• Tidak ada hasil yang ditemukan

BORNEO. Jurnal Ilmu Pendidikan LPMP Kalimantan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BORNEO. Jurnal Ilmu Pendidikan LPMP Kalimantan Timur"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal IlmuVolume XIII, Juni

BORNEO

Volume XIII, Nomor 1, Juni 2019

Jurnal Ilmu Pendidikan LPMP Kalimantan Timur

Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru-Guru melalui Supervisi Akademik di SDN 021 Sepaku Tahun Pelajaran 2016/2017

(Desmiasih)

Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII pada Mapel IPA melalui Pemberian Latihan Soal Terbimbing di SMP Negeri 29 Samarinda Tahun Pembelajaran 2017/2018

(Sugik)

Peningkatan Pembelajaran Menulis Teks Cerita Menggunakan Media Gambar Berisi Kalimat Kunci pada Siswa Kelas VII-D SMP Negeri Penajam Paser Utara Semester Gasal Tahun Pelajaran 2017/2018

(Titik Sulastri)

Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui model Problem Solving pada Materi Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju Kelas IX-C SMPN 1 Rantau Pulung Tahun 2017/2018 (Lois Taruklobo)

Peningkatan Profesional Guru melalui Bimbingan Teknik Mekanisme Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Menggunakan Metode Project Based Learning bagi Guru di SDN 001 Sepaku

(Kamsuri)

Peningkatan Kualitas Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Menengah Pertama di Sekolah Binaan dalam Proses Belajar Mengajar melalui Supervisi Akademik Tahun 2018/2019

(Habel Hewi)

Diterbitkan Oleh

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimanta Timur

B O RNEO

(2)

Borneo, Jurnal Ilmu Pendidikan adalah jurnal ilmiah,

Diterbitkan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Propinsi Kalimantan Timur Terbit dua kali setahun, yakni setiap bulan Juni dan Desember

Penanggung Jawab Mohammad Hartono

Penyunting Tendas Teddy Soesilo Wakil Ketua Penyunting Andrianus Hendro Triatmoko

Penyunting Pelaksana

Prof. Dr. Dwi Nugroho Hidayanto, M.Pd., Prof. Dr. Husein Usman, M.Pd., Dr. Edi Rachmad, M.Pd., Drs. Masdukizen, Dra. Pertiwi Tjitrawahjuni, M.Pd.,

Dr. Sugeng, M.Pd., Dr. Usfandi Haryaka, M.Pd., Dr. Rita Zahra, M.Pd., Samodro, M.Si., Dr. Sonja V. Lumowa, M. Kes.,

Dr. Hj. Widyatmike Gede, M. Hum., Sukriadi, S.Pd, M.Pd.

Sirkulasi Umi Nuril Huda

Sekretaris Abdul Sokib Z.

Tata Usaha

Martanto Nugroho, Sunawan

Alamat Penerbit/Redaksi: Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur, Jl. Cipto Mangunkusumo Km 2 Samarinda Seberang, PO BOX 218

Borneo, Jurnal Ilmu Pendidikan diterbitkan pertama kali pada Juni 2007 oleh LPMP Kalimantan Timur

Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah dalam bentuk soft file dan print out di atas kertas HVS A4 spasi ganda lebih kurang 20 halaman, dengan format seperti tercantum pada halaman kulit dalam belakang

(3)

BORNEO, Volume XIII, Nomor 1, Juni 2019 ISSN 1858-3105

Diterbitkan oleh

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Kalimantan Timur

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat serta hidayah-Nya, Borneo Jurnal Ilmu Pendidikan LPMP Kalimantan Timur dapat diterbitkan.

Borneo Volume XIII, Nomor 1, Juni 2019 ini merupakan edisi reguler yang diharapkan terbit untuk memenuhi harapan para penulis.

Tujuan utama diterbitkannya jurnal Borneo ini adalah memberi wadah kepada pendidik dan tenaga kependidikan di Provinsi Kalimantan Timur untuk mempublikasikan hasil pemikirannya di bidang pendidikan, baik berupa telaah teoritik, maupun hasil kajian empirik lewat penelitian. Publikasi atas karya mereka diharapkan memberi efek berantai kepada para pembaca untuk melahirkan gagasan-gagasan inovatif untuk memperbaiki mutu pendidikan melalui pembelajaran dan pemikiran. Perbaikan mutu pendidikan ini merupakan titik perhatian utama tujuan LPMP Kalimantan Timur sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan.

Jurnal Borneo Volume XIII, Nomor 1, Juni 2019 ini memuat tulisan Kepala Sekolah, Guru dan Pengawas yang berasal dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Balikpapan, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Penajam Paser Utara, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda, dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kutai Timur. Jurnal ini diterbitkan sebagai apresiasi atas semangat untuk memajukan dunia pendidikan melalui tulisan yang dilakukan oleh para pendidik dan tenaga kependidikan di Provinsi kalimantan Timur. Untuk itu, terima kasih kami sampaikan kepada para penulis artikel sebagai kontributor sehingga jurnal Borneo edisi reguler ini dapat terbit.

Ucapan terima kasih dan selamat kami sampaikan kepada pengelola jurnal Borneo yang telah berupaya keras untuk menerbitkan Borneo edisi ini. Apa yang telah mereka sumbangkan untuk menerbitkan jurnal Borneo mudah- mudahan dicatat sebagai amal baik oleh Alloh SWT.

Kami berharap, semoga kehadiran jurnal Borneo ini memberikan nilai tambah, khususnya bagi LPMP Kalimantan Timur sendiri, maupun bagi upaya perbaikan mutu pendidikan pada umumnya.

Redaksi

(5)

DAFTAR ISI

BORNEO, Volume XIII, Nomor 1, Juni 2019 ISSN : 1858-3105

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

1 Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru-Guru melalui Supervisi Akademik di SDN 021 Sepaku Tahun Pelajaran 2016/2017

Desmiasih

1

2 Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII pada Mapel IPA melalui Pemberian Latihan Soal Terbimbing di SMP Negeri 29 Samarinda Tahun Pembelajaran 2017/2018

Sugik

13

3 Peningkatan Pembelajaran Menulis Teks Cerita menggunakan Media Gambar Berisi Kalimat Kunci pada Siswa Kelas VII-D SMP Negeri 1 Penajam Paser Utara Semester Gasal Tahun Pelajaran 2017/2018 Titik Sulastri

23

4 Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui Model Problem Solving pada Materi Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju Kelas IX-C SMPN 1 Rantau Pulung Tahun 2017/2018

Lois Taruklobo

39

5 Peningkatan Profesional Guru melalui Bimbingan Teknik Mekanisme Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Menggunakan Metode Project Based Learning bagi Guru di SDN 001 Sepaku Kamsuri

49

6 Peningkatan Kualitas Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Menengah Pertama di Sekolah Binaan dalam Proses Belajar Mengajar melalui Sepervisi Akademik Tahun 2018/2019

Habel Hewi

59

7 Meningkatkan Prestasi Belajar Tema Lingkungan Mata Pelajaran IPA Materi Makhluk Hidup menggunakan Metode Demonstrasi di Kelas III SDN 015 Balikpapan Selatan

