• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH NON PERFORMING LOAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH NON PERFORMING LOAN"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN KREDIT PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Tesis

Oleh :

RUDY AZHARY SIREGAR 167017089

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(2)

PENGARUH NON PERFORMING LOAN (NPL), DANA PIHAK KETIGA (DPK), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), RETURN ON ASSETS (ROA), LOAN TO

DEPOSIT RATIO (LDR), DAN BEBAN OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) TERHADAP

PEMBERIAN KREDIT PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Tesis

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S2 Program Studi Magister Akuntansi

Oleh :

RUDY AZHARY SIREGAR 167017089

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(3)
(4)

TIM PENGUJI TESIS

Telah Diuji dan Dinyatakan LULUS di Depan Tim Penguji Pada Hari Selasa 27 Januari 2021

Judul Tesis : Pengaruh Non Performing Loan (NPL), Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Nama Mahasiswa : Rudy Azhary Siregar

NIM : 167017089

Program Studi : Magister (S2) Akuntansi

Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA, CPA Ketua Penguji/Pembimbing

Dr. Yeni Absah, M.Si Anggota Penguji/Pembimbing

Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, CA, CSP, CPA Anggota Penguji Rina Br. Bukit, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA Anggota Penguji Dr. Abdillah Arief Nasution, SE, M.Si, Ak, CA Anggota Penguji

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Rudy Azhary Siregar

NIM : 167017089

Program Studi : Magister (S2) Akuntansi Jenis Karya : Tesis

Demi pengembanagn ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslisif (Non Exclusive Royalty Free Right) atas tesis saya yang berjudul:

Pengaruh Non Performing Loan (NPL), Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit

Ratio (LDR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Pemberian Kredit Pada

Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ini Universitas Sumatera Utara Berhak Menyimpan dalam Bentuk database, merawat, dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian Pernyataan ini Saya perbuat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : 27 Januari 2021 Yang Menyatakan,

Rudy Azhary Siregar

(6)

Pernyataan Keaslian Tesis

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul

PENGARUH NON PERFORMING LOAN (NPL), DANA PIHAK KETIGA (DPK), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), RETURN ON ASSETS (ROA), LOAN TO

DEPOSIT RATIO (LDR), DAN BEBAN OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) TERHADAP

PEMBERIAN KREDIT PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kerjasama di suatu perguruan tinggi lain dan tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Apabila di kemudian hari saya terbukti melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Medan, 27 Januari 2021 Yang memberi pernyataan,

Rudy Azhary Siregar 167017089

(7)

PENGARUH NON PERFORMING LOAN (NPL), DANA PIHAK KETIGA (DPK), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), RETURN ON ASSETS (ROA), LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR), DAN BEBAN OPERASIONAL TERHADAP

PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) TERHADAP PEMBERIAN KREDIT PADA PERUSAHAAN

PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan menganalisis pengaruh dari Non Performing Loan (NPL), Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap pemberian kredit.

Populasi dalam penelitian ini adalah 45 perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2019, dengan teknik pengambilan sampel sampling jenuh sehingga di dapat 9 sampel. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan program aplikasi Eviews.

Hasil penelitian menunjukkan ROA dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian kredit, sedangkan CAR dan BOPO memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap pemberian kredit . Sementara itu, NPL, dan DPK tidak berpengaruh terhadap pemberian kredit pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI periode 2010-2019.

Kata kunci : NPL, DPK, CAR, ROA, LDR, BOPO dan Pemberian Kredit.

i

(8)

ii

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan berkah-Nya, sehingga penulisan tesis yang berjudul “Pengaruh Non Performing Loan (NPL), Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” ini dapat diselesaikan.

Tesis ini merupakan tugas akhir dan syarat mencapai gelar sarjana Strata Dua pada Sekolah Pasca sarjana Magister Akuntansi di Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus atas dukungan, motivasi, dan pengharapan yang setinggi-tingginya atas bantuan dan bimbingan yang telah penulis terima kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Ramli SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara;

3. Ibu Prof. Erlina SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA selaku Ketua Program Studi Magister/Doktor Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan kritikan, saran dan masukan kepada penulis sehingga mampu menghasilkan tesis yang lebih baik;

iii

(10)

4. Bapak Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, CA, CSP, CPA selaku Sekretaris Program Studi Magister/Doktor Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, sekaligus dosen pembanding yang telah memberikan kritikan, saran dan masukan kepada penulis sehingga mampu menghasilkan tesis yang lebih baik;

5. Ibu Dr. Yeni Absah, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak mengarahkan proses penyusunan tesis ini, atas waktu dan bimbingannya yang telah setulus hati;

6. Ibu Rina Br. Bukit, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA selaku anggota komisi pembimbing yang banyak memberi saran dan kritik yang konstruktif sejak awal penulisan hingga akhir penulisan tesis ini, atas waktu dan perhatiannya serta ketulusannya;

7. Bapak Dr. Abdillah Arief Nasution, SE, M.Si, Ak, CA selaku anggota komisi pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan tesis ini sejak awal hingga akhir;

8. Bapak dan Ibu dosen serta staf administrasi Program Studi Magister Akuntansi atas segala ilmu dan bantuan yang diberikan;

9. Kedua orang tua saya, Ayahanda Melkian Siregar dan Ibunda Iryelly, yang sudah membesarkan dan mendidik saya dengan baik sampai saat ini bahkan telah mendukung saya menyelesaikan tesis ini baik secara dukungan, doa maupun materil;

10. Teristimewa, Jossy Putri dan Beyza Alesha Siregar, partner hidup dan belahan jiwa yang selalu setia mendampingi dalam suka maupun duka;

iv

(11)

11. Rekan-rekan kuliah seperjuangan, Kak Fitri, Sheila, Rini, April, Apep, Bastian, Tika, sahabat yang saling mendukung dan menguatkan serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu;

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kelemahan dan jauh dari kesempurnaan. Namun kiranya dalam ketidaksempurnaannya tersebut dapat memberikan manfaat baik bagi pengembangan ilmu akuntansi. Penulis juga berharap karya ilmiah ini yang dihasilkan menjadi tahapan baru untuk menghasilkan karya tulis yang semakin baik.

