• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN PENERAPAN TEKNIK BERCERITA BERPASANGAN DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI DONGENG YANG DIPERDENGARKAN :Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEEFEKTIFAN PENERAPAN TEKNIK BERCERITA BERPASANGAN DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI DONGENG YANG DIPERDENGARKAN :Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah ... 5

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Batasan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Bagi Peneliti ... 7

2. Bagi Guru ... 7

3. Bagi Siswa ... 7

E. Anggapan Dasar ... 8

F. Hipotesis ... 8

(2)

BAB II APRESIASI SASTRA, DONGENG, TEKNIK BERCERITA

BERPASANGANGAN, DAN HAKIKAT MENYIMAK ... 10

A. Hakikat Apresiasi Sastra ... 10

1. Apresiasi Sastra ... 10

2. Tingkatan dalam Mengapresiasi Sastra ... 11

3. Langkah-langkah Mengapresiasi Sastra ... 11

4. Manfaat Mengapresiasi Sastra ... 12

B. Hakikat Dongeng ... 13

1. Pengertian Dongeng ... 13

2. Jenis-jenis Dongeng ... 14

a. Dongeng Binatang (Animal Tales) ... 14

b. Dongeng Biasa (Ordinary Folktales) ... 15

c. Lelucon dan Anekdot (Jokes and Anecdote) ... 16

d. Dongeng Berumus (Formula Folktales) ... 17

3. Unsur-unsur Intrinsik Dongeng... 18

a. Tema dan Amanat ... 18

b. Alur ... 19

c. Tokoh dan Penokohan ... 20

d. Latar ... 22

4. Kriteria Dongeng yang Edukatif dan Rekreatif ... 22

C. Teknik Bercerita Berpasangan ... 23

1. Model Pembelajaran Kooperatif ... 23

(3)

3. Langkah-langkah Teknik Bercerita Berpasangan ... 25

D. Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan pada Pembelajaran Apresiasi Dongeng ... 27

E. Hakikat Menyimak ... 28

1. Pengertian Menyimak ... 28

2. Proses Menyimak ... 29

3. Ragam Menyimak ... 30

4. Tujuan Menyimak ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Metode Penelitian... 33

B. Teknik Penelitian ... 34

1. Teknik Pengumpulan Data ... 34

2. Teknik Pengolahan Data ... 35

C. Instrumen Penelitian... 38

1. Instrumen Perlakuan... 38

2. Instrumen Tes ... 46

D. Populasi dan Sampel ... 56

1. Populasi ... 56

2. Sampel ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Hasil Penelitian ... 58

1. Deskripsi Proses Penelitian ... 58

(4)

b. Deskripsi Proses Penelitian di Kelas Pembanding ... 67

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 72

a. Deskripsi Data Nilai Tes Awal dan Tes Akhir ... 73

1) Data Nilai Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Eksperimen ... 73

2) Data Nilai Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Pembanding ... 77

b. Deskripsi Kualitatif Kemampuan Apresiasi Dongeng ... 83

1) Deskripsi Kualitatif Kemampuan Apresiasi Dongeng pada Tes Awal di Kelas Eksperimen ... 83

2) Deskripsi Kualitatif Kemampuan Apresiasi Dongeng pada Tes Akhir di Kelas Eksperimen ... 94

3) Deskripsi Kemampuan Apresiasi Dongeng di pada Tes Awal di Kelas Pembanding ... 103

4) Deskripsi Kemampuan Apresiasi Dongeng di pada Tes Akhir di Kelas Pembanding ... 113

3. Pengolahan Data... 121

a. Uji Persyaratan Analisis Data ... 122

1) Uji Normalitas ... 122

a) Uji Normalitas Data pada Tes Awal di Kelas Eksperimen ... 122

b) Uji Normalitas Data pada Tes Akhir di Kelas Eksperimen ... 125

c) Uji Normalitas Data pada Tes Awal di Kelas Pembanding ... 129

d) Uji Normalitas Data pada Tes Akhir di Kelas Pembanding ... 133

2) Uji Homogenitas ... 137

(5)

B. Pembahasan ... 145

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 150

A. Simpulan ... 150

B. Saran ... 151

DAFTAR PUSTAKA ... 153

RIWAYAT PENELITI ... 156

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah menengah meliputi kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis melalui kegiatan berbahasa dan bersastra. Kegiatan bersastra terkait dengan dua hal yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melalui kegiatan bersastra, siswa diharapkan dapat menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Selain itu, siswa juga diharapkan dapat menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

(7)

Pembelajaran dongeng di sekolah dipandang kurang memberikan makna dalam membangkitkan gairah belajar siswa (Rusliy, 2011: 1). Dongeng tidak dianggap sebagai materi pokok dalam pembelajaran, tetapi diperlakukan sebagai sarana hiburan semata oleh para siswa. Bahkan, banyak juga asumsi yang menyebutkan bahwa mengajarkan dongeng sama halnya mengajak siswa berpikir dan menghayalkan sesuatu yang sia-sia karena dongeng dianggap tidak relevan dengan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang (Rusliy, 2011: 1).