69

(6)

Hastiah

8 Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery) pada Siswa Kelas V SDN 015 Balikpapan Selatan

Maya Rosita

77

9 Keefektifan Penggunaan Internet sebagai Sumber Belajar dalam Pembelajaran Matematika di SMA Negeri 9 Samarinda

Trisnawati

87

10 Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menganalisis Hasil Pemetaan Mutu Pendidikan (PMP) melalui IHT Dan Pendampingan di Sekolah Binaan

Mukafik

99

11 Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia dalam Melaksanakan Pembelajaran melalui Supervisi Klinis Pengawas di SMA Binaan Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur

Juanita Sari

107

12 Peningkatan Prestasi Belajar PAI dengan Diterapkannya Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas III SDN 026 Balikpapan Utara Tahun Pembelajaran 2017/2018

Suparini

119

13 Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Kelas V melalui Kegiatan Supervisi Akademik dengan Teknik Individual di Gugus Inti II Kecamatan Palaran Kota Samarinda Tahun Pelajaran 2015/2016 Waswat

139

14 Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Materi Garis dan Sudut melalui Pendekatan Saintifik pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 18 Samarinda Tahun Pelajaran 2017/2018

Suharmi

151

15 Penelitian Tindakan Kelas Peningkatan Ketuntasan Belajar Sistem Reproduksi pada Makhluk Hidup melalui Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together Kelas IX-D Semester Ganjil Tahun Pembelajaran 2018/2019 di SMP Negeri 1 Penajam Paser Utara Minarni

165

(7)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017 BORNEO, Volume XIII, Nomor 1, Juni 2019 1

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU-GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SDN 021 SEPAKU

TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Desmiasih

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah yang tepat dalam melaksanakan supervisi akademik sehingga mampu meningkatkan kompetensi pedagogik guru terutama dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadapa penilaian mutu pendidikan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Pada setiap siklus memiliki perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang berbeda-beda. Subyek penelitian adalah guru-guru SDN 021 Sepaku. Teknik pengumpulan data melalui supervisi kelas dengan tahapan mensupervisi dalam proses pembelajaran dan pengamatan pembelajaran di kelas, untuk mencatat kejadian-kejadian penting yang berhubungan dengan penelitian terutama pada waktu proses pembelajaran berlangsung.

Teknik analisa data yang menjadi pedoman pengolahan dan dengan menggunakan prosentasi (%) pencapaian dengan konstanta 100.

Dan untuk melihat interpertasi dengan menggunakan kriteria interpertasi skor untuk memperkuat penafsiran dalam kesimpulan sebagai berikut: 86% -100% (Baik sekali), 71%-85% (Baik), 56%- 70% (Cukup) dan 00%-55% (Kurang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran mengalami peningkatan prosentasi, pada tiap tahapannya. Dari siklus 1 mencapai rata-rata 70,53% dan pada siklus 2 mencapai rata-rata 82,19% terdapat peningkatan kemampuan guru sebesar 11,66% dari siklus 1.

Kata kunci: Kompetensi pedagogik, guru, dan supervisi akademik

PENDAHULUAN

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah harus memiliki 5 dimensi kompetensi minimal yaitu kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial.

Permendiknas ini merupakan upaya yang sangat penting untuk menghasilkan kepala sekolah/madrasah yang kuat di dalam mewujudkan kualitas siswa yang diharapkan mampu berpikir kritis, kreatif, motivatif dan berjiwa kewiarusahaan.

Salah satu tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik.

Supervisi akademik intinya adalahmembina guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, penyusunan silabus, dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembeljaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran,

(8)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)

2 BORNEO, Volume XII, Nomor 1, Juni 2019

menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas (Modul Supervisi Akademik, Dirjen PMPTK, 2010)

Oleh karena itu, sekolah sebagai institusi formal yang diharapkan dapat mencetak siswa yang berkualitas, harus dijalankan oleh para pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki profesionalisme yang tinggi untuk memajukan sekolah. Tetapi berdasarkan pengamatan selama satu tahun terakhir, terlihat motivasi dan profesionalisme dari sebagian guru cenderung rendah dalam dalam tugas-tugas mengajar. Hal tersebut dapat dinilai dari hal-hal sebagai berikut:

1. hanya 60 % guru yang hadir tepat waktu di kelas pada saat jam mengajar 2. hanya 30 % dari guru yang memanfaatkan media belajar pada saat mengajar 3. hanya 40 % dari guru yang menggunakan metode mengajar secara variatif 4. hanya 30 % guru yang menggunakan strategi belajar secara tepat.

Selain masalah-masalah di atas berdasarkan laporan kemajuan pembelajaran semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 terdapat sekitar 27 % jumlah siswa perkelas, nilainya belum mencapai KKM. Untuk mengatasi masalah diatas, peneliti akan melakukan tindakan berupa supervisi akademik, agar motivasi dan profesionalisme guru terutama dalam pengelolaan pembelajaran (kompetensi pedagogik) dapat meningkat dengan baik.

Melalui PTS ini diharapkan guru-guru dapat meningkatkan motivasi serta profesionalisme dalam melaksanakan tugas dan fungsi pokoknya terutama pada kompetensi pedagogik (pengelolaan pembelajaran) sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Berdasar latar belakang dan pembahasan masalah yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah yang di ajukan dalam penelitian tindakan sekolah sebagai berikut: ”Apakah melalui supervisi akademik dapat meningkatkan kompetensi guru-guru di SDN 021 Sepaku tahun pelajaran 2016/2017?”.

KAJIAN TEORETIS

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi” Standar kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru yang dikembangkan menjadi kompetensi guru PAUD/TK/RA, guru kelas SD/MI, dan guru mata pelajaran pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK.

Aspek dan Indikator Kompetensi Pedagogik Guru

Kompetensi Pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak perlu dikuasai guru. Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya.

Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya belajar secara terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon

(9)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017 BORNEO, Volume XIII, Nomor 1, Juni 2019 3

guru) maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan.

Berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja Guru terdapat 7 (tujuh) aspek dan 45 (empat puluh lima) indikator yang berkenaan penguasaan kompetensi pedagogik. Berikut ini disajikan ketujuh aspek kompetensi pedagogik antara lain:

1. Menguasai karakteristik peserta didik. Guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya.

2. Menguasasi teori belajar dan prinsip‐prinsip pembelajaran yang mendidik.

Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi mereka untuk belajar.

3. Pengembangan kurikulum. Guru mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik. Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran

5. Pengembangan potensi peserta didik. Guru mampu menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program pembelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka.

6. Komunikasi dengan peserta didik. Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif.

Guru mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik.

7. Penilaian dan Evaluasi. Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya

Supervisi Akademik

Salah satu tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal, dan teknikal. Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi:

pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi

(10)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)

4 BORNEO, Volume XII, Nomor 1, Juni 2019

supervisi akademik Untuk dapat melaksanakan tugasnya tersebut kepala sekolah tentu harus menguasai berbagai prinsip, metode, dan teknik supervisi sehingga ia dapat menentukan strategi, pendekatan atau model supervisi yang cocok untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau program. Materi ini merupakan salah satu bahan yang ditujukan bagi supervisor untuk menguasai kompetensi tersebut.