Medan, 27 Januari 2021 Penulis

Rudy Azhary Siregar

v

(12)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI

Nama : Rudy Azhary Siregar

Alamat : Jl. Lukah Gg. Keluarga No. 39 Medan Amplas Tempat / Tanggal Lahir : Sibolga / 01 Desember 1991

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Nama Ayah / Ibu : Melkian Siregar / Iryelly

Nama Istri / Anak : Jossy Putri / Beyza Alesha Siregar RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1997 s.d 2003 : SD Negeri 010083 Kisaran Tahun 2003 s.d 2006 : SMP Negeri 1 Rantau Selatan Tahun 2006 s.d 2009 : SMA Negeri 2 Medan

Tahun 2009 s.d 2013 : Sarjana (S1) Universitas Negeri Medan Tahun 2017 s.d 2021 : Magister (S2) Universitas Sumatera Utara PENGALAMAN KERJA

Tahun 2014 s.d 2020 : Frontliner PT. Bank Rakyat Indonesia Tahun 2021 s.d sekarang : Back Office PT. Bank Rakyat Indonesia

vi

(13)

DAFTAR ISI

ABTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 11

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 12

1.4. Tujuan Penelitian... 13

1.5. Kontribusi Penelitian ... 13

1.6. Batasan Penelitian ... 14

BAB II LANDASAN TEORI DAN TELAAH LITERATUR... 15

2.1 Landasan Teori ... 15

2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory)... 15

2.1.2. Teori Sinyal (Signalling Theory) ... 16

2.2. Telaah Literatur ... 17

2.2.1. Kredit ... 17

2.2.2. Non Performing Loan (NPL)... 19

2.2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 21

2.2.4. Capital Adequacy Ratio (CAR)... ... 21

2.2.5. Return on Assets (ROA) ... 22

2.2.6. Loan to Deposit Ratio (LDR) ... 24

2.2.7. Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO)... 25

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 27

3.1. Kerangka Konsep ... 27

3.2. Hipotesis ... 28

3.2.1. Pengaruh Non Performing Loan(NPL)Terhadap Pemberian Kredit ... 28

3.2.2. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK)Terhadap Pemberian Kredit ... 28

3.2.3. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Pemberian Kredit ... 29 3.2.4. Pengaruh Return on Assets (ROA) Terhadap

vii

(14)

Pemberian Kredit ... 29

3.2.5. Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Pemberian Kredit ... 30

3.2.6. Pengaruh Biaya Operasional pada Pendapatan Operasioanal (BOPO) Terhadap Pemberian Kredit... 31

BAB IV METODE PENELITIAN ... 32

4.1. Jenis Penelitian ... 32

4.2. Lokasi Penelitian ... 32

4.3. Populasi dan Sampel... 33

4.4. Jenis dan Sumber Data ... 33

4.5. Metode Pengumpulan Data ... 34

4.6. Definisi Operasional ... 34

4.7. Metode Analisis Data ... 38

4.7.1. Uji Statistik Deskriptif... 38

4.7.2. Analisis Regresi Data Panel ... 38

4.7.2.1. Pemilihan Model Regresi Data Panel ... 39

4.7.2.2. Uji Asumsi Klasik... 40

4.7.2.2.1 Uji Normalitas... 40

4.7.2.2.2 Uji Multikolineritas... 41

4.7.2.2.3 Uji Autokorelasi... 41

4.7.2.2.4 Uji Heterokedastisitas ... 42

4.7.3. Uji Hipotesis... 42

4.7.3.1. Uji Koefisien Determinasi ... 43

4.7.3.2. Uji Simultan ( Uji Statistik F)... 43

4.7.3.3. Uji Parsial ... 44

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 45

5.1. Hasil... 45

5.1.1. Statistik Deskriptif... 45

5.1.2. Pemilihan Model Regresi ... 48

5.1.3. Uji Asumsi Klasik ... 49

5.1.3.1. Uji Normalitas... 49

5.1.3.2. Uji Multikolinearitas ... 50

5.1.3.3. Uji Autokorelasi ... 51

5.1.3.4. Uji Heteroskedastisitas... 51

5.1.4. Uji Hipotesis... 52

5.1.4.1. Uji Koefisien Determinasi ... 52

5.1.4.2. Uji Simultan (Uji Statistik F) ... 53

5.1.4.3. Uji Parsial (Uji Statistik t)... 53

5.2. Pembahasan ... 55 5.2.1. Pengaruh Non Performing Loan (NPL) Terhadap

viii

(15)

Pemberian Kredit ... 58

5.2.4. Pengaruh Return on Assets (ROA) Terhadap Pemberian Kredit ... 59

5.2.5. Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Pemberian Kredit ... 60

5.2.6. Pengaruh Biaya Operasional pada Pendapatan Operasioanal (BOPO)Terhadap Pemberian Kredit... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

6.1. Kesimpulan ... 63

6.2. Keterbatasan ... 64

6.3. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN I ... 70

LAMPIRAN II ... 78

LAMPIRAN III ... 79

LAMPIRAN IV ... 81

LAMPIRAN V ... 85

ix

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Predikat Kesehatan Berdasarkan CAR... 22

Tabel 2.2. Predikat Kesehatan Berdasarkan ROA ... 23

Tabel 2.3. Predikat Kesehatan Berdasarkan BOPO ... 26

Tabel 4.1. Daftar Sampel Penelitian... 33

Tabel 4.2. Definisi Operasional... 37

Tabel 5.1. Statistik Deskriptif... 45

Tabel 5.2. Hasil Uji Chow ... 48

Tabel 5.3. Hasil Uji Hausman ... 49

Tabel 5.4. Uji Multikolinearitas dengan Matriks Korelasi... 50

Tabel 5.5. Uji Durbin-Watson... 51

Tabel 5.6. Uji Glejser ... 51

Tabel 5.7. Uji Koefisien Determinasi... 52

Tabel 5.8. Uji Simultan (Uji Statistik F) ... 53

Tabel 5.9. Uji Parsial (Uji Statisti t)... 54

x

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Grafik Pertumbuhan Kredit Baru ...4

Gambar1.2. Grafik Pertumbuhan Kredit Baru Per Jenis Kredit ...5

Gambar 3.1. Kerangka Konsep ...27

Gambar 5.1. Uji Jarque-Bera ...50

xi

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi yang semakin berkembang, sebuah perbankan semakin sangat dibutuhkan oleh masyarakat di Indonesia, karena perbankan dapat membantu masyarakat dalam hal pendanaan usaha maupun dalam membantu pembiayaan usaha untuk mempermudah dalam menghasilkan pendapatan yang lebih. Lembaga keuangan terdiri dari 2 jenis, yaitu lembaga keuangan Bank (Bank Sentral, Bank Umum dan BPR) dan lembaga keuangan bukan Bank (pasar modal, pasar uang dan valas, asuransi, koperasi simpan pinjam, leasing, dana pensiun).

Kegiatan perbankan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Hukum Perbankan di Indonesia sendiri, telah memasuki babak baru dengan diundangkannya Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut dengan OJK) pada Tanggal 22 November 2011.

Dimana pengaturan dan pengawasan sektor perbankan tidak lagi berada pada Bank Indonesia namun dialihkan kepada Otoritas Jasa Keuangan yakni sebuah lembaga independen yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang untuk melakukan pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan terhadap jasa keuangan di Indonesia, dengan demikian seluruh kegiatan jasa keuangan sektor perbankan, pasar modal, asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya ada dalam kewenangan OJK.

