• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PASIEN HERNIASI NUKLEUS PULPOSUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK OLEH : AN NUR FITHRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PASIEN HERNIASI NUKLEUS PULPOSUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK OLEH : AN NUR FITHRI"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)SKRIPSI. GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PASIEN HERNIASI NUKLEUS PULPOSUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK. OLEH : AN NUR FITHRI 130100226. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017. Universitas Sumatera Utara.

(2) GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PASIEN HERNIASI NUKLEUS PULPOSUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK. SKRIPSI. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran. OLEH : AN NUR FITHRI 130100226. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017. Universitas Sumatera Utara.

(3) i. Universitas Sumatera Utara.

(4) ii. ABSTRAK Latar belakang: Hernia nukleus pulposus (HNP) adalah suatu keadaan dimana terjadinya penonjolan diskus intervertebralis yang menimbulkan penekanan pada medula spinalis yang dapat menimbulkan gejala nyeri dan mengganggu aktivitas. Faktor risiko terjadinya hernia nukleus pulposus adalah jenis kelamin, usia, pekerjaan, indeks massa tubuh, riwayat trauma, riwayat merokok, dan riwayat batuk menahun . Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk meneliti gambaran faktor risiko pada pasien hernia nukleus pulposus di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2015. Metode: Penelitian dilakukan dengan desain deskriptif dengan desain penilitian potong lintang (cross sectional). Jumlah subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 74 buah rekam medis dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Data diperoleh dari rekam medis RSUP H.Adam Malik tahun 2015 dan diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS untuk melihat gambaran faktor risiko dengan kejadian HNP. Hasil: Dari hasil penelitian ini prevalensi penderita HNP di RSUP H. Adam Malik Medan sebanyak 74 orang. Sebagian besar HNP terjadi di daerah lumbal sebesar 87,8%, diikuti HNP servikalis sebesar 8,1%, dan HNP torakalis sebesar 4,1%. Kesimpulan: Hernia nukleus pulposus pada penelitian ini banyak terjadi pada usia di atas 42 tahun (74,3%), lebih sering pada perempuan (62,2%), pekerjaan ibu rumah tangga (32,4%), IMT overweight (38,6%), dan pasien dengan dengan trauma lebih sedikit (13,5%).. Kata kunci: Hernia Nukleus Pulposus, nyeri punggung bawah, faktor risiko, saraf terjepit. Universitas Sumatera Utara.

(5) iii. ABSTRACT Introduction: Hernia nucleus pulposus (HNP) or herniation of intervertebral disc is a state which the protrusion of intervertebral discs suppress the spinal cord and resulting the symptoms of pain and limitation of daily activities. The risk factor of herniated disc is the gender, age, occupation, body mass index, injury, smoke, and persistent cough. Therefore, this study was designed to desribe the risk factor of herniated nucleus pulposus patient in RSUP H. Adam Malik Medan in 2015. Methods: The method used in this study is descriptive based study by using cross sectional study. The number of research subjects who meet the inclusion and exclusion criteria are 74 medical records where samples are collected using total sampling. Datas are collected from the medical record of RSUP H.Adam Malik in the period of 2015 and processed by using SPSS aplication to describe the risk factor of herniated nucleus pulposus patien. Result: The result shows that the majority of herniated disc occurred on lumbar with 87,8%, followed by cervical herniated disc with 8,1%, and thoracic herniated disc with 4,1% Conclusion: Herniated nucleus pulposus case among patients in Haji Adam Malik Hospital is common in age >42 years (74,3%), common in women (62,2%) than men, the most occupation is housewife (32,4%), overweight (38,6%), and less in people with a history of injury.. Keyword:Herniated nucleus pulposus, low back pain, risk factor, pinched nerve. Universitas Sumatera Utara.

(6) iv. KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian karya tulis imliah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memaparkan landasan pemikiran dan segala konsep menyangkut penelitian yang dilaksanakan. Penelitian yang dilaksanakan ini berjudul “Gambaran Faktor Risiko Pada Pasien Hernia Nukleus Pulposus di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2015”. Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1.. Bapak Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp. S (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.. 2.. Bapak dr. Akhyar Hamonangan Nasution Sp. An yang telah menjadi Dosen Penasihat Akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.. 3.. Ibu dr. Haflin Soraya Hutagalung, Sp.S dan Ibu dr. Lita Feriyawati, M.Kes, Sp.PA selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.. 4.. Kepada ketua dosen penguji, Bapak dr. Supriatmo, M.Ked (Ped), Sp.A (K) yang telah memberikan saran dan kritikan yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.. 5.. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga penyelesaian studi dan juga penulisan skripsi ini.. 6.. Orang tua penulis, Mama (Dra. Nur Asyiah Siregar, M.PdI), serta saudara kandung penulis (Halimah Al-Zaqi, Fathimah Az-Zahrah, Ahmad Idris, dan Syurthah Dzufanny Al-Majidah). yang tiada bosan-bosannya mendoakan. serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.. Universitas Sumatera Utara.

(7) v. 7.. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh sahabat penulis dan rekan-rekan mahasiswa FK USU stambuk 2013 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut memberikan motivasi dan dukungan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.. 8.. Kepada teman seperjuangan satu kelompok yaitu saudara Ferdinan Benito Siahaan yang telah turut bersusah payah dan tetap menjaga kekompakan dalam menyukseskan penyelesaian skripsi ini.. Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.. Medan, 12 Desember 2016. Penulis. Universitas Sumatera Utara.

(8) vi. DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii. ABSTRAK.................................................................................................... iii. ABSTRACK ................................................................................................. iv. KATA PENGANTAR ................................................................................. v. DAFTAR ISI ................................................................................................ vii. DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix. DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x. DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xi. BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1. 1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1. 1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 3. 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3. 1.3.1.Tujuan Umum ............................................................................... 3. 1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................................. 3. 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5. 2.1. Anatomi Kolumna Vertebralis ................................................................ 5. 2.1.1. Karakteristik Umum Vertebra ....................................................... 5. 2.1.2. Sendi-Sendi Kolumna Vertebralis ................................................. 8. 2.1.3. Ligamentum Vertebra ................................................................... 9. 2.1.4. Perasarafan Sendi-Sendi Vertebra .................................................. 10. 2.2. Hernia Nukleus Pulposus ....................................................................... 11. 2.2.1. Terminologi................................................................................... 11. 2.2.2. Definisi ........................................................................................ 11. 2.2.3. Epidemiologi ................................................................................. 11. 2.2.4. Etiologi dan Patologi ..................................................................... 12. 2.2.5. Faktor Risiko ................................................................................. 12. 2.2.6. Klasifikasi ..................................................................................... 13. 2.2.7. Patofiologi ..................................................................................... 14. Universitas Sumatera Utara.

(9) vii. 2.2.8. Manifestasi Klinis .......................................................................... 16. 2.2.9. Diagnosis ...................................................................................... 18. 2.2.10. Diagnosis Banding ...................................................................... 21. 2.2.11. Penatalaksanaan .......................................................................... 22. 2.2.12. Komplikasi .................................................................................. 24. 2.2.13. Prognosis ..................................................................................... 24. 2.2.14. Pencegahan ................................................................................. 24. BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP ..................... 26. 3.1. Kerangka Teori ....................................................................................... 26. 3.2. Kerangka Konsep .................................................................................... 27. BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 28. 4.1. Jenis Penelitian ....................................................................................... 28. 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 28. 4.3. Populasi dan Sampel ............................................................................... 28. 4.4. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 29. 4.5. Definisi Operasional................................................................................ 30. 4.6. Metode Analisis Data .............................................................................. 32. BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 33. 5.1. Hasil Penelitian ....................................................................................... 33. 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................... 33. 5.1.2.Deskripsi Karakteristik Subyek Penelitian ...................................... 33. 5.2. Pembahasan ............................................................................................ 39. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 42. 6.1. Kesimpulan ............................................................................................. 42. 6.2. Saran ....................................................................................................... 42. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara.

(10) viii. DAFTAR TABEL Nomor. Judul. Halaman. 2.1.. Lokasi Gejala pada Hernia Nukleus Pulposus. 17. 5.1.. Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin 34 dan Usia. 5.2.. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan. 34. 5.3.. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Riwayat Trauma. 35. 5.4.. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Indeks Massa Tubuh. 35. 5.5.. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Riwayat Merokok. 36. 5.6.. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Riwayat Batuk Menahun. 36. 5.7.. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Lokasi HNP. 36. 5.8.. Frekuensi Lokasi HNP Berdasarkan Jenis Kelamin. 37. 5.9.. Frekuensi Lokasi HNP Berdasarkan Usia. 37. 5.10.. Frekuensi Lokasi HNP Berdasarkan Riwayat Trauma. 38. 5.11.. Frekuensi Lokasi HNP Berdasarkan Indeks Massa Tubuh. 38. Universitas Sumatera Utara.

(11) ix. DAFTAR GAMBAR. Nomor. Judul. Halaman. 2.1.. Rangka Dilihat dari Posterior, Kolumna Vertebralis. 5. 2.2.. A: Kolumna Vertebralis Tampak Lateral. 7. B: Ciri-Ciri Umum Berbagai Vertebra. 7. 2.3.. A: Sendi-Sendi di Regio Servikalis, Torakalis, dan Lumbalis Kolumna Vertebralis. 10. B: Vertebra Lumbalis III Dilihat dari Atas, Memperlihatkan Hubungan di antara Diskus Intervertebralis dan Kauda Ekuina 2.4.. 10. Persarafan Sendi-Sendi Vertebra. Pada Tingkat Tertentu, Sendi Menerima Saraf dari Dua Nervus Spinalis yang Berdekatan. 11. 2.5.. Hernia Nukleus Pulposus Menurut Gradasi. 14. 2.6.. Penampang Sagital Vertebra Lumbal. 20. Universitas Sumatera Utara.

(12) x. DAFTAR SINGKATAN. C. : Cervical. CES. : Cauda Equina Syndrome. CT. : Computed Tomography. EMG. : Elektromyografi. FAO. : Food and Agriculture Organization. HNP. : Hernia Nukleus Pulposus. L. : Lumbal. LDDD. : Lumbar Degenerative Disc Disease. MRI. : Magnetic Resonance Imaging. NSAID. : Non Steroid Anti Inflammatory Drugs. RSUP. : Rumah Sakit Umum Pusat. S. : Sakral. SLR. : Straight Leg Racing. SPSS. : Statistics Package for Social Science. T. : Torakal. TENS. : Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation. USW. : Ultra Sound Wave. Universitas Sumatera Utara.