Pengertian Supervisi Akademik

Pengertian supervisi menurut Ngalim Purwanto dalam Administrasi dan Supervisi Pendidikan (1995:76) supervisi ialah aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.

Pembinaan dalam penelitian akan membahas pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah di sekolahnya. Menurut keputusan menteri negara pendayagunaan aparatur negara nomor 118/1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan angka Kreditnya bab I pasal 1 pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, dasar dan menengah.

Pengertian pembinaan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis (1997/1998,4) adalah memberi arahan, bimbingan, contoh, dan saran dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah.Memberikan arahan adalah upaya pengawas sekolah agar guru dan tenaga lain di sekolah yang diawasi dalam melaksanakan tugasnya lebih terarah dan mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Memberikan bimbingan adalah upaya pengawas sekolah agar guru dan tenaga lain mengetahui lebih rinci kegiatan yang harus dilaksanakan dan cara melaksanakannya. Memberikan contoh adalah upaya pengawas sekolah yang dilaksanakan dengan cara yang bersangkutan bertindak sebagai guru yang melaksanakan proses belajar mengajar/ bimbingan untuk materi tertentu di depan kelas dengan tujuan agar guru yang diawasi dapat mempraktekkan model/membimbing yang baik. Memberikan saran adalah upaya pengawas sekolah agar suatu proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah lebih baik daripada hasil yang dicapai sebelumnya atau berupa saran kepada pimpinan untuk menindaklanjuti pembinaan yang tidak dapat dilaksanakan sendiri.

Menurut Usman supervisi ialah pelayanan profesional bagi dan guru yang bertujuan untuk memperbaiki proses belajar mengajar (PBM) dan meningkatkan kualitas hasil belajar mengajar. Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan acuan perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar- benar tepat sasaran. Jadi, bantuan yang diberikan itu harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar mengajar.

(11)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017 BORNEO, Volume XIII, Nomor 1, Juni 2019 5

Supervisi pengajaran disebut juga supervisi akademik. Menurut Purwanto (1995), supervisi pengajaran ialah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik personel maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik dan terciptanya tujuan pendidikan. Supervisi akademik biasanya dilaksanakan oleh Kepala Sekolah atau Pengawas Sekolah. Ini pengawas sekolah mengamati dari persiapan mengajarnya (RPP) sampai proses pembelajarannya dengan tujuan untuk peningkatan mutu PBM. Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Oleh sebab itu sasaran supervise akademik adalah guru dalam proses pembelajaran, yang terdiri dar materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/ metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian. Ketrampilan utama dari seorang pengawas adalah melakukan penilaian dan pembinaan kepada guru untuk secara terus menerus meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas agar berdampak pada kualitas hasil belajar siswa.

Dari pengertian supervisi akademik di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik adalah kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah/pengawas sekolah kepada guru untuk membantu memecahkan masalah yang berhubungan dengan proses pembelajaran agar mutu/kualitas pembelajaran bisa maksimal. Supervisi akademik bisa berupa supervisi perencanaan pembelajaran dan supervisi pelaksanaan pembelajaran.

Konsep Supervisi Akademik

Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?

aktivitasaktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaanpertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini,bahwa setelah melakukan penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.

Tujuan Supervisi Akademik

Supervisi akademik yang dilakukan pengawas sekolah/ kepala sekolah melalui pembinaan secara terprogram membantu guru untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik dengan memecahkan masalah kegiatan belajar mengajar agar hasil yang dicapai bisa maksimal sehingga otomatis prestasi dan output lebih baik.

(12)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)

6 BORNEO, Volume XII, Nomor 1, Juni 2019

Prinsip-prinsip supervisi akademik

Ada beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik. Prinsip-prinsip supervisi akademik sebagai berikut.

1. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.

2. Sistematis artinya dikembangan sesuai perencanaan program supervise yang matang dan tujuan pembelajaran.

3. Objektif artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.

4. Realistis artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.

5. Antisipatif artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi.

6. Konstruktif artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran.

7. Kooperatif artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran.

8. Kekeluargaan artinga mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran.

9. Demokratis artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik.

10. Aktif artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.

11. Humanis artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor

12. Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala SD/MI).

13. Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan Dimensi-Dimensi Substansi Supervisi Akademik

1. Kompetensi kepribadian.

2. Kompetensi pedagogik.

3. Kompotensi profesional.

4. Kompetensi sosial.

Sasaran Supervisi akademik

Sasaran pembangunan profesional guru adalah kemampuan profesional guru yang berkenaan dengan antara lain:

1. Merencanakan KBM sesuai dengan strategi belajar aktif.

2. Mengelola KBM yang menarik.

3. Menilai kemampuan belajar siswa, memberikan umpan balik yang bermakna, dan membuat/menggunakan alat bantu belajar mengajar.

4. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan media pengajaran.

5. Membimbing dan melayani siswa dalam kesulitan belajar.

6. Mengelola kelas sehingga tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan.

7. Menyusun dan mengelola catatan kemajuan siswa.

8. Pengelolaan dan pelaksanaan administrasi.

9. Pelaksanaan kebersihan, ketertiban.

10. Pelaksanaan ekstra kurikuler seperti UKS, Pramuka, dan sebagainya.

(13)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017 BORNEO, Volume XIII, Nomor 1, Juni 2019 7 Teknik Supervisi

Ada macam-macam teknik supervisi yang dapat dilaksanakan oleh Kepala, Pengawas dan Pembina Sekolah Dasar antara lain:

1. Kunjungan Kelas (Classroom Visitation).

2. Observasi Kelas (Classroom Observation).

3. Percakapan Pribadi (Individual Conference).

4. Kunjungan Antar Kelas atau Antar Sekolah.

5. Rapat Rutin.

6. Pertemuan-Pertemuan Gugus.

7. Kunjungan antar KKG, KKKS, KKPS.

8. Sistem magang.

9. Penataran tingkat lokal.

10. Karyawisata dengan guru-guru.

11. Melalui pengumuman, brosur, edaran dan memanfaatkan media massa seperti surat kabar, majalah, buletin,radio dan televisi.

METODE PENELITIAN Setting dan Subjek penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam bulan Februari sampai April 2017, di SD Negeri 021 Sepaku dengan jumlah guru 11 orang.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data melalui supervisi kelas 1. Mengadakan wawancara pra supervisi dan paska supervisi

2. Mensupervisi guru dalam proses pembelajaran

3. Pengamatan pembelajaran di kelas, untuk mencatat kejadian-kejadian penting yang berhubungan dengan penulisan terutama pada waktu proses pembelajaran berlangsung

Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa instrumen observasi, panduan wawancara. Indikator-indikator dalam instrumen observasi meliputi:

1. Perilaku peneliti pada saat pelaksanaan tindakan 2. Perilaku guru pada saat pelaksanaan tindakan Validasi Data dan Analisis Data

Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas instrumen lembar observasi. Diharapkan setelah diuji cobakan instrumen dapat menunjukkan valid dan dapat digunakan sebagai alat penelitian

Analisa data yang digunakan adalah analisis diskriptif komparatif menghitung peningkatannya minimal 10% dengan membandingkan kondisi awal, hasil siklus I dan hasil siklus II. Analisa nilai yang digunakan sebagai berikut.