1

(19)

Kegiatan bisnis dari perbankan di antaranya adalah menghimpun dana dari masyarakat berupa tabungan, deposito dan giro kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit yang merupakan fungsi intermediasi bank Gusti, dkk (2014). Sesuai dengan UU No. 19 tahun 1998 pasal 1, huruf 2 menyebutkan bahwa bank adalah suatu bentuk badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bank adalah tempat yang mempertemukan pihak yang minus dana dan pihak yang memiliki dana, artinya pihak yang memiliki dana akan menempatkan dananya di bank sedangkan pihak yang membutuhkan dana dapat mengajukan kreditnya di bank tersebut.

Kredit merupakan salah satu sumber permodalan yang memiliki peran penting dalam kegiatan usaha. Pada dasarnya di negara berkembang, sumber pembiayaan dunia usaha masih didominasi oleh penyaluran kredit. Kondisi ini mengindikasikan bahwa kebutuhan dana setiap orang akan semakin tinggi. Tetapi jika kebutuhan dana tinggi, sementara dana yang dibutuhkan tidak tersedia, maka solusi untuk mendapatkan dana tersebut yaitu melalui dana kredit dari lembaga keuangan seperti bank. Pemenuhan dana melalui jalur kredit relatif lebih mudah dan cepat dari pada modal sendiri, selama pihak debitur atau peminjam mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh bank.

Pemberian kredit bagi bank bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal dan menjaga keamanan atas dana yang dipercayakan nasabah penyimpan dana di bank. Kredit yang aman dan produktif dapat memberikan pengaruh positif

(20)

3

bagi bank, yaitu pertama kepercayaan masyarakat penabung terhadap bank meningkat, dan yang kedua adalah keuntungan dan kelangsungan usaha nasabah peminjam akan berlanjut.

Kredit yang macet banyak disebabkan oleh kegagalan atau kesalahan penyaluran dana. Jika hal ini dialami oleh bank maka tingkat profitabilitas bank tersebut akan mengalami penurunan dan berdampak pada citra perbankan itu sendiri di kalangan masyarakat. Perlu diketahui bahwa masalah kredit macet, penunggakan pembayaran kredit maupun bunganya di bank-bank umum terjadi karena beberapa faktor misalnya kurang dipahami dan dilaksanakannya aturan- aturan perkreditan dari Bank Indonesia, timbulnya inflasi yang menyebabkan tingginya suku bunga kredit akhirnya memicu kenaikan harga-harga. Akibatnya perusahaan atau perorangan yang menerima kredit melakukan penunggakan pembayaran kredit kepada pihak Bank. Kredit bermasalah sama sekali tidak bisa ditiadakan. Hal yang dapat dilakukan oleh bank adalah meminimalkan risiko dengan cara evaluasi atau analisis kredit, baik sejak awal pemberian kredit maupun ketika kredit sudah berjalan. Salah satu upaya yang dilakukan bank untuk mengantisipasi atau untuk meminimalisir risiko kredit dimulai sejak nasabah mengajukan permohonan kredit, yaitu pada tahap awal pengambilan keputusan pemberian kredit.

(21)

Sumber : Bank Indonesia

Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Kredit Baru

Gambar 1.1 menunjukkan Survei perbankan Bank Indonesia mengindikasikan terdapat fluktuasi dari tingkat pertumbuhan kredit baru dari periode 2016-2018, namun pertumbuhan paling tinggi terjadi pada triwulan ke 4 tahun 2017 dan penurunan paling signifikan terjadi di triwulan I periode 2017.

Sedangkan realisasi Kredit Baru (LBU) juga tidak jauh berbeda, namun pada triwulan IV 2018 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Namun dibalik itu semua, tingkat pertumbuhan dari SBT Kredit Baru Survei Perbankan lebih tinggi dibandingkan Realisasi Kredit Baru, dimana hal ini terlihat dari gambaran grafik berikut ini.

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

I II 2016III IV I II 2017 III IV I II 2018 III IV SBT Kredit Baru-Survei Perbankan (lhs) Realisasi Kredit Baru-LBU (rhs)

(22)

5

Sumber : Bank Indonesia

Gambar 1.2 Grafik Pertumbuhan Kredit Baru Per Jenis Kredit

Gambar 1.2 menunjukkan nilai dari saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru sebesar 71,7 % lebih tinggi dibandingkan 21,2% pada triwulan sebelumnya. Meningkatnya pertumbuhan permintaan kredit baru terjadi pada semua jenis penggunaan kredit, terindikasi dari kenaikan SBT permintaan kredit modal kerja dari 69,8% menjadi 77,0%, kredit investasi dari 68,9% menjadi 83,1%, dan kredit konsumsi dari 26,8% menjadi 28,0%. Pertumbuhan kredit ini mencerminkan tingkat pemberian kredit dari perusahaan perbankan terhadap para nasabah.

Penyaluran kredit menjadi sangat menarik karena berkaitan dengan kinerja bank. Peran Account Officer dalam analisis kredit sangat diperlukan agar ekspansi kredit yang seharusnya menguntungkan justru akan merugikan bank jika kurang berhati-hati. Sebagai lembaga keuangan yang memegang peran yang vital dalam perekonomian, bank dituntut untuk berada dalam kondisi yang baik agar dapat

120

100

80

60

40

Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi

20

0

I II III IV I II

2017 III IV I II III 2018 IV 2016

(23)

menjalankan fungsinya dalam menopang perekonomian. Perbankan merupakan bisnis kepercayaan atau agent of trust sehingga sangat penting untuk menjaga kepercayaan dari masyarakat dengan terus menjaga tingkat kesehatan bank.

Dengan mendapat kepercayaan dari masyarakat, bank dapat memperoleh dana likuid yang nantinya akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit.

Pengawasan yang baik dan sesuai prosedur yang ditetapkan oleh Bank Indonesia akan dapat mencegah terjadinya praktik-praktik yang tidak sehat dan dapat membahayakan kelangsungan usaha bank. Bank Umum diwajibkan untuk mematuhi seluruh regulasi dari Bank Indonesia dan melakukan self-assesment terhadap tingkat kesehatannya masing-masing. Dalam mengukur tingkat kesehatan bank, bank melakukan analisis terhadap kinerja keuangan melalui beberapa aspek. Bank Indonesia lewat Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 yang diatur dalam Surat Edaran (SE) Bank Indonesia No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menetapkan metode penilaian tingkat kesehatan bank dengan pendekatan risiko yang disebut dengan Risk-Based Bank Rating (RBBR) yang menilai tingkat kesehatan bank berdasarkan empat aspek: Profil Risiko (Risk Profile), Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (Earnings), dan Permodalan (Capital). Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank ini merupakan tata cara penilaian baru menggantikan tata cara penilaian sebelumnya yaitu analisis CAMELS.

Adapun Rasio-rasio keuangan yang digunakan dan dijadikan proksi dari

(24)

7

indikator- indikator RBBR adalah Non Performing Loan (NPL) yang merupakan proksi dari profil risiko, Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) yang merupakan proksi dari permodalan, Return on Assets (ROA) dan yang merupakan proksi dari rentabilitas, Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang merupakan proksi dari Good Corporate Governance.

