• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI PEMAHAMAN KONSEP GEOGRAFI TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU KERUANGAN PESERTA DIDIK DI SMA KOTA CIREBON.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI PEMAHAMAN KONSEP GEOGRAFI TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU KERUANGAN PESERTA DIDIK DI SMA KOTA CIREBON."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 13

C. Variabel Penelitian ... 14

D. Definisi Operasional ... 15

E. Tujuan Penelitian ... 16

F. Manfaat Penelitian ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan dan Pembelajaran Geografi ... 17

B. Teori-teori Belajar ... 28

C. Pemahaman Konsep Geografi ... 34

D. Sikap dan Perilaku ... 37

E. Sikap dan Perilaku Keruangan ... 40

F. Penelusuran Penelitian ... 45

G. Asumsi ... 52

H. Hipotesis Penelitian ... 53

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 57

B. Lokasi Penelitian ... 57

(2)

D. Variabel Penelitian ... 65

E. Teknik Pengumpulan Data ... 65

F. Validitas dan Reliabilitas ... 68

G. Teknik Analisis Data ...78

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah Sampel ... 80

B. Uji Normalitas Data ...83

C. Pemahaman Konsep Geografi ...89

D. Tingkat Sikap Keruangan ...101

E. Tingkat Perilaku Keruangan ...103

F. Kontribusi Pemahaman Konsep Geografi Terhadap Sikap Keruangan...106

G. Kontribusi Pemahaman Konsep Geografi Terhadap Perilaku Keruangan..109

H. Kontribusi Sikap Keruangan Terhadap Perilaku Keruangan ...112

I. Pembahasan ...115

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 122

B. Rekomendasi ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 124

LAMPIRAN A ... 128

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel hal

2.1. Dimensi Proses Kognitif ... 34

2.2. Rancangan Pengujian Hipotesis ... 55

3.1. Jumlah Populasi Penelitian ... 61

3.2. Jumlah Sampel ... 63

3.3. Model Spesifikasi Sikap Keruangan ... 66

3.4. Kisi-kisi Instrument Penelitian ... 67

3.5. Interpretasi Daya Pembeda ... 70

3.6. Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 71

3.7. Validasi Instrumen Pemahaman Konsep Geografi ... 73

3.8. Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Intrumen Pemahaman Konsep Geografi ... 75

3.9. Validasi Instrumen Sikap Keruangan ... 76

3.10. Validasi Intrumen Perilaku Keruangan ... 77

4.1. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Variabel X1 ... 84

4.2. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Variabel Y1 ... 86

4.3. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Variabel Y2 ... 88

4.4. Tabel Tingkat Pemahaman Konsep Peserta Didik Per Sekolah ... 92

4.5. Korelasi Variabel X1 dengan Y1 ... 106

4.6. Korelasi Variabel X1 dengan Y2 ... 110

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar hal

1.1. Bagan Hubungan Pemahaman Konsep Geografi dengan

Sikap dan Perilaku Keruangan... 14

2.1. Faktor Terbentuknya Sifat ... 40

2.2. Proses Terbentuknya Keputusan ... 43

3.1. Peta Persebaran SMA di Kota Cirebon ... 59

3.2. Peta Persebaran SMA Sampel di Kota Cirebon... 64

3.3. Hubungan Antar Variabel ... 65

4.1. Histogram Pemahaman Konsep Geografi (X1) ... 80

4.2. Histogram Sikap Keruangan... 85

4.3. Histogram Perilaku Keruangan ... 89

4.4. Grafik dan Tabel Tingkat Pemahaman Konsep Geografi... 90

4.5. Grafik Tingkat Pemahaman Konsep Geografi Peserta Didik Per Sekolah ... 93

4.6. Grafik Persentase Tingkat Pemahaman Konsep Indikator Translasi ... 97

4.7. Grafik Persentase Tingkat Pemahaman Konsep Indikator Interpretasi ... 98

4.8. Grafik Persentase Tingkat Pemahaman Konsep Indikator Ekstrapolasi ... 100

(5)

4.9. Grafik Tingkat dan Tabel Perilaku Keruangan Peserta Didik

(6)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan ciptaan Tuhan, secara hakiki manusia menjalani proses yang alami, mulai dari kelahiran, balita, remaja, dewasa, tua dan mati. Manusia tidak seperti makhluk lain yang ada dibumi, manusia dianugrahi kelebihan luar biasa yang tidak dimiliki makhluk lain. Akal budi merupakan anugerah yang sempurna dan hanya dimiliki manusia. Intuisi yang dimiliki hewan pun dimiliki oleh manusia, tentunya dengan kadar yang berbeda. Dari akal budi, intuisi dan nurani inilah manusia memunculkan suatu fenomena yang akan dapat merubah dunia yaitu budaya. Budaya inilah yang menghasilkan perubahan demi perubahan yang dilakukan manusia di muka bumi. Sumaatmadja (2005:16) mengatakan,

Melalui pendekatan sejarah dari waktu ke waktu, kita juga dapat mengungkapkan dinamika manusia dalam kelompoknya. Manusia beranjak dari masyarakat ekonomi meramu sederhana (simple food gathering economics) ke masyarakat ekonomi cocok tanam dan pengembalaan (simple agriculture and pastoralism economics) kemudian beranjak ke masyarakat perekonomian maju (advance agriculture economic), selanjutnya ke masyarakat industry (industrial economics), sampai dewasa ini mencapai masyarakat informasi (information societies) yang dicirikan oleh semakin canggihnya teknologi komunikasi. Tahap-tahap dinamika itu oleh Alvin Toffler (1980) dilukiskan sebagai perubahan-perubahan gelombang.

(7)

2

unik yang berbeda satu sama lain, oleh karena itu manusia dapat disebut makhluk individu. Manusia pun mampu berinteraksi dengan alam dan dengan manusia lainnya, sehingga manusia tidak dapat lepas sebagai makhluk sosial.

Manusia merupakan makhluk termuda di jagad raya. Manusia baru muncul di permukaan bumi pada dua juta tahun yang lalu. Sumaatmadja (2005:15) mengatakan “ dapat dikatakan usia manusia itu relatif sangat muda, kendati demikian telah membawa perubahan ruang muka bumi sangat berbeda dari kurun-kurun waktu sebelumnya”. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa manusia memiliki kedudukan yang khusus di muka bumi ini, manusia tidak hanya berinteraksi sesama manusia namun dengan alam dan makhluk hidup lain.

Perkembangan kehidupan manusia saat ini tidak lepas dari proses pendidikan yang telah dilalui. Pendidikan dapat memiliki arti yang sangat luas Syaripudin (2006:26) mengatakan “ Dalam arti luas, pendidikan adalah hidup. Artinya pendidikan adalah segala pengalaman (belajar) di berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi

perkembangan individu”. Jika merujuk pada pengertian ini, manusia akan

terus mengalami pendidikan sepanjang hidupnya dan pendidikan sudah ada dalam kehidupan manusia bahkan sebelum sekolah ada. Karena berdasarkan pengertian pendidikan yang sempit Syaripudin (2006:27) mengatakan

“...pendidikan dalam prakteknya identik dengan penyekolahan (schooling),

(8)

3

Pendidikan memiliki tujuan dan fungsi bagi kehidupan manusia,

Hartoto (2009:1) menyatakan “ Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang

nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan”. Tujuan pendidikan Indonesia menurut pasal 3 UU No.20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Fungsi Pendidikan Pasal 3 UU No. 20/2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rumusan pasal 3 UU No. 20/2003 ini terkandung empat fungsi yang harus diaktualisasikan olen pendidikan, yaitu: (1) fungsi mengembangkan kemampuan peserta didik, (2) fungsi membentuk watak bangsa yang bermartabat, (3) fungsi mengembangkan peradaban bangsa yang bermartabat, dan (4) fungsi mencerdaskan kehidupan bangsa.

(9)

4

tempat manusia hidup selain berupa lingkungan alam juga berupa lingkungan sosiobudayanya. Sehubungan dengan itu, maka konsep manusia harus dipahami sebagai makhluk yang bersifat biososiobudaya”. Melalui budayanya manusia memodifikasi ruang, sehingga membaik dan memburuknya kualitas lingkungan merupakan pilihan manusia. Terkadang manusia memodifkasi suatu ruang dengan mangabaikan fungsi alamiahnya, sehingga kualitas fungsi alami lingkungan itu menurun. Seperti manusia merubah hutan dengan fungsi hidrologisnya menjadi lahan pertanian dengan alasan desakan ekonomi.

Bencana yang berkaitan dengan perubahan ruang yang dilakukan oleh manusia tidak lepas dari penataan ruang oleh manusia sendiri. Manusia harus mampu menata ruang dengan baik tanpa merusak fungsinya. Jika manusia merubah fungsi hidrologis hutan maka yang akan terjadi adalah bencana banjir, banjir bandang dan longsor. Banjir merupakan akibat dari hilangnya fungsi hidrologis hutan. Hutan yang seharusnya menahan laju limpasan air karena hilang fungsinya maka meloloskan air begitu saja ke sungai dan menyebabkan banjir. Hilangnya fungsi hutan, seringkali berdampak pada bencana tanah longsor. Terkadang warga mendirikan pemukiman di bawah lereng bukit atau gunung yang gundul, hal tersebut menjadi berbahaya dan menimbulkan tanah longsor. Manusia harus lebih hati-hati dan memiliki dan mematuhi perencanaan tata ruang yang matang, sehingga akan mengurangi resiko-resiko bencana dari perubahan ruang yang dilakukan.

(10)

5

tergantung kepada negara atau ahli geografi yang bersangkutan untuk menanamkan suatu tempat atau lokasi yang terdapat dipermukaan bumi dan mempunyai kenampakan-kenampakan khusus. Menurut istilah geografi umum bahwa yang dimaksud ruang adalah seluruh permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfera tempat hidup tumbuhan, hewan dan manusia. Ruang menurut istilah Geografi Regional bahwa suatu wilayah yang mempunyai batasan Geografi, yaitu batas menurut keadaan fisik, sosial, atau pemerintahan yang terjadi dari sebagian permukaan bumi dan lapisan tanah bawahnya, serta lapisan udara di atasnya. Artinya, penggunaan lahan dapat pula diartikan sebagai penggunaan ruang. Maryani (2009:10) menyatakan:

Geografi melihat hubungan masyarakat dengan lingkungan alamnya. Geografi pun melihat bagaimana masyarakat membentuk lingkungan alam, lingkungan alam membentuk kehidupan bermasyarakat, proses sosial tersebut menghasilkan pembangunan ekonomi. Secara aplikasi, peran Geografi sebagai suatu ilmu mengalami perkembangan seiring dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi ilmu sesuai pada jamannya.

Pernyataan di atas mempertegas bahwa geografi tidak dapat dipisahkan dari ruang, interaksi manusia dengan ruang dan cara manusia memodifikasi ruang. Selanjutnya Maryani (2007:1101-1012) mengatakan mengenai perkembangan filsafat ilmu geografi:

(11)

6

contruction of the individual and boundaries of the self (i. e the issue of identity); 7. reassertion of natural and environment issues.

Dunia terus berkembang sehingga geografi semakin memiliki kedudukan yang sangat penting bagi kehidupan manusia ini. Banyak isu yang perlu mendapat penjelasan dari ilmu geografi, seperti Pencemaran dan kerusakan lingkungan, pola keruangan kota yang tidak seimbang, proses terjadinya bencana dan mitigasinya, serta isu-isu sosial lain yang perlu dikaji melalui pendekatan geografi. Sehingga mutlak bagi Indonesia bahkan dunia memasukan pendidikan geografi di persekolahan.

Menurut Sumaatmadja (1996:14) dalam bukunya yang berjudul

metodologi pengajaran geografi menyatakan “ Manusia sebagai manusia,

(12)

7

sekitarnya. Lebih jauh lagi pengajaran geografi mempunyai nilai eksistensi yang meliputi nilai-nilai teoritis, praktis, filosofis, dan ketuhanan.

Fielding (1977:5) mengatakan “ Geography is a social science ” lalu

Fielding melanjutkan “ Traditionally, both physical and human processes

were studied. This text emphasized human processes; physical elements will

only be considered in terms o man perception and use of theses element ”. Karena itu, geografi sebagai bagian dari ilmu sosial dan IPS, bertujuan untuk melatih peserta didik agar berfikir sistematis, kritis, bersikap dan bertindak, sehingga mampu beradaptasi dengan kehidupan di masyarakat, serta mampu memecahkan masalah-masalah yang ada di sekitarnya.

Sebagai suatu ilmu yang mandiri, geografi pun terikat pada pencapaian tujuan yang disebut kompetensi geografi. Geography for life (1994:23) menjelaskan bahwa “ Geography is an integrative discipline that enables students to apply geography skills and knowledge to life situation at

home, at work and in the community” Dijelaskan pula ada empat alasan

mengapa orang perlu mempelajari geografi;

The Existential Reason, human want to understand the intristic nature of their home. Geography enables them to understand where they are, literally and figuratively.

The Ethical Reason, earth is the only home thats humans know or are likely to know. Life is fragile; humans are fragile. Geography provides knowledge of the earth’s physical and human system and of the interdepedency of living things and physical environment. The Intellectual Reason, geography captures the imagination. It

stimulates curiously about the world and the world diverse inhabitants and place, as well as local, regional and global issues. The Practical Reason, with s strong grasp of geography, people

(13)

8

Empat alasan inilah yang membuat geografi sangat penting untuk dipelajari manusia. Untuk itu cara yang paling strategis untuk semua orang mempelajari geografi dengan memasukan geografi kedalam kurikulum pendidikan formal.

Kedudukan pendidikan geografi sangat strategis di persekolahan, dalam kurikulum pendidikan formal SD, SMP, dan SMA semua pembelajaran Geografi tidak lepas dari objek tersebut. Pada tingkat SD pendidikan geografi masuk ke dalam ranah IPS, pada tingkat ini pembelajaran geografi masih dalam sebatas pengenalan mengenai fenomena-fenomena geosfer dan sedikit bagaimana memanfaatkan ruang. Pada tingkat SMP pembelajaran Geografi dalam IPS sudah mulai membahas lebih mendalam mengenai fenomena geosfer. Sedangkan tingkat SMA sudah dibahas secara merinci bagaimana cara manusia mengenal ruang, memanfaatkan dan mengelolanya. Menurut Sumaatmadja (1996:63)

Tujuan pembelajaran Geografi selaras dengan tujuan pembelajaran lingkungan hidup yaitu mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memahami dan menghargai hubungan timbal arah antara manusia dengan alam lingkungannya, yang selanjutnya dapat membina kemampuan menghadapi dan mencari alternatif pemecahan masalah lingkungan yang terjadi dalam kehidupan

Pada kurikulum SMA tahun 2004, dijelaskan bahwa fungsi pelajaran geografi adalah sebagai berikut :

(14)

9

2. Mengembangkan keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menrapkan pengtahuan geografi

3. Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya serta toleransi terhadap keragaman budaya masyarakat.

Maryani (2007:1107) mempertegas tujuan pendidikan geografi yang seharusnya menjadi tujuan dalam proses pembelajaran di persekolahan. Melalui pembelajaran geografi disekolah, peserta didik diharapkan tertanam nilai-nilai geografinya sehingga, memiliki perilaku keruangan yang berbasis ekologi.

Tujuannya tiga aspek yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam aspek pengetahuan yang akan dikembangkan sangat relevan dengan tugas keilmuan yaitu memahami dan mengembangkan konsep dasar geografi yang berkaitan dengan ruang dan prosesnya, sumberdaya alam peluang dan keterbatasannya, lingkungan sekitar dan wilayah negara/dunia. Keterampilan yang harus dikembangkan adalah keterampilan seorang ilmuan yang mengamati, mengumulkan, mencatat, menganalisis, sintesis, dan kecenderungan serta hasil interaksi geografi. Sikap yang ingin dikembangkan sangat sesuai dengan tujuan pendidikan pada umumnya yaitu menumbuhkan kesadaran akan fenomena geografis, mengembangkan sikap tanggungjawab terhadap kualitas lingkungan, mengembangkan kepekaan terhadap masalah, sikap toleransi terhadap perbedaan sosial budaya dan mewujudkan rasa cinta terhadap tanah air dan persatuan bangsa.

(15)

10

wawasan keruangan ini, manusia sebagai penghuni bumi dapat memperhitungkan daya dukung ruang muka bumi terhadap segala macam perkembangan sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan melainkan juga termasuk aspek social, politik, hukum, ekonomi, dan budaya.

Wawasan keruangan mampu membuat peserta didik bijaksana dalam memanfaatkan lingkungan, sehingga terjadi kelangsungan lingkungan yang berkelanjutan. Metode yang sangat baik untuk memperluas pengetahuan dan wawasan keruangan dalam pemanfaatan ruang adalah metode pembelajaran afektif keruangan, sehingga peserta didik di arahkan untuk memiliki sikap yang baik dalam memanfaatkan ruang.

Pendidikan geografi yang begitu penting ini memiliki banyak kendala dalam praktek di persekolahan. Kadangkala pembelajaran geografi dianggap tidak menarik oleh sebagian peserta didik. Menurut Maryani (2007:1105) ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak menariknya pembelajaran geografi : 1. Pelajaran geografi seringkali terjebak pada aspek kognitif tingkat rendah yaitu menghafal nama-nama tempat, sungai, dan gunung, atau sejumlah fakta lainnya.

2. Ilmu geografi seringkali dikaitkan ilmu yang hanya pembuatan peta;

3. Geografi hanya menggambarkan tentang perjalanan-perjalanan manusia dipermukaan bumi.

4. Proses pembelajaran geografi cenderung bersifat verbal, kurang melibatkan fakta-fakta aktual, tidak menggunakan media konkrit dan teknologi mutakhir.

5. Kurang aplikabel dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang saat ini.

(16)

11

pembelajaran geografi itu membosankan atau tidak diminati peserta didik, pembelajaran geografi yang terjebak pada aspek kognitif tingkat rendah membuat pembelajaran monoton. Jika aktualitas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan ruang/lingkungan diangkat dan dijadikan pendekatan pembelajaran geografi tentu akan lebih menarik.

Perubahan ruang perlahan terjadi di Kota Cirebon, kondisi lingkungan fisik, ekonomi dan sosial-budaya mengalami perubahan yang konstan terjadi. Kemajuan di bidang perdagangan dan jasa menjadi pemicu terjadinya perbedaan kondisi sosial dan budaya yang berdampak pada kehidupan peserta didik di Kota Cirebon. Hal tersebut perlu disadari betul oleh pendidikan geografi di persekolahan sebagai tujuan pembelajaran yang berbasis sikap dan perilaku, sehingga peserta didik mampu secara bijak berperilaku atau dalam pengambilan keputusan terhadap perubahan ruang di Kota Cirebon. Sehingga orientasi pembelajaran geografi untuk meningkatkan aspek kognitif saja harus dirubah.

(17)

12

mengkondisikan dirinya ketika berinteraksi dengan alam, sehingga sebagai manusia mampu memanfaatkan kondisi sekitar untuk kemajuan dirinya.

Kota Cirebon merupakan kota yang cukup besar, kondisi lalu lintas di Kota Cirebon saat ini mengalami peningkatan keramaian, sehingga tidak jarang mengalami kemacetan, padalah lima tahun terakhir kemacetan sangat jarang terjadi. Kemacetan juga akan mempengaruhi perilaku masyarakat Kota Cirebon khususnya perilaku peserta didik SMA ketika bepergian. Ketepatan waktu, pemilihan lokasi jalan dan efektifitas berkendara menjadi perilaku yang harus diadaptasi oleh peserta didik ketika berpergian, dengan pembelajaran geografi yang berlandaskan kontruktivistik akan membentuk sikap dan perilaku peserta didik dalam mengambil keputusan-keputusan ketika berpergian.

Pendidikan geografi dapat menjadi senjata untuk menuntaskan masalah-masalah lingkungan yang dialami dunia dan Indonesia pada khususnya. Pendidikan pada dasarnya diperlukan untuk merubah perilaku. Pengetahuan akan yang diperlukan untuk meningkatkan wawasan atau perilaku keruangan manusia. Perilaku keruangan ini didasari oleh aspek kognitif individu berupa pengetahuan, dari pengetahuan inilah akan menghasilkan suatu sikap, menurut beberapa ahli sikap akan mempengaruhi perilaku individu namun di sisi lain ada pula yang menganggap tidak selamanya perilaku didasari oleh sikap.

(18)

13

pelajaran yang masuk kedalam ujian nasional. Orientasi pembelajaran geografi di Kota Cirebon terfokus untuk meluluskan peserta didik dalam ujian nasional. Sehingga pembentukan sikap dan perilaku keruangan terabaikan.

Pembentukan sikap dan perilaku keruangan ini seharusnya menjadi tanggung jawab pendidikan geografi. Berdasarkan tujuan itulah guru geografi sebagai ujung tombak pendidikan geografi di persekolahan seharusnya memiliki peran penting dalam meningkatkan sikap dan perilaku keruangan siswa. Abdurachman (1988:76) mengatakan bahwa pengetahuan dan persepsi lingkungan berpengaruh terhadap perilaku keruangan individu. Selanjutnya tindakan keruangan manusia tidaklah bersifat mendadak, tetapi berlangsung lama sebagai pernyataan dari proses atau sistem. Proses dan sistem ini merupakan perwujudan dari tujuan pendidikan geografi.

B. Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian

(19)

14

Kemampuan spasial kognitif akan mempengaruhi sikap dan perilaku keruangan peserta didik. Aspek kognitif yang akan diukur dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep geografi peserta didik. Maka dari identifikasi masalah tersebut timbul pertanyaan penelitian:

1. Seberapa besar kontribusi pemahaman konsep geografi terhadap sikap keruangan peserta didik SMA di Kota Cirebon?

2. Seberapa besar kontribusi pemahaman konsep geografi terhadap perilaku keruangan peserta didik SMA di Kota Cirebon?

3. Seberapa besar kontribusi sikap keruangan terhadap perilaku keruangan peserta didi SMA di Kota Cirebon?

C. Variabel Penelitian

(20)

15

Gambar 1.1. Bagan Hubungan Pemahaman Konsep Geografi dengan Sikap dan Perilaku Keruangan

D. Definisi Operasional

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu pemahaman konsep geografi sebagai variabel laten, dan sikap dan perilaku keruangan sebagai variabel manifest. Berikut ini definisi operasional dari ketiga varibael yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Pemahaman konsep geografi adalah kemampuan peserta dalam domain kognitif yang berkaitan dengan pengertian, interpretasi dan aplikasi dalam lingkup konsep lokasi, jarak dan interaksi dengan lingkungan.

2. Sikap keruangan adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afektif), pemikiran (kognisi), dan predisposisi (konatif) tindakan seseorang terhadap aspek lokasi, jarak dan interaksi dengan lingkungan.

(21)

16

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yang menggunakan pendekatan kontribusi, yaitu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut;

1. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kontribusi pemahaman konsep geografi terhadap sikap keruangan peserta didik SMA Negeri di Kota Cirebon.

2. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kontribusi pemahaman konsep geografi perilaku keruangan peserta didik SMA Negeri di Kota Cirebon.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian haruslah bermanfaat bagi diri sendiri ataupun bermanfaaat bagi orang lain, penelitian ini pun diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Penelitian ini menjadi rujukan bagi penelitian-penelitian yang berkaitan dengan sikap dan perilaku keruangan manusia, karena masih belum banyak penelitian yang berkaitan dengan hal ini. 2. Sebagai referensi dalam melakukan prooses pembelajaran geografi

dengan tujuan pembelajaran yang selain mencapai aspek kognitif dapat pula mencapai aspek sikap dan perilaku keruangan.

(22)

57

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian survei dengan menggunakan analisis korelasi bivariat. Korelasi yang digunakan terdiri dari dua jenis, yang pertama adalah statistik non parametrik dan statistik parametrik. Metode survei dilakukan untuk pengujian konstruk yang sudah ada sebelumnnya. Menurut Singarimbun (1992:1) Peneletian survei adalah “ penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner dan tes sebagai alat pengumpul data yang pokok.” Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif kontribusi, menurut Musianto (2002:125) “ Pendekatan

kuantitatif ialah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis,

turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya

mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data

numerik”. Maka penelitian ini akan menggunakan analisis statistik yang relevan sebagai alat analisis penelitian ini.

B. Lokasi Penelitian

(23)

58

terletak di daerah perumahan yang cukup padat penduduk di pinggiran Kota Cirebon. SMA Negeri 8 berada di sekitar area pemakaman yang cukup luas dan disekitarnya merupakan area pabrik. Sekolah yang letaknya relatif paling jauh dari pusat kota adalah SMA Negeri 9, sebenarnya daerah ini dalam tahap pembangunan dan pengembangan Perguruan Tinggi. SMA swata pun memiliki persebaran yang cukup merata, sekolah swasta memiliki karakteristik siswa yang lebih homogen bila dibandingkan dengan SMA Negeri.

Sekolah-sekolah di Kota Cirebon pun mengalami perkembangan seperti di daerah lain. SMA Negeri 1 dan 2 saat ini sudah mendeklarasikan diri menjadi Sekolah Berstandar Internasional, sehingga peta sekolah favorit di Kota Cirebon cukup bergeser bagi calon peserta didik yang mendaftar di jalur reguler. SMA Swasta dan SMA Negeri tersebar di seluruh Kota Cirebon, beberapa sekolah dibangun mendekati pusat kota sehingga sekolah tersebut berdampingan dengan fasilitas umum seperti mall dan pusat kegiatan ekonomi lainnnya. Beberapa SMA ada yang berdiri memang di pusat pendidikan sehingga berdampingan dengan beberapa perguruan tinggi dan sekolah menengah kejuruan.

(24)

59

(25)

60

Kota Cirebon merupakan kota pembangunan utama di kawasan timur Jawa Barat. Pembangunan relatif stabil namun dalam lima tahun terakhir pertumbuhan ekonomi bisnis cukup cepat. Hal tersebut berimbas pada mobilisasi penduduk yang lebih berkembang, sehingga terlihat pertumbuhan kendaraan di pusat kota meningkat dan mengakibatkan kemacetan.

Peserta didik SMA di Kota Cirebon mampu melakukan mobilisasi sendiri baik dengan kendaraan bermotor ataupun dengan angkutan umum. Dengan demikian peserta didik perlu memilki kemampuan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan ruang. Peserta didik perlu memperikan jarak tempuh dan waktu perjalanan yang baik agar tepat waktu dalam berkegiatan. C. Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (1998 : 115) “ Populasi adalah keseluruhan subjek

(26)

61

Piaget, perserta didik di bangku SMA berada pada periode operasional formal, dimana peserta didik telah memiliki kemampuan mengoperasionalkan kaidah-kaidah formal sehingga khususnya dalam perilaku keruangan, mereka telah menggunakan pertimbangan pemahamannya terhadap materi keruangan yang telah diberikannya dalam pembelajaran geografi”.

Tabel 3.1. Jumlah Populasi Penelitian

Rank Nama Sekolah Jumlah Peserta

didik IPS Kelas XI

16 SMA Syarief Hidayatullah 23

17 SMA Taman Siswa 28

23 SMA Syarief Hidayatullah 23

24 SMA Sekar Kemuning -

Total

SMA Negeri 1250

SMA Swasta 562

(27)

62

Hasil dari pra penelitian menunjukan populasi penelitian yaitu siswa XI IPS di seluruh SMA Kota Cirebon sebanyak 1812 siswa. Metode pengambilan sampel penelitian ini adalah Proportional random sampling, dengan mengambil secara acak SMA yang dijadikan sampel, lalu membuat proporsi masing-masing jumlah sampel di SMA sesuai dengan siswa IPS kelas XI yang ada di SMA tersebut. Pengambilan sampel ini berdasarkan rumus yang diambil dari Taro Yamane (dalam Bungin, 2010:105)

= �

�( )2+ 1

n : Ukuran sampel N: Ukuran Populasi

d : Nilai presisi (dalam penelitian ini nilai d = 0,08 dengan tingkat kepercayaan 92%

Setelah melakukan perhitungan dengan rumus di atas, maka dari seluruh populasi penelitian yang berjumlah 1812 peserta didik jumlah sampel yang diajukan sebanyak 144 peserta didik kelas XI IPS SMA di Kota Cirebon. Setelah itu ditentukan sekolah mana yang akan dipilih sebagai sampel penelitian dengan random yang diurutkan berdasarkan rangking sekolah yang ada di Kota Cirebon. Sampel untuk sekolah swasta dan negeri dihitung secara proporsional, didapatkan jumlah sampel untuk SMA Negeri sebanyak 100 peserta didik dan SMA Swasta sebanyak 44 peserta didik.

(28)

63

diambil berdasarkan ranking yang selama ini menjadi patokan penerimaan peserta didik setiap kali tahun ajaran baru dimulai.

Setelah melakukan pemilihan secara acak maka ditetapkan tiga sekolah yang dijadikan sampel penelitian yaitu SMA Negeri 6, SMA Negeri 7, dan SMA Negeri 8. Jumlah peserta didik yang dijadikan sampel akan diproporsionalkan berdasarkan jumlah peserta didik kelas XI IPS disekolah masing-masing, jumlah peserta didik yang dijadikan sampel persekolah dapat dilihat pada tabel berikut ini;

Tabel 3.2. Jumlah Sampel

Rank Nama Sekolah Jumlah Peserta didik

IPS Kelas XI

(29)
(30)

65

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu variabel laten pemahaman konsep geografi (X) dan variabel manifest sikap keruangan (Y1) dan perilaku keruangan (Y2). Berikut ini penjabaran mengenai variabel yang ada dalam penelitian ini:

Variabel X adalah Pemahaman Konsep Geografi, dalam penelitian ini pemahaman konsep geografi terdiri dari tiga indikator yaitu translasi. Interpretasi dan ekstrapolasi. Sedangkan aspek yang masuk kedalam indikator tersebut terdiri dari tiga konsep yaitu lokasi, jarak dan interaksi.

Varibel Y1 adalah Sikap Keruangan, dalam penelitian ini Sikap keruangan terdiri dari tiga komponen sikap yaitu Afektif, Kognitif dan Konatif. Yang terdiri dari tiga aspek lokasi, jarak dan interaksi.

Gambar 3.3. Hubungan Antar Variabel E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini memperoleh data primer dari hasil penyebaran alat ukur peneltian yang berupa instrument kuesioner. Instrument kuesioner dipakai untuk mengukur variabel bebas juga variabel terikat. Kuesioner variabel Y1

Variabel X Pemahaman Konsep

Geografi

Variabel Y2 Perilaku Keruangan

(31)

66

ini menggunakan skala likert dengan rentangan 1-5, skor 1 berarti sangat tidak setuju, skor 2 berarti tidak setuju, skor 3 berarti ragu-ragu, skor 4 berarti setuju dan skor 5 berarti sangat setuju.

Tabel 3.3. Model Spesifikasi Sikap Keruangan

Komponen Objek Sikap

Komponen Sikap Total

(%) Afektif Kognitif Konatif

Aspek Lokasi 20 10 10 40

Aspek Jarak 10 10 10 30

Aspek Interaksi 10 10 10 30

Total 40 30 30 100%

Sumber : Azwar (2010:110)

Variabel Y2 adalah perilaku keruangan, Indikator perilaku peserta didik adalah pemilihan lokasi berdasarkan jarak dan hubungannya dengan tempat, baik dengan lingkungan juga dengan budaya. Aspek yang diteliti adalah intensitas aktivitas peserta didik dalam pemilihan lokasi berdasarkan jarak dan hubungan sampel dengan lingkungan dan budaya. Pengukuran ini menggunakan rating scale, menurut Shaughnessy (2007:128) “ rating scale, yang seringkali digunakan untuk mengukur berbagai dimensi psikologis sering kali diperlakukan seolah-olah sebagai skala interval meskipun mereka mempresentasikan skala ordinal”. Sehingga data yang dihasilkan dalam

(32)

67

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrument Penelitian

No Variabel Indikator Aspek No Soal

Intrumen penelitian adalah alat yang sangat mempengaruhi suatu proses dalam penelitian, sehinga validitas instrumen sangat mutlak diperlukan untuk penelitian kuantitatif, menurut Silalahi (2009:244)

Validasi adalah sejauhmana perbedaan dalam skor pada suatu isntrumen (item-item dan kategori respon yang diberikan kepada satu variabel khusus) mencerminkan kebenaran perbedaan antara individu-individu, kelompok-kelompok, atau situasi-situasi dalam karakteristik (variabel) yang diketemukan untuk ukuran.

(33)

68

uji melihat daya pembeda, tingkat kesukaran soal, efektivitas option. Sehingga soal-soal yang dinyatakan tidak valid akan dihilangkan. Reliabilitas untuk variabel X1 menggunakan pendekatan genap ganjil one test-trial Spearman-Brown.

Reliabilitas adalah perngukuran statistik untuk mengetahui sejauhmana keajegan suatu intrumen penelitian, hal ini digunakan untuk mengetahui kemungkinan resiko error dalam pengambilan data penelitian. Menurut Silalahi (2009:237) “ Keandalan suatu alat ukur berarti mempelajari

korespodensi atas hasil dari suatu alat ukur jika dilakukan pengukuran ulang dengan menggunakan alat ukur yang sama untuk mengukur gejalan yang sama pada responden yang sama”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa reliabilitas

digunakan untuk melihat keajegan suatu instrumen agar dapat digunakan Pengujian validitas dan realibilitas yang akan dilakukan dalam penelitian ini dengan menguji konstruk yang menggunakan uji fit confirmatory factor analysis (CFA) untuk variabel Y2 dan Y3. Menurut

(34)

69

Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi biserial untuk validasi instrumen tes dan korelasi product moment untuk instrumen non-tes yaitu variabel sikap keruangan (Y1) dan perilaku keruangan (Y2), berikut ini rumus korelasi biserial,

� � = �+− ��

� /

Keterangan :

�+ = rata-rata skor untuk yang menjawab benar

� = rata-rata skor untuk seluruhnya

P = proporsi yang menjawab benar (tingkat kesulitan)

Q = 1-p

Keputusan sebuah butir soal valid atau tidak valid didasarkan atas nilai korelasi biserial jikan nilai korelasi biserial < 0,2 maka butir soal tersebut dinyatakan tidak valid. Jika nilai korelasi biserial > 0,2 maka butir soal tersebut dinyatakan valid.

Dalam penelitian ini, untuk menentukan reliabilitas sikap dan perilaku keruangan digunakan rumus alpha cronbach dengan rumus sebagai berikut :

(35)

70

Menurut Kusnendi (2008:111) bahwa “ apabila koefisien reliabilitas konstruk

tidak kurang dari 0,70 diindikasikan model pengukuran variabel laten reliable”. Sehingga ketika kuesioner yang digunakan reliabel maka layak

dijadikan sebuah instrumen penelitian.

Daya pembeda diperlukan untuk mengetahui apakah soal tersebut dapat membedakan peserta didik dari kelompok atas (peserta didik pintar) dan peserta didik dari kelompok bawah (peserta didik tidak pintar). Berikut ini

DP = indek daya pembeda item satu butir soal tertentu

SA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

SB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

IA = jumlah skor ideal salah satu kelompok atas atau bawah

Nilai daya pembeda (DP) yang diperoleh, kemudian diinterpretasikan pada kategori berikut ini :

Tabel 3.5. Interpretasi Daya Pembeda

(36)

71

Selanjutnya akan dilakukan uji tingkat kesukaran soal, sehingga soal yang akan dipakai sebagai instrumen penelitian memiliki distribusi soal yang baik, tidak didonminasi oleh satu tingkat kesukaran saja, namun harus tersebar antara soal mudah, sukar dan sedang. Arikunto (1991: 210) menyatakan bahwa bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Selanjutnya Karno (1999: 16) menjelaskan untuk menghitung taraf kemudahan dipergunakan rumus:

%

SA = jumlah skor kelompok atas SB = jumlah skor kelompok bawah

IA = jumlah skor ideal kelompok atas IB = jumlah skor ideal kelompok bawah

Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran tiap item soal tiap tahap dilakukan

dengan interpretasi pada tabel berikut :

Tabel 3.6. Interpretasi Tingkat Kesukaran

(37)

72

1. Validitas dan Reliabilitas X1 (Pemahaman Konsep Geografi)

Alat ukur variabel X1 dengan menggunakan instrumen tes yang berisi dari tiga indikator yaitu interpretasi, translasi dan ekstrapolasi yang dikaitkan dengan tiga konsep geografi mengenai lokasi, jarak dan interaksi lingkungan. Validitas instrumen ini menggunakan korelasi biserial dengan menggunakan rumus seperti yang disampaikan di atas. Instrumen tes ini di ujikan kepada 32 siswa SMA Kelas XI IPS di salah satu SMA Negeri Kota Cirebon yang tidak menjadi sampel penelitian.

Reliabilitas instrumen pemahaman konsep geografi menggunakan single test trial spearman brown juga telah dilakukan. Metode reliabilitas ini

melalui beberapa proses, pertama dengan membagi soal ganjil dan genap kedalam dua bagian. Selanjutnya menjumlahkan skor yang dimiliki oleh soal yang benomer genap. Tahap ketiga menghitung angka indeks korelasi r product moment antara variabel yang bernomer ganjil dan variabel yang bernomer genap. Setelah angka r product moment diketahui maka dicarilah angka koefisien reliabilitas tes.

(38)

73

instrumen. Berikut ini hasil dari validitas instrumen pemahaman konseop geografi menggunakan perhitungan korelasi biserial per butir soal.

Tabel 3.7. Validasi Instrumen Pemahaman Konsep Geografi

No Indikator Dimensi Nilai

Biser Status 1 Translasi Lokasi strategis geografi 0,513 Valid 2 Identifikasi lokasi strategis dari peta 0,114 Tidak Valid

3 Pengaruh jarak kepada nilai guna 0,830 Valid

4 Pengaruh jarak pada perilaku 0,472 Valid

5 Pengaruh tata kota pada iklim 0,621 Valid

6 Dampak tata kota pada ling. ekologis 0,489 Valid 7 Pengaruh lokasi terhadap kebudayaan 0,452 Valid

8 Keunggulan lokasi strategis 0,481 Valid

9 Pengelolaan sumber daya 0,487 Valid

10 Identifikasi bencana geologis -0,071 Tidak Valid 11 Interpretasi Keuntungan kerugian suatu lokasi 0,850 Valid

12 Pengaruh suatu lokasi -0,035 Tidak Valid

13 Pengaruh lokasi terhadap mobilitas 0,399 Valid 14 Pengaruh jarak relatif pada mobilitas -0,118 Tidak Valid 15 Perkembangan tekonologi transportasi 0,114 Tidak Valid 16 Pengaruh perilaku terhadap ekosistem 0,121 Tidak Valid 17 Perilaku terhadap kondisi hidrologis 0,417 Valid

18 Pengaruh sumber daya laut 0,179 Tidak Valid

19 Perilaku pelajar terhadap lokasi 0,588 Valid

20 Perkiraan jarak relatif 0,512 Valid

21 Ekstapolasi Pengaruh lokasi terhadap jarak 0,012 Tidak Valid

22 Pengaruh jarak terhadap ekonomi 0,742 Valid

23 Pengaruh jarak terhadap nilai barang 1,077 Valid 24 Perilaku lokal terhadap kelestarian 0,204 Valid

25 Dampak pertambangan pada bencana 0,764 Valid

26 Dampak lokasi pabrik pada penduduk 0,273 Valid 27 Pemanfaatan sumber daya laut lokal 0,397 Valid 28 Pengaruh lokasi terhadap kesehatan 0,074 Tidak Valid

29 Perkiraan kondisi cuaca 0,024 Tidak Valid

(39)

74

Dari hasil perhitungan tersebut penulis membuang enam soal yang tidak valid, dan empat soal yang tidak valid lainnya dianalisis lalu direvisi, karena jika dihilangkan dikhawatirkan tidak akan mewakili indikator yang akan diujikan. Jumlah soal yang dijadikan intrumen pemahaman konsep geografi sebanyak 24 soal terdiri delapan soal dari masing-masing variabel translasi, interpretasi dan ekstrapolasi.

2. Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran X1

Instrumen untuk mengujikan pemahaman konsep geografi berbentuk instrumen tes, sehingga ada tahapan dalam pengujian instrumen. Tahapan yang dilakukan seperti tingkat kesukaran dan daya pembeda dari masing-masing soal, sehingga kelayakan soal untuk dijadikan intrumen penelitian ini terjamin.

Daya pembeda ini diujkan dengan maksud untuk mengetahui apakah soal yang diajukan dalam penelitian ini mampu membedakan antara peserta didik yang pintar dengan peserta didik yang tidak pintar. Ketika sebuah soal yang tidak mampu dijawab oleh peserta didik yang pintar namun dapat dijawab oleh peserta didik yang tidak pintar maka akan dipertanyakan kualitas butir soal tersebut.

(40)

75

(41)

76

3. Validitas dan Reliabilitas Y1 (Sikap Keruangan)

Variabel keruangan terdiri dari 15 item dengan rating scale untuk mengetahui tingkat sikap keruangan dari peserta didik di Kota Cirebon. Setelah melakukan uji tes kepada 30 siswa didapatkan hasil seperti yang diungkap dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.9. Validasi Instrumen Sikap Keruangan

No.

(42)

77

Reliabilitas yang didapatkan melalui perhitungan crossbach alfa menunjukan angka 0,705, berarti nilai crossbach alfa intrumen ini lebih dari nilai minimal reliabilitas yang harus > 0,700. Jadi instrumen untuk mewakili variabel Y1 (sikap keruangan) dinyatakan sudah reliabel, sehingga dapat digunakan dalam proses pengambilan data yang dilakukan di Kota Cirebon.

4. Validitas dan Reliabilitas Y2 (Perilaku Keruangan)

Variabel perilaku keruangan yang terdiri dari tiga indikator yaitu perilaku keruangan yang terkait lokasi, jarak dan interaksi lingkungan. Intrumen ini diujikan pada 30 peserta didik untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan corelation pearson makan dihasilkan sebagai berikut.

(43)

78

Tabel tersebut menunjukan dari 15 item yang diujikan hanya satu soal yang dinyatakan tidak valid karena nilai pearson corelation-nya hanya 0,246 yang berarti < 0,30 sehingga item ini harus diperbaiki. Item lainnya sudah sangat memenuhi syarat untuk proses pengambilan data penelitian ini.

Reliabilitas dari instrumen ini sangat cukup untuk syarat bahwa sebuah intrumen akan reliabel ketika nilai crossbach alfa > 0,700 karena nilai crossbach alfa variabel Y2 ini bernilai 0,817 sehingga syarat sebagai instrumen yang layak dijadikan alat pengambilan data sudah terpenuhi.

G. Teknik Analisis Data

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan model analisis jalur, tepatnya model analisis jalur yang digunakan adalah analisis jalur bivariate. Kusnendi (2010:17) menyatakan “ model bivariate adalah sama dengan koefisien korelasi r biasa”. Teknik analisis data berfungsi untuk

menjawab hipotesis penelitian yaitu menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi ganda dengan menggunakan program Amos 18 dan SPSS 18. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru geografi terhadap sikap dan perilaku keruangan siswa. Sedangkan analisis regresi ganda dimaksudkan untuk mengetahui besarnya kontribusi kompetensi guru geografi dalam membangun sikap dan perilaku keruangan siswa.

(44)

79

selanjutnya akan dilakukan perhitungan untuk mencari nilai ratio skewness dan ratio kurtosis, nilai tersebut dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut,

� = � �

Untuk memperoleh nilai ratio kurtosis dapat dhitung dengan rumus,

� � = � � �

Setelah nilai ratio kurtosis dan nilai ratio skewness diperoleh dengan perhitungan diatas, hasil dari ratio skewness dan kurtosis harus berada diantara -2 dan +2, jika berada diantara dua angka tersebut dapat dikatakan bahwa data yang bersangkutan memiliki distribusi normal.

Hubungan antara variabel sikap dan perilaku keruangan peserta didik di Kota Cirebon diketahui dengan mencari nilai r. Nilai r dicari untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari variabel yang akandi uji. Berikut rumus nilai r dengan menggunakan korelasi product moment.

= � − ( )

� 2 ( )2 × � 2 − ( )2

Kontibusi diketahui dengan mencari nilai koefisien determinasi (KD), dengan rumus sebagai berikut:

(45)

122

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Hubungan antar variabel yang ditunjukan untuk menjawab pertanyaan penelitian telah terjawab dalam bab pembahasan dan hasil penelitian. Pemahaman konsep geografi memberikan kontribusi terhadap sikap keruangan peserta didik SMA kelas XI IPS di Kota Cirebon. Kontribusi pemahaman konsep geografi terhadap sikap keruangan peserta didik SMA kelas XI IPS di Kota Cirebon sebesar 6,2%.

Pemahaman konsep geografi memberikan kontribusi terhadap perilaku keruangan peserta didik SMA kelas XI IPS di Kota Cirebon. Kontribusi pemahaman konsep geografi terhadap perilaku keruangan 5,15%.

Terakhir membuktikan hipotesis dan pertanyaan peneltian yang ketiga. Sikap keruangan memberikan kontribusi 17,15% terhadap perilaku keruangan Peserta didik SMA kelas XI IPS di Kota Cirebon. Hasil ini membuktikan teori hubungan antara sikap dan perilaku (teori postulat kontigensi tergantung), bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat tergantung dengan situasional tertentu

(46)

123

keruangan adalah lingkungan sosial budaya, komunitas dan pendidikan keluarga.

B. Rekomendasi

Rekomendasi pertama ditujukan kepada pengambil kebijakan, rendahnya pemahaman konsep geografi dalam membentuk sikap dan perilaku keruangan dapat dijadikan dasar dalam pembuatan kurikulum geografi yang mampu membentuk sikap dan perilaku keruangan. Sehingga kontribusi pembelajaran geografi dalam pembentukan sikap dan perilaku keruangan akan lebih besar.

Selanjutnya, rekomendasi ditunjukan kepada lingkungan sekolah peserta didik. Faktor lain pembentuk sikap dan perilaku keruangan adalah lingkungan, baik lingkungan sekolah ataupun lingkungan keluarga, sehingga pembentukan lingkungan sekolah sangat perlu disesuaikan agar terciptanya sikap dan perilaku keruangan peserta didik yang baik.

Rekomendasi untuk peneliti lain terkait dengan hasil penelitian ini. Kontribusi pemahaman konsep geografi terhadap sikap keruangan peserta didik di Kota Cirebon sangat rendah, hal tersebut karena banyaknya faktor yang mempengaruhi sikap keruangan peserta didik, seperti image, sensation, perception, dan cultural environment. Sehingga hal tersebut merupakan

(47)

124

DAFTAR PUSTAKA

______. Chapter IV : The Development of Behaviour Space.

Abdurachman, Maman. 1988. Geografi Perilaku Suatu Pengantar Studi Tentang Persepsi Lingkungan. Jakarta : Depdikbud

Ali, Mohammad. 2011. Memahami Riset Prilaku dan Sosial. Bandung: Pustaka Cendikia Utama.

Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi 2 (Cetakan ke XV). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Barliana, Syaom & Maryani, Enok. 2008. Kontribusi Lingkungan Binaan dan Perilaku Spasial Terhadap Modal Sosial Komunitas Penghuni dan Implikasinya Terhadap Pendidikan IPS. Bandung: Jurnal Mimbar Pendidikan.

Bungin, M. Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Ekonomi, Komunikasi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Brameld, Theodore. 1965. Education As Power. Boston University

Cozby, C. Paul. 2009. Methodes in Behavioural Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Creswell, J.E. 2008. Education Research, Planning, Conducting, and Evaluating

Quantitative and Qualitative Research, (Third Edition), New Jersey , Person

International Edition;

Creswell, J.E. 2009. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publication.

Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-teori Belajar. Bandung: Gelora Aksara Utama. Danim, Sudarwan. 2004. Metode Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Prilaku. Jakarta:

Bumi Aksara.

Dunn, Lee. 2002. Theories of Learning. Oxford Brookes University.

(48)

125

Gendler, Margaret E..1992. Learning & Instruction; Theory Into Practice. New York: McMillan Publishing.

Hadi, Saefull. 2006.Geografi Komunikasi. Yogyakarta :UNY

Hamzah.B.Uno.2008. Profesi Problema,Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Cett.II. Jakarta: PT Bumi Aksara

Hartinah, Sitti. 2008. Pengembangan Peserta Didik. Bandung: PT Refika Aditama.

Hergenhahn, B.R& Olson Matthew. 2009. Theories of Learning (Teori Belajar). Jakarta: Kencana

James. M.; Huber, Richard; Mahnaz Moallem. 2001. Constructivism in Theory and Practice: Toward a Better Understanding. The High School Journal v84 no2 p35-53.

Kunandar.2007. Guru Profesional, Implementasi Kurikulm Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikat Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kusnendi. 2010. Analisis Jalur dengan Amos. Bandung : Rizqi Press.

Muhmidayeli .2011. Filsafat Pendidikan (Cetakan ke 1). Bandung: Refika Aditama

Ningrum, Epon. 2009. Kompetensi Profesional Guru Dalam Konteks Strategi Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawali Pers.

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sadulloh, Uyoh. 2009. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfa Beta. Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Santosa, Purbayu Budi & Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta: Andi

(49)

126

Shaughnessy, J. John; Zechmeister, B. Eugene; Zechmeister, S. Jeanne. 2007. Metode Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Subana, Muhammad. 2001. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV

Pustaka Setia

Sumaatmadja, Nursid. 1997. Metodologi Pembelajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara

Sumaatmadja, Nursid. 2005. Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosda.

Sukmadinata, Nana. 2009. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Rosda.

Sunal, Cyhthia & Hass, E Marry. 1993. Socaial Studies and The Elementary/middle School Student. Orlando: York Graphic Services.

Susilana, Rudi & Tim. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Upi Press. Strauss, DFM. 2009. Social Space : Philosophy Reflection. UnisaPress

Tika, Pabundu Moch.2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik :

Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

O’Keefe & Nylen . Chapter 2 : Spatial Behaviour. Oxford University Press.

Pasya, Gurniwan. 2006. Geografi: Pemahaman Konsep dan Metodologi. Bandung: Buana Nusantara.

Pujiati, Suhermin. Analisis Regresi Linier Berganda Untuk Mengetahui Hubungan Antara Beberapa Aktifitas Promosi dengan Penjualan Produk. ITS

(50)

127

Mutakin, Awan. 2007. Geografi Perilaku Keragaman Perilaku Kelingkungan. Bandung

Mutakin, Awan. 2008. Metode Penelitian Geografi. Bandung W. Gulo. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta : CV Andi. Walmsley & Lewis. 1984. Human Geography: Behavioural Approaches. London:

Longman

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 1.1. Bagan Hubungan Pemahaman Konsep Geografi dengan  Sikap dan Perilaku  Keruangan
Tabel 3.2. Jumlah Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Terhadap Ketrampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik pada Mata Pelajaran Geografi (Studi Quasi

Hasil Analisis Praktikalitas Perangkat Pembelajaran Geografi Berbasis Pendidikan Karakter Materi Pokok Hidrosfer oleh Peserta didik .... Soal Tes Ranah

KONTRIBUSI KEGIATAN PRAMUKA PENERIMAAN TAMU AMBALAN (PTA) TERHADAP SIKAP KEPEMIMPINAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 4 SURAKARTA. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan model Problem Based Learning terhadap critical thinking peserta didik pada pembelajaran

Tujuan penelitian ini adalah: (1) diketahuinya perbedaan perilaku ke- agamaan antara peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan kuri- kulum PAI Muhammadiyah dan

Tujuan penelitian ini yaitu untuk: 1) Mengetahui, mengungkap, dan mendeskripsikan bentuk perilaku peserta didik yang memiliki perilaku tidak disiplin dalam belajar,

1) Self instructional, artinya bahan ajar mampu membuat peserta didik belajar secara mandiri. Agar bahan ajar memiliki karakteristik ini, maka perlu terdapat tujuan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa terdapat hubungan penguasaan konsep dan sikap ilmiah peserta didik dalam pembelajaran berbasis laboratorium virtual