang menunjukkan kerelaan calon suami, sebaliknya, adanya jarak waktu yang memutuskan ijab kabul, dapat jadi menunjukkan bahwa calon suami tidak lagi sepenuhnya rela untuk mengucapkan kabul, dan wali nikah dalam jarak waktu itu bisa jadi sudah tidak lagi pada pendiriannya semula, atau telah mundur dari kepastiannya, maka untuk lebih memastikan bahwa masing masing masih dalam kerelaanya, kesinambungan antra ijab kabul disyaratkan24

Ijab kabul disyaratkan terjadi dalam satu majelis, tidak disela-sela dengan pembicaraan lain atau perbuatan-perbuatan yang menurut adat kebiasaan dipandang mengalihkan akad yang sedang dilakukan, namun, tidak disyaratkan antara ijab kabul harus berhubungan langsung. Jika setelah ijab dikatakan oleh wali mempelai perempuan atau wakilnya, tiba-tiba mempelai laki-laki berdiam beberapa saat tidak mengatakan kabul, baru setelah itu menyatakan kabulnya, ijab kabul dipandang sah. Pendapat ini dikemukakan oleh mazhab Hanafi dan

23 Ibid, hal 4

24 Ibid.

(17)

Hambali. Kosekuensi dari pandangan ini, dua orang saksi tidak mesti dapat melihat dengan mata kepala pihak pihak yang melakukan akad nikah.25

Satu majelis disyaratkan, bukan saja untuk menjamin kesinambungan antara ijab kabul, tetapi sangat erat hubungannya dengan tugas dua orang saksi yang menurut pendapat ini, harus dapat melihat dengan mata kepalanya bahwa ijab kabul itu betul-betul diucapkan oleh kedua orang yang melakukan akad.

Seperti diketahui bahwa diantara syarat sah suatu akad nikah, dihadiri oleh dua orang saksi. Tugas dua orang saksi itu, seperti disepakati para ulama, terutama untuk memastikan secara yakin akan keabsahan ijab kabul, baik dari segi redaksinya, maupun dari segi kepastian bahwa ijab kabul itu adalah diucapkan oleh kedua belah pihak.

Menurut MS. Albani Dosen/Sekretarias MUI Kota Medan memang ada perbedaan pendapat dikalangan ulama‟ fiqih, dalam akar masalahnya yaitu mempermasalahkan keharusan dalam satu majelis dalam proses ijab kabul, perbedaan tersebut mempunyai pertimbangan tersendiri, dalam mengartikan satu majelis yaitu harus benar dalam satu tempat secara fisik mereka ada kehati-hatian ihtiyat yaitu untuk menghilangkan risiko pemalsuan identitas dan prosesi akad nikah biar benar benar sakral, namun pendapat lain yang tidak mengharuskan dalam satu majelis, mereka tidak mempertimabngkan hal itu, mereka hanya mempertimbangkan alternatif dalam proses akad nikah. Ijab kabul melalui whatsaap jika boleh dikarena kedua calon mempelai tidak satu majelis.

Sedangkan menurut M. Amar Adly Dosen/PNS perkawinan online ijab kabul yang dilaksanakan melalui media online, sebenarnya tidak terjadi, disebabkan pernikahan ijab kabul merupakan hal yang sakral dan harus berhati- hati, akan tetapi jika hal tersebut dilakukan, kondisi dan tidak ada unsur kecurangan/penipuan dan semua rukun dan syarat terpenuhi, maka hal tersebut dibolehkan.

Ijab kabul disyaratkan terjadi dalam satu majelis, tidak disela-sela dengan pembicaraan lain atau perbuatan-perbuatan yang menurut adat kebiasaan

25 Ahmad Asyhar Basyir, Op.Cit hal 27

(18)

dipandang mengalihkan akad yang sedang dilakukan, namun, tidak disyaratkan antara ijab kabul harus berhubungan langsung.26

Dimaklumi bahwa keabsahan suatu redaksi dapat dipastikan dengan cara mendengarkannya, akan tetapi, bahwa redaksi itu benar- benar asli diucapkan oleh kedua orang yang sedang melakukan ijab kabul, kepastiannya hanya dapat dijamin dengan jalan melihat para pihak yang mengucapkan itu dengan mata kepala.