Non Performing Loan (NPL) merupakan salah satu rasio pada risiko kredit yang digunakan untuk menilai profil risiko. Risiko kredit menunjukkan kemungkinan terjadinya risiko tidak tertagihnya piutang terhadap sejumlah pinjaman yang telah diberikan (Rivai dkk, 2007). NPL menggambarkan kondisi tingkat kemampuan bank dalam menagih kembali kredit yang disalurkan kepada debitur. Semakin rendah NPL maka semakin baik kualitas kredit dari suatu bank.

Semakin baik kualitas kredit bank, maka penyaluran kreditnya juga menjadi semakin baik. Pratama (2010), Yuda (2010), dan Sari (2013) menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan menurut penelitan yang dilakukan oleh Hassanudin dan Prihatiningsih (2010), dan Satria dan Subegti (2010), menyatakan bahwa NPL tidak memiliki pengaruh terhadap penyaluran kredit perbankan. Hasil yang berbeda juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Primasari (2015) dan Dewiyani (2013) yang menyatakan bahwa NPL memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan.

Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dan merupakan sumber dana terbesar bagi bank. Dana-dana yang

(25)

dihimpun bank dari masyarakat akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk simpanan atau kredit yang disertai dengan pembebanan bunga. Permintaan kredit dari masyarakat maupun korporasi setiap mengalami pertumbuhan dapat diartikan sebagai hal yang baik karena pertumbuhan kredit dapat mencerminkan pertumbuhan kebutuhan akan modal untuk kegiatan bisnis maupun investasi yang dapat mendorong pertumbuhan dan menyokong keberlangsungan perekonomian negara. Disisi bank sebagai kreditur, pertumbuhan kredit mencerminkan pertumbuhan laba bagi industri perbankan yang didapat dari suku bunga kredit yang dibebankan kepada debitur. Semakin banyak kredit yang disalurkan, maka otomatis semakin banyak pendapatan bunga kredit yang akan diterima oleh bank. Pratama (2010), Hassanudin dan Prihatiningsih (2010), Yuda (2010), Sari (2013), Dewiyani (2013) dan Primasari (2015) menyatakan bahwa DPK berpengaruh positif dan siginifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Namun hasil berbeda ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Satria dan Subegti (2010) yang menyatakan bahwa DPK berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit.

Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi pemberian kredit adalah modal yang dimiliki oleh suatu bank yang dapat dilihat melalui Capital Adequaty Ratio (CAR). Jika bank memiliki cadangan modal yang besar, maka manajemen mempunyai peluang menyalurkan kredit kepada nasabah. Karena salah satu fungsi modal bank adalah untuk melindungi kredit yang diberikan. CAR merupakan rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko. Bank Indonesia menetapkan standar untuk CAR minimum yang harus dimiliki oleh setiap bank yaitu sebesar 8%.

(26)

9

Semakin tinggi CAR yang dimiliki suatu bank, maka bank tersebut akan semakin leluasa dalam menjalankan aktivitas operasionalnya karena modal yang dimiliki akan dapat meng-cover risiko-risiko yang mungkin terjadi. Pratama (2010), Yuda (2010) dan Sari (2013) menyatakan bahwa CAR memiliki pengaruh negatif dan siginifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Sedangkan menurut penelitan yang dilakukan oleh Satria dan Subegti (2010) menyatakan bahwa CAR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Hasil berbeda ditemukan pada penelitan yang dilakukan oleh Primasari (2015) yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan.

Return on Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. ROA menggambarkan kemampuan bank untuk memaksimalkan penggunaan aset berupa dana untuk disalurkan sebagai kredit untuk memperoleh laba bagi bank sehingga diperkirakan bahwa semakin besar nilai ROA maka semakin baik kegiatan penyaluran kredit bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA suatu bank, maka pendapatan yang diperoleh bank juga semakin besar, dengan keuntungan yang besar yang diperoleh oleh bank maka akan semakin besar pula jumlah kredit yang dapat disalurkan oleh bank tersebut (Dendawijaya, 2005). Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian ROA dari pada ROE karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat.

Suatu bank dapat dikatakan sehat jika ROA bank tersebut lebih dari 1,5%. Sehingga

(27)

ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan.Satria dan Subegti (2010) menyatakan bahwa ROA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Hasil berbeda ditemukan pada penelitan yang dilakukan oleh Yuda (2010) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Primasari (2015) menyatakan bahwa ROA memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kreditperbankan.

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Tingginya tingkat LDR akan menunjukkan besarnya dana kredit yang disalurkan oleh bank dalam hal membayar kewajiban jangka pendeknya, dan sebaliknya jika semakin rendah LDR maka menunjukkan semakin rendahnya kemampuan kredit yang disalurkan oleh bank dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. LDR difungsikan sebagai suatu indikator dalam mengetahui seberapa besar tingkat kerawanan dalam suatu bank. Febrianto (2009) menunjukkan bahwa loan to deposit ratio (LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit. Sedangkan Oktaviani (2012) yang menemukan bukti empiris bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit.

Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan rasio yang diukur dari perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (biaya bunga, biaya tenaga kerja,

(28)

11

biaya pemasaran, dan biaya operasi lainnya). Pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Semakin kecil rasio biaya (beban) operasionalnya akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutup biaya (beban) operasional dengan pendapatan operasionalnya (Rivai dkk, 2007). Sehingga, diperkirakan bahwa BOPO memiliki hubungan negatif terhadap penyaluran kredit dimana semakin kecil nilai BOPO maka semakin baik pemaksimalan pendapatan terhadap beban bank yang juga mengindikasikan semakin baik penyaluran kredit bank. Haryanto dan Widyarti (2017) menemukan hasil dimana BOPO berpengaruh negatif terhadap pemberian kredit. sedangkan Aljufri, dkk (2015) menyatakan bahwa BOPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

Berdasarkan fenomena dan teori yang telah diungkapkan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemberian kredit bank umum.

Selanjutnya penelitian ini diberi judul “Pengaruh Non Performing Loan (NPL), Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang masalah diatas kemudian diidentifikasi bahwa adanya pemberian kredit dari perusahaan perbankan terhadap para nasabah yang mengalami pertumbuhan yang fluktuatif serta adanya research gap antar

(29)

penelitian terdahulu. Sehingga dalam penelitian ini ditarik rumusan masalah yang akan dikaji adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang diketahui dapat mempengaruhi pemberian kredit oleh perbankan di Indonesia. Variabel yang akan diteliti mencakup variabel rasio keuangan Non Performing Loan (NPL), Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap pemberian kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap pemberian kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap pemberian kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah Return on Assets (ROA) berpengaruh terhadap pemberian kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

5. Apakah Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap pemberian kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

6. Apakah Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap pemberian kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

(30)

13

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis perngaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap pemberian kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Untuk mengetahui dan menganalisis perngaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap pemberian kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Untuk mengetahui dan menganalisis perngaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap pemberian kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

4. Untuk mengetahui dan menganalisis perngaruh Return on Assets (ROA) terhadap pemberian kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

5. Untuk mengetahui dan menganalisis perngaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap pemberian kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

6. Untuk mengetahui dan menganalisis perngaruh Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap pemberian kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.5. Kontribusi Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

(31)

1. Bagi Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk menyikapi pengaruh NPL, DPK, CAR, ROA, LDR dan BOPO terhadap Pemberian Kredit.