Dongeng-dongeng yang diajarkan di sekolah menengah biasanya berupa kutipan atau sinopsis yang diambil dari buku paket atau LKS. Guru terbiasa menggunakan LKS dan buku paket sebagai sumber utama materi pembelajaran. Siswa juga masih dianggap sebagai objek dalam proses pembelajaran, bukan sebagai mitra (Rusliy, 2011: 1). Akibatnya siswa menjadi kurang tertarik mengikuti proses pembelajaran karena merasa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran. Siswa juga menganggap pembelajaran dongeng kurang menarik karena guru tidak menggunakan strategi yang dapat menarik minat dan perhatian siswa untuk mengapresiasi dongeng.

(8)

teknik bercerita berpasangan, yang juga dikenal dengan teknik paired storytelling, dalam pembelajaran apresiasi dongeng.

Teknik bercerita berpasangan dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan materi pembelajaran (Lie dalam Huda, 2011: 151). Peneliti memilih teknik bercerita berpasangan karena teknik tersebut merupakan salah satu teknik dari model pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan pada kerja sama tim. Melalui kerja sama tim, peneliti berharap siswa dapat menganggap materi pembelajaran menjadi lebih ringan karena akan dikerjakan bersama-sama di dalam sebuah tim. Teknik bercerita berpasangan sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sebab dalam pelaksanaan teknik tersebut meliputi kegiatan mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara (Huda, 2011: 151).

Berdasarkan tinjauan pustaka, sebelumnya telah ada penelitian mengenai pembelajaran apresiasi dongeng. Penelitian tersebut dilakukan oleh Mustafidah (2010) dengan judul “Efektivitas Teknik Kancing Gemerincing

dalam Pembelajaran Apresiasi Dongeng”. Hasil penelitian tersebut

(9)

Sementara itu, peneliti juga menemukan beberapa penelitian mengenai teknik bercerita berpasangan. Penelitian yang dilakukan oleh Alif (2009)

dengan judul “Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan Menggunakan

Teknik Paired Storytelling (Eksperimen Kuasi Pada siswa kelas VII SMP

Negeri 12 Bandung tahun Ajaran 2008/2009)” menunjukkan teknik paired

storytelling tepat digunakan sebagai teknik pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa secara signifikan. Selain itu, ada juga penelitian dengan judul “Penerapan Teknik Bercerita

Berpasangan dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Siswa” yang

dilakukan oleh Septiani (2010). Hasil penelitian tersebut adalah penerapan teknik bercerita berpasangan efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa. Peneliti juga menemukan penelitian yang dilakukan oleh oleh Daniati (2010) dengan judul “Kajian Penggunaan Pembelajaran

Bercerita Berpasangan terhadap Keterampilan Kooperatif dan Penguasaan Konsep Siswa”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan pembelajaran bercerita

berpasangan dapat memunculkan keterampilan kooperatif dan meningkatkan kebermaknaan penguasaan konsep siswa pada konsep ekosistem.

(10)

B. Masalah

Dalam bagian ini akan dijelaskan masalah yang menjadi fokus penelitian. Adapun penjelasannya meliputi (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan (3) rumusan masalah.

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yang menjadi bahan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Siswa menganggap dongeng sebagai materi pembelajaran yang kurang menarik.

2) Siswa mengalami kesulitan saat diminta mengapresiasi dongeng.

3) Guru kurang terampil dalam memilih teknik yang digunakan dalam pembelajaran mengapresiasi dongeng.

2. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada penerapan teknik bercerita berpasangan (paired storytelling) pada pembelajaran apresiasi dongeng.

3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

(11)

2) Bagaimanakah kemampuan siswa di kelas pembanding dalam mengapresiasi dongeng sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran apresiasi dongeng menggunakan teknik konvensional?

3) Apakah ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa di kelas eksperimen yang diberi perlakuan teknik bercerita berpasangan dengan siswa di kelas pembanding yang diberi perlakuan teknik konvensional dalam mengapresiasi dongeng?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut:

1) kemampuan siswa di kelas eksperimen dalam mengapresiasi dongeng sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran apresiasi dongeng menggunakan teknik bercerita berpasangan;

2) kemampuan siswa di kelas pembanding dalam mengapresiasi dongeng sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran apresiasi dongeng menggunakan teknik konvensional;

(12)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi (1) peneliti, (2) guru, dan (3) siswa.

1. Bagi Peneliti

Peneliti melakukan penelitian ini untuk mencari tahu mengenai keterampilan siswa, khususnya kemampuan mengapresiasi sastra. Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan pengalaman baru mengenai proses pembelajaran yang sebelumnya tidak peneliti dapatkan.

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai teknik pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran apresiasi sastra, khususnya apresiasi dongeng. Teknik bercerita berpasangan diharapkan dapat digunakan sebagai variasi yang dapat digunakan oleh guru untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran apresiasi sastra sehingga siswa merasa lebih semangat dalam mengikuti pelajaran.

3. Bagi Siswa

(13)

E. Anggapan Dasar

Adapun anggapan dasar yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Kemampuan mengapresiasi dongeng perlu dimiliki oleh siswa.

2) Kemampuan mengapresiasi dongeng adalah salah satu bahan pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang ada di dalam KTSP.

3) Kemampuan siswa dalam mengapresiasi dongeng harus sering dilatih dan dibina.