Baik Sekali = 86 – 100 Baik = 71 – 85 Cukup = 55 – 70 Kurang = 00 – 55

(14)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)

8 BORNEO, Volume XII, Nomor 1, Juni 2019

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kmpetensi pedagogik guru.

Penulis melaksanakan penelitian dua siklus. Dimulai siklus I sejak 1) perencanaan tindakan; 2) pelaksanaan tindakan; 3) Pengamatan; dan 4) Refleksi hingga siklus II.

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (PTS) berupa supervisi akademik melalui dua siklus.

Deskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan pengamatan selama satu tahun terakhir baik secara kualitas dan kuantitatif, terlihat motivasi dan profesionalisme dari sebagian guru cenderung rendah dalam tugas-tugas mengajar. Hal tersebut dapat dinilai dari hasil kondisi awal supervisi akademik. Kondisi Awal hasil supervisi akademik SDN 021 Sepaku dapat diamati pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Kondisi Awal Hasil Supervisi Akademik

No Nama Guru Mata Pelajaran Kelas Nilai (%) Kriteria

1 Mastaniah, S.Pd Tema I 62,50 Cukup

2 Siti Maryam, S.Pd.I Tema II 60,83 Cukup

3 Debora Manarang, S.Pd I P A III 64,14 Cukup 4 Markus Sattu Tolambu, S.Pd Tema IV A 60,83 Cukup 5 Ribka Ranteallo, S.Pd Tema IV B 66,66 Cukup

6 Sitti Raodah, S.Pd IPA V 65,00 Cukup

7 James Tri Stofien, SPd Matematika VI 70,83 Cukup 8 Hj. Unsa Awalin, S.Pd, I PAI I - VI 60,00 Cukup 9 Yonatan Mendemme’, S.Pd PJOK I - VI 69,16 Cukup 10 Agustinah, S.Th Agama Kristen I - VI 60,83 Cukup 11 Reskya Saranga, S.Pd Bahasa Inggris I - VI 61,66 Cukup

Rata-Rata 63,86 Cukup

Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil supervisi akademik perlu ditingkatkan, agar hasilnya bisa meningkat maka perlu adanya peningkatan pedagogik guru.

Siklus I

Perencanaan Tindakan (planning)

1. Sosialisasi tujuan dan ruang lingkup penelitian kepada guru 2. Penjelasan fokuspenelitian tentang supervisi akademik 3. Diskusi tentang pelaksanaan proses pembelajaran yang ideal Pelaksanaan tindakan (action)

1. Pada pertemuan awal, penulis mengumpulkan seluruh guru.

2. Menjelaskan maksud dan tujuanpenelitian tindakan sekolah

3. Penjelasan tentang kompetensi pedagogik difokuskan pada perbaikan komponen proses pembelajaran berikut pula penjelasan tentang aspek yang akan diamati melalui deskriptor setara

4. Tanya jawab tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian

(15)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017 BORNEO, Volume XIII, Nomor 1, Juni 2019 9 Pengamatan (observation)

1. Penulis melakukan pengamatan sesuai rencana dengan menggunakan lembar observasi.

2. Menilai tindakan dengan menggunakan format evaluasi

3. Pada tahap ini seorang guru melakukan pembelajaran sesuai dengan aspek dan indikator yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis melakukan supervisi kelas dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.

Secara umum, pertemuan pertama dengan guru-guru berjalan lancar, hasil dari diskusi ada beberapa orang guru yang merasa belum siap dan keberatan untuk menyiapkan proses pembelajaran yang memenuhi aspek dan dekriptor hanya dalam jangka waktu satu minggu. Tetapi setelah diberikan penjelasan guru-guru SDN 021 Sepaku dapat mengikuti dan mamahami tujuan penelitian

Refleksi (reflection)

Pada akhir siklus I ini diadakan refleksi berdasarkan data/ hasil pengamatan penulis diperoleh gambaran bahwa hasil siklus 1 total skor terendah 66,66%

artinya bahwa tingkat pelaksanaan proses pembelajaran Cukup dan skor tertinggi 80,00% artinya berada pada interpretasi baik dan hasil prosentase rata-rata dari seluruh guru yaitu 70,53% (Cukup). Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.

Tabel 2. Hasil Supervisi Akademik Siklus I

No Nama Guru Mata Pelajaran Kelas Nilai (%) Kriteria

1 Mastaniah, S.Pd Tema I 67,50 Cukup

2 Siti Maryam, S.Pd.I Tema II 66,66 Cukup

3 Debora Manarang, S.Pd I P A III 68,33 Cukup 4 Markus Sattu Tolambu, S.Pd Tema IV A 67,50 Cukup 5 Ribka Ranteallo, S.Pd Tema IV B 70,87 Cukup

6 Sitti Raodah, S.Pd IPA V 69,16 Cukup

7 James Tri Stofien, SPd Matematika VI 80,00 Baik 8 Hj. Unsa Awalin, S.Pd, I PAI I - VI 78,33 Baik 9 Yonatan Mendemme’, S.Pd PJOK I - VI 68,33 Cukup 10 Agustinah, S.Th Agama Kristen I - VI 69,16 Cukup 11 Reskya Saranga, S.Pd Bahasa Inggris I - VI 70,00 Cukup

Rata-Rata 70,53 Cukup

Siklus II

Perencanaan Tindakan (planning)

1. Menginformasikan kepada guru tentang hasil siklus I.

2. Mengumpulkan hasil observasi prses pembelajran melalui deskriptor yang telah muncul.

3. Mengadakan tanya jawab tentang kelemahan proses pembelajaran yang telah terjadi.

Pelaksanaan tindakan (action)

1. Menginformasikan kepada guru tentang kesesuaian dan kemajuan (progres) hasil Observasi.

(16)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)

10 BORNEO, Volume XII, Nomor 1, Juni 2019

2. Mengadakan diskusi tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran, jika masih ada yang belum dipahami.

3. Mengumpulkan dokumen-dokumen penilaian supervisi kunjungan kelas.

Pengamatan (observation)

1. Penulis melakukan pengamatan sesuai rencana dengan menggunakan lembar observasi terutama pada aspek dan indikator yang belum muncul pada siklus I.

2. Pada siklus 2 ini akan dilihat apakah deskriptor yang telah muncul pada siklus I dapat secara konsisten muncul kembali pada siklus 2 disertai dengan penambahan diskriptor yang belum muncul pada siklus 1.

Refleksi (reflection)

Pada akhir tiap siklus diadakan refleksi berdasarkan data observasi agar penulis dapat melihat apakah tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran apa tidak dibanding hasil siklus I.