2. Bagi peneliti, diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pemahaman terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi Pemberian Kredit.

3. Bagi penelitian selanjutnya, sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Pemberian Kredit.

1.6. Batasan Penelitian

Agar tujuan penelitian dapat tercapai, maka penulis membuat batasan dalam penelitian ini, batasan penelitiannya antara lain adalah

1. Objek penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 sampai 2019.

2. Variabel-variabel yang diteliti diperkirakan dapat mempengaruhi pemberian kredit yaitu, Non Performing Loan (NPL), Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), LDR (Loan to Deposit Ratio), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN TELAAH LITERATUR 2.1 LandasanTeori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) menurut Jensen dan Meckling (1976) pada penelitian Tantri (2018) merupakan hubungan keagenan antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Oleh karena itu, teori ini mengacu pada hubungan kontrak antara pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer.

Hubungan keagenan ini mengakibatkan dua permasalahan yaitu: (a) terjadinya informasi asimetris (asymmetry information); dan (b) terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest).

Berhubungan dengan teori ini, Watts dan Zimmerman, (1986) dalam Positif Accounting Theory mengajukan tiga hipotesis, yaitu : i) bonus plan hypothesis, ii) debt/equity hypothesis, dan iii) political cost hypothesis, yang secara implisit menyatakan 3 bentuk keagenan, yaitu antara pemilik dengan manajemen, antara kreditur dengan manajemen, dan antara pemerintah dengan manajemen. Sehingga secara umum, principal bukan hanya pemilik perusahaan, tetapi juga bisa berupa pemegang saham, kreditur, maupun pemerintah.

Dalam aktivitas operasional perbankan, sumber dana utama berasal dari dana yang dihimpun dari masyarakat, modal para pemegang saham dan pinjaman yang diberikan oleh pihak lain (kreditur). Dalam hubungannya dengan pemilik dana, seringkali nasabah penyimpan maupun pemegang saham tidak memiliki

15

(33)

informasi yang memadai terkait dengan kondisi keuangan bank yang seharusnya diperlukan sebelum melakukan penanaman modal untuk meyakinkan kreditur dana yang disimpannya akan terjamin dan memberikan pengembalian yang baik.

Penggunaan dana kepada beberapa hal yang memiliki risiko tinggi akan berdampak pada peningkatan risiko tingkat pengembalian. Oleh karena itu pihak manajer harus bekerja lebih berhati-hati guna menghindari ancaman risiko kebangkrutan dan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut.

2.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori sinyal membahas bagaimana seharusnya signal-signal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada pemilik (prinsipal). Teori signal menjelaskan bahwa pemberian signal dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi informasi asimetris. Hal positif dalam signalling theory dimana perusahaan yang memberikan informasi yang bagus akan membedakan mereka dengan perusahaan yang tidak memiliki “berita bagus” dengan menginformasikan kepada pasar tentang keadaan mereka, sinyal tentang bagusnya kinerja masa depan yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja keuangan masa lalunya tidak bagus tidak akan dipercaya oleh pasar (Wolk dan Tearney dalam Dwiyanti, 2010).

Menurut Jogiyanto (2014), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Pada saat informasi diumumkan, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik atau buruk.

(34)

17

Teori ini memiliki hubungan yang erat dengan industri perbankan yang terdapat pemegang saham, kreditur dan debitur. Melihat sumber dana terbesar penyaluran kredit adalah dana masyarakat yang harus dijaga keamanannya, maka Otoritas Jasa Keuangan sebagai regulator mewajibkan kepada perbankan untuk melakukan publikasi laporan keuangan yang memuat informasi penting terkait kondisi keuangan bank dimaksud. Laporan publikasi dan laporan tahunan merupakan salah satu bentuk sinyal yang dapat digunakan oleh masyarakat maupun pihak ketiga lainnya untuk menentukan melakukan penempatan dananya atau memberikan pinjaman dana. Kondisi keuangan yang baik akan memberikan sinyal baik kepada para pemilik dana untuk melakukan penempatan dananya pada bank tersebut dan sebaliknya.

Mengenai penyaluran kredit, sebelumnya bank harus meyakini bahwa calon debitur merupakan debitur yang memiliki kemampuan untuk melakukan pengembalian dana dengan baik melalui laporan keuangan yang disampaikan debitur terkait dengan usaha yang dijalankannya dan selanjutnya dianalisa oleh pihak bank. Oleh karena itu, perusahaan perbankan harus terus berusaha untuk memberikan sinyal positif kepada nasabah dan masyarakat karena fungsi bank sebagai intermediasi dan merupakan lembaga kepercayaan.

2.2 Telaah Literatur 2.2.1 Kredit

Kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu “credere, yang berarti kepercayaan (Wahjono, 2013). Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

(35)

berdasar persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibakn untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Perkreditan di perbankan memiliki beberapa jenis pembebanan suku bunga yaitu suku bunga tetap (Flat Rate), suku bunga yang mengalikan persentase suku bunga per periode dengan sisa pinjaman (Sliding Rate), dan suku bunga yang dilakukan sesuai dengan tingkat suku bunga pada bulan yang bersangkutan (Floating Rate) (Kasmir, 2012).

Setiap kredit memiliki risiko, salah satu upaya yang dilakukan bank untuk mengantisipasi atau untuk meminimalisir risiko kredit dimulai sejak nasabah mengajukan permohonan kredit, yaitu pada tahap awal pengambilan keputusan pemberian kredit. Hal ini dilakukan dengan cara menganalisa berbagai informasi yang diperoleh dari calon debitur . Dalam kaidah umum yang berlaku, terdapat prinsip-prinsip yang menjadi acuan bagi perbankan untuk menilai calon debiturnya dan selalu menjadi faktor yang dipertimbangkan dalam pemberian kredit.