Pendapat ini yang dipegangi (mu‟tamad) dikalangan ulama ulama mujtahid, terutama kalangan syafi‟iyah.27

Keabsahan kesaksian ijab kabul, ada satu target keyakinan yang harus diwujudkan oleh para saksi dalam kesaksiannya. Meskipun suatu redaksi dapat diketahui siapa pembicaranya dengan jalan mendengar suara saja, namun bobotnya tidak akan sampai ke tingkat keyakinan apabila dilihat pengungkapannya dengan mata kepala. Sedangkan dalam ijab kabul, tingkat keyakinan yang disebut terakhir inilah yang diperlukan. Pandangan tersebut, sangant erat hubungannya dengan sikap para ulama terutama kalangan syafi‟iyah yang selalu bersikap hati-hati (ihtiyat) dalam menetapkan suatu hukum, lebih- lebih lagi dalam masalah akad nikah, yang berfungsi sebagai penghalalan suatu yang tadinya diharamkan.

Kesaksian harus didasarkan atas pendengaran dan penglihatan, menurut pandangan ini ijab kabul melalui surat tanpa mewakilkan, tidak sah, oleh karena itu pula mengapa Imam Nawawi dalam kitabnya al-Majmu‟ menjelaskan, apabila salah seorang dari dua belah pihak yang melakukan akad nikah mengucapkan ijabnya dengan jalan berteriak dari tempat yang tidak dapat dilihat, dan teriakan itu didengan oleh pihak lain, dan pihak yang terakhir ini langsung mengucapkan kabulnya, akad nikah seperti itu tidak sah.28

26 Ibid. hal 27

27Satria Effendi M. Zein, Op.Cit, hal.6

28 Ibid, hal. 7.

(19)

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan di atas, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1. Bentuk pengaturan ijab kabul melalui whatsapp, yaitu ijab kabul dilakukan dalam satu majelis pada syarat pertama, adalah ijab dan kabul terjadi dalam satu waktu. Suatu akad ijab dan kabul dinamakan satu majelis jika setelah pihak wali selesai mengucapkan ijab, calon suami segera mengucapkan kabul.

Ijab kabul tidak boleh ada jeda waktu yang lama, karena jika ada jeda waktu lama antara ijab dan kabul, kabul tidak dianggap sebagai jawaban terhadap ijab. Ukuran jeda waktu yang lama, yaitu jeda yang mengindikasikan calon suami menolak untuk menyatakan kabul, antara ijab dan kabul tidak boleh diselingi dengan perkataan yang tidak terkait dengan nikah sekalipun sedikit, juga sekalipun tidak berpisah dari tempat akad, kemudian semua aspek perkawinan terpenuhi antara lain rukun,syarat sah, syarat-syarat perkawinan, tidak terdapat unsur rekayasa atau tipu daya.

2. Keabsahan pernikahan secara online menurut Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan, hukum positif Indonesia tidak ada hukum yang mengatur secara formal, mengenai pernikahan melalui telepon atau online 3. Keabsahan pernikahan secara online menurut hukum Islam. Praktek ijab kabul

secara online dapat dianggap sah jika satu majelis dalam prosesi akad hanya menyangkut kesinambungan waktu antara pengucapan ijab kabul, pendapat ini dikemukakan oleh madzhab Hanafi, namun apabila satu majelis menyangkut kesinambungan waktu dan diharuskan untuk bersatu majelis atau dalam satu tempat para pihak yang melakukan akad dalam hal ini kedua calon mempelai dan juga wali dari calon mempelai perempuan, kalau menganut hal ini maka pernikahan melalui telepon atau online tidak bisa diterima keabsahannya, karena sudah jelas bahwasannya proses ijab kabul kedua mempelai tidak dalam satu tempat, pendapat ini dikemukakan oleh imam Syafi‟i. dan apabila semua rukun dan syarat terpenuhi, ijab kabul melalui whatsaap, maka hal tersebut dibolehkan.