F. Hipotesis

Adapun hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa di kelas eksperimen yang diberi perlakuan teknik bercerita berpasangan dengan siswa di kelas pembanding yang diberi perlakuan teknik konvensional dalam mengapresiasi dongeng.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional dari masing-masing variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

(14)

2) Kemampuan apresiasi dongeng adalah kemampuan memahami dongeng sehingga dapat menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik dalam diri siswa.

(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2007: 3). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau eksperimen kuasi. Adapun desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah non-equivalent control group design (Sugiyono, 2009: 116). Di dalam penelitian ini terdapat dua kelompok subjek penelitian, yaitu kelas eksperimen dan kelas pembanding. Kelas eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan yaitu teknik bercerita berpasangan dalam pembelajaran apresiasi dongeng. Sebaliknya, kelas pembanding adalah kelompok pembanding yang tidak mendapat teknik bercerita berpasangan dalam pembelajaran apresiasi dongeng. Tabel mengenai desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1

Rancangan non-equivalent control group design Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

E O1 X O2

K O3 O4

Keterangan:

(16)

O1 : uji awal pada kelompok ekperimen O2 : uji akhir pada kelompok eksperimen

X : perlakuan pada kelompok eksperimen menggunakan teknik bercerita berpasangan

O3 : uji awal pada kelompok pembanding O4 : uji akhir pada kelompok pembanding

B. Teknik Penelitian

Adapun teknik penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Teknik tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang akan diteliti (Arikunto, 2004: 223). Teknik tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengapresiasi dongeng, baik sebelum maupun sesudah diterapkan teknik bercerita berpasangan. Selain itu, teknik tes juga akan digunakan untuk melihat adakah perubahan kemampuan mengapresiasi dongeng pada kedua kelompok subjek.

(17)

dongeng dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan. Pada kelompok pembanding, tes awal diberikan sebelum mendapatkan pembelajaran mengenai apresiasi dongeng sedangkan tes akhir setelah mendapatkan pembelajaran mengenai apresiasi dongeng.

2. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Memeriksa dan menilai hasil tes awal dan tes akhir di kelas eksperimen dan kelas pembanding.

2) Melakukan uji reliabilitas antarpenimbang untuk skor tes awal dan tes akhir. Uji reliabilitas antarpenimbang tersebut dilakukan karena tes awal dan tes akhir di kelas eksperimen dan kelas pembanding dinilai oleh lebih dari satu orang untuk mencegah subjektivitas. Uji reliabilitas menggunakan rumus:

(testi) ∑ ∑ – ∑

(penimbang) ∑ ∑ ∑

(total)

(kekeliruan) ∑ ∑ ∑ ∑

Setelah itu, hasil data-data tersebut dimasukkan ke dalam format ANAVA. Reliabilitas antarpenimbang dihitung dengan menggunakan rumus:

(18)

Setelah itu, nilai tersebut dilihat dalam tabel Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r .

3) Melakukan uji persyaratan analisis data

Uji persyaratan analisis terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas data. Sebelum melakukan data dianalisis menggunakan uji hipotesis, data harus diuji normalitas dan homogenitasnya. Pengujian normalitas data dilakukan menggunakan rumus chi kuadrat (Subana dkk, 2005: 124), dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) menentukan rentang (R), dengan rumus: R = nilai maksimal – nilai minimal

(2) menentukan banyaknya kelas interval (K), dengan rumus: K = 1 + 3,3 log n

(3) menentukan panjang kelas interval (P), dengan rumus:

(4) membuat tabel distribusi frekuensi untuk data yang sudah dikelompokkan; (5) menentukan rata-rata hitung ( ̅) dengan rumus:

̅ ∑

(6) menentukan standar deviasi, dengan menggunakan rumus:

√∑

(19)

(9) menentukan derajat kebebasan dengan rumus: Db = jumlah kelas - 3

(10) menentukan nilai tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05) (11) membandingkan nilai X2 hitung dengan X2 tabel, kriteria uji normalitas

adalah sebagai berikut.

Jika X2 hitung < X2 tabel, maka data tersebut berdistribusi normal. Jika X2hitung > X2 tabel, maka data tersebut berdistribusi tidak normal. Sementara itu, uji homogenitas varian rata-rata tes awal dan tes akhir dilakukan dengan menggunakan rumus:

(Subana dkk., 2005: 161) Keterangan:

Fhitung : nilai yang dicari Vb : varians terbesar Vk : varians terkecil

Data dinyatakan homogen jika Fhitung ≤ Ftabel.

4) Melakukan uji hipotesis dengan melakukan uji t. Uji t adalah tes statistik yang digunakan untuk memperbandingkan mean dari kelompok eksperimen dan kelompok pembanding (Arikunto, 2006: 311). Langkah-langkah dalam melakukan uji t adalah sebagai berikut:

(20)

(2) menentukan t hitung dengan rumus:

√(∑ )

Keterangan:

M = nilai hasil rata-rata per kelas N = banyaknya subjek

X = deviasi setiap nilai x2 dan x1 Y = deviasi setiap nilai y2 dan y1

(3) menentukan derajat kebebasan, dengan rumus:

(4) menentukan t tabel untuk hipotesis dua ekor, dengan rumus:

(5) melakukan pengujian hipotesis dengan kriteria pengujiannya adalah

“Terima H0, jika - ttabel < thitung < ttabel, dalam hal lainnya H0 ditolak”

C. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Instrumen Perlakuan

(21)

dan kompetensi dasar (KD) yang terdapat di dalam Standar Isi KTSP. SK yang dipilih oleh peneliti adalah mengapresiasi dongeng yang diperdengarkan. KD yang dipilih berdasarkan SK tersebut adalah menunjukkan relevansi isi dongeng dengan situasi sekarang.

Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan di kelas eksperimen dan kelas pembanding adalah sebagai berikut.

a. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran di Kelas Eksperimen

Kelas eksperimen akan diberi perlakuan yaitu teknik bercerita berpasangan dalam pembelajaran apresiasi dongeng. Perlakuan akan diberikan sebanyak dua kali. Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan di kelas eksperimen adalah sebagai berikut.

1) Pertemuan Pertama a) Kegiatan Awal

 Guru menyapa siswa.

 Guru mengecek kehadiran siswa.

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

 Guru menyampaikan manfaat mengapresiasi dongeng.

 Guru memotivasi siswa. b) Kegiatan Inti

(22)

 Siswa diberi pengenalan mengenai dongeng “Kisah Kera dan Ayam” yang akan diapresiasi. Dongeng tersebut telah dibagi menjadi dua bagian oleh guru.

 Siswa diberi penjelasan mengenai langkah-langkah teknik bercerita berpasangan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran apresiasi dongeng.

 Siswa diminta untuk berpasangan dengan teman sebangkunya.

 Salah satu siswa diminta untuk tetap di kelas sedangkan pasangannya diminta menunggu di luar kelas.

 Siswa yang berada di dalam kelas diminta untuk mendengarkan pembacaan bagian pertama dongeng “Kisah Kera dan Ayam”.

 Sambil mendengarkan, siswa diminta mendaftar sejumlah kata kunci yang terdapat dalam bagian dongeng yang sedang dibacanya.

 Setelah selesai mendengarkan siswa diminta untuk menyimpan daftar kata kunci yang telah ia tulis dan menunggu di luar kelas.

 Siswa yang belum mendengarkan diminta masuk ke kelas untuk

mendengarkan pembacaan dongeng “Kisah Kera dan Ayam” bagian

kedua.

 Sambil mendengarkan, siswa diminta mendaftar sejumlah kata kunci yang terdapat dalam bagian dongeng yang sedang dibacanya.

 Setelah siswa selesai mendengarkan “Kisah Kera dan Ayam” bagian

(23)

 Siswa saling bertukar daftar kata kunci dengan pasangannya masing-masing.

 Sambil mengingat-ingat bagian yang telah didengarkan, siswa berusaha mengarang bagian lain yang didengar oleh pasangannya berdasarkan daftar kata kunci dari pasangannya.

 Siswa yang mendengarkan bagian pertama memprediksikan dan menulis apa yang terjadi selanjutnya sedangkan siswa yang mendengarkan bagian kedua memprediksikan apa yang terjadi sebelumnya.

 Setelah selesai menulis, beberapa siswa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.

 Siswa diberi kesempatan untuk mendengarkan pembacaan dongeng

“Kisah Kera dan Ayam” secara utuh.

c) Kegiatan Akhir

 Siswa diminta mengerjakan tugas mandiri mengenai dongeng yang telah diapresiasi.

 Guru dan siswa membahas dongeng yang diapresiasi pada pertemuan hari itu.

 Guru merefleksikan pembelajaran dengan cara lempar pertanyaan terhadap peserta didik.

(24)

2) Pertemuan Kedua a) Kegiatan Awal

 Guru menyapa siswa.

 Guru mengecek kehadiran siswa.

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

 Guru menyampaikan manfaat mengapresiasi dongeng.

 Guru memotivasi siswa. b) Kegiatan Inti

 Siswa diingatkan kembali mengenai unsur-unsur intrinsik dongeng dan cara mencari relevansi isi dongeng dengan situasi sekarang.

 Siswa diberi pengenalan mengenai dongeng “Raja yang Baik Hati” yang akan diapresiasi. Dongeng tersebut telah dibagi menjadi dua bagian oleh guru.

 Siswa diberi penjelasan mengenai langkah-langkah teknik bercerita berpasangan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran apresiasi dongeng.

 Siswa diminta untuk berpasangan dengan teman sebangkunya.

 Salah satu siswa diminta untuk tetap di kelas sedangkan pasangannya diminta menunggu di luar kelas.

 Siswa yang berada di dalam kelas diminta untuk mendengarkan pembacaan bagian pertama dongeng “Raja yang Baik Hati”.

(25)

 Setelah selesai mendengarkan siswa diminta untuk menyimpan daftar kata kunci yang telah ia tulis dan menunggu di luar kelas.

 Siswa yang belum mendengarkan diminta masuk ke kelas untuk

mendengarkan pembacaan dongeng “Raja yang Baik Hati” bagian

kedua.

 Sambil mendengarkan, siswa diminta mendaftar sejumlah kata kunci yang terdapat dalam bagian dongeng yang sedang dibacanya.

 Setelah siswa selesai mendengarkan “Raja yang Baik Hati” bagian kedua, siswa yang berada di dalam kelas diminta untuk masuk ke kelas.

 Siswa saling bertukar daftar kata kunci dengan pasangannya masing-masing.

 Sambil mengingat-ingat bagian yang telah didengarkan, siswa berusaha mengarang bagian lain yang didengar oleh pasangannya berdasarkan daftar kata kunci dari pasangannya.

 Siswa yang mendengarkan bagian pertama memprediksikan dan menulis apa yang terjadi selanjutnya sedangkan siswa yang mendengarkan bagian kedua memprediksikan apa yang terjadi sebelumnya.

 Setelah selesai menulis, beberapa siswa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.

 Siswa diberi kesempatan untuk mendengarkan pembacaan dongeng

(26)

c) Kegiatan Akhir

 Siswa diminta mengerjakan tugas mandiri mengenai dongeng yang telah diapresiasi.

 Guru dan siswa membahas dongeng yang diapresiasi pada pertemuan hari itu.

 Guru merefleksikan pembelajaran dengan cara lempar pertanyaan terhadap peserta didik.

 Guru dan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran yang telah disampaikan.

b. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran di Kelas Pembanding 1) Pertemuan Pertama

a) Kegiatan Awal

 Guru menyapa siswa.

 Guru mengecek kehadiran siswa.

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

 Guru menyampaikan manfaat mengapresiasi dongeng.

 Guru memotivasi siswa. b) Kegiatan Inti

 Siswa diberi penjelasan mengenai unsur-unsur intrinsik dongeng dan cara mencari relevansi isi dongeng dengan situasi sekarang.

 Siswa diberi pengenalan mengenai dongeng “Kisah Kera dan

Ayam” yang akan diapresiasi.

(27)

 Sambil mendengarkan, siswa diminta untuk mencatat kata-kata kunci yang dianggap penting dari dongeng yang dibacakan.

 Setelah selesai mendengarkan, siswa diminta menuliskan kembali

dongeng “Raja yang Baik Hati” dengan kata-katanya sendiri.

 Setelah selesai menulis, beberapa siswa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.

c) Kegiatan Akhir

 Guru dan siswa membahas dongeng yang diapresiasi pada pertemuan hari itu.

 Siswa diminta mengerjakan tugas mandiri mengenai dongeng yang telah diapresiasi.

 Guru merefleksikan pembelajaran dengan cara lempar pertanyaan terhadap peserta didik.

 Guru dan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran yang telah disampaikan.

2) Pertemuan Kedua a) Kegiatan Awal

 Guru menyapa siswa.

 Guru mengecek kehadiran siswa.

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

 Guru menyampaikan manfaat mengapresiasi dongeng.

(28)

 Siswa diberi penjelasan mengenai unsur-unsur intrinsik dongeng dan cara mencari relevansi isi dongeng dengan situasi sekarang.

 Siswa diberi pengenalan mengenai dongeng “Raja yang Baik Hati” yang akan diapresiasi.

 Siswa diminta mendengarkan dongeng “Raja yang Baik Hati”.

 Sambil mendengarkan, siswa diminta untuk mencatat kata-kata kunci yang dianggap penting dari dongeng yang dibacakan.

 Setelah selesai mendengarkan, siswa diminta menuliskan kembali

dongeng “Raja yang Baik Hati” dengan kata-katanya sendiri.

 Setelah selesai menulis, beberapa siswa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.

c) Kegiatan Akhir

 Guru dan siswa membahas dongeng yang diapresiasi pada pertemuan hari itu.

 Siswa diminta mengerjakan tugas mandiri mengenai dongeng yang telah diapresiasi.

 Guru merefleksikan pembelajaran dengan cara lempar pertanyaan terhadap peserta didik.

 Guru dan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran yang telah disampaikan.

2. Instrumen Tes

(29)

digunakan saat pelaksanaan tes awal dan tes akhir. Soal-soal yang akan digunakan berbentuk esai. Di dalam tes awal dan tes akhir, siswa diminta menuliskan unsur-unsur intrinsik dari dongeng yang pernah dibaca. Selain itu, siswa juga diminta untuk mengapresiasi dongeng sesuai dengan langkah-langkah apresiasi yang dijelaskan oleh Sumardjo dan Saini (1988: 174-175).

Soal tes yang diberikan kepada siswa dibuat berdasarkan ranah kognitif dan ranah afektif. Ranah kognitif, yang dikembangkan oleh Bloom (Arikunto, 2010: 117-120), meliputi pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Sementara itu ranah afektif (Dickson dan Saxe, et al. dalam Arikunto, 2010: 138-139) meliputi receiving (menerima), responding (merespon), valuing (menilai), organization (mengorganisasikan), dan characterization by value or value complex (mengkarakterisasi suatu nilai dengan kompleks nilai).

Soal-soal mengenai unsur-unsur intrinsik dongeng dibuat berdasarkan ranah kognitif sedangkan soal-soal mengenai apresiasi dongeng dibuat berdasarkan ranah afektif. Kisi-kisi soal yang akan digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal

Materi Soal Ranah

Kognitif Afektif 1. Keterlibatan jiwa

2. Penilaian mengenai penyajian isi dongeng a. Judul

b. Tokoh

√ √

(30)

c. Penokohan d. Alur e. Latar f. Amanat

g. Pendapat mengenai masing-masing unsur intrinsik.

3. Relevansi isi dongeng dengan situasi saat ini √

Dongeng yang akan digunakan dalam tes awal dan tek akhir adalah

dongeng yang berjudul “Lutung Kasarung” (dongeng terlampir). Adapun instrumen tes yang akan digunakan dalam tes awal dan tes akhir adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3

Instrumen Tes Awal dan Tes Akhir

Indikator Teknik Bentuk Instrumen Ranah

Mampu

(31)

Mampu

Uraian 6. Tuliskanlah

(32)

saat ini ini, dari segi:

Kriteria penilaian yang akan digunakan untuk menilai hasil tes awal dan tes akhir adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian No. Aspek

Penilaian

Kriteria Penilaian Skor

1

Kemampu-Siswa mampu menuliskan semua masalah yang dialami Purbasari, sebagai tokoh utama, yaitu sebagai berikut:

1) Purbasari difitnah oleh kakaknya, Purbararang.

2) Purbasari diasingkan di hutan.

3) Purbasari ditantang oleh kakaknya untuk adu panjang rambut.

4) Purbasari ditantang oleh kakaknya untuk adu tampan tunangan.

4

Siswa hanya mampu menuliskan tiga masalah yang dialami tokoh utama.

3

Siswa hanya mampu menuliskan dua masalah yang dialami tokoh utama.

2

Siswa hanya mampu menuliskan satu masalah yang dialami tokoh utama.

(33)

Siswa tidak mampu menuliskan masalah yang masalah yang dialami oleh tokoh utama.

4

Siswa hanya mampu memberikan solusi atas tiga masalah yang dialami oleh tokoh utama.

3

Siswa mampu memberikan solusi atas dua masalah yang dialami oleh tokoh utama.

2

Siswa mampu memberikan solusi atas satu masalah yang dialami oleh tokoh utama.

1

Siswa tidak mampu memberikan solusi atas masalah yang dialami oleh tokoh utama.

0

Siswa dapat menuliskan judul dongeng dengan

tepat, yaitu “Lutung Kasarung”, disertai pendapat mengenai kesesuaian judul dengan isi dongeng.

4

Siswa menuliskan judul tetapi terdapat penulisan salah satu kata yang salah dan disertai pendapat mengenai kesesuaian judul dengan isi dongeng.

3

Siswa dapat menuliskan judul dongeng dengan tepat tetapi tidak disertai pendapat mengenai kesesuaian judul dengan isi dongeng.

2

 Siswa menuliskan judul tetapi terdapat penulisan salah satu kata yang salah dan tidak menuliskan pendapat mengenai kesesuaian judul dengan isi dongeng.

 Siswa tidak menuliskan judul dongeng tetapi menuliskan pendapat mengenai kesesuaian judul dengan isi dongeng.

(34)

Siswa tidak menuliskan judul dongeng dan tidak menuliskan pendapat mengenai kesesuaian judul dengan isi dongeng.

0

Siswa mampu menjelaskan lima unsur intrinsik yang ada di dalam dongeng secara lengkap, yaitu sebagai berikut.

a. Tokoh (Purbasari, Lutung, Purbararang, Indrajaya, Prabu Tapa Agung, Nenek sihir, dan Patih.)

b. Watak tokoh (Purbasari yang memiliki watak protagonis, Lutung memiliki watak yang protagonis, Purbararang yang memiliki watak antagonis, Indrajaya yang memiliki watak antagonis, Prabu Tapa Agung yang memiliki watak protagonis, Nenek sihir yang memiliki watak antagonis, dan Patih yang memiliki watak protagonis) c. Alur yang memiliki hubungan kuasalitas

dan sesuai dengan isi dongeng (Karena merasa iri, Purbararang membuat adiknya, Purbasari, terkena penyakit kulit dan mengusirnya ke hutan. Di hutan dia bersahabat dengan Lutung yang membantunya menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Ketika Purbararang mengetahui adiknya sudah sembuh, ia pun menantang adiknya. Purbasari ditantang adu panjang rambut dan adu tampan tunangan. Purbasari memenangkan kedua pertandingan tersebut setelah memilih lutung, yang ternyata wujud aslinya sangat

(35)

tampan, menjadi tunangannya. Purbararang lalu meminta maaf kepada adiknya dan Purbasari memaafkannya.

d. Latar waktu (pada masa Kerajaan Tapa Agung dan pada malam hari), latar tempat (di Istana, di hutan, dan di telaga), dan latar suasana (sedih dan bahagia) dari dongeng tersebut disertai pendapat mengenai masing-masing latar.

e. Siswa mampu menuliskan amanat yang sesuai dengan isi dongeng (Seseorang yang senantiasa menghadapi cobaan hidup dengan penuh kesabaran dan pantang menyerah akan mendapatkan kebahagiaan. Sementara itu, orang yang selalu bersikap jahat kepada orang lain akan mendapat ganjaran yang setimpal.)

Siswa hanya mampu menjelaskan tiga sampai empat unsur intrinsik secara lengkap.

3

Siswa tidak mampu menuliskan unsur intrisnik yang terdapat dalam dongeng.

0

Siswa mampu menuliskan pendapatnya mengenai empat unsur intrinsik dongeng, yaitu tokoh dan watak tokoh, alur, latar, dan amanat.

4

Siswa mampu menuliskan pendapatnya mengenai tiga unsur intrinsik dongeng.

(36)

terhadap unsur-unsur intrinsik dongeng. (Bobot: 4)

Siswa mampu menuliskan pendapatnya mengenai dua unsur intrinsik dongeng.

2

Siswa mampu menuliskan pendapatnya mengenai satu unsur intrinsik dongeng.

1

Siswa tidak mampu menuliskan pendapatnya mengenai satu pun unsur intrinsik dongeng.

0

Siswa mampu menuliskan hubungan empat unsur intrinsik dongeng (tokoh dan watak tokoh, alur, latar, dan amanat) dengan situasi saat ini.

4

Siswa mampu menuliskan hubungan tiga unsur intrinsik dongeng dengan situasi saat ini.

3

Siswa mampu menuliskan hubungan dua unsur intrinsik dongeng dengan situasi saat ini.

2

Siswa mampu menuliskan hubungan satu unsur intrinsik dongeng dengan situasi saat ini.

1

Siswa tidak mampu menuliskan satu pun hubungan unsur intrinsik dongeng dengan situasi saat ini.

0

Skor Maksimal

Jumlah Bobot x Skor Maksimal = 22 x 4 = 88

(37)

terdapat dalam cerita dongeng sebelum memberikan respon terhadap permasalahan tersebut.

Soal-soal dari aspek pendapat mengenai penyajian isi dongeng diberi bobot yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kerumitan jawaban. Pertanyaan mengenai judul dan kesesuaian judul dengan isi cerita diberi bobot tiga karena siswa harus mengingat judul kemudian memberikan pendapatnya mengenai kesesuaian judul dengan isi cerita. Pertanyaan mengenai unsur intrinsik diberi bobot lima karena dalam proses pengerjaannya siswa harus mengingat semua unsur intrinsik yang terdapat dalam dongeng. Begitupun dalam menjawab pertanyaan tentang pendapat mengenai unsur intrinsik, dalam pengerjaannya, siswa dituntut untuk memberikan pendapatnya mengenai unsur-unsur intrinsik dongeng, sehingga soal tersebut diberi bobot empat.

Soal dari aspek relevansi isi dongeng dengan situasi saat ini diberi bobot empat. Sebelum mengerjakan soal tersebut, siswa dituntut untuk mengingat-ingat berbagai hal atau kejadian yang ada di kehidupan nyata kemudian dihubungkan dengan unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam dongeng. Oleh karena itu, soal terakhir ini diberi bobot empat.

Penilaian terhadap hasil tes awal dan tes akhir dilakukan berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP). PAP adalah membandingkan nilai hasil belajar siswa dengan patokan atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Harun, 2004: 3). Penilaian terhadap hasil tes awal dan tes akhir adalah sebagai berikut.

(38)

D. Populasi dan Sampel

Adapun populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Populasi

Sugiyono (Sugiyono, 2011: 17) menjelaskan bahwa “populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi meliputi seluruh karakteristik yang

dimiliki oleh objek atau subjek tersebut (Sugiyono, 2011: 118). Populasi pada penelitian ini adalah siswa siswa SMP Negeri 10 Bandung kelas VII yang terdiri dari 331 siswa. Jumlah siswa pada masing-masing kelas dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.5

Jumlah Siswa Kelas VII pada Masing-Masing Kelas

No. Kelas Jumlah Siswa

1. VII A 36

2. VII B 37

3. VII C 38

4. VII D 37

5. VII E 37

6. VII F 36

7. VII G 38

8. VII H 36

(39)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili karakteristik tertentu yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011: 118). Dalam penelitian non-equivalent control group design, digunakan kelas-kelas yang sudah ada dan

(40)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian dalam pembelajaran apresiasi dongeng yang telah dilakukan, peneliti memperoleh simpulan sebagai berikut.

1) Nilai rata-rata tes awal siswa di kelas eksperimen adalah 51,3. Nilai tersebut menunjukkan kemampuan siswa di kelas eksperimen dalam mengapresiasi dongeng sebelum mendapat perlakuan teknik bercerita berpasangan berada pada kategori kurang. Sementara itu, nilai rata-rata tes akhir di kelas eksperimen adalah 64,3. Berdasarkan nilai tersebut, kemampuan siswa dalam mengapresiasi dongeng setelah mendapat perlakuan berada pada kategori cukup. Nilai rata-rata tes awal dan tes akhir naik menunjukkan kenaikan sebesar 13. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan siswa di kelas eksperimen dalam mengapresiasi dongeng setelah mengikuti pembelajaran apresiasi dongeng menggunakan teknik bercerita berpasangan. 2) Nilai rata-rata tes awal siswa di kelas pembanding adalah 51,5. Nilai tersebut

(41)

cukup. Nilai rata-rata tes awal dan tes akhir naik menunjukkan kenaikan sebesar 8. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan siswa di kelas eksperimen dalam mengapresiasi dongeng setelah mengikuti pembelajaran apresiasi dongeng menggunakan teknik konvensional.

3) Nilai pertambahan di kelas eksperimen sebesar 13 sedangkan nilai pertambahan di kelas pembanding sebesar 8. Nilai pertambahan di kelas eksperiman yang lebih tinggi menunjukkan bahwa kemampuan siswa yang mendapat perlakuan teknik bercerita berpasangan dalam mengapresiasi dongeng lebih baik daripada siswa yang mendapat perlakuan teknik konvensional. Hal tersebut juga dibuktikan melalui hasil uji hipotesis yang dilakukan melalui uji t. Uji t menghasilkan nilai t0 = 2,64 > t0,05 (58) = 2,00. Dengan demikian ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa dalam mengapresiasi dongeng pada kelas yang menggunakan teknik bercerita berpasangan dengan kelas yang menggunakan teknik konvensional. Oleh karena itu, teknik bercerita berpasangan terbukti efektif diterapkan dalam pembelajaran apresiasi dongeng.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.

(42)

2) Penggunaan teknik atau metode pembelajaran dapat dipadukan dengan penggunaan media pembelajaran. Contohnya, penggunaan media audio sebagai sarana saat penerapan teknik bercerita berpasangan dalam pembelajaran mengapresiasi dongeng yang diperdengarkan. Penggunaan media akan lebih mudah menarik minat siswa sehingga siswa lebih siap menerima pelajaran.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2007). Modul Aplikasi Statistika dalam Pendidikan. Bandung: Program Magister Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana UPI

Alif, Nuril Nur. (2009). “Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan Menggunakan Teknik Paired Storytelling (Eksperimen Kuasi Pada siswa kelas VII SMP Negeri 12 Bandung tahun Ajaran 2008/2009)”. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Aminuddin. (2010). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi IV). Jakarta: Rineka Cipta.

Danandjaja, James. (2007). Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng dan lain-lain. Jakarta: Grafiti Pers

Daniati, Nia. (2010). “Kajian Penggunaan Pembelajaran Bercerita Berpasangan terhadap Keterampilan Kooperatif dan Penguasaan Konsep Siswa”. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Hana, Jasmin. (2011). Terapi Kecerdasan Anak dengan Dongeng. Yogyakarta: Berlian Media.

Harun, Fathur Rahman. (2004). “Penilaian dalam Pendidikan”. [Online]. Tersedia:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3615/1/farmasi-fathur.pdf [18 April 2012]

Huda, Miftahul. (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(44)

Ikranegara, Yudistira. (tanpa tahun). Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara: Dongeng-Legenda-Fabel-Mitos-Epos. Tanpa kota: Dua Media

Junaidi. (2010). “Titik Persentase Distrribusi t (d.f. = 1-200)”. [Online]. Tersedia: http://junaidichaniago.wordpress.com [25 April 2012]

Kurniawan, Heru. (2009). Sastra Anak (Kajian Strukturalisme, Sosiologi, Semiotika hingga Penulisan Kreatif). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Maryati dan Soetopo. (2008). Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Depertemen Pendidikan Nasional.

Mustafidah. (2010). “Efektivitas Teknik Kancing Gemerincing dalam Pembelajaran Apresiasi Dongeng”. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Noor, Rohinah M. (2011). Pendidikan Karakter Berbasis Sastra: Solusi Pendidikan Moral yang Efektif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Rafiek, M. (2010). Teori Sastra (Kajian Teori dan Praktik). Bandung: Refika Aditama.

Rusliy. (2011). “Membelajarkan Dongeng Melalui Pendekatan Kontekstual Alternatif Peningkatan Apresiasi Sastra”. [Online]. Tersedia: http://batang-karso.blogspot.com/2011/02/membelajarkan-dongeng-melalui.html. [21 Desember 2011].

Septiani, Nani. (2010). “Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Siswa”. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

(45)

Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik). Bandung: Nusa Media.

Subana, Moersetyo Rahadi, dan Sudrajat. (2005). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatf dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. (1988). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Taniredja, Tukiran dan Hidayati Mustafidah. (2011). Penelitian Kuantitatif: Sebuah Pengantar. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur (2008). Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Wirajaya, Asep Yudha dan Sudarmawati. (2010). Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1 untuk Kelas VII SMP dan MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan

Gambar

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal
Tabel 3.3 Instrumen Tes Awal dan Tes Akhir
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian
Tabel 3.5 Jumlah Siswa Kelas VII pada Masing-Masing Kelas

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran Make a Match berbantuan media Power Point dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa

Foto udara hasil pemotretan menyediakan suatu alternatif dalam penyediaan informasi 3D yang akan digunakan dalam penentuan nilai tinggi suatu objek topografi misalnya

Jumlah telur yang dierami oleh burung madu sriganti umumnya sebanyak dua butir telur (94%) bersesuaian dengan hasil penelitian Maher (1992) yang menyebutkan delapan

Konsentrasi susu skim (S) terhadap kadar protein dari yoghurt jagung Kadar protein yang terkandung dalam yoghurt dipengaruhi oleh kandungan awal bahan baku yaitu susu jagung,

Penelitian ini dilakukan untuk melakukan analisa mengenai pengaruh profitabilitas, leverage, dan ukuran dewan komisaris independen terhadap pengungkapan CSR pada

Kode Mata Kuliah Nama Mata Kuliah Dosen Pengampu Hari Ruang Mulai Akhir Durasi Week.. TIN 412IND/Kuliah/01 Perancangan Eksperimen

Sistem pengendalian jarak jauh tersebut sangat efisien digunakan untuk mengatasi gangguan pada jaringan distribusi listrik tegangan menengah 20 kV yang menggunakan jaringan

Based Learning dalam pembelajaran. Penerapan model Problem Based Learning dalam pembelajaran di SD dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut. 1) Memberikan