Perusahaan juga dapat melakukan analisis kredit yang yaitu suatu proses analisis yang dilakukan oleh bank untuk menilai suatu permohonan kredit yang telah diajukan oleh calon debitur. Analisis kredit ini bertujuan untuk mencegah secara dini kemungkinan terjadinya default oleh nasabah (Ismail, 2010).Selain itu, bank harus melihat berdasarkan kriteria penilaian yang umum untuk mendapatkan nasabah yang benar- benar layak untuk diberikan, dilakukan dengan analisis 6C, yaitu watak/sifat dari nasabah (Character), kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan

(36)

19

(Capacity), jumlah dana / modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah (Capital), situasi dan kondisi perekonomian (Condition of Economy), Agunan/Jaminan (Collateral), serta batasan dan hambatan (Constraint) (Sugiharto, 2006)

Sementara itu, penilaian dengan 7P kredit juga wajib dipertimbangkan, antara lain kepribadian peminjam modal (Personality), klasifikasi berdasarkan golongan tertentu (Party), tujuan pengambilan kredit (Perpose), tujuan nasabah dimasa depan (Prospect), kemampuan nasabah dalam melakukan pembayaran (Payment), serta kemampuan nasabah dalam mendapatkan keuntungan (Profitability), perlindungan/jaminan asuransi (Protection).

Rasio-rasio keuangan juga dicari untuk mengetahui kondisi keuangan dan perkembangan suatu perusahaan yang akan melakukan pemberian kredit. Dalam mengabulkan suatu permohonan kredit, kreditur perlu mengetahui kondisi dan perkembangan perusahaan debitur yang diberi kredit. Untuk menilainya, bank menggunakan penilaian aman dan tidak aman. Hasil penilaian diperoleh berdasarkan rasio-rasio keuangan yang tercantum dalam neraca ataupun laporan laba rugi.

2.2.2 Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL) merupakan kredit bermasalah. Kredit bermasalah ini disebabkan karena perputaran kas yang tidak lancar, sehingga bank dapat mengalami kerugian. Menurut Mahmoeddin (2010) non performing loan (NPL) merupakan kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur. Pemberian kredit tentunya

(37)

mengandung risiko yang dapat mengurangi keuntungan optimal dan dapat menghambat aktivitas bank. Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit. Menurut Golin (2001), non performing loan menggambarkan tingkat kualitas asset sebuah bank, yang mana indicator NPL yang baik dapat dibandingkan dengan rata-rata nilai NPL industry bank, jika nilai NPL sebuah bank lebih rendah dari nilai NPL industry maka dapat dikatakan asset bank tersebut berkualitas rendah.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/2/PBI/2013 pasal 5 tentang Penetapan status dan tindak lanjut pengawasan Bank Umum Konvensional mendefinisikan bahwa kredit bermasalah yaitu salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja yang disalurkan. Dalam hal ini bank Indonesia selaku bank utama menetapkan bahwa tingkat atau kriteria rasio NPL yang wajar adalah di bawah 5%.Berdasarkan pengertian dari beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa kredit bermasalah (Non Performing Loan) menggambarkan situasi dimana persetujuan pengembalian kredit mengalami resiko kegagalan, bahkan cenderung menuju atau mengalami kerugian potensial. Perlu diketahui bahwa anggapan kredit bermasalah dikarenakan kesalahan debitur merupakan hal yang salah. Kredit bermasalah dapat dikarenakan oleh berbagai hal yang berasal dari nasabah, kondisi internal bank dan kondisi eksternal. Non Performing Loan (NPL) termasuk didalamnya adalah kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet.

(38)

21

2.2.3 Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari masyarakat. Pentingnya sumber dana dari masyarakat luas disebabkan karena sumber dana tersebut merupakan sumber dana yang paling utama bagi bank.

Sumber dana yang berasal dari pihak ketiga ini antara lain Simpanan Giro (demand deposit), Tabungan, Deposito (Ismail, 2010).

Semakin tinggi jumlah DPK yang dihimpun bank, bank cenderung akan menyalurkan kredit yang tinggi. Semakin besar DPK yang dihimpun oleh bank akan menyebabkan semakin besar pula sumber dana (loanable fund) yang dihimpun bank dan berdampak kepada kenaikan penawaran dana kepada masyarakat sehingga semakin tingginya jumlah penyaluran kredit oleh bank (Panggalih, 2015).

2.2.4 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva. Capital Adequacy Ratio memperlihatkan kemampuan bank dalam memenuhi kecukupan modalnya. Pengelolaan modal yang baik akan membantu memperlancar aktivitas utama bank yaitu dalam pemberian kredit. modal juga dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat, apabila tingkat modal bank yang ideal maka hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam menginvestasikan dananya (Ariwidanta, 2016).

Modal terdiri dari jumlah modal inti dan modal pelengkap, sedangkan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing masing bobot risiko aktiva tertimbang

(39)

tersebut. Yang dimaksud dengan aktiva dalam perhitungan ini mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan/atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga. Terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung dalam aktiva itu sendiri atau yang didasarkan atas penggolongan nasabah, penjamin atau sifat barang jaminan.

Apabila persentase CAR terlalu kecil (lebih rendah dari standar BI) maka bank tersebut termasuk ke dalam kategori bank tidak sehat namun apabila persentase CAR terlalu besar berarti terlalu besar dana bank yang menganggur (Faishol, 2007). Adapaun tingkat persetase dari CAR dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1. Predikat Kesehatan Berdasarkan CAR

Rasio Predikat

“12% < CAR” “Sangat Sehat”

“9% < CAR ≤ 12%” “Sehat”

“8% < CAR ≤ 9%” “Cukup Sehat”

“6% < CAR ≤ 8%” “Kurang Sehat”

“CAR ≤ 6%” “Tidak Sehat”

Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011 2.2.5 Return On Asset (ROA)

Kegiatan operasional perbankan tentu saja berorientasi pada laba, oleh karena itu bank perlu memperhatikan aspek profitabilitas atau tingkat keuntungan yang dimiliki. Karena Profitabilitas sebagai acuan dalam mengukur laba dan laba yang diraih oleh bank merupakan refleksi dari kinerja bank dalam mengelola dana yang dihimpunnya. Laba merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam sebuah

(40)

23

usaha, termasuk juga bagi usaha perbankan. Alasan dari pencapaian laba perbankan tersebut dapat berupa kecukupan dalam memenuhi kewajiban terhadap pemegang saham, penilaian atas kinerja pmpinan, dan meningkatkan daya tarik investor untuk menawarkan modalnya. Laba yang tinggi membuat bank mendapat kepercayaan dari masyarakat yang memungkinkan bank untuk menghimpun modal yang lebih banyak sehingga bank memperoleh kesempatan meminjamkan dengan lebih luas (Simorangkir, 2004).

Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang paling baik digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi bank, karena Return On Asset (ROA) menggambarkan kemampuan manajemen bank dalam mengalokasikan asetnya untuk menghasilkan laba. Bank Indonesia menetapkan pentingnya penilaian besarnya Return On Asset (ROA), karena Bank Indonesia sebagai Pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset yang mana sebagaian besar dananya berasal dari masyarakat dan nantinya oleh bank juga harus disalurkan kembali kepada masyarakat (Kasmir, 2012). Adapun predikat Bank berdasarkan ROA dapat ditunjukkan pada tabel 2.2 dibawah ini.