(20)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan :

1. Tidak diatur ijab kabul melalui media online, baik dalam hukum positif maupun hukum Islam hendak pemerintah memberikan sosialisasi kepada masyarakat yang akan melakukan ijab Kabul karena tidak tercatat di KUA

2. Ditujukan untuk calon pasangan suami istri beragama Islam yang akan melangsungkan perkawinan. Bahwa sebelum melangsungkan perkawinan diharapkan dapat memahami terlebih dulu syarat dan rukun perkawinan menurut Hukum Islam. Calon pasangan suami istri tersebut juga dianjurkan untuk mencari informasi dan kejelasan mengenai eksistensi, syarat dan prosedur, serta akibat hukum diadakannya sebuah perjanjian perkawinan.

Apabila terdapat hal yang kurang jelas mengenai perjanjian perkawinan dapat ditanyakan ke Kantor Urusan Agama (KUA) atau berkonsultasi dengan konsultan perkawinan atau profesi sejenisnya.

3. Perkawinan yang dilakukan tanpa adanya pencatatan tidak memiliki kekuatan hukum sebagaimana telah diatur dalam Pasal 6 ayat (2) KHI Buku I tentang Hukum Perkawinan, disaran kepada yang melakukan ijab kabul melalui media online mengulangi ijab kabul agar berkekuatan hukum. Pemerintah melengkapi dan atau merevisi Undang-undang Perkawinan yang bisa dibilang tidak mengikuti perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat. Sehingga tidak lagi terdapat kebingungan atau pertentangan tentang sah tidaknya perkawinan jarak jauh melalui media telekomunikasi secara hukum (tidak terdapat kekosongan hukum dalam Undang-undang Perkawinan).

(21)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Al-qurahdaghi, Muhyiddin. Fiqih Digital, Yogyakarta, Qonun-Prisma Media, 2003.

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti.

Asmawi, Mohammad. 2004. Nikah, Yogyakarta, Darussalam.

Marzuki, Peter Mahmud.2008 Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Prenada Media.

Nasution, Amir Taat. 1994. Rahasia Perkawinan Dalam Islam, Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya.

Sahrani, Sohari. 2010. Fikih Munakahat, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Syarifudin, Amir. 2006. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta, Prenada Media.

Zein, Satria Effendi M. 2010 Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Cet. 111, Jakarta, Kencana.

Peraturan Perundang-Undangan

Jurnal/Artikel

A. Fauzi Aziz. Analisis Hukum Akad Perkawinan Melalui Media Elektronik dalam perspektif Hukum Islam Istinbat Tafaqquh-Volume 5, Nomor 1, Juni 2017.

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2008.

Mufliha Burhanuddin. Akad Nikah Melalui Video Call Dalam Tinjauan Undangundang Perkawinan dan Hukum Islam Di Indonesia, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Uin Alauddin Makassar 2017.

Website

https://news.okezone.com/read/2016/05/12/337/1386637/heboh-video-

pernikahan-online-ijab-kabul-via-ponsel, diakses tanggal 11 April 2018.

https://inet.detik.com/cyberlife/d-518858/pasangan-indonesia-nikah-di-internet,, diakses tanggal 11 April 2018.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Salah satu keunggulan Microsoft Access dilihat dari perspektif programmer adalah kompatibilitasnya dengan bahasa pemrograman Structured Query Language (SQL); query

ke kanan makin kecil.. Dalam satu golongan, konfigurasi unsur-unsur satu golongan mempunyai jumla elektron valensi sama dan jumlah kulit bertambah. Akibatnya, jarak elektron

Grafik hasil analisis data air murni Dari hasil analissi data diperoleh nilai koefisien viscositas larutan gula ditunjukan pada tabel 1.. Hasil perhitungan viskositas

Data diperoleh melalui penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian Kepustakaan dilakukan dengan menganalisis Putusan

Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif, dengan pengumpulan data secara studi kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan

Teknik pengumpulan data yang digunakan studi kepustakaan (library research dan Penelitian lapangan (field research), dengan metode kualitatif. Akibat hukum terhadap

Diperlukan pereaksi arak enau sebagai pengganti (etanol) sebagai pereaksi dalam proses esterifikasi dan transesterifikasi sehingga dapat digunakan dalam sintesis bahan bakar