(13) 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di Amerika Serikat dengan prevalensi berkisar antara 7,6-37% insidens tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun.1 Sekitar 60-80% individu pernah mengalami nyeri punggung dalam hidupnya. Pada penderita dewasa tua, nyeri pinggang mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita, dan menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita.2 Sebagian besar penderita (75%) akan mencari pertolongan medis, dan 25% diantaranya perlu di rawat-inap untuk di evaluasi lebih lanjut.3 Nyeri punggung bawah hakekatnya merupakan keluhan atau gejala dan bukan penyakit spesifik. Penyebab NPB antara lain kelainan muskuloskeletal, sistem saraf, sistem vaskular, viseral dan psikogenik.4 Gejala yang sering menyertai nyeri punggung bawah adalah iskhialgia (95%), rasa baal (hipestesia) sesuai dermatom (77,5%), dan kelemahan tungkai (7,5%). Gejala berkisar antara 2 minggu sampai dengan 4 tahun. Gejala dengan onset yang lebih cepat dihubungkan dengan trauma.5 Salah satu penyebab tersering dari NPB adalah Hernia Nukleus Pulposus (HNP). Sekitar 40% pasien dengan keluhan NPB disebabkan oleh herniasi diskus.6 Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah keadaan dimana anulus fibrosus dan nukleus pulposusnya menonjol ke dalam kanalis spinalis. Dasar terjadinya HNP adalah proses degenerasi diskus intervertebralis sehingga banyak terjadi pada dekade ketiga dan kelima.7 Holt’s Diskogram mendapatkan 34% kelainan diskus pada umur 23 tahun, 75% pada umur 28 tahun, dan 100% pada umur 42 tahun. Penemuan ini diperkuat dengan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI).8 Prevalensi hernia nukleus pulposus berkisar antara 1-2% dari populasi. Kejadian hernia nukleus pulposus paling sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5, kemudian daerah servikalis (C6-C7 dan C5-C6) dan paling jarang terkena di daerah torakalis.6 Prevalensi tertinggi terjadi antara. Universitas Sumatera Utara.

(14) 2. umur 30-50 tahun, dengan rasio pria dua kali lebih besar daripada wanita. Pada usia 25-55 tahun, sekitar 95% kejadian HNP terjadi di daerah lumbal. HNP di atas daerah tersebut lebih sering terjadi pada usia di atas 55 tahun.9 Pasien HNP lumbal seringkali mengeluhkan rasa nyerinya bertambah pada saat melakukan aktivitas seperti duduk dalam waktu yang lama, membungkuk, mengangkat benda yang berat, juga pada saat batuk bersin dan mengejan.7 Nyeri pada HNP adalah nyeri radikuler di sepanjang nervus iskhiadikus. Gejala nyeri radikuler disepanjang nervus iskhiadikus disebut iskhialgia.7 Prevalensi dari gejala iskhialgia dari berbagai literature berkisar 1,6% pada populasi umum sampai 43% pada populasi pekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Widhiana pada tahun 2002, yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara kejadian HNP dengan tingkat pekerjaan. HNP yang terjadi dilaporkan tertinggi pada pekerja kasar, yaitu sebesar 43,6 %, diikuti oleh pekerja kantor sebesar 30,8% dan pekerja rumah tangga sebesar 25,6%. Walaupun pada kebanyakan pasien prognosisnya baik (30%), gejala ini dapat berkelanjutan sampai satu tahun atau lebih. 10 Disabilitas atau keterbatasan fungsional akibat nyeri punggung menyebabkan tingginya biaya yang dibutuhkan setiap tahun. Sehingga terhadap penderita perlu dilakukan evaluasi seberapa besar disabilitas terjadi dan faktor apa saja yang memengaruhi hal tersebut. Kekurangan dalam mengidentifikasi penyebab nyeri punggung menyebabkan banyak klinisi memusatkan perhatian pada besarnya endaya, keterbatasan fungsi, dan beratnya disabilitas.11 Faktor risiko yang sering menjadi pemicu kejadian HNP terbagi atas faktor risiko yang dapat tidak dapat di ubah seperti umur, jenis kelamin, dan riwayat cedera, serta yang dapat di ubah seperti aktivitas dan pekerjan, olahraga yang tidak menentu, merokok, berat badan yang berlebihan, dan batuk dalam waktu lama dan berulang.6 Dari data-data diatas, maka peneliti ingin mengetahui gambaran faktor risiko kejadian hernia nukleus pulposus pada pasien hernia nukleus pulposus di RSUP Haji Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara.

(15) 3. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut “Bagaimana gambaran faktor risiko yang menyertai kejadian Hernia Nukleus Pulposus pada Pasien Hernia Nukleus Pulposus di RSUP Haji Adam Malik Medan?” 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan faktor risiko terhadap kejadian Hernia Nukleus Pulposus pada Pasien Hernia Nukleus Pulposus di RSUP Haji Adam Malik Medan 1.3.2 Tujuan Khusus 1) Mengetahui distribusi HNP berdasarkan jenis kelamin 2) Mengetahui distribusi HNP berdasarkan usia 3) Mengetahui distribusi HNP berdasarkan pekerjaan 4) Mengetahui distribusi HNP berdasarkan riwayat trauma 5) Mengetahui distribusi HNP berdasarkan IMT 6) Mengetahui distribusi HNP berdasarkan riwayat merokok 7) Mengetahui distribusi HNP berdasarkan batuk menahun 8) Mengetahui distribusi HNP berdasarkan lokasi HNP 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti 1) Mengetahui persentasi faktor risiko yang dapat menyertai HNP pada Pasien HNP untuk membantu dalam menghadapi kasus HNP secara klinis. 2) Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang penyakit hernia nukleus pulposus (HNP) 3) Menjadi bahan acuan dan manfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya.. Universitas Sumatera Utara.

(16) 4. 1.4.2 Bagi Pendidikan 1) Menjadi bahan referensi mengenai gambaran faktor risiko pada kejadian HNP di RSUP HAM 2) Menjadi sarana berpikir logis dan sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu penetilituan berdasarkan metode yang baik dan benar. 1.4.3 Bagi Bidang Pelayanan Masyarakat 1) Mengenali faktor risiko yang mengawali kejadian HNP sehingga dapat dilakukan penetapan diagnosa yang terarah dihubungkan dengan gejala klinis pasien. 2) Menjadi acuan promosi pencegahan dengan menjauhkan masyarakat dari faktorfaktor risiko yang terlibat dlam kejadian HNP.. Universitas Sumatera Utara.

(17) 5. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Kolumna Vertebralis Kolumna vertebralis disusun oleh 33 vertebra, 7 vertebra servikalis (C), 12 vertebra torakalis (T), 5 vertebra lumbalis (L), 5 vertebra sakralis (S), dan 4 vertebra koksigeus (pada umumnya 3 vertebra koksigeus di bawah bersatu). Struktur kolumna vertebralis ini fleksibel karena bersegmen dan disusun oleh tulang vertebra, sendi-sendi, dan bantalan fibrokartilago yang disebut diskus intervertebralis.. Gambar 2.1 Rangka dilihat dari posterior, memperlihatkan kolumna vertebralis (Sumber: Keck Medicine of USC, 2013). 2.1.1 Karakteristik Umum Vertebra Semua vertebra mempunyai pola yang sama walaupun terdapat berbagai perbedaan regional. Vertebra tipikal terdiri dari korpus berbentuk bulat di anterior dan arkus vertebra di posterior. Kedua struktur ini mengelilingi ruangan yang disebut foramen vertebralis dan dilalui oleh medula spinalis. Arkus vertebra terdiri atas sepasang pedikuli yang berbentuk silinder, yang membentuk sisi arkus, serta sepasang lamina pipih yang melengkapi arkus vertebra di posterior.. Universitas Sumatera Utara.

(18) 6. Terdapat tujuh prosesus yang berasal dari arkus vertebra: satu prosesus spinosus, 2 prosesus transversus, dan 4 prosesus artikularis. Prosesus spinosus atau spina, mengarah ke posterior dari pertemuan kedua lamina. Prosesus transversus mengarah ke lateral dari pertemuan lamina dan pedikulus. Prosesus spinosus dan prosesus transversus berperan sebagai pengungkit dan tempat melekatnya otot dan ligamen. Prosesus artikularis terletak vertikal dan terdiri atas 2 prosesus artikularis superior dan 2 prosesus artikularis inferior. Kedua prosesus artikularis superior dari satu arkus vertebra bersendi dengan kedua prosesus artikularis inferior dari arkus vertebra yang terletak di atasnya, membentuk dua sendi sinovial. Pedikuli mempunyai lekukan di pinggir atas dan bawah, membentuk insisura vertebralis superior dan inferior. Pada setiap sisi, insisura vertebralis superior dari sebuah vertebra bersama dengan insisura vertebralis inferior vertebra di dekatnya membentuk foramen intervertebralis. Pada rangka yang bersendi, foramen-foramen ini menjadi tempat lewatnya nervus spinalis dan pembuluh darah. Radiks anterior dan radiks posterior nervus spinalis bergabung menjadi satu di dalam foramina dan membentuk nervus spinalis segmentalis.. Universitas Sumatera Utara.

(19) 7. Gambar 2.2 A: Kolumna vertebralis tampak lateral. B: Ciri-ciri umum berbagai vertebra. Universitas Sumatera Utara.

(20) 8. 2.1.2. Sendi-Sendi Kolumna Vertebralis Vertebra saling bersendi melalui sendi kartilaginosa di antara korporanya dan sendi sinovial di antara prosesus artikulasinya. Sisipan di antara korpora vertebra adalah fibrokartilago diskus intervertebralis. Diskus intervertebralis paling tebal di daerah servikal dan lumbal sehingga memungkinakan gerakan kolumna vertebralis yang paling besar. Diskus ini berperan sebagai penahan (shock absorber) goncangan apabila beban kolumna vertebralis tiba-tiba meningkat. Akan tetapi, gaya pegasnya menurun dengan bertambahnya usia. Masing-masing diskus terdiri atas anulus fibrosus di bagian luar dan nukleus pulposus di bagian sentral. Anulus fibrosus terdiri atas fibrokartilago, yang melekat erat pada korpora vertebra dan ligamentum longitudinal anterior dan posterior kolumna vertebralis. Nukleus pulposus merupakan massa gelatinosa yang berbentuk lonjong pada orang muda. Biasanya di bawah tekanan dan terletak sedikit ke posterior dari pinggir anterior diskus. Fasies anterior dan posterior korpora vertebra yang terletak di dekatnya dan berbatasan dengan diskus diliputi oleh lapisan tipis kartilago hialin. Sifat nukleus pulposus yang semi cairan memungkinkan perubahan bentuk dan pergeseran vertebra ke depan atau ke belakang antara satu dan yang lain. Peningkatan beban kolumna vertebralis yang tiba-tiba menyebabkan nukleus pulposus menjadi pipih. Keadaan ini dimungkinkan oleh sifat pegas dari anulus fibrosus yang terdapat di sekelilingnya. Apabila dorongan dari luar terlalu besar untuk anulus fibrosus, anulus dapat robek. Akibatnya herniasi nukleus pulposus terjadi, penonjolan keluar nukleus ke dalam kanalis vertebralis, dimana nukleus ini dapat menekan radiks nervus spinalis, nervus spinalis atau bahkan medula spinalis. Dengan bertambahnya usia, nukleus pulposus mengecil dan diganti oleh fibrokartilago. Serabut-serabut kolagen anulus berdegenerasi, dan menyebabkan anulus tidak selalu berisi nukleus pulposus di bawah tekanan. Pada usia lanjut, diskus menjadi tipis, kurang elastis, dan tidak dapat lagi dibedakan antara nukleus dan anulus.. Universitas Sumatera Utara.

(21) 9. 2.1.3. Ligamentum Vertebra Ligamentum longitudinal anterior dan posterior berjalan turun sebagai pita utuh di fasies anterior dan posterior kolumna vertebralis dari tengkorak sampai ke sakrum. Ligamentum longitudinal anterior lebar dan kuat, melekat pada permukaan dan sisi-sisi korpora vertebra dan diskus intervertebralis. Ligamentum longitudinal posterior lemah dan sempit serta melekat pada pinggir posterior diskus. Sedangkan ligamentum diantara dua vertebra terdiri atas: 1.. Ligamentum supraspinosium: ligamentum ini berjalan di antara ujung-ujung spina berdekatan.. 2.. Ligamentum interspinosum: ligamentum ini menghubungkan spina yang berdekatan.. 3.. Ligamentum intertransversum: ligamentum ini berjalan di antara prosesus transversus yang berdekatan.. 4.. Ligamentum flavum: ligamentum ini menghubungkan lamina vertebra yang berdekatan.. Universitas Sumatera Utara.

(22) 10. Gambar 2.3. A: Sendi-sendi di regio servikalis, torakalis, dan lumbalis kolumna vertebralis. B: Vertebra lumbalis III dilihat dari atas, memperlihatkan hubungan di antara diskus intervertebralis dan kauda ekuina. 2.1.4. Persarafan Sendi-Sendi Vertebra Sendi-sendi di antara korpora vertebra dipersarafi oleh ramus meningei kecil setiap nervus spinalis. Sendi-sendi di antara prosesus artikularis dipersarafi oleh cabang-cabang dari ramus posterior nervus spinalis.. Universitas Sumatera Utara.

(23) 11. Gambar 2.4 Persarafan sendi-sendi vertebra. Pada tingkat vertebra tertentu, sendi menerima serabut saraf dari dua nervus spinalis yang berdekatan. 2.2. Hernia Nukleus Pulposus 2.2.1. Terminologi Beberapa istilah untuk menyebut hernia nukleus pulposus (HNP) antara lain herniated disc, prolapsed disc, sequestred disc, protuding disc, bulging disc, ruptured disc, extruded disc, soft disc, dan slipped disc.6,13,14. 2.2.2. Definisi Hernia nukleus pulposus adalah keadaan dimana terjadi penonjolan sebagian atau seluruh bagian dari nukleus pulposus atau anulus fibrosus diskus intervertebralis, yang kemudian dapat menekan ke arah kanalis spinalis atau radiks saraf melalui anulus fibrosus yang robek.15. 2.2.3. Epidemiologi Prevalensi hernia nukleus pulposus berkisar antara 1-2% dari populasi. Kejadian hernia nukleus pulposus paling sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5, kemudian daerah servikalis (C6-C7 dan C5-C6). Universitas Sumatera Utara.

(24) 12. dan paling jarang terkena di daerah torakalis.6 Prevalensi tertinggi terjadi antara umur 30-50 tahun, dengan rasio pria dua kali lebih besar daripada wanita. Pada usia 25-55 tahun, sekitar 95% kejadian HNP terjadi di daerah lumbal. HNP di atas daerah tersebut lebih sering terjadi pada usia di atas 55 tahun.9. 2.2.4. Etiologi dan Patologi Herniasi dapat terjadi pada usia muda dan usia tua. Pada usia muda umumnya disebabkan oleh trauma atau gravitasi dan kolumna vertebra yang mendapat beban berat sehingga menyebabkan penonjolan diskus intervertebra. Pada usia tua disebabkan proses degenerasi diskus intervertebra yang dimulai dengan kekakuan diskus, kemudian diikuti kehilangan elastisitas nukleus pulposus dan degenerasi tulang rawan sendi.16 Penyebab HNP biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang terjadi oleh karena proses penuaan dan kebanyakan oleh karena adanya suatu trauma yang berulang mengenai diskus intervetebralis sehingga menimbulkan sobeknya anulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat dan gejala ini disebabkan oleh cedera diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau tahun.17. 2.2.5. Faktor Risiko Faktor risiko penderita HNP dapat dibagi atas:6 1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah a. Umur: semakin umur bertambah, risiko makin tinggi. b. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak daripada wanita. c. Riwayat akibat cedera punggung atau HNP sebelumnya. 2. Faktor risiko yang dapat diubah a. Aktivitas dan pekerjaan, misalnya duduk dalam waktu lama, mengangkat ataupun menarik beban yang berat, terlalu sering memutar punggung ataupun membungkuk, latihan fisik terlalu berat dan berlebihan, paparan pada vibrasi yang konstan.. Universitas Sumatera Utara.

(25) 13. b. Olahraga tidak menentu, misalnya memulai aktivitas fisik yang sudah sekian lama tidak dilakukan dengan berlatih berlebih dan berat dalam jangka waktu yang cukup lama. c. Merokok, dimana nikotin dalam rokok dapat mengganggu kemampuan diskus menyerap nutrisi yang diperlukan dari darah. d. Berat badan yang berlebihan, terutama beban ekstra di perut yang menyebabkan strain pada punggung bawah. e. Batuk dalam waktu yang lama dan berulang-ulang.. 2.2.6. Klasifikasi Hernia nukleus pulposus paling sering terjadi pada daerah sambungan bagian yang bergerak (mobile) dengan bagian yang relatif tidak bergerak (immobile), misalnya junctura cervicothoracalis dan junctura lumbosacralis.18 Klasifikasi hernia nukleus pulposus, yaitu : 1. Diskus servikal Diskus yang sering terjadi herniasi adalah vertebra servikalis kelima, keenam, dan ketujuh (C5, C6, C7).18 Hernia diskus servikal terjadi di leher, belakang kranium, bahu, skapula, lengan, dan tangan.19 2. Diskus torakal Herniasi diskus biasanya terjadi pada spina torakalis bawah dan cenderung menghasilkan defisit neurologis. Lesi diduga berdasarkan riwayat trauma pada tulang torakalis. Diagnosa dapat dilakukan dengan menggunakan X-ray dan ditemukan penyempitan di sela vertebra.19 3. Diskus lumbal Herniasi diskus lumbalis lebih sering terjadi dibandingkan dengan herniasi pada diskus lainnya dan biasanya terjadi pada diskus L4 dan L5.18 Herniasi diskus lumbal terjadi di bagian punggung bawah, paling sering pada vertebra L4, L5 dan S1 serta biasanya unilateral. Gejala yang timbul bisa melibatkan punggung bawah, bokong, paha, dan bisa menjalar ke kaki dan/atau jari-jari kaki karena melibatkan nervus skiatik. Nervus femoral juga bisa terkena dan menyebabkan kebas pada satu atau kedua kaki serta rasa terbakar di pinggang dan kaki.19. Universitas Sumatera Utara.

(26) 14. Menurut gradasinya , hernia ini dapat dibagi atas:16 1. Protruded intervertebral disc Nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan anulus fibrosus. 2. Prolapsed intervertebral disc Nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran anulus fibrosus. 3. Extruded intervertebral disc Nukleus keluar dan anulus fibrosus berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior. 4. Sequestrated intervertebral disc Nukleus telah menembus ligamentum longitudinal posterior.. Gambar 2.5. Hernia nukleus pulposus menurut gradasi20. 2.2.7. Patofisiologi Sebagian besar HNP terjadi di daerah lumbal antara ruang lumbal IV ke V (L4 ke L5) atau lumbal kelima ke sakral pertama (L5 ke S1). Herniasi diskus antara L5 ke S1 menekan ke akar saraf S1, sedangkan herniasi diskus antara L4 dan L5 menekan akar saraf L5.21 Herniasi diskus servikalis biasanya mengenai satu dari tiga akar servikalis bawah yang berpotensi menimbulkan kelainan serius, dan dapat terjadi kompresi medula spinalis, bergantung pada arah penonjolan.. Universitas Sumatera Utara.

(27) 15. Herniasi lateral diskus servikalis biasanya menekan akar di bawah ketinggian diskus, misalnya pada diskus C5 ke C6 menekan akar saraf C6, dan diskus C6 ke C7 mengenai akar C7.19 Kandungan air diskus berkurang seiring bertambahnya usia (dari 90% pada masa bayi menjadi 70% pada lanjut usia) dan jumlah kolagen bertambah menjadi lebih kasar serta mengalami hialinisasi. Mukopolisakarida juga berkurang bersama dengan rasio jumlah karatan sulfat yang dibandingkan dengan kondroitin sulfat yang meningkat. Ukuran molekular proteoglikan menjadi lebih kecil dan lebih dapat menempel pada serabut kolagen. Elastisitas, viskositas, dan kapasitas untuk berikatan dengan air pada proteoglikan berkurang serta berperan menyebabkan HNP yang disertai penekanan akar saraf spinalis.19,21 Pada umumnya HNP didahului oleh gaya traumatik seperti mengangkat benda berat, aktivitas berlebihan, menegakkan badan waktu terpeleset, dan sebagainya yang mengakibatkan sobekan pada anulus fibrosus yang bersifat sirkumferensial.22 Sobekan tersebut ditandai dengan terbentuknya nodus Schmorl yang dapat menyebabkan inflamasi dan nekrosis tulang vertebra, sehingga terjadinya low back pain subkronis atau kronis, kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai ischialgia. Menjebolnya nukleus pulposus secara vertikal ke kanalis vertebralis berarti nukleus pulposus menekan radiks dan arteri radikularis yang berada pada lapisan dura. Hal ini terjadi apabila penjebolan berada pada sisi lateral, sedangkan tidak ada radiks yang terkena jika tempat herniasinya berada di tengah karena tidak adanya kompresi pada kolumna anterior.23 Prolapsus secara horizontal memiliki dua bentuk yang disebut dengan nuclear herniation yang mengarah ke bagian posterior dan annular protrusion dengan pembengkakan serabut anulus. Herniasi diskus hampir selalu terjadi ke arah posterior atau posterolateral karena ligamentum longitudinalis anterior lebih kuat dibandingkan ligamentum longitudinalis posterior. Herniasi tersebut biasanya menggelembung berupa massa padat dan tetap menyatu pada badan diskus, walaupun fragmen-fragmennya kadang dapat menekan keluar dan masuk menembus ligamentum longitudinalis posterior lalu berada bebas ke dalam kanalis spinalis. Perubahan morfologi pertama yang terjadi pada diskus adalah. Universitas Sumatera Utara.

(28) 16. memisahnya lempeng tulang rawan dari korpus vertebra di dekatnya19, sedangkan saat kronis akan memberikan gambaran sisa diskus intervertebral mengalami lisis, sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.23. 2.2.8. Manifestasi Klinis Hernia nukleus pulposus umumnya terjadi di daerah lumbosakral, paling sering terjadi di antara L4 dan L5 atau L5 dan S1, sedangkan pada bagian servikal umumnya terjadi pada C5 dan C6.24 Pasien hernia nukleus pulposus biasanya mempunyai riwayat cedera dan keluhan nyeri yang menjalar dari punggung bawah, betis, tumit, dan telapak kaki, sedangkan pada kasus yang parah, sering dikeluhkan kebas-kebas dan lemah. Pada ruptur diskus yang melibatkan akar saraf L4, L5 atau S1 akan menunjukkan Lasegue sign positif.25 Herniasi pada garis tengah servikal menghasilkan tekanan pada medula spinalis yang menyebabkan paraparesis spastik progresif dan urgensi miksi.24. Universitas Sumatera Utara.

(29) 17. Tabel 2.1 Lokasi Gejala pada Hernia Nukleus Pulposus Level HNP/. Lokasi Nyeri. Akar Saraf. Lokasi. Kelemahan. Perubahan. Kebas. Otot. Refleks. yang Terlibat C4- C5. Leher. C5. Deltoid. Penurunan. C5. Bahu. Dermatom. Supraspinatus. refleks biceps. C5-C6. Leher. C6. Biceps. Penurunan. C6. Lengan bawah. Dermatom. refleks biceps brachii. C6- C7. Leher. C7. C7. Jari Tengah. Dermatom. L3-L4. Punggung. L4. L4. bawah,pinggul. Dermatom. Triceps. Penurunan refleks triceps. Quadriceps. Penurunan refleks patella. Paha posterolateral Kaki anterior L4-L5. Sendi. L5. Ekstensor dari. Penurunan. L5. sacroiliac. Dermatom. jempol kaki. refleks biceps. Paha lateral. Sulit berjalan. femoris. hingga tumit. dengan tumit. L5-S1. Sendi. S1. Plantar fleksi. Penurunan. S1. sacroiliac. Dermatom. dari jari-jari. refleks. Paha posterior. kaki. Achilles. Kaki lateral. Sulit berjalan. sampai jari. pada kaki. kaki Sumber: Gilroy, 1982. Universitas Sumatera Utara.

(30) 18. 2.2.9. Diagnosis Pada umumnya, diagnosis herniaa nukleus pulposus didasarkan pada : 1. Anamnesis Anamnesis HNP dapat berupa letak atau lokasi nyeri, penyebaran nyeri, sifat nyeri, pengaruh aktivitas atau posisi tubuh terhadap nyeri, riwayat trauma, proses terjadinya nyeri dan perkembangannya, obat-obat analgetika yang pernah diminum, kemungkinan adanya proses keganasan, riwayat menstruasi, kondisi mental/emosional.22 2. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi Hal-hal yang perlu diperhatikan pada inspeksi antara lain: − Observasi apakah ada hambatan pada leher, bahu, punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak. − Adakah gerakan yang tidak wajar atau terbatas ketika penderita menanggalkan atau mengenakan pakaian. − Observasi penderita saat berdiri, duduk, bersandar maupun berbaring, dan bangun dari berbaring. − Perlu dicari kemungkinan adanya atropi otot, fasikulasi, pembengkakan dan perubahan warna kulit.22 b. Palpasi Palpasi dimulai dari daerah yang paling ringan rasa nyerinya, kemudian ke arah yang terasa paling nyeri dan ingatlah struktur apa yang diperiksa. Ketika meraba kolumna vertebralis, seyogyanya dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau antero-posterior.22 Nyeri dapat bertambah dengan pemberian tekanan pada kepala (tes kompresi servikal) dan berkurang dengan traksi (tes distraksi servikal). Dengan adanya tes kompresi dan distraksi dapat membantu menyingkirkan nyeri pada diskus dan nyeri karena penyebab lain.26 3. Pemeriksaan neurologis Pada posisi terlentang, dilakukan tes provokasi sebagai berikut:6,27 a. Tes untuk meregangkan saraf iskhiadikus. − Tes Laseque (straight leg raising = SLR). Universitas Sumatera Utara.

(31) 19. Fleksikan tungkai yang sakit dalam posisi lutut ekstensi. Tes normal apabila tungkai dapat difleksikan hingga 80-90%, dan positif apabila tungkai timbul rasa nyeri di sepanjang perjalanan saraf iskhiadikus sebelum tungkai mencapai kecuraman 70%. Tes ini meregangkan saraf spinal L5 dan S1, sedangkan yang lain kurang diregangkan. − Tes Laseque menyilang/crossed straight leg raising test (Test O’Conell). Tes positif apabila timbul nyeri radikuler pada tungkai yang sakit (biasanya perlu sudut yang lebih besar untuk menimbulkan nyeri radikuler dari tungkai yang sakit). b. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal. − Tes Naffziger Dengan menekan kedua vena jugularis selama 2 menit atau dengan melakukan kompresi pada ikatan sfigmomanometer selama 10 menit tekanan sebesar 40mmHg sampai pasien merasakan penuh di kepala. Dengan penekanan tersebut mengakibatkan tekanan intrakanial meningkat yang akan diteruskan ke ruang intratekal sehingga akan memprovokasi nyeri radikuler bila ada HNP. − Tes Valsava Dalam sikap berbaring atau duduk, pasien disuruh mengejan. Nyeri akan bangkit di tempat lesi yang menekan radiks spinalis daerah lumbal. 4. Pemeriksaan penunjang a. Foto polos Dapat ditemukan berkurangnya tinggi diskus intervertebralis pada HNP fase lanjut, sehingga ruang antar vertebralis tampak menyempit.6 Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan kemungkinan kelainan patologis seperti proses metastasis dan fraktur kompresi.28 b. Kaudiografi, Mielografi, CT (Computerized Tomography) Pada pemeriksaan kaudio/mielografi adalah pemeriksaan invasif yang hanya dikerjakan dengan indikasi ketat dan tidak dikerjakan secara rutin.6 CT scan mungkin diperlukan untuk evaluasi lebih lanjut struktur tulang yang terkena.14 c. Diskografi Dilakukan dengan penyuntikan pada diskus dengan media kontras yang larut dalam air, namun pemeriksaan ini dapat menimbulkan infeksi pada ruang diskus. Universitas Sumatera Utara.

(32) 20. intervertebralis, terjadinya herniasi diskus, dan bahaya radiasi. Biaya relatif mahal dan hasilnya tidak lebih unggul dari pemeriksaan MRI sehingga jarang digunakan.6 d. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Magnetic Resonance Imaging merupakan standard baku emas untuk HNP.6 Pada MRI, dapat terlihat gambaran bulging diskus (anulus intak), herniasi diskus (anulus robek), dan dapat mendeteksi dengan baik adanya kompresi akar-akar saraf atau medulla spinalis oleh fragmen diskus.28. Gambar 2.6. Penampang Sagital Vertebra Lumbal14. e. Electromyography Dari pemeriksaan EMG, dapat ditentukan akar saraf mana yang terkena dan sejauh mana gangguannya, masih dalam taraf iritasi atau sudah ada kompresi.6. Universitas Sumatera Utara.

(33) 21. 2.2.10. Diagnosis Banding 1. Herniasi diskus servikal Beberapa kondisi yang menyerupai manifestasi klinis hernia diskus servikalis, yaitu : a. Akibat trauma dan inflamasi, seperti bursitis subdeltoid atau subakromial dan bahu terkilir. b. Gangguan neurologis :Entrapment neuropathy di ekstremitas atas, scanelus anticus syndrome, carpal tunnel syndrome, tardy ulnar palsy, primary peripheral atau tumor sistem saraf pusat dari pleksus brakialis, korda servikalis, atau sambungan servikomedularis. c. Gangguan paru : coronary insufficiency dan angina pektoris; neoplasma pada apeks paru. d. Gangguan pada tulang : fraktur, dislokasi, atau subluksasi dari spina servikal.29 2. Herniasi diskus lumbal Karakteristik herniasi diskus lumbal adalah nyeri punggung yang menyebar sampai ke kaki dan mempunyai banyak penyebab, seperti: a. Kelainan tulang, misalnya spondilolistesis, spondilosis, atau Paget’s disease. b. Tumor primer dan metastatis dari cauda equina atau area panggul. c. Inflamasi, meliputi abses di ruang epidural atau pleksus retreoperitoneal lumbosakral,. postinfeksius atau. posttrauma. araknoiditis,. dan reumatoid. spondilitis. d. Lesi degeneratif dari medulla spinalis dan neuropati perifer. e. Penyakit oklusi vaskular perifer.29 f. Cauda Equina Syndrome (CES) CES merupakan penekanan pada cauda equina dengan gejala klinis dapat berupa nyeri punggung bawah, skiatika unilateral atau bilateral, kelemahan otot ekstremitas bawah dan gangguan sensoris.30 g. Lumbar Degenerative Disc Disease (LDDD) LDDD juga sering disebut spondilosis yang dapat menyebabkan diskus berdegenerasi atau kehilangan fleksibilitas dan kurangnya bantalan medula spinalis, sehingga medula spinalis tidak mendapatkan aliran darah dan tidak dapat memperbaiki diri apabila ada kerusakan.31. Universitas Sumatera Utara.

(34) 22. h. Lumbar Stenosis Gejala klinis yang paling sering muncul adalah nyeri pada punggung bawah dan ekstremitas bawah, gangguan berjalan dan disabilitas lainnya. i.. Rematik biasanya nyeri dirasakan lebih berat pada pagi hari dan berangsur-angsur berkurang pada siang dan sore hari.6 2.2.11. Penatalaksanaan Penatalaksanaan hernia nukleus pulposus adalah sebagai berikut:. 1. Konservatif Mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik, dan melindungi serta meningkatkan fungsi tulang belakang adalah tujuan terapi konservatif. Sebagian besar (90%) pasien HNP akan membaik dalam waktu enam minggu dengan atau tanpa terapi, dan hanya sebagian kecil saja yang memerlukan tindakan bedah.6 a. Tirah baring Tirah baring merupakan cara paling umum dilakukan yang berguna mengurangi rasa nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, serta direkomendasikan selama 2 sampai 4 hari. Pasien dapat kembali ke aktivitas normal secara bertahap, dan pada umumnya pasien tidak memerlukan istirahat total.6 b. Terapi farmaka Analgetik dan NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug) Tujuan diberikan obat ini adalah untuk mengurangi nyeri dan inflamasi. − Kortikosteroid oral Kortikosteroid oral dipakai pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi, tetapi pemakaiannya masih kontroversial. − Analgetik ajuvan Dipakai pada penderita HNP kronis. − Suntikan pada titik picu Caranya adalah dengan menyuntikan campuran anastesi lokal dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada daerah sekitar tulang punggung.6 c. Terapi fisik − Traksi pelvis Dengan memberikan beban tarikan tertentu di sepanjang sumbu panjang kolumna vertebralis.. Universitas Sumatera Utara.

(35) 23. − Ultra Sound Wave (USW) diaterni, kompres panas/ dingin Tujuannya adalah mengurangi nyeri dengan mengurangi peradangan dan spasme otot. − Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Dilakukan dengan memakai alat yang dijalankan dengan baterai kecil yang dipasang pada kulit untuk memberi rangsangan listrik terus-menerus lewat elektroda. Diharapkan terjadi aliran stimulasi yang melawan (counter stimulation) terhadap susunan saraf sehingga mengurangi persepsi nyeri. − Korset lumbal dan penopang lumbal lain Pemakaian kedua alat ini tidak mengurangi nyeri dengan HNP akut, tetapi bermanfaat untuk mencegah timbulnya HNP dan mengurangi nyeri pada HNP kronis. − Latihan dan modifikasi gaya hidup Menurunkan berat badan yang berlebihan karena dapat memperberat tekanan. Direkomendasikan untuk memulai latihan ringan tanpa stress secepat mungkin. Endurance exercise dimulai pada minggu kedua setelah awitan dan conditioning exercise yang bertujuan memperkuat otot dimulai sesudah 2 minggu.6 2. Bedah Terapi bedah dipertimbangkan ketika terapi konservatif selama sebulan tidak ada kemajuan, iskhialgia yang berat/menetap, adanya gangguan miksi/defekasi dan seksual, serta adanya paresis otot tungkai bawah.6 Pasien hernia diskus intervertebralis dengan penanganan bedah menunjukkan perbaikan yang lebih besar dari segi nyeri, fungsi, kepuasan dan kesembuhan yang dinilai pasien dibandingkan dengan pasien dengan penanganan non-bedah14, tetapi tidak dapat mengembalikan. otot.6. kekuatan. Microdiscectomy. adalah. gold-standard. penanganan bedah pada HNP. a. Microdiscectomy Microdiscectomy adalah. pembedahan pada diskus yang terkena yang telah. dikonfirmasi dengan radiografi. b. Open Discectomy Open disectomy mempunyai prosedur yang sama dengan microdiscectomy. c. Minimal access/ Minimally Invasive Discectomy. Universitas Sumatera Utara.

(36) 24. Discectomy dilakukan melalui sebuah insisi yang sangat kecil pada gangguan dari jaringan di dekatnya. Hal ini sering dilakukan pada pasien rawat jalan atau rawat inap 23 jam.14. 2.2.12. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi dari HNP adalah nyeri punggung untuk jangka waktu yang lama, kehilangan sensasi di tungkai yang diikuti penurunan fungsi kandung kemih dan usus.32 Selain itu, kerusakan permanen pada akar saraf dan medula spinalis dapat terjadi bersamaan dengan hilangnya fungsi motorik dan sensorik. Hal ini dapat terjadi pada servikal stenosis dan spondilosis yang menekan medulla spinalis dan pembuluh darah, sehingga dapat menimbulkan mielopati dengan spastik paraplegia atau kuadriplegia.29. 2.2.13. Prognosis Pada HNP servikalis 75% pasien akan pulih dengan penanganan terapi medis yang memadai (10-14 hari), walaupun pada beberapa kasus berlanjut dengan ketidaknyamanan dan parestesis ringan. Pada beberapa pasien, gejala radikular atau mielopati kambuh setelah kembali beraktivitas penuh. Untuk 25% pasien yang tidak respon terhadap terapi konservatif, dibutuhkan operasi. Perbaikan tampak pada sekitar 80% pasien yang melakukan terapi operatif pada diskus servikalis.. Pada hernia diskus. lumbalis sekitar. 10-20%. kasus. membutuhkan penangan terapi bedah dan 85% pasien akan pulih sepenuhnya setelah penanganan bedah.29 2.2.14 Pencegahan33: 1. Waktu berdiri a. Jangan memakai sepatu dengan tumit terlalu tinggi. b. Bila harus berdiri lama, selingilah dengan berjongkok, atau letakkan satu kaki lebih tinggi dengan meletakkannya pada sesuatu. c. Meja kerja/dapur jangan terlalu rendah sehingga harus bekerja sambil membungkuk.. Universitas Sumatera Utara.

(37) 25. d. Bila hendak mengambil sesuatu di lantai, jangan membungkuk, tetapi dengan menekuk lutut. Renggangkanlah kedua tungkai, lalu paha dan lutut ditekuk, namun pinggang tetap lurus. Kemudian bawalah barang tersebut sedekat mungkin dengan tubuh. 2. Waktu berjalan, berjalanlah dengan posisi tegak, rileks, dan jangan tergesa-gesa. 3. Waktu duduk a. Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada meja atau kursi, dan jaga agar bahu tetap rileks.34 b. Kursi yang dipakai untuk duduk tidak boleh terlalu tinggi sehingga lutut lebih rendah dari paha pada saat duduk. c. Duduk dengan lutut tetap setinggi ataupun sedikit lebih tinggi dari panggul (penyangga kaki boleh dipergunakan bila perlu) dan kedua tungkai sebaiknya tidak saling menyilang.34 Periode duduk yang lama harus sering diselingi dengan berdiri beberapa menit. d. Bila mengendarai mobil, tempat duduk jangan terlalu jauh jaraknya dari kemudi sehingga posisi tungkai menjadi hampir lurus. 4. Waktu tidur a. Sebaiknya tidur dengan posisi terbaring di tempat tidur yang tidak terlalu lembek. b. Posisi tidur yang terbaik adalah terlentang dengan bantal di bawah lutut sehingga sendi paha dalam keadaan fleksi dan pinggang mendata.. Universitas Sumatera Utara.

(38) 26. BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KONSEP 3.1. Kerangka Teori Penelitian. Proses Degeneratif. Kehilangan protein polisakarida. Kandungan air menurun. Faktor yang bisa diubah: Berat Pekerjaan, Berat Badan, Merokok, Olahraga Tak Menentu, dan Batuk Berulang. Faktor yang tidak bisa diubah: Umur, Jenis Kelamin, dan Riwayat Cedera. Hernia Nukleus Pulposus. Nukleus Spinalis terdorong. Ujung Saraf Spinal tertekan. Perubahan Sensasi. Penurunan Kerja Refleks. Nyeri. Ganggguan Mobilitas Fisik Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian. Universitas Sumatera Utara.

(39) 27. 3.2. Kerangka Konsep Penelitian Penelitian ini untuk melihat gambaran faktor risiko dengan kejadian Hernia Nukleus Pulposus di RSUP Haji Adam Malik Medan.. Umur Jenis Kelamin Riwayat Cedera Hernia Nukleus Pulposus. Pekerjaan IMT Merokok Batuk Menahun. Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian. Universitas Sumatera Utara.

(40) 28. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain potong lintang (cross sectional) dengan tujuan untuk melihat gambaran faktor risiko pada kejadian Hernia Nukleus Pulposus.. 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP-HAM) Medan. Waktu penelitian dilakukan selama 8 bulan, dari bulan Maret 2016 hingga bulan Oktober 2016.. 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Populasi target pada penelitian ini adalah pasien yang didiagnosa HNP di RSUP HAM Medan Sumatera Utara. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pasien yang masuk ke departemen saraf dan tercantum dalam data rekam medis di RSUP-HAM mulai dari 1 Januari 2015 hingga 31 Desember 2015.. 4.3.2. Sampel Sampel penelitian diambil dari populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah: 1. Pasien terdaftar pada Departemen Saraf. 2. Pasien yang didiagnosa Hernia Nukleus Pulposus dengan hasil imaging. Kriteria ekslusi sampel dalam penelitian ini adalah: 1. Pasien dengan data rekam medis yang tidak lengkap.. Universitas Sumatera Utara.

(41) 29. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara keseluruhan obyek penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Peniliti sudah melakukan pengamatan awal pada bulan April 2016 untuk mendapatkan data jumlah pasien dari RSUP HAM Medan yang akan dijadikan sampel. Total Pasien HNP yang tercatat dalam rekam medik RSUP HAM Medan mulai 1 Januari 2015 sampai dengan 31 Desember 2015 adalah 74 pasien. Pengambilan sampel minimal yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan rumus tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi :. n=. ( ). n = jumlah sampel penelitian N = jumlah populasi d = tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki (0,05) Dengan rumus diatas maka didapat jumlah sampel minimal: =. 74 = 62,5 1 + 74 (0,05). Dari hasil perhitungan rumus di atas, didapatkan jumlah sampel minimal untuk penelitian ini sebesar 63 responden.. 4.4. Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini berasal dari data sekunder, terdiri dari jumlah pasien yang didiagnosa menderita Hernia Nukleus Pulposus di RSUP Haji Adam Malik. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan rekam medis pasien yang didiagnosa menderita Hernia Nukleus Pulposus di RSUP Haji Adam Malik pada 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2015 yang memenuhi kriteria inklusi.. Universitas Sumatera Utara.

(42) 30. Instrumen yang digunakan adalah rekam medis pasien yang ada pada instalasi rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan. 4.5. Definisi Operasional 1. Berat pekerjaan adalah jenis pencahariaan atau sesuatu yang dijadikan pokok penghidupan untuk nafkah yang dapat dibagi menjadi ringan (contoh : menulis, mengetik, menjahit); sedang (contoh: bertani, berkebun, mencuci); berat (contoh: mencangkul, pekerjaan kasar, mengangkat beban berat). Cara Ukur. : Observasi. Alat Ukur. : Rekam Medis. Skala Ukur. : Ordinal. Hasil Ukur. : Dibagi menjadi 3 kelompok :. a. Ringan (aktivitas kantor tanpa olahraga dan aktivitas fisik yang tidak menguras tenaga. Contoh: menyapu, menulis, mengetik). b. Sedang (bekerja harus naik turun tangga, olahraga ringan, dan pekerjaan rumah tangga. Contoh: bertani, berkebun, mencuci dan memeras, memompa). c. Berat (pekerjaan lapangan dan pekerjaan kuli bangunan. Contoh: pekerjaan kasar, mencangkul, mengangkat/memikul beban berat, menggergaji). 2. Berat badan adalah hasil pengukuran yang didapatkan dengan cara membagi BB dalam kg dengan TB dalam meter dikuadratkan.. Berkorelasi bermakna dengan. lemak tubuh, dan relatif tidak dipengaruhi oleh TB. Cara Ukur. : Observasi. Alat Ukur. : Rekam Medis. Skala Ukur. : Interval. Hasil Ukur. : Dibagi menjadi 3 kelompok :. a. Rendah (<18,5) b. Normal (18,5-24,9) c. Berlebih (25-29,9) d. Obesitas I (30-34,9) e. Obesitas II (35-39,9) f. Obesitas III (>40). Universitas Sumatera Utara.

(43) 31. 3. Umur adalah umur responden yang dihitung sejak tanggal lahir sampai dengan waktu pasien mengalami HNP yang dinyatakan dalam tahun. Cara Ukur. : Observasi. Alat Ukur. : Rekam Medis. Skala Ukur. : Ordinal. Hasil Ukur. : Dikelompokkan menjadi : <28 tahun, 28-42 tahun, >42 tahun. 4. Jenis kelamin pertanda gender sejak responden lahir. Cara Ukur. : Observasi. Alat Ukur. : Rekam Medis. Skala Ukur. : Nominal. Hasil Ukur. : Perempuan atau Laki-laki. 5. Merokok adalah riwayat merekok pada Pasien. Cara Ukur. : Observasi. Alat Ukur. : Rekam Medis. Skala Ukur. : Nominal. Hasil Ukur. : Merokok (+) atau Merokok (-). 6. Riwayat Cedera adalah riwayat trauma yang dialami pasien sebelum mengalami HNP. Cara Ukur. : Observasi. Alat Ukur. :Rekam Medis. Skala Ukur. : Nominal. Hasil Ukur. : Trauma (+) atau Trauma (-). 7. Hernia Nukleus Prolapsus adalah keadaan dimana nukleus pulposus/anulus fibrosus menonjol keluar dan menekan ke arah kanalis spinalis atau radiks saraf dan hasil positif pada pemeriksaan radiologi (CT Scan atau MRI). Cara Ukur. : Observasi. Alat Ukur. : Rekam Medis. Skala Ukur. : Nominal. Hasil Ukur. : Hasil positif pada radiologi (CT Scan atau MRI positif). Universitas Sumatera Utara.

(44) 32. 4.6. Metode Analisis Data Meminta rekam medis yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti. Data yang didapat harus terlebih dahulu diidentifikasi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria eksklusi. Menconteng pada bagian lembar check list yang sesuai. Hasil penelitian akan dikelola dan dianalisa secara statistik dengan menggunakan program komputer aplikasi SPSS.. Universitas Sumatera Utara.

(45) 33. BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 pada tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Data penelitian berupa rekam medis diambil dari Instalasi Rekam Medik RSUP-HAM.. 5.1.2. Deskripsi Data Penelitian Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang berasal dari rekam medis pasien hernia nukleus pulposus periode 1 Januari hingga 31 Desember 2015. Jumlah seluruh data yang tercatat yang memenuhi kriteria inklusi adalah 74 data rekam medis lengkap. Data yang diambil berupa jenis kelamin, usia, pekerjaan, riwayat trauma, indeks massa tubuh, riwayat merokok, dan riwayat batuk menahun pasien.. 5.1.3. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data rekam medis yang berupa jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan riwayat trauma, indeks massa tubuh, riwayat merokok, dan riwayat batuk menahun pasien. Data lengkap karakteristik subjek penelitian disajikan dalam tabel-tabel sebagai berikut :. Universitas Sumatera Utara.

(46) 34. Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia Jenis Kelamin. Jumlah. Persentase (%). Laki-Laki. 28. 37,8. Perempuan. 46. 62,2. <28. 3. 4,1. 28-42. 16. 21,6. >42. 55. 74,3. 74. 100. Usia (tahun). Total. Pada tabel 5.1. menunjukkan bahwa subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 28 orang (37,8%) dan subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 46 orang (62,2%). Pada tabel 5.1. juga menunjukkan bahwa subjek penelitian yang berusia <28 tahun berjumlah 3 orang (4,1%), yang berusia 28-42 tahun berjumlah 16 (21,6%), dan yang berusia >42 tahun berjumlah 55 orang (74,3%). Tabel 5.2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan Jenis Pekerjaan. Jumlah. Persentase (%). IRT. 24. 32,4. PNS. 21. 28,4. Pegawai Swasta. 17. 23,0. Pensiunan. 4. 5,4. Petani/Tukang. 4. 5,4. Pelajar. 2. 2,7. TNI/POLRI. 2. 2,7. Total. 74. 100. Pada tabel 5.2. menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan pekerjaan ibu rumah tangga berjumlah 24 orang (32,4%), pekerjaan pegawai negeri sipil berjumlah 21 orang (28,4%), pekerjaan pegawai swasta berjumlah 17 orang. Universitas Sumatera Utara.

(47) 35. (23%), pekerjaan pensiunan berjumlah 4 orang (5,4%), pekerjaan petani/tukang berjumlah 4 orang (5,4%), pekerjaan pelajar berjumlah 2 orang (2,7%), dan pekerjaan TNI/Polri berjumlah 2 orang (2,7%). Tabel 5.3. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Riwayat Trauma Riwayat Trauma. Jumlah. Persentase (%). Trauma (+). 10. 13,5. Trauma (-). 64. 86,5. Total. 74. 100. Pada tabel 5.3. menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan riwayat trauma berjumlah 10 orang (13,5%), sedangkan subjek penelitian tanpa riwayat trauma berjumlah 64 orang (86,5%).. Tabel 5.4. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Indeks Massa Tubuh. Jumlah. Persentase (%). <18,5. 2. 2,7. 18,5-24,5. 24. 32,4. 25-29,9. 36. 38,6. 30-34,9. 8. 10,8. 35-39,9. 3. 4,1. >40. 1. 1,4. Total. 74. 100. Pada tabel 5.4. menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan indeks massa tubuh <18,5 berjumlah 2 orang (2,7%), indeks massa tubuh 18,5-24,5 berjumlah 24 orang (32,4%), indeks massa tubuh 25-29,9 berjumlah 36 orang (38,6%), indeks massa tubuh 30-34,9 berjumlah 8 orang (10,8%), indeks massa tubuh 3539,9 berjumlah 3 orang (4,1%), dan indeks massa tubuh >40 berjumlah 1 orang (1,4%).. Universitas Sumatera Utara.

(48) 36. Tabel 5.5. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Riwayat Merokok Riwayat Merokok. Jumlah. Persentase (%). Merokok. 8. 10,8. Tidak merokok. 66. 89,2. Total. 74. 100. Pada tabel 5.5. menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan riwayat merokok berjumlah 8 orang (10,8%), sedangkan subjek penelitian tanpa riwayat merokok berjumlah 66 orang (89,2%). Tabel 5.6. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Riwayat Batuk Menahun Riwayat batuk Menahun. Jumlah. Persentase (%). Batuk menahun. 8. 10,8. Tidak batuk menahun. 66. 89,2. Total. 74. 100. Pada tabel 5.6. menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan riwayat batuk menahun berjumlah 8 orang (10,8%), sedangkan subjek penelitian tanpa riwayat batuk menahun berjumlah 66 orang (89,2%). Tabel 5.7. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Lokasi HNP Lokasi HNP. Jumlah. Persentase (%). Servikalis. 6. 8,1. Torakalis. 3. 4,1. Lumbalis. 65. 87,8. Total. 74. 100. Pada tabel 5.7. menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan lokasi HNP servikalis berjumlah 6 orang (8,1%), lokasi HNP torakalis berjumlah 3 orang (4,1%), dan lokasi HNP lumbalis berjumlah 65 orang (87,8%).. Universitas Sumatera Utara.

(49) 37. Tabel 5.8. Frekuensi Lokasi HNP Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin. Lokasi HNP. Total. Servikalis. Torakalis. Lumbalis. Laki-laki. 3 (10,7%). 0 (0%). 25 (89,3%). 28. Perempuan. 3 (6,5%). 3 (6,5%). 40 (87,0%). 46. 6. 3. 65. 74. Total. Pada tabel 5.8. menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan HNP servikalis pada laki-laki sebanyak 3 orang (10,7%) dan perempuan sebanyak 3 orang (6,5%); HNP torakalis pada laki-laki sebanyak 0 orang (0%) dan perempuan sebanyak 3 orang (6,5%); dan HNP lumbalis pada laki-laki sebanyak 25 orang (89,3%) dan perempuan sebanyak 40 orang (87,0%).. Tabel 5.9. Frekuensi Lokasi HNP Berdasarkan Usia Usia (tahun). Lokasi HNP. Total. Servikalis. Torakalis. Lumbalis. <28. 1 (33,3%). 0 (0%). 2 (66,7%). 3. 28-42. 1 (6,2%). 0 (0%). 15 (93,8%). 16. >42. 4 (7,3%). 3 (5,5%). 48 (87,2). 55. Total. 6. 3. 65. 74. Pada tabel 5.9. menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan HNP servikalis pada usia <28 tahun sebanyak 1 orang (33,3%), usia 28-42 tahun sebanyak 1 orang (6,2%), dan usia >42 tahun sebanyak 4 orang (7,3%) ; HNP torakalis pada usia <28 tahun sebanyak 0 orang (0%), usia 28-42 tahun sebanyak 0 orang (0%), dan usia >42 tahun sebanyak 3 orang (5,5%); dan HNP lumbalis pada usia <28 tahun sebanyak 2 orang (66,7%), usia 28-42 tahun sebanyak 15 orang (93,8%), dan usia >42 tahun sebanyak 48 orang (87,2%).. Universitas Sumatera Utara.

(50) 38. Tabel 5.10. Frekuensi Lokasi HNP Berdasarkan Riwayat Trauma Riwayat Trauma. Lokasi HNP. Total. Servikalis. Torakalis. Lumbalis. Trauma. 1 (10%). 0 (0%). 9 (90%). 56. Tidak trauma. 5 (7,8%). 3 (4,7%). 56 (87,5%). 41. 6. 3. 65. 74. Total. Pada tabel 5.10. menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan HNP servikalis dengan adanya riwayat trauma sebanyak 1 orang (10%) dan tanpa riwayat trauma sebanyak 5 orang (7,8%); HNP torakalis dengan adanya riwayat trauma sebanyak 0 orang (0%) dan tanpa riwayat trauma sebanyak 3 orang (4,7%); dan HNP lumbalis dengan adanya riwayat trauma sebanyak 9 orang (90%) dan tanpa riwayat trauma sebanyak 56 orang (87,5%). Tabel 5.11. Frekuensi Lokasi HNP Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Indeks Massa Tubuh. Lokasi HNP. Total. Servikalis. Torakalis. 0 (0%). 0 (0%). 2 (100%). 2. 18,5-24,9. 1 (4,2%). 1 (4,2%). 22 (91,7%). 24. 25-29,9. 4 (11,1%). 2 (5,6%). 30 (83,3%). 36. 30-34,9. 1 (12,5%). 0 (0%). 7 (87,5%). 8. 35-39,9. 0 (0%). 0 (0%). 3 (100%). 3. >40. 0 (0%). 0 (0%). 1 (100%). 1. Total. 6. 3. 65. 74. <18,5. Lumbalis. Pada tabel 5.11. menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan HNP servikalis dengan IMT <18,5 sebanyak 0 orang (0%), IMT 18,5-24,5 sebanyak 1 orang (4,2%), IMT 25-29,9 sebanyak 4 orang (11,1%), IMT 30-34,9 sebanyak 1 orang (12,5 %), IMT 35-39,9 sebanyak 0 orang (0%), IMT >40 sebanyak 0 orang (0%). Hernia Nukleus Pulposus torakalis dengan IMT <18,5 sebanyak 0 orang (0%), IMT 18,5-24,5 sebanyak 1 orang (4,2%), IMT 25-29,9 sebanyak 2 orang (5,6%), IMT 30-34,9 sebanyak 0 orang (0%), IMT 35-39,9 sebanyak (0%), dan. Universitas Sumatera Utara.

(51) 39. IMT >40 sebanyak 0 orang (0%). Hernia Nukleus Pulposus lumbalis dengan IMT <18,5 sebanyak 2 orang (100%), IMT 18,5-24,9 sebanyak 22 orang (91,7%), IMT 25-29,9 sebanyak 30 orang (83,3%), IMT 30-34,9 sebanyak 7 orang (87,5%), IMT 35-39,9 sebanyak 3 orang (100%), dan IMT >40 sebanyak 1 orang (100%). 5.2. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek penelitian HNP lebih banyak pada perempuan (62,2%) dibandingkan laki-laki (37,8%). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa subjek penelitian HNP servikalis berjumlah sama pada laki-laki (10,7%) dan pada perempuan (6,5%), HNP torakalis hanya dijumpai pada perempuan (6,5%). Hal yang serupa juga disebutkan pada penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa perbandingan kejadian HNP pada laki-laki dibandingkan pada perempuan adalah 2 : 1.34 Hal yang sama terjadi pada HNP lumbalis yang lebih banyak terjadi pada perempuan (87,0%) dibandingkan laki-laki (89,3%). Pada penelitian sebelumnya, wanita memiliki faktor risiko sebesar 50,61% terkena HNP lumbalis dibandingkan laki-laki dan lokasi paling sering terkena adalah L4-L5 yaitu sebesar 72,4%, karena L4-L5 tidak terikat pada pelvis, sehingga respon ketidakseimbangan otot pada lumbopelvis dapat menyebabkan iritasi saraf pada kolumna vertebralis.35 Berdasarkan hasil penelitian lainnya, disebutkan bahwa pasien dengan kelompok usia lebih tua lebih sering terkena pada L3-L4 dan dihubungkan dengan morbiditas dan kegagalan operasi yang lebih tinggi.5 Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia paling sering terkena HNP adalah kelompok usia >42 tahun, diikuti oleh kelompok usia 28-42 tahun, dan usia <28 tahun. Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa prevalensi tertinggi kejadian HNP terjadi pada kelompok usia 30-50 tahun.34 Selain itu, hasil penelitian lainnya menyebutkan bahwa HNP paling sering terjadi pada kelompok usia 40-60 tahun sebesar 59,6% diikuti oleh kelompok usia 20-39 tahun sebesar 40,4%.36 Hasil penelitian lainnya juga menyebutkan bahwa usia rata-rata terkena HNP adalah 50,4 ± 8,2 tahun.5. Universitas Sumatera Utara.

(52) 40. Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian dengan riwayat trauma lebih beresiko terkena HNP lumbalis sebesar 90%. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa riwayat trauma signifikan dijumpai pada 82,5% kasus HNP.5 Sebagian besar kasus trauma disebabkan oleh ekstrusi nukleus pulposus yang disebabkan oleh gangguan pada anulus fibrosus and ligamen logitudinal posterior.37 Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa subyek penelitian yang menderita HNP terbesar memiliki pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (32,4), diikuti Pegawai Negeri Sipil (28,4%), Pegawai Swasta (23%), Pensiunan (5,4%), Pelajar (2,7%) dan TNI/Polri (2,7%). Pada penelitian sebelumnya didapatkan penderita HNP paling banyak bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (38,8%), Ibu Rumah Tangga (25,4%), Pegawai Swasta (16,4%), Petani/Buruh (11,9%), Pensiunan (4,5%), dan Siswa (3%). Hal ini berkaitan dengan sikap duduk yang lama dan statis pada PNS.38 Hasil serupa juga disebutkan pada penelitian lainnya bahwa HNP dapat terjadi pada subjek penelitian > 34 tahun dengan pekerjaan ringan dan juga dapat terjadi pada pekerjaan yang membutuhkan beban yang berat. Hal yang serupa juga disebutkan pada penelitian sebelumnya pada subjek penelitian yang sering mengangkat beban, bahwa adanya hubungan antara kejadian HNP dengan mengangkat beban lebih dari 11,3 kg dengan rata-rata 25 kali/hari.39 Hal yang berbeda disebutkan pada penelitian sebelumnya bahwa pekerjaan yang terlalu berat atau frekuensi mengangkat barang yang melebihi batas toleransi dapat menyebabkan trauma pada lumbar sebesar 53%.40 Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas subyek penelitian memiliki berat badan yang berlebih (64,9%). Hal ini serupa dengan hasil penelitian sebelumnya yang mendapatkan hasil bahwa subyek penelitian mayoritas memiliki IMT golongan berat badan berlebih (38,8%), berat badan normal (29,9%), obesitas (28,4), bedan badan kurang (3%). Dengan adanya berat badan berlebih, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan tekanan pada daerah tersebut meningkat. Penelitian sebelumnya menyatakan adanya hubungan IMT yang berlebih dengan nyeri punggung bawah yang diakibatkan oleh herniasi nukleus pulposus.41. Universitas Sumatera Utara.

(53) 41. Pada proses penelitian ini tidak didapatkan lebih dari 40% data untuk variable merokok dan batuk menahun. Sehingga tidak dapat dijadikan variabel penelitian yang baik karena memenuhi kriteria eksklusi yaitu rekam medis yang tidak lengkap. Sementara menurut hasil penelitian sebelumnya didapatkan bahwa responden penderita nyeri punggung bawah berdasarkan kebiasaan merokok paling banyak tidak merokok yaitu 43 orang (64.2%). Hal ini dikarenakan responden banyak yang jenis kelamin perempuan. Jika dilihat dari jenis kelamin laki-laki saja banyak yang merokok.38 Hasil penelitian Feldman menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan nyeri punggung bawah. Merokok dapat menyebabkan berkurangnya densitas mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang.42. Universitas Sumatera Utara.

(54) 42. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.. Hernia nukleus pulposus pada penelitian ini banyak terjadi pada usia di atas 42 tahun (74,3%), lebih sering pada perempuan (62,2%), pekerjaan ibu rumah tangga (32,4%), IMT berat badan berlebih (38,6%), dan pasien dengan trauma lebih sedikit (13,5%).. 2.. Frekuensi HNP servikalis pada laki-laki sebanyak 3 orang (10,7%) dan perempuan sebanyak 3 orang (6,5%), HNP torakalis hanya pada perempuan sebanyak 3 orang (6,5%), dan HNP lumbalis pada laki-laki sebanyak 25 orang (89,3%) dan perempuan sebanyak 40 orang (87%).. 6.2. Saran Adapun saran yang dapat diberikan peneliti berhubungan dengan penelitian ini adalah : 1.. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian lebih spesifik mengenai hubungan antara faktor risiko dengan kejadian HNP melalui metode wawancara langsung dengan pasien untuk memperoleh hasil yang lebih baik.. 2.. Kepada RSUP H. Adam Malik agar meningkatkan kualitas rekam medisnya agar lebih lengkap dan lebih akurat sehingga dapat membantu pengumpulan data yang lebih akurat pula.. Universitas Sumatera Utara.

(55) 43. Universitas Sumatera Utara.

(56) 44. Universitas Sumatera Utara.

(57) 45. Universitas Sumatera Utara.

(58) 46. LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Nama. : An Nur Fithri S. Tempat/tanggal lahir. : Medan / 17 Oktober 1994. Agama. : Islam. Riwayat Pendidikan. : 1. TK Madinatussalam Tembung (1999-2000) 2. MIS Aisyiah Tembung (2000-2006) 3. SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan (2006-2009) 4. SMA Galih Agung Pondok Darul Arafah Raya. (2009-2013) 5. Fakultas Kedokteran USU (2013-sekarang) Riwayat Pelatihan. Riwayat Organisasi. : 1. Participant of Debate Competition “Be a Knowledgeable Public Speaker” FK USU 2014. :. 2.. Debat Bahasa Arab Kandungan Al-Qur’an MTQ USU 2014. 3.. Peserta Get Together 2014 “Fashion in Scientist” SCORE Pema FK USU. 4.. Peserta Seminar Nasional Sehat Reproduksi Kini dan Nanti USU 2014. 1.. Wakil ketua KIMK (Kajian Muslimah Intelektual Kesehatan) Periode 2014-2015. 2.. Panitia ICMS (Indonesian Congress of Moeslim Student) Medan 2014. Universitas Sumatera Utara.

(59) 47. Universitas Sumatera Utara.

(60) 48. Universitas Sumatera Utara.

(61) 49. JenisKelamin Cumulative Frequency Valid. Percent. Valid Percent. Percent. laki-laki. 28. 37.8. 37.8. 37.8. perempuan. 46. 62.2. 62.2. 100.0. Total. 74. 100.0. 100.0. Usia Frequency Valid. <28. Percent. Valid Percent. Cumulative Percent. 3. 4.1. 4.1. 4.1. 28-42. 16. 21.6. 21.6. 25.7. >42. 55. 74.3. 74.3. 100.0. Total. 74. 100.0. 100.0. Pekerjaan Cumulative Frequency Valid. Percent. Valid Percent. Percent. IRT. 24. 32.4. 32.4. 32.4. PNS. 21. 28.4. 28.4. 60.8. 17. 23.0. 23.0. 83.8. Pensiunan. 4. 5.4. 5.4. 89.2. Petani/Tukang. 4. 5.4. 5.4. 94.6. Pelajar. 2. 2.7. 2.7. 97.3. TNI/POLRI. 2. 2.7. 2.7. 100.0. 74. 100.0. 100.0. Pegawai Swasta. Total. Riwayat Trauma Frequency Valid. Percent. Valid Percent. Cumulative Percent. Ya. 10. 13.5. 13.5. 13.5. Tidak. 64. 86.5. 86.5. 100.0. Total. 74. 100.0. 100.0. Universitas Sumatera Utara.

(62) 50. Indeks Massa Tubuh Frequency Valid. <18,5. Percent. Valid Percent. Cumulative Percent. 2. 2.7. 2.7. 2.7. 18,5-24,9. 24. 32.4. 32.4. 35.1. 25-29,9. 36. 48.6. 48.6. 83.8. 30-34,9. 8. 10.8. 10.8. 94.6. 35-39,9. 3. 4.1. 4.1. 98.6. >40. 1. 1.4. 1.4. 100.0. Total. 74. 100.0. 100.0. Riwayat Merokok Frequency Valid. Ya. Percent. Valid Percent. Cumulative Percent. 8. 10.8. 10.8. 10.8. Tidak. 66. 89.2. 89.2. 100.0. Total. 74. 100.0. 100.0. Batuk Menahun Frequency Valid. Ya. Percent. Valid Percent. Cumulative Percent. 8. 10.8. 10.8. 10.8. Tidak. 66. 89.2. 89.2. 100.0. Total. 74. 100.0. 100.0. Universitas Sumatera Utara.

(63) 51. JenisKelamin * JenisHNP Crosstabulation JenisHNP. JenisKelamin laki-laki. Count % within JenisKelamin % within JenisHNP. Perempuan Count % within JenisKelamin % within JenisHNP Total. Count % within JenisKelamin % within JenisHNP. HNP. HNP. HNP. Lumbalis. Torakalis. Servikalis. Total. 25. 0. 3. 28. 89.3%. .0%. 10.7%. 100.0%. 38.5%. .0%. 50.0%. 37.8%. 40. 3. 3. 46. 87.0%. 6.5%. 6.5%. 100.0%. 61.5%. 100.0%. 50.0%. 62.2%. 65. 3. 6. 74. 87.8%. 4.1%. 8.1%. 100.0%. 100.0%. 100.0%. 100.0%. 100.0%. Universitas Sumatera Utara.

(64) 52. umurkelompok * JenisHNP Crosstabulation JenisHNP HNP Lumbalis Umu. <28 thn. Count % within umurkelompok % within JenisHNP. 28-42 tahun. Count % within umurkelompok % within JenisHNP. >42 tahun Count % within umurkelompok % within JenisHNP Total. Count % within umurkelompok % within JenisHNP. HNP Torakalis. HNP Servikalis. Total. 2. 0. 1. 3. 66.7%. .0%. 33.3%. 100.0%. 3.1%. .0%. 16.7%. 4.1%. 15. 0. 1. 16. 93.8%. .0%. 6.2%. 100.0%. 23.1%. .0%. 16.7%. 21.6%. 48. 3. 4. 55. 87.3%. 5.5%. 7.3%. 100.0%. 73.8%. 100.0%. 66.7%. 74.3%. 65. 3. 6. 74. 87.8%. 4.1%. 8.1%. 100.0%. 100.0%. 100.0%. 100.0%. 100.0%. Universitas Sumatera Utara.

(65) 53 Pekerjaan * JenisHNP Crosstabulation JenisHNP HNP Lumbalis Pekerjaan. IRT. PNS. Pegawai Swasta. Pensiunan. Count. Pelajar. TNI/POLRI. Total. Total. 21. 2. 1. 24. % within Pekerjaan. 87.5%. 8.3%. 4.2%. 100.0%. % within JenisHNP. 32.3%. 66.7%. 16.7%. 32.4%. 17. 1. 3. 21. % within Pekerjaan. 81.0%. 4.8%. 14.3%. 100.0%. % within JenisHNP. 26.2%. 33.3%. 50.0%. 28.4%. 15. 0. 2. 17. % within Pekerjaan. 88.2%. .0%. 11.8%. 100.0%. % within JenisHNP. 23.1%. .0%. 33.3%. 23.0%. 4. 0. 0. 4. % within Pekerjaan. 100.0%. .0%. .0%. 100.0%. % within JenisHNP. 6.2%. .0%. .0%. 5.4%. 4. 0. 0. 4. % within Pekerjaan. 100.0%. .0%. .0%. 100.0%. % within JenisHNP. 6.2%. .0%. .0%. 5.4%. 2. 0. 0. 2. % within Pekerjaan. 100.0%. .0%. .0%. 100.0%. % within JenisHNP. 3.1%. .0%. .0%. 2.7%. 2. 0. 0. 2. % within Pekerjaan. 100.0%. .0%. .0%. 100.0%. % within JenisHNP. 3.1%. .0%. .0%. 2.7%. 65. 3. 6. 74. % within Pekerjaan. 87.8%. 4.1%. 8.1%. 100.0%. % within JenisHNP. 100.0%. 100.0%. 100.0%. 100.0%. Count. Count. Count. Petani/Tukan Count g. HNP Torakalis HNP Servikalis. Count. Count. Count. Universitas Sumatera Utara.

(66) 54. IMTKelompok * JenisHNP Crosstabulation JenisHNP HNP HNP Lumbalis HNP Torakalis IMTKelompok 1. Count. 0. 0. 2. 100.0%. .0%. .0%. 100.0%. 3.1%. .0%. .0%. 2.7%. 22. 1. 1. 24. % within IMTKelompok. 91.7%. 4.2%. 4.2%. 100.0%. % within JenisHNP. 33.8%. 33.3%. 16.7%. 32.4%. 30. 2. 4. 36. % within IMTKelompok. 83.3%. 5.6%. 11.1%. 100.0%. % within JenisHNP. 46.2%. 66.7%. 66.7%. 48.6%. 7. 0. 1. 8. % within IMTKelompok. 87.5%. .0%. 12.5%. 100.0%. % within JenisHNP. 10.8%. .0%. 16.7%. 10.8%. 3. 0. 0. 3. 100.0%. .0%. .0%. 100.0%. 4.6%. .0%. .0%. 4.1%. 1. 0. 0. 1. 100.0%. .0%. .0%. 100.0%. 1.5%. .0%. .0%. 1.4%. 65. 3. 6. 74. 87.8%. 4.1%. 8.1%. 100.0%. 100.0%. 100.0%. 100.0%. 100.0%. % within JenisHNP. 3. 4. 5. Count. Count. Count. Count % within IMTKelompok % within JenisHNP. 6. Count % within IMTKelompok % within JenisHNP. Total. Total. 2. % within IMTKelompok. 2. Servikalis. Count % within IMTKelompok % within JenisHNP. Universitas Sumatera Utara.

(67) 55. Trauma * JenisHNP Crosstabulation JenisHNP HNP Lumbalis HNP Torakalis HNP Servikalis Trauma. Ya. Count. 9. 0. 1. 10. 90.0%. .0%. 10.0%. 100.0%. 13.8%. .0%. 16.7%. 13.5%. 56. 3. 5. 64. % within Trauma. 87.5%. 4.7%. 7.8%. 100.0%. % within JenisHNP. 86.2%. 100.0%. 83.3%. 86.5%. 65. 3. 6. 74. 87.8%. 4.1%. 8.1%. 100.0%. 100.0%. 100.0%. 100.0%. 100.0%. % within Trauma. % within JenisHNP Tidak. Total. Total. Count. Count % within Trauma % within JenisHNP. Merokok * JenisHNP Crosstabulation JenisHNP HNP Lumbalis HNP Torakalis HNP Servikalis Merokok. Ya. Count % within Merokok % within JenisHNP. Tidak. Count % within Merokok % within JenisHNP. Total. Count % within Merokok % within JenisHNP. Total. 8. 0. 0. 8. 100.0%. .0%. .0%. 100.0%. 12.3%. .0%. .0%. 10.8%. 57. 3. 6. 66. 86.4%. 4.5%. 9.1%. 100.0%. 87.7%. 100.0%. 100.0%. 89.2%. 65. 3. 6. 74. 87.8%. 4.1%. 8.1%. 100.0%. 100.0%. 100.0%. 100.0%. 100.0%. Universitas Sumatera Utara.

Gambar

Gambar 2.1 Rangka dilihat dari posterior, memperlihatkan kolumna vertebralis  (Sumber: Keck Medicine of USC, 2013)
Gambar 2.2 A: Kolumna vertebralis tampak lateral. B: Ciri-ciri umum berbagai  vertebra
Gambar 2.3. A: Sendi-sendi di regio servikalis, torakalis, dan lumbalis kolumna  vertebralis
Gambar 2.4 Persarafan sendi-sendi vertebra. Pada tingkat vertebra tertentu, sendi  menerima serabut saraf dari dua nervus spinalis  yang berdekatan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial selama kehamilan dengan berat lahir bayi, ada hubungan antara umur ibu dan paritas dengan berat

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 dan Dokumen Pengadaan, apabila ada hal-hal yang dianggap kurang memuaskan atau ada kejanggalan dalam proses pemilihan

Berilah tanda silang pada huruf A, B, C, atau D di depan jawaban yang paling

Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai mana dimaksud dalam huruf a dan b di atas maka perlu ditetapkan Keputusan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Situbondo

Maserasi merupakan suatu proses penarikan suatu zat yang dilakukan dengan cara penyarian simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat

[r]

Tabel 4.18 Deskripsi Proses Mengakses menu Home 141 Tabel 4.19 Deskripsi Proses Mengakses Product Profile 141 Tabel 4.20 Deskripsi Proses Mengisi Form Follow Up 142 Tabel 4.21

Posisi manajemen laba sebagai suatu tindakan yang melanggar etika terhadap pelaporan kinerja manajer berkebalikan dengan pelaporan kegiatan CSR yang menunjukkan