Tabel 2.2. Predikat Kesehatan Berdasarkan ROA

Rasio Predikat

“2% < ROA” “Sangat Sehat”

“1,25% < ROA ≤ 2%” “Sehat”

“0,5% < ROA ≤ 1,25%” “Cukup Sehat”

“0% < ROA ≤ 0,5%” “Kurang Sehat”

“ROA ≤ 0%” “Tidak Sehat”

Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011

(41)

2.2.6 Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang mengukur perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan dana yang dihimpun oleh bank. Besarnya kredit yang disalurkan oleh bank dipengaruhi oleh dana yang dihimpun oleh bank yang dijadikan bank sebagai sumber likuiditas, sehingga nantinya akan mempengaruhi besar kecilnya rasio LDR (Dendawijaya, 2005).

Loan to deposit ratio (LDR) adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan request) nasabahnya (Latumaerissa, 2014). Rasio ini menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga dapat untuk memberi isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau sebaliknya harus dibatasi. Jika bank mempunyai LDR yang sangat tinggi, maka bank akan mempunyai resiko tidak tertagihnya pinjaman yang tinggi pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian.

Oleh karena itu menurut peraturan Bank Indonesia No. 18/14/PBI/2016 telah memberikan standar untuk rasio LDR perbankan di Indonesia, yaitu pada kisaran antara 80% sampai dengan 92%.

Tingginya tingkat LDR akan menunjukkan besarnya dana kredit yang disalurkan oleh bank dalam hal membayar kewajiban jangka pendeknya, dan sebaliknya jika semakin rendah LDR maka menunjukkan semakin rendahnya kemampuan kredit yang disalurkan oleh bank dalam membayar kewajiban jangka

(42)

25

pendeknya. LDR difungsikan sebagai suatu indikator dalam mengetahui seberapa besar tingkat kerawanan dalam suatu bank.

2.2.7 Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

BOPO merupakan perbandingan antara beban operasional dan pembiayan operasional yang diperoleh bank. Beban operasional dihitung dengan menjumlahkan beban bunga dan beban operasional bank lainnya, sedangkan pendapatan operasional dihitung dengan menjumlahkan pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya. BOPO adalah rasio biaya operasi dibandingkan pendapatan operasi. Bank yang memiliki tingkat BOPO yang tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut tidak menjalankan kegiatan operasionalnya dengan efisien.

Beban operasional merupakan pengorbanan yang diterbitkan untuk membiayai kegiatan operasional seperti beban bunga dan beban gaji. Sementara, pendapatan operasional adalah pendapatan yang diperoleh bank selama melakukan kegiatan operasional seperti pendapatan bunga yang diperoleh dari penyaluran kredit.

Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio BOPO juga digunakan untuk mengatur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional dan pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank ada dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Oleh karena itu, dapat dikatakan semakin besar rasio BOPO, maka bank dalam mengeluarkan biaya guna mendapatkan pendapatan yang semakin besar pula, sehingga kemungkinan

(43)

penyaluran kredit akan terhambat (Malahayati dan Sukmawati, 2015). Predikat dari nilai BOPO dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3. Predikat Kesehatan Berdasarkan BOPO

Rasio Predikat

“BOPO ≤ 94%” “Sangat Sehat”

“94% < BOPO≤ 95%” “Sehat”

“95% < BOPO ≤ 96%” “Cukup Sehat”

“96% < BOPO≤ 97%” “Kurang Sehat”

“BOPO > 97%” “Tidak Sehat”

Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011

(44)

BOPO (X6) LDR (X5) ROA

(X4)

Pemberian Kredit (Y)

CAR (X3) DPK

(X2) NPL (Xı)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep

Untuk menggambarkan konsep pengaruh NPL, DPK, CAR, ROA, dan BOPO terhadap Pemberian Kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

Bentuk kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Non Performing Loan (NPL), Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Loan Deposit Ratio (LDR) dan Biaya

27

(45)

Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan variabel independen, sedangkan Pemberian Kredit merupakan variabel dependen.

3.2 Hipotesis

3.2.1 Pengaruh Non Performing Loan (NPL) Terhadap Pemberian Kredit Non Performing Loan (NPL) merupakan kredit bermasalah. Kredit bermasalah ini disebabkan karena perputaran kas yang tidak lancar, sehingga bank dapat mengalami kerugian. Pemberian kredit tentunya mengandung risiko yang dapat mengurangi keuntungan optimal dan dapat menghambat aktivitas bank. Non Performing Loan (NPL) diukur melalui perbandingan jumlah kredit bermasalah dengan kredit yang disalurkan oleh bank. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian Mulyawati (2015) dan Hasyim (2014) yang menyatakan bahwa Non Performing Loan mempunyai berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

Hipotesis 1 :Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap Pemberian Kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

3.2.2 Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Pemberian Kredit Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari masyarakat. Semakin tinggi jumlah DPK yang dihimpun bank, bank cenderung akan menyalurkan kredit yang tinggi. Semakin besar DPK yang dihimpun oleh bank akan menyebabkan semakin besar pula sumber dana (loanable fund) yang dihimpun bank dan berdampak kepada kenaikan penawaran dana kepada masyarakat sehingga semakin tingginya jumlah penyaluran kredit oleh bank.

Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian Yoga (2013) dan Trimulyanti (2014)

(46)

29

yang memberikan hasil bahwa dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

Hipotesis 2 : Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif terhadap Pemberian Kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

3.2.3 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Pemberian Kredit Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat dan pinjaman. Dengan kata lain rasio ini menunjukkan tingkat kecukupan modal suatu bank. Agar bank dapat menyalurkan kreditnya dengan lancar, bank harus memiliki modal yang cukup untuk menunjang aktiva yang mungkin mengandung atau menghasilkan risiko. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian Maharani (2011) dan Arifati (2016) yang menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

Hipotesis 3 : Capital Adequacy Ratio (CAR) Ratio berpengaruh positif terhadap Pemberian Kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

3.2.4 Pengaruh Return on assets (ROA) Terhadap Pemberian Kredit

Return on assets (ROA) merupakan rasio rentabilitas dihitung dengan cara membandingkan laba sebelum pajak dan rata-rata total aset, hasil dari pengukuran tersebut menunjukkan seberapa besar bank dalam memaksimalkan aset-aset yang dimiliki perbankan dan untuk mengetahui kemampuan manajemen dalam meningkatkan laba. Laba yang tinggi membuat bank mendapat kepercayaan dari

(47)

masyarakat yang memungkinkan bank untuk menghimpun modal yang lebih banyak sehingga bank memperoleh kesempatan meminjamkan dengan lebih luas.

Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Malahayati dkk (2015) yang menyatakan bahwa semakin besar ROA yang diperoleh bank maka semakin besar pula jumlah kredit yang disalurkan oleh bank tersebut.

Hipotesis 4 : Return on assets (ROA) berpengaruh positif terhadap Pemberian Kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

3.2.5 Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Pemberian Kredit Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang mengukur perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan dana yang dihimpun oleh bank. Besarnya kredit yang disalurkan oleh bank dipengaruhi oleh dana yang dihimpun oleh bank yang dijadikan bank sebagai sumber likuiditas, sehingga nantinya akan mempengaruhi besar kecilnya rasio LDR (Dendawijaya, 2005).

Tingginya tingkat LDR akan menunjukkan besarnya dana kredit yang disalurkan oleh bank dalam hal membayar kewajiban jangka pendeknya, dan sebaliknya jika semakin rendah LDR maka menunjukkan semakin rendahnya kemampuan kredit yang disalurkan oleh bank dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Pernyataan ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Putra dan Wirathi (2014) dan Martin, dkk (2014) yang menyatakan bahwa LDR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

Hipotesis 5 : Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif terhadap Pemberian Kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

(48)

31

3.2.6 Pengaruh Biaya Operasional pada Pendapatan Operasioanal (BOPO) Terhadap Pemberian Kredit

BOPO merupakan perbandingan antara beban operasional dan pembiayaan operasional yang diperoleh bank. Beban operasional dihitung dengan menjumlahkan beban bunga dan beban operasional bank lainnya, sedangkan pendapatan operasional dihitung dengan menjumlahkan pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya. Semakin kecil rasio biaya (beban) operasionalnya akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutup biaya (beban) operasional dengan pendapatan operasionalnya (Rivai dkk, 2007). Sehingga, diperkirakan bahwa BOPO memiliki hubungan negatif terhadap penyaluran kredit dimana semakin kecil nilai BOPO maka semakin baik pemaksimalan pendapatan terhadap beban bank yang juga mengindikasikan semakin baik penyaluran kreditbank.Rasio BOPO yang menunjukkan nilai tinggi dapat membuat bank tidak efisisen dalam memberikan kredit. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulhasnita (2013), Haryanto dan Widyarti (2017) yang menunjukkan BOPO berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit.

Hipotesis 6 : Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif terhadap Pemberian Kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

(49)

BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kausalitas yang berguna untuk menganalisis pengaruh antar satu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini dirancang untuk menguji pengaruh fakta dan fenomena serta mencari keterangan- keterangan secara actual yaitu penelitian yang bersifat menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi). Dalam penelitian ini, hubungan tersebut bertujuan untuk melihat bagaimana Non Performing Loan (NPL), Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), sebagai variabel independen mempengaruhi Pemberian Kredit sebagai variabel dependen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka.

4.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2019, untuk mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini maka dilakukan dengan cara mengakses dari situs www.idx.co.id.

32

(50)

33

4.3 Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industri jasa yang merupakan semua perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu terdiri dari 45 bank. Tahun pengamatan adalah tahun 2010-2019. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterisitik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2006). Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel dengan sensus dimana keseluruhan populasi dijadikan sampel, tetapi hanya 36 sampel yang dapat diambil dan digunakan, diperoleh 9sampel, sehingga didapat jumlah observasi dalam penelitian ini sebanyak 9 x 10 tahun = 90 observasi data.

Tabel 4.1 Daftar Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan

1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk 2 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk

3 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk

4 BNII Bank Maybank Indonesia Tbk

5 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 6 BVIC Bank Victoria International Tbk

7 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk 8 MCOR Bank China Construction Bank Indonesia

9 MEGA Bank Mega Tbk

4.4 Jenis dan sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu data kuantitatif yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).

Data tersebut berupa laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan merupakan gabungan data antara bank (cross section) dan antar waktu (time

(51)

series) yang disebut juga dengan polling data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendownload laporan keuangan perusahaan perbankan pada tahun 2010-2019 melalui website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara mendownload laporan keuangan perusahaan perbankan pada tahun 2010-2019 melalui website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id.

4.6 Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah terdapat pengaruh rasio keuangan terhadap kinerja keuangan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah pemberian kredit, sedangkan variabel independennya adalah Non Performing Loan (NPL), Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (NPL), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

Definisi dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian, akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Pemberian Kredit (Y)

Pemberian kredit adalah dana yang diberikan oleh bank dalam bentuk kredit kepada debitur. Pemberian kredit dalam satuan Miliaran Rupiah.Data jumlah kredit yang disalurkan oleh bank dapat langsung diperoleh dari laporan keuangan masing- masing bank dari tahun 2014-2018.

Pemberian Kredit = Kredit dalam Rupiah + Kredit dalam Valas

(52)

35

b. Non Performing Loan (X1)

Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan dalam menutupi kegagalan debit terhadap pengembalian kredit. NPL merupakan persentase jumlah kredit yang bermasalah (kriteria kurang lancar, diragukan dan macet) terhadap total kredit yang disalurkan bank. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Peraturan Nomor 17/11/PBI/2015 NPL dapat dihitung dengan rumus :

NPL = Kredit Bermasalah x 100%

Total Kredit

c. Dana Pihak Ketiga (X2)

Dana pihak ketiga (DPK) adalah sumber dana yang dihimpun bank dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuan menghimpun dana masyarakat. Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya.

DPK terdiri dari jumlah simpanan giro, tabungan, dan deposito dalam satuan Miliar Rupiah.

DPK = Tabungan + deposito + Giro d. Capital Adequacy Ratio (X3)

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) untuk dibiayai dari dana modal bank sendiri, disamping memperoleh dana-dana dari sumber- sumber di luar, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain. Dengan demikian Capital Adequacy

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis deskriptif dan setelah diadakan pengujian-pengujian, maka secara umum ditemukan Kecerdasan Emosi Terhadap Perkembangan Jiwa

Nilai probabilitas sebesar 0,15 &gt;0,05 dan convidence interval 95% (0,790-4,144), artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kepuasan pasien ASKES

Penelitian yang dilakukan Aris Utara (2017) beberapa rasio keuangan yang dapat mempengaruhi harga saham yaitu Return On Asset(ROA), Return On Equity (ROE), Earming Per Share

Dengan kebutuhan akan internet di daerah Rumah Sakit Infeksi Covid-19 instansi terkait meminta PT Telekomunikasi Seluler Branch Batam untuk memfasilitasi kebutuhan

Pelatihan ini memberikan beberapa materi yang terkait dengan upaya meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SMPN 1 Pantai Cermin dalam hal pemanfaatan limbah kertas

Setelah memahami teks dalam powerpoint, siswa mampu menuliskan 5 informasi dari teks nonfiksi “Sejarah Kisah Hidup Gajah Mada Yang Menginspirasi” dalam bentuk peta pikiran

Pada proses pengerjaan, tahapannya adalah sebagai berikut: a) Menentukan himpunan bilangan yang akan diteliti. b) Mencari faktor pembagi dari setiap unsur dalam himpunan

Melihat kecenderungan para pembudidaya yang masih mengandalkan teknik transportasi sistem kering yang menggunakan bahan anastesi yang mahal seperti MS-22, maka dilakukan