Pada siklus 2 didapatkan hasil sebagaimana tertera pada tabel 3, dengan hasil pengamatan pada siklus sebagai berikut: terjadi peningkatan prosentase tingkat kesesuaian, skor terendah 79,16% (baik) dan skor tertinggi 87,50 % (baik) jika dibandingkan dengan siklus 1 dengan rata-rata 82,19 % (baik). Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut

Tabel 3. Hasil Supervisi Akademik Siklus II

No Nama Guru Mata Pelajaran Kelas Nilai (%) Kriteria

1 Mastaniah, S.Pd Tema I 82,50 Baik

2 Siti Maryam, S.Pd.I Tema II 81,66 Baik 3 Debora Manarang, S.Pd I P S III 80,80 Baik 4 Markus Sattu Tolambu, S.Pd Tema 1V A 80,00 Baik 5 Ribka Ranteallo, S.Pd Tema 1V B 84,14 Baik

6 Sitti Raodah, S.Pd PKn V 80,80 Baik

7 James Tri Stofien, SPd IPA VI 87,50 Baik Sekali 8 Hj. Unsa Awalin, S.Pd, I PAI IV 85,00 Baik 9 Yonatan Mendemme’, S.Pd PJOK III 79,16 Baik 10 Agustinah, S.Th Agama Kristen V 80,00 Baik 11 Reskya Saranga, S.Pd Bahasa Inggris VI 83,33 Baik

Rata-Rata 82,19 Baik

Berdasarkan hasil siklus I dan siklus II kemampuan guru secara umum dalam pelaksanaan proses pembelajaran mengalami peningkatan prosentase pada setiap tahapannya, dari kondisi awal mencapai rata-rata 63,86 % (cukup) dan hasil siklus I mencapai rata-rata 70,53 % (cukup) terdapat peningkatan kemampuan guru sebesar 6,67 % dari kondisi awal. Pada siklus II terdapat peningkatan kompetensi guru sebesar 11,66 % dari rata-rata siklus I 70,53 % (cukup) dan hasil siklus II 82,19 %.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil tindakan di atas dapat disimpulkan kmpetensi pedagogik guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran mengalami peningkatan melalui supervisi akademik di SDN 021 Sepaku.

(17)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017 BORNEO, Volume XIII, Nomor 1, Juni 2019 11 SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disarankan: 1) agar setiap guru selalu berusaha untuk meningkatkan keampuan di dalam mengelola kelas dan memberikan pembelajaran yang terbaik buat anak didiknya; 2) jika mengalami kesulitan hendaknya segera meminta bantuan teman sejawat atau kepala sekolah untuk memecahkan sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan dengan maksimal; dan 3) kepala sekolah hendaknya menjalin hubungan yang baik sebagai partner kerja bukan sebagai atasan dan bawahan (kepala sekolah sahabat guru).

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Depdikbud. 1998. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.

Jakarta: Dirjen Pendasmen.

Faturrohman Pupuh & Sutikno Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:

Rafika Aditama.

Mukhtar dan Iskandar. 2009. Orientasi Supervisi Pendidikan. Jakarta: GIPP Press.

Pidarta, Made. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta.

PMPTK, DIRJEN. 2010. Materi Supervisi Akademik Penguatan Kepala Sekolah dan Pengawas. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 1995. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Sosda Karya.

(18)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)

12 BORNEO, Volume XII, Nomor 1, Juni 2019

(19)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017 BORNEO, Volume XIII, Nomor 1, Juni 2019 13

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MAPEL IPA MELALUI PEMBERIAN LATIHAN

SOAL TERBIMBING DI SMP NEGERI 29 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2017/2018

Sugik ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian latihan soal IPA terbimbing dengan bimbingan guru terhadap hasil belajar IPAsiswa dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar antara latihan soal yang dibimbing guru dengan latihan soal yang diselesaikan secara mandiri oleh siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Samarinda dan sampelnya diambil dua kelas, satu kelas sebagai kelas eksperimen (VIII-A) dan satu kelas sebagai kelas kontrol (VIII-G). Teknik pengumpulan data dengan metode tes. Data dikumpulkan dari pretest dan posttest pada pokok bahasan hukum Newton Data yang diperoleh dianalisis dengan statistik Uji Homogenitas dan Uji Normalitas, sedangkan untuk uji hipotesis digunakan uji–t yaitu uji kesamaan dua rata-rata dua pihak. Dari analisis hasil penelitian diperoleh bahwa data pretest homogen dan berdistribusi normal. Sedangkan uji-t yaitu uji kesamaan dua rata- rata, dua pihak dengan taraf signifikan 0,05 dan dF = 60 diperoleh t hitung = 2,90 yang lebih dari nilai t tabel = 1,67. Data yang digunakan uji t adalah data hasil tes akhir (post test). Pemberian latihan soal terbimbing dengan bimbingan guru terhadap hasil belajar siswa, menunjukan pengaruh yang sangat positif, hal ini dapat dilihat dari hasil proses pembelajaran, dimana akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, kelas ekperimen mengalami peningkatan ketuntasan 77,5 % (pretest 5% tuntas, dan post test 82,5% tuntas). Ada perbedaan hasil belajar siswa dengan pemberian latihan soal yang terbimbing dengan bimbingan guru dibanding dengan pemberian latihan soal yang diselesaikan secara mandiri oleh siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil post tes masing- masing kelas (ekperimen dan kelas kontrol). Kelas eksperimen (tuntas 5% pre test, tuntas 82,5% post test), dan untuk kelas kontrol (tuntas 0% pre test , tuntas 35% post test).

Kata kunci: Motivasi, Prestasi Belajar, siswa, Latihan soal terbimbing

(20)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)

14 BORNEO, Volume XII, Nomor 1, Juni 2019

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peran yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan bangsa yang bersangkutan. (Depdikbud, 1999: 27). Generasi kedepan dapat diubah hanya dengan lewat jalur pendidikan yang benar. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional diperlukan suatu kurikulum yang baik. Salah satu komponen dalam kurikulum tersebut adalah proses belajar mengajar. Belajar adalah usaha memperoleh atau mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan. Ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang setelah melakukan interaksi dengan sumber belajar.

Sedangkan mengajar dapat digambarkan sebagai mengorganisasikan belajar, sehingga dengan mengorganisasikan belajar itu akan lebih berarti bagi kita.

Mengajar dalam arti tradisional adalah usaha memberikan pengetahuan kepada orang lain. Menurut Nana Sudjana, mengajar adalah membimbing siswa belajar atau mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar.

(Sudjana, 1996:7)

Menimbulkan motivasi dalam mengajar adalah sangat penting, sehingga siswa tergerak sendiri untuk melakukan sendiri aktivitas belajarnya,. Sehingga terjadi komunikasi dan proses interaksi antara guru dan siswa menghasilkan penguasaan konsep siswa meningkat, waktu pembelajaran menjadi lebih singkat sehingga hasil belajarnya optimal. Menguasai berbagai teknik/metode mengajar adalah suatu keharusan yang harus dikuasai oleh seseorang yang ingin berprofesi sebagai guru. Proses belajar mengajar yang baik hendaknya menggunakan beberapa jenis metode mengajar secara bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain. (Sudjana, 2000:76).

Salah satu metode untuk penguasaan konsep IPA adalah dengan metode latihan (drill). Metode ini umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan dari apa yang dipelajari. Mengingat metode ini kurang mengembangkan bakat atau inisiatif siswa untuk berfikir maka hendaknya guru memperhatikan tingkat kewajaran dari metode ini. Tingkat kewajaran metode ini adalah sbb:

1. Latihan ini wajar digunakan dalam hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, perbuatan.

2. Untuk melakukan kecakapan mental seperti perhitungan menggunakan rumus- rumus.

3. Untuk melatih hubungan, tanggapan seperti penggunaan bahasa, grafik.

Agar pemberian tugas atau latihan berjalan efektif menurut M.Nur dalam memberikan tugas atau latihan perlu memperhatikan empat prinsip, yaitu:

1) Membuat tugas atau latihan bermakna, jelas dan menantang;

2) Menganekaragamkan tugas atau latihan; 3) Menaruh perhatian pada tingkat kesulitan; dan 4) Memonitor kemajuan siswa (Nur, 2000 :61-64). Menurut Sudirman dalam Ilmu Pendidikan, metode terbimbing dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari siswa sehingga retensinya menjadi lebih baik (Sudirman, 1991:171).

(21)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017 BORNEO, Volume XIII, Nomor 1, Juni 2019 15

Menurut Moh Nur, strategi mengulang membantu memindahkan pembelajaran dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Guru berkewajiban merancang dengan kelengkapan solusi serta strategi penyelesaian dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dapat memotivasi siswanya. Pada saat memberikan tugas kepada siswa, guru harus memberikan instruksi yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan oleh siswa. Tugas guru dalam hal ini:

1) Mengarahkan perilaku kelompok; 2) Mengarahkan proses belajar individu;

3) Mengamati; 4) Diagnosa; dan 5) Tindakan. Berdasarkan uraian tersebut di atas peneliti memandang perlu melakukan suatu penelitian tindakan (action research) untuk mengatasi masalah yang ada di kelas I, fokus pada “upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa Kelas VIII pada mapel IPA melalui pemberian latihan soal terbimbing” pada materi bahasan Hukum Newton di Kelas VIII SMP Negeri 29 Samarinda Pasuruan tahun 2017/2018.

KAJIAN PUSTAKA Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2001:1).

Pendekatan kontekstual memungkinkan siswa menggunakan atau mengaitkan pengetahuan dan keterampilan akademik yang dimiliki untuk memecahkan masalah dunia nyata atau masalah kehidupan sehari-hari yang dialami. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih menekankan pada berfikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin, pengumpulan, penganalisisan, pensintesisan informasi dan data dari berbagai sumber (Nur, 2001:1). Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual lebih mengutamakan siswa untuk aktif, kreatif, dan kritis terhadap permasalahan yang disampaikan, lebih menekankan pada pengetahuan yang bermakna bagi siswa, berpusat pada siswa, siswa belajar tidak dengan menghafal tapi melakukan praktek, dalam pembelajaran peran guru hanya sebagai fasilitator yang memberikan arahan pada siswa, dan hasil belajar tidak hanya diukur dengan tes (Depdiknas, 2001 : 6). Sehingga siswa dilatih untuk memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, yang pada akhirnya siswa akan menjadi pebelajar mandiri.

Menimbulkan motivasi dalam mengajar adalah sangat penting, sehingga siswa tergerak sendiri untuk melakukan sendiri aktivitas belajarnya,. Sehingga terjadi komunikasi dan proses interaksi antara guru dan siswa menghasilkan penguasaan konsep siswa meningkat, waktu pembelajaran menjadi lebih singkat sehingga hasil belajarnya optimal. Menguasai berbagai teknik/metode mengajar adalah suatu keharusan yang harus dikuasai oleh seseorang yang ingin berprofesi sebagai guru. Proses belajar mengajar yang baik hendaknya menggunakan beberapa jenis metode mengajar secara bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain. (Sudjana, 2000:76).

(22)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)

16 BORNEO, Volume XII, Nomor 1, Juni 2019

Pendekatan Latihan Terbimbing

Salah satu metode untuk penguasaan konsep IPAadalah dengan metode latihan (drill). Metode ini umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan dari apa yang dipelajari. Mengingat metode ini kurang mengembangkan bakat atau inisiatif siswa untuk berfikir maka hendaknya guru memperhatikan tingkat kewajaran dari metode ini. Tingkat kewajaran metode ini adalah: a) Latihan ini wajar digunakan dalam hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, perbuatan; b) Untuk melakukan kecakapan mental seperti perhitungan menggunakan rumus-rumus; dan c) Untuk melatih hubungan, tanggapan seperti penggunaan bahasa, grafik. Agar pemberian tugas atau latihan berjalan efektif menurut M.Nur dalam memberikan tugas atau latihan perlu memperhatikan empat prinsip, yaitu: 1) Membuat tugas atau latihan bermakna, jelas dan menantang; 2) Menganekaragamkan tugas atau latihan; 3) Menaruh perhatian pada tingkat kesulitan; 4) Memonitor kemajuan siswa (Nur, 2000:61- 64). Menurut Sudirman dalam Ilmu Pendidikan, metode terbimbing dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari siswa sehingga retensinya menjadi lebih baik (Sudirman, 1991:171).

Menurut Moh Nur, strategi mengulang membantu memindahkan pembelajaran dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Guru berkewajiban merancang dengan kelengkapan solusi serta strategi penyelesaian dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dapat memotivasi siswanya. Pada saat memberikan tugas kepada siswa, guru harus memberikan instruksi yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan oleh siswa. Tugas guru dalam hal ini:

1) Mengarahkan perilaku kelompok; 2) Mengarahkan proses belajar individu;

3) Mengamati; 4) Diagnosa; dan (5) Tindakan.

Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau ketrampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian untuk mengukur prestasi belajar siswa diperlukan suatu alat evaluasi berupa tes. Tes adalah penilaian yang menyeluruh atau komprehensip terhadap seseorang individu atau kelompok, maupun keseluruhan usaha evaluasi dari sesuatu program (Supriyadi, 2003:11), sedangkan tes prestasi belajar merupakan salah satu alat pengukuran dibidang pendidikan yang sangat penting artinya sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan (Azwar, 1998:9). Tes ini disusun secara terencana untuk mengetahui penguasaan siswa pada ranah kognitif terhadap materi yang telah diajarkan.

Dalam penelitian ini, tes prestasi belajar diupayakan untuk mendapatkan umpan balik tentang daya serap siswa terhadap materi pelajaran untuk satu-satuan bahasan baik secara perseorangan maupun secara klasikal. Ada tiga bentuk tes yang digunakan yaitu:

1. Tes awal (pre-test)

Tes awal bertujuan untuk mengetahui pengetahuan pengetahuan awal siswa sebelum mengikuti proses belajar mengajar.

(23)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017 BORNEO, Volume XIII, Nomor 1, Juni 2019 17 2. Tes Formatif

Untuk mengetahui daya serap siswa terhadap materi selama proses pembelajaran masih berlangsung.

3. Tes akhir (post-test)

Tes akhir bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa setelah suatu proses pembelajaran selesai dilaksanakan.

Motivasi Belajar

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseoarng atau organisme yang menyebabkan kesiapanya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan , atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. (Usman, 2000 : 28).

Motivasi adalah sesuatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

(Djamarah 2002.114). hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001.3) bahwa siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

METODE PENELITIAN Sasaran Penelitian

1. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas VIII SMP Negeri 29 Samarinda 2. Sampel penelitian diambil secara random, yaitu VIII kelas (KELAS VIII untuk

kelas eksperimen dan kelas VIII untuk kelas kontrol).

Rancangan Penelitian

Tabel 1. Post Test Controlled Group Design

Kelompok Treatment Post test

Eksperimen Xa T

Kontrol Xb T

Keterangan :

T : post test (pemberian tes setelah pembelajaran)

Xa : pembelajaran IPA dengan pendekatan konstruktivis metode penugasan (eksperimen) dan diskus.

Xb : pembelajaran IPAsecara konvensional/siswa pasif dan guru aktif

(24)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)

18 BORNEO, Volume XII, Nomor 1, Juni 2019

Variabel Penelitian Atau Definisi Variabel Operasional 1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan konstruktivis dengan metode penugasan (eksperimen) dan diskusi.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes setelah pembelajaran.

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah materi pembelajaran, guru, waktu belajar, kemampuan awal siswa.

HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN Analisis Soal

Untuk memperoleh instrumen tes prestasi yang baik, maka sebelum tes prestasi digunakan sebagai instrumen penelitian, maka perlu dilakukan tes uji coba butir soal.

1. Validitas item, dihitung dengan korelasi product moment. Untuk jumlah responden 38 (N=36) dengan taraf signifikansi 5% berharga r xy(hitung) = 0, 450 dan r tabel = 0,321. Dari 40 soal, 26 butir soal valid dan 14 butir soal tidak valid.

Selanjutnya yang digunakan dalam penelitian 25 soal.

2. Reliabilitas, dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar rhitung = 0,786. Harga ini lebih besar daripada harga rtabel = 0,321 maka dapat diartikan bahwa butir soal adalah reliabel.

3. Taraf Kesukaran, menunjukkan tingkat kesulitan dari suatu butir soal. Dari 40 butir soal diperoleh 8 soal sukar, 16 soal sedang dan 16 soal mudah.

4. Daya Beda untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Hasilnya 12 butir soal baik, 14 butir soal cukup dan 14 butir soal jelek.

Analisis Hasil Penelitian Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan pada nilai pretest dan posttest dari masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol, hasilnya seperti tampak pada tabel berikut :

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Pretest

Kelas Dk Mean X2hitung X2tabel Keterangan

Eksperimen 3 63,594 10,215 11,3 normal

Kontrol 3 54,81 2,323 11,3 normal

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Posttest

Kelas Dk Mean X2hitung X2tabel Keterangan

Eksperimen 3 72,188 11,032 11,3 normal

Kontrol 3 63,400 4,925 11,3 normal

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa nilai X2hitung lebih kecil daripada nilai X2tabel sehingga dapat disimpulkan sampel berdistribusi normal.

(25)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017 BORNEO, Volume XIII, Nomor 1, Juni 2019 19 Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas dilakukan pada skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasilnya seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas

Kelas Mean S2 X2hitung X2tabel

Eksperimen 63,594 104,428 6,236 7,81

Kontrol 54,610 104,428

Dapat dilihat bahwa X2hitung = 6,236 lebih kecil dari X2tabel = 7,81 dengan taraf signifikan 5 % dan harga dk = 3, sehingga Ho diterima, atau dapat dikatakan kedua sampel homogen.

Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Uji Hipotesis)

Hasil dari posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan untuk menguji hipotesis dengan uji t. Hasilnya seperti pada tabel dibawah ini. Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 2,90 dan t tabel = 1,67 dengan taraf kepercayaan 95 %. Berdasarkan hasil perhitungan t hitung lebih besar daripada t tabel berarti H0

ditolak, sehingga dapat diartikan terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Berdasarkan rata-rata nilai posttest kelas eksperimen = 72,20 dan kelas kontrol = 63,40 maka dapat disimpulkan bahwa pemberian latihan soal terbimbing menyebabkan hasil belajar siswa lebih baik daripada pemberian soal latihan mandiri.

Tabel 5. Hasil perhitungan Uji Kesamaan dua rata-rata (uji hipotesis)

Kelas Mean S2 thitung ttabel

Eksperimen 72,20 104,428

2,90 1,67

Kontrol 63,40 104,428

Hasil Pre Test Dan Post Test

Pretes dilaksanakan sebelum pelaksanaan pembelajaran tahap perbaikan pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran : pemberian latihan soal terbimbing. Soal yang digunakan untuk uji pre test maupun post test sebanyak 25 soal obyektif yang disusun berdasarkan hasil validitas yang telah dilaksanakan.

Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, diperoleh hasil seperti pada grafik berikut ini:

Gambar 1. Hasil pretes siswa Kelas VIII-A

Pre Test, 5

Post Test, 82.5

Pre Test, 95

Post Test, 17.5

0 20 40 60 80 100

Persentase (%)

Tuntas Tidak Tuntas

Hasil Tes Kelas Eksperimen (I-3)

(26)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)

20 BORNEO, Volume XII, Nomor 1, Juni 2019

Hasil pretes tersebut di atas , untuk kelas eksperimen, menunjukan bahwa sekitar 5 % ( 2 siswa dari 40 siswa) dinyatakan lulus dan 95 % atau 38 siswa tidak lulus (nilai < 68). Dan setelah siswa mengalami proses perbaikan pembelajaran dengan pendekatan dan strategi yang diterapkan oleh guru/ peneliti, kemudia di uji (post test), menunjukan hasil sekitar 82,5 % (33 siswa) dinyatakan lulus dan sisanya 7 siswa (17,5%) siswa belum lulus. Nilai rata-rata siswa pada pre test adalah 48,60 dan pada post test adalah 79,80. Tampak bahwa terjadi peningkatan yang baik, baik ditinjau dari nilai rata-ratanya maupun persentase ketuntasannya.

Gambar 2. Hasil pretest siswa kelas VIII-G

Hasil uji kelas kontrol, menunjukan bahwa semua siswa dinyatakan tidak lulus (nilai < 68) . Dan pada uji akhir (post test) , menunjukan hasil sekitar 35%

(14 siswa) dinyatakan lulus dan sisanya 26 siswa (65%) siswa belum lulus. Nilai rata-rata siswa pada pre test adalah 41,80 dan pada post test adalah 67,30. Tampak bahwa hasil tersebut jauh dibanding dengan kelas eksperimen.

Dengan demikian penerapan pendekatan dengan pemberian soal latihan terbimbing pada siswa , khususnya untuk mata pelajaran IPAdapat membantu siswa meningkatkan hasil belajarnya.

KESIMPULAN

1. Pemberian latihan soal terbimbing dengan bimbingan guru terhadap hasil belajar siswa, menunjukan pengaruh yang sangat positif, hal ini dapat dilihat dari hasil proses pembelajaran , dimana akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, kelas ekperimen mengalami peningkatan ketuntasan 77,5 % (pre test 5%

tuntas, dan post test 82,5% tuntas).

2. Ada perbedaan hasil belajar siswa dengan pemberian latihan soal yang terbimbing dengan bimbingan guru dibanding dengan pemberian latihan soal yang diselesaikan secara mandiri oleh siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil post tes masing-masing kelas (ekperimen dan kelas kontrol). Kelas eksperimen (tuntas 5% pre test, tuntas 82,5% post test), dan untuk kelas kontrol (tuntas 0%

pre test, tuntas 35% post test).

Pre Test, 0

Post Test, 35

Pre Test, 100

Post Test, 65

0 20 40 60 80 100

Persentase (%)

Tuntas Tidak Tuntas

Hasil Tes Kelas Kontrol (I-4)

(27)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017 BORNEO, Volume XIII, Nomor 1, Juni 2019 21

3. Hasil angket respon siswa menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pendekatan pemberian soal latihan terbimbing bermanfaat dan membantu siswa untuk lebih mudah memahami konsep tertentu dalam IPAserta siswa merasa senang dan termativasi dalam belajar IPAsaat diterapkannya pendekatan /strategi pembelajaran dengan pemberian latihan soal yang terbimbing dengan bimbingan guru.

SARAN

1. Pemberian soal latihan terbimbing dengan bimbingan guru ini sangat cocok untuk memantapkan penguasaan konsep IPAsiswa, efektif dari sisi waktu dan mendukung hasil belajar produk. Siswa yang akan berkompetisi , ujian akhir, ujian saringan masuk sekolah sangat efektif dengan metode drill ini. Untuk mencapai hasil belajar proses dan psikomotor dapat ditempuh dengan metode lain.

2. Penelitian perlu dilanjutkan dengan serangkaian penelitian yang mengembangkan alat ukur keberhasilan yang lebih reliabel agar dapat menggambarkan keterampilan siswa (secara individu) dengan baik dalam pembelajaran.

3. Pada pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan pemberian soal latihan terbimbing diperlukan perhatian penuh dan disiplin yang tinggi pada setiap langkah pembelajaran dan perencanaan yang matang misalnya dalam pengalokasian waktu dan pemilihan konsep yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung:

Angkasa.

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penilaian. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. 1993. Kurikulum Sekolah Menengah Umum. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kurikulum Sekolah Memengah Atas.

Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

Depdiknas. 2001. Strategi Kontekstual Teaching And Learning. Jakarta:

Depdiknas.

______. 2001. Pengelolaan Pembelajaran dengan Strategi Kontekstual Teaching and Learning. Jakarta: Depdiknas.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Soal. Surabaya: Unesa.

Nur, Mohammad. 2000, Strategi-strategi Belajar, Surabaya:Unesa.

Ibrahim, Muslimin,dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Prabowo,2000, Peranan pendidikan IPA dalam pengembangan Sains dan Teknologi. Surabaya: Unipress Unesa.

(28)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)

22 BORNEO, Volume XII, Nomor 1, Juni 2019

Sudirman. 2002. Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Sudjana, Nana. 2000. Metode Statistik. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

_________. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Tarsito.

_______. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Undang-Undang Dasar 1945. 1998. Garis-Garis Besar Haluan Negara. Jakarta:

Depdikbud.

Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Bandung.

(29)

(BORNEO, Volume XI, Nomor 2, Desember 2017 BORNEO, Volume XIII, Nomor 1, Juni 2019 23

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERISI KALIMAT KUNCI PADA

SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 PENAJAM PASER UTARA SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Titik Sulastri ABSTRAK

Berdasarkan Kurikulum 2013 pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum 2013 menekankan pendekatan ilmiah. Penelitian ini bertujuan meningkatkan pembelajaran menulis Teks Cerita Menggunakan Media Gambar Berisi Kalimat Kunci pada Siswa Kelas VII D SMP Negeri 1 PPU. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui media tersebut pembelajaran menulis Teks Cerita Menggunakan Media Gambar Berisi Kalimat Kunci ini dapat memudahkan siswa menulis cerita. Rata-rata nilai siswa mencapai KKM pada aspek Pengetahuan sebanyak 93,10% (27 siswa) dan yang belum tuntas sebanyak 6,90% (2 siswa). Rata-rata nilai keterampilan siswa 100%

sudah mencapai KKM. Nilai KKM siswa > 75. Hasil penilaian sikap siswa rata-rata berperilaku jujur, tanggung jawab, dan santun.

Berdasarkan hasil non-tes yaitu observasi pengamatan, wawancara, dan angket siswa merasa senang dan sangat tertarik dengan media yang digunakan tersebut.

Kata Kunci: menulis teks cerita, media gambar berisi kalimat kunci

PENDAHULUAN

Rendahnya motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran menulis teks cerita dan banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam mengikuti materi tersebut.

Hal ini dapat dilihat pada hasil ulangan prasiklus. Sehingga diadakan Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan hasil pembelajaran dengan menggunakan media gambar berisi kalimat kunci.

Berdasarkan Kurikulum 2013 proses pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi tiga ranah, yaitu Sikap, Pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum ini dalam proses pembelajarannya menekankan pada pendekatan ilmiah (Scientific appoach) yang meliputi kegiatan: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring (Kurikulum 2013).

Permasalahan dalam melaksanakan proses pembelajaran Bahasa Indonesia karena siswa belum memahami model pembelajaran yang diterapkan. Selain itu, pengajaran bahasa Indonesia dianggap sebagai aktivitas yang tidak menyenangkan. Teks Cerita Menggunakan Media Gambar Berisi Kalimat Kunci dalam pengajaran dan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang diharapkan dapat memotivasi dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam

Gambar

Gambar 2. Hasil pretest siswa kelas VIII-G
Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3. Hasil Ulangan Harian Akhir Siklus I
Tabel 4. Hasil Ulangan Akhir Siklus II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan perilaku personal hygiene saat menstruasi: Studi pada siswi SMP 1

dan micro teaching merupakan salah satu wadah untuk guru lebih menunjukan kemandirian dan memperlihatkan krestivitasnya baik dalam menyusun perangkat pembalajaran

Desain Fasilitas Agrowisata kebun kopi robusta di Jember ini merupakan fasilitas yang dibuat dengan pendekatan sequence sehingga menghasilkan desain arsitektur yang

Klik dua kali alamat MAC yang sesuai dengan yang tercantum pada label kamera atau nomor seri pada label boks kemasan untuk membuka sesi manajemen browser Network Camera..

Film dokumenter antara lain Putu Dea Chesa Lana Sari (Nginang), film dokumenter yang mengangkat tradisi nginang yang masih bertahan sampai saat ini yang digarap

Hal ini dikarenakan perubahan nilai tanah di beberapa tempat pada Kecamatan Pedurungan dikarenakan perubahan penggunaan lahan, aksesbilitas yang mendukung pada

Penyera han BKP Berwu jud BKP Tak Berwu jud (BKP- TB) JKP Impor Dipungu t Ditjen Bea Cukai BKP Pemanf aatan di dalam daerah pabean atas: BKP- TB dari luar daera h pabea

Islam adalah agama yang moderat (wasathiyah), lurus, agama yang penuh dengan rahmat, agama yang sangat mudah, dan realistis (waqi’iyah). Hal Inilah yang